TEKNIK INOKULASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA PADA

Download Sukarmin dan Dewi Fatria: Teknik inokulasi cendawan mikoriza arbuskula pada benih sirsak. Buletin Teknik Pertanian Vol. 16, No. 2, 2011: 52...

0 downloads 393 Views 112KB Size
52 Buletin Teknik Pertanian Vol. 16, No. 2, 2011: 52-54

Sukarmin dan Dewi Fatria: Teknik inokulasi cendawan mikoriza arbuskula pada benih sirsak

TEKNIK INOKULASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA PADA BENlH SIRSAK (Annona muricata L.) Sukarmin1 dan Dewi Fatria2 1 Teknisi Litkayasa Penyelia dan 2Peneliti Nonkelas pada Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Jalan Raya Solok-Aripan km 8, Kotak Pos 5, Solok 27301, Telp. (0755) 20137, Faks. (0755) 20592 E-mail: [email protected]

S

irsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu jenis tanaman buah yang berasal dari dataran Amerika Selatan yang beriklim tropis, kemudian menyebar luas ke Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada awalnya, sirsak merupakan tanaman liar dan setelah dikembangkan lebih banyak sebagai tanaman pekarangan. Buah sirsak terdiri atas 67% daging buah yang bisa dimakan, 20% kulit, 8,5% biji, dan selebihnya berupa bagian tengah buah (Verheij dan Coronel 1997). Tanaman sirsak toleran terhadap keadaan tanah yang kering, tetapi akan meluruhkan daunnya jika mengalami kekeringan yang berkepanjangan. Pada kondisi demikian, tanaman perlu diairi atau disiram agar tidak mati. Untuk mengurangi kekeringan pada perakaran yang dangkal dapat dibantu dengan mengaplikasikan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) pada benih yang berasal dari biji. CMA juga dapat membantu penyerapan unsur hara dan air, terutama pada tanah yang miskin unsur hara, seperti tanah podzolik merah kuning (Ultisol). Selain itu, untuk mengatasi masalah harga pupuk yang terus meningkat dari waktu ke waktu, perlu dicari suatu alternatif untuk mengurangi atau menghindari pemakaian pupuk buatan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan jasad renik tanah, seperti CMA karena cendawan tersebut dapat bersimbiosis dengan tanaman. Setiadi (1994) menyatakan, CMA memberikan manfaat yang sangat besar di bidang pertanian karena dapat meningkatkan penyerapan unsur hara dan memperbaiki ketahanan tanaman terhadap serangan patogen akar dan kekeringan. Percobaan bertujuan untuk mengetahui teknik inokulasi CMA pada benih sirsak.

BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2009 di Kebun Percobaan (KP) Aripan, Balai Penelitian Tanaman

Buah Tropika, Solok, Sumatera Barat, yang terletak pada ketinggian 435 m dpl. Bahan dan alat yang digunakan antara lain adalah benih sirsak umur tiga bulan (telah siap ditanam dalam polibeg ukuran 20 cm x 30 cm), tanah podzolik merah kuning, inokulum CMA, KOH 10%, HCl 1%, lactofenol trypan blue 0,05%, polibeg, media tanah, cangkul, selang air, papan pengamatan, cawan petri, oven, mikroskop, timbangan analitik, dan alat tulis. Perlakuan percobaan terdiri atas lima taraf, yaitu: (A) bibit sirsak tanpa inokulum CMA/kontrol; (B) bibit sirsak dengan inokulum CMA 1 g; (C) bibit sirsak dengan inokulum CMA 5 g; (D) bibit sirsak dengan inokulum CMA 10 g; dan (E) bibit sirsak dengan inokulum CMA 15 g. Setiap perlakuan terdiri atas empat ulangan dan setiap perlakuan terdiri atas 10 tanaman sehingga total tanaman berjumlah 200 tanaman. Persiapan Benih Tahap pertama dari percobaan adalah perlakuan benih. Buah sirsak yang telah masak secara fisiologis dipanen dari kebun plasma nutfah KP Aripan, selanjutnya buah diperam 2-3 hari. Setelah masak, buah dikupas dan dipisahkan biji dan daging buahnya. Biji lalu dicuci dengan air bersih dan disemai dalam bak persemaian yang berisi media pasir sedalam ± 1 cm dengan jarak tanam 1 cm x 2 cm di alur persemaian. Setelah berumur 2-2,5 bulan, semaian dipindahkan ke polibeg ukuran 20 cm x 30 cm dengan media lapisan atas tanah podzolik merah kuning. Pemeliharaan Tanaman Agar pertumbuhan tanaman sirsak optimal, perlu dilakukan pemeliharaan seperti penyiraman 2-3 hari sekali dan penyiangan gulma. Bila ada gejala serangan hama, tanaman disemprot insektisida dengan dosis 2 cc/liter air. Setelah berumur tiga bulan, bibit siap diinokulasi CMA.

53

Sukarmin dan Dewi Fatria: Teknik inokulasi cendawan mikoriza arbuskula pada benih sirsak

Inokulasi Mikoriza Setelah tumbuh optimal, tanaman siap untuk perlakuan. Pertama, CMA ditimbang dengan timbangan analitik sesuai takaran perlakuan lalu masing-masing hasil timbangan CMA dibungkus dengan kertas. Aplikasi CMA dilakukan pada pagi hari. Media tanah dalam polibeg dibuat alur lubang melingkar mengelilingi tanaman lalu CMA sesuai dengan takarannya ditaburkan pada alur lubang tersebut dan ditutup kembali dengan tanah.

Pangamatan Parameter yang diamati dan diukur antara lain adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat akar basah, berat akar kering, dan persentase akar terinfeksi CMA. Pengamatan persentase akar terinfeksi CMA dilakukan pada 10 titik satuan pandang dengan menggunakan mikroskop. Menurut Kormanik dan Mc. Graw (1982), penghitungan persentase akar terinfeksi dilakukan dengan menggunakan metode clearing and staining sebagai berikut: • Clearing (penjernihan), yaitu mencuci perakaran sampel tanaman sampai bersih lalu akar dipotong sepanjang 2 cm. Potongan akar dimasukkan ke dalam larutan KOH 10% lalu dididihkan selama 10 menit. Akar kemudian dicuci dengan larutan KOH 10% dingin lalu direndam dalam larutan HCl 1% selama 1 menit. • Staining (pengecatan), yaitu merendam potongan akar yang telah melalui tahap 1 (clearing) dalam larutan lactofenol trypan blue 0,05% selama dua hari. Akar yang telah dicat lalu diletakkan pada gelas preparat (petridish) dan diamati dengan mikroskop. Pada akar yang terinfeksi akan terlihat adanya selubung maupun jaring yang berbentuk bulat sampai oval.

meningkatkan serapan unsur hara. CMA termasuk kelompok endomikoriza, yaitu cendawan tanah yang bersifat simbiotik obligat dengan akar tanaman yang saling menguntungkan (Syah et al. 2003). Untuk pertambahan jumlah daun, semakin tinggi takaran CMA yang diberikan, jumlah daun yang dihasilkan juga makin banyak. Aplikasi CMA 15 g/tanaman menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak (30,63) dibandingkan dengan perlakuan CMA 1 g/tanaman (27,75). Hal ini diduga karena takaran CMA 15 g/tanaman lebih banyak menghasilkan spora berkecambah yang dapat mempermudah akar tanaman dalam menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Anwaruddin et al. (2006) mengemukakan, inokulasi CMA pada tanaman manggis dapat memacu pertumbuhan bibit hingga 50% dibandingkan dengan bibit manggis yang tidak diinokulasi CMA. Hasil penghitungan berat akar basah dan berat akar kering bibit sirsak dengan beberapa takaran inokulasi CMA pada akhir percobaan (umur tiga bulan) menunjukkan pengaruh yang cukup baik (Tabel 2). Pada umumnya, inokulasi CMA 15 g/tanaman memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertambahan berat akar basah (16,69 g) dan berat akar kering (3,77 g) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga inokulasi CMA dapat memacu aktivitas pertumbuhan tanaman sirsak dengan memperTabel l. Tinggi tanaman dan jumlah daun pada inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) pada benih sirsak, KP Aripan, Balitbu Tropika, Solok, 2009 Perlakuan (CMA g/batang)

Tinggi tanaman (cm)

Jumlah daun (helai)

41,25 43,70 43,76 44,76 48,60

26,21 27,75 27,84 29,92 30,63

Tanpa CMA/kontrol 1 5 10 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, berat akar basah, berat akar kering, dan persentase akar terinfeksi CMA pada bibit sirsak yang diinokulasi beberapa takaran CMA memberikan hasil yang positif. Inokulasi CMA pada takaran 15 g/batang menghasilkan pertambahan tinggi tanaman sirsak yang paling baik (48,60 cm) dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 1). Semakin tinggi takaran CMA yang diberikan pada bibit sirsak, pengaruhnya terhadap tinggi tanaman juga semakin baik. Hal ini diduga karena CMA memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara

Tabel 2. Hasil rata-rata pengamatan berat akar basah, berat akar kering, dan persentase akar terinfeksi pada Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) pada benih sirsak, KP Aripan, Balitbu Tropika, Solok, 2009 Perlakuan (CMA g/batang) Tanpa CMA/kontrol 1 5 10 15

Berat akar basah (g)

Berat akar kering (g)

Persentase akar terinfeksi (%)

11,25 11,47 14,25 12,99 16,69

2,55 3,01 3,50 3,44 3,77

0,9 1,1 2,8 2,6 3,1

54

Sukarmin dan Dewi Fatria: Teknik inokulasi cendawan mikoriza arbuskula pada benih sirsak

mudah bulu-bulu akar tanaman menyerap hara dari dalam tanah. Syah et al. (2003) melaporkan, CMA mempunyai mekanisme hubungan dengan akar tanaman, diawali dengan spora CMA yang berkecambah dan menginfeksi akar tanaman, kemudian di dalam jaringan akar CMA tumbuh dan berkembang membentuk hifa yang panjang dan bercabang sehingga mempunyai jangkauan yang luas untuk menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Persentase akar terinfeksi tertinggi terdapat pada perlakuan inokulasi CMA 15 g/tanaman (3,1%) dan terendah tanpa perlakuan inokulasi CMA, yaitu 0,9%. Mekanisme hubungan antara CMA dan akar tanaman adalah spora berkecambah dan menginfeksi perakaran tanaman dengan cara eksudat.

terinfeksi pada bibit sirsak. Inokulasi CMA lebih dari 15 g/ tanaman pada benih sirsak perlu diuji lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA Kormanik, P.P. and A.C. Mc. Graw. 1982. Qualification of A VM in plant root. p. 27-45. In Nc. Snhenck (Ed.). Methods and Principles of Mycorrizal Research. APS Soc. St. Paul, Minnesota. Setiadi, Y. 1994. Fungsi Mikoriza dan Prospeknya sebagai Pupuk Biologis. PAU-Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor. hlm. 35-37. Syah, M.J.A., M. Irwan, dan H. Yusri. 2003. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula untuk Memacu Pertumbuhan Bibit Manggis. Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok.

KESIMPULAN DAN SARAN

Syah, M.J.A., M. Yeni, I. Djatnika, Hendri, dan F. Usman. 2006. Teknologi Perbenihan Manggis. Monograf. Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok. 34 hlm.

Inokulasi cendawan mikoriza arbuskula (CMA) 15 g/tanaman memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, dan persentase akar yang

Verheij, E.W.M dan R.E. Coronel. 1997. Prosea. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2. Gramedia, Jakarta. hlm 81-85.