SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DISTRIBUSI

Download 22 Feb 2017 ... Visi logistik indonesia 2025 dalam Perpres Nomor 26 Tahun 2012 Tentang. Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional. “...

0 downloads 451 Views 5MB Size
SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DISTRIBUSI

0

OUTLINE PENDAHULUAN

KONSEP INTEGRASI TRANSPORTASI NASIONAL

SISTEM LOGISTIK INDONESIA SAAT INI

1

KONSEP INTEGRASI TRANSPORTASI NASIONAL

2

KONSEP INTEGRASI TRANSPORTASI NASIONAL

Konsep Integrasi Rencana Induk rT ansportasi Nasional

Terintegrasi jaringan • Prasarana dan Pelayanan • Intra dan antarmoda

INTEGRASI JARINGAN (PRASARANA DAN PELAYANAN)

Terintegrasinya Waktu Pelaksanaan Pembangunan dan Pengoperasian

INTEGRASI PELAKSANAAN (OPERASI)

INTEGRASI FUNGSI

Terintegrasinya Rencana Pengembangan Fungsi Sistem Transportasi

SINERGI

INTEGRASI KELEMBAGAAN

INTEGRASI PEMBIAYAAN

Terintegrasinya Skema Pembiayaan Sinergi / Koordinasi Antar Lembaga dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengoperasian

KEBIJAKAN INTEGRASI 3

SISTEM LOGISTIK INDONESIA

4

4

Visi logistik indonesia 2025 dalam Perpres Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional

“Terwujudnya sistem logistik yang terintegrasi secara lokal, terhubung secara global untuk meningkatkan daya saing nasional dan kesejahteraan rakyat (locally integrated, globally connected for national competitiveness and social welfare)”

5

5

PERINGKAT INDONESIA DALAM GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX DAN LOGISTIC PERFORMA INDEX

6

6

Kajian ITS, 2014: Jalur Laut Bebas Hambatan (Tol Laut) melalui rute pendulum yaitu dengan layanan angkutan laut dengan jumlah & tipe kapal besar sesuai demand, melalui jalur utama koridor tengah perairan Indonesia yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan 7 utama (hub), disertai dengan jalur menerus (feeder) yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan pengumpan (spoke).

7

PERBANDINGAN ARMADA CONTAINER BERDASARKAN UKURAN KAPAL

Dari data tersebut mayoritas ukuran kapal container di Indonesia 350 - 800 TEUs, lebih kecil dibandingkan negara lain yang berukuran di atas 1000 TEUs. Dengan kapal kecil untuk angkutan container domestik, menyebabkan biaya per TEUs menjadi lebih tinggi dibandingkan diangkut dengan kapal besar. 8

PERBANDINGAN BIAYA TRANSPORTASI LAUT SETIAP CONTAINER

9

9

SEMAKIN BESAR KAPAL SEMAKIN RENDAH BIAYA ANGKUT PER CONTAINER

KONDISI IDEAL PENGGUNAAN KAPAL 6000 TEUs MENURUNKAN BIAYA ANGKUT MENJADI 54,5% DARI BIAYA 10 ANGKUT DENGAN KAPAL 2500 TEUs

10

KEBUTUHAN KEDALAMAN ALUR PELAYARAN DAN KOLAM PELABUHAN BERBAGAI JENIS UKURAN KAPAL

Ukuran kapal container sebesar 6000 TEUs yang merupakan Kapal generasi kelima (Post Panamax Plus) memiliki persyaratan kedalaman pelabuhan yang dibutuhkan minimal untuk sandar atau berlabuh adalah sedalam 13-14 meter dengan panjang dermaga minimal 335 meter.

11

KONDISI EKSISTING KEDALAMAN DI PELABUHAN

Untuk kapal 6000 TEUs dibutuhkan draft 13-15 meter sehingga perlu pengerukan dan peningkatan fasilitas dermaga dan peralatan cargo handling di pelabuhan-pelabuhan tersebut di atas 12

12

Akibat minimnya perusahaan pelayaran Indonesia sebagai pengangkut barang impor dari negara asal mengakibatkan transaksi impor ke Indonesia syarat pembayarannya mayoritas menggunakan skema CFR (Cost and Freight) atau CIF (Cost, Insurance and Freight) yaitu sistem pembelian barang di mana biaya pengiriman, asuransi, dan harga barang dibayarkan sebelum kapal berangkat /di pelabuhan muat. Bila ekspor, armada pelayaran di Indonesia tidak ada yang direct (langsung) ke negara tujuan dan mayoritas kapal yang beroperasi di Indonesia adalah feeder dengan tujuan Singapura atau Malaysia sehingga pengusaha Indonesia menggunakan sistem FOB (Free on Board), yaitu sistem pembelian barang di mana semua biaya pengiriman atau O/F, asuransi, dan harga barang dibayarkan setelah kapal sampai atau di pelabuhan bongkar. Kondisi ini menyebabkan defisit transaksi jasa dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Di kuartal II Tahun 2016 defisit sekitar USD 4,7 miliar Dollar AS atau 2 persen dari produk domestik bruto (PDB). Oleh karena itu urgensi Peningkatan pangsa muatan angkutan luar negeri menggunakan armada nasional atau implementasi asas Beyond Cabotage perlu segera direalisasikan, diantaranya melalui perubahan term-of-trade dan pengembangan pelabuhan Hub International. 13

LOKASI GALANGAN KAPAL MASIH TERPUSAT DI INDONESIA BAGIAN BARAT

Saat ini kondisi sebaran kapal dari 250 galangan kapal yang ada di Indonesia, hanya 30 buah galangan kapal yang terdapat di Indonesia bagian Timur, yaitu hanya 12% dari seluruh galangan kapal yang ada di Indonesia.

14

TRAYEK PENDUKUNG TOL LAUT DAN RENCANA RUMAH KITA TAHUN 2017 TAHUNA  Beras : -5%  Terigu : -5%  Semen : -5%

NAMLEA  Beras  Bawang Merah  Gula  Minyak Gorreng  Tepung terigu  Daging Ayam Ras  Triplek  Semen

: -22% : -20% : -28% : -15% : -29% : -49% : -17% : -22%

Sumber :Menteri Perhubungan dalam Forum Konsolidasi Industri Kemaritiman Nasional Transformasi Tol Laut – INCAFO, November 2016

SABU  Semen  Ayam Ras

: -14% : -49%

15

PROGRAM INTEGRASI MODA PENDUKUNG TOL LAUT DENGAN JEMBATAN UDARA UNTUK LOGISTIK (KARGO) TA. 2017 Kementerian Perhubungan mengembangkan program keterpaduan antara program tol laut dengan jembatan udara sebagai upaya disparitas harga di wilayah pegunungan tengah Papua

Mamit

Pomako - Simpang Pelra Timika (42,35 Km) Beoga

Sinak Ilaga Holuwun Mugi

WAMENA Mapenduma

Timika

Pomako

* Rute penyambung kargo perintis bukan subsidi pemerintah ( Komersil )

Kenyam

Anggruk

Pasema

DEKAI

Silimo

16

PENGEMBANGAN PELABUHAN DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI TOL LAUT KONSEP TOL LAUT

/KUALA TANJUNG

  



MEMPERKUAT JALUR PELAYARAN DENGAN TITIK BERAT PADA INDONESIA BAGIAN TIMUR KONEKSI JALUR PELAYARAN DARI BARAT KE TIMUR INDONESIA (KONEKTIVITAS) KEMUDAHAN AKSES NIAGA DARI NEGARA-NEGARA PASIFIK BAGIAN SELATAN KE NEGARA ASIA BAGIAN TIMUR PELAYARAN SECARA RUTIN DAN TERJADWAL DARI BARAT SAMPAI KE TIMUR INDONESIA

5 PELABUHAN HUB (BELAWAN/KUALA TANJUNG, TJ. PRIOK, TJ. PERAK, MAKASSAR, BITUNG) 19 PELABUHAN FEEDER >100 PELABUHAN SUB FEEDER UNTUK MENINGKATKAN KONEKTIVITAS 17

PROGRESS DWELLING TIME PELABUHAN Belawan Tg. Priok Tg. Perak Makassar Baseline (Target) 6

Agt 2016 4.66 3.93 5.38 4.69 2.7

Sept 2016 4.52 3.66 4.27 3.57 2.7

Okt 2016 Nov 2016 Des 2016 HARI 2.96 2.21 3.15 2.63 2.7

2.76 2.8 2.83 2.46 2.7

Langkah Perbaikan Dwelling Time

2.47 2.91 2.94 2.26 2.7

5 Belawan

4

Tg. Priok

3

Tg. Perak

2

Makassar

1

Baseline (Target)

“Waktu yang ditempuh oleh peti kemas/barang impor mulai dari proses bongkar (discharge) sampai dengan keluar terminal pelabuhan (gate out)”

0 Agt 2016

Sept 2016 Okt 2016 Nov 2016 Des 2016 3,7 Hari

TARGET DWELLING TIME

2,7 Hari

18

INAPORTNET Integrasi dalam Inaportnet

Blue Print Inaportnet

Manfaat : 1. Mempermudah pengawasan 2. Efisiensi waktu dengan pengajuan 24 jam sebelum kapal datang 3. menjamin rasa keadilan pelayanan (first come first served) 4. Mempercepat penyelesaian pelayanan kapal dan barang 5. Meminimalisasi biaya yang diperlukan dalam penanganan pelayanan kapal dan barang 6. Pelayanan yang terintegrasi yaitu AP dan TKBM cukup menggunakan satu aplikasi untuk mengajukan permohonan dan keberangkatan kapal serta pembayaran PNBP karena Inaportnet mengintegrasikan aplikasi pelayanan di lingkungan Kemenhub, BUP dan DJA Kemenkeu

Implementasi Inaportnet Nama Pelabuhan Pelabuhan Makassar Pelabuhan Belawan Pelabuhan Tanjung Perak Pelabuhan Tanjung Priok

Penerapan Secara Penuh (Go Live Inaportnet) 1 Juni 2016 1 Juli 2016 2 November 2016 11 November 2016

19

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jalan Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta Telp. +62 21 3811308, 3505006 Fax. +62 21 3522338