STUDI DESAIN DAN MOTIF HIAS BATIK GAJAH OLING

Download Batik Sayu Wiwit Banyuwangi dan pelestarian terhadap motif Gajah Oling ... Batik adalah lukisan atau gambar pada mori yang harus dibuat den...

0 downloads 449 Views 978KB Size
STUDI DESAIN DAN MOTIF HIAS BATIK GAJAH OLING PRODUKSI SANGGAR BATIK SAYU WIWIT BANYUWANGI

ARTIKEL ILMIAH

OLEH MUTIARA ZEHAN NIM 108251410709

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN MEI 2012

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Nama

: Mutiara Zehan

NIM

:108251410709

Prodi/ Jurusan

: S1 Pendidikan Seni Rupa/ Seni dan Desain

Telah menyelesaikan artikel ilmiah dengan judul “Studi Desain dan Motif Hias Batik Gajah Oling Produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi”

Malang, 25 Mei 2012 Penulis

Mutiara Zehan NIM. 108251410709

Mengetahui, Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. H. Mistaram, M.Pd, Ph.D. NIP. 19480710 197603 1 003

Drs. A.A Gde Rai Arimbawa, M.Sn. NIP. 19591101 198802 1 001

STUDI DESAIN DAN MOTIF HIAS BATIK GAJAH OLING PRODUKSI SANGGAR BATIK SAYU WIWIT BANYUWANGI

Mutiara Zehan, Mistaram, A.A. Gde Rai Arimbawa Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK: Batik Gajah Oling adalah salah satu batik yang tumbuh di daerah Banyuwangi, dan menjadi motif hias khas daerah. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan mengenai desain motif batik Gajah Oling, proses pembuatan batik Gajah Oling, dan visualisai motif hias batik Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai motif batik Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi dan pelestarian terhadap motif Gajah Oling Banyuwangi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dari hasil analisis ditemukan bahwa desain batik Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit menggunakan unsur-unsur desain yang dikomposisikan menggunakan prinsip-prinsip desain. Proses pembuatan batik Gajah Oling terdiri dari persiapan alat dan bahan, pengolahan kain, pemotongan kain, pemindahan pola batik pada kain, proses pencantingan, proses pewarnaan, proses pelorodan. Motif batik Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit dibuat sesuai kriteria asli yaitu terdapat ornamen Gajah Oling, ornamen Daun Dilem berjumlah tiga, ornamen Bunga Melati berkelopak lima, ornamen Manggar berjumlah tiga.

Kata kunci: Desain, Motif Hias Batik Gajah Oling, Sanggar, Banyuwangi Abstract: Gajah Oling Batik is one kind of batik which is developed in Banyuwangi and becomes typical decorative motif of that particular area. The aims of this study are to describe the motif design of Gajah Oling motif, the making process Gajah Oling batik, and the visualization of the decorative motif of Gajah Oling batik produced by Sayu Wiwit Batik Workshop. This study is expected to be able to provide knowledge related to the motif of Gajah Oling batik produced by Sayu Wiwit Batik Workshop. The design of this study is qualitative research with descriptive approach. From the analysis, it was found that the design of Gajah Oling batik produced by Sayu Wiwit Batik Workshop used the design elements combined by applying the design principles. The steps of Gajah Oling batik making consisted of preparing the tools and materials, processing the fabrics, cutting the fabrics, transferring the batik pattern to the fabrics, applying wax, coloring, and removing wax. The motif of Gajah Oling batik produced by Sayu Wiwit Batik Workshop was created on the basis of the original criteria, namely Gajah Oling ornament, three-Daun Dilem ornament, five-sheath jasmine ornament, and three-manggar ornament. Keywords: Design, Batik Gajah Oling Decorative Motif, Workshop, Banyuwangi

Batik adalah salah satu dari banyak kebudayaan yang merupakn cirri identitas bangsa Indonesia. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,1984: 96) menyatakan bahwa batik sebagai kain dan sebagainya dengan cara tertentu atau mula-mula ditulis dengan atau ditera dengan lilin diwarna soga. Batik adalah lukisan atau gambar pada mori yang harus dibuat dengan menggunakan canting. Orang melukis atau menggambar atau menulis pada mori memakai canting disebut membatik (bahasa Jawa: mbatik). Membatik menghasilkan batik atau batikan berupa bermacam-macam motif dan memiliki sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri (Hamzuri:1981: VI). Batik Banyuwangi merupakan salah satu contoh batik pesisiran. Batik pesisiran Banyuwangi mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan batik yang ada di daerah pembuatan batik lainnya. Keunikannya terletak pada motif yang banyak mengambil motif flora dan fauna sebagai unsur alam ungkapan simbolis daerah tersebut. Salah satu motif batik Banyuwangi adalah batik Gajah Oling. Batik Gajah Oling merupakan batik ciri khas daerah Banyuwangi, dan diproduksi oleh beberapa pengrajin batik di Banyuwangi. Salah satu industry kerajinan yang masih mempertahankan motif tradisional batik Gajah Oling adalah Sanggar Batik Sayu Wiwit. Sanggar Batik Sayu Wiwit masih tetap mempertahankan kriteria asli motif batik Gajah Oling yang terdiri dari ornamen Gajah Oling, ornamen Daun Dilem berjumlah tiga, ornamen Bunga Melati berkelopak lima dan ornamen Manggar berjumlah tiga Menurut Soedjojo (2012, http://batiksayuwiwit.blogspot.com/) dari asal katanya, kata itu merupakan gabungan kata dari gajah, dan uling, yaitu sejenis ular yang hidup di air (semacam belut). Ciri itu berbentuk seperti tanda tanya, yang merupakan bentuk belalai gajah dan sekaligus bentuk uling. Dari arti katanya, gajah yang merupakan hewan bertubuh besar, berarti maha besar. Sedangkan uling berarti eling, atau ingat. Jadi motif batik Gajah Oling mempunyai makna sebagai refleksi dari kemakmuran masyarakat Banyuwangi yang dikelilingi kesuburan tanahnya, serta melahirkan suatu motif yang menggambarkan untuk selalu ingat kepada yang maha besar, kepada Tuhan. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan penelitian deskriptif.. Tujuan dari penelitian ini mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat yang berhubungan dengan desain, proses pembuatan, dan motif hias batik Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit. Penelitian ini dilakukan di Sanggar Batik Sayu Wiwit di Desa Temenggungan Kecamatan Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi. Prosedur pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Tahap analisa data melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Untuk mendapatkan kebenaran dalam penelitian dilakukan teknik yang disebut triangulasi.. Pada tahap ini dilakukan dua triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber mengecek data melalui tiga sumber yaitu pengusaha batik, pengrajin batik dan dokumentasi. Sedangkan triangulasi teknik mengecek data melalui tiga teknik yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.

KAJIAN PUSTAKA Djoemena (1990) yang menyatakan bahwa batik merupakan kegiatan melukis, alat yang digunakan untuk melukis adalah canting. Hasil lukisan ini kemudian disebut dengan nama ragam hias, umumnya sangat dipengaruhi oleh letak geografis daerah pembuat batik yang bersangkutan, adat istiadat yang ada di daerah yang bersangkutan, keadaan alam sekitarnya termasuk flora dan fauna, dan adanya kontak atau hubungan antar daerah pembatikan Setiap daerah pembatikan di Indonesia mempunyai motif dan tata warna yang berbeda-beda. Menurut Djoemena (1990: 10), para pencipta motif batik pada zaman dahulu tidak sekedar mencipta sesuatu yang indah dipandang mata saja, tetapi mereka juga member makna atau arti yang erat hubungannya dengan filsafat hidup yang mereka hayati. Mereka menciptakan sesuatu ragam hias dengan pesan dan harapan yang tulus dan luhur semoga akan membawa kebaikan serta kebahagiaan bagi si pemakai. Ragam hias dalam seni rupa lebih sering dikenal dengan istilah ornamen. Kata ornamen berasal dari bahasa Latin ornare yang berarti hiasan atau menghiasi. Menurut Gustami (dalam Sunaryo, 2009: 3) ornamen adalah produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Penambahan ornamen pada sebuah produk pada umumnya diharapkan membuat penampilan produk tersebut menarik, dalam arti estetis, dan menjadi lebih bernilai. Secara umum ragam hias yang ada di Indonesia sangat banyak jumlahnya. Menurut Toekio (2000: 10) jenis-jenis ragam hias yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu: (a) ragam hais geometris; (b) ragam hias tumbuh-tumbuhan; (c) ragam hias mahluk hidup; (d) ragam hias dekoratif HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penciptaan karya seni seorang perancang dapat mewujudkan pola rancangan melalui unsur-unsur visual sehingga pola yang dirancang bisa diamati atau dirasakan oleh orang lain. Unsur-unsur desain yang diterapkan pada desain batik Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit berdasarkan kepekaan estetik perancang tanpa mengurangi nilai filosofi yang terkandung di dalamnya unsur-unsur desain yang ditemukan dalam desain batik Gajah Oling meliputi unsur titik, garis, dan bidang. Unsur titik digunakan sebagai pelengkap motif hias atau yang disebut isen-isen. Unsur garis digunakan sebagai komponen utama yang akan diwujudkan dalam pola motif batik, unsur garis bisa juga disandingkan dengan unsur titik hingga menjadi suatu pelengkap motif hias pada batik. Unsur bidang terlihat dalam berbagai bentuk motif batik, misalnya motif Gajah Oling, motif Daun Katu, motif Ular berkepala manusia, dan lain sebagainya. Unsur bidang dalam desain batik Gajah Oling ini ada yang berbentuk geometrik ada pula yang berbentuk non geometrik. Unsur titik pada salah satu desain batik Gajah Oling

Unsur garis pada salah satu desain Batik Gajah Oling

Unsur bidang pada salah satu desain batik Gajah Oling

Dalam penciptaan suatu desain tidak hanya unsur-unsur desain saja yang diperlukan tetapi prinsip-prinsin desain juga perlu dipertimbangakan. Prinsipprinsip desain yang diterapkan oleh perancang batik dibuat berdasarkan hasil kepekaan estetik perancang dalam mengkomposisikan unsur dan prinsip sesuai dengan yang diharapkan. Prinsip-prinsip desain yang ada pada desain motif Batik Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit antara lain adalah prinsip kesatuan, keseimbangan, dan irama. Prinsip kesatuan yang diterapkan pada desain batik Gajah Oling ini adalah penggunaan bentuk seragam dari motif Gajah Oling, motif Daun Katu, dan lain-lain dengan jarak motif yang berdekatan. Prinsip keseimbangan yang ada pada desain batik Gajah Oling adalah keseimbangan simetri karena susunan ruang sebelah kiri dan sebelah kanan dalam keadaan sama persis baik dari segi ukuran maupun penempatan komposisinya. Prinsip irama yang ada pada desain batik Gajah Oling dapat terlihat dari perulangan motif Gajah Oling dan motif Daun Katu. Kesatuan pada salah satu desain Batik Gajah Oling terlihat dari penggunaan unsur titik, garis dan bidang terlihat utuh sebagai suatu kesatuan. Keseimbangan pada salah satu desain batik Gajah Oling ini adalah keseimbangan simetri dimana susunan ruang antara sebelah kiri dan kanan sama persis.

Irama pada salah satu desain batik Gajah Oling ini dapat diamati dari gerak perulangan yang mengalir membentuk garis semu.

Dalam proses pembuatan suatu karya, hal yang sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk tersebut adalah media. Untuk pembuatan batik Gajah Oling media yang digunakan berupa alat dan bahan untuk membuat batik. Proses

pembuatan batik tulis di Sanggar Batik Sayu Wiwit dapat diperoleh data sebagai berikut: (1) Persiapan alat dan bahan; media yang digunakan oleh Sanggar Batik Sayu Wiwit dalam pembuatan batik Gajah Oling meliputi alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam membuat batik adalah kompor batik, wajan, canting, gawangan, bak besar, kuas dan gelas plastik, sarung tangan, taplak. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kain mori primissima, malam batik, pewarna batik yaitu naphtol dan remashol; (2) Pengolahan Kain; pada Sanggar Batik Sayu Wiwit pengolahan kain dilakukan dengan cara merendam kain dengan larutan TRO semalaman kemudian mencuci kain mori dengan air bersih dengan menggunakan mesin pencuci kain. Proses pencucian ini dilakukan untuk menghilangkan kandungan kanji pada kain. Dengan menggunakan mesin pencuci ini kain yang dicuci bisa mencapai 275 m per satu kali cuci. Setelah kain dicuci bersih, kemudian kain dikeringkan; (3) Memotong Kain; cara memotong kain dengan menggunakan gunting yang telah disiapkan. Mori yang telah diberi tanda dimana mori yang akan dipotong digunting sedikit kurang lebih 3 cm kemudian dirobek dengan tangan; (4) Pemindahan Pola Batik pada Kain; pemindahan pola yang dilakukan oleh pengrajin batik Sayu Wiwit adalah memindahkan pola menggunakan meja pola; (5) Proses Pencantingan; pada proses pembuatan batik ini ada dua proses yang dilakukan oleh Sanggar Batik Sayu Wiwit yaitu proses pembuatan batik tulis dan batik cap. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing proses pembuatan batik tulis dan batik cap; (a) Pencantingan Batik Tulis: proses pembatikan batik tulis dilakukan dengan tahapan pertama yaitu ngreng-reng. Pada tahap ini pengrajin membatik kontur-kontur menurut pola dasar yang telah dibuat. Tahap kedua adalah memberi isen-isen. Isen-isen adalah proses penambahan hiasan pada motif batik agar terlihat lebih semarak. Tahap ketiga adalah menembok. Menembok merupakan menutup bidang yang tidak dikehendaki terkena warna; (b) Pencantingan Batik Cap: proses pembatikan batik cap yang dilakukan pengrajin Sanggar Batik Sayu Wiwit adalah pertama malam batik yang akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu, tahapan kedua adalah canting cap yang akan dipakai diletakkan di atas wajan besar yang telah berisi malam batik, tahapan ketiga adalah pengambilan malam batik menggunakan cap dan kemudian dicapkan pada kain yang telah diletakkan di atas bantalan meja cap, tahapan keempat adalah melakukan kegiatan meletakkan cap diatas kain secara berulangulang; (6) Proses Pewarnaan; ada dua teknik yang digunakan oleh Sanggar Batik Sayu Wiwit dalam proses pewarnaan yaitu teknik celup dan teknik colet. Berikut akan dijelaskan tentang proses pewarnaan yang dilakukan oleh Sanggar Batik Sayu Wiwit; (a) Teknik Celup: proses pewarnaan teknik celup yang dilakukan oleh pengrajin di Sanggar Batik Sayu Wiwit menggunakan bahan pewarna naphtol. Jenis bahan pewarna ini banyak sekali digunakan didalam pembatikan. Cara pemakaiannya adalah hasil kombinasi antara dari campuran Naphtol dan Garam Diazo. Perbandingan bahan naphtol dengan garam diazo adalah 1:3, misalnya naphtol 3 gram maka garam diazo yang dipakai adalah 9 gram; (b) Teknik Colet: tahap-tahap pewarnaan yang dilakukan oleh pengrajin batik di Sanggar Batik Sayu Wiwit sama seperti yang dijelaskan oleh Sewan Susanto dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia. Tahap-tahap teknik pencoletan menggunakan remazol, yaitu tahap pertama kain yang akan dicolet direntangkan dengan menggunakan gawangan, tahap kedua larutan remazol dikuaskan pada permukaan kain secara merata, tahap ketiga kain yang sudah dikuas larutan

remazol dikeringkan selama 4 jam, tahap keempat setelah dikeringkan kain akan dikuas lagi dengan natrium-silikat dan dibiarkan semalaman, tahap kelima kain yang telah dibiarkan semalam dicuci untuk menghilangkan sisa cat yang melekat dan natrium-silikat yang melekat; (7) Pelorodan Malam; proses nglorod kain batik dilakukan oleh para pengrajin dengan cara memasukkan kain batik ke dalam kuali besar yang berisi air mendidih yang telah dicampur dengan soda abu. Proses ngelorod biasa membutuhkan waktu tiga sampai empat jam, tergantung berapa banyaknya kain yang akan dilorod. Setelah proses nglorod selesai maka kain dicuci dengan air bersih pada sebuah kolam besar sampai malam batik yang menempel pada kain benar-benar bersih kemudian kain dikeringkan. Dari proses inilah hasil pembatikan pada kain dapat dilihat. Batik Gajah Oling Banyuwangi sama halnya dengan batik yang ada di daerah lain di Indonesia yang memiliki ciri khas daerah, baik dari segi motif maupun segi pewarnaannya.

Pada motif batik Gajah Oling terdapat motif pokok yang terdiri dari motif Gajah Oling, motif daun dilem, bunga melati dan manggar. Motif batik Gajah Oling motif pokoknya berasal dari varian dasar huruf S yang merupakan motif tertua di Indonesia. Motif daun dilem berasal dari sejenis tanaman semak yang dapat tumbuh dimana saja dan mempunyai khasiat sebagai obat-obatan. Motif melati berasal dari bunga melati yang banyak tumbuh dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Sedangkan motif manggar berasal dari manggar yaitu bunga kelapa yang mulai bermekaran. Ditemukan delapan motif batik Gajah Oling Produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi

No

Nama Batik Pola

1.

Gajah Oling Tradisional

Sentral

Motif Bentuk Motif   

Gajah Oling Daun Katu Kupukupu

Warna Unsur-unsur Motif  Cecek  Cecek sawut  Cecek sawut daun

 Putih  Hitam

2.

Sumber Wangi

Vertikal

 



3.

Gajah Oling Ceplokan

Sentral

 

4.

Zig-Zag

Sentral

 

5.

Wajik

Diagonal

   

6.

Semanggian

Sentral

  

7.

Gajah Oling Gedhekan

Sentral

 

Gajah Oling Ular Kepala Manusia Daun Katu

 Cecek  Cecek Telu  Cecek sawut  Sisik melik  Cecek sawut daun

 Merah Tua  Putih

Gajah Oling Ceplokan

 Cecek  Cecek sawut

 Biru Tua  Oranye

Gajah Oling Daun Katu

 Cecek  Cecek sawut  Cecek Sawut Daun  Cecek Telu  Sawut  Cecek  Cecek Telu  Cecek sawut  Cecek sawut daun

 Merah Gelap  Merah  Putih

Gajah Oling Semanggi Bunga Kenanga

 Cecek  Cecek sawut

 Hitam  Putih  Merah

Gajah Oling Gedhek

 Cecek  Cecek Sawut  Garis Lurus

 Hijau  Putih

Gajah Oling Daun Kangkung Bunga Kenanga Daun katu

 Kuning  Coklat  Putih

8.

Gajah Oling Persegi

Sentral

  

Gajah Oling Persegi Bunga Kenanga

 Cecek  Cecek Sawut Daun  Garis Lurus

 Putih  Hitam  Oranye

Terkait dengan visualisasi motif batik Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit, ditemukan motif geometris dan motif non geometris sebagai motif tambahan yang berada dalam satu kesatuan motif Gajah Oling. Motif geometris terdiri dari motif Ceplokan, motif Garis Miring, motif Anyam, motif Banji. Motif non geometris terdiri darimotif Binatang dan motif Tumbuhan. PENUTUP Desain batik Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi digunakan sebagai acuan dalam membuat batik Gajah Oling. Desain batik Gajah Oling ini menggunakan unsur-unsur desain yang terdiri dari titik, garis, dan bidang yang dikomposisikan menggunakan prinsip-prinsip desain seperti kesatuan, irama, keseimbangan, dan emphasis, sehingga terciptalah suatu karya batik yang bernilai estetik. Proses pembuatan Batik Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi ini dibagi menjadi dua yaitu proses pembuatan batik tulis dan proses pembuatan batik cap. Proses pembuatan batik tulis dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: (a) persiapan alat dan bahan; (b) pengolahan kain; (c) memotong kain; (d) memindahkan pola batik pada kain; (d) pencantingan I (ngreng-reng, nerusi, dan nembok); (e) pewarnaan I (celup); (f) pencantingan II (ngreng-reng, nerusi, ngisen-isen, dan nembok); (g) pewarnaan II (celup); (h) nglorod; (i) kain batik. Proses pembuatan batik cap dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: (a) persiapan alat dan bahan; (b) pengolahan kain; (c) memotong kain; (d) pencantingan ( membuat pola menggunakan batik cap); (e) pewarnaan I (colet); (f) pewarnaan II (colet); (g) nglorod; (h) kain batik. Motif batik Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi merupakan motif Gajah Oling yang dibuat sesuai dengan pakem yang sudah ada sejak dahulu, yaitu ornamen Gajah Oling, ornamen Daun Dilem berjumlah tiga, ornamen Melati dengan kelopak berjumlah lima, dan ornamen Manggar berjumlah tiga. Adapun jenis-jenis motif pendukung yang berada dalam kesatuan batik Gajah Oling adalah motif geometris dan motif non geometris. Motif geometris yang terdapat dalam kesatuan batik Gajah Oling yaitu: (a) motif ceplokan; (b) motif garis miring; (c) motif anyam; (d) motif Banji. Motif non geometris yang terdapat dalam kesatuan batik Gajah Oling yaitu: (a) motif binatang; (b) motif tumbuhan. Warna yang digunakan pada batik Gajah Oling adalah warna-warna cerah khas batik pesisiran seperti merah, oranye, kuning, hijau, dan coklat. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diajukan adalah sebagai berikut. Bagi Sanggar Batik Sayu Wiwit diharapkan tetap mengembangkan motif batik Gajah Oling yang sesuai dengan kriteria asli motif Gajah Oling karena sejauh ini motif asli Gajah Oling sudah mulai termodifikasi oleh permintaan

konsumen. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya, banyak hal yang bisa digali lagi dari batik Gajah Oling ini. Penelitian ini masih terbatas pada satu tempat saja. Diharapkan peneliti lain dapat meneliti di berbagai tempat sentra pembatikan di Banyuwangi agar memperoleh data yang lebih lengkap mengenai motif hias batik Gajah Oling. DAFTAR RUJUKAN Djoemena, Nian.S. 1990. Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta: Djambatan. Djoemena, Nian. S. 1990. Batik dan Mitra. Jakarta: Djambatan Hamzuri. 1981. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan. Poerwadarminta, WJS. 1980. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Soedjojo. Batik Gajah Oling. (Online), (http://batiksayuwiwit.blogspot.com/), diakses 22 Februari 2012. Sunaryo, Aryo. 2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize. Toekio M, Soegeng. 2000. Mengenal Ragam Hias Indonesia. Jakarta: Angkasa. Universitas Negeri Malang. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang: Biro Administrasi Akademik, Perencanaan dan Sistem Informasi bekerjasama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang