SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI RSUD JOMBANG

Download C – 36 o. C hipotermi berat jika suhu tubuh kurang dan 32 o. C. Skin to skin contak dengan cara ini biasanya suhu tubuh bayi dapat di perta...

0 downloads 303 Views 60KB Size
SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI RSUD JOMBANG LEADY FIGUR PUTRI A. 10002024 Subject : Suhu, Bayi Baru Lahir DESCRIPTION Suhu normal bayi baru lahir adalah 36,5 OC-37,5 0 C (suhu ketiak) gejala awal hipotermia apa bila suhu di bawah 360 atau kedua kaki dan tangan terabah dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedangkan suhu tubuh 32oC – 36oC hipotermi berat jika suhu tubuh kurang dan 32oC. Skin to skin contak dengan cara ini biasanya suhu tubuh bayi dapat di pertahankan antara 36,5oC 37,5oC. Tujuan penelitian untuk mengetahui suhu tubuh bayi baru lahir di RSUD Jombang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif Variabel adalah suhu tubuh bayi baru lahir. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi lahir yang di RSUD Jombang sebanyak 107 bayi pada bulan Juli 2014 dengan sampel semua bayi yang lahir di RSUD Jombang bulan Juli 2014 sebanyak 107 orang. yang diambil menggunakan teknik sampling Non Probability Sampling dengan jenis total sampling. Alat ukur menggunakan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi memiliki suhu tubuh normal sebanyak 16 responden (66,7%). Disarankan bagi ibu lebih aktif bertanya pada petugas kesehatan mengenai perawatan bayi barn lahir sehingga ibu dapat merawat bayi sendiri dengan baik. ABSTRACT Newborn normal temperature is 36.5 OC-37.5 0 C (axillary temperature) any early symptoms of hypothermia when the temperature is below 360 or both legs and hands terabah cold, the infant had suffered hypothermia while the body temperature of 32oC - 36oC severe hypothermia if the temperature is less and 32oC. Skin to skin contak this way is usually the baby's body temperature can be maintained between 36,5oC - 37,5oC. The aim of research to determine the body temperature of newborns in hospitals Jombang. This type of research is descriptive variable is the temperature of the newborn's body. The population in this study is that all babies born in Jombang hospitals were 107 babies in July 2014 with a sample of all babies born in Jombang General Hospital in July 2014 as many as 107 people. taken using sampling techniques Non-Probability Sampling with a total sampling type. Measuring tool uses observation. The results showed that most infants have a normal body temperature of 16 respondents (66.7%). It is advisable for a more active mother asked health workers on infant care barn birth so the mother can care for the baby themselves well. Keywords: Temperature tubuk, newborn Contributor

: 1. Sulis Diana, M.Kes 2. Dhonna Anggreni, SKM Date : 13 Agustus 2014 Type Material : Laporan Penelitian Identifier : Right :

Summary

:

PENDAHULUAN Suhu normal bayi baru lahir adalah 36,5°C-37,5 ° C (suhu ketiak) gejala awal hipotermia apa bila suhu di bawah 36° atau kedua kaki dan tangan terabah dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedangkan suhu tubuh 32°C - 36°C hipotermi berat jika suhu tubuh kurang dan 32 °C. Di samping sebgai gejala hipotermi juga merupakakn gejala awal penyakit yang berahir dengan kematian akibat hipotermi adalah bayi akan mengalami stress dingin jika hipotermi berlanjut maka bayi akan mengalami cidera dingin selanjutnya mungkin saja terjadi hipoglikemi dan asidosis metabolik kondisi ini mernicu terjadinya kematian bayi. faktor resiko hipotermi antara lain perawatan yang kurang tepat setelah lahir, bayi di pisahkan dan ibunya segera setelah lahir, bayi berat lahir renclah dan prematuritas, tempat melahirkan kurang dingin, umur bayi saat di pindahkan atau di rujuk, suhu badan selama perjalan rujukan tidak terjaga, serta ayi asfiksia, hipoksia atau penyakit lain(Muslihatun, 2011: 189, 190). Skin to skin contak dengan cara ini biasanya suhu tumuh bayi dapat di pertahankan antara 36,5°C 37,5°C (suhu aksiler) (Muslihatun, 2011: 177) Kesehatan bayi cenderung kurang mendapat perhatian dibandingkan umur-umur lainnya hampir di semua negara di dunia. Padahal data WHO (2010) menunjukkan angka kematian sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan “fenomena 2/3”, yaitu 2/3 kematian bayi (umur 01 tahun) terjadi pada masa neonatal (neonatus umur 0-28 hari) dan 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada han pertama 14 % di sebabkan hipotermi. Satu minggu pertama dan kelahiran merupakan masa yang paling kritis bagi kehidupan seorang bayi (Rono, 2013). Menurut penelitian Dr. Keren Edmond (2006) di Ghana pada 11.000 kelahiran dan bulan Juni 2003 sampai Juni 2004 setelah diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dapat menyelamatkan 22% bayi di bawah umur 28 han dan 8 kali lebih berhasil dalam pemberian AS! Eksklusif. Penelitian itu sangat bermanfaat dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB) yang sekarang mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup atau sekitar 175.000 bayi meninggal setiap tahunnya. Diantaranya dan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002-2003 di Indonesia hanya 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam pertama kelahiran. Data tersebut menunjukkan bahwa banyak bayi baru lahir kehilangan satu jam pertama kehidupan (Utami, 2008:7). Angka Kematian Bayi di Indonesia, sebanyak 68% bayi umur 0-28 hari (neonatal) meninggal setiap tahun. ini berarti 275 neonatal meninggal setiap hari, atau lebih kurang 184 neonatal dini meninggal setiap hari, atau setiap 1 jam meninggal 8 bayi neonatal dini, atau setiap 7,5 menit meninggal 1 bayi neonatal dini. Berdasarkan data hasil Sensus, Susenas, Angka kematian Bayi di Jawa Timur mengalami penurunan sebesar 22,56% selama periode 1990-1995 dan 89,10 %/1000 kelahiran hidup menjadi 69,00%/1000 kelahiran hidup, dengan rata-rata penurunan per tahun atau ARR (Annual Reduction Rate) sebesar 5,11%. Antara tahun 1995-1999, terjadi penurunan 19,26% dan 69,00/1000 KH menjadi 55,71%/bOO KFI, dengan rata-rata penurunan per tahun hasil penelitian oleh Sartono, 2010 di RSUD dr. Soetomo Surabaya pada 345 ibu melahirkan dengan bayi hipotermi di dapatkan 67% tertolong dengan menggunakan metode skin to skin contac (Rono, 2013). Di Jombang sudah lama menerapkan inisiasi menyusu dini. Dan data yang diperoleh bahwa pada tahun 2011 terdapat persalinan rata-rata tiap bulannya 200-250, 45% diantaranya bersalin dengan SC, sisanya bersalin dengan persalinan normal. Didapatkan bahwa yang dilakukan inisiasi menyusu dm1 hampir keseluruhan kecuali bayi dengan nilai APGAR CRE dibawah 7, tetapi inisiasi menyusu dini hanya sebatas pada fase kontak dini yang hanya berkisar antara 20-3 0 menit. Dan seluruh bayi yang memiliki APGAR CRE diatas 7 belum dapat merangkak dan menyusu sendiri. Ketika bayi lahir bayi dikeringkan dan dipotong tali pusatnya diatas perut ibu, bayi dibiarkan kontak dengan kulit ibu kemudian setelah 10 menit bayi ditempelkan pada puting susu ibu untuk merangsang reflek hisapnya selama 10-15 menit.

Salah satu cara untuk mencegah bayi meninggal akibat Adapun mekanisme atau proses penurunan suhu pada BBL, yaitu segera setelah dilahirkan, suhu BBL akan turun. Bayi yang telanjang dan masih basah bisa menyebabkan bayi muda kehilangan panas cukup banyak untuk membuat suhu tubuhnya turun sampai sebanyak 2-4 °C (3,6 - 7,2 °C). Karena dalam keadaan basah, maka bayi tersebut akan kehilangan sebagian besar panas tubuhnya melalui penguapan (evaporasi) dan permukaan kulit yang basah, persentuhan dengan benda-benda yang dingin (konduksi), persentuhan dengan udara dingin (konveksi), atau persentuhan dengan benda-benda yang bersuhu lebih rendah di sekitamya (radiasi). (Sarwono, 2009: 367). Melalui teknik sentuhan kulit dengan kulit didapatkan lewat kontak kulit ibu dan bayi. Proses penyaluran panas yang terjadi antara ibu dan bayi tersebut yaitu dengan cara menstransfer panas dan tubuh ibu supaya mencapai tubuh bayi. Energi panas mula-mula akan penetrasi ke dalam jaringan kulit dalam bentuk berkas cahaya (dalam bentuk radiasi atau konduksi). Kemudian akan menghilang di daerah jaringan yang lebih dalam berupa panas. Panas tersebut kemudian diangkut ke jaringan lain dengan cara konveksi yaitu diangkut ke jaringan seluruh tubuh melalui cairan tubuh (Nugraha, 2013). Kurang baiknya penanganan neonatus sehat akan menyebabkan kelainan - kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada neonatus dapat terjadi cold sfress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras dan keterlambatan tumbuh kembang (Saifudin, 2006: 132). Mengingat kejadian penurunan suhu pada neonatus masih terjadi dibeberapa rumah sakit maka dibutuhkan tindakan untuk meningkatkan suhu dengan kontak kulit ibu dan bayi (skin to skin contact) yang diharapkan mampu mengoptimalkan suhu tubuh bayi sehingga tubuh bayi mendapat transfer panas dan tubuh ibu (Hendarso, 2013). Upaya yang harus untuk mengurangi insident diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan pelatihan khusus pada ibu bersalin dengan hipotermi dengan teknik kontak kulit antara ibu dan bayi berlangsung sejak dini dengan meletakan bayi diantara kedua payudara ibu dengan posisi tegak atau vertikal saat ibu berdiri dan duduk atau tengkurap atau miring saat ibu berbaring atau tidur. Bayi mengenakan penutup kepala, baju ibu berfungsi sebagai penutup badan bayi sehingga bayi dapat memilliki rasa nyaman dan suhu tubuh normal Langkah yang dapat diambil adalah lebih meningkatkan penyuluhan dan konseling tentang inisiasi menyusu dini pada ibu hamil dan suami sehingga ibu dapat melaksanakan inisiasi menyusu dini pada saat persalinan. Ibu hamil lebih meningkatkan pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini baik melalul media massa maupun media elektronik dan mengikuti seminar-seminar tentang inisiasi menyusu dini (Hendarso, 2013). METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian im adalah suhu tubuh bayi baru lahir. Pada penelitian ini populasinya adalah semua bayi lahir di RSUD Jombang sebanyak 107 bayi pada bulan Jili 2014. Pada penelitian ini sampelnya . semua bayi yang lahir di RSUD Jombang bulan Juli 2014 sebanyak 107 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non Probability sampling. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan Editing, Coding, Scoring, Sorting, Entry data dan Tabulating. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagian besar responden memiliki suhu tubuh normal sebanyak 71 responden (66,4%). Suhu normal bayi baru lahir adalah 36,5 °C -3 7,5 °C (suhu ketiak. Gejala awal hipotermi apabila suhu dibawa 36 °C atau kedua kaki dan tangan terasa dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32 °C-36 °C). Hipotemi berat jika suhu tubuh kurang dan 32 °C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermi juga merupakan awal penyakit yang berahir dengan kematian. Akibat hipotermi adalah bayi akan mengalami stress dingin (colid stress) jika hipotermi berlanjut akan timbul cidera dingin (cold injury).

Selanjutnya mungkin saja terjadi hipoglikemidan asidosis metabolik. Kondisi jul mempunyai resiko terjadi kematian bayi (Muslihatun, 2010) Kehilangan panas yang berlebihan seperti lingkungan atau cuaca clingin basah atau bayi telanjang menyebabkan hypotermi Karena dalam keadaan basah, maka bayi tersebut akan kehilangan sebagian besar panas tubuhnya melalui penguapan (evaporasi) dan permukaan kulit yang basah, persentuhan dengan benda-benda yang dingin (konduksi), persentuhan dengan udara dingin (konveksi), atau persentuhan dengan benda-benda yang bersuhu lebih rendah di sekitamya (radiasi) dapat menyebabkan hipotermi. Hasil penelitian menunjukan suhu tubuh bayi yang dilakukn IMD adalah normal bayi baru lahir merupakan skin to skin contack antara ibu dan bayi, melekatnya kulit bayi dan ibu saat dilakukan IMD menyebabkan suhu tubuh bayi tetap terjaga. Mencegah hipotermia karena dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencani payudara. Bayi dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stres, pemapasan dan detak jantung lebih stabil, dikarenakan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi, mengecap dan menjilati permukaan kulit ibu sebelum mulai mengisap puting adalah cara alami bayi mengumpulkan bakteribakteri baik yang ia perlukan untuk membangun sistem kekebalan tubuhnya. mempererat hubungan ikatan ibu dan anak (Bonding Arthacmen) karena 1 —2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. bayi yang menyentuh dada ibu akan membuat ibu mendapatkan rangsangan sensorik yang kemudian memerintah otak untuk memproduksi honnon oksitosin dan prolaktin untuk memacu kontraksi rahim. Kontraksi rahim kemudian menjepit pembuluh darah dan menghentikan perdarahan di rahim. Sehingga kematian ibu karena perdarahan akan berkurang. Suhu tubuh bayi barulahir di pengaruhi oleh berat lahir hal ini dapat di tunjukan bahwa lebih dan setengah responden memiliki berat lahir normal sejumlah 66 orang (61,7%). Faktor-faktor penting yang dianggap beresiko terjadinya hipotermi, antara lain perawatan yang kurang tepat setelah lahi, bayi dipisahkan dan ibunya segera setelah lahir, bayi berat lahir rendah dan prematuritas, tempat melahirkan kurang dingin, umur bayi saat dipindahkan atau di rujuk, suhu badan selama perjalanan rujukan tidak terjaga, serta bayi asfisia, hipoksia atau penyakit lain (Muslihatun, 2011). Berat badan bayi baru lahir sangat berpengaruh hal ml di karenakan jika bayi yang dilahirkan < 2500gr akan lebih mudah kehilangan panas tubuh hal ini karena jumlah lemak dalam BBL terlalu sedikit dan suhu tubuh bay lebih mudah terpengaruh lingkungn sekitar, bayi lahir < 2500 gr cenderung dilakukan perawat dengan inkubator atu dilakukn metode kangguru untuk % menjaga panas tubuh. Suhu tubuh bayi lahir dapat dipengaruhi usia kehamilan hal ini dapat di tunjukan bahwa berdasarkan tabel 4.2 dapat menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mengalami usia kehamilan 37-42 minggu sejumlah 98 orang (91,6%). Kesehatan bayi cenderung kurang mendapat perhatian dibandingkan umur-umur lainnya hampir di semua negara di dunia. Padahal data WHO (2010) menunjukkan angka kematian sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan “fenomena 2/3”, yaitu 2/3 kematian bayi (umur 0-1 tahun) terjadi pada masa neonatal (neonatus umur 0-28 han) dan 2/3 kematian pada masa neonatal dim terjadi pada han pertama 14 % di sebabkan hipotermi (Rono, 2013). Hasil penelitian menunjukan berat bayi yang dilahirkan hampir seluruhnya adalah normal. Bayi dengan lahir normal cenderung memiliki suhu tubuh normal, penurunan atau kenaikan suhu tubuh bayi baru lahir tergantung pada pasca persalinan. Jika perawatn tidak tepat bayi kan mudah keh,ilangan panas sebab kondisi bayi baru lahir cenderung rentan dan mudah terpengaruh pada lingkungan sekitar. Suhu tubuh bayi baru lahir dapat di pengaruhi oleh jenis persalinan hal ini dapat di tunjukan bahwa Berdasarkan tabel 4.3 dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai jenis persalinan normal sejumlah 62 orang (57.9%). Beberapa saat dan beberapa jam awal hidup extrauterine merupakan keaadaan yang paling dinamis diantara seluruh sildus kehidupan. Pada saat persalinan, bayi berubah dan keaadaan

ketergantungan menyeluruh menjadi tidak tergantung secara fisiologis. Perubahan proses periode transisi dimulai ketika bayi keluan dan rahim dan berlanjut selama sekitar seminggu untuk beberapa sistem organ.Transisi extrauterine terjadi di dalam empat area yaitu pada sistem pernapasan, pada sistem sirkulasi, pada kemampuan termoregulasi, dan pada kemampuan untuk memperoleh sumber glukosa (Intan, 2014). Neonatal mempunyai kecendrungan untuk cepat tertekan oleh perubahan temperatur lingkungan. Sebab temperatur intrauterin kurang berfluktuasi, janin tidak harus memiliki pengaturan temperatur. Faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada neonatal termasuk diantaranya permukaan yang besar, variasi tingkat isolasi lemak subkutan, clan derajat fleksi otot. Neonatal dapat menciptakan panas dengan tiga cara: menggigil, aktifitas otot fakultatif, dan termogenesis bukan menggigil. Menggigil tidak efisien, danjanin secara khas tidak menciptakan panas lewat cara ini. Aktifitas otot dapat menghasilkan panas tetapi terbatas pada janin dengan kekuatan otot yang cukup untuk berada posisi yang dilenturkan. Suhu tubuh bayi di pengaruhi olehjenis kelamin hal ini dapat di tunjukan bahwa lebih dan setengah responden memiliki bayi perempuan sejumlah 63 orang (63%). Perkembangan psikomotor bayi baru lahir ini sangat berhubungan erat dengan kasih sayang ibu dan bayi 1-2 jam pertama setelah dilahirkan secara normal seorang bayi yang tidak dianastesi atau mengalami efek obat analgetik, biasanya menghabiskan banyak waktu dalam keadaan diam dan waspada, selama keadaan ini perkembangan interaksi paling dini dalam keadaan lingkungan yang sebaik-baiknya. Peristiwa pada saat ini mungkin berpengaruh besar terhadap kwalitas perbedaan antara bayi laki-laki dan perempuan (Irvanida, 2014)). Bayi perempuan cenderung memiliki sifat lebth aktif saat dilahirkan di banding dengan bayi laki-laki, hal ini ditunjukan bayi perempuan lebih cepat berinteraksi dengan ibu dalam proses menyusui, rotting reviek yang di tunjukan bayi perempuan lebth kuat dan pada bayi lakilaki

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Jombang didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar responden memiliki suhu tubuh normal sebanyak 71 responden (66,4%). Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan pada beberapa pihak terkait, yang meliputi SARAN Melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi suhu tubuh bayi baru lahir. Memperbanyak pustaka di perpus mengenai perubahan fisik bayi baru lahir dan perubahan suhu tubuh sehingga dapat dijadikan bacaan bagi mahasiswa. Lebih aktif bertanya pada petugas kesehatan mengenai perawatan bayi baru lahir sehingga ibu dapat merawat bayi sendiri dengan baik. Tenaga kesehatan lebih memberikan pelayanan yang optimal pada bayi untuk mencegah hipotermi Alamat korespondensi E_mail Alamat No. Hp

:[email protected]. : Mojokerto : 081283286887