STUDI PEMASARAN IKAN BAWAL PUTIH (PAMPUS ARGENTEUS) DI

Download pemasaran ikan bawal putih; dan menghitung marjin dari pemasaran ikan bawal putih. ..... Bawang Merah di Kabupaten Breses (Jurnal Akta Agro...

0 downloads 457 Views 185KB Size
STUDI PEMASARAN IKAN BAWAL PUTIH (Pampus argenteus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN Dian Ayunita NND dan Fatich Ubaidillah FPIK-Undip ([email protected], ([email protected])

ABSTRAK Ikan bawal putih (Pampus argenteus) merupakan salah satu ikan ekonomis penting di Indonesia. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong, Kabupaten Lamongan adalah salah satu pelabuhan perikanan yang terdapat pendaratan ikan bawal putih. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui saluran pemasaran ikan bawal putih di PPN Brondong, menghitung keuntungan yang didapat dari masing-masing lembaga pemasaran ikan bawal putih; dan menghitung marjin dari pemasaran ikan bawal putih. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari 2011 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong, Kelurahan Brondong, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan. Metode penelitian adalah deskriptif bersifat studi kasus. Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Pihak-pihak yang berperan dalam saluran pemasaran ikan bawal putih (Pampus argenteus) yaitu: nelayan sebagai produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar, pabrik perikanan. Keuntungan yang didapat nelayan per trip saat musim puncak mencapai Rp 141.330,00, pedagang pengumpul mendapat keuntungan dari penjualan ikan bawal putih sebesar Rp379.580,00 dan pedagang besar mendapat keuntungan dari penjualan ikan bawal putih Rp5.820.000,00. Marjin pemasaran tertinggi terjadi pada penjualan dari nelayan ke pedagang pengumpul 53% (Rp40.500,00 per kg), sedangkan terendah terjadi pada penjualan pedagang pengumpul ke pedagang besar 8% (Rp5.500,00 per kg). Kata kunci : Ikan bawal putih (Pampus argenteus), keuntungan, rantai pemasaran, marjin pemasaran PENDAHULUAN PPN Brondong memiliki peranan strategis dalam pengembangan perikanan dan kelautan, yaitu sebagai pusat atau sentral kegiatan perikanan laut terutama yang berada di wilayah Kabupaten Lamongan Jawa Timur. PPN Brondong selain merupakan penghubung antara nelayan dengan pengguna-pengguna hasil tangkapan, baik pengguna langsung maupun tak langsung seperti: pedagang, pabrik pengolah, restoran dan lainlain, juga merupakan tempat berinteraksinya berbagai kepentingan masyarakat pantai yang bertempat di sekitar PPN Brondong. PPN Brondong yang berfungsi dengan baik akan merupakan titik temu (terminal point) yang menguntungkan antara kegiatan ekonomi di laut dengan kegiatan ekonomi di darat. Ikan bawal putih (Pampus argenteus) merupakan salah satu ikan ekonomis penting di Indonesia. Ikan bawal putih (Pampus argenteus) dengan kondisi yang segar, banyak dibutuhkan restoran makanan laut (seafood) dan hotel-hotel berbintang. Hidangan ikan bawal putih (Pampus argenteus) ditonjolkan sebagai hidangan pilihan dengan berbagai variasi makanan. Berdasarkan survei awal pada bulan Januari 2011 di Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

TPI Brondong, harga jual ikan Bawal Putih (Pampus argenteus) cukup tinggi yaitu sebesar Rp28.500,00 per kilogram. Tingginya kandungan gizi dari produk perikanan, berpengaruh pada peningkatan pembelian konsumen. Sehingga perlu disertai dengan peningkatan daya dukung yang membantu proses jual beli, seperti produk ikan, harga ikan, distribusi, promosi produk yang berkaitan dengan pemasaran hasil perikanan. Tahun 2008-2009 produksi dan nilai produksi ikan bawal putih di PPN Brondong mengalami peningkatan. Produksi ikan Bawal tahun 2008 mencapai 199.250 kg dengan nilai produksi sebesar Rp 2.249.395.000,00, sedangkan untuk tahun 2009 produksi mencapai 127 kg dan nilai produksinya mencapai Rp 2.553.215.000,00. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bersifat studi kasus, yaitu pemusatan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail pada waktu dan tempat tertentu (Sukardarrumidi, 2002). Kasus yang diamati dalam penelitian ini adalah pemasaran ikan bawal putih di PPN Brondong, Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Pengamatan mengenai harga, marjin pemasaran, dan rantai pemasaran ikan bawal putih. Aspek terkait pada marjin pemasaran adalah harga ditingkat pedagang perantara, harga ditingkat konsumen, biaya dan keuntungan pedagang. Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling, yaitu dengan mencari responden yang berhubungan secara langsung dalam pemasaran ikan bawal putih di PPN Brondong. Responden disini adalah nelayan yang menangkap ikan bawal putih sebanyak 3 orang, pedagang pengumpul sebanyak 6 orang, pedagang besar sebanyak 4 orang dan pabrik perikanan di daerah PPN Brondong, Kabupaten Lamongan. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk mendapatkan data primer maka metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Tujuan utama dari wawancara ini adalah untuk mengetahui tingkat harga dan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi. Selain data primer, data sekunder juga sangat mendukung dalam analisa selanjutnya. Data sekunder adalah data atau informasi yang telah dikumpulkan oleh pihak lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Marzuki, 2000). Adapun data primer yang dikumpulkan sebagai berikut: 1. Data produksi ditingkat nelayan, pedagang pengumpul, pedagang besar. 2. Harga beli dan harga jual ikan bawal putih, data yang diperoleh dari rata-rata harga beli dan harga jual dalam satuan Rp/kg. 3. Total biaya dari masing-masing lembaga pemasaran ikan bawal putih. Data sekunder yang digunakan adalah data bulanan produksi dan nilai produksi ikan bawal di PPN Brondong, Kabupaten Lamongan tahun 2010.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Analisis Data Analisis keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran dihitung dengan formula: Keuntungan () = TR – TC Keterangan :  = keuntungan masing-masing lembaga pemasaran ikan bawal putih di PPN Brondong TR = total penerimaan dari masing-masing lembaga pemasaran ikan bawal putih TC = total pengeluaran pada pemasaran ikan bawal putih (Nurasa dan Valeriana, 2007)

Berdasarkan analisis ini dapat dilihat seberapa besar keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran ikan bawal putih d PPN Brondong, Kabupaten Lamongan. Selain itu juga kapasitas produksi dari masing-masing lembaga pemasaran. Marjin di setiap lembaga pemasaran dapat dihitung dengan rumus : Mmi = Hp – Hb Keterangan : Mmi = Marjin pemasaran pada setiap tingkat lembaga pemasaran Hp = Harga jual pada setiap tingkat lembaga pemasaran Hb = Harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran (Nurasa dan Valeriana, 2007)

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi dan Nilai Produksi Hasil Perikanan PPN Brondong Produksi ikan bawal tahun 2010 paling besar mencapai 14.750 kg, yaitu terjadi pada bulan ke 5 atau bulan Mei. Kesimpulan yang dapat diambil dari data tersebut, bahwasanya musim puncak bagi penangkapan ikan bawal terjadi pada bulan Mei. Produksi terendah sebesar 1.300 kg terjadi pada bulan November, hal ini dikarenakan pada bulan tersebut cuaca yang buruk dan tidak memungkinkan nelayan untuk menangkap ikan. Nilai produksi ikan bawal tahun 2010 di PPN Brondong sebesar Rp3.331.590.000,00, dan untuk nilai produksi tertinggi terjadi pada bulan ke-3 atau bulan Maret dengan nilai Rp812.250.000,00. Nilai produksi terendah terjadi pada bulan November atau bulan ke 11, dengan nilai Rp24.700.000,00. Proxi produksi ikan bawal putih sendiri untuk tahun 2010 mencapai 22%, sedangkan sisanya 78% ikan bawal hitam. 100.000

Produksi

dan Nilai Produksi Ikan Bawal (kg) di PPN BrondongProduksi Nilai…

0

Gambar 1. Grafik Produksi dan Nilai Produksi Ikan Bawal Tahun 2010 Sumber : PPN Brondong, 2011 Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Saluran Pemasaran Saluran pemasaran merupakan sekelompok organisasi yang saling tergantung yang membantu membuat produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen (Kotler dan Amstrong, 2008). Harga ikan bawal putih yang tergolong mahal menyebabkan tidak semua orang membutuhkannya. Ikan bawal putih yang ada di PPN Brondong merupakan ikan segar komoditas ekspor, sehingga dalam penyalurannya membutuhkan layanan penyortiran dan pengepakan. Nelayan sebagai produsen Nelayan dikelompokkan dalam produsen karena nelayan merupakan pihak yang menghasilkan barang untuk keperluan konsumsi. Proses penangkapan ikan bawal putih, Biasanya nelayan menggunakan alat tangkap purse seine/pukat cincin, jaring (Gill Net) dan payang. Nelayan yang menangkap ikan bawal putih membutuhkan waktu cukup satu hari, yaitu berangkat pukul 14.00 dan pulang pukul 05.00. Sampel yang diambil dalam penelitian ini merupakan nelayan yang hasil tangkapannya adalah ikan bawal putih dan merupakan pemilik dari kapal-kapal yang digunakan sebagai sarana penangkapan ikan bawal putih. Nelayan dibagi 3, yaitu: pemilik kapal, nahkoda, ABK (Anak Buah Kapal). Pembagian hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan dengan perbandingan 50:50 dari total hasil tangkapan setelah dipotong untuk biaya perbekalan antara pemilik dengan ABK. Tabel 1. Biaya Operasional Per Trip Nelayan Ikan Bawal Putih 9.000,00

Jumlah yang dibutuhkan 20 balok

180.000,00

4.500,00 4.500,00

200 liter 30 liter

900.000,00 135.000,00

5.500,00

25 kg

137.500,00

35.000,00

1 kardus

35.000,00

10.000,00 1.500,00

2 galon 15 jerigen Jumlah

20.000,00 22.500,00 1.430.000,00

No

Jenis kebutuhan

Harga/unit (Rp)

1 2

Es BBM Solar Bensin Logistik Beras Makanan ringan

3

4

Air Air minum Air bersih

Total (Rp)

Sumber: Hasil Penelitian, Februari 2011

Tabel 2. Pendapatan, Pengeluaran Dan Keuntungan Nelayan Ikan Bawal Putih No

Keterangan

1

Pendapatan (harga /kg) x (produksi )

2

Jumlah (Rp)

(Rp38.000,00 x 45.07)

1,712,660.00

Pengeluaran per trip

1,430,000.00

Keuntungan per trip

282,660.00

Pembagian keuntungan 50:50 Sumber: Hasil Penelitian, Februari 2011

141,330.00

Modal usaha yang dikeluarkan oleh pemilik kapal sebesar Rp150.000,00, yang diperoleh dari usaha kelompok. Pemilik kapal mengeluarkan biaya perizinan untuk Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

berlayar sebesar Rp250.000,00. Nelayan mengeluarkan biaya per trip sekali melaut mencapai Rp1.430.000,00, untuk rincian biaya per trip dapat di lihat pada Tabel 1. Hasil tangkapan ikan bawal putih oleh nelayan pada waktu musim puncak per trip mencapai 45,07 kg. Nelayan menjual ikan bawal putih, sesuai dengan harga pasar. Harga stabil rata-rata ikan bawal putih yang dijual oleh nelayan kepada pedagang Rp38.000,00 per kg. Pendapatan per trip yang diperoleh nelayan bila musim puncak ikan bawal putih mencapai Rp1.712.660,00. Keuntungan per trip Rp282.662,00. ABK mendapat setengah dari pendapatan keuntungan dan setengahnya untuk pemilik kapal. Berdasarkan hasil penelitian di Brondong, pemilik kapal merangkap sebagai nahkoda, jika alat tangkap maupun kapal terjadi kerusakan maka semua biaya perbaikan merupakan tanggung jawab pemilik kapal. Jika sedang musim paceklik, terkadang para pemilik kapal yang merugi karena hasil produksi tidak mencukupi untuk menutupi biaya operasional. Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul merupakan pedagang yang biasanya berhubungan langsung dengan nelayan. Pedagang pengumpul ikan bawal putih biasanya menjual ikan kepada pedagang besar yang ada di PPN Brondong, tetapi terkadang ikan dijual langsung ke pabrik perikanan yang ada di sekitar PPN. Ikan Bawal Putih yang dikirim ke pabrik perikanan adalah ikan dengan kondisi yang baik, yaitu warna dan ukurannya yang sesuai standar permintaan pabrik. Pedagang pengumpul biasanya menjual ikan bawal putih rata-rata 1 kwintal, dan untuk harga per kilogram sesuai dengan harga pasar saat itu. Harga pasar ikan bawal putih dengan berat 2ons-30ons mencapai nilai Rp35.000,00 dan untuk berat 1 kg keatas Rp80.000,00 sampai Rp95.000,00, sedangkan untuk ukuran super dengan berat 30 ons - 0,5 kg Rp135.000,00. Pedagang pengumpul mendapatkan suplai ikan dari nelayan yang mempunyai hubungan khusus dalam jual beli ikan. Pedagang pengumpul dalam sebulan melakukan 20 kali penjualan dan pembelian ikan, dengan dibantu 5 orang tenaga kerja. Upah tenaga kerja untuk masing-masing orang Rp30.000,00 per hari, upah dapat diambil setelah ikan sudah diangkut ke mobil. Penjualan ikan sering mengalami kesulitan, dikarenakan ketidakcocokan harga yang ditawarkan. Tabel 3. Aktivitas Usaha Pedagang Pengumpul Di PPN Brondong Harga beli (Rp/kg)

Harga Jual (Rp/kg)

Jenis ikan

Volume (kg/hari)

Terendah

Tertinggi

±

Teredah

Tertinggi

±

Tengiri Bawal Putih Tongkol Banyar

90 kg 50 kg 200 kg 2 kg

23.000 28.000 5.000 8.000

32.000 122.000 10.000 13.000

27.500 70.000 7.500 10.500

25.000 30.000 6.000 10.000

36.000 127.000 13.000 15.000

35.500 78.500 9.500 12.500

Sumber: Hasil Penelitian, Februari 2011

Frekuensi penjualan ikan untuk pedagang pengumpul 20 kali dalam kurun waktu 1 bulan. Sedangkan untuk pembelian ikan bawal putih rata-rata sekitar 50kg, jika Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

sedang musim puncak ikan bawal putih pembelian mencapai 2 kwintal. Modal keseluruhan yang dikeluarkan pedagang pengumpul untuk 1 kali transaksi mencapai Rp50.000.000,00, dengan manajemen keuangan yang dikelola oleh keluarga sendiri. Modal yang dikeluarkan pedagang pengumpul tidaklah sedikit, karena untuk penjualan ikan selain bawal putih pedagang ini tergolong pedagang besar. Rincian pendapatan, pengeluaran dan keuntungan pedagang pengumpul ikan bawal putih dapat dilihat pada Tabel 4, dimana pendapatan mencapai Rp3.925.000,00 dengan jumlah pengeluaran sebesar Rp3.545.420,00. Keuntungan bersih yang diterima pedagang pengumpul ikan bawal putih mencapai Rp379.580,00 per penjualan. Omzet per bulan yang diterima oleh pedagang pengumpul dalam penjualan ikan bawal putih belum diketahui nilai pastinya, namun untuk memperkirakan omzet per bulan dapat dicari dengan mengetahui frekuensi penjualan 1 bulan dan pendapatan (pendapatan x frekuensi penjualan 1 bulan). Perkiraan omzet penjualan pedagang pengumpul dalam satu bulan mencapai Rp78.500.000,00 (Rp3.925.000,00x20=Rp78.500.000,00). Tabel 4. Pendapatan, Pengeluaran Dan Keuntungan Pedagang Pengumpul Ikan Bawal Putih Per Produksi No. 1

Jenis Biaya Pendapatan (harga/kg x vol.penjualan) Rp 78.500,00 x 50 kg

2

Jumlah (Rp) 3,925,000.00

Pengeluaran - Modal beli ikan Rp 70.000,00 x 50 kg

3,500,000.00

- Transportasi

5,000.00

- Es 1¾ balok

10,000.00

- Garam 0,7 kg

420.00

- Tenaga kerja 1 orang Jumlah Keuntungan

30,000.00 3,545,420.00 379,580.00

Sumber: Hasil Penelitian, Februari 2011

Pedagang Besar Pedagang besar di PPN Brondong sering atau lebih dikenal dengan istilah agen. Agen ikan Bawal Putih di PPN Brondong adalah mereka yang menyediakan produk bagi pabrik penyalur ikan bawal putih untuk diekspor ke beberapa negara yang membutuhkan ikan bawal putih. Melihat peranan agen di Brondong, agen ini bukan hanya sebagai penyalur tetapi juga penentu harga ikan bagi pedagang pengumpul dan nelayan setempat. Volume pembelian ikan bawal putih dari agen pada nelayan per hari dengan berat rata-rata 2 ton. Harga pembelian dari agen kepada pedagang pengumpul rata-rata Rp78.500,00 per kilogram, sedangkan untuk penjualan rata-rata Rp84.000,00 itupun tergantung dari berat ikan tersebut. Sifat dari agen ini sebagai perantara ke ekportir yang membutuhkan ikan bawal putih untuk diekspor. Negara tujuan ekspor ikan-ikan hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di PPN Brondong adalah Singapura, Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Hongkong, Malaysia dan Jepang. Pedagang besar biasa membeli ikan bawal putih dari nelayan yang memang sudah biasa menjual hasil tangkapan ke agen tersebut. Ikan bawal putih terkadang didapat juga dari pedagang pengumpul, hal ini dikarenakan pedagang besar harus menutup kekurangan ikan yang diperoleh dari nelayan. Hasil tangkapan yang dibeli oleh pedagang besar dan langsung dijual juga pada hari yang sama, sehingga tidak menutup kemungkinan harga ikan ini dapat berubah sewaktuwaktu. Ikan bawal putih ini dikirim oleh pedagang besar ke pasar ikan di Semarang, swalayan-swalayan dan pabrik-pabrik yang ada di Surabaya. Tabel 5. Pendapatan, Pengeluaran Dan Keuntungan Pedagang Besar Ikan Bawal Putih Per Produksi No 1. 2.

Jenis Biaya Pendapatan (harga/kg x vol.penjualan) Rp 84.000.000,00 x 2000 kg Pengeluaran - Modal beli ikan Rp 78.500,00 x 2000 kg - Transportasi Truck - Sewa tempat per bulan - Retribusi 1,5% - Upah karyawan - Es 60 balok - karcis Jumlah Keuntungan

Jumlah (Rp) 168.000.000,00

157.000.000,00 1.100.000,00 500.000,00 2.550.000,00 500.000,00 480.000,00 50.000,00 162.180.000,00 5.820.000,00

Sumber: Hasil Penelitian, Februari 2011

Pedagang besar biasanya mengangkut ikan-ikan, dengan menggunakan transportasi mobil truck. Pengiriman ikan bawal putih ke pabrik, biasanya ikan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam box sterofoam dan kemudian diisi dengan es curai. Stok ikan pada agen ikan bawal putih kadang-kadang mengalami kekurangan, jika musim ikan bawal putih sedang paceklik. Kekurangannya stok ikan bawal putih ini, dikarenakan ikan bawal putih bersifat musiman dan cuaca yang tidak menentu juga menjadi kendala bagi nelayan untuk tidak bisa menangkap ikan. Frekuensi penjualan ikan per hari untuk pedagang besar, dengan rata-rata 2 ton untuk masing-masing ikan. Dalam sebulan pedagang besar dapat melakukan 30 kali pembelian, sedangkan untuk mengelola usahanya pedagang besar mempekerjakan 10 orang dengan upah Rp50.000,00/hari. Modal yang dibutuhkan per hari untuk usaha ini sekitar Rp150.000.000,00. Pendapatan pedagang besar dalam satu kali menjual ikan bawal putih mencapai Rp168.000.000,00 dengan jumlah pengeluaran sebesar Rp162.180.000,00. Sedangkan untuk keuntungan bersihnya mencapai nilai Rp5.820.000,00. Omzet per bulan yang diterima oleh pedagang besar belum diketahui pasti nilainya, namun untuk memperkirakan omzet per bulan dapat dicari dengan mengetahui frekuensi penjualan 1 bulan dan pendapatan per harinya (pendapatan per hari x frekuensi penjualan 1bulan). Perkiraan omzet pedagang besar dalam satu bulan mencapai Rp5.040.000.000,00 (Rp168.000.000,00 x 30 = Rp5.040.000.000,00). Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Pabrik Perikanan Pabrik perikanan yang melakukan kerjasama dengan pedagang besar di area PPN Brondong, antara lain: PT. Alam Jaya (Surabaya), PT. KML (Gresik), PT. Anela (Lamongan), PT. Bahari Biru Nusantara (Lamongan). Negara tujuan ekspor hasil tangkapan nelayan di PPN Brondong adalah Singapura, Hongkong, Malaysia dan Jepang. Produk ikan yang dibuat oleh pabrik berupa fillet, steak dan juga produk ikan segar. Masing-masing produk ikan tersebut diproses dan dikemas untuk keperluan ekspor. Selama ini pabrik yang bekerja sama dengan pedagang besar yang berada di PPN Brondong belum pernah melakukan penjualan ke konsumen lokal, karena untuk ikan bawal putih yang masuk ke dalam pabrik merupakan kualitas ekspor dan selain itu juga pembagian pasar kepada pedagang besar. Supaya tercapainya usaha yang saling menguntungkan, bagi masing-masing pelaku bisnis ikan bawal putih. Konsumen Pemasaran ikan bawal putih ini diakhiri pada tingkat konsumen akhir. Konsumen ikan bawal putih tidak hanya dipasar lokal saja tetapi juga hingga tujuan ekspor, karena untuk ikan bawal putih ini tergolong ikan yang banyak diminati oleh konsumen luar negeri. Banyak permintaan dari luar negeri untuk ekspor ikan bawal putih ini, biasanya pihak pabrik perikanan yang menyediakan ikan bawal putih dengan kualitas ekspor. Sedangkan ikan bawal putih yang dijual di pasar lokal, biasanya dijual di swalayan-swalayan besar di Surabaya dan pasar ikan di Semarang. Pedagang besar mempunyai peranan dalam pengiriman ikan bawal putih ke pasar lokal domestik (provinsi jawa). Konsumen menginginkan ikan bawal putih yang bermutu baik, segar dan dengan harga yang terjangkau. Pihak penyedia ikan bawal putih mengikuti keinginan konsumen dengan menjaga kulitas ikan tersebut. Harga ikan Bawal Putih segar sampai pada konsumen lokal, dengan rata-rata harga Rp95.500,00 untuk per kilogramnya. Rantai Pemasaran Ikan bawal putih hasil tangkapan nelayan langsung dibawa pedagang pengumpul, kemudian oleh pedagang pengumpul langsung dibeli oleh pedagang besar. Pedagang besar membawa langsung ke pabrik atau ke swalayan-swalayan, tergantung kecocokan harga yang ditawarkan dan banyak ikan yang akan dikirim. Pengiriman ikan bawal putih ke pabrik oleh pedagang pengumpul tidak harus melalui pedagang besar, namun untuk pengiriman ke pabrik sesuai dengan kecocokan harga dan banyak ikan yang dikirim. Rantai pemasaran ikan bawal putih yang didaratkan di PPN Brondong dapat digambarkan sebagai berikut:

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Nelayan

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Industri/Pabrik Perikanan

Swalayan

Pasar lokal domestik (Pulau Jawa)

Konsumen Akhir

Gambar 2. Rantai Pemasaran Ikan Bawal Putih di TPI PPN Brondong, 2011. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran ikan Bawal Putih di PPN Brondong dipengaruhi volume produksi, harga per kilogram, dan biaya pemasaran. Semakin tinggi margin maka semakin besar beban yang ditanggung oleh konsumen akhir. Hasil perhitungan dari marjin pemasaran yang terbentuk pada rantai pemasaran hasil tangkapan ikan bawal putih adalah sebagai berikut: Tabel 6. Marjin Pemasaran Ikan bawal putih Uraian

Harga Beli (Rp/kg)

Nelayan

Harga Jual (Rp/kg)

Marjin (Rp/kg)

Persentase

38.000,00

0

0

Pedagang pengumpul

38.000,00

78.500,00

40.500,00

53%

Pedagang besar Pasar lokal domestik/ pengecer

78.500,00 84.000,00

84.000,00 95.000,00

5.500,00 11.500,00

8% 19%

Sumber: Hasil Penelitian, Februari 2011 Tiap-tiap saluran pemasaran memiliki marjin yang berbeda-beda, hal itu dapat dilihat dari Tabel 6. Marjin terendah diperoleh penjual ikan bawal putih pada pejualan pedagang besar 8% dengan nilai Rp5.500,00 per kg, dan tertinggi terjadi pada pedagang pengumpul 53% dengan nilai Rp40.500,00/kg. Besarnya marjin pemasaran tidak hanya disebabkan oleh besarnya laba yang diambil, tetapi juga oleh besarnya biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing saluran pemasaran ikan bawal putih.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Tabel 7. Bagian harga jual yang diterima oleh para penjual ikan bawal putih No 1 2 3 4 5 6

Uraian Harga jual di tingkat nelayan Harga jual di tingkat pedagang besar Harga jual di tingkat pedagang pengumpul Harga jual di tingkat swalayan Harga jual di tingkat pasar lokal domestik Harga jual di tingkat pabrik perikanan

Harga (Rp/kg) 38.000,00 84.000,00 78.500,00 72.783,00 93.500,00 156.000,00

Persentase 7% 16% 15% 14% 18% 30%

Sumber: Hasil Penelitian, Februari 2011 Persentase harga bagian yang diterima oleh masing-masing pihak yang terlibat penjualan ikan bawal putih terhadap pabrik perikanan 30%, pasar lokal domestik (pulau jawa) 18%, swalayan 14%, pedagang besar 16%, pedagang pengumpul 15% dan nelayan 7%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keuntungan yang didapat nelayan/produsen per trip saat musim puncak mencapai Rp141.330,00, pedagang pengumpul mendapat keuntungan dari penjualan ikan bawal putih sebesar Rp379.580,00 dan pedagang besar mendapat keuntungan dari penjualan ikan bawal putih Rp5.820.000,00. 2. Rantai ikan bawal putih dimulai dari nelayan, pedagang pengumpul, pedagang besar, pabrik atau industri perikanan, swalayan, pasar lokal domestik (pulau Jawa). 3. Marjin pemasaran tertinggi terjadi pada penjualan dari nelayan ke pedagang pengumpul 53% (Rp40.500,00 per kg), sedangkan terendah terjadi pada penjualan pedagang pengumpul ke pedagang besar 8% (Rp5.500,00 per kg). Saran Saran untuk pemasaran ikan bawal putih di PPN Brondong adalah perlu adanya informasi harga ikan yang mengikuti perubahan waktu di PPN Brondong, sehingga pelaku penjualan ikan bawal putih mempunyai referensi kapan harga dapat naik dan turun. Informasi harga akan sangat bermanfaat bagi nelayan agar tidak dikontrol oleh pedagang pengumpul. DAFTAR PUSTAKA Effendi, Irzal, dan Wawan Oktariza. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hanafiah dan Saefuddin. 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia. Jakarta. Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Erlangga. Jakarta. Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 2. Erlangga. Jakarta. Lamb, Hair, dan Mc Daniel. 2001. Pemasaran Buku 2. Salemba Empat. Jakarta.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Machfoedz, Mahmud. 2005. Pengantar Pemasaran Modern. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Nurasa, Tjetjep dan Valeriana Darwis. 2007. Analisi Usahatani dan Marjin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Breses (Jurnal Akta Agrosia Vol. 10, No. 1, Hal: 40-48). Sukandarnumidi. 2002. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Penelitian Pemula. Gajah mada University Press. Yoyakarta. Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo W. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012