SOSIOLOGI KESEHATAN

Download g. Perilaku kesehatan h. Penyakit i. Perilaku sakit j. Hubungan dokter-pasien .... dikajinya peran faktor sosial-budaya dalam keberhasilan ...

0 downloads 512 Views 7MB Size
Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang Cetakan pertama, Oktober 2017 Penulis

: 1. Dewi Rosmalia, SKM, M.Kes 2. Yustina Sriani, SKM, MPH

Pengembang Desain Instruksional :

Giat Ridhansyah Syqmanoti, S.Pd.

Desain oleh Tim P2M2 Kover & Ilustrasi Tata Letak

: : Suzanna Romdhona, S.Sn. : Andy Sosiawan, S.Pd.

Jumlah Halaman

: 108

 Sosiologi Kesehatan 

DAFTAR ISI BAB I: KONSEP DASAR SOSIOLOGI KESEHATAN

1

Topik 1. Pengertian Sosiologi Kesehatan ..……....................................................................... Latihan ………….……………………………………....................................................................... Ringkasan ……...………………………………….......................................................................... Tes 1 ……………………………………..……................................................................................

3 14 14 15

Topik 2. Pandangan Sosiologi Mengenai Kesehatan dan Penyakit ........................................ Latihan ……………………………………..............................................……............................... Ringkasan ..…………………………………................................................................................. Tes 2 ……………………….…………………..…….........................................................................

17 31 31 33

GLOSARIUM ............................................................................................................ PETUNJUK JAWABAN TES ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

34 35 36

BAB II: PENGARUH ASPEK SOSIAL EKONOMI, AGAMA, BUDAYA, SUKU BANGSA DAN GENDER TERHADAP KESEHATAN

37

Topik 1. Konsep Sosial Ekonomi dan Kesehatan ................................................................... Ringkasan …..…………………………………........................................................................... Latihan ……….……………………………………….......................................................................

38 43 45

Topik 2. Agama dan Kesehatan …………………………………………………………….……..………………….. Latihan ……………………………………..............................................……............................... Ringkasan ………………………………….................................................................................. Tes 2 ……………………….…………………..…….........................................................................

47 54 55 56

Topik 3. Budaya, Suku Bangsa, dan Kesehatan ………………………………………….……..………………. Latihan ……………………………………..............................................……............................... Ringkasan ………………………………….................................................................................. Tes 3 ……………………….…………………..…….........................................................................

57 65 65 66

iii

 Sosiologi Kesehatan 

Topik 4. Gender dan Kesehatan ………………………………………….……………………………..………………. Latihan ……………………………………..............................................……............................... Ringkasan ………………………………….................................................................................. Tes 4 ……………………….…………………..…….........................................................................

68 74 74 75

GLOSARIUM ……………………...................................................................................... PETUNJUK JAWABAN TES ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

76 77 78

BAB III: NEGARA, POLITIK, KESEHATAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

79

Topik 1. Negara, Politik, dan Kesehatan ............................................................................... Latihan 1 …………………………………………........................................................................... Ringkasan ………………………………….................................................................................. Tes 1 ……………………….…………………..……......................................................................... Latihan 2 …………………………………………............................................................................

81 85 85 86 87

Topik 2. Perubahan Sosial dan Kebudayaan ......................................................................... Latihan 1 …………………………………..............................................……............................... Ringkasan ………………………………….................................................................................. Tes 2 ……………………….…………………..……......................................................................... Latihan 2 …………………………………………............................................................................

88 98 98 101 102

PETUNJUK JAWABAN TES ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

103 104

iv

 Sosiologi Kesehatan 

BAB I KONSEP DASAR SOSIOLOGI KESEHATAN Yustina Sriani, SKM, MPH

PENDAHULUAN Saudara mahasiswa, sosiologi kesehatan merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru dalam sosiologi. Perlu saudara ketahui awalnya cabang ilmu ini dikenal salah satunya dengan nama sosiologi medis, dimana sosiologi medis berkembang pertama kali di Amerika Serikat melalui beberapa tahap sejak tahun 1920-an. Robert Straus mengklasifikasikan sosiologi medis menjadi dua, yaitu sosiologi mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Sosiologi mengenai bidang medis menyajikan kajian sosiologis terhadap faktor bidang medis. Para sosiolog melakukan kajian ini dengan tujuan pengembangan ilmu dan teori sosiologi. Posisi para sosiolog dalam hal ini ada di luar bidang medis. Sedangkan sosiologi dalam bidang medis menurut Robert merupakan penerapan keahlian sosiolog maupun ahli sosial lain di dalam bidang medis. Sejak hampir seabad yang lalu di bidang kedokteran timbul kebutuhan untuk mencoba memahami faktor-faktor sosial yang berhubungan dengan pola penyebaran penyakit (epidemiologi) dalam kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Maka dikembangkanlah sosiologi kedokteran yang mencakup studi tentang faktor-faktor sosial dalam etiologi, prevalensi, tentang profesi kedokteran itu sendiri serta hubungan dokter dengan masyarakat umum. Dalam perkembangan selanjutnya terbukti bahwa upaya penanggulangan penyakit masyarakat tidaklah hanya merupakan tanggung jawab profesi kedokteran saja, melainkan tanggungjawab bersama para petugas kesehatan. Selain itu pendekatan terhadap masalah kesehatan masyarakat pun diperluas, yaitu dengan mengubah titik pusat perhatiannya, dari penyakit menjadi kesehatan. Selain dengan perkembangan tersebut maka timbul pula sosiologi kesehatan yang lebih luas daripada sosiologi kedokteran Sosiolog kesehatan juga membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam kesehatan. Sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan analisis dengan motif masalah sosiologi, sedangkan sosiologi dalam kesehatan merupakan penelitian dan pengajaran yang dimotivasi oleh adanya masalah kesehatan. Masalah kesehatan selain dipelajari oleh ilmu sosiologi juga dipelajari oleh ilmu lain seperti antropologi (antropologi medis) dan ilmu ekonomi (ekonomi kesehatan). Saudara mahasiswa, Bab I dalam modul ini dibagi dalam dua topik. Topik satu akan menghantarkan anda pada penjelasan tentang konsep dasar sosiologi kesehatan kemudian dilanjutkan dengan topik dua tentang penjelasan pandangan sosiologi mengenai kesehatan dan penyakit.

1

 Sosiologi Kesehatan 

Saudara mahasiswa, dengan mempelajari bab satu ini, secara umum Saudara diharapkan dapat menjelaskan konsep dasar sosiologi kesehatan dan pandangan sosiologi mengenai kesehatan dan penyakit. Secara lebih rinci, saudara diharapkan dapat menjelaskan: a. Pengertian sosiologi kesehatan b. Sejarah sosiologi c. Ruang lingkup sosiologi kesehatan d. Pendekatan dalam sosiologi e. Teori-teori sosiologi f. Kesehatan g. Perilaku kesehatan h. Penyakit i. Perilaku sakit j. Hubungan dokter-pasien

2

 Sosiologi Kesehatan 

Topik 1 Pengertian Sosiologi Kesehatan Saudara mahasiswa, secara tidak sadar saudara telah mengetahui sedikit tentang sosiologi. Saudara telah menjadi anggota masyarakat bukan? Dan saudara sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan sosial atau hubungan antar manusia. Sejak lahir di dunia saudara sudah berhubungan dengan orang tua, dan dengan semakin meningkatnya usia bertambah pulalah pergaulan saudara dengan manusia lain di dalam masyarakat. Saudara juga pasti menyadari bahwa kebudayaan dan peradaban dewasa ini merupakan hasil perkembangan masa-masa yang silam. Di dalam berbagai hal saudara mempunyai persamaan-persamaan dengan orang-orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain mereka mempunyai sifat-sifat yang khas berlaku bagi dirinya sendiri sehingga berbeda dengan orang lain. Semuanya merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologis karena ikut sertanya saudara di dalam hubungan-hubungan sosial dalam membentuk kebudayaan masyarakat. Kesadaran akan adanya persamaan dan perbedaan dengan orang-orang lain memberikan gambaran tentang objek yang saudara pelajari yaitu sosiologi (Soekanto, 2014). Sosiologi berasal dari bahasa Latin, Socius yang berarti kawan/teman dan Logos yang berarti kata atau berbicara, jadi Ilmu Sosiologi adalah berbicara mengenai masyarakat. Parsudi Suparlan mengatakan bahwa sosiologi merupakan “ilmu pengetahuan yang secara sistematik mempelajari kelakuan sosial manusia, yaitu yang berkenaan dengan pola-pola dan proses-proses interaksi di antara individu dan kelompok, bentuk-bentuk kelompok sosial, hubungan-hubungan di antara berbagai kelompok sosial, dan pengaruh kelompok sosial terhadap kelakuan individu”. Pitirim Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan sebagainya); hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala nonsosial ( misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya); ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial (Dadang Supardan, 2009: 69) Sosiologi telah mencapai perkembangan sedemikian rupa sehingga menurut Harsja Bachtiar dapat diuraikan dalam berbagai bidang keahlian khusus (sub-disiplin), antara lain (Widjaja, 1986:58-60): 1. Sosiobiologi 2. Sosiologi kesehatan dan sakit (sosiologi kedokteran, sosiologi klinik, sosiologi perawatan) 3. Demografl 4. Sosiologi keluarga dan kekerabatan 5. Sosiologi anak 6. Sosiologi remaja 7. Sosiologi orang tua 8. Sosiologi komuniti dan wilayah (sosiologi pedesaan, sosiologi perkotaan), dan masih banyak sub-disiplin sosiologi lainnya. Objek dari sosiologi adalah masyarakat yang berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut. Sedangkan tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.

3

 Sosiologi Kesehatan 

Sosiologi kesehatan muncul awalnya karena bidang kedokteran memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor sosial yang berhubungan dengan pola penyebaran penyakit (epidemiologi) dalam kelompok-kelompok masyarakat tertentu sehingga muncul disiplin keilmuan yang dinamakan sosiologi kedokteran. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan paradigma sehat mengubah pusat perhatian dari penyakit menjadi kesehatan (yang awalnya pusat perhatian mengobati setelah terjadinya penyakit akhirnya berkembang kepada lebih mencegah sebelum terjadinya penyakit). Berdasarkan hal tersebut muncul disiplin keilmuan baru yaitu sosiologi kesehatan. Seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, sosiologi kesehatan juga memiliki konsep dasar yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai apa yang akan dipelajari. Fungsi konsep dasar itu sendiri, diantaranya: 1. Sebagai alat kognitif agar seseorang menjadi lebih tahu dan mengerti mengenai apa yang mereka pelajari 2. Sebagai alat evaluatif agar seseorang dapat membedakan serta memisahkan mengenai pokok bahasan yang mereka pelajari 3. Sebagai alat pragmatik yang memberikan pengetahuan tentang bagaimana penerapan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari 4. Sebagai alat komunikatif agar terjalin komunikasi yang baik antar yang belajar dengan yang mengajar. Sosiologi kesehatan dikatakan sebagai ilmu karena memang memiliki sifat-sifat keilmuan diantaranya: 1. Bersifat empiris artinya sosiologi kesehatan mempelajari apa yang benar-benar terjadi di masyarakat dan apa yang dipelajari dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Bersifat teoretis artinya sosiologi kesehatan menggunakan teori-teori dalam pembelajarannya dimana teori tersebut dikemukakan oleh para ahli yang berdasarkan pada apa yang terjadi di masyarakat. 3. Bersifat kumulatif artinya ilmu sosiologi kesehatan yang sekarang dipelajari tidak lain adalah pengembangan dari ilmu sosiologi kesehatan yang telah ada sebelumnya. Sehingga ilmu sosiologi kesehatan bersifat dinamis dalam artian dapat berubah sesuai dengan kondisi sosial yang terjadi saat ini 4. Tidak bersifat menilai artinya ilmu sosiologi kesehatan tidak dapat membenarkan dan menyalahkan tindakan atau perilaku individu/kelompok masyarakat karena tiap daerah memiliki norma tersendiri sehingga apa yang dianggap salah di satu daerah bisa dianggap benar di daerah lain, begitu juga sebaliknya. Nah, saudara mahasiswa apakah saudara sudah mengerti apa yang dimaksud dengan ilmu sosiologi dan sosiologi kesehatan? Jadi, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu dengan kelompok (dari keluarga – masyarakat ) struktur sosial dan proses sosial (perubahan sosial). Sedangkan sosiologi kesehatan merupakan subdisiplin ilmu dari bidang sosiologi.

4

 Sosiologi Kesehatan 

Prinsip dasar disiplin sosiologi kesehatan adalah penerapan konsep dan metode disiplin sosiologi dalam mendeskripsikan, menganalisis, dan memecahkan masalah kesehatan. Dengan kata lain sosiologi kesehatan merupakan penerapan ilmu sosial dalam mengkaji masalah kesehatan. A.

SEJARAH SOSIOLOGI

Istilah sosiologi sebagai cabang ilmu sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Prancis yang bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi.

Gambar 1. Tokoh Sosiologi Istilah sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi perubahan sosial. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis, dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari munculnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer (Inggris), Karl Marx (Jerman), Vilfredo Pareto (Italia) Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber (Jerman) dan Pitirim Sorokin (Rusia). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan dalam mempelajari masyarakat yang berguna untuk perkembangan Sosiologi. Tahun 1876 di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan sosiologi dan memperkenalkan pendekatan analogi organik yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis yang menganggap konflik antar kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. Max Weber memperkenalkan pendekatan versthen (pemahaman) yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.

5

 Sosiologi Kesehatan 

B.

RUANG LINGKUP SOSIOLOGI KESEHATAN

Sosiologi kesehatan merupakan cabang sosiologi yang relatif baru. Di masa lalu dalam sosiologi telah lama dikenal cabang sosiologi, sosiologi medis, yang merupakan pendahulu sosiologi kesehatan dan terkait erat dengannya. Pertumbuhan sosiologi medis berlangsung melalui enam tahap (Sunarto, 2014:1.3-1.4): 1. Tahun 1920-an dan 1930-an tumbuh kajian medika sosial, yaitu kajian bersama antara ilmuwan sosial dan medis terhadap masalah yang menjadi perhatian bersama mereka; 2. Tahun 1940-an dan 1950-an berkembang kajian-kajian terhadap masalah epidemiologi sosial; 3. Sosiolog mulai ditempatkan pada berbagai lembaga pendidikan medis dan keperawatan; 4. Berbagai lembaga donor swasta mulai menyediakan dana penelitian dan pelatihan; 5. Pada tahun 1959 terbentuk seksi sosiologi medis dalam Ikatan Sosiologi Amerika (American Sociological Association); 6. Jurnal dan buletin sosiologi medis diterbitkan. Mechanic berpendapat tugas medis hanya dapat dilaksanakan secara efektif manakala yang dipertimbangkan baik faktor biologis maupun faktor sosial dan psikologis. Mulai dikajinya peran faktor sosial-budaya dalam keberhasilan pelaksanaan tugas medis menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya sosiologi medis. Straus membedakan antara sosiologi mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Menurutnya sosiologi mengenai bidang medis terdiri atas kajian sosiologis terhadap faktor di bidang medis yang dilaksanakan oleh ahli sosiologi yang menempati posisi mandiri di luar bidang medis dan bertujuan mengembangkan sosiologi serta untuk menguji prinsip dan teori sosiologi. Menurut Kendall dan Reader, sosiologi mengenai bidang medis mengulas masalah yang menjadi perhatian sosiologi profesi dan sosiologi organisasi. Menurut Straus sosiologi dalam bidang medis merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan pengintegrasian konsep, teknik dan personalia dari berbagai disiplin, dimana sosiologi digunakan sebagai pelengkap bidang medis. Dalam perkembangan selanjutnya perhatian sosiologi medis meluas ke berbagai masalah kesehatan di luar bidang medis. Dengan demikian, berkembanglah bidang sosiologi kesehatan. Para ahli pun membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam kesehatan. Menurut Wilson (dalam Sunarto, 2014:1.12) sosiologi mengenai kesehatan terdiri atas pengamatan dan analisis dengan mengambil jarak, yang terutama dimotivasi oleh suatu masalah sosiologis (detached observation, and analysis, motivated primarily by a sense of sociological problem) sedangkan sosiologi dalam kesehatan mempelajari penelitian dan pengajaran yang lebih bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan yang terutama didorong oleh adanya masalah kesehatan (more intimate, applied ang conjoint research and teaching, motivated primarily by a sense of health problem). Artinya rumusan sosiologi

6

 Sosiologi Kesehatan 

mengenai kesehatan oleh Wilson mengacu pada kepentingan para sosiolog dalam pengembangan teori dan konsep sosiologi, sedangkan rumusan mengenai sosiologi dalam kesehatan jelas mengacu pada kepentingan bidang kesehatan. Sunarto (2014) memberikan contoh perbedaan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam kesehatan sebagai berikut: Apabila dalam rangka upaya penanggulangan HIV/AIDS Departemen Kesehatan RI menugaskan sosiolog dan ahli ilmu sosial lain (seperti antropolog, psikolog dan ahli kesehatan masyarakat) untuk melakukan suatu telaah cepat (rapid assessment) di tempat-tempat prostitusi dimana telah ditemukan sejumlah kasus HIV/AIDS untuk mengetahui faktor sosial-budaya yang mendorong penyebarluasan HIV/AIDS. Agar temuannya dapat dijadikan masukan bagi kebijakan pemerintah maka kegiatan ini termasuk dalam bidang sosiologi dalam kesehatan. Namun, bilamana penelitian terhadap orang yang berperilaku berisiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS serta jaringan sosial yang terjalin antara mereka dengan berbagai pihak yang terlibat di dunia prostitusi tersebut dilakukan dengan tujuan memberikan sumbangan bagi pengembangan konsep dan teori sosiologi mengenai organisasi sosial atau mobilitas sosial maka kegiatan ini merupakan kegiatan sosiologi mengenai kesehatan. Setelah mempelajari 90 makalah sosiologi kesehatan yang diterbitkan dalam jurnal sosiologi kesehatan di Amerika Serikat (antara 1975 dan 1977) serta buku-buku sosiologi kesehatan yang diterbitkan di sana dalam periode yang sama, Wolinsky (1980: 43-46) sampai pada kesimpulan bahwa orientasi para sosiolog kesehatan lebih tertuju pada masalah kesehatan, bukan pada masalah sosiologi sehingga sosiologi kesehatan cenderung miskin teori. Twaddle(1982) merinci tujuh dimensi yang membedakan sosiologi kesehatan dengan sosiologi medis, yaitu: Tabel 1. Perbedaan Sosiologi Kesehatan dengan Sosiologi Medis Perbedaan Ilmu yang dipakai Satuan analisis

Masalah kesehatan yang dikaji

Peran utama dalam penyembuhan

Sosiologi Kesehatan Ilmu-ilmu sosial dan humaniora Masyarakat dan struktur sosial Masalah pembatasan kebebasan memilih serta dikuranginya keefektifan pribadi Substitusi dokter, praktisi kesehatan masyarakat, promotor kesehatan, penyembuh awam, pendidik, ahli gizi dan politikus

7

Sosiologi Medis Ilmu-ilmu biologi, psikologi dan ilmu-ilmu sosial Individu, kelompok dan organisasi sebagai satuan analisis Penyakit

Dokter, profesional lain dan pasien

 Sosiologi Kesehatan 

Perbedaan Cara penyembuhan

Kajian utama

Organisasi utama yang dikaji

Sosiologi Kesehatan Latihan, gizi, pengendalian lingkungan dan perubahan sosial Tercapainya kesehatan, kesejahteraan, serta penurunan morbiditas dan mortalitas dalam populasi Rumah sakit, rawat jalan serta perawatan mandiri, badan legislatif, sekolah dan organisasi informal

Sosiologi Medis Pengobatan, operasi, penggunaan zat kimia dan perubahan kegiatan Tercapainya penyembuhan dan perawatan individu

Rumah sakit, rawat jalan serta perawatan mandiri

Menurutnya terjadinya pergeseran dalam ketujuh dimensi tersebut mengakibatkan bergesernya sosiologi medis menjadi sosiologi kesehatan. Namun, sosiologi kesehatan merupakan bidang yang muda hingga kini bidang sosiologi medis masih tetap dominan. C.

PENDEKATAN DALAM SOSIOLOGI

Dalam upaya memahami suatu gejala sosial dalam masyarakat maka studi-studi dalam sosiologi dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan (Sarwono, 1993) yaitu: • Pendekatan Emik: yaitu menguraikan suatu gejala sosial sesuai dengan pandangan si pelaku sendiri, memahami perilaku individu/masyarakat dari sudut pandang si pelaku sendiri (individu tersebut atau anggota masyarakat yang bersangkutan). Misalnya: ada orang yang menggunakan pengobatan alternatif dengan menggunakan cara metafisika. Maka makna pengobatan dan keakurasian model pengobatan tersebut bukan menurut peneliti, melainkan harus diungkap menurut pengguna atau pelaku layanan pengobatan tradisional. • Pendekatan Etik: yaitu upaya menguraikan suatu gejala sosial atau interaksi sosial dari sudut pandang orang luar/sudut pandang observer (menganalisa perilaku atau gejala sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain). Jika seseorang sedang melakukan pengamatan ilmiah, maka pengalaman dan pengetahuan ilmiah yang dimiliki dijadikan sebagai alat ukur atau standar dalam menjelaskan masalah interaksi sosial. Dengan demikian maka pendekatan etik bersifat lebih objektif, dapat diukur dengan ukuran dan indikator tertentu, sedangkan pendekatan emik relatif lebih subjektif dan banyak menggunakan kata-kata/bahasa dalam menggambarkan perasaan individu yang menjadi objek studi. Studi emik bersifat lebih unik, sukar untuk digeneralisasikan secara luas (Pelto, 1970). Ditambahkan oleh Foster (dalam Sarwono, 1993) bahwa pendekatan emik mencakup upaya untuk mengkomunikasikan keadaan diri-dalam (inner psychological states) dan perasaan 8

 Sosiologi Kesehatan 

individu yang berkaitan dengan suatu perilaku. Asumsi dari pendekatan emik ini adalah bahwa pelaku/aktor suatu tindakan itu lebih tahu tentang proses-proses yang terjadi dalam dirinya, daripada orang lain. Dan pengetahuan tentang proses mental ini diperlukan untuk memahami mengapa seseorang melakukan suatu tindakan atau mengapa dia menolak untuk melakukan tindakan tersebut. Sebaliknya ada pandangan yang justru mengatakan bahwa pelaku/aktor biasanya tidak dapat mengamati dengan baik proses-proses yang terjadi di dalam dirinya. Oleh karena itu diperlukan orang lain yang dapat meneropong perasaan dan pikiran bawah sadar seseorang yang sebetulnya melandasi perilakunya. Peneropongan ini tidak perlu melalui psikoanalisa, melainkan menggunakan indikator nyata berupa hal-hal yang dapat diamati dari perilaku individu. Apakah hasil pengamatan itu cocok dengan perasaan atau penghayatan si pelaku, hal ini tidaklah penting dalam pendekatan etik. Yang lebih penting adalah jika hasil pengamatan/indikator antara beberapa orang itu ternyata sama, walaupun studi mereka dilaksanakan secara terpisah. Dengan demikian pendekatan etik memberikan gambaran umum/generalisasi dan ramalan tentang perilaku masyarakat dalam situasi tertentu. Kedua pendekatan ini dapat digunakan untuk studi antar budaya, hanya etik memberikan perbandingan dan generalisasi sedangkan emik menggambarkan keunikan penghayatan masing-masing individu/kelompok. Studi-studi sosiologi biasanya menggunakan kedua pendekatan ini guna memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang gejala yang diselidiki. Jika studi ini menggunakan informan untuk memperoleh informasi, maka informan itu dapat memberikan informasi yang bersifat etik (misalnya siapa saja yang datang dalam gotong royong), maupun emik (misalnya apa makna upacara kremasi bagi penganut agama Hindu-Bali). Oleh karena itu dalam mengembangkan sosiologi kesehatan ini, seorang dokter atau tenaga kesehatan dapat mengembangkan sikap verstehen yaitu kemampuan untuk menyelami apa yang dirasakan oleh pasien atau masyarakat itu sendiri. Setelah memahami apa yang dialami oleh pasien baru pada tahap selanjutnya dianalisis berdasarkan ilmu kesehatan yang sudah dimilikinya. Dengan demikian penerapan ilmu sosiologi kesehatan dapat disebut sebagai satu upaya membangun pendekatan terpadu antara etik dan emik, sehingga layanan kesehatan lebih bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. D.

TEORI-TEORI SOSIOLOGI

1.

Kegunaan teori sosiologi: a. Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi b. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi c. Teori berguna untuk mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi

9

 Sosiologi Kesehatan 

d.

2.

Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi yang penting untuk penelitian e. Pengetahuan teoretis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui ke arah mana masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang diketahui pada masa yang lampau dan pada dewasa ini. Teori-teori dalam sosiologi Beberapa Teori dalam sosiologi umum yang sering digunakan untuk menganalisa gejala sosial dan juga dapat dipakai untuk menganalisa perilaku kesehatan individu maupun suatu kelompok masyarakat: a. Teori Aksi Dikenal juga sebagai teori bertindak.  Menurut Max Weber, individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu  Menurut Talcott Parsons, tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepribadian. Contohnya: Keputusan seseorang untuk ikut serta atau menolak program KB tidak hanya tergantung dari kedudukannya dalam komunitas itu (seorang guru atau seorang petani), atau apakah metode kontrasepsi (pencegah kehamilan) itu sesuai atau tidak dengan agama yang dianutnya, melainkan juga dari kepatuhannya atau keberaniannya untuk menolak KB sekalipun akan menimbulkan rasa tidak enek terhadap tetangga dan tokoh masyarakat Secara skematis teori aksi ini dapat digambarkan sebagai berikut (Teori Weber): INDIVIDU

STIMULUS

Pengalaman Persepsi Pemahaman penafsiran

TINDAKAN

Gambar 2. Teori Aksi menurut Weber b.

Teori Sistem Bertalanffy mengamati konsep sistem merupakan suatu kerangka yang terdiri dari beberapa elemen/sub sistem yang saling berinteraksi dan berpengaruh. Dengan konsep sistem ini menurut Bertanlanffy dapat digunakan untuk menganalisa perilaku dan gejala sosial, dimana teori-teori yang dianggap cocok bagi suatu sistem dibahas dalam kaitannya dengan berbagai sistem yang lebih

10

 Sosiologi Kesehatan 

luas maupun dengan sub-sistem yang tercakup di dalamnya. Contohnya interaksi antara keluarga (sistem), anak (sub-sistem) dan masyarakat (supra-sistem). Selain kaitan secara vertikal, juga dapat dilihat hubungan horizontal suatu sistem dengan berbagai sistem yang sederajat. SUPRA SISTEM

SISTEM

SISTEM

SISTEM

SUB-SISTEM SUB-SISTEM SUB-SISTEM Gambar 3. Teori sistem Bertanlanffy Parsons memandang teori yang diprakarsai oleh Bertalanffy ini sebagai teori yang dapat dikembangkan lebih luas guna diterapkan dalam sosiologi. Parsons melihat suatu analog! antara masyarakat dan suatu organisme yang hidup, yaitu bahwa keduanya merupakan sistem yang terbuka, yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan lingkungan-nya. Sistem kehidupan ini dapat dianalisa melalui dua dimensi, yaitu melalui inter-relasi antara bagian-bagian/elemenelemen yang membentuk sistem tersebut, dan interaksi/pertukaran antara sistem itu dengan lingkungannya. Dalam teorinya yang dinamakan teori sistem umum (grand theory)Parsons berpendapat bahwa ada empat unsur utama yang tercakup dalam segala sistem kehidupan, yaitu: latent pattern-maintenance (L) atau cara mempertahankan kesinambungan tindakan di dalam suatu sistem yang mengikuti norma atau aturan tertentu; integration (I), adalah mengkoordinasi dan menyatukan bagianbagian dari satu sistem menjadi suatu kesatuan fungsi; goal attainment (G) yang merupakan upaya menentukan prioritas dari beberapa tujuan sistem serta mencapai tujuan tersebut; dan adaptation (A), yaitu kemampuan sistem untuk menyerap apa-apa yang dibutuhkannya dari lingkungannya serta membagikannya kepada seluruh bagian sistem. Keempat fungsi atau unsur utama ini harus dipenuhi oleh setiap sistem demi kelestarian kehidupannya dan membentuk inter-relasi seperti digambarkan dalam skema di bawah ini:

11

 Sosiologi Kesehatan 

Gambar 4. Teori Sistem Parsons (Inter relasi antara fungsi fungsi-fungsi utama ama dalam sistem) c.

d.

e.

Teori Fungsionalisme  Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian bagian-bagian yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan  Setiap struktur dalam sistem sosial adalah fungsional terhadap yang lain  Konsep-konsep konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibrium). Teori Konflik  Masyarakat senantiasa dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus di antara unsur unsur-unsurnya unsurnya  Setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial  Keteraturan dalam masyarakat hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa  Konflik memimpin ke arah perubahan dan pembangunan. Teorii Perilaku Pertukaran Dalam upaya menjelaskan fenomena sosial, seorang ahli lain, George Homans mengembangkan teori pertukaran berdasarkan prinsip prinsip-prinsip transaksi ekonomi, yaitu manusia menawarkan jasa/barang tertentu dengan harapan memperoleh imbalan ja jasa/barang sa/barang lain. Interaksi sosial pun menggunakan prinsip resiprositas seperti dalam transaksi ekonomi. Artinya, individu melakukan suatu tindakan demi mendapat imbalan atau justru untuk menghindari hukuman. Perilaku individu diarahkan oleh norma sosial dan konformitas terhadap norma kelompok akan diberi imbalan/hadiah, sedangkan penyelewengan apalagi pemberontakan terhadap norma kelompok akan dihukum. Teori Homans ini dinamakan teori perilaku pertukaran. Inti teori ini adalah bahwa setiap perilaku akan ditentukan ntukan oleh imbalan (reward). Bentuk imbalan bisa berwujud materi dan juga bukan materi. 12

 Sosiologi Kesehatan 

Bagi Homans tujuan perilaku manusia adalah tujuan ekonomis, yaitu untuk memperbesar keuntungan atau imbalan dan seluruh fenomena sosial dapat dianalisa sebagai bentuk-bentuk pertukaran. Homans menggunakan teori behaviourism dari ahli psikologi Skinner dalam usahanya menjelaskan proses pertukaran dalam perilaku individu dan kelompok. Dia meminjam istilah-istilah yang digunakan oleh Skinner sehubungan dengan perubahan perilaku, yaitu sukses, stimulus, nilai, kekurangan versus kejenuhan, dan persetujuan/approval versus agresi, dan dibuatnya proposisi sebagai berikut a. Proposisi Sukses: makin sering suatu tindakan menghasilkan imbalan/hadiah, makin kuat kecenderungan individu untuk melakukan tindakan tersebut. b. Proposisi Stimulus: jika di masa lau tindakan individu sebagai tanggapan dari suatu stimulus tertentu ternyata mendapat imbalan yang positif, maka jika stimulus serupa timbul lagi, individu cenderung untuk mengulangi tindakan yang sama. c. Proposisi Nilai : makin tinggi harga/nilai suatu hasil tindakan bagi individu, makin besar kemungkinannya bahwa individu itu akan melakukan tindakan tersebut. d. Proposisi Kekurangan-Kejenuhan : makin sering individu menerima imbalan tertentu, makin kecil makna imbalan tersebut baginya. e. Proposisi Persetujuan-Agresi : bila seseorang tidak menerima imbalan yang diharapkan, atau jika dia menerima hukuman diluar harapannya, dia cenderung untuk bertindak agresif. Sedangkan jika tindakan individu diberi imbalan seperti yang diharapkan, maka dia akan setuju untuk melakukan tindakan tersebut. Proposisi yang diajukan oleh Homans tersebut di atas saling berkaitan dan merupakan suatu kesatuan. Artinya, setiap individu menentukan tindakannya dengan mempertimbangkan semua faktor yang dikemukakan dalam proposisi tersebut. Hubungan dan kedudukan manusia dalam masyarakat harus terjalin secara adil, kata Homans. Dalam proses interaksi sosial orang mengharapkan untuk memperoleh imbalan yang sesuai dengan pengorbanan atau biaya yang telah dikeluarkannya. Pada umumnya orang cenderung untuk membandingkan dirinya dengan orang lain yang dirasakan mirip dengannya, dan bukan membandingkan dirt dengan orang yang sangat berbeda dengannya. Juga dia membandingkan dirinya dengan orang yang terlibat dalam proses pertukaran dengannya. Perbandingan inilah yang dijadikan landasan untuk menilai keadilan suatu transaksi. Meskipun kepuasan individu dalam transaksi itu bersifat relatif, namun jika dirasakan bahwa imbalan yang diterima tidak sesuai dengan pengorbanan/biayanya, maka akan timbul masalah ketidakadilan dalam distribusi imbalan. Misalnya, kader kesehatan yang sama sekali tidak menerima

13

 Sosiologi Kesehatan 

imbalan uang atas kegiatannya menyelenggarakan posyandu, akan merasa diperlakukan tidak adil jika melihat petugas KB yang dibayar Rp. 2000,-setiap kali pergi mengunjungi rumah akseptor. Teori Homans ini mendapat kritik dari ahli-ahli lain. Pertama, berbeda dengan binatang, manusia itu tidak hanya tergantung dari masa lalunya, tetapi dapat meramalkan dan menciptakan masa depannya sesuai dengan keinginannya. Oleh karenanya perilaku manusia tidaklah semata-mata tergantung dari pengalamannya di masa lalu. Lalu, apakah teori perilaku pertukaran ini dapat menjelaskan terjadinya perbudakan dan peperangan. Adakah keadilan sosial dalam kasus perbudakan dan perang? Tampaknya teori Homans ini terlalu sempit dan tidak dapat menjelaskan perilaku yang kompleks serta munculnya kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Di samping teori-teori di atas masih terdapat banyak lagi teori sosiologi yang terus berkembang mengikuti perubahan zaman. Teoriteori itu dapat ditemukan dalam berbagai kepustakaan tentang sosiologi.

Latihan 1) 2) 3)

Jelaskan perbedaan ilmu sosiologi dengan sosiologi kesehatan Rumuskan apa saja kelebihan dan kekurangan dari pendekatan etik dan emik dalam sosiologi Jelaskan teori-teori sosiologi

Petunjuk Jawaban Latihan Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali materi tentang 1) Sejarah dan pengertian sosiologi 2) Pendekatan dalam sosiologi 3) Teori-teori sosiologi

Ringkasan Sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat. Sosiologi kesehatan merupakan subdisiplin ilmu dari bidang sosiologi. Prinsip dasar disiplin sosiologi kesehatan adalah penerapan konsep dan metode disiplin sosiologi dalam mendeskripsikan, menganalisis, dan memecahkan masalah kesehatan. Dengan kata lain sosiologi kesehatan merupakan penerapan ilmu sosial dalam mengkaji masalah kesehatan. Sosiologi kesehatan dikatakan sebagai ilmu karena memiliki sifat-sifat keilmuan diantaranya: a. Bersifat empiris artinya sosiologi kesehatan mempelajari apa yang benar-benar terjadi di masyarakat dan apa yang dipelajari dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari.

14

 Sosiologi Kesehatan 

b.

c.

d.

Bersifat teoretis artinya sosiologi kesehatan menggunakan teori-teori dalam pembelajarannya dimana teori tersebut dikemukakan oleh para ahli yang berdasarkan pada apa yang terjadi di masyarakat. Bersifat kumulatif artinya ilmu sosiologi kesehatan yang sekarang dipelajari tidak lain adalah pengembangan dari ilmu sosiologi kesehatan yang telah ada sebelumnya. Sehingga ilmu sosiologi kesehatan bersifat dinamis dalam artian dapat berubah sesuai dengan kondisi sosial yang terjadi saat ini Tidak bersifat menilai artinya ilmu sosiologi kesehatan tidak dapat membenarkan dan menyalahkan tindakan atau perilaku individu/kelompok masyarakat karena tiap daerah memiliki norma tersendiri sehingga apa yang dianggap salah di satu daerah bisa dianggap benar di daerah lain, begitu juga sebaliknya.

Dalam upaya memahami suatu gejala sosial dalam masyarakat maka studi-studi dalam sosiologi dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan (Sarwono, 1993) yaitu: 1. Pendekatan Emik: yaitu menguraikan suatu gejala sosial sesuai dengan pandangan si pelaku sendiri, memahami perilaku individu/masyarakat dari sudut pandang si pelaku sendiri (individu tersebut atau anggota masyarakat yang bersangkutan). 2. Pendekatan Etik: yaitu upaya menguraikan suatu gejala sosial atau interaksi sosial dari sudut pandang orang luar/sudut pandang observer (menganalisa perilaku atau gejala sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain).

Tes 1 1)

Peran sosiologi dalam praktik kesehatan (bidang kedokteran) adalah... A. Mampu menganalisis fakta sosial B. Menganalisis dinamika dan proses perubahan sosial C. Memahami sifat, karakter, atau norma masyarakat yang berlaku sehingga promosi kesehatan dapat berjalan dengan efektif D. Menambah kemampuan untuk melakukan penilaian klinis secara lebih rasional

2)

Objek dari sosiologi adalah... A. Individu B. Keluarga C. Masyarakat D. Perilaku

3)

August Comte yang dikenal sebagai bapak sosiologi membagi sosiologi menjadi... A. Sosiologi Empiris dan Sosiologi Teoretis B. Sosiologi Statis dan Sosiologi Dinamis C. Sosiologi Kedokteran dan Sosiologi Kesehatan D. Sosiologi Etik dan Sosiologi Emik

15

 Sosiologi Kesehatan 

4)

Menganalisa perilaku atau gejala sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain merupakan pendekatan... A. Sosiologi B. Kebudayaan C. Etik D. Emik

5)

Mempelajari/meneliti perilaku masyarakat Suku Anak Dalam (Suku Kubu) yang tinggal di daerah pedalaman Jambi hanya bisa dilakukan dengan pendekatan... A. Sosiologi B. Kebudayaan C. Etik D. Emik

16

 Sosiologi Kesehatan 

Topik 2 Pandangan Sosiologi Mengenai Kesehatan dan Penyakit Saudara mahasiswa, anda tentu pernah merasakan sakit, seperti flu, sakit kepala atau sakit lainnya, dimana anda merasa adanya ketidaknyamanan, tidak mengenakkan dan anda tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari. Selain itu, anda tentu juga pernah merasakan sehat, dimana semuanya terasa sehat secara fisik maupun mental. Anda merasa sehat dimana anda merasa tidak mempunyai keluhan dengan keadaan fisik dan mental. Anda merasa keadaan yang enak, nyaman dan bahagia, dan dapat melakukan pekerjaan seharihari dalam kondisi prima. Penting untuk Saudara catat, bahwa konsep sehat dan sakit dalam sosiologi berbeda dengan konsep sehat dan sakit dalam pandangan para akademisi dan praktisi ilmu-ilmu kesehatan. A.

KESEHATAN

1.

Definisi Biomedis Wolinsky (dalam Sunarto, 2014) menjelaskan bahwa bagi dokter, simtom (symptom) dan tanda (sign) penyakit merupakan bukti adanya gangguan biologis pada tubuh manusia yang memerlukan penanganan medis, kesehatan adalah ketiadaan simton dan tanda penyakit yang membuktikan ketiadaan penyakit atau malfungsi faaliah. Wolinsky mengemukakan beberapa keberatan terhadap definisi kesehatan menurut kalangan medis. Pertama, tanda penyakit memang dianggap sebagai bukti objektif mengenai ada tidaknya suatu penyakit karena dapat diamati oleh petugas kesehatan, namun simtom penyakit tidak selalu dapat dianggap sebagai bukti objektif karena sering tidak dapat diamati petugas kesehatan melainkan didasarkan pada laporan pasien. Wolinsky berpendapat bahwa laporan pasien tidak dapat dianggap sebagai bukti objektif karena hasil penelitian menunjukkan bahwa laporan pasien diwarnai pandangan hidup dan warisan budayanya. Dalam suatu kebudayaan tertentu pasien cenderung mengecilkan arti simtom penyakitnya, sedangkan pasien dari kebudayaan lain justru cenderung membesar-besarkan simtom penyakit yang dirasakannya. Penelitian pun mengungkapkan bahwa dalam berbagai kebudayaan pasien cenderung menyeleksi gejala mana yang akan dilaporkan kepada dokter dan gejala mana yang tidak. Dengan demikian, keobjektifan simtom penyakit yang direkam dokter berdasarkan laporan pasien itu patut diragukan. Kedua dalam definisi kesehatan dari sudut medis ialah bahwa seseorang yang secara medis dianggap sehat mungkin secara sosial dan psikologis tidak sehat. 2.

Definisi WHO Ruang lingkup definisi WHO lebih luas daripada definisi medis karena mencakup baik kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan penyakit ataupun kelesuan(a state of complete physical mental and social wellbeing). Menurut Mechanic (dalam Sunarto, 2014) ruang lingkup definisi WHO terlalu luas sehingga sulit dioperasionalisasikan untuk membedakan orang sehat dan orang sakit. 17

 Sosiologi Kesehatan 

3.

Definisi Undang-undang Kesehatan UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. 4.

Definisi Psikologi Menurut Weiss dan Lonquist (1996: 107), kesehatan dapat pula dipandang dari segi psikologi, mereka berpendapat kesehatan psikologis mencakup tiga unsur a) keterlibatan yang menyenangkan (seperti rasa senang karena telah berprestasi ataupun dipuji), b) kepuasan jangka panjang (seperti kebahagiaan karena situasi keluarga yang positif), dan c) ketiadaan dampak negatif (seperti kesunyian atau ketidakbahagiaan). 5.

Definisi Blum Kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur yang saling berinteraksi dan saling terkait secara hierarkis, yaitu apa yang dinamakannya kesehatan somatik yang ditandai berlangsungnya fungsi fisiologi dan integrasi anatomi, kesehatan psikis yang mengacu pada berbagai kemampuan, seperti kemampuan mengetahui, mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan kesehatan somatiknya sendiri, dan kesehatan sosial yang mengacu pada kesesuaian perilaku individu dengan anggota lain dalam keluarganya, dengan keluarganya dan dengan sistem yang lebih luas. 6.

Definisi sosiologi Parsons berpendapat seseorang dianggap sehat manakala ia mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi, terlepas dari apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Menurut Parsons pula kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada peran yang dijalankannya dalam masyarakat. Secara sosiologis seorang dokter dianggap sehat apabila mampu berperan sebagai dokter, sedangkan ukuran kesehatan tukang sapu ialah kemampuannya untuk berperan sebagai tukang sapu. Nah, Saudara mahasiswa sudah tahu kan, bahwa para ahli kesehatan mendefinisikan kesehatan sebagai ketiadaan simtom dan tanda penyakit, Parsons mengaitkan kesehatan dengan peran dalam masyarakat, sedangkan WHO dan Undang-undang kesehatan negara kita merumuskan kesehatan dalam kaitannya dengan kesejahteraan.

18

 Sosiologi Kesehatan 

Untuk membuat saudara lebih paham tentang beberapa definisi kesehatan diatas, buatlah suatu matriks yang dapat menjelaskan perbedaan definisi-definisi diatas (menurut Ilmu kesehatan,WHO, UU Kesehatan dan menurut sosiologi).

B.

PERILAKU KESEHATAN

Kesehatan terkait erat dengan perilaku. Ada perilaku yang cenderung menunjang kesehatan dan ada pula perilaku yang cenderung membahayakan kesehatan. Perilaku yang dimaksudkan dapat berupa perilaku perorangan maupun kelompok. Menurut Glanz dan Maddock (dalam Sunarto 2014) “perilaku kesehatan merujuk pada tindakan individu, kelompok, dan organisasi termasuk pula hal-hal yang menyebabkan, berkorelasi dengan, dan diakibatkan oleh tindakan tersebut-yang mencakup perubahan sosial, perkembangan dan penerapan kebijakan, peningkatan kemampuan penanggulangan, dan peningkatan kualitas hidup” (the action of individuals, groups, and organizations, as well as the determinants, correlates, and consequences, of these action-which include social change, policy development and implementation, improved caping skills, and enhanced quality of life). Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan seseorang yang merasa dirinya sehat, dan bertujuan memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. 3 tujuan yang ingin dicapai dalam perilaku sehat ini adalah : • Perilaku preventive • Protective • Promotive Solita Sarwono mengatakan perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya khususnya menyangkut pengetahuan & sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan & penyakit. Bloom mengatakan bahwa perilaku merupakan salah satu aspek yang menentukan derajat kesehatan masyarakat.

19

 Sosiologi Kesehatan 

Keturun an

Fasilitas Kesehata n

Status

Lingkunga n

Kesehatan

Fisik & Sosbud

Perilaku

Gambar 5. Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan (H.L. Bloom)

Gambar 6. Faktor Faktor-faktor faktor yang mempengaruhi Kesehatan (FL.Dunn) Kasl dan Cobb, dalam Sunarto 2014, membedakan tiga jenis perilaku kesehatan, yaitu perilaku kesehatan preventif ((preventive health behavior, perilaku sakit (illnes illnes behavior), behavior dan perilaku peran sakit (sick-role role behavior behavior). Perilaku kesehatan preventif mencakup perilaku melindungi diri (self-protective ( behavior) atau perilaku hati--hati hati yaitu setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu yang percaya bahwa mereka sehat, dengan maksud mencegah dan mendeteksi penyakit dalam keadaan asimtomatis. Contohnya antara lain penggunaa penggunaan n helm oleh pengendara sepeda motor atau sabuk pengaman oleh pengendara mobil. 20

 Sosiologi Kesehatan 

Glanz dan Maddock dalam Sunarto, 2014 membedakan perilaku kesehatan yang dilakukan sekali dan yang dilakukan secara berkala. Misalnya imunisasi dasar lengkap pada bayi, yaitu BCG, campak, DPT, Hepatitis B, dan polio yang semua itu dilakukan satu kali, sedangkan pemeriksaan tekanan darah atau pemeriksaan laboratorium terhadap misalnya fungsi ginjal atau fungsi hati biasanya dilakukan secara berkala. Mereka juga membedakan pula antara perilaku kesehatan yang dilakukan seseorang untuk dirinya sendiri, dan yang mempengaruhi orang lain. Misalnya tindakan pengolesan lotion anti nyamuk di kulit untuk mencegah gigitan nyamuk dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, sedangkan tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Aedes aegypti, antara lain berupa pengasapan (fogging) dan pembubuhan abate di tempat penampungan air di rumah dan halaman kita untuk mencegah penyakit demam berdarah (dengue) merupakan perilaku kesehatan yang berpengaruh pula bagi penghuni lain. Klasifikasi lain yang disebutkan Glanz dan Maddock adalah perilaku yang berkaitan dengan kesehatan (health-related behavior) dan perilaku yang dituntun oleh kesehatan (health-directed behavior). Tipe pertama, merujuk pada tindakan yang ada kaitannya dengan kesehatan tetapi belum tentu berhubungan langsung dengan upaya untuk memulihkan, mempertahankan atau meningkatkan kesehatan seseorang, misalnya mengurus surat keterangan berbadan sehat dari dokter untuk memperoleh surat izin mengemudi kendaraan bermotor atau untuk memenuhi persyaratan lamaran pekerjaan. Tipe kedua, merujuk pada tindakan yang memang dilakukan dengan maksud untuk memulihkan, mempertahankan atau meningkatkan kesehatan seseorang, seperti berobat ke dokter di kala kesehatan terganggu atau minum obat anti malaria sebelum berkunjung ke suatu daerah endemis malaria. Kategori-kategori lain yang kemudian diperkenalkan Glanz dan Maddock ialah perilaku merawat diri (self-care behavior), yaitu tindakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan diri misalnya menggosok gigi dengan teratur, mengonsumsi obat bebas atau mengobati dan membalut luka sendiri; perilaku pemanfaatan perawatan kesehatan(health care utilization behavior) misalnya pemanfaatan puskesmas, klinik, rumah sakit atau praktik dokter untuk menanggulangi gangguan kesehatan; perilaku makan (dietary behavior), yaitu pola makan atau pola konsumsi yang terkait dengan makan yang dilakukan seseorang, misalnya memasak daging ayam sampai 80o C selama sekurang-kurangnya 1 menit untuk mencegah tertular flu burung; perilaku penggunaan zat (substance-use behavior), yaitu perilaku penggunaan berbagai jenis zat, seperti minuman keras secara berlebihan termasuk penyalahgunaan obat resep seperti golongan narkotika; perilaku seks (sexual behavior) baik yang melibatkan hubungan seks atau tidak, seperti berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom; perilaku nekat (reckless behavior), yaitu penempatan diri dalam keadaan yang meningkatkan risiko terhadap gangguan kesehatan, cedera atau ancaman terhadap jiwa, seperti membersihkan kaca gedung bertingkat tanpa dilengkapi dengan perlengkapan pengaman yang memadai atau kontak langsung dengan unggas yang sudah diduga terinfeksi flu burung.

21

 Sosiologi Kesehatan 

Glanz dan Maddock juga menyebutkan adanya perilaku kesehatan yang dilakukan dalam jangka waktu panjang. Pola perilaku kompleks berkesinambungan mereka namakan perilaku ‘gaya hidup’ (lifestyle behavior). Bilamana himpunan perilaku berkesinambungan tersebut berkaitan dengan kesehatan, mereka menamakannya dengan ‘gaya hidup sehat’ (healthty lifestyle). Dari berbagai contoh tersebut tampak bahwa perilaku kesehatan tidak selalu menunjang kesehatan, ada pula perilaku kesehatan yang membahayakan kesehatan, seperti penyalahgunaan narkotika atau makan makanan cepat saji yang berkadar lemak tinggi. Ditinjau dari segi medis perilaku kesehatan pun tidak selalu efektif, sebagaimana pernah terungkap dalam berbagai survei, upaya pekerja seks untuk mencegah HIV/AIDS dengan memperoleh suntikan secara berkala atau upaya warga di daerah endemi malaria untuk mencegah malaria dengan menghindari makan nasi Padang merupakan perilaku kesehatan yang ditinjau dari segi medis tidak efektif. C.

MODEL PERILAKU KESEHATAN

Untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, para ilmuwan kesehatan mengembangkan berbagai model perilaku kesehatan. Para ahli Missisipi State Unversity Extension Service merinci sejumlah model perilaku kesehatan yang banyak digunakan dalam 20-30 tahun terakhir, yang mereka klasifikasikan ke dalam 3 jenjang: model atau teori perilaku kesehatan pada jenjang individu (intrapribadi), antarpribadi, dan komunitas. Salah satunya model yang diklasifikasikan sebagai model di jenjang intrapribadi, yaitu, model kepercayaan kesehatan (health belief model, disingkat HBM), yaitu suatu model psikologis yang berupaya menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan dengan menempatkan fokus pada sikap dan kepercayaan individu. HBM merupakan salah satu teori awal yang diciptakan oleh Irwin Rosenstock dan rekan-rekannya. HBM merupakan suatu model yang banyak digunakan dan diterapkan oleh para ilmuwan kesehatan. HBM bertujuan menjelaskan perubahan pada perilaku kesehatan sehingga memungkinkan direncanakannya intervensi yang tepat. Family Health Internasional 2004 (dalam Sunarto, 2014) merinci variabel-variabel utama HBM sebagai berikut: a) persepsi mengenai ancaman (perceived threat), yang terbagi atas dua komponen yaitu persepsi mengenai kerentanan (perceived susceptibility) dan persepsi mengenai tingkat kegawatan (perceived severity); b) persepsi mengenai manfaat (perceived benefits); c) persepsi mengenai hambatan (perceived barriers); d) isyarat untuk bertindak (cues to action); e) variabel-variabel lain; dan f) efektivitas diri (self-efficacy). Bagaimanakah cara health belief model menjelaskan perubahan pada perilaku kesehatan? Marilah kita andaikan bahwa seorang peternak ayam mempersepsikan flu burung (avian influenza) sebagai suatu ancaman yang gawat bagi diri dan keluarganya karena melalui penyuluhan oleh petugas kecamatan maupun dari pemberitaan di media massa telah diperoleh informasi bahwa kecamatan di tempat tinggalnya telah dinyatakan

22

 Sosiologi Kesehatan 

sebagai daerah endemi flu burung. Padahal flu burung merupakan suatu penyakit yang sebagian besar penderitanya meninggal dunia dalam waktu singkat dan pada tahun 2008 telah merenggut lebih dari 100 jiwa manusia di Indonesia (persepsi mengenai kerentanan terhadap ancaman). Oleh karena itu setiap hari merawat sendiri ayam yang dipeliharanya, ia menyadari bahwa kedekatannya dan bahkan kontak langsung dengan ayam, telur, dan kotoran ayam menjadikannya sangat rentan terhadap ancaman maut dari penyakit tersebut (persepsi mengenai gawatnya ancaman). Ia menyadari bahwa ia tidak beternak ayam lagi maka risiko tertular flu burung pun akan jauh berkurang (persepsi mengenai manfaat). Namun, ia menyadari pula bahwa beternak ayam merupakan sumber utama penghasilannya (persepsi mengenai hambatan). Sementara itu, sejumlah ayam mendadak sakit dan mati (isyarat untuk bertindak), dan beredar berita bahwa dalam waktu dekat pihak kecamatan akan melaksanakan pemusnahan unggas atau depopulasi di keluarannya (variabel lain). Setelah dengan masak mempertimbangkan untung-ruginya ia memutuskan untuk mengutamakan kesehatan pribadi dan keluarganya dan mengupayakan modal untuk memulai suatu usaha di bidang lain yang dinilainya cukup prospektif, misalnya usaha budidaya ikan hias (efektivitas diri). Akan tetapi dengan sendirinya kenyataan dalam masyarakat kita sering tidak sejalan dengan apa yang dicontohkan ini. Meskipun sosialisasi mengenai bahaya flu burung terhadap jiwa manusia telah banyak dilakukan melalui penyuluhan maupun media massa, namun hingga kini banyak peternak unggas yang tidak atau kurang mempunyai informasi yang benar mengenai flu burung. Mereka yang mempunyai informasi pun belum tentu merasa bahwa kesehatannya terancam. Mereka yang telah sadar bahwa kesehatannya terancam pun belum tentu menyadari bahwa ancaman flu burung dapat dikurangi dengan vaksinasi unggas, penerapan biosekuriti (biosecurity) dan keamanan makanan (food security) atau dengan pemusnahan unggasnya (depopulasi). Mereka yang telah menyadari adanya berbagai upaya pencegahan pun dapat memutuskan bahwa mereka tidak mampu menerapkan karena pertimbangan biaya hidup sehingga mereka tidak melakukan upaya pencegahan apapun, dan seterusnya. Oleh sebab itu para ahli mengkaji cara-cara mempengaruhi berbagai variabel dalam HBM tersebut agar perilaku seseorang dapat terpicu untuk berubah ke arah perilaku yang lebih sehat. Model perilaku kesehatan yag lain adalah model perilaku kesehatan menurut Nico S. Kalangie:

23

 Sosiologi Kesehatan 

Sadar/Tahu (S)

Tidak Sadar/ Tidak Tahu (TS)

Menguntungkan (U)

1

4

Potensi (Stimulan)

Merugikan (R)

2

3

Kendala

Gambar 7. Model Perilaku Kesehatan (Nico S. Kalangie) •

• •



D.

Kotak 1: Menunjukkan kegiatan manusia yang secara sengaja dilakukan untuk menjaga, meningkatkan kesehatan & menyembuhkan diri dari penyakit & gangguan kesehatan. Kegiatan ini berupa tindakan2 preventif, kuratif, promotiv baik yang dilakukan secara tradisional maupun modern Kotak 2: Perilaku yang berakibat merugikan atau merusak kesehatan , menyebabkan kematian, namun secara sadar atau disengaja dilakukan, (merokok, alkolic, workolic) Kotak 3: Mencakup semua tindakan yang baik secara tidak disadari dapat mengganggu kesehatan (penggunaan jarum suntik yang berulang, rumah tanpa jamban, memakai alat tidak steril untuk sunat & potong tali pusar bayi). Kotak 4: kegiatan yang tidak secara tidak disadari atau disengaja dapat meningkatkan kesehatan (menimba air di sumur, ke kampus jalan kaki) PENYAKIT

Bagi Conrad dan Kern, 1994 disease merupakan gejala biofisiologi yang mempengaruhi tubuh, sedangkan ilness adalah gejala sosial yang menyertai atau mengelilingi disease. Menurut Field, 1995 disease adalah konsep medis mengenai keadaan tubuh tidak normal yang menurut para ahli dapat diketahui dari mana simtom tertentu, sedangkan illness adalah perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya terganggu. Arthur Kleinman, seorang psikiater sosial, antropolog budaya dan antropolog medis berpendapat bahwa disease adalah masalah yang dikonsepsualisasikan dari sudut pandang dokter, sedangkan illness adalah perspektif unik pasien dan keluarganya manakala mereka mendeskripsikan masalahnya dan berupaya menanggulanginya dalam rentang hidup mereka (dikutip dalam Sunarto, 2014). Sarwono (1993) merumuskan disease sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme sebagai akibat infeksi atau tekanan lingkungan dan illness sebagai penilaian individu terhadap pengalaman menderita penyakit. Menurut Sarwono disease bersifat objektif, sedangkan illness adalah fenomena yang bersifat subjektif. 24

 Sosiologi Kesehatan 

E.

PERILAKU SAKIT

Perilaku sakit menurut Sarwono (1993) segala tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku Sakit adalah cara seseorang bereaksi terhadap gejala-gejala penyakit yang dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinannya terhadap apa yang harus diperbuat untuk menghadapinya (Fauzi Muzaham). Perilaku sakit mencakup segala jenis upaya yang berkenaan dengan penyakit, muai dari pengobatan diri sendiri sampai ke pencarian bantuan medis. Perilaku sakit itu sendiri (alternative perilaku):  Mencari pertolongan medis dari berbagai sumber atau pemberi layanan.  Fragmentasi perawatan medis.  Menunda upaya mencari pertolongan sesuai dengan gejala atau keadaan yang dirasakan.  Melakukan pengobatan sendiri.  Membatalkan atau menghentikan pengobatan. Faktor yang mempengaruhi perilaku sakit yaitu sebagai berikut: 1. Klasifikasi Mechanic Tanggapan seseorang terhadap suatu penyakit ditentukan oleh berbagai faktor dan sejumlah ahli berupaya mengidentifikasikan faktor tersebut. Salah seorang diantaranya Mechanic, yang menyebutkan sepuluh faktor atau variabel yang mempengaruhi tanggapan baik si penderita sakit sendiri (self-defined) maupun orang lain (other defined) terhadap situasi sakit seseorang. Kesepuluh faktor tersebut adalah: a. Apakah tanda atau simptom kelainan tersebut tampak (visibility), dapat dikenal (recognizability), mencolok (perceptual solinse) ataukah tidak. Dari sudut pandang orang lain, tanda atau simtom kelainan yang tampak dengan jelas, dapat dikenali, dan tampak mencolok pada seseorang (seperti anggapan mengenai adanya tanda atau simtom penyakit jiwa karena histeris atau perilaku aneh dan agresif yang mencolok) merupakan faktor yang cenderung lebih mendorong diambilnya tindakan daripada tanda atau simtom kelainan yang terselubung atau dapat disembunyikan oleh si penderita (misalnya gangguan jiwa, seperti skizofrenia yang mungkin belum diketahui orang lain karena dalam pandangan orang lain perilaku seseorang masih tampak normal). Dari sudut pandang si penderita, simtom mencolok, seperti sakit perut, sakit kepala atau demam akan lebih cepat memperoleh tanggapan daripada simtom yang tidak dapat akan tampak tanpa pemeriksaan medis (seperti tahap awal kanker, TBC atau HIV). b. Apakah tanda atau simtom kelainan serius atau tidak. Orang lain akan cenderung mengambil tindakan manakala seseorang menampilkan simtom yang mengarah ke perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri ataupun orang lain (seperti perilaku agresif atau percobaan bunuh diri). Seseorang akan lebih cenderung mencari bantuan medis bagi dirinya apabila ia mengalami simtom yang terasa aneh, tidak dikenal dan mengancam (seperti suhu badan tinggi, insomnia atau timbulnya abses) daripada apabila ia menghadapi simtom yang sudah sering dialami (seperti influenza).

25

 Sosiologi Kesehatan 

c.

d.

e.

f.

g.

h.

Apakah tanda atau simtom kelainan mengganggu keluarga, pekerjaan, dan kegiatan sosial lain. Perilaku agresif seorang penyalah guna zat adiktif yang mengganggu lingkungan sosialnya akan lebih mendorong orang lain untuk bertindak terhadapnya daripada apabila ia bersikap pasif. Seseorang akan cepat bertindak apabila mengalami simtom yang dianggapnya mengganggu interaksi sosial, seperti luka, kejang otot, diare akut atau sakit gigi, daripada simtom kelainan yang tidak dirasakan meskipun dari segi medis mungkin sudah tergolong kasus gawat darurat (seperti perdarahan otak yang mungkin dirasakan sebagai sakit kepala biasa) Apakah tanda atau simtom kelainan itu sering muncul, bertahan, sering kembali atau tidak. Orang lain akan lebih cenderung bertindak manakala suatu simtom tertentu seperti depresi mental karena penyalahgunaan zat adiktif sering terulang daripada apabila seseorang baru pertama kali mengisap ganja. Ambang toleransi orang yang teterpa dan menilai tanda dari simtom kelainan. Di suatu kalangan sosial dan budaya tertentu warga masyarakat cenderung lebih toleran terhadap simtom kelainan daripada dalam lingkungan sosial atau budaya lain. Dalam kalangan sosial tertentu, simtom penyakit menular seksual mungkin akan disembunyikan selama mungkin karena dianggap memalukan, sedangkan dalam kalangan sosial lain simtom awal penyakit menular seksual sudah cukup alasan untuk segera mencari bantuan medis. Setiap individu pun mempunyai ambang toleransi yang berlainan, ada orang yang tidak tahan terhadap rasa sakit dan menanggapinya dengan berbagai perilaku, seperti mengeluh, mengerang, meronta-ronta dan menangis, sedangkan orang lain mungkin mampu tenang dan menahan rasa sakit meskipun mengalami rasa nyeri yang setara atau bahkan lebih besar. Informasi, pengetahuan, anggapan budaya, serta pemahaman yang dipunyai orang yang membuat penilaian terhadap tanda dan simtom kelainan. Orang yang mempunyai lebih banyak informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai makna simtom kelainan, seperti tekanan darah rendah, tekanan darah tinggi atau diabetes, akan berperilaku lain daripada orang yang sama sekali tidak memiliki informasi demikian. Keperluan psikologis yang mempengaruhi proses psikologis. Orang secara psikologis sering tidak dapat atau sukar menerima kenyataan bahwa orang lain yang dicintainya (isteri, anak, suami, orang tua, saudara kandung, teman) sedang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan cepat atau lambat akan mengakibatkan kematian si penderita. Penyangkalan terhadap kenyataan medis ini dapat mempengaruhi upaya kesehatan yang ditempuh oleh teman dan kerabat. Keadaan psikologis individu yang menderita sakit pun mempengaruhi upaya kesehatan yang ditempuhnya. Rasa cemas dan takut terhadap suatu penyakit menular atau penyakit kronik tertentu beserta berbagai dampaknya dapat saja mempercepat upaya kesehatan, tetapi dapat pula menundanya. Keperluan yang bersaing dengan tanggapan terhadap penyakit. Orang tua mungkin menunda upaya kesehatan bagi anaknya yang sakit manakala mereka merasa bahwa mereka terpaksa masih harus memprioritaskan pemenuhan keperluan pokok sehari-

26

 Sosiologi Kesehatan 

i.

j.

2.

hari. Seseorang dapat mempertaruhkan kesehatan dan bahkan jiwanya demi hal lain yang dianggapnya lebih penting, seperti keberhasilan pelaksanaan tugas di tempat kerja. Persaingan dalam penafsiran makna tanda dan simtom yang ditemukenali. Apa yang dianggap oleh kalangan medis sebagai tanda atau simtom penyakit mungkin diberi penafsiran lain oleh para teman atau kerabat seseorang yang disangka sakit, misalnya masih dianggap sebagai gejala normal. Pandangan seperti ini dapat mempengaruhi jenis dan kecepatan upaya kesehatan yang ditempuh. Dari sudut pandang perorangan, simtom kelainan pun dapat dipandang sebagai hal yang normal. Orang yang dalam pekerjaannya sehari-hari melakukan kegiatan fisik berat dapat mengabaikan simtom kelainan karena menafsirkannya sebagai gejala normal yang berkaitan dengan beban kerja fisiknya. Ada tidaknya sarana untuk perawatan, kedekatan fisik, dan biaya fisik serta dana untuk dapat dilakukannya suatu upaya kesehatan. Mereka yang tempat tinggalnya dekat dengan sarana kesehatan akan berpeluang lebih besar untuk memanfaatkan sarana tersebut daripada mereka bertempat tinggal jauh; mereka yang secara ekonomis mampu menanggung biaya kesehatan akan lebih cenderung memanfaatkan sarana kesehatan daripada mereka yang tergolong dalam kelompok ekonomi lemah. Klasifikasi Scambler a. Keanekaragaman budaya. Faktor budaya mempengaruhi penafsiran simtom. b. Fenomenologi simtom dan pengetahuan mengenai penyakit. Simtom yang tampak mencolok lebih cenderung ditafsirkan sebagai penyakit yang harus segera ditangani daripada simtom yang kurang menonjol meskipun secara medis sudah dianggap gawat. c. Pemicu (triggers). Meskipun simtom penyakit telah ditemukenali namun keputusan apakah suatu tindakan akan diambil atau tidak, bentuk tindakan yang akan diambil dan saat dilakukannya tindakan tergantung pada sejumlah faktor pemicu tertentu. Scambler menyebutkan lima jenis pemicu, yaitu sebagai berikut: 1) Terjadinya suatu krisis antarpribadi. Keputusan seorang pengidap penyakit untuk segera mencari bantuan medis dapat terpicu oleh peristiwa meninggalnya seorang kerabat yang menderita penyakit sama dengan yang kini sedang diidapnya. 2) Keterkaitan dengan hubungan pribadi atau sosial. Seorang pemuda yang semula membiarkan adanya jerawat di wajahnya, misalnya mungkin saja memutuskan untuk segera mencari bantuan medis setelah mulai menjalin hubungan cinta dengan seorang gadis. 3) Tekanan dari pihak lain untuk mencari bantuan medis (sanctioning). Seseorang yang merasakan simtom penyakit, tetapi berkali-kali menunda upaya kesehatan mungkin memutuskan untuk mencari bantuan medis setelah didesak keluarganya.

27

 Sosiologi Kesehatan 

4)

d.

e.

f.

F.

Keterkaitan dengan kegiatan pekerjaan atau fisik. Suatu tawaran beasiswa atau tawaran pekerjaan yang disertai syarat pemeriksaan kesehatan, misalnya dapat mendorong orang untuk segera menjalani pemeriksaan kesehatan yang telah berulangkali tertunda; suatu undangan untuk memberikan ceramah atau khotbah dapat mendorong seseorang untuk segera berkunjung ke dokter gigi atau dokter mata. 5) Pemberian batas waktu pada simtom (temporalizing of symtomatology). Menurut Scambler ada orang yang mengemukakan bahwa ia akan mencari bantuan medis apabila simtomnya tidak hilang setelah jangka waktu tertentu atau muncul lagi setelah hilang. Persepsi biaya dan manfaat. Sebagaimana dalam klasifikasi Mechanic maka dalam skala prioritas seseorang upaya kesehatan tidak selalu menempati urutan pertama. Pengeluaran dana untuk keperluan upaya kesehatan dapat tertunda untuk sesuatu yang dianggap lebih penting, seperti biaya hidup sehari-hari, biaya pendidikan atau pelaksanaan tugas. Rujukan dan intervensi awam. Menurut Scambler, dalam masyarakat dijumpai apa yang oleh Freidson dinamakan “sistem rujukan awam” (lay referral systems), yaitu sebelum mencari bantuan medis seseorang sering berkonsultasi terlebih dahulu dengan orang awam, seperti teman dan kerabat. Akses ke sarana kesehatan. Kemudahan memperoleh pelayanan medis berkaitan dengan frekuensi pemanfaatannya. Scambler mengutip pandangan Tudor-Hart yang menyatakan bahwa penyediaan pelayanan medis berbanding terbalik dengan keperluan terhadapnya, seperti di kawasan dengan morbiditas tinggi dijumpai sedikit sarana kesehatan sedangkan di kawasan dengan morbiditas rendah dijumpai banyak sarana kesehatan. Tudor-Hart menamakan gejala ini “hukum pelayanan terbalik” (inverse care law) dan mengemukakan bahwa hal ini disebabkan ekonomi pasar, seperti kawasan yang makmur mempunyai daya tarik bagi sarana kesehatan.

PANDANGAN SOSIOLOGI MENGENAI PENYAKIT

Menurut Parsons keadaan sakit (illness) merupakan gangguan pada kemampuan individu untuk menjalankan tugas atau peran yang diharapkan darinya. Baginya sakit merupakan suatu peran sosial, dan seseorang yang sakit mempunyai sejumlah hak maupun kewajiban sosial. Menurut Parsons situasi seorang pasien ditandai oleh keadaan ketidakberdayaan dan keperluan untuk ditolong, ketiadaan kompetensi teknis, dan keterlibatan emosional. Apabila individu tidak mampu menjalankan tugas dan perannya karena faktor yang berada di luar kehendak dan kekuasaannya maka menurut Parsons, individu tersebut kemudian diharapkan untuk menjalankan apa yang dinamakannya peran sakit (sick role).Peranan sakit terjadi jika penyakit telah didefinisikan cukup serius, sehingga tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh peranan normalnya serta memberikan tuntutan tambahan kepada orang2 di sekelilingnya. Peranan pasien terjadi jika yang sakit menghubungi dokter dan tunduk atas instruksi dokter. 28

 Sosiologi Kesehatan 

Parsons sebagai seorang sosiolog memandang masalah kesehatan dari sudut pandang kesinambungan sistem sosial. Dari susut pandang ini tingkat kesehatan terlalu rendah atau tingkat penyakit terlalu tinggi pada anggota masyarakat merupakan suatu hal yang mengganggu berfungsinya sistem sosial karena gangguan kesehatan menghalangi kemampuan anggota masyarakat untuk dapat melaksanakan peran sosialnya. Seperti contoh seorang anggota keluarga diidap suatu penyakit tertentu seperti ayah, ibu, atau anak akan mengurangi kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas sehari-hari sehingga berfungsinya seluruh keluarga pun akan mengalami gangguan. Selain mengganggu berfungsinya manusia sebagai suatu sistem biologis, penyakit pun mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial seseorang. Kita tentu dapat membayangkan atau bahkan mungkin pernah merasakan sendiri berbagai jenis perasaan, seperti rasa kesal, malu, rendah diri, menurunnya harga diri ataupun stigma yang menyertai suatu penyakit. Masyarakat berkepentingan terhadap pengendalian mortalitas dan morbiditas. Menurut Parsons ini tidak hanya disebabkan karena penyakit mengganggu berfungsinya seorang sebagai anggota masyarakat, tetapi juga karena penyakit, apalagi kematian dini, merugikan kepentingan masyarakat yang telah mengeluarkan biaya besar bagi kelahiran, pengasuhan dan sosialisasi anggota masyarakat. G.

HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN

Suatu upaya kesehatan melibatkan berbagai bentuk hubungan antara petugas kesehatan dengan klien mereka. Berhasil-tidaknya suatu upaya kesehatan, selain dipengaruhi berbagai faktor medis dan nonmedis lain, akan sangat dipengaruhi pula oleh hubungan yang berlangsung antara kedua belah pihak. Contohnya, perasaan percaya pasien terhadap ahli jantung yang merawatnya akan lebih memungkinkan dibuatnya diagnosis yang tepat dan ditempuhnya upaya kesehatan yang sesuai, misalnya bedah jantung. Kajian awal terhadap hubungan dokter-pasien dalam sosiologi dipelopori Henderson. Di antara berbagai tema sosiologi yang dikajinya kita jumpai tema konsep sistem dan sistem sosial serta tema sosiologi medis. Pemikiran Henderson kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Parsons, antara lain dalam tulisannya mengenai praktik medis modern. Salah satu tulisan Parsons yang sangat berpengaruh dalam sosiologi kesehatan dimuatnya dalam buku The Social System. Baginya praktik medis merupakan mekanisme dalam sistem sosial untuk menanggulangi penyakit para anggota masyarakat. Menurut Parsons peran dokter terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakitnya dalam batas kemampuannya. Untuk melaksanakan tanggung jawabnya ini dokter diharapkan untuk menguasai dan menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran dan teknikteknik yang didasarkan kepadanya. Untuk kepentingan penyembuhan pasien, tidak jarang hubungan dokter-pasien melibatkan hal yang bersifat sangat pribadi. Di samping kontak fisik dengan pasien dokter pun dapat menanyakan hal sangat pribadi yang biasanya tidak diungkapkan kepada orang lain. Sumber ketegangan lain yang dikemukakan Parsons ialah adanya ketergantungan emosional pada dokter. 29

 Sosiologi Kesehatan 

Dalam melakukan perannya sebagai seseorang yang memiliki kompetensi untuk mengobati orang yang sakit, dokter melaksanakan lima fungsi utama; 1. Menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien (kriteria universal versus khusus) 2. Membina interaksi dengan pasien secara luas dan membaur, atau terbatas pada fungsinya sebagai dokter ( membaur versus spesifik) 3. Melibatkan emosi/perasaannya atau bersikap netral dalam hubungannya dengan sang pasien (afektif versus netral) 4. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama (orientasi diri versus orientasi kelompok) 5. Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya (kualitas versus prestasi) Peran Dokter:  Terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakit dalam batas kemampuannya.  Untuk melaksanakan tanggung jawabnya dokter diharapkan menguasai dan menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran. Tabel 2. Skema hubungan dokter dengan pasien Model

Keadaan klinis

Sifat hubungan

Peran dokter

Peran pasien

Aktif-pasif

Melakukan tindakan terhadap pasien

Pasrah menerima (tidak mampu bereaksi)

Koma, terbius

Orangtuaanak kecil

Pemimpinpengikut

Menyuruh pasien melakukan sesuatu

Bekerjasama (patuh)

Infeksi, akut

Orang tuaanak (remaja)

Hubungan setara

Membantu pasien menolong dirinya sendiri

Turut berperan sebagai partner

Penyakit kronis

Dewasadewasa

Proses penyembuhan penyakit tidak hanya ditangani oleh dokter. Dengan makin meningkatnya variasi penyakit dan kerumitan teknologi kedokteran, diperlukan bantuan tenaga lain, seperti perawat, bidan, penata rontgen, ahli gizi, ahli sanitasi, dan sebagainya, yang kesemuanya bergabung menjadi “tim petugas kesehatan”. Ruang lingkup pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pun meluas. Bukan hanya penyembuhan dan perawatan, 30

 Sosiologi Kesehatan 

melainkan juga promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan rehabilitasi. Yang dilayani tidak saja individu pasien, melainkan juga keluarga si sakit dan masyarakat luas. Dengan demikian pendekatan petugas kesehatan tidak lagi terbatas pada pendekatan individual saja, melainkan juga pendekatan kelompok.

Latihan 1) 2)

Jelaskan apa yang dimaksud dengan perilaku sehat dan perilaku sakit Jelaskan macam-macam pola hubungan dokter dengan pasien

Petunjuk Jawaban Latihan Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali materi tentang 1) Perilaku sehat dan sakit 2) Hubungan dokter dan pasien

Ringkasan Dari sudut pandang medis, kesehatan ialah ketiadaan simtom dan tanda penyakit. Wolinsky selanjutnya mengemukakan keberatan terhadap definisi kesehatan menurut kalangan medis ini. Definisi medis lebih sempit daripada definisi WHO, yang mencakup baik kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan penyakit ataupun kelesuan. Namun menurut Mechanic definisi WHO ini sulit dioperasionalisasikan untuk membedakan orang sehat dan orang sakit. Konsep kesehatan dengan cakupan luas kita jumpai pula dalam pandangan Blum. Blum mengemukakan bahwa kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu kesehatan somatik, kesehatan psikis, dan kesehatan sosial. Definisi yang menyerupai definisi WHO kita jumpai dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Parsons menyatakan seseorang yang dianggap sehat manakala ia mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi, terlepas dari persoalan apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Kesehatan terkait erat dengan perilaku. Hubungan antara perilaku dengan kesehatan inilah yang dikaji para ilmuwan kesehatan untuk mengetahui sampai sejauh mana perilaku kesehatan berperan dalam kesehatan perorangan maupun masyarakat. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan para ilmuwan kesehatan mengembangkan berbagai model perilaku kesehatan. Salah satunya adalah Model Kepercayaan kesehatan. Penyakit memiliki makna yang berbeda menurut ilmu kesehatan dan ilmu sosial, ilmu kesehatan selalu melihat bahwa seseorang dinyatakan mengidap suatu penyakit jika pada

31

 Sosiologi Kesehatan 

dirinya ditemukan tanda atau simtom dari suatu penyakit, sedangkan ilmu sosial melihat bahwa penyakit merupakan suatu fenomena subjektif yang berasal dari pengalaman subjektif pula, artinya setiap individu akan memiliki pengalaman yang berbeda-beda tentang suatu penyakit sehingga dijumpai perbedaan dalam penafsiran mengenai penyakit. Anggota masyarakat yang merasakan penyakit akan menampilkan perilaku sakit. Menurut Mechanic perilaku sakit merupakan perilaku yang ada kaitannya dengan penyakit. Tanggapan seseorang terhadap suatu penyakit ditentukan oleh berbagai faktor. Mechanic menyebutkan sepuluh faktor atau variabel yang mempengaruhi tanggapan baik si penderita sakit sendiri maupun orang lain terhadap situasi sakit seseorang. Scambler menawarkan suatu klasifikasi yang lebih singkat, yang terdiri atas enam kategori. Kajian awal terhadap hubungan dokter-pasien dalam sosiologi dipelopori Henderson. Di antara berbagai tema sosiologi yang dikajinya kita jumpai tema konsep sistem dan sistem sosial serta tema sosiologi medis. Pemikiran Henderson kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Parsons, antara lain dalam tulisannya mengenai praktik medis modern. Salah satu tulisan Parsons yang sangat berpengaruh dalam sosiologi kesehatan dimuatnya dalam buku The Social System. Baginya praktik medis merupakan mekanisme dalam sistem sosial untuk menanggulangi penyakit para anggota masyarakat. Menurut Parsons peran dokter terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakitnya dalam batas kemampuannya. Untuk melaksanakan tanggung jawabnya ini dokter diharapkan untuk menguasai dan menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran dan teknikteknik yang didasarkan kepadanya. Dalam melakukan perannya sebagai seseorang yang memiliki kompetensi untuk mengobati orang yang sakit, dokter melaksanakan lima fungsi utama; 1. Menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien (kriteria universal versus khusus) 2. Membina interaksi dengan pasien secara luas dan membaur, atau terbatas pada fungsinya sebagai dokter ( membaur versus spesifik) 3. Melibatkan emosi/perasaannya atau bersikap netral dalam hubungannya dengan sang pasien (afektif versus netral) 4. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama (orientasi diri versus orientasi kelompok) 5. Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya (kualitas versus prestasi) Sedangkan Peran Dokter: 1. Terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakit dalam batas kemampuannya. 2. Untuk melaksanakan tanggung jawabnya dokter diharapkan menguasai dan menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran.

32

 Sosiologi Kesehatan 

Tes 2 1)

Definisi kesehatan menurut Parsons adalah... A. Ketiadaan simtom dan tanda penyakit B. Seseorang mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi, terlepas dari apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak C. Sehat yang mencakup baik kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan penyakit ataupun kelesuan D. Kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu kesehatan somatik, kesehatan psikis, dan kesehatan sosial

2)

Perilaku sehat menurut Solita Sarwono adalah... A. Yang meliputi perilaku promotif, preventif dan kuratif B. tindakan yang dilakukan seseorang yang merasa dirinya sehat, dan bertujuan memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan C. Segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit D. Merupakan salah satu aspek yang menentukan derajat kesehatan masyarakat

3)

Ani adalah remaja berumur 15 tahun. Saat sakit gigi Ani ditemani oleh ibu pergi berobat ke poli gigi puskesmas. Perilaku Ani dan Ibu disebut... A. Perilaku sakit B. Perilaku sehat C. Perilaku protective D. Perilaku preventive

4)

Seorang ibu berumur 29 tahun menderita karies gigi kronis pada gigi M1 rahang bawah. Saat sakit giginya kambuh ibu tersebut selalu berobat ke dokter gigi. Model hubungan “dokter-pasien” dari keadaan klinis ibu tersebut disebut... A. Hubungan aktif-pasif B. Hubungan pemimpin-pengikut C. Hubungan setara D. Hubungan orang tua-anak

5)

Model hubungan “dokter-pasien” dari keadaan klinis seorang pasien yang sedang koma di ruang ICU disebut... A. Hubungan aktif-pasif B. Hubungan pemimpin-pengikut C. Hubungan setara D. Hubungan orang tua-anak

33

 Sosiologi Kesehatan 

Glosarium Istilah

: Arti istilah tersebut

Etiologi

: Penyebab

Demografi

: ilmu kependudukan

Statis

: Tetap

Dinamis

: Berubah

Reward

: Imbalan

Istilah

: Arti istilah tersebut

Illness

: Sakit

Illness behaviour

: perilaku sakit

Preventive

: Pencegahan

Protective

: Perlindungan

Promotive

: Promosi

34

 Sosiologi Kesehatan 

Kunci Jawaban Tes Tes 1 1. D 2. C 3. B 4. C 5. D Tes 2 1. B 2. C 3. A 4. C 5. B

35

 Sosiologi Kesehatan 

Daftar Pustaka Soekanto, S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Sunarto, Kamanto, 2014. Materi Pokok: Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Terbuka Scott, J. 2011. Sosiologi The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Pers Supardan, D. 2009. Pengantar Ilmu Sosial sebuah kajian Pendekatan struktural. Jakarta: Bumi Aksara Sarwono, S. 1993. Sosiologi Kesehatan Beberapa konsep beserta aplikasinya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press White, K. 2011. Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit. Jakarta: Rajagarafindo Persada Widjaja, A.W. 1986. Manusia Indonesia : Individu, Keluarga dan Masyarakat, topic-topik kumpulan bahan bacaan mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Akademika Presindo ,CV http://www.infofisioterapi.com/hubungan-antara-ilmu-perilaku-dengankesehatan.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatanhttp://www.yayasanhak.minihu b.org/direito/txt/2003/22/10_direito.html Soemardjan Selo. Soemardi Soelaeman. Setangkai Bunga Sosiologi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 1964

36

 Sosiologi Kesehatan 

BAB II PENGARUH ASPEK SOSIAL EKONOMI, AGAMA, BUDAYA, SUKU BANGSA DAN GENDER TERHADAP KESEHATAN Yustina Sriani, SKM, MPH & Dewi Rosmalia, SKM, M.Kes

PENDAHULUAN Secara sosiologis telah terbukti adanya perbedaan perilaku individu yang menjadi anggota kelompok yang berlainan di masyarakat. Serta adanya keterkaitan antara keanggotaan dalam kelompok dengan berbagai faktor sosial. Bendix dan Lipset (1965) telah menghantarkan kita ke berbagai hasil penelitian yang memaparkan adanya keterkaitan ketidaksamaan kedudukan dalam stratifikasi dengan berbagai gejala sosial, seperti kestabilan keluarga, keanggotaan dalam kelompok, kebersamaan, gaya berbusana, sikap politik dan hal yang ada sangkut-pautnya dengan kesehatan, seperti fertilitas, harapan hidup, dan kesehatan jiwa. Kaitan faktor sosial dengan kesehatan ini telah lama diamati. Rechelle dan Kern (1994) berpendapat perhatian terhadap hubungan antara kesehatan dan faktor sosial, seperti kemiskinan, faktor ekonomi dan pekerjaan telah berkembang di Eropa semenjak masa kajian medika sosial selama abad XIX. Scambler (1993) juga mengisahkan bahwa di Inggris abad XIX telah ada kajian yang memaparkan adanya hubungan antara kelas sosial dan mortalitas, yaitu angka kematian di kalangan profesional lebih rendah daripada di kalangan tukang, karyawan, dan buruh beserta keluarganya. Kesemuanya ini menunjukkan bahwa penyakit tidak terdistribusi secara merata di kalangan penduduk. Dalam kaitannya dengan epidemiologi sosial Cockerham mengemukakan bahwa menurut hasil penelitian para epidemiolog terdapat empat variabel yang terkait dengan kesehatan dan harapan hidup, yaitu usia, gender, ras dan kelas sosial atau status sosio ekonomi (dalam Sunarto, 2014). Bab 2 dalam modul ini menjelaskan tentang konsep ekonomi, agama, budaya, suku bangsa dan gender, serta bagaimana pengaruh aspeksosial ekonomi, agama, budaya, suku bangsa dan gender terhadap kesehatan. Setelah mempelajari modul ini, secara umum diharapkan saudara mampu memahami dan menganalisis pengaruh faktor-faktor sosial terhadap kesehatan. Materi dalam bab 2 ini mencakup: 1. Sosial ekonomi dan kesehatan 2. Agama dan kesehatan 3. Budaya, Suku Bangsa dan kesehatan 4. Gender dan kesehatan

37

 Sosiologi Kesehatan 

Topik 1 Konsep Sosial Ekonomi dan Kesehatan Saudara mahasiswa, Saudara tentu menyadari bahwa akses ke pelayanan kesehatan tidak merata antara individu/kelompok masyarakat. Di layar televisi kita sering menyaksikan kasus warga masyarakat yang berpenghasilan rendah yang mengalami berbagai jenis gangguan kesehatan namun tidak memiliki akses ke pelayanan kesehatan karena tidak mampu dan tidak dilindungi asuransi kesehatan. Adapun yang dilindungi oleh asuransi kesehatan masih ada yang belum bisa menikmati fasilitas kesehatan secara lengkap karena tidak semua tindakan atau pengobatan yang di cover (dibiayai) oleh asuransi. Sedangkan warga lain mungkin dapat memperpanjang harapan hidupnya karena mempunyai informasi lengkap dan rinci mengenai keadaan kesehatan mereka melalui konsultasi dengan sejumlah spesialis medis yang ditunjang dengan hasil laboratorium klinis, serta berbagai peralatan medis lain yang canggih dan mutakhir. Sosiologi dan ilmu ekonomi saling terkait satu sama lain, ekonomi merupakan basis perilaku sosial yang ikut menentukan tipe dan bentuk interaksi, ekonomi dan material yang memiliki pengaruh atas minat serta motivasi kerja pada masyarakat. Ilmu ekonomi menurut Samuelson diberi batasan tentang bagaimana manusia dan masyarakat melakukan pilihan dengan atau tanpa menggunakan sarana uang untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dalam menghasilkan berbagai barang dan jasa serta mendistribusikan untuk keperluan saat ini atau masa mendatang bagi individu dan kelompok masyarakat. Ilmu ini juga menganalisis semua biaya dan manfaat dari perbaikan pola alokasi sumber daya yang ada. Ilmu ekonomi merupakan satu kesatuan pemikiran, bukan hanya seperangkat alat saja. Ekonomi mengasumsikan bahwa cara orang menghabiskan pendapatannya untuk membeli berbagai barang dan jasa merupakan usaha untuk memaksimalkan kepuasannya. Ekonomi adalah ilmu untuk membuat pilihan, misal bagaimana cara memilih kombinasi yang terbaik dari sumber daya yang ada untuk keperluan cara penanganan pelayanan pada pasien di rumah sakit, atau bagaimana cara mengalokasikan sumber daya yang tersedia sebaik-baiknya dengan berbagai alternatif yang mungkin untuk tujuan perbaikan tingkat kesehatan. Para ekonom mempunyai perhatian besar mengenai perhitungan biaya dan manfaat, baik yang berkaitan dengan persoalan pelayanan kesehatan maupun bidang lain yang akan dimasuki oleh ilmu ekonomi. Penilaian ekonomi (economic appraisal) merupakan teknik yang paling relevan untuk pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap biaya maupun manfaat harus dibuat pada skala yang lebih luas, analisis biaya manfaat untuk kesehatan berbeda dengan biaya manfaat untuk pelayanan kesehatan.

38

 Sosiologi Kesehatan 

A.

PENGERTIAN EKONOMI KESEHATAN

Ekonomi kesehatan merupakan disiplin ilmu ekonomi yang diterapkan pada topik kesehatan, sehingga para ekonom mencoba mengubah pola fikir dalam memberi penjelasan kepada para dokter, tenaga medis, medis selain dokter, pasien, politisi dan pengambil keputusan bidang kesehatan. Pentingnya ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan, misalnya dalam pelayanan kesehatan cendrung menggunakan teknologi canggih yang mahal, sehingga terjadi ketimpangan antara ability to pay dan willingness to pay pada masyarakat yang akan menggunakannnya. Perdebatan tentang persoalan ekonomi pelayanan kesehatan adalah peranan harga dan balas jasa kepada tenaga medis dan sebagainya. Ekonomi dan kesehatan saling terkait berupa analisis terhadap input perawatan kesehatan, seperti pembelanjaan dan tenaga kerja, memperkirakan dampak pada hasil akhir yang diinginkan yaitu kesehatan masyarakat. Tujuan ilmu ekonomi kesehatan adalah menggeneralisasikan aneka informasi mengenai biaya dan keuntungan dari cara cara alternatif mencapai kesehatan dan tujuan kesehatan. Bidang kesehatan dan ekonomi saling mempengaruhi satu sama lain, contohnya: kesehatan seseorang yang buruk akan menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih besar dan pendapatannya berkurang akibat menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup, memperoleh panghasilan, atau bekerja secara efektif. Kesehatan yang lebih baik akan memungkinkan seseorang mendapatkan hidup yang lebih produktif, sedangkan kesehatan buruk memberikan dampak dan ancaman bagi orang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan antara lain, tersedianya sarana kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai dan mutu makanan yang dikonsumsi. Penanganan faktor tersebut harus dilakukan terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang berkaitan. Keadaan faktor sosial ekonomi juga bepengaruh dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia. B.

1.

2.

HUBUNGAN EKONOMI DAN KESEHATAN Hubungan antara kesehatan dan ekonomi berdasarkan tingkat, yaitu: Pada tingkat mikro yaitu tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk mendapatkan pendidikan. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih produktif dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Pada tingkat makro yaitu penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang.

Pada tingkat mikro ekonomi menjelaskan bahwa kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah mengalami tantangan dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan jika

39

 Sosiologi Kesehatan 

dibandingkan dengan kesehatan dan pendidikan yang tinggi. Angka harapan hidup yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Kesehatan hanya memiliki value in use dan bukan value in exchange. pada umumnya konsumen dalam hal ini adalah pasien, hanya dapat ditunjukkan oleh suatu utility tertentu, misalnya perubahan dari status kesehatannya. Pelayanan kesehatanlah yang berfungsi sebagai komoditi. Terminologi ekonomi memperkenalkan hubungan antara kesehatan dan pelayanan kesehatan, yang menjabarkan lebih lanjut konsep velue ekonomi. Teori expected utility menguraikan prinsip dasar dalam landasan pokok ilmu ekonomi neoclassic. Pokok pembahasan ilmu ekonomi akan selalu mengarah kepada demand, supply dan distribusi komoditi, komoditi adalah pelayanan kesehatan, bukan kesehatan itu sendiri. Kesehatan tidak dapat diperjualbelikan, kesehatan hanya berupa salah satu ciri komoditi. C.

ASPEK EKONOMI KESEHATAN

1.

Aspek produksi (Supply). Menelaah aspek pembiayaan secara keseluruhan, seperti sumber pembiayaan kesehatan dari pemerintah, swasta, out of pocket, berapa besarnya, kecenderungannya dan sistem mobilisasi pembiayaan kesehatan, yang terpenting dari pelayanan kesehatan adalah kesehatan yang akan menghasilkan output. Contohnya menelaah biaya dari berbagai input program kesehatan, seperti sarana gedung, alat kesehatan, dan tenaga kesehatan. Analisis pembiayaan dari berbagai alternatif program yang dapat memberikan gambaran tentang Cost Efficiency, Cost Effectiveness, dan Cost Utilization. Aspek konsumsi (Demand). Menelaah pola penggunaan pelayanan kesehatan dan differensiasinya menurut fasilitas, strata pendidikan, kelompok umur, pekerjaan, bagaimana pengaruh tarif, subsidi, asuransi, pendapatan terhadap pola konsumsi pelayanan kesehatan. Dari sudut pandang demand masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannnya, sehingga mereka memerlukan pelayanan kesehatan sebagai salah satu cara untuk mencapai status kesehatan yang lebih tinggi, hal ini didorong oleh adanya keinginan untuk dapat menikmati hidup sebaik mungkin.

2.

Terdapat hubungan yang sangat kompleks antara keinginan sehat dan permintaan akan pelayanan kesehatan, penyebab utamanya adalah karena kesenjangan informasi berupa status kesehatan saat ini, status kesehatan yang membaik, informasi tentang macam perawatan yang tersedia, efektivitas pelayanan, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena permintaan pelayanan kesehatan mengandung masalah ketidakpastian, sehingga persoalan informasi tidak hanya dalam hal pelayanan saja, menjadi penting untuk mengeliminir keadaan yang tidak pasti tadi. Arrow menjelaskan pelayanan kesehatan dengan segala kelebihan dan kekurangan yang disebarluaskan kepada masyarakat, kemudian hal itulah yang menjadi pengaruh atas permintaan atau penggunaan. Konsumsi pelayanan kesehatan pada saat yang genting mungkin bisa digolongkan sebagai kemampuan untuk melepaskan persoalan pengambilan keputusan kepada dokter, 40

 Sosiologi Kesehatan 

persoalan informasi dan pengambilan keputusan merupakan masalah pokok dalam teori relationship. Pada teori relationship dokterlah yang melakukan keputusan bagi kebutuhan pesiennya. Karakteristik pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi lainnya. Perlu dicatat bahwa pada saat kita membahas persoalan ciri komoditi kesehatan akan kita lihat sebenarnya konsumen komoditi pelayanan kesehatan tidak mempunyai cukup pengetahuan tentang komoditi yang akan dikonsumsinya. Pelayanan kesehatan atau pelayanan medis sangat heterogen, terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang bertujuan memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seseorang. Karena sifat yang sangat heterogen, pelayanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Beberapa karakteristik khusus pelayanan kesehatan sebagai berikut: 1. Intangibility. Pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan, mengecap pelayanan kesehatan. 2. Inseparability. Produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara simultan (bersama). Tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama digunakan oleh pasien. 3. Inventory. Pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya. 4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan kesehatan yang digunakan antar pasien bervariasi. Evaluasi ekonomi dalam pelayanan kesehatan mampu menyediakan berbagai cara untuk menanggulangi masalah manajemen, dengan menggunakan berbagai pertimbangan pilihan masyarakat. Penekanannya terletak pada penentuan bagaimana penyediaan pelayanan kesehatan yang terbaik, bukan penentuan prioritas dalam investasi. Langkah-langkah yang harus dilalui dalam evaluasi ekonomi pelayanan kesehatan adalah: 1. Identifikasi berbagai biaya dan berbagai konsekuensinya sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam memperhitungkan kebutuhan kesehatan masyarakat. 2. Perhitungan biaya dan konsekuensi yang berkaitan dengan dampak terhadap status kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3. Penilaian dan pengukuran biaya serta konsekuensinya dengan konsep opportunity cost dan teknik shadow pricing. 4. Penyesuaian biaya dan konsekuensi untuk waktu yang berbeda, misalnya program pencegahan yang memiliki dampak yang lama, hasilnya tidak dapat dilihat langsung seperti program pengobatan penyakit. Untuk itu dilakukan metode discounting dengan asumsi bahwa orang lebih menyukai manfaat yang diperoleh secara cepat. Informasi dari dokter kepada pasien khusus mengenai status kesehatan pasien, jenis pelayanan beserta efektivitasnya akan menempatkan posisi dokter sebagai supplier, dan 41

 Sosiologi Kesehatan 

pengaruhnya akan langsung kepada utility konsumen. Informasi yang berkaitan dengan kesehatan dapat diberikan oleh dokter dan para medis, tetapi tidak selamanya informasi ini menjadi pengetahuan bagi pasien, pada beberapa hal terkadang pemberian informasi malah akan memberi beban pada pasien. Sifat komoditi pelayanan kesehatan terdiri dari dua sisi pasar, yaitu permintaan dan penawaran yang mencerminkan apa yang diminta (kesehatan) dan apa yang disediakan (pelayanan kesehatan). Dari sudut permintaan penawaran mempunyai kecenderungan muncul secara bersamaan yang dimanifestasikan melalui permintaan (relationship). Karakteristik komoditi antara lain ialah ketidaksempurnaan informasi, ketidakpastian permintaan, monopoli penawaran, komoditi tidak pernah homogen. Dalam hal ini pemerintah bertindak mengatur pasar, terutama untuk menghindari konsumen dari pemilihan pelayanan yang salah. Persoalan meningkatnya penggunaan asuransi kesehatan, dampak negatif ini sering disebut moral hazard, yang memiliki dua bentuk yaitu 1) konsumen yang merasa tidak ada beban biaya apapun pada saat melakukan konsumsi komoditi pelayanan kesehatan, 2) produsen mengetahui bahwa konsumennya dilindungi oleh asuransi kesehatan sehingga melakukan pelayanan yang tidak diperlukan yang akan menimbulkan ketidakefisienan. Ekonomi kesehatan dari pelayanan kesehatan Need, Demand dan Want 1. Need (kebutuhan) adalah kuantitas barang atau pelayanan yang secara objektif dipandang terbaik untuk digunakan memperbaiki kondisi kesehatan pasien. Need biasanya ditentukan oleh dokter, tetapi kualitas pertimbangan dokter tergantung pendidikan, peralatan dan kompetensi dokter. 2. Demand (permintaan) adalah barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien, dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter dan harga obat. 3. Want (keinginan) adalah barang atau pelayanan yang diinginkan pasien karena dianggap terbaik bagi mereka, misalnya, obat yang bekerja cepat.

1. 2.

3. 4. 5.

Persoalan need di bidang kesehatan mencatat beberapa ide pokok, antara lain Terdapat banyak kekaburan dan pemikiran yang tidak logis tentang konsep need tersebut Need tidak selalu harus dijelaskan dengan tanpa mempertimbangkan apakah hasil akhir yang ingin dicari serta jenis pelayanan kesehatan manakah yang dijadikan instrumennya Pengabaian kemungkinan pertukaran dalam rangka memenuhi suatu need tampaknya akan merupakan persoalan awal dari timbulnya masalah ketidakefisienan. Need hampir selalu timbul usaha baik bagi pihak ketiga yang terlibat dalam persoalan penilaian Need harus diranking dan dihitung.

42

 Sosiologi Kesehatan 

Ekonomi kesehatan tidak dapat dilepaskan dengan pembiayaan, pembiayaan kesehatan bukan hanya persoalan sektor kesehatan saja, melainkan juga mencerminkan kesulitan perekonomian secara menyeluruh. Strategi nasional sangat diperlukan mengatasi kesulitan tersebut antara lain dengan adanya kesepakatan nasional dengan tetap ditahan di sektor kesehatan daripada memotong anggaran atau ditransfer dari sektor lain. Prioritas pertama mengatasi kesulitan pembiayaan kesehatan dengan memperbaiki efisiensi meliputi mempertinggi mutu kesehatan dalam lingkup nasional, memperbaiki manajemen dengan cara pelatihan staf dan pengembangan peralatan yang tepat guna. Penggunaan sumber daya secara tepat guna meliputi prioritas perawatan preventif dari pada kuratif, sedangkan pada waktu bersamaan pilihan untuk menaikkan dana dapat dipertimbangkan lebih lanjut menggunakan kriteria evaluasi yang tepat. Karakteristik pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi lainnya, karakteristik khusus pelayanan kesehatan adalah: 1. Intangibility. Pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan, mengecap pelayanan kesehatan. 2. Inseparability. Produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara simultan (bersama). Seperti tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama digunakan oleh pasien. 3. Inventory. Pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya. 4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan kesehatan yang digunakan antar pasien bervariasi. 5. Perencanaan kesehatan harus berdasarkan kepada pandangan yang realistis terhadap tersedianya sumber daya.

Ringkasan Batasan ilmu ekonomi tentang bagaimana manusia dan masyarakat melakukan pilihan dengan atau tanpa menggunakan sarana uang untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dalam menghasilkan berbagai barang dan jasa serta mendistribusikan untuk keperluan saat ini atau masa mendatang bagi individu dan kelompok masyarakat, analisis biaya dan manfaat dari alokasi sumber daya yang ada. Ekonomi dan kesehatan saling terkait berupa analisis input perawatan kesehatan, dampak hasil akhir berupa kesehatan masyarakat, tujuan menggeneralisasikan informasi mengenai biaya dan keuntungan dari alternatif kesehatan dan tujuan kesehatan, saling mempengaruhi satu sama lain, contohnya: kesehatan yang buruk menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih besar, pendapatan berkurang, menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup, Kesehatan yang baik memungkinkan hidup lebih produktif, kesehatan buruk memberikan ancaman bagi orang lain.

43

 Sosiologi Kesehatan 

Hubungan antara kesehatan dan ekonomi berdasarkan tingkat, yaitu: tingkat mikro (individual dan keluarga) adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk mendapatkan pendidikan. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih produktif dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. tingkat makro (penduduk) berupa input penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Angka harapan hidup yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Kesehatan hanya memiliki value in use dan bukan value in exchange. Ilmu ekonomi mengarah kepada demand, supply dan distribusi komoditi, komoditi adalah pelayanan kesehatan, kesehatan tidak dapat diperjualbelikan. Aspek ekonomi kesehatan adalah aspek produksi (Supply) berupa aspek pembiayaan secara keseluruhan, aspek konsumsi (Demand) berupa penggunaan pelayanan kesehatan dan keinginan memperbaiki status kesehatan yang lebih tinggi, Pelayanan kesehatan bersifat heterogen, bertujuan memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seseorang. Pelayanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Beberapa karakteristik khusus pelayanan kesehatan: 1. Intangibility. Pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai oleh panca indera. 2. Inseparability. Pelayanan kesehatan terjadi secara simultan (bersama). 3. Inventory. Pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya. 4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan bervariasi. 5. Perencanaan kesehatan harus berdasarkan kepada pandangan yang realistis terhadap tersedianya sumber daya.

1. 2. 3. 4.

1. 2. 3.

Langkah evaluasi ekonomi pelayanan kesehatan adalah: Identifikasi biaya dan konsekuensinya Perhitungan biaya dan konsekuensi Penilaian dan pengukuran biaya serta konsekuensinya dengan konsep opportunity cost dan teknik shadow pricing. Penyesuaian biaya dan konsekuensi untuk waktu yang berbeda, Ekonomi kesehatan dari pelayanan kesehatan Need, Demand, dan Want Need (kebutuhan) ditentukan oleh dokter Demand (permintaan) oleh pasien, dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter dan harga obat. Want (keinginan) diinginkan pasien karena dianggap terbaik bagi mereka, misalnya, obat yang bekerja cepat.

Ekonomi kesehatan tidak dapat dilepaskan dengan pembiayaan, untuk mengatasi kesulitan pembiayaan kesehatan dengan efisiensi meliputi mempertinggi mutu kesehatan, memperbaiki manajemen dengan cara pelatihan staf dan pengembangan peralatan yang tepat guna. Penggunaan sumber daya secara tepat guna menaikkan biaya dengan pertimbangan kriteria evaluasi yang tepat. 44

 Sosiologi Kesehatan 

Latihan 1.

Batasan ilmu ekonomi adalah, kecuali a. Memanfaatkan sumber daya yang ada dalam menghasilkan barang dan jasa serta mendistribusikan untuk masa mendatang b. Melakukan pilihan dengan atau tanpa menggunakan sarana uang c. Memanfaatkan sumber daya yang ada dalam menghasilkan barang dan jasa serta mendistribusikan untuk saat ini atau masa mendatang d. Analisis biaya dan manfaat

2.

Kaitan ekonomi dan kesehatan dapat berupa, kecuali a. Generalisasi informasi mengenai biaya dan alternatif kesehatan b. Ekonomi tidak dipengaruhi oleh status kesehatan, demikian juga sebaliknya c. Kesehatan yang buruk menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih besar, pendapatan berkurang, menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup d. Kesehatan yang baik memungkinkan hidup lebih produktif, kesehatan buruk memberikan ancaman bagi orang lain.

3.

Hubungan antara kesehatan dan ekonomi berdasarkan tingkat, kecuali: a. Tingkat mikro, dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk mendapatkan pendidikan. b. Tingkat mikro, tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih produktif dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. c. Tingkat mikro, menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. d. Tingkat makro, menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang.

4.

Pernyataan di bawah ini benar, kecuali a. Angka harapan hidup yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi. b. Kesehatan hanya memiliki value in use dan bukan value in exchange. c. Pelayanan kesehatan tidak dapat diperjualbelikan. d. Pelayanan kesehatan bersifat homogen

5.

Yang tidak merupakan karakteristik khusus pelayanan kesehatan: a. Pelayanan kesehatan bisa dinilai oleh panca indera. b. pelayanan kesehatan terjadi secara simultan (bersama). c. Pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya. d. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan bervariasi.

45

 Sosiologi Kesehatan 

6.

Langkah evaluasi ekonomi pelayanan kesehatan adalah: a. 1) Perhitungan biaya, 2) Identifikasi biaya, 3) Penilaian dan pengukuran 4) Penyesuaian biaya untuk waktu yang berbeda b. 1) Identifikasi biaya, 2) Perhitungan biaya, 3) Penilaian dan pengukuran 4) Penyesuaian biaya untuk waktu yang berbeda c. 1) Identifikasi biaya, 2) Penilaian dan pengukuran biaya, 3) Perhitungan 4) Penyesuaian biaya untuk waktu yang berbeda d. 1) Identifikasi biaya, 2) Penilaian dan pengukuran biaya, 3) Penyesuaian untuk waktu yang berbeda, 4) Perhitungan biaya

46

biaya, biaya, biaya, biaya

 Sosiologi Kesehatan 

Topik 2 Agama dan Kesehatan Saudara mahasiswa, Saudara tentu setuju bahwa agama sangat penting perannya bagi kehidupan manusia. Saudara bisa membayangkan tidak, kalau seandainya dalam kehidupan ini kita tidak memiliki pedoman atau petunjuk tentang hal yang benar dan yang salah. Bisabisa kita akan kembali ke zaman jahiliah seperti dahulu. Dalam menjalani kehidupan, kita sebagai manusia memerlukan pedoman dalam membimbing dan mengarahkan kehidupan agar selalu berada di jalan yang benar, yaitu dengan mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kejahatan serta kemungkaran. Pedoman tersebut dinamakan agama, yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak lain dan tidak bukan untuk kebaikan kita umat manusia. Dengan agama, manusia dalam kehidupannya memperoleh rambu-rambu yang jelas, bagaimana cara yang sebenarnya untuk dapat menjalin hubungan dengan Tuhannya, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Agama pada hakikatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat. Secara universal agama memberi tuntutan kepada manusia melakukan yang baik dan menghindari hal-hal yang dilarang oleh agama termasuk masalah kesehatan. Kita sering mendengar bahwa masyarakat Indonesia dikatakan sebagai masyarakat religious karena setiap warga masyarakat menganut suatu agama atau kepercayaan dan menjalankan ajarannya sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya itu. Sifat yang demikian telah dinyatakan dalam sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Semua aktivitas manusia yang berkaitan dengan agama berdasarkan pada getaran jiwa, yang biasa disebut emosi keagamaan atau religious emotion. Agama merupakan salah satu prinsip yang harus dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu agama secara individu dapat digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari. Agama dalam masyarakat berfungsi dan berperan dalam mengatasi persoalan yang terjadi di masyarakat, yang pada umumnya tidak dapat dipecahkan secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan manusia. Oleh sebab itu agama diharapkan berperan dalam kehidupan masyarakat sehingga mereka akan merasa sejahtera, aman, dan stabil. A.

PENGERTIAN AGAMA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, agama yang berarti "tradisi". Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

47

 Sosiologi Kesehatan 

Agama menurut Alwi (2007) adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Tafsir (2000) mengungkapkan bahwa adalah peraturan tentang cara hidup, lahir dan batin. Selanjutnya definisi agama menurut Durkheim (2003) adalah suatu sistem kepercayaan dan praktik yang telah dipersatukan, yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus, kepercayaan, dan praktik yang kemudian bersatu menjadi komunitas moral yang tunggal. Menurut Hendropuspito (1983) agama adalah sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dan alam semesta yang berkaitan dengan keyakinan. Selanjutnya, Kobong (2008) mengungkapkan bahwa agama adalah sumber hidup manusia dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan Allah SWT sebagai pencipta, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan lainnya (dalam Sunaryo, 2014) Nah, saudara mahasiswa dari beberapa definisi yang sudah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai agama sudah ada dalam diri tiap manusia, dan nilai-nilai tersebut sangat mempengaruhi nilai hidup manusianya. Akibatnya, manusia memiliki kesadaran bahwa di luar dirinya ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih suci dari dirinya. B.

PENTINGNYA AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Sebagaimana kita ketahui bersama, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang paling sempurna dibanding makhluk lain yang ada di muka bumi ini. Akan tetapi, kesempurnaan tersebut masih banyak memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti keterbatasan dalam pengetahuan, baik mengenai sesuatu yang konkret maupun yang abstrak atau gaib. Manusia juga memiliki keterbatasan dalam memprediksi apa yang akan terjadi pada dirinya dan orang lain. Karena keterbatasan tersebut manusia memerlukan pedoman dalam membimbing dan mengarahkan kehidupannya agar selalu berada di jalan yang benar. Pedoman tersebut dinamakan agama yang dapat membantu dan memberikan pencerahan spiritual pada dirinya. Manusia membutuhkan agama, tidak hanya kebaikan dirinya dihadapan Tuhan, tetapi juga untuk membantu dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, yang terkadang tidak dapat dipahami dan dipecahkan. Di samping itu, agama juga memberi isyarat kepada manusia bahwa sebenarnya di luar diri manusia ada zat yang lebih sempurna dan lebih dari segalanya sehingga manusia perlu bersandar dan berpasrah diri (tawakal) kepada-Nya melalui perantaraan agama. Manusia perlu bersandar dan berpasrah diri (tawakal) kepadaNya melalui perantara agama karena agama menjadi tempat untuk mengadu dan berkomunikasi dengan Tuhan. Kepasrahan kepada Tuhan berdasarkan pada ajaran bahwa manusia hanya dapat berusaha, namun Tuhan-lah yang menentukan. Di samping itu dalam kehidupan sosial, agama diperlukan untuk menjadi dasar dalam menata kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial, budaya maupun aspek lainnya sehingga kehidupannya tercermin dalam perilaku yang sesuai dengan ajaran agamanya.

48

 Sosiologi Kesehatan 

C.

RUANG LINGKUP AGAMA

Durkhem (dalam Sunaryo, 2014) mengungkapkan bahwa secara garis besar ruang lingkup agama mencakup tiga hal: 1. Hubungan manusia dengan Tuhannya, yang disebut ibadah; tujuan dari ibadah tidak lain untuk mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya. 2. Hubungan manusia dengan manusia. Agama memiliki konsep dasar mengenai kekeluargaan dan kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran mengenai ajaran agama terkait hubungan manusia dengan manusia, atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Misalnya setiap ajaran agama mengajarkan tolongmenolong terhadap sesama manusia. 3. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap agama mengajarkan manusia untuk selalu menjaga keharmonisan antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya agar manusia dapat melanjutkan kehidupannya. D.

FUNGSI AGAMA DALAM MASYARAKAT

Menurut Jalaluddin (2007), agama memiliki delapan fungsi penting dalam masyarakat, yaitu: 1.

Fungsi Edukatif Artinya, ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan mengajak pada hal-hal yang harus dipatuhi untuk dilaksanakan, serta melarang pada hal-hal yang tidak boleh dilaksanakan. Oleh sebab itu, ajaran agama harus dipatuhi agar pribadi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan hal-hal yang baik dan benar sesuai ajaran agama yang dianutnya. Ajaran agama juga memberikan bimbingan dan pengajaran dengan perantara, seperti nabi, kiai, pendeta, imam, sayaman, dukun, dan guru agama, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi) dan pendalaman rohani). 2.

Fungsi Penyelamat Berarti bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Mereka meyakini bahwa jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam agama. Agama membantu manusia dalam mengenal sesuatu yang sakral dan zat yang Maha tinggi, dan juga membantu dalam berkomunikasi dengan Tuhan-Nya. Dengan demikian dalam hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah kepada Tuhan dengan jalan pengampunan dan penyucian batin.

49

 Sosiologi Kesehatan 

3.

Fungsi Perdamaian Melalui tuntutan agama yang dianutnya, seorang atau sekelompok orang yang bersalah atau berdosa akan mencapai kedamaian batin, yaitu perdamaian dengan dirinya sendiri, sesama manusia, semesta alam, dan Tuhan. Untuk mencapai kedamaian, dia harus bertaubat dan mengubah cara hidup yang lama dengan cara hidup yang baru dengan lebih baik dan benar. 4.

Fungsi Kontrol Sosial Dengan menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar, kepekaan sosial yang tinggi dari individu akan terbentuk. Mereka lebih peka terhadap masalah sosial di sekelilingnya, seperti keadilan, kemiskinan, kemaksiatan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Dengan kepekaan sosial yang tinggi ini, mereka tidak akan berdiam diri ketika menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem kehidupan yang ada. Di samping hal tersebut, agama juga berfungsi meneguhkan kaidah susila dari adat-istiadat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat, serta mengamankan dan melestarikan kaidah moral yang dianggap baik. 5.

Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas Ajaran agama mengajarkan untuk selalu berusaha memupuk persaudaraan, baik dengan sesama pemeluk agama maupun dengan pemeluk agama lain. Apabila fungsi pemupuk rasa solidaritas ini dibangun secara serius dan tulus, persaudaraan yang kokoh dan pilar kehidupan masyarakat akan terbentuk. 6.

Fungsi Pembaruan Artinya, ajaran agama dapat mengubah kehidupan individu atau kelompok menjadi kehidupan baru yang lebih baik, dan berguna bagi orang lain. Dengan fungsi ini agama diharapkan akan terus-menerus menjadi agen perubahan, terutama nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 7.

Fungsi Kreatif Fungsi untuk mendorong dan menopang fungsi pembaruan. Caranya adalah dengan mengajak umat beragama agar bekerja dengan produktif dan inovatif, yang nantinya bermanfaat bagi kepentingan diri sendiri dan orang lain. 8.

Fungsi Sublimatif Fungsi sublimatif disebut juga dengan perubahan emosi. Artinya ajaran agama menyucikan segala usaha manusia, tidak hanya yang bersifat agamawi, tetapi juga yang bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Allah SWT, bersifat ibadah. O’Dea & Thomas,1996 (dalam Sunaryo, 2014) menyebutkan bahwa fungsi agama dalam masyarakat adalah sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi, sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara ibadah, penguat norma dan nilai yang sudah ada, pengoreksi fungsi yang sudah ada, pemberian identitas diri serta pendewasaan agama. 50

 Sosiologi Kesehatan 

Sementara itu, Hendropuspito (1983) mengemukakan fungsi agama dalam masyarakat meliputi fungsi edukatif, penyelamat, pengawasan sosial, memupuk persaudaraan, dan transpormatif. Fungsi edukatif berarti bahwa manusia memercayai fungsi edukatif pada agama yang mencakup tugas mengajar dan membimbing. Keberhasilan pendidikan terletak pada pendayagunaan nilai rohani yang merupakan pokok kepercayaan agama. Nilai yang diresapkan antara lain makna dan tujuan hidup, hati nurani, rasa tanggung jawab, dan konsep Ketuhanan. Fungsi penyelamat mengandung pengertian bahwa agama dengan segala ajarannya memberikan jaminan kepada manusia keselamatan dunia dan akhirat. Fungsi pengawasan sosial berarti bahwa agama ikut bertanggung jawab terhadap norma sosial sehingga menyeleksi kaidah sosial yang ada, mengukuhkan kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk agar selanjutnya ditinggalkan dan dianggap sebagai larangan. Agama juga memberi sanksi yang harus dijatuhkan kepada orang yang melanggar larangan dan mengadakan pengawasan yang ketat atas pelaksanaannya. Fungsi memupuk persaudaraan mengandung pengertian bahwa persamaan keyakinan merupakan salah satu persamaan yang bisa memupuk rasa persaudaraan yang kuat. Manusia dalam persaudaraan tidak hanya melibatkan sebagian dari diri saja, tetapi juga seluruh pribadinya juga dilibatkan dalam suatu keintiman yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercaya bersama. Fungsi transformatif berarti bahwa agama mampu melakukan perubahan terhadap bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan baru. Hal ini dapat berarti pula bahwa agama menggantikan nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru. Transformasi ini dilakukan pada nilai-nilai adat yang kurang manusiawi. E.

PERANAN AGAMA DALAM MASYARAKAT

Saudara mahasiswa, saudara tentu tahu bahwa negara Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Di samping itu, ada agama minoritas yang diakui pemerintah, dan hidup berdampingan dengan damai. Sebagai negara yang masyarakatnya beragama, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius, bermoral, dan beradab. Namun demikian, apakah predikat tersebut hanya sekadar lapisan luarnya saja yang membungkus keadaan masyarakat kita yang sebenarnya? Bagaimana peran agama, dan mengapa seolah-olah agama tidak berdaya untuk mengendalikan segala kerusakan yang ada di sekitar masyarakat? Atau mungkin ajaran agama telah dimanipulasi untuk menjadi pembenar tindakan yang merusak? Apabila mengamati kondisi saat ini, lingkungan menjadi semakin tidak nyaman, baik secara jasmaniah maupun rohaniah. Berbagai kerusakan dapat terjadi setiap hari dan terus bertambah banyak, seiring dengan perjalanan waktu. Seperti berita yang dimuat di media sosial dan elektronik, berita kekerasan di berbagai institusi terjadi seperti kekerasan dalam keluarga, penyalahgunaan wewenang dalam institusi pemerintah. Tindakan korupsi juga seolah-olah sudah mengakar dan mendarah daging, baik di institusi pemerintah maupun swasta. Di samping itu remaja sudah biasa melakukan pergaulan bebas, seks bebas, aborsi, tindakan asusila, dan perusakan lingkungan. Dampaknya adalah terjadinya kerusakan moral individu yang kemudian akan menjadi kerusakan moral masyarakat. 51

 Sosiologi Kesehatan 

Manusia berperan dan berpengaruh dalam masyarakat. Ada empat kelompok peran manusia yang terkait dengan agama, (Sunaryo, 2014) yaitu: 1.

Orang yang lari dari ajaran agama Orang yang lari dari ajaran agama pada dasarnya ia tahu ajaran agama, namun mereka merasa agama hanya mengekang kebebasan individu untuk berekspresi dan tidak membawa keberuntungan. Pada umumnya orang-orang seperti ini tidak lagi menggubris ajaran agama sehingga apabila teks agama digunakan untuk mengajak mengerjakan kebaikan atau meninggalkan kemungkaran, tidak akan lagi mempan. Bahkan, mungkin mereka sudah tidak takut dengan neraka dan tidak tertarik dengan surga. Mereka cenderung mengutamakan akal dalam menimbang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 2.

Kelompok yang memahami agama dan menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi atau kelompok Kelompok ini memahami bahwa ajaran agama menunjukkan dan mengajak manusia pada jalan kebenaran. Apabila petunjuk itu dilaksanakan, manusia akan dapat menjalani hidup dengan penuh ketenangan dan ketenteraman, baik secara individu maupun sosial. Melihat kelompok ini mungkin kita berpikir tentang kelemahan peran agama dalam melarang manusia dari tindakan negatif dan mengarahkan mereka ke arah yang lebih baik. Pada dasarnya agama tidak salah atau lemah, namun manusia yang menyalahgunakan ajaran agama yang mereka pahami. Pemahaman agama lemah dan salah sehingga tidak dapat menjangkau apa yang sebenarnya dikehendaki oleh agama. Bahkan mereka sering tidak menyadari kelemahan itu, dan dengan kepercayaan diri yang tinggi malah menggunakan tameng agama untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya dilarang oleh agama dan mereduksi ajaran agama itu sendiri. Kelompok ini secara kasat mata pandai dan mengerti ajaran agama, namun tindakan mereka tidak mencerminkan ajaran agama yang dia anut. Mereka melakukan tindakan yang meresahkan atau bahkan merugikan dan mendzalimi masyarakat. Meskipun demikian, ia masih merasa benar dengan tindakannya itu dan menilainya dengan dalil atau teks agama. Mereka mengingkari bahwa pada dasarnya agama sama sekali tidak punya kepentingan dalam visi dan misinya dalam kehidupan makhluk di dunia ini, kecuali untuk membuat suatu tatanan demi kebaikan makhluk itu sendiri. 3.

Orang yang memahami agama dan menjalankannya untuk memperoleh kesalehan individu Banyak orang yang memahami dan menjalankan agama, namun hanya untuk dirinya sendiri. Orang yang seperti ini rajin dan konsisten (istiqomah) menjalankan ibadah mahdhah (khusus), seperti shalat, puasa, zakat. Akan tetapi orientasi ibadahnya hanya berorientasi pada keselamatan dirinya sendiri tanpa memedulikan orang lain dan lingkungannya. Secara individu, orang seperti ini memang cukup saleh, namun secara sosial ia belum pantas disebut seorang yang shaleh.

52

 Sosiologi Kesehatan 

4.

Orang yang memahami agama dan mentransformasikannya baik ke dalam kehidupan pribadi maupun sosial bermasyarakat Orang seperti ini memahami agama sebagai perangkat untuk membentuk keshalehan pribadi dan sekaligus untuk membentuk keshalehan sosial, demi terciptanya masyarakat yang bermoral. Memang, keshalehan spiritual pribadi saja tidak cukup untuk menciptakan masyarakat yang aman, nyaman, tenteram dan adil. Keshalehan pribadi harus ditransformasikan ke dalam kehidupan bermasyarakat dalam bentuk ibadah sosial. Sayangnya kelompok ini hanya sedikit di lingkungan kita sehingga kerusakan moral dan kerusakan lingkungan masih berkembang dan bertambah dengan perjalanan waktu. Dalam kehidupan bermasyarakat, agama memegang peranan yang besar dan sangat penting. Keberadaan agama di tengah-tengah masyarakat tidak dapat diabaikan. Agama mengatur tentang bagaimana membentuk masyarakat yang madani. Agama juga yang mampu menciptakan kerukunan dalam kultur masyarakat yang majemuk. Seperti yang kita ketahui tidaklah mudah hidup dalam perbedaan. Setiap perbedaan, terutama perbedaan pendapat yang ada di masyarakat dapat memicu timbulnya perselisihan. Dalam hai inilah, agama berperan penting sebagai penegak hukum dan menjaga agar masyarakat saling menghormati dan tunduk pada hukum yang berlaku. F.

HUBUNGAN AGAMA DAN KESEHATAN

1.

Agama dan kesehatan memiliki beberapa pola hubungan, yaitu: a. Saling berlawanan, agama dan kesehatan berpotensi untuk mengalami perbedaan dimana, pada pandangan agama tertentu cara pengobatan yang dilakukan oleh pihak medis melanggar hukum agama, misalnya Islam beranggapan bahwa terapi dengan urine merupakan sesuatu yang najis tetapi dalam dunia medis itu tidak apa-apa. b. Saling mendukung, agama dan ilmu pengetahuan juga berpotensi saling mendukung, dimana sebagai contoh pada saat calon jemaah haji akan mendapatkan general check-up supaya perjalanan hajinya dapat berjalan lancar. c. Saling melengkapi, yang dimaksud disini ialah adanya peranan agama sebagai pengkoreksi atas praktik kesehatan atau sebaliknya, sebagai contoh dalam Islam kalau berbuka puasa dianjurkan berbuka dengan memakan makanan yang manis-manis, tetapi dalam dunia kesehatan itu bukan sebuah keharusan hanya sebagai pemulihan kondisi tubuh sehingga tidak kaget ketika menerima asupan yang lebih banyak. d. Saling terpisah dan bergerak dalam kewenangannya masing-masing, agama dan ilmu kesehatan juga berpotensi untuk jalan sendiri-sendiri karena tidak adanya kesesuaian antara konsep agama dan konsep ilmu kesehatan.

53

 Sosiologi Kesehatan 

2.

Aspek kesehatan dalam agama Dalam mengkaji aspek-aspek kesehatan dalam agama ada 2 hal yang perlu diperhatikan : a. Ajaran agama secara normatif. Agama memberikan ajaran atau panduan tentang pentingnya menjaga kesehatan. b. Ajaran agama yang riil atau tampak dari sisi perilaku nyata ada penganut agama yang tidak memerhatikan aspek kesehatan. Contoh: Pengaturan pola makan, larangan makanan yang haram, pelanggaran makanan yang berlebihan serta anjuran minum madu adalah contoh lain aspek kesehatan dalam tata aturan makan dalam ajaran agama.

3.

Manfaat agama dalam kesehatan a. Sumber Moral. Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Bagi orang beragama, mereka memegang keyakinan bahwa perlakuan Tuhan sesuai dengan persangkaan manusia kepada-Nya. b. Sumber Keilmuan. Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapat berperan sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualisasi dan pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama, dapat kita sebut kesehatan profetik. Agama pun menjadi sumber informasi untuk pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal. Praktik-praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan terapi kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga, meditasi, adalah beberapa ilmu agama yang dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan. c. Amal agama sebagai amal kesehatan. Seiring dengan pemikiran yang dikemukakan sebelumnya, bahwa pola pikir yang dianut dalam wacana ini adalah all for health, yaitu sebuah pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu mulai dari bangun tidur, mandi pagi, makan, kerja, rehat sore hari, sampai tidur lagi, bahkan selama tidur pun memiliki implikasi dan kontribusi nyata terhadap kesehatan.

Latihan Untuk memperdalam pemahaman saudara mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut 1. Jelaskan pola hubungan agama dalam kesehatan 2. Jelaskan manfaat agama dalam kesehatan

54

 Sosiologi Kesehatan 

Petunjuk Jawaban Latihan Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali materi tentang 1) Pola hubungan agama dan kesehatan 2) Manfaat agama dalam kesehatan

Ringkasan Agama adalah sumber hidup manusia dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan Allah SWT sebagai pencipta, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan lainnya. Nilai-nilai agama sudah ada dalam diri tiap manusia, dan nilai-nilai tersebut sangat mempengaruhi nilai hidup manusianya. Akibatnya, manusia memiliki kesadaran bahwa di luar dirinya ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih suci dari dirinya. Agama pada hakikatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat, badan sehat sebagai cerminan dari sehat jasmani, hati yang tenang dan damai sebagai cerminan dari sehat rohani. Manfaat agama dalam kesehatan: 1. Sumber Moral. Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Bagi orang beragama, mereka memegang keyakinan bahwa perlakuan Tuhan sesuai dengan persangkaan manusia kepada-Nya. 2. Sumber Keilmuan. Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapat berperan sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualisasi dan pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama, dapat kita sebut kesehatan profetik. Agama pun menjadi sumber informasi untuk pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal. Praktik-praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan terapi kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga, meditasi, dan tenaga prana adalah beberapa ilmu agama yang dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan. 3. Amal agama sebagai amal kesehatan. Seiring dengan pemikiran yang dikemukakan sebelumnya, bahwa pola pikir yang dianut dalam wacana ini adalah all for health, yaitu sebuah pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu mulai dari bangun tidur, mandi pagi, makan, kerja, rehat sore hari, sampai tidur lagi, bahkan selama tidur pun memiliki implikasi dan kontribusi nyata terhadap kesehatan.

55

 Sosiologi Kesehatan 

Tes 2 1)

Agama adalah peraturan tentang cara hidup, lahir dan batin. Definisi agama tersebut dikemukakan oleh... A. Kobong B. Durkheim C. Tafsir D. Hendropuspito

2)

Fungsi transformatif agama dalam masyarakat menurut Hendropuspito adalah... A. Agama berfungsi mengajar dan membimbing B. Agama memberikan jaminan kepada manusia keselamatan dunia dan akhirat C. Agama bertanggung jawab terhadap norma-norma sosial sehingga menyeleksi kaidah sosial yang ada, mengukuhkan yang baik, dan menolak kaidah yang buruk D. Agama mampu melakukan perubahan terhadap bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan baru

3)

Menurut Jalaluddin (2007), agama memiliki tujuh fungsi, salah satunya bahwa ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan mengajak hal-hal yang harus dipatuhi untuk dilaksanakan serta melarang hal-hal yang tidak boleh dilaksanakan, yang disebut fungsi... A. edukatif B. perdamaian C. penyelamat D. pemupuk rasa solidaritas

4)

Ikut bertanggung jawab terhadap norma sosial sehingga menyeleksi kaidah sosial yang ada, mengukuhkan kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk agar selanjutnya ditinggalkan dan dianggap sebagai larangan, merupakan fungsi agama... A. edukatif B. pengawasan sosial C. perdamaian D. penyelamat

5)

Agama dan kesehatan mempunyai beberapa pola hubungan. Peranan agama sebagai pengkoreksi atas praktik kesehatan atau sebaliknya, merupakan pola hubungan... A. Saling berlawanan B. Saling mendukung C. Saling melengkapi D. Saling ketergantungan

56

 Sosiologi Kesehatan 

Topik 3 Budaya, Suku Bangsa dan Kesehatan Saudara mahasiswa, sebagai makhluk yang memiliki kelebihan akal kita manusia memiliki kemampuan untuk mengolah potensi diri (akal pikiran), interaksi dan mengolah lingkungan. Dalam mengolah diri manusia melahirkan ilmu dan keyakinan diri. Berinteraksi melahirkan tata aturan dan norma. Sedangkan mengolah lingkungan, selain melahirkan organisasi juga melahirkan alat dan teknologi. Keseluruhan dari kemampuan pengolahan manusia, baik secara individual maupun kolektif, disebut budaya. Dengan kata lain dimana ada manusia, disana ada masyarakat, dan dimana ada masyarakat di sana ada kebudayaan. Oleh karena itu, manusia adalah makhluk budaya. A.

PENGERTIAN BUDAYA

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat (Soekanto, 2014) Defenisi budaya menurut Schaefer 2012 (dalam Sunaryo, 2014) adalah keseluruhan dari adat-istiadat, pengetahuan, objek materi, dan perilaku yang dipelajari dan ditransmisikan secara sosial. Dalam konsep sosiologi, kata budaya tidak hanya mengacu pada karya seni atau selera intelektual, tetapi juga mengacu pada seluruh objek, ide dalam masyarakat, bahasa dan musik. • Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. • Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. • Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. • Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota masyarakat. Menurut antropologi kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

57

 Sosiologi Kesehatan 

• Menurut konsep budaya Leinenger, karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut: a) Budaya merupakan pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis. b) Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya itu diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan. c) Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari. Nah, saudara mahasiswa dari berbagai definisi tersebut, dapat kita peroleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. B.

ELEMEN BUDAYA

Elemen budaya membentuk suatu cara bagaimana sebuah masyarakat itu hidup. Elemen budaya tersebut meliputi empat hal (Sunaryo,2014): 1. Bahasa: Bahasa sangat penting dalam sebuah masyarakat karena bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, maupun gerakan (bahasa isyarat). 2. Norma: dalam kehidupan bermasyarakat, banyak hal tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sebagai contoh, seseorang tidak diperbolehkan mengambil barang orang lain, tanpa seizin yang punya. Seseorang boleh minta sesuatu kepada orang lain selama diizinkan. Norma tidak lain adalah peraturan sosial yang mengatur tingkah laku individu, baik hal yang boleh dilakukan maupun hal yang tidak boleh dilakukan. Dengan norma yang berlaku di masyarakat, seseorang terikat oleh hal-hal yang boleh atau harus dilakukan dan apa yang tidak boleh atau tidak harus dilakukan. 3. Nilai: Nilai mempengaruhi tingkah laku manusia, dan digunakan sebagai tolak ukur guna menilai tingkah laku orang lain. Nilai adalah sesuatu yang dianggap penting, diharapkan, dan perlu dicapai guna mengatur kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Nilai juga merupakan sistem norma masyarakat, yang memiliki kriteria untuk menilai tingkah laku yang boleh dilakukan dan ditolak oleh masyarakat. Akan tetapi, nilai tidak dapat menentukan tingkah laku seseorang, namun normalah yang dapat menentukan tingkah laku seseorang. 4. Kontrol: Kontrol dapat berupa pujian dan denda atau hukuman terhadap seseorang. Misalnya, seorang mahasiswa memiliki prestasi akademik yang sangat memuaskan, ia akan mendapat pujian dari bagian pendidikan dan teman-temannya. Sementara itu, seorang mahasiswa yang melanggar peraturan lalu lintas, akan ditilang dan dikenakan denda.

58

 Sosiologi Kesehatan 

C.

UNSUR-UNSUR BUDAYA

Kebudayaan memiliki unsur yang bersifat universal. Artinya kebudayaan dapat dijumpai di mana pun dan di masyarakat apa pun. Beberapa pendapat ahli yang mengemukakan komponen atau unsur kebudayaan antara lain sebagai berikut. 1. Melville J. Herskovits (2007) menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: a. alat-alat teknologi b. sistem ekonomi c. keluarga d. kekuasaan politik 2.

Bronislaw Malinowski (2007) mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: a. sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya b. organisasi ekonomi c. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) d. organisasi kekuatan (politik)

3.

Kluckhohn 1953, mengungkapkan tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universal (Sunaryo, 2014), yaitu: a. peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alt produksi, transpor, dan sebagainya); b. mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya); c. sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan; d. bahasa (lisan maupun tertulis); e. kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya); f. sistem pengetahuan (pengetahuan alam, dan fisika); g. religi (sistem kepercayaan).

Unsur budaya universal dapat dikelompokkan ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil yang disebut kegiatan kebudayaan (cultural activity). Misalnya unsur budaya universal suatu masyarakat adalah pencaharian hidup dan ekonomi., kegiatan kebudayaannya adalah pertanian, peternakan, sistem produksi, dan sistem distribusi. Jika unsur budaya universal suatu masyarakat adalah kesenian, kegiatan kebudayaannya adalah seni tari, seni rupa, dan seni suara. Kegiatan tersebut dapat dirinci menjadi kegiatan yang lebih kecil lagi, yang disebut kompleks ciri (trait complex). Misalnya dalam kegiatan kebudayaan bertani dengan cara menetap, terdapat kompleks ciri, seperti sistem irigasi, sistem mengolah tanah dan bajak, sistem pemilikan tanah, dan sebagainya. 59

 Sosiologi Kesehatan 

Kompleks ciri dapat dipecah lagi menjadi unsur yang lebih kecil, yang disebut ciri (trait). Misalnya kompleks ciri adalah mengolah tanah dengan bajak, cirinya adalah hewan yang menarik bajak, dan teknik mengendalikan bajak. Selanjutnya ciri dapat dikelompokkan menjadi unsur kebudayaan terkecil yang disebut item. Misalnya, cirinya adalah bajak, itemnya adalah mata bajak, tali pengikat kerbau/sapi, kayu pembuat bajak. D.

WUJUD KEBUDAYAAN

Menurut D. Oneil(2006), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak. 1.

Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. Contoh: Konsep manusia perlu berpakaian. Didasarkan pada rasa susila yaitu manusia malu jika telanjang. Dari konsep di atas, didapatkan fungsi pakaian yaitu untuk melindungi tubuh dari cuaca panas, dingin dan tantangan alam, untuk mempercantik diri serta memenuhi norma agama dan etika. 2.

Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan. Contoh: Sebagai aplikasi dari gagasan yang dikemukakan, manifestasi pelaksanaanya dilakukan kegiatan pabrik tekstil, penjahit, toko pakaian, peragaan busana, mencuci pakaian dan sebagainya 3.

Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Contoh: Benda hasil budayanya berupa baju seragam, baju olahraga, baju pesta dan sebagainya.

60

 Sosiologi Kesehatan 

E.

KOMPONEN BUDAYA

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama: 1)

Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan manusia atau masyarakat yang nyata atau konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk, tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. 2)

Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. F.

RUANG LINGKUP KEBUDAYAAN

Ruang lingkup kebudayaan mencakup berbagai aspek kehidupan, yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan. Budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya akan membentuk beraneka ragam kebudayaan yang masing-masing sesuai dengan zaman dan tempatnya. Dalam ilmu sosial budaya dasar, manusia menempati posisi sentral karena manusia menjadi subjek dan sekaligus menjadi objek pengkajian. Kajiannya meliputi bagaimana hubungan manusia dengan alam, sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia, dan bagaimana hubungan manusia dengan Tuhannya. G.

BUDAYA KESEHATAN INDONESIA

Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki budaya hidup sehat. Hidup sehat adalah hidup bersih dan disiplin sedangkan kebersihan dan kedisiplinan itu sendiri belum menjadi budaya sehari-hari. Budaya memeriksakan secara dini kesehatan anggota keluarga belum tampak. Hal ini terlihat dari banyaknya klien yang datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan keadaan kesehatan sebagai tindakan kuratif belum didukung sepenuhnya oleh upaya promotif dan preventif, misalnya gerakan 3M pada pencegahan demam berdarah belum terdengar gaungnya jika belum mendekati musim hujan atau sudah ada yang terkena demam berdarah.

61

 Sosiologi Kesehatan 

H.

PERAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI ANEKA BUDAYA Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat professional meliputi: 1.

Care giver Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan evaluasi yang benar, menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukannya. 2.

Client advocate Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, antara lain : a. Hak atas informasi ; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit/ sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan b. Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain; penyakit yang dideritanya, tindakan medic apa yang hendak dilakukan, alternative lain beserta risikonya, dll 3.

Counsellor Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya pula interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/ bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas 4.

Educator Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.

62

 Sosiologi Kesehatan 

5.

Collaborator Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien. 6.

Coordinator Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai coordinator perawat dapat melakukan hal-hal berikut: a. Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas c. Mengembangkan system pelayanan keperawatan d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan 7.

Change agent Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien 8.

Consultant Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik lain. Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara sosial dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Saudara mahasiswa, sebagai tenaga kesehatan saudara tentu akan berhadapan dengan banyak orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda. Saudara akan dituntut untuk memahami nilai budaya yang ada pada mereka supaya program-program kesehatan yang saudara kenalkan akan diterima oleh mereka dengan mudah. Nilai budaya memiliki fungsi, fungsi nilai budaya tersebut adalah dengan memahami nilai budaya seorang tenaga kesehatan dapat berusaha keras untuk menunjukkan perilakunya supaya sesuai dengan nilai yang berlaku di masyarakat. Misalnya kalau seorang tenaga medis ditugaskan di masyarakat yang taat beragama, maka dia harus berusaha untuk menunjukkan penghargaan terhadap nilai agama yang berlaku, baik dalam tutur kata, pakaian, maupun praktik pelayanan kesehatan itu sendiri. Sebagai seorang perawat saudara juga harus memahami etika perawatan dalam menghadapi masyarakat. Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang

63

 Sosiologi Kesehatan 

diyakini oleh profesi keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan pasien, dengan masyarakat, hubungan perawat dengan teman sejawat maupun dengan organisasi profesi. Prinsip-prinsip etika ini oleh profesi keperawatan secara formal dituangkan dalam suatu kode etik yang merupakan komitmen profesi keperawatan akan tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat; a. Seorang perawat tidak membeda-bedakan pasien b. Mendapatkan persetujuan melakukan tindakan c. Mengakui otonomi pasien d. Mendahulukan tindakan sesuai prioritas masalah e. Melakukan tindakan untuk kebaikan I.

SUKU BANGSA/ETNISITAS DAN KESEHATAN

Saudara mahasiswa, dalam masyarakat kita data mengenai hubungan antar-ras, etnisitas, dan kesehatan, andaikatapun ada, sukar ditampilkan. Ini disebabkan karena data kesehatan yang dihimpun tidak memilah-milah penderita penyakit menurut etnisitas atau rasnya, sejalan dengan kebijaksanaan yang telah ditempuh pemerintah selama beberapa dasawarsa untuk tidak mengumpulkan informasi mengenai etnisitas dan ras penduduk. Namun, dalam berbagai masyarakat lain tersedia data mengenai etnisitas dan ras sehingga data mengenai kesehatan dapat dikaitkan dengan etnisitas dan ras. Data demikian sering menunjukkan bahwa etnisitas atau ras warga terkait dengan keadaan kesehatan mereka. Dalam masyarakat demikian, misalnya keadaan kesehatan kelompok mayoritas etnis atau ras sering lebih baik daripada keadaan kelompok minoritas. Berbagai studi memperlihatkan bahwa warga kelompok minoritas cenderung mempunyai angka mortalitas dan morbiditas lebih tinggi, dan harapan hidup lebih rendah daripada warga kelompok mayoritas etnis atau ras. Menurut saudara mahasiswa faktor apa sajakah yang menyebabkan perbedaan kesehatan antara kelompok mayoritas etnis dan ras dengan kelompok minoritas? Salah satu faktornya adalah kelas sosial; warga minoritas cenderung menduduki kelas sosial lebih rendah daripada warga mayoritas sehingga kurang mampu menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi. Temuan lain yang menyangkut perbedaan distribusi penyakit antar-ras ialah hubungan bahwa jumlah pemuda Kulit Putih yang dinyatakan tidak memenuhi syarat mengikuti wajib militer karena alasan medis selalu lebih banyak daripada jumlah pemuda Kulit Hitam. Perbedaan ini diduga disebabkan karena orang Kulit Putih lebih mudah menjalankan peran sakit daripada orang Kulit Hitam. Data mengenai keadaan kesehatan kelompok-kelompok minoritas etnik yang menetap di Inggris menunjukkan lebih tingginya prevalensi morbiditas dan mortalitas tertentu di kalangan kelompok etnis tertentu daripada di kalangan penduduk setempat.Perbedaan sistem medis antara kaum migran dan penduduk setempat pun merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab perbedaan kesehatan.

64

 Sosiologi Kesehatan 

Latihan Untuk memperdalam pemahaman saudara mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan budaya dan unsur-unsurnya 2. Jelaskan tentang wujud budaya Petunjuk Jawaban Latihan Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali materi tentang 1. Unsur-unsur budaya 2. Wujud budaya

Ringkasan Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama: 1. Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan manusia atau masyarakat yang nyata atau konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk, tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. 2.

Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. Ruang lingkup kebudayaan mencakup berbagai aspek kehidupan, yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan. Budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya akan membentuk beraneka ragam kebudayaan yang masing-masing sesuai dengan zaman dan tempatnya. Dalam ilmu sosial budaya dasar, manusia menempati posisi sentral karena manusia menjadi subjek dan sekaligus menjadi objek pengkajian. Kajiannya meliputi bagaimana hubungan manusia dengan alam, sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia, dan bagaimana hubungan manusia dengan Tuhannya.

65

 Sosiologi Kesehatan 

Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki budaya hidup sehat. Hidup sehat adalah hidup bersih dan disiplin sedangkan kebersihan dan kedisiplinan itu sendiri belum menjadi budaya sehari-hari. Budaya memeriksakan secara dini kesehatan anggota keluarga belum tampak. Hal ini terlihat dari banyaknya klien yang datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan keadaan kesehatan sebagai tindakan kuratif belum didukung sepenuhnya oleh upaya promotif dan preventif, misalnya gerakan 3M pada pencegahan demam berdarah belum terdengar gaungnya jika belum mendekati musim hujan atau sudah ada yang terkena demam berdarah. Dalam masyarakat kita data mengenai hubungan antar-ras, etnisitas, dan kesehatan, andaikatapun ada, sukar ditampilkan. Ini disebabkan karena data kesehatan yang dihimpun tidak memilah-milah penderita penyakit menurut etnisitas atau rasnya, sejalan dengan kebijaksanaan yang telah ditempuh pemerintah selama beberapa dasawarsa untuk tidak mengumpulkan informasi mengenai etnisitas dan ras penduduk. Namun, dalam berbagai masyarakat lain tersedia data mengenai etnisitas dan ras sehingga data mengenai kesehatan dapat dikaitkan dengan etnisitas dan ras. Data demikian sering menunjukkan bahwa etnisitas atau ras warga terkait dengan keadaan kesehatan mereka. Dalam masyarakat demikian, misalnya keadaan kesehatan kelompok mayoritas etnis atau ras sering lebih baik daripada keadaan kelompok minoritas. Berbagai studi memperlihatkan bahwa warga kelompok minoritas cenderung mempunyai angka mortalitas dan morbiditas lebih tinggi, dan harapan hidup lebih rendah daripada warga kelompok mayoritas etnis atau ras.

Tes 3 1)

Seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat disebut... A. Sosiologi B. Kebudayaan C. Etik D. Emik

2)

Wujud ideal kebudayaan adalah... A. kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma, peraturan yang sifatnya abstrak B. Berbentuk benda nyata C. Dongeng atau cerita rakyat D. Barang-barang peninggalan sejarah

66

 Sosiologi Kesehatan 

3)

Sistem gagasan dan artefak merupakan... A. Unsur budaya B. Perubahan budaya C. Inovasi budaya D. Wujud budaya

4)

Dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional termasuk ke dalam... A. Kebudayaan Material B. Kebudayaan Non Material C. Unsur kebudayaan D. Inovasi kebudayaan

5)

Temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi A. Kebudayaan Material B. Kebudayaan Non Material C. Unsur kebudayaan D. Inovasi kebudayaan

67

 Sosiologi Kesehatan 

Topik 4 Gender dan Kesehatan Saudara mahasiswa, saudara tentu tahu bahwa terdapat banyak perbedaan antara laki-laki dan perempuan, baik dalam bentuk biologis maupun dalam bentuk peran. Sosiolog secara tradisional membedakan antara istilah “jenis kelamin” yang secara biologis digunakan untuk menyebut laki-laki dan perempuan, dan “gender” yang merupakan peranan sosial yang dipelajari sehingga disebut menjadi maskulin dan feminim (White K., 2011). Menurut Hillier (1991) jenis kelamin adalah (sex) mengacu pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Gejala yang hanya dapat dialami kaum perempuan seperti menstruasi, kehamilan, melahirkan, abortus, dan menopause dapat kita masukkan dalam kategori ini. Istilah gender di lain pihak mengacu pada makna sosial yang diberikan pada perbedaan jenis kelamin. Gambaran mengenai kaum perempuan sebagai makhluk lebih lemah yang lebih rentan terhadap berbagai penyakit daripada laki-laki sehingga peran yang dapat diberikan kepada perempuan jauh lebih terbatas daripada peran laki-laki, misalnya merupakan perbedaan gender. Menurut Waldron faktor sosial (dalam Sunarto, 2014). Nah, saudara mahasiswa, anda sudah bisa membedakan antara jenis kelamin dan gender bukan? Jadi, jenis kelamin terberi sebagai substratum biologis laki-laki dan perempuan, sedangkan gender adalah karakteristik yang dipelajari secara sosial yang selaras dengan maskulinitas dan feminitas, yakni menjadi laki-laki atau perempuan. A.

KAITAN GENDER DENGAN KESEHATAN

Di bidang kesehatan kita jumpai bahwa adanya perbedaan antara distribusi morbiditas dan mortalitas antara laki-laki dan perempuan. Cockerham mengatakan bahwa penyebab kaum laki-laki memiliki harapan hidup lebih pendek dari kaum perempuan salah satunya disebabkan karena sebagai organisme biologis kaum laki-laki memiliki lebih banyak kelemahan daripada kaum perempuan yang menjadikan laki-laki lebih rentan terhadap penyakit dan kelainan sejak masih berada dalam kandungan. Sebagai dampak adanya kelemahan faaliah pada kaum laki-laki inilah maka pada laki-laki dijumpai angka kematian sekitar 12% lebih tinggi pada janin sebelum lahir (prenatal) dan sekitar 130% pada bayi baru lahir (neonatal). Data Badan Pusat Statistik Indonesia tentang angka kematian bayi berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 memperlihatkan bahwa di tiap provinsi angka kematian bayi laki-laki lebih tinggi daripada angka kematian bayi perempuan. Sedangkan data Badan Pusat Statistik Indonesia mengenai angka harapan hidup berdasarkan Sensus Penduduk 2003 memperlihatkan bahwa angka harapan hidup laki-laki di tiap provinsi lebih rendah daripada angka harapan hidup perempuan (lihat Badan Pusat statistik Indonesia, 2008). Meskipun angka kematian janin dan bayi baru lahir lebih tinggi pada laki-laki, namun menurut Cockerham di lain pihak ditemukan pula bahwa morbiditas lebih banyak dijumpai

68

 Sosiologi Kesehatan 

di kalangan perempuan sehingga demikian kaum perempuan lebih sering sakit daripada lakilaki, tetapi kaum laki-laki lebih cepat meninggal dunia. Di samping itu, kaum perempuan menderita penyakit kronis yang sama dengan laki-laki, tetapi kaum perempuan mulai menderita penyakit tersebut pada usia lanjut. Menurut Waldron faktor sosial yang menyebabkan perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan bervariasi sesuai dengan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan (faktor lintas budaya). Selain itu, suatu faktor sosial dalam suatu masyarakat tertentu juga dapat bervariasi dari waktu ke waktu (faktor sejarah), (dalam Sunarto, 2014). Suatu faktor sosial penting yang menyumbang pada perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan adalah perbedaan sosialisasi peran. Misalnya dalam banyak masyarakat perempuan disosialisasikan untuk lebih mengutamakan peran sebagai ibu rumah tangga daripada partisipasi dalam angkatan kerja. Laki-laki, di lain pihak cenderung disosialisasikan untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarga. Oleh karena jumlah laki-laki yang berpartisipasi dalam angkatan kerja melebihi jumlah perempuan maka laki-laki pun menghadapi risiko lebih besar untuk berada dalam tempat kerja yang menghadapi berada dalam tempat kerja yang menghadapkan mereka pada situasi yang membahayakan kesehatan, seperti terpaan udara lembab, udara tercemar, gas-gsa beracun, dan zat berbahaya (seperti zat penyebab penyakit kanker). Perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan juga ditemukan dalam jumlah korban kecelakaan lalu lintas. Pertama, jumlah laki-laki yang setiap hari berada di jalan raya baik sebagai pengemudi maupun pengendara kendaraan bermotor pada umumnya lebih besar daripada perempuan sehingga peluang bagi laki-laki untuk terlibat dalam kecelakaan lalu lintas lebih besar. Kedua, laki-laki cenderung untuk mengemudi lebih cepat, kurang memperhatikan faktor keamanan dan lebih sering melanggar peraturan lalu lintas daripada perempuan sehingga menghadapi risiko lebih tinggi. Kebiasaan merokok juga merupakan suatu kebiasaan yang dalam banyak masyarakat lebih banyak dilakukan oleh kaum laki-laki daripada kaum perempuan, dan perempuan yang merokok pun menghabiskan lebih sedikit rokok daripada laki-laki. Menurut data Waldron (dalam Sunarto, 2014) orang yang berkebiasaan merokok lebih rentan terhadap berbagai penyakit tertentu, seperti penyakit infeksi saluran pernafasan atas, kanker ganas, dan penyakit jantung daripada mereka yang tidak merokok. Selain faktor budaya yang menganggap bahwa laki-laki lebih pantas merokok daripada perempuan, lebih tingginya frekuensi merokok pada kaum laki-laki terkait pula dengan dihadapinya berbagai masalah di tempat kerja yang mendorongnya ke kebiasaan merokok. Pendekatan gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor sosial budaya, serta hubungan kekuasaan antar laki-laki dan perempuan, merupakan faktor penting yang berperan dalam mendukung atau mengancam kesehatan seseorang. Hal ini dinyatakan dengan jelas oleh WHO dalam konferensi perempuan sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995.

69

 Sosiologi Kesehatan 

B.

JENIS KELAMIN, GENDER, DAN KESEHATAN

Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Perempuan sebagai kelompok cenderung mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang dari pada laki-laki, yang secara umum dianggap sebagai faktor biologis. Namun dalam kehidupannya perempuan lebih banyak mengalami kesakitan dan tekanan dari pada laki-laki. Walaupun faktor yang melatarbelakanginya berbeda-beda pada berbagai kelompok sosial, hal tersebut menggambarkan bahwa dalam menjalani kehidupannya perempuan kurang sehat dibandingkan laki-laki. Penjelasan terhadap paradoks ini berakar pada hubungan yang kompleks antara faktor biologis jenis kelamin dan sosial (gender) yang berpengaruh terhadap kesehatan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berbagai penyakit menyerang laki-laki dan perempuan pada usia yang berbeda, misalnya penyakit kardiovaskuler ditemukan pada usia yang lebih tua pada perempuan dibandingkan laki-laki. Beberapa penyakit, misalnya animea, gangguan makak dan gangguan pada otot serta tulang lebih banyak ditemukan pada perempuan daripada laki-laki. Berbagai penyakit atau gangguan hanya menyerang perempuan, misalnya gangguan yang berkaitan dengan kehamilan dan kanker serviks, sementara itu hanya laki-laki yang terkena kanker prostat. Kapasitas perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukkan bahwa mereka memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Perempuan memerlukan kemampuan untuk mengendalikan fertilitas dan melahirkan dengan selamat, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas sepanjang siklus hidupnya sangat menentukan kesejahteraan dirinya. Kombinasi antara faktor jenis kelamin dan peran gender dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya seseorang dapat meningkatkan risiko terhadap terjadinya beberapa penyakit, sementara di sisi lain memberikan perlindungan terhadap penyakit lainnya. Perbedaan yang timbul dapat berupa keadaan sebagai berikut : 1) Perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan. 2) Sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu penyakit 3) Sikap masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan yang sakit. 4) Sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengobatan dan akses pelayanan kesehatan. 5) Sikap petugas kesehatan dalam memperlakukan laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh, respons terhadap epidemi HIV/AIDS dimulai dengan pemberian fokus pada kelompok risiko tinggi, termasuk pekerja seks komersial. Laki-laki dianjurkan untuk menjauhi pekerja seks komersial atau memakai kondom. Secara bertahap, fokus beralih pada perilaku risiko tinggi, yang kemudian menekankan pentingnya laki-laki menggunakan kondom. Hal ini menghindari isu gender dalam hubungan seksual, karena perempuan tidak menggunakan kondom tetapi bernegosiasi untuk penggunaanya oleh laki-laki. Dimensi gender tersebut tidak dibahas, sampai pada saat jumlah ibu rumah tangga biasa yang tertular penyakit menjadi banyak. Dewasa ini, kerapuhan perempuan untuk tertular 70

 Sosiologi Kesehatan 

HIV/AIDS dianggap sebagai akibat dari ketidaktahuan dan kurangnya akses terhadap informasi. Ketergantungan ekonomi dan hubungan seksual yang dilakukan atas dasar pemaksaan. Tejadinya tindak kekerasan pada umumnya berkaitan dengan gender. Secara umum pelaku kekerasan biasanya laki-laki, yang merefleksikan keinginan untuk menunjukkan maskulinitas, dominasi, serta memaksakan kekuasaan dan kendalinya terhadap perempuan, seperti terlihat pada kekerasan dalam rumah tangga (domestik). Karena itu kekerasan terhadap perempuan sering disebut sebagai “kekerasan berbasis gender”. C.

PENGARUH GENDER TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

Sehubungan dengan peran gender, laki-laki tidak terlalu tertarik untuk mempelajari kesehatan seksual dan reproduksinya. Sehingga pengetahuan mereka cenderung terbatas. Hal ini menyebabkan laki-laki kurang berminat mencari informasi dan pengobatan terhadap penyakit, misalnya : Infeksi Menular Seksual (IMS). Menikah pada usia muda bagi perempuan berdampak negatif terhadap kesehatannya. Namun menikah di usia muda kebanyakan bukanlah keputusan mereka, melainkan karena ketidakberdayaannya (isu gender). Di beberapa tempat di Indonesia, kawin muda dianggap sebagai takdir yang tidak bisa ditolak. Perempuan tidak berdaya untuk memutuskan kawin dan dengan siapa mereka akan menikah. Keputusan pada umumnya ada di tangan laki-laki; ayah ataupun keluarga laki-laki lainnya. Salah satu kasus yang terkait dengan masalah gender yaitu : Seorang gadis umur 17 tahun, mengalami perdarahan. Setelah dirawat di sebuah rumah sakit selama dua jam, dia meninggal dunia. Gadis tersebut merupakan korban aborsi yang dilakukan oleh seorang dukun. Usaha lain sebelum melakukan aborsi adalah minum jamu peluntur, pil kina, dan pil lainnya yang dibeli di apotek. Kemudian dia datang ke seorang dokter kandungan. Dokter menolak melakukan aborsi karena terikat sumpah dan hukum yang mengkriminalisasi aborsi. Si gadis minta tolong dukun paraji untuk menggugurkannya. Rupa-rupanya tidak berhasil, malah terjadi perdarahan. Ia masih sempat menyembunyikan ini semua kepada kedua orang tuanya, selama 4 hari berdiam di kamar dengan alasan sedang datang bulan. Ia tidak berani bercerita pada siapa-siapa apalagi pada ibu dan bapaknya. Cerita itu berakhir dengan amat tragis, gadis itu tidak tertolong. Kasus tersebut menggambarkan ketidakberdayaan si gadis. Ia memilih mekanisme defensif dan menganggapnya sebagai permasalahan dirinya sendiri. Ia menyembunyikan keadaannya karena malu dan merasa bersalah. Masyarakat akan menyalahkan karena dia tidak mengikuti apa yang disebut moral atau aturan sehingga ia memilih mati meskipun tidak sengaja. Aborsi merupakan dilema bagi perempuan, apa pun latar belakang penyebab kehamilannya dan apa pun status ekonominya. Untuk menuntut hak reproduksinya dia harus mendapat dukungan seperti bantuan dari komunitasnya atau dukungan emosional dan tanggung jawab bersama dari orang yang paling dekat (pacarnya). Dalam konteks ini, maka jelas bahwa persoalan hak reproduksi pada akhirnya adalah persoalan relasi antara laki-laki yang berbasis gender serta masyarakat dan negara sebagai perumus, penentu, dan penjaga nilai bagi realisasi hak reproduksi perempuan.

71

 Sosiologi Kesehatan 

Pada contoh kasus tersebut merupakan bentuk kekerasan yang berbasis gender yang memiliki alasan bermacam-macam seperti politik, keyakinan, agama, dan ideologi gender. Salah satu sumber kekerasan yang diyakini penyebab pada kasus tersebut adalah kekerasan dari laki-laki terhadap perempuan adalah ideologi gender, misalnya perempuan dikenal lemah lembut, emosional, cantik, dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap lebih kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Bentuk kekerasan ini merupakan dilanggarnya hak reproduksi akibat perbedaan gender. Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Perbedaan ini dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksikan secara sosial dan budaya. Pada akhirnya perbedaan ini dianggap sebagai ketentuan Tuhan yang tidak bisa diubah dan dianggap sebagai perempuan. Kekerasan rumah tangga dalam berbagai bentuk sering terus berlangsung meskipun perempuan tersebut sedang mengandung. Konsekuensi paling merugikan bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan adalah dampak terhadap kondisi kesehatan mentalnya. Dampak ini terutama menonjol pada perempuan korban kekerasan seksual. Dalam tindak perkosaan, misalnya, yang diserang memang tubuh perempuan. Namun, yang dihancurkan adalah seluruh jati diri perempuan yaitu kesehatan fisik, mental psikologi, dan sosialnya. Kekerasan domestik biasanya merupakan kejadian yang kronis dalam kehidupan rumah tangga seorang perempuan. Cedera fisik dapat sembuh setelah diobati, tetapi cedera psikis mental (seperti insomnia, depresi, berbagai bentuk psikosomatik sakit perut yang kronis sampai dengan keinginan bunuh diri) akan selalu dapat terbuka kembali setiap saat. Dampak psikologis yang paling sulit dipulihkan adalah hilangnya kepercayaan kepada diri sendiri dan orang lain. Selain itu juga ada kecenderungan masyarakat untuk selalu menyalahkan korbannya. Hal ini dipengaruhi oleh nilai masyarakat yang selalu ingin tampak harmonis. Bahkan, walaupun kejadian dilaporkan, usaha untuk melindungi korban dan menghukum para pelaku kekerasan sering mengalami kegagalan. Kondisi tersebut terjadi karena kekerasan dalam rumah tangga, khususnya terhadap perempuan, tidak pernah dianggap sebagai masalah pelanggaran hak asasi manusia. D.

BUDAYA YANG BERPENGARUH TERHADAP GENDER

1.

Sebagian besar masyarakat banyak menganut kepercayaan yang salah tentang apa arti menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita. Setiap masyarakat mengharapkan pria dan wanita untuk berpikir, berperasaan, dan bertindak dengan pola-pola tertentu, dengan alasan hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita atau pria, contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan, membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami, sedangkan pria diharapkan untuk bekerja di luar rumah untuk memberikan kesejahteraan bagi keluarga di masa tua dan untuk melindungi keluarga dari ancaman (bahaya). Gender yang di hubungkan dengan jenis kelaminnya tersebut, semuanya adalah hasil rekayasa masyarakat.

2.

3.

72

 Sosiologi Kesehatan 

4. 5. 6.

E.

Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain di seluruh dunia, tergantung pada kebiasaan, hukum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut. Peran jenis kelamin bahkan tidak sama di dalam suatu masyarakat, tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya. Peran gender di ajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anak-anaknya. Sejak anak-anak berusia sangat muda, orang tua memperlakukan anak wanita dan pria secara berbeda, meskipun kadang-kadang tanpa mereka sadari. PERBEDAAN SEKS DAN GENDER

Saudara mahasiswa, untuk membantu memperjelas pemahaman anda tentang perbedaan seks dan gender, berikut kita lihat perbedaan diantara keduanya pada tabel di bawah ini: Jenis Kelamin

Contoh

Tidak dapat di ubah

Alat kelamin

Tidak dapat di pertukarkan

Jakun pada laki-laki dan payudara pada perempuan

Berlaku sepanjang masa

Status sebagai lakilaki dan perempuan tidak pernah berubah sampai kita mati

Berlaku dimanapun berada

Di rumah, di kampus ataupun di mana seorang laki-laki tetap laki-laki dan perempuan tetap perempuan

Merupakan kodrat Tuhan

Ciri utama laki-laki berbeda dengan perempuan Perempuan bisa haid, hamil, melahirkan dan menyusui sedangkan laki-laki tidak bias

Ciptaan Tuhan

Gender Dapat di ubah

Contoh

Peran dalam kegiatan seharihari Dapat di Suami bisa menggantikan pertukarkan peran istri dalam mengasuh anak ataupun memasak di saat istri berhalangan Tergantung Pada Zaman penjajahan kepada Belanda kaum perempuan kebudayaan tidak mendapatkan hak pendidikan. Tetapi setelah kita merdeka, perempuan memiliki kebebasan mengikuti pendidikan Tergantung pada Pembatasan kesempatan di budaya setempat bidang pekerjaan terhadap perempuan dikarenakan budaya setempat, contohnya perempuan lebih diutamakan untuk menjadi perawat, guru TK dan mengasuh anak Bukan merupakan Sifat atau mentalitas antara kodrat Tuhan lelaki dengan perempuan bisa saja sama Buatan Manusia Laki-laki dan perempuan berhak menjadi calon ketua RT, RW, kepala desa bahkan presiden.

73

 Sosiologi Kesehatan 

Latihan Untuk memperdalam pemahaman saudara mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perbedaan sosialisasi peran menyumbang pada perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan 2. Jelaskan perbedaan jenis kelamin dan gender Petunjuk Jawaban Latihan Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali materi tentang 1. Perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan 2. Perbedaan jenis kelamin dan gender

Ringkasan Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan atau laki–laki yang merupakan hasil konstruksi social budaya dan dapat berubah dan atau diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Gender merujuk kepada perilaku-perilaku yang membatasi individu-individu sebagai laki-laki atau perempuan dalam konteks sosial budaya tertentu. Terdapat perbedaan distribusi morbiditas dan mortalitas antara laki-laki dan perempuan. Salah satu faktor sosial yang menyumbang pada perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan adalah perbedaan sosialisasi peran. Misalnya dalam banyak masyarakat perempuan disosialisasikan untuk lebih mengutamakan peran sebagai ibu rumah tangga daripada partisipasi dalam angkatan kerja. Laki-laki, di lain pihak cenderung disosialisasikan untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarga. Oleh karena jumlah laki-laki yang berpartisipasi dalam angkatan kerja melebihi jumlah perempuan maka laki-laki pun menghadapi risiko lebih besar untuk berada dalam tempat kerja yang menghadapi berada dalam tempat kerja yang menghadapkan mereka pada situasi yang membahayakan kesehatan, seperti terpaan udara lembab, udara tercemar, gas-gas beracun, dan zat berbahaya (seperti zat penyebab penyakit kanker.)

74

 Sosiologi Kesehatan 

Tes 4 1.

Menurut Hillier jenis kelamin adalah... A. mengacu pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan B. perbedaan peranan antara pria dengan wanita C. menjadi laki-laki D. menjadi perempuan

2.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berbagai penyakit menyerang laki-laki dan perempuan pada usia yang berbeda, penyakit yang banyak menyerang perempuan pada usia tua dibanding dengan laki-laki adalah... A. anemia B. kardiovaskuler C. gangguan otot dan tulang D. kanker

3.

Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan pada... A. perbedaan peranan antara pria dengan wanita B. perbedaan biologis C. perbedaan antara laki-laki dan perempuan D. perbedaan keinginan

75

 Sosiologi Kesehatan 

Glosarium Istilah Economic appraisal demand Meditasi Istiqomah Mahdhah all for health Istilah Religi Cultural activity Trait complex Mortalitas Morbiditas Istilah Prenatal Neonatal IMS Insomnia

: : : : : : : : : : : : : : : : : :

Arti istilah tersebut Penilaian ekonomi Permintaan/konsumsi Renungan Khusus Konsisten Semua yang dilakukan memiliki kontribusi terhadap kesehatan Arti istilah tersebut Kepercayaan Kegiatan kebudayaan Kompleks ciri Angka kematian Angka kesakitan Arti istilah tersebut Janin sebelum lahir Bayi baru lahir Infeksi menular seksual Susah tidur

76

 Sosiologi Kesehatan 

Kunci Jawaban Tes Tes 1 1. A 2. B 3. C 4. D 5. A 6. B Tes 2 1. C 2. D 3. A 4. C 5. B Tes 3 1. B 2. A 3. D 4. B 5. A Tes 4 1. A 2. B 3. A

77

 Sosiologi Kesehatan 

Daftar Pustaka Ritzer G, Goodman JD. 2010. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6. Jakarta; Kencana Scott J. 2011. Sosiologi: The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Pers Soekanto S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi revisi; cetakan ke-6. Jakarta: RajawaliPers Tjiptoherijanti P, Soesetyo B. 1993. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta White K. 2011. Sosiologi Kesehatan dan Penyakit, Edisi ke-3. Jakarta: Rajawali Pers Sunaryo, 2014. Sosiologi: Untuk Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika https://ridwanhamid.wordpress.com/2014/04/22/agama-dan-kesehatan/ http://www. scribd.com/doc/55938723/Agama-Dan-Kesehatan http://id.wikipedia.org/wiki/Agama Effendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika http://leksi-ndolu.blogspot.com/ Fakih, Mansour, DR.1997. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ibrahim, Idi Subandy dan Hanif Suranto, (ed).1998. Wanita dan Media. Bandung: Remaja Rosdakarya Illich, Ivan.2009. Matinya Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mosse, Julia Cleves.2012. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka Annisa Women’s Crisis Center dan Pustaka Pelajar

78

 Sosiologi Kesehatan 

BAB III NEGARA, POLITIK, KESEHATAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA Dewi Rosmalia SKM M.Kes

PENDAHULUAN Saudara mahasiswa, saya yakin saudara mengetahui bahwa negara dan politik merupakan dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, tetapi bagaimana perubahan sosial budaya dapat mempengaruhi kesehatan? Apakah menurut saudara semua hal itu saling terkait? Untuk membantu saudara memahami tentang hal tersebut, maka saudara akan dihantarkan dengan materi negara, politik, perubahan sosial dan kesehatan. Pada prinsipnya negara dan politik tidak dapat dilepaskan dari perubahan sosial dan masalah kesehatan, karena negara dengan unsur politik memiliki kekuasaan untuk mengubah masyarakatnya ke arah yang lebih baik untuk tujuan bersama. Politik ini akan berpengaruh terhadap sosial budaya masyarakat setempat yang akan mempengaruhi kesehatan masyarakat tersebut. Sosiologi disini akan menjelaskan realitas sosial termasuk kehidupan bernegara, berpolitik dan masalah kesehatan itu sendiri yang mengacu pada keragaman konsep. Saudara mahasiswa tentu mengetahui bahwa setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan, perubahan dapat terjadi pada nilai sosial, norma sosial, pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Setiap perubahan dalam suatu lembaga kemasyarakatan akan mengalami perubahan pula pada lembaga kemasyarakatan lainnya secara timbal balik. Bentuk perubahan ada yang tidak menarik, perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, perubahan yang lambat sekali dan perubahan yang berjalan dengan cepat. Klasifikasi perubahan yang ada pada masyarakat dapat bersifat statis dan dapat bersifat dinamis, masyarakat yang statis dimaksudkan masyarakat yang sedikit sekali mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat dinamis adalah masyarakat yang mengalami perubahan yang cepat, jadi setiap masyarakat pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis, sementara pada masyarakat lainnya dianggap sebagai masyarakat yang dinamis. Perubahan bukanlah semata mata berarti suatu kemajuan (progress) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang tertentu. Perubahan hanya akan ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu lampau, misalnya seseorang yang tidak sempat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa akan berpendapat bahwa masyarakat desa bersifat statis, tidak maju dan tidak berubah. Pernyataan demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang kurang mendalam dan kurang teliti karena tidak ada suatu masyarakat yang terhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa.

79

 Sosiologi Kesehatan 

Perubahan bukanlah semata mata berarti suatu kemajuan (progress) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang tertentu. Perubahan yang terjadi pada masyarakat dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya dapat menjalar ke dunia lain berkat adanya komunikasi moderen. Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu, namun perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya yang sering berjalan secara konstan, tetapi karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan dimana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan. Perubahan sosial pada lembaga kemasyarakatan dapat mempengaruhi sistem sosial, termasuk nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok pada masyarakat. Di mana perubahan ini terkait dengan negara sebagai pembuat kebijakan dalam bentuk suatu politik, khususnya masalah kesehatan. Untuk membantu mahasiswa memahami materi ini, maka pada modul ini menjelaskan tentang: 1. Negara, politik dan kesehatan a. Konsep negara b. Konsep politik c. Fungsi politik dalam ekonomi kesehatan 2. Perubahan sosial dan kebudayaan a. Perubahan sosial b. Bentuk perubahan sosial dan kebudayaan c. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan d. Proses Perubahan Sosial Kebudayaan e. Arah perubahan

80

 Sosiologi Kesehatan 

Topik 1 Negara, Politik, dan Kesehatan A.

NEGARA

Saudara mahasiswa, apa yang saudara ketahui tentang negara? Apa fungsi negara, bagaimana politik mempengaruhi kesehatan masyarakat Indonesia? Negara merupakan salah satu konsep dalam sosiologi yang paling sentral karena negara menjalankan banyak fungsi dan mengatur hampir seluruh aspek hidup manusia, peran sentralnya membuat negara sulit untuk dipahami secara tepat dan seberapa luas cakupannya, fungsi khusus negara adalah memelihara ketentraman dan mengatur hubungan eksternal masyarakat. Menurut Weber sebuah negara menuntut monopoli, diperbolehkannya penggunaan kekuasaan fisik dalam wilayah teritorial yang memerlukan pengawasan secara efektif. Legitimasi diperoleh dari tradisi atau kepemimpinan yang kharismatis. Kedisiplinan dan tingkat penguasaan birokrasi menjadi alat yang efisien untuk mengatur dan mengendalikan negara. Martin Albrow dan Zigmunt Bauman menyatakan negara berbangsa tunggal berada dalam puncak kemunduran seiring munculnya masyarakat global. Dalam arti formal negara diartikan sebagai organisasi kekuasaan pemerintah pusat dengan karakteristik kewenangan menjalankan paksa fisik secara syah. Dalam arti material negara adalah sebagai kelompok masyarakat atau persekutuan hidup. Konsep politik negara dapat berwujud jika memenuhi unsur wilayah, penduduk, pemerintah dan kedaulatan. Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala kekuasaan. Sifat negara antara lain a. Memaksa, agar peraturan yang berlaku ditaati demi terciptanya ketertiban masyarakat b. Monopoli, negara memonopoli dalam menetapkan tujuan bersama, negara memiliki wewenang untuk melarang hidup dan menyebarluaskan aliran kepercayaan atau aliran politik yang mengganggu ketertiban umum dan bertentangan dengan tujuan masyarakat c. Peraturan perundangan, berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Fungsi negara yakni untuk perlindungan, penertiban, mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran, pertahanan, menegakkan keadilan, hal ini harus dilakukan demi kelangsungan hidup dan kesejahteraan umum yang dipengaruhi oleh kepentingan politik, ekonomi dan sosial yang ada pada suatu saat. Negara merupakan salah satu konsep sosiologi yang paling sentral dan sukar dipahami, dikatakan sentral karena negara menjalankan begitu banyak fungsi dan mengatur hampir seluruh aspek kehidupan rakyatnya. memelihara ketentraman dan mengatur hubungan eksternal masyarakat adalah fungsi khususnya, sedangkan sejauh mana negara harus memberikan kemakmuran atau mengatur ekonomi negara tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan. Tujuan negara menurut Plato adalah memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sendiri, menurut Aristoteles tujuan negara adalah untuk menyelenggarakan hidup yang baik bagi semua warga. 81

 Sosiologi Kesehatan 

Sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai suatu yang baik atau buruk, namun sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang penting dalam kehidupan masyarakat. Kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai atau dengan perkataan lain antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh itu dengan rela maupun terpaksa. Apabila kekuasaan dijelmakan pada diri seseorang, biasanya orang ini dinamakan pemimpin. Kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang yang mendapatkan pengakuan masyarakat disebut dengan wewenang. B.

POLITIK

Bahasa politik sudah tidak asing lagi kita dengar, apakah menurut saudara politik berarti berbagai macam kegiatan yang terjadi dalam suatu negara yang berkaitan dengan proses menetapkan tujuan dan bagaimana mencapai tujuan itu? Apakah sistim politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi politik bekerja dalam suatu unit kesatuan? Benar. Nah. Berdasarkan hal itu maka dapat diuraikan ciri- ciri sistem politik, yaitu a. Setiap sistem politik memiliki struktur politik b. Setiap sistem politik menjalankan fungsi politik yang sama, meski kadarnya berbeda c. Semua struktur politik melaksanakan banyak fungsi d. Semua sistem politik adalah sistem campuran.

a. b.

a. b.

Sistem politik terdiri dari dua struktur politik, yaitu Suprastruktur (the ruler) atau penguasa yang terdiri dari lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif Infrastruktur (the ruled) adalah masyarakat beserta organisasi yang dibentuk seperti organisasi politik, ormas, pers, kelompok kepentingan, kelompok penekan, asosiasi, LSM dan informal leader. Sistem politik mempunyai fungsi yang harus dijalankan, yakni Fungsi input yang dilakukan oleh infrastruktur politik, yaitu sosialisasi dan rekrutmen politik, agensi kepentingan, artikulasi kepentingan serta komunikasi politik Fungsi output yang dilakukan oleh suprastruktur politik, yaitu rule making (pembuatan peraturan), rule application (pelaksanaan peraturan) dan rule adjudication (peradilan).

Setelah setiap struktur melaksanakan fungsi politiknya, sistem politik akan berproses mengikuti arah jarum jam, proses politik dapat di mulai dari mana saja, misalnya aktivitas dimulai dari usulan masyarakat berupa input ke supra struktural, dalam menanggapi usulan ini supra struktural dapat memilih satu di antara masukan, atau mengkonversi semua masukan, atau cari alternatif lain. Setelah masukan diolah, supra struktur mengeluarkan output berupa kebijakan/peraturan/UU untuk didistribusikan kepada masyarakat, ada

82

 Sosiologi Kesehatan 

masyarakat yang menanggapi setuju dengan aturan, jika setuju mereka akan memberi feed back berupa dukungan dan mungkin masukan berupa tuntutan yang lain. Jika masyarakat kurang atau tidak setuju, mereka akan memberikan masukan berupa peningkatan tuntutan. Proses ini akan berlangsung terus. Jika kelompok yang kurang setuju diabaikan, suatu saat mereka akan menjadi apatis dan tidak mau memberi masukan apapun. Jika ini terjadi sangat berbahaya bagi kelangsungan suatu sistem, jika tidak ada masukan dari infrastruktur, maka sistem politik tidak dapat menjalankan fungsinya, sehingga sistem politik dalam keadaan disfuncion, dan ini harus dihindari. Sistem politik tidak lain adalah negara dengan segala aktivitasnya, meliputi berfungsinya struktur politik dan berlangsungnya proses politik. Jika memang itu adalah negara, mengapa kita harus menggunakan konsep sistem politik? Karena konsep negara mengandung pengertian statis yang terdiri dari empat unsur, yaitu wilayah, penduduk, pemerintahan dan kedaulatan. C.

FUNGSI POLITIK DAN EKONOMI KESEHARAN

Saudara mahasiswa, apakah menurut saudara politik dapat dihubungkan dengan kesehatan? Bagaimana politik pada dunia kesehatan di negara maju? Hal ini akan kita bahas pada pertemuan ini. Kesehatan dan kedokteran pada masyarakat kapitalis maju berorientasi pada pengobatan (curing) melalui penerapan obat-obatan yang canggih dan teknologi berbiaya tinggi. Yang paradok, penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada masyarakat secara umum tidak mudah diobati dengan cara pengobatan itu, meski berkurang. Pada saat yang sama kedokteran membebankan tanggung jawab atas penyakit itu pada individu, dan sejauh ini terlihat dalam kegiatan preventif disepanjang jalur individu memodifikasi pola gaya hidup mereka. Adapun penyebab utama mortalitas dan morbilitas di negara maju sekarang adalah penyakit jantung, berbagai penyakit kanker, gangguan mental dan syaraf dan penyakit pernafasan kronis, yang bukan merupakan akibat proses endogen tubuh, melainkan karena kondisi sosial. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan melalui penggunaan intensif obatobatan. Sebenarnya ini bukan hal baru, sebagaimana juga tergambar dalam perkembangan kedokteran dan dunia kesehatan, karena standar kesehatan sekarang kurang berasal dari penemuan penemuan dan teknologi baru dibandingkan dari kontrol kesehatan lingkungan terhadap perubahan, nutrisi dan suplai air. Dalam karakterisasi umum, pemeliharaan kesehatan dan kedokteran dalam masyarakat kontemporer sebagai bagian dari mode produksi kapitalis. Menurut Waitzkin bentuk teknologi pengobatan dikaitkan dengan biaya yang tinggi yang efektivitasnya meragukan, paling baik jika hanya dianalisis dari perspektif struktural kapitalisme, yakni meski penggunaan teknologi tampaknya tidak rasional jika dipandang dari kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan, namun menjadi sangat rasional jika dipandang dari kebutuhan sistem kapitalis, khususnya karena sistem ini mendukung ekspansi monopoli modal dan upaya meraih keuntungan pribadi dari sektor pemeliharaan kesehatan. 83

 Sosiologi Kesehatan 

Perspektif ini sejalan dengan pendapat Renaud bahwa kebutuhan kesehatan dipenuhi oleh kedokteran sedemikian rupa sesuai dengan organisasi ekonomi kapitalis, dimana pendekatan rekayasa dominan mengenai kedokteran ilmiah kontemporer menyetarakan pengobatan dengan konsumsi, yakni dalam konteks yang lebih umum, kebutuhan kesehatan dan bentuk komoditas dari pemenuhannya, sehingga melegitimasi dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi kapitalis meskipun terdapat konsekwensi negatif terhadap kesehatan. Dari perspektif tersebut, industri pemeliharaan kesehatan memiliki empat fungsi ekonomi yang saling berkaitan dalam masyarakat kapitalis, yaitu akumulasi modal, penyediaan kesempatan investasi, penyerapan tenaga kerja surplus, dan pemeliharaan angkatan kerja. Selain itu, pengorganisasian pemeliharaan kesehatan memiliki tiga fungsi ideologi, yaitu a. Dengan penyediaan pelayanan kesehatan, organisasi mempertahankan status quo, bertindak sebagai agen kontrol sosial yang melimpahkan apa yang secara mendasar merupakan masalah sosial ke tingkat individu. b. Organisasi pelayanan kesehatan dalam rumusannya tentang pelayanan rumah sakit dan konsumsi obat-obatan sebagai pelayanan kesehatan, organisasi ini memproduksi mode produksi kapitalis. c. Organisasi pelayanan kesehatan mereproduksi struktur kelas kapitalis baik dalam pengorganisasian pekerja kesehatan maupun dalam pola konsumsi yang dihasilkannya. Ringkas kata, cara memandang kesehatan dan penyakit ini sejalan dengan lingkungan kapitalis yang lebih besar karena pandangan ini memodifikasi kebutuhan kesehatan dan melegitimasi modifikasi ini. Pandangan ini mentransformasi masalah sosial dengan potensi eksploratif, yakni penyakit dan kematian menjadi komoditas yang dipilah dan dapat diisolasi dan diintegrasikan ke dalam organisasi ekonomi kapitalis dengan cara yang sama dengan komoditas lainnya di pasar ekonomi. Dengan kekuatan yang mengejutkan pandangan ini berhasil memberikan solusi yang bernilai budaya bagi masalah yang ditimbulkan dari pertumbuhan ekonomi, bahkan membuat solusi pada batas tertentu menguntungkan bagi akumulasi modal demi pertumbuhan ekonomi yang lebih besar. Kelas dominan mendukung konsepsi sakit sebagai gejala individu dan menolak arti penting struktur sosial dan produksi kesehatan yang buruk. Hal ini disejajarkan dalam ranah konsumsi pemeliharaan kesehatan, dimana etiologi individualistis mendorong peningkatan terapi kuratif yang berbasis teknologi yang tidak lain adalah berbasis modal intensif dan rumah sakit. Dari perspektif ini organisasi pelayanan kesehatan kapitalis yang kontemporer, secara sistematik mengabaikan produksi kesehatan dan penyakit yang dipengaruhi oleh lingkungan, pekerjaan dan sosial. Sebagai contoh, saya rasa saudara sudah mengetahui bahwa pada masa lalu, terdapat jaminan kesehatan hanya pada kelompok masyarakat tertentu saja, seperti pegawai negeri dengan program askes (asuransi kesehatan), pegawai swasta dengan program jamsostek

84

 Sosiologi Kesehatan 

(jaminan kesehatan tenaga kerja), dengan adanya politik berupa kebijakan negara, sehingga sekarang jaminan kesehatan tidak hanya pada golongan tertentu saja, tetapi jaminan kesehatan sudah berlaku untuk semua masyarakat Indonesia. Artinya dengan adanya kebijakan politik yang dikeluarkan negara, sehingga biaya yang dikeluarkan masyarakat sewaktu sakit menjadi lebih kecil. Walaupun hal ini sudah terlaksana, tetapi konsep kapitalis dalam dunia kesehatan masih tetap berjalan. Walaupun demikian negara yang memiliki kekuasaan politik tetap melayani masyarakat yang memiliki masalah kesehatan, sehingga pelayanan kesehatan tidak hanya untuk golongan tertentu, tetapi untuk seluruh masyarakat.

Latihan 1 1. 2. 3.

Jelaskan konsep negara Jelaskan konsep politik Sebutkan fungsi politik dalam ekonomi kesehatan

Petunjuk jawaban latihan Untuk membantu anda mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari materi tentang a. Konsep negara b. Konsep politik c. Fungsi politik dalam ekonomi kesehatan

Ringkasan Untuk lebih mengingat kembali materi yang telah di uraikan di atas, maka di sini dapat kita simpulkan bahwa 1. Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala kekuasaan. Negara dapat berwujud jika memenuhi unsur wilayah, penduduk, pemerintah dan kedaulatan.. Sifat negara adalah memaksa; monopoli, peraturan berlaku untuk semua. Fungsi Negara untuk perlindungan, penertiban, kesejahteraan dan kemakmuran, pertahanan, menegakkan keadilan, negara tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan 2. Politik berarti berbagai macam kegiatan dalam suatu negara yang berkaitan dengan proses menetapkan tujuan dan bagaimana mencapai tujuan itu, politik bekerja dalam suatu unit kesatuan. Ciri-ciri sistem politik memiliki struktur, menjalankan fungsi yang sama, melaksanakan banyak fungsi dan politik adalah sistem campuran.

85

 Sosiologi Kesehatan 

3.

Fungsi politik dan ekonomi kesehatan. Masyarakat kapitalis maju berorientasi pada pengobatan melalui penerapan obat-obatan yang canggih dan teknologi berbiaya tinggi, penyebab utama mortalitas dan morbilitas di negara maju bukan akibat proses endogen tubuh, melainkan karena kondisi sosial.

Bentuk teknologi pengobatan dikaitkan dengan biaya yang tinggi yang efektivitasnya meragukan, tidak rasional jika dipandang dari kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan, sangat rasional jika dipandang dari kebutuhan sistem kapitalis, karena sistem ini mendukung ekspansi monopoli modal dan upaya meraih keuntungan pribadi dari sektor pemeliharaan kesehatan.

Tes 1 1.

Konsep negara adalah, kecuali…. A. Sifat negara tidak boleh memaksa dan monopoli B. Alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat C. Menertibkan gejala kekuasaan. D. Memenuhi unsur wilayah, penduduk, pemerintah dan kedaulatan

2.

Konsep politik adalah, kecuali …. A. berbagai macam kegiatan dalam suatu negara B. Bekerja dalam beberapa unit kesatuan C. Berkaitan dengan proses menetapkan tujuan D. Cara mencapai tujuan

3.

Ciri- ciri sistem politik, kecuali…. A. Memiliki struktur B. Menjalankan fungsi yang sama C. Menjalankan fungsi yang berbeda D. Melaksanakan banyak fungsi

4.

Fungsi politik dan ekonomi kesehatan adalah, kecuali…. A. Masyarakat kapitalis maju berorientasi pada pengobatan B. Penerapan obat-obatan yang canggih dan teknologi berbiaya tinggi C. Penyebab utama mortalitas dan morbilitas di negara maju karena kondisi sosial D. Penyebab utama mortalitas dan morbilitas di negara maju akibat proses endogen tubuh

86

 Sosiologi Kesehatan 

5.

Bentuk teknologi pengobatan dikaitkan dengan, kecuali…. A. Biaya yang rendah dan efektivitasnya meragukan B. Biaya yang tinggi dan efektivitasnya meragukan C. Tidak rasional jika dipandang dari kebutuhan pemeliharaan kesehatan D. Rasional jika dipandang dari kebutuhan sistem kapitalis

Latihan 2 1. 2.

Buat contoh kasus fungsi politik dalam ekonomi kesehatan Negara tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan. Buat contoh kasus kekuasaan negara dalam hal kesehatan

87

 Sosiologi Kesehatan 

Topik 2 Perubahan Sosial Dan Kebudayaan A.

PERUBAHAN SOSIAL

Saudara mahasiswa, perubahan sosial sudah tidak asing terjadi dalam kehidupan kita, bagaimana kita memandang perubahan sosial? Tentu hal ini tergantung pada individunya. Apakah individu memandang perubahan sosial sebagai yang positif atau sebagai hal yang negatif. Tentu tergantung dari faktor yang mempengaruhinya. Untuk memahami hal ini kita akan membahas pada pertemuan kali ini. Untuk mengarahkan anda memahami tentang hal ini, perhatikan perubahan sosial yang terjadi di sekelilingmu! Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat, ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur kebudayaan, material maupun inmaterial. Perubahan sosial ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur inmaterial. Perubahan sosial sebagai suatu variasi dan cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab interen maupun sebab ekstern. Perubahan yang mempengaruhi sistem sosial adalah nilai, sikap, pola perilaku antar kelompok dalam masyarakat, hal ini berupa himpunan pokok manusia yang akan mempengaruhi segi-segi struktur lainnya. Saudara mahasiswa, setujukah saudara dengan pernyataan bahwa terdapat hubungan antara perubahan sosial dan perubahan masyarakat? Apakah dapat dipisahkan kedua hal ini? Bagaimana ciri perubahan sosial? Nah kita akan uraikan tentang hal ini. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan organisasi sosial, sebagai contoh dikemukakannya perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya, akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan tersebut lebih merupakan perubahan kebudayaan dari pada perubahan sosial. Unsur kebudayaan dapat dipisahkan dari masyarakat, tetapi perubahan dalam kebudayaan tidak perlu mempengaruhi sistem sosial, artinya perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial serta mempengaruhinya. Kebudayaan mencakup segenap cara pikir dan tingkah laku yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan karena warisan yang berdasarkan keturunan. Jadi kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, perubahan kebudayaan merupakan perubahan dari unsur-unsur tersebut. 88

 Sosiologi Kesehatan 

Memisahkan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan bukanlah hal mudah, karena tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Tetapi yang pasti perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama karena saling berhubungan dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya. Artinya perubahan kebudayaan tidak menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Contoh: “Perubahan model pakaian dan kesenian dapat terjadi tanpa mempengaruhi lembaga kemasyarakatan atau sistem sosial, namun sukar dibayangkan terjadi perubahan sosial tanpa didahului suatu perubahan kebudayaan lembaga kemasyarakatan seperti keluarga, perkawinan, hak milik, perguruan tinggi atau negara tak akan mengalami perubahan apapun bila tidak didahului oleh suatu perubahan fundamental dalam kebudayaan. Suatu perubahan sosial dalam kehidupan tertentu tidak mungkin berhenti pada satu titik karena perubahan bidang lain akan segera mengikutinya, karena struktur lembaga masyarakat sifatnya saling terjalin satu sama lain, apabila suatu negara mengubah undangundang dasarnya atau bentuk pemerintahannya, perubahan yang kemudian terjadi tidak hanya sebatas pada lembaga politik saja” Ciri perubahan sosial: a. Setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara cepat atau secara lambat b. Perubahan pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti perubahan lembaga sosial lainnya, karena lembaga sosial bersifat independen, sehingga sulit mengisolasi perubahan pada lembaga sosial tertentu saja, proses awal dan proses lanjut merupakan suatu rantai yang tidak terputus c. Cepatnya perubahan sosial mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah dan nilai lain yang baru d. Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat. e. Secara tipologis perubahan sosial dikategorikan menjadi 1) Social process. The circulation of various rewards, facilities and personnel in at existing structure 2) Segmentation. The proliferation of structural units that do not differ qualitatively from existing units 3) Structural change. The emerge of qualitatively new complexes of roles and organization 4) Changes in group structure. The shift in the composition of group, the level of consciousness of groups, and the relations among the groups in society Nah. Di sini di ketahui bahwa tidak mudah memisahkan antara perubahan sosial dalam kehidupan sehari hari dengan kebudayaan, hal ini disebabkan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Sehingga untuk kedua hal ini dapat ditemukan hubungan timbal balik sebagai sebab akibat.

89

 Sosiologi Kesehatan 

B.

BENTUK PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

1.

Perubahan lambat dan perubahan cepat Perubahan memerlukan waktu lama dan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat, hal ini disebut dengan evolusi. Evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa adanya rencana. Perubahan terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut sendi pokok kehidupan masyarakat disebut dengan revolusi. Perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tidak direncanakan. Revolusi bersifat relatif karena membutuhkan waktu yang lama. Apakah menurut saudara untuk terjadinya revolusi membutuhkan syarat? Benar revolusi membutuhkan syarat sebagai berikut a. Harus ada keinginan umum untuk perubahan (perasaan tidak puas terhadap keadaan dan suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan tersebut) b. Adanya seorang pemimpin yang mampu memimpin c. Pemimpin yang dapat menampung keinginan masyarakat, merumuskan dan menegaskan rasa tidak puas menjadi suatu program d. Pemimpin memiliki tujuan konkret dan dapat dilihat, serta tujuan abstrak untuk merumuskan suatu ideologi tertentu e. Memiliki momentum untuk memulai gerakan 2.

Perubahan kecil dan perubahan besar Perubahan kecil terjadi pada struktur sosial tidak membawa pengaruh berarti pada masyarakat. Proses industrialisasi pada masyarakat agraris membawa pengaruh besar pada masyarakat. 3.

Perubahan yang dikehendaki (Intended-change) atau direncanakan (planned-change) dan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended-change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned-change) Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat yang dikenal dengan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat. Cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan rekayasa sosial (social engineering) atau perencanaan sosial (social planning). Perubahan sosial yang tidak direncanakan berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Jika perubahan yang tidak dikehendaki sejalan dengan perubahan yang dikehendaki, perubahan mungkin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan yang dikehendaki. Perubahan terjadi tidak hanya akibat dari satu gejala sosial, tetapi dari berbagai gejala sosial sekaligus. 90

 Sosiologi Kesehatan 

Perubahan yang dikehendaki merupakan suatu teknik sosial yang ditafsirkan sebagai suatu proses berupa perintah dan larangan, artinya menetralisirkan suatu keadaan krisis dengan akomodasi untuk melegakan hilangnya keadaan yang tidak dikehendaki atau berkembangnya suatu keadaan yang dikehendaki, legalisasi tersebut dilaksanakan dengan tindakan fisik yang bersifat arbitratif. C.

FAKTOR YANG KEBUDAYAAN

MENYEBABKAN

PERUBAHAN

SOSIAL

DAN

Banyak faktor yang dapat menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan. Di sini saudara akan mendapatkan materi tentang sumber perubahan dalam masyarakat, faktor pendorong perubahan masyarakat oleh individu serta pola penemuan hal baru. Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Sebab terjadinya perubahan mungkin dikarenakan oleh sesuatu yang tidak lagi memuaskan, faktor baru yang lebih memuaskan, menyesuaikan suatu faktor dengan faktor lain yang sudah mengalami perubahan terlebih dahulu. Sumber-sumber perubahan tersebut dapat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang dari luar masyarakat itu sendiri. Sebab sumber perubahan dalam masyarakat adalah: 1.

Bertambah atau berkurangnya penduduk Perubahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama lembaga kemasyarakatan. Berkurangnya penduduk disebabkan terjadinya transmigrasi. 2.

Penemuan-penemuan baru Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama disebut inovasi, proses tersebut meliputi penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain bagian masyarakat dan cara unsur kebudayaan baru tidak diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-penemuan baru sebab terjadinya perubahan disebut discovery, yaitu penemuan unsur kebudayaan yang baru berupa alat atau gagasan yang diciptakan oleh seseorang. Discovery menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima serta menetralkan penemuan baru. Faktor pendorong perubahan masyarakat oleh individu adalah: a. Kesadaran individu akan kekurangan dalam kebudayaan b. Kualitas ahli dalam suatu kebudayaan c. Perangsang bagi aktivitas penciptaan dalam masyarakat. Keinginan dan kualitas juga merupakan pendorong bagi terciptanya penemuan baru, keinginan untuk mempertinggi kualitas suatu karya merupakan pendorong. Penemuan baru dalam kebudayaan rohaniah juga dapat menyebabkan perubahan. 91

 Sosiologi Kesehatan 

Penemuan baru seperti pemancar radio akan berpengaruh ke berbagai arah dan menyebabkan perubahan pada lembaga kemasyarakatan dan adat istiadat.

1

Gambar 1. Pola Penemuan Baru Perubahan yang menjalar dari satu lembaga ke lembaga kemasyarakatan lainnya.

1

1

2

3

Gambar 2. Pola Penemuan Baru Penemuan baru kapal terbang membawa pengaruh terhadap metode peperangan, yang kemudian kian memperdalam perbedaan antara negara super besar dengan negara kecil. Beberapa jenis penemuan baru dapat pula mengakibatkan satu jenis perubahan

1 3

1 1 Gambar 3. Pola Penemuan Baru

92

 Sosiologi Kesehatan 

3.

Pertentangan (conflict) masyarakat Pertentangan dapat terjadi antar individu maupun antar kelompok, masyarakat Indonesia bersifat kolektif, segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat, walaupun kepentingan individu diakui, tetapi memiliki fungsi sosial, walau tidak jarang timbul pertentangan kepentingan individu dengan kepentingan kelompok, sehingga dalam hal tertentu dapat terjadi perubahan. Pertentangan antar kelompok sering terjadi pada generasi muda dari pada generasi tua, di mana generasi muda lebih mudah menerima perubahan-perubahan baru. 4. a.

b. c.

1.

Terjadi pemberontakan/ revolusi Sebab dari lingkungan alam/ fisik di sekitar, seperti gempa bumi, topan, banjir yang menyebabkan masyarakat terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya. Jika mereka meninggalkan tempat tinggal dan terpaksa tinggal di tempat yang baru sehingga masyarakat harus menyesuaikan diri dengan alam yang baru tersebut. Hal ini mengakibatkan timbulnya perubahan pada masyarakat itu sendiri. Peperangan. Hal ini dikarenakan negara yang menang akan memaksakan kebudayaan pada negara yang kalah Pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat cenderung untuk menimbulkan pengaruh timbal balik. Tetapi jika hubungan melalui alat komunikasi massa, pengaruh hanya terjadi pada satu pihak yaitu masyarakat pengguna tanpa dapat memberi timbal balik. Jika pengaruh tidak diterima dengan paksaan disebut dengan demonstration effect. Secara umum terdapat faktor yang mempengaruhi proses perubahan, yaitu Faktor pendorong a. Kontak dengan kebudayaan lain, dikenal dengan difusi. Difusi intra masyarakat dipengaruhi oleh: 1) Pengakuan bahwa unsur baru memiliki kegunaan 2) Ada tidaknya unsur kebudayaan yang mempengaruhi, diterima atau tidaknya unsur yang baru 3) Unsur baru bertentangan dengan unsur yang lama, kemungkinan tidak akan diterima 4) Kedudukan dan peranan sosial dari individu yang menemukan sehingga hal baru lebih mudah diterima 5) Pemerintah dapat memahami proses difusi tersebut Difusi antar masyarakat dipengaruhi oleh: • Adanya kontak antar masyarakat tersebut • Kemampuan untuk mendemonstrasikan manfaat penemuan baru • Pengakuan akan kegunaan penemuan baru • Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru • Paksaan untuk menerima penemuan baru

93

 Sosiologi Kesehatan 

b.

c. d. e.

f. g. h. i.

Sistem pendidikan formal yang maju memberikan pikiran kepada manusia untuk berpikir secara ilmiah dan objektif serta menilai apakah kebudayaan masyarakat akan dapat memenuhi kebutuhan zaman atau tidak Keinginan untuk maju dan menghargai hasil karya orang lain Toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang yang bukan delik Sistem terbuka pada lapisan masyarakat memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas, sehingga memberikan kesempatan pada individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri Penduduk yang heterogen Ketidakpuasan masyarakat pada bidang kehidupan tertentu Orientasi pada masa depan Nilai bahwa manusia harus berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya

2.

Faktor penghambat a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, karena terasing menyebabkan masyarakat terkukung pola pemikiran oleh tradisi yang ada b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat karena terasing dan tertutup atau karena lama dijajah c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional dan dikuasai oleh golongan konservatif d. Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuat e. Rasa takut akan kegoyahan pada integrasi kebudayaan f. Sikap tertutup/prasangka terhadap hal baru g. Hambatan yang bersifat ideologis h. Kebiasaan i. Nilai pasrah.

F.

PROSES PERUBAHAN SOSIAL KEBUDAYAAN

1.

Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan, keserasian dan harmoni pada masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan masyarakat yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi, sehingga secara psikologis individu merasakan ketentraman karena tidak adanya pertentangan dalam norma dan nilai. Saluran perubahan sosial dan kebudayaan merupakan saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan, umumnya saluran tersebut adalah lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dan sebagainya. Lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi titik tolak, tergantung pada culture focus masyarakat pada masa tertentu. Lembaga kemasyarakatan pada suatu waktu mendapatkan penilaian tertinggi dari masyarakat cenderung menjadi saluran utama perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan lembaga kemasyarakatan membawa akibat pada lembaga kemasyarakatan lainnya karena lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang terintegrasi. Lembaga kemasyarakatan tersebut merupakan suatu struktur apabila mencakup

2.

94

 Sosiologi Kesehatan 

3.

hubungan antar lembaga kemasyarakatan yang memiliki pola tertentu dan keserasian tertentu, artinya saluran tersebut berfungsi agar suatu perubahan dikenal, diterima, diakui, serta digunakan oleh khalayak ramai atau dengan singkat mengalami proses institutionalization (pelembagaan). Disorganisasi dan reorganisasi a. Organisasi merupakan artikulasi dari bagian yang merupakan suatu kesatuan fungsional. Tubuh manusia misalnya, terdiri dari bagian-bagian yang masingmasing mempunyai fungsi dalam rangka hidupnya seluruh tubuh manusia sebagai suatu kesatuan. Apabila seseorang sedang sakit, bisa dikatakan salah satu bagian tubuhnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, jadi secara keseluruhan bagian-bagian tubuh manusia merupakan keserasian yang fungsional. b. Suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu kebulatan, misalnya dalam masyarakat agar berfungsi sebagai organisasi harus ada keserasian antar bagian. Ketidakserasian di sini disebut disorganisasi. Kriteria disorganisasi terletak pada persoalan apakah organisasi tersebut berfungsi secara semestinya atau tidak baik. Disorganisasi dalam masyarakat dihubungkan dengan moral, yaitu anggapan tentang apa yang baik dan apa yang buruk. c. Sistem sosial dalam pertumbuhannya mempengaruhi diri sendiri, sehingga yang terjadi bukanlah perubahan-perubahan inti tetapi mempengaruhi suasana masyarakat yang melingkunginya, lingkungan sekitar dapat mempercepat atau memperlambat pertumbuhan sistem sosial, bahkan dapat menghancurkan sebagian atau seluruhnya, tetapi tidak mungkin akan berhasil mengubah sifatnya yang pokok. Tahap reorganisasi dilaksanakan jika norma dan nilai yang baru telah melembaga dalam diri warga masyarakat, reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma dan nilai yang baru agar sesuai dengan lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan. Reorganisasi dilaksanakan apabila norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga dalam diri warga. Gambaran disorganisasi dan reorganisasi berupa pengaruh dari suatu masyarakat yang tradisional dan masyarakat yang modern terhadap jiwa para anggota, watak atau jiwa seseorang merupakan pencerminan kebudayaan masyarakat. Pada masyarakat tradisional aktivitas seseorang sepenuhnya berada di bawah kepentingan masyarakat, segala sesuatu didasarkan pada tradisi dari setiap usaha untuk mengubah satu unsur saja, struktur dianggap sebagai sesuatu yang suci, tidak dapat diubah dengan drastis dan berjalan dengan lambat sekali. Perubahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern akan mengakibatkan pola perubahan dalam jiwa setiap anggota masyarakat. Ketidakserasian perubahan dan ketinggalan budaya berupa unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah dari pada unsur kebudayaan rohaniah, apabila 95

 Sosiologi Kesehatan 

terdapat unsur yang tidak memiliki hubungan yang erat, tidak ada persoalan mengenai tidak adanya keseimbangan lajunya perubahan. Ketertinggalan terjadi apabila laju perubahan dari dua unsur masyarakat atau kebudayaan yang mempunyai korelasi tidak sebanding, sehingga unsur yang satu tertinggal dari unsur lainnya. Ketertinggalan yang mencolok adalah tertinggalnya alam pikiran dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, dijumpai terutama pada masyarakat yang sedang berkembang. Untuk mengubah alam pikiran manusia harus mengalami perubahan terlebih dahulu, yaitu dari alam pikiran tradisional ke alam pikiran modern yang ditandai dengan sifat terbuka terhadap pengalaman baru serta terbuka untuk perubahan dan pembaharuan, tekanan bukanlah pada keahlian dan kemampuan jasmaniah belaka, tetapi pada suatu jiwa yang terbuka. Pendidikan memperoleh posisi semakin terdidik seseorang semakin terbuka dan semakin luas daya pikirannya. Alam pikiran modern lebih berorientasi pada keadaan sekarang dan mendatang daripada keadaan masa lalu, dan itu harus ada planning untuk hari depan. Seseorang dengan alam pikiran modern yakin bahwa manusia dapat belajar untuk memaafkan dan menguasai alam sekitarnya dari pada pasrah atau pasif, yakin bahwa keadaan dapat diperhitungkan, artinya orang lain atau lembaga lain dapat diandalkan dalam memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya, artinya tidak setuju dengan pendapat bahwa sesuatu ditentukan oleh nasib atau watak dari sifat yang khusus dari orang tertentu, sehubungan dengan itu timbul kesadaran akan harga diri seseorang, lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga menimbulkan keyakinan bahwa penghargaan sebagai balas jasa diberikan kepada orang yang benar-benar telah berjasa dan tidak atas dasar kekuasaan yang dimiliki, semua akan dicapai jika seseorang memiliki pendidikan supaya dapat berpikir secara ilmiah, dan ini harus melembaga dalam diri manusia, terutama masyarakat yang sedang berkembang agar terhindar ketinggalan budaya (Cultural log) ketinggalan budaya merupakan ketidakserasian dalam perubahan unsur masyarakat dan kebudayaan. G.

ARAH PERUBAHAN (DIRECTION OF CHNGE) DAN MODERNISASI

Setiap manusia tentu mengharapkan perubahan, perubahan di sini tentu ke arah yang lebih baik, tetapi bagaimana menurut saudara cara untuk memperoleh perubahan yang lebih baik? Apa syarat untuk terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik? Untuk menjawab pertanyaan ini kita akan bahas materi di bawah ini. Perubahan dapat menjadi sesuatu yang baru, mungkin ke arah sesuatu yang ada dalam waktu lampau, keinginan yang kuat untuk mendapat pendidikan sekular lebih kuat pada generasi muda, pendidikan di Indonesia dianggap sebagai alat utama untuk mengadakan perbaikan. Dahulu pusat perhatian adalah kebahagiaan dunia akhirat, tetapi sekarang lebih ditujukan pada kehidupan dunia, pendidikan keagamaan disesuaikan dengan aspirasi generasi muda, sikap dan pikiran keduniaan menyebabkan perubahan pada sikap serta keluarga, dewasa ini anak bebas memilih lapangan pekerjaan yang disukainya, demikian pula dengan agama dan pasangan hidupnya.

96

 Sosiologi Kesehatan 

Perubahan dapat dilakukan dengan modernisasi, perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah, akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan bergerak kepada sesuatu bentuk yang sama sekali baru atau mungkin bergerak ke arah suatu bentuk yang sudah ada pada masa lampau. Faktor yang menghambat proses modernisasi adalah perlawanan terhadap transformasi akibat adanya modernisasi, keyakinan yang kuat terhadap kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran terhadap penyimpangan penyimpangan, pendidikan dan perkembangan ilmiah yang tertinggal. Justru pendidikan dan perkembangan ilmiah merupakan hal penting untuk mengimbangi perkembangan teknologi dalam modernisasi. Modernisasi yang terlalu cepat tidak dikehendaki karena masyarakat tidak akan sempat mengadakan reorganisasi. Hal yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan dan penolakan modernisasi adalah sikap dan nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur yang baru serta kesepadanannya dengan unsur kebudayaan yang ada, ada kemungkinan modernisasi bertentangan dengan kebudayaan yang ada atau memerlukan pola baru yang belum ada, selain itu kemungkinan unsur tertentu dari modernisasi menggantikan unsur yang lama (bukan sekadar tambahan). Modernisasi dalam abad social change mau tidak mau harus dihadapi masyarakat, bidang yang akan diutamakan oleh suatu masyarakat tergantung dari kebijakan penguasa yang memimpin masyarakat. Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi dalam masyarakat, apalagi menyangkut nilai dan norma masyarakat. Proses yang terlalu cepat dan tidak mengenal istiadat mengakibatkan disorganisasi yang terus menerus karena masyarakat tidak sempat untuk mengadakan reorganisasi. Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif agar proses tersebut tidak mengarah dalam angan-angan, tetapi modernisasi harus dapat memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat ke arah waktu mendatang. Syarat modernisasi 1. Cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking) yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat, hal ini menghendaki suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dengan baik 2. Sistem administrasi negara yang baik yang dapat mewujudkan demokrasi 3. Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur serta terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu, hal ini memerlukan penelitian yang kontinyu agar data tidak tertinggal 4. Penciptaan iklim yang favorable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi tahap karena erat hubungannya dengan sistem kepercayaan masyarakat (belief system) 5. Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak berarti disiplin, di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan 6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (social planning). Apabila tidak dilakukan, perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan dari kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam masyarakat. 97

 Sosiologi Kesehatan 

Latihan 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Jelaskan pengertian perubahan sosial Uraikan hubungan antara perubahan sosial dan perubahan masyarakat Jelaskan bentuk perubahan sosial dan kebudayaan Sebutkan faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan Sebutkan faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan Uraikan proses perubahan sosial dan kebudayaan Sebutkan arah perubahan dan modernisasi

Petunjuk jawaban latihan Untuk membantu anda mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari materi tentang 1. Pengertian perubahan sosial 2. Bentuk perubahan sosial dan kebudayaan 3. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan 4. Proses perubahan sosial dan kebudayaan 5. Arah perubahan dan modernisasi

Ringkasan Untuk lebih mengingat kembali materi yang telah di uraikan di atas, maka di sini dapat kita simpulkan bahwa 1. Perubahan sosial dapat terjadi karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuanpenemuan baru dalam masyarakat. Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia yang terjadi karena faktor intern maupun ekstern. Perubahan pada lembaga kemasyarakatan dapat mempengaruhi sistem sosial, termasuk nilai-nilai, sikap dan pola perilaku antarkelompok dalam masyarakat terutama mempengaruhi struktur masyarakat lainnya. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan yang mencakup aspek kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan perubahan aturan organisasi sosial. Dalam kehidupan sehari hari tidak mudah menentukan garis pemisah antara perubahan sosial dan kebudayaan, hal ini disebabkan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan, dan sebaliknya tidak mungkin kebudayaan tidak menjelma dalam suatu masyarakat, karena dalam kehidupan terdapat hubungan timbal balik sebagai sebab akibat.

98

 Sosiologi Kesehatan 

2.

Bentuk perubahan sosial dan kebudayaan a. perubahan lambat dan perubahan cepat b. perubahan kecil dan perubahan besar c. perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak direncanakan

3.

Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan a. Sebab yang bersumber dari dalam diri masyarakat 1. Bertambah atau berkurangnya penduduk 2. Penemuan-penemuan baru 3. Pertentangan–pertentangan dalam masyarakat 4. Terjadinya revolusi dalam masyarakat. b. Sebab yang berasal dari luar diri masyarakat 1. Lingkungan fisik di sekitar manusia 2. Peperangan dengan negara lain 3. Kebudayaan masyarakat lain. Faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan a. Faktor yang mendorong jalannya proses perubahan 1. Kontak dengan kebudayaan lain 2. Sistem pendidikan yang maju 3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maj 4. Toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang 5. Sistem laporan masyarakat yang terbuka 6. Penduduk yang heterogen 7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu 8. Orientasi ke depan 9. Nilai meningkatkan taraf hidup b.

Faktor yang menghambat terjadinya perubahan 1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain 2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat 3. Sikap masyarakat yang tradisionalis 4. Adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat 5. Rasa takut akan kegoyahan pada integrasi kebudayaan 6. Prasangka terhadap hal yang baru 7. Hambatan ideologis 8. Kebiasaan 9. Nilai pasrah

99

 Sosiologi Kesehatan 

4.

Proses perubahan sosial dan kebudayaan Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan, keserasian dan harmoni yang pokok, sehingga secara psikologis individu merasakan ketentraman karena tidak adanya pertentangan dalam norma dan nilai. Perubahan sosial dan kebudayaan pada lembaga kemasyarakatan tergantung pada culture focus masyarakat pada masa tertentu. Ketidakserasian proses perubahan sosial dan kebudayaan disebut disorganisasi dengan kriteria apakah organisasi tersebut berfungsi secara semestinya atau tidak dan dihubungkan dengan moral. Sistem sosial dapat mempercepat atau memperlambat pertumbuhan serta menghancurkan sebagian atau seluruhnya, tetapi tidak akan berhasil mengubah sifat pokok. Reorganisasi adalah proses pembentukan norma dan nilai yang baru agar sesuai dengan lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan, dilaksanakan apabila norma dan nilai yang baru telah melembaga dalam diri warga. Ketertinggalan budaya yang mencolok adalah pada alam pikiran dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, untuk mengubah alam pikiran tradisional ke alam pikiran modern ditandai dengan sifat terbuka terhadap pengalaman baru untuk perubahan dan pembaharuan, hal ini didapat dari pendidikan dan harus ada planning untuk hari depan.

5.

Arah perubahan dan modernisasi Perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah, akan tetapi setelah meninggalkan faktor ini mungkin perubahan bergerak kepada suatu bentuk yang sama sekali baru, atau mungkin bergerak ke arah suatu bentuk yang sudah ada dalam waktu lampau. Dalam proses modernisasi tercakup suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional dalam artian teknologis serta organisasi sosial ke arah pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara barat yang stabil. Syarat modernisasi 1. Cara berpikir yang ilmiah 2. Sistem administrasi negara yang baik 3. Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur 4. Penciptaan iklim yang favorit dari masyarakat 5. Tingkat organisasi yang tinggi 6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan social planning

100

 Sosiologi Kesehatan 

Tes 2 1.

Perubahan sosial merupakan A. Modifikasi pola kehidupan manusia karena B. Modifikasi pola kehidupan manusia karena C. Modifikasi pola kehidupan manusia karena D. Modifikasi pola kehidupan manusia karena

sebab intern maupun ekstern sebab intern sebab ekstern pola pikir

2.

Dalam kehidupan sehari hari tidak mudah menentukan garis pemisah antara perubahan sosial dan kebudayaan, hal ini disebabkan karena: A. Masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan, tidak mungkin kebudayaan yang tidak menjelma dalam suatu masyarakat, sebenarnya dalam kehidupan terdapat hubungan timbal balik sebagai sebab akibat B. Terdapat hubungan timbal balik sebagai sebab akibat C. Tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan D. Tidak mungkin kebudayaan yang tidak menjelma dalam suatu masyarakat

3.

Yang tidak merupakan bentuk perubahan sosial dan kebudayaan adalah A. perubahan lambat dan perubahan cepat B. perubahan kecil dan perubahan besar C. Perubahan bersifat permanen D. perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak direncanakan

4.

Faktor pendorong yang mempengaruhi proses perubahan adalah, kecuali A. Kontak dengan kebudayaan lain B. Sistem pendidikan yang maju C. Sikap menghargai hasil karya seseorang D. Adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat

5.

Faktor yang menghambat terjadinya perubahan, kecuali: A. Penduduk yang heterogen B. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain C. Sikap masyarakat yang tradisionalis D. Hambatan ideologis

6.

Dalam proses modernisasi tercakup suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional, yang tidak termasuk syarat modernisasi A. Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur B. Cara berpikir yang praktis C. Sistem administrasi negara yang baik D. Penciptaan iklim yang favorit dari masyarakat 101

 Sosiologi Kesehatan 

Latihan 2 1. 2. 3. 4.

Berikan contoh kasus masalah kesehatan dari hal berikut di bawah ini: Bentuk perubahan sosial dan kebudayaan Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan Proses perubahan sosial dan kebudayaan Arah perubahan dan modernisasi

102

 Sosiologi Kesehatan 

Kunci Jawaban Tes Tes 1 1. A 2. B 3. c 4. D 5. A Tes 2 1. A 2. B 3. C 4. D 5. A 6. B

103

 Sosiologi Kesehatan 

Daftar Pustaka Phipipus Ng, Aini N. 2004. Sosiologi dan politik. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada Ritzer G, Goodman JD. 2010. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6. Jakarta; Kencana Scott J. 2011. Sosiologi: The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Pers Soekanto S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi revisi; cetakan ke-6. Jakarta: Rajawali Pers White K. 2011. Sosiologi Kesehatan dan Penyakit, Edisi ke-3. Jakarta: Rajawali Pers

104