JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
1
Studi Koordinasi Proteksi Arus Lebih Fasa dan Ground Sistem Pembangkit UP PLTU Pacitan Dimas Galuh Sumekar, Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 1), Dimas Fajar Uman Putra, ST., MT.2).
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Email:
[email protected],
[email protected]),
[email protected]) harus dilakukan studi ulang koordinasi proteksinya agar Abstrak – Proteksi sistem tenaga listrik merupakan hal yang sangat penting dalam suatu sistem tenaga listrik, hal ini pada saat terjadi gangguan unit tidak mengalami blackout. dikarenakan sistem proteksi dapat mencegah kerusakan Rele yang akan dikoordinasi ulang mencakup rele arus lebih peralatan yang lebih parah pada saat sistem mengalami fasa dan ground pada unit 1. Sehingga diharapkan sistem Arief Rahman Surabaya 60111 gangguan. Koordinasi sistem proteksi Jl. yang baik dapat Hakim, proteksi di unit pembangkit tersebut dapat berjalan dengan meningkatkan keandalan pada suatu sistem tenaga hal ini baik dalam melindungi sistem pembangkitan energi listrik. disebabkan bila terjadi gangguan di sistem maka rele proteksi dapat mendeteksi serta mengisolir daerah gangguan serta dapat mengamankan daerah yang tidak mengalami ganggua, II. TEORI PENUNJANG sehingga kontinuitas penyaluran listrik dapat tetap terjaga. A. Macam-Macam Gangguan Untuk menjaga agar kondisi sistem proteksi tetap optimal maka diperlukannya suatu studi ulang mengenai koordinasi Gangguan Beban lebih sistem proteksi tersebut. Tugas akhir ini akan membahas studi Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, ulang koordinasi proteksi arus lebih fasa dan ground di unit tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung maka pembangkit PLTU Pacitan serta nantinya dapat menganalisa dapat merusak peralatan listrik yang dialiri oleh arus kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam penyetingan awal. tersebut. Hal ini disebabkan karena arus yang mengalir Sehingga diharapkan sistem proteksi yang telah ada dapat melebihi dari kemampuan hantar arus dari peralatan bekerja dengan baik. listrik, dimana pengaman listrik (Rele, MCB atau fuse) Kata Kunci : koordinasi sistem proteksi, rele arus lebih fasa dan ground. yang terpasang arus pengenalnya atau setelannya
E
I. PENDAHULUAN
nergi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok umat manusia yang meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan kebutuhan energi listrik tidak luput dari perkembangan taraf hidup manusia yang semakin modern, hampir semua peralatan penunjang yang dibutuhkan oleh manusia untuk membantu segala aktifitas memerlukan sumber energi listrik. Oleh karena itu, ketersediaan energi listrik juga harus dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Salah satu upaya untuk meningkatkan ketersediaan energi listrik ialah dengan cara membangun pusat-pusat pembangkit listrik, diantaranya adalah pembangkit listrik tenaga uap yang terdapat di unit PLTU Pacitan yang berkapasitas 2 x 315 MW. Proses pembangkitan energi listrik didapatkan dari hasil pengkonversian energi mekanik menjadi energi listrik dengan bantuan generator uap. Oleh karena itu, peran dari sebuah generator/ pembangkit sangatlah vital dalam proses pembangkitan listrik sehingga generator tersebut harus tetap dijaga. Salah satu upaya dalam menjaga proses pembangkitan pada generator ialah dengan cara memasang alat proteksi yang nantinya dapat berperan penting jika terjadi gangguan pada sistem pembangkit. Sehingga generator dan sistem tidak mengalami kerusakan yang parah. Pembangkit listrik tenaga uap yang terdapat di pacitan merupakan pembangkit baru yang beroperasi pada bulan Juni 2013 untuk unit 1 sedangkan unit 2 beroperasi pada bulan Agustus 2013. Dengan adanya permasalahan mengenai pentingnya suatu koordinasi proteksi yang aman dan handal untuk menunjang proses pembangkitan energi listrik, maka perlu adanya suatu studi ulang mengenai koordinasi proteksi di unit PLTU Pacitan dikarenakan unit pembangkit tersebut merupakan pembangkit baru yang
melebihi kemampuan hantar arus peralatan listrik. Gangguan Hubung Singkat. Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fasa (3 fasa atau 2 fasa), dua fasa ketanah dan satu fasa ketanah yang sifatnya dapat temporer maupus secara permanen. Gangguan yang bersifat Permanen Gangguan hubung singkat permanen dapat terjadi pada kabel atau pada belitan trafo tenagayang disebabkan karena arus gangguan hubung singkat antara fasa atau fasa-tanah, sehingga pengkantar akan menjadi panas yang dapat berpengaruh pada isolasi atau minyak trafo tenaga,sehingga isolasi tembus. Pada generator, yang disebabkan adanya gangguan hubung singkat atau pembebanan yang melebihi kemampuan generator. Sehingga rotor memasok arus dari eksitasi berlebih yang dapat menimbulkan pemanasan pada rotor yang dapat merusak isolasi sehingga isolasi tembus, terjadilah hubung singkat. Pada tiik gangguan yang terjadi kerusakan secara permanen maka baru bias dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau diganti. Gangguan yang Bersifat Temporer Gangguan ini biasanya terjadi saluran udara tegangan menengah ysng tidak menggunakan isolasi antara lain : - Disebabkan karena adanya sambaran petir pada penghantar listrik yang tergelar di udara yang akan mengakibatkan flashover antara penghantar dengan traves melalui isolator. - Penghantar tertiup angin yang dapat menimbulkan gangguan antar fasa atau penghantar fasa menyentuh pohon yang dapat menimbulkan gangguan 1 fasa ke tanah.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 Gangguan yang tembus tersebut (breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh relai pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut dapat dioperasikan kembali. B. Rele Arus Lebih Rele arus lebih adalah rele yang beroperasi ketika arus yang mengalir melebihi batas yang diizinkan. Rele ini dipilih karena gangguan yang paling sering terjadi pada sistem diakibatkan oleh adanya hubung singkat dan beban lebih yang akan menghasilkan arus yang sangat besar[1]. Koordinasi waktu pada rele arus lebih yaitu proses penentuan setting untuk rele agar dapat bekerja saat sistem mengalami gangguan[2]. Rele ini sering di gunakan di setiap zona proteksi. Rele akan bekerja apabila memenuhi keadaan sebagai berikut[3]: If > Ip If < Ip
rele bekerja tidak bekerja
(trip) (block)
Dimana IP merupakan arus kerja yang dinyatakan menurut gulungan sekunder dari transformator arus (CT). Dan If merupakan arus gangguan yang juga dinyatakan terhadap gulungan sekunder CT. Rele arus lebih dapat berupa rele arus lebih waktu tertentu, rele arus lebih waktu invers, dan rele arus lebih waktu instan. C. Setting Rele Arus Lebih Instan Rele arus instan akan seketika bekerja bila terdapat gangguan short circuit minimum maupun maksimum, sehingga dalam penyetelan pickup instan menggunakan nilai Isc min yaitu arus hubung singkat minimum dimana terjadi gangguan hubung singkat 2 fasa pada pembangkitan minimum. Sehingga setting dapat ditetapkan sebagai berikut : Iset 0,8 Isc min ......................................................... (1) Sedangkan untuk feeder yang dipisahkan oleh transformator, koordinasi pengaman dibedakan menjadi dua daerah, yakni daerah low voltage (LV) dan daerah high voltage (HV) seperti pada gambar 1. Untuk menentukan setting pickup dengan syarat sebagai berikut: Isc max bus B ≤ Iset 0,8 Isc min, A ................................. (2)
Isc min A
Isc max B
A B
2 D. Setting Rele Arus Lebih Waktu Inverse Batas penyetelan rele arus lebih adalah rele tidak bekerja pada saat beban maksimum. Oleh karena itu, setting arusnya harus lebih besar dari arus beban maksimum. Rele arus lebih waktu invers memiliki setelan pickup dan setelan time dial. Pada rele arus lebih, besarnya arus pickup ini ditentukan dengan pemilihan tap. Adapun untuk menentukan besarnya tap yang digunakan dapat menggunakan persamaan berikut : Iset
Tap =
p
...........................................................(3)
Iset adalah arus pickup dalam Ampere. Menurut standart British BS 142 batas penyetelannya adalah 1.05-1.3 Iset. Setelan time dial menentukan waktu operasi rele. Untuk menentukan time dial dari masing-masing kurva karakteristik invers rele arus lebih dapat digunakan persamaan sebagai berikut[4]: td =
Di mana : td T I Iset k
I ) - ] Iset
[(
....................................................... (4)
= waktu operasi (detik) = time dial = nilai arus (Ampere) = arus pickup (Ampere) = koefisien invers 1 (lihat tabel 1) = koefisien invers 2 (lihat tabel 1) = koefisien invers 3 (lihat tabel 1)
Tabel 1 Koefisien Invers Time Dial
Tipe Kurva Standard Inverse Very Inverse Extremely Inverse
Koefisien K 0,14 13,50 80,00
0,02 1,00 2,00
2,970 1,500 0,808
E. Rele Gangguan Tanah Gangguan satu fasa ke tanah dapat diamankan dengan rele gangguan tanah. Rele ini adalah pengaman arus lebih yang dilengkapi zero sequence current filter. Rele gangguan ke tanah dapat digunakan pada sistem yang dibatasi arus gangguan ke tanahnya menggunakan sistem pentanahan. F. Penyetelan Rele Gangguan Tanah Pertimbangan pada setting koordinasi rele arus lebih gangguan ke tanah adalah: Arus urutan nol akan terisolasi pada trafo belitan delta Arus urutan nol akan mengalir dari sumber gangguan trafo belitan Wye Sedangkan untuk setting rele gangguan ke tanah adalah : 5-10% x Isc L-G ≤ Iset ≤ 50% x Isc L-G .................... (5)
Gambar 1 Rele Arus Lebih Pengamanan Transformator
Di mana Isc max bus B merupakan arus hubung singkat tiga fasa maksimum pada titik B, sedangkan Isc min bus A adalah arus hubung singkat minimum pada titik A.
Dengan Isc L-G merupakan arus hubung singkat satu fasa ke tanah.[5]
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
3
III. SISTEM KELISTRIKAN PY. PJB UP PLTU PACITAN
Adapun kurva hasil plot rele existing tipikal 1 dapat dilihat pada gambar 4.
WONOGIRI I
WONOGIRI II
PACITAN 1
PACITAN II
II BUSBUR CB 1
CB 9
CB 2
CB 16
CB 13
CB 17
CB 21
CB 22
CB 18
CB 23
CB 20
CB 3
I BUSBUR
10BAT01 GT-1
20BAT01 GT-2
00BCT01 S-UP/ S.BY TR
10BAA01 20BAA01
CB 28
CB 253
CB 29
20MKT01 EXC TR2
CB249
CB 30
CB 19
10MKT01 EXC TR1
10BBT01 UAT-1
20BBT01 UAT-2 20MKA01 G-2
10MKA01 G-1 CB194
LUMP 5 LUMP20
CB220
CB221
CB219
CB218
10BBB 20BBB CB109
CB233
CB232
TR.20BF T02
TR.20BF T05
CB213
CB212
CB239 TR.20BF T04
TR.20BF T01
CB211
TR.20BF T03
TR. 10BFT02
CB209
LUMP27
CB238
10BFT04
10BFT01
CB199
TR. 10BFT03
CB197
CB198 M. FED FROM U.S 1A
LUMP21
LUMP23
LUMP22
LUMP24
LUMP25
00BBA
00BBB
CB184
CB240
CB241
CB242
CB243
CB244
CB245
CB252
TR. 20BHT01
TR. 20BHT02
TR. 20BHT03
TR. 20BHT04
TR. 20BHT05
TR. BHT01
TR. BHT02
CB226 LUMP41
CB200
CB237
M. FED FROM U.S 1B
LUMP30
LUMP29
LUMP
TR. BFT05
CB201
M. FED FROM U.S 2A
LUMP26
CB236
CB235
CB234
CB210
LUMP 5
CB183
10BBA
20BBA CB104
CB225
CB224
CB223
CB222
CB231
LUMP42 M. FED FROM S.S 01B
CB246
TR. BHT03
CB230
CB247
CB248
TR. BHT04
TR. BHT05
CB229
CB228
CB185
CB227
LUMP43
CB186
LUMP44
M. FED FROM S.S 01A
M. FED FROM S.S 01B
LUMP31
LUMP32
LUMP33
LUMP34
LUMP35
LUMP40
LUMP36
LUMP37
LUMP38
LUMP39
Gambar2 Single Line Diagram PLTU Pacitan
A. Sistem Kelistrikan PLTU Sistem kelistrikan yang ada pada PT. PJB UP PLTU Pacitan terdiri dari 2 Unit yaitu Unit 1,dan Unit 2, setiap unit terdiri dari generator uap dengan bahan bakar batu bara yang terhubung dengan GITT 150 kV, adapun generator uap setiap unit memiliki kapasitas masing masing sebesar 315,846 MW. Kapasitas pembangkitan tersebut kemudian akan disalurkan ke jaringan interkoneksi SUTT 150 KV melalui empat gardu induk yaitu : Gardu induk Wonogiri 1,Wonogiri 2, Pacitan 1, dan Pacitan. PT. PJB Unit Pembangkitan Pacitan memiliki dua unit steam turbine generator demi menjaga pelayanan listrik ke konsumen. Adapun Tabel 2 menunjukkan data kapasitas pembangkit di PT. PJB UP Pacitan sebagai berikut: Tabel 2 Pacitan NO 1. 2.
Data Kapasitas Pembangkitan PT. PJB UP PLTU ID G-1 G-2
MW 315,846 315,846
MVA 371.584 371.584
KV 20 20
PF(%) 0,85 0,85
IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA KOORDINAS PROTEKSI DI PT. PJB UP PLTU PACITAN A. Tipikal 1 Sistem pengaman pada tipikal 1 yang dijelaskan pada gambar 4.3 yang terdiri dari rele R. GT. HVS yang ada pada tegangan 150 kV. Koordinasi tipikal 1 ini dimulai dari bus bar I BUSBUR hingga 10BAT01 GT-1. I BUSBUR
R. GT. HVS
10BAT01 GT-1
10BAA01
Gambar 3 Single Line Tipikal 1
Gambar 4. Hasil plot setelan rele existing tipikal 1
Pada kondisi existing tipikal 1 masih ada beberapa kekurangan antara lain: Kurva rele R. GT. HVS adalah kurva yang berwarna hijau, dapat kita lihat bahwa untuk settingan high set nilai dari instantaneous pickup serta time delay pada rele tersebut terlalu besar sehingga rele R. GT. HVS tidak dapat melindungi damage curve tranformator 10BAT01 GT-1 serta jika terjadi hubung singkat minimal pada I BUSBUR rele R. GT. HVS akan merespon lambat karena mengenai kurva inverse, sehingga jika hal tersebut tetap dibiarkan maka dapat mengakibatkan kerusakan yang fatal terhadap transformator 10BAT01 GT-1. Damage curve adalah kurva kerusakan transformator akibat panas yang berlebih. Maka dari itu, sebelum mendekati damage curve transformator, rele harus bekerja sehingga kerusakan pada transformator dapat dicegah. Adapun solusi dalam menyelesaikan masalah ini dengan memperkecil nilai time delay dan pickup sehingga rele dapat melindungi damage curve dan berada di atas dari titik inrush. Adapun perhitungan setting rele F041_7A.4 sebagai berikut: Time Overcurrent Pickup 1,05 x FLA ≤ Ipp ≤ 1,4 x FLA 1,05 x 1424 ≤ Ipp ≤ 1,4 x 1424 1495,2 ≤ Ipp ≤ 1993,6 dipilih Ipp = 1750 A Rele Ampere = = =3 Setting Tap = = = 0,6 Time Dial Dipilih waktu operasi (td) = 0,5 s
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
K= K=
Adapun kurva hasil plot rele existing tipikal 2 dapat dilihat pada Gambar7
K
td =
[(
4
) - ] ) - ]
td
[(
td
[( tap
sc ma
US U ) - ] Tp
) - ]
[(
K= K= 0.5 High Set Current Setting (I>>) Iset ≤ sc min I BUSBUR Iset ≤ Iset ≤ 9 dipilih Iset = 5500 A Tap = =
= 2.2
Time delay = 0.15 s Adapun kurva hasil plot rele resetting tipikal 1 dapat dilihat pada Gambar 5
Gambar7. Hasil plot setelan rele existing tipikal 2
Gambar5. Hasil plot setelan rele resetting tipikal 1
B. Tipikal 2 Sistem pengaman pada tipikal 2 yang dijelaskan pada Gambar 6 yang terdiri dari rele R. EXC. TR. HVS dan R. EXC. TR. LVS. Koordinasi tipikal 2 ini dimulai dari Bus 410BAA01 hingga bus 45. 10BAA01
R. EXC. TR. HVS CB19
10MKT01 EXC TR
CB 194 BUS 45
Gambar1 Single Line Tipikal 2
Hasil dari plot existing rele-rele pengaman pada koordinasi tipikal 2 dapat dilihat pada Gambar 7. Pada kondisi existing tipikal 2 masih ada beberapa kekurangan antara lain: Kurva rele R. EXC. TR HVS adalah kurva yang berwarna hijau. Terlihat bahwa kurva ini terletak di sebelah kanan dari FLA transformator 10MKT01 EXC TR, dan di sebelah kiri dari damage curve transformator. Adapun setelan rele ini masih belum sempurna. Seharusnya rele tersebut harus melindungi damage curve transformator 10MKT01 EXC TR, dan kurva invers harus melindungi transformator 10MKT01 EXC TR1 dari gangguan beban penuh yang ditandai dengan terjadinya lonjakan arus yang meningkat secara perlahan dan terjadi terus-menerus. Damage curve adalah kurva kerusakan transformator akibat panas yang berlebih. Maka dari itu, sebelum mendekati damage curve transformator, rele harus bekerja sehingga kerusakan pada transformator dapat dicegah. Adapun solusi dalam menyelesaikan masalah ini dengan memperkecil nilai time dial, pickup serta instantaneous pickup sehingga rele dapat melindungi damage curve dan berada serta FLA transformator 33BBT01. Kurva Rele R. EXC TR. LVS adalah kurva yang berwarna biru, terlihat kurva ini berada di sebelah kiri dari FLA transformator 10MKT01 EXC TR1 dan memiliki nilai time delay kurva instan yang besar. Akibat dari settingan rele tersebut yaitu bila transformator dibebani kurang dari batas kemampuan beban penuhnya maka rele tersebut akan bekerja, dan jika terjadi gangguan hubung singkat di bus 45 maka respon waktu yang diberikan rele untuk membuka CB sangat lama dan dapat membahayakan transformator 10MKT01 EXC TR1. Adapun solusi dari dalam menyelesaikan masalah ini dengan memperbesar nilai pickup dan memperkecil nilai time delay.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
Adapun perhitungan setting Rele R. EXC. TR HVS sebagai berikut: Time Overcurrent Pickup 1.05 × FLA ≤ Ipp ≤ 1.05 × 103.9 ≤ Ipp ≤ 109 ≤ Ipp ≤ Dipilih Ipp = 120 A Rele Ampere = = =2
5 Tap
=
=
=6
Time delay = 0.3 s Adapun kurva hasil plot rele resetting tipikal 2 dapat dilihat pada gambar 8.
1.4 × FLA 1.4 × 103,9 145,46
Setting Tap = = = 0,4 Time Dial Dipilih waktu operasi (td) = 0,000416 s K td = ) - ]
[(
K= K=
td
[(
) - ]
td
[(
sc ma bus tap Tp
AA
) - ]
) - ]
[(
K= K= 1 High Set Current Setting (I>>) Isc max bus 45 in HVS 36730 ( ) 1653 dipilih Iset Tap
≤ Iset ≤
≤ Iset ≤ ≤ Iset ≤ = 5500 A = =
sc min I BUSBUR
97 7 = 18.333
Time delay = 0.1 s RELE EXC LVS
Time Overcurrent Pickup 1.05 × FLA ≤ Ipp ≤ 1.05 × 2309 ≤ Ipp ≤ 2424,45 ≤ Ipp ≤ Dipilih Ipp = 2500 A Rele Ampere = = = 4,1667 Setting Tap = = = 0.8333 Time Dial Dipilih waktu operasi (td) = 0,8 s K td = [(
K= K=
td
1.4 × FLA 1.4 × 2309 3232,6
Gambar 8. Hasil plot setelan rele resetting tipikal 2
C. Tipikal 3a Gangguan ke Tanah Sistem Pentanahan dengam menggunakan NGR pada tipikal 3a hanya terdapat pada transformator 00BBT01 UAT-1. Sedangkan untuk sistem pentanahan pada tegangan 0.4 kV menggunakan sistem pentanahan solid. Sehingga rele yang dikoordinasi pada tipikal ini hanya pada rele R. AUX T. LVS. Gambar 9 merupakan tipikal 3a yang akan dikoordinasi. 10BAA01
CB 30
R. AUX. T HVS
TIPIKAL 3a 00BBT01 UAT-1
) - ]
R. AUX T. LVS
) - ]
[(
CB 219
td
sc ma bus Tp
[(tap [(
) - ]
) - ]
K= K= 1 High Set Current Setting (I>>) Iset ≤ Iset ≤ Iset ≤ 9 dipilih Iset
sc min bus45
= 18000 A
10BBB
Gambar 9 Tipikal Koordinasi 3a pada Tegangan 6.6 Kv
pada tipikal ini dilakukan terlebih dahulu perhitungan secara manual. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Rele R. AUX T. LVS Manufacturer : NARY Model : RCS 985 Curve Type : Definite Time CT Ratio : 600 / 5 Isc L-G 10BBB : 0.4 kA
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 Instantaneous Pickup 5-10% x Isc L-G 10BBB ≤ Iset ≤ % 5-10% x 400 < Iset < 50% x 400 Dipilih Iset = 24 A set Tap = = = 0.04 Tp
Isc L-G 10BBB
Time Delay Dipilih time delay = 0.3s V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan koordinasi rele pengaman pada PT. PJB UP Pacitan yaitu : 1. Pada setting rele arus lebih fasa pada tipikal 1, yaitu dari bus 10BAA01 hingga I BUSBUR terdapat beberapa nilai setting yang kurang tepat yaitu nilai instantaneous pickup serta time delay pada rele tersebut terlalu besar sehingga rele R. GT. HVS tidak dapat melindungi damage curve tranformator 10BAT01 GT-1 serta jika terjadi hubung singkat minimal pada I BUSBUR rele R. GT. HVS akan merespon lambat karena mengenai kurva inverse. Maka dari itu tipikal ini telah dilakukan perhitungan ulang sehingga jika terjadi gangguan hubung singkat minimum di I BUSBUR maka rele R. GT. HVS dapat bekerja, selain itu rele juga dapat pengamankan damage curve tranformator 10BAT01 GT1. 2. Pada setting rele arus lebih gangguan fasa tipikal 2, yaitu dari bus 10BAA01 hingga bus 45 terdapat beberapa nilai setting yang kurang tepat yaitu kurva rele R. EXC. TR. HVS terletak di sebelah kanan dari FLA transformator 10MKT01 EXC TR, dan di sebelah kiri dari damage curve transformator selain itu kurva rele R. EXC TR. LVS berada di sebelah kiri dari FLA transformator 10MKT01 EXC TR1 dan memiliki nilai time delay kurva instan yang besar. Dari beberapa nilai yang kurang tepat tersebut telah dilakukan perhitunga ulang sehingga rele R. EXC TR HVS maupun R. EXC TR LVS dapat bekerja dengan baik jika terdapat gangguan dari daerah pengamannya. 3. Pada setting rele arus lebih gangguan ke tanah tipikal 3a dan , telah dilakukan setting koordinasi rele arus lebih gangguan ke tanah Rele-rele ini dikoordinasikan berdasarkan tipe pentanahan belitan pada trafo dan generator. Untuk pentanahan belitan pada trafo deltawye (solid), maka cukup menggunakan rele pengaman fasa saja. Pada perhitungan tipikal ini didapatkan nilai Iset = 24A dengan gradding time 0.3s. Sehingga apabila terjadi hubung singkat 1 fasa ke tanah maka rele ini dapat bekerja dengan baik. DAFTAR PUSTAKA [1] Phadke Arun G dan Thorp James S “Computer Relaying for Power System” John Wiley and Sons Ltd., England, Ch. 2, 2009 [2] udi Sidabutar ” Analisa Hubung Singkat dan Motor Starting Dengan Menggunakan ETAP Power Station 4.0”, Tugas Akhir, Medan,2010 [3] Wahyudi “Diktat Kuliah Pengaman Sistem Tenaga Listrik” Teknik lektro TS Surabaya ab [4] Kurniawan Ahmad, Yusuf,” Stud Koo d n s P ote s PT. PJB UP Gresik” tugas akhir, ITS, 2014
6 [5] Andikta Dwi Hirlanda ” Koordinasi Proteksi Pada Sistem Distribusi 33kV PT. Pertamin RU IV Cilacap Akibat Penambahan Generator 3X15 MW” tugas akhir, ITS, 2013 BIODATA PENULIS Penulis memiliki nama lengkap Dimas Galuh Sumekar. Lahir di Sumenep pada tanggal 3 Juni 1991. Penulis mengawali pendidikannya di SDN Bugih 3 Pamekasan, SMPN 4 Pamekasan, SMAN 3 Pamekasan, pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan Diploma 3 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Jurusan D3 Teknik Elektro dengan Program Studi Computer Control. Penulis menyelesaikan program diploma 3 pada tahun 2012. Setelah lulus penulis langsung melanjutkan studi sarjana melalui program Lintas Jalur di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jurusan Teknik Elektro (FTI-ITS) dan mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Penulis Dapat dihubungi dengan Email
[email protected] atau nomor telpon 085753312331.