TEKNIK PERSEMAIAN TRUE SHALLOTS SEED (TSS)

Download Setelah biji TSS disemai, ditutup dengan tanah ataupun campuran media persemaian yang telah diayak halus. Sementara itu, untuk TSS yang dis...

0 downloads 604 Views 470KB Size
iptek hortikultura

TEKNIK PERSEMAIAN TRUE SHALLOTS SEED (TSS) Budidaya bawang merah selain menggunakan umbi sebagai bahan tanam, dapat juga menggunakan biji botaninya atau true shallots seed. True shallots seed atau yang biasa disebut TSS merupakan bahan perbanyakan generatif bawang merah yang berbentuk biji. Dibandingkan dengan umbi, penggunaan TSS sebagai bahan tanam memiliki beberapa keunggulan yaitu (1) kebutuhan benih hanya sedikit, yaitu sekitar 7,5 kg/ha dibanding umbi sekitar 1,5 t/ha, (2) bebas virus dan penyakit tular benih, (3) menghasilkan tanaman yang lebih sehat, (4) daya hasil lebih tinggi dibanding umbi, dan (5) hemat biaya (Permadi 1993, Putrasamedja 1995, Sumarni et al. 2005). Selain itu, hasil bawang merah asal biji memiliki ukuran umbi yang lebih besar dan lebih bulat dibandingkan bawang asal umbi (Gambar 1). Biji botani bawang merah atau TSS diperoleh dari umbel bunga bawang merah yang telah masak, sedangkan penyerbukan dapat dibantu dengan tangan atau serangga polinator. Karakteristik biji bawang merah adalah berwarna hitam dan berukuran kecil, dalam 1 g terdapat ± 355 biji TSS.

Menurut Rosliani et al. (2002) sedikitnya ada tiga teknik budidaya bawang merah menggunakan TSS yaitu (1) melalui persemaian, (2) ditanam langsung, dan (3) melalui pembentukan umbi mini. Teknik budidaya melalui persemaian memiliki beberapa kelebihan, di antaranya bibit atau bahan tanam lebih sehat dan tegar serta jumlah bibit yang diperlukan lebih hemat dibandingkan ditanam langsung ataupun melalui pembentukan umbi mini.

Gambar 1. Umbi bawang merah asal TSS lebih bulat dan besar

1

No. 6 - Agustus 2010

Adapun langkah-langkah persemaian TSS adalah sebagai berikut. Persiapan Media Media yang digunakan untuk persemaian TSS adalah campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Ketiga bahan tersebut dicampur dan diaduk sampai rata kemudian diletakkan di atas baki persemaian. Baki plastik yang digunakan berukuran 28 x 36 cm dengan tinggi 7,5 cm. Penggunaan baki di persemaian dimaksudkan untuk mengurangi serangan hama pada persemaian. Selain menggunakan baki, TSS dapat pula langsung disebar di atas permukaan bedengan yang telah diratakan (Gambar 2).

Gambar 3. Penutupan dengan plastik tebal

Naungan Naungan diperlukan untuk melindungi bibit dari panas dan hujan, mengurangi evaporasi, serta menjaga kelembaban lingkungan mikro bibit TSS. Naungan yang digunakan dapat berupa plastik fiber atau kasa plastik transparan dengan penyangga kayu (Gambar 4). Naungan dipasang setelah plastik biru atau hitam dibuka kemudian naungan dibuka setelah bibit berumur sekitar satu bulan (Basuki 2009), kemudian bibit dipindah ke lapangan setelah berumur 5-6 minggu. Pemeliharaan dan Pemupukan

Gambar 2. P e n y e m a i a n l a n g s u n g d i a t a s bedengan

Penyiraman bibit dilakukan setiap hari pada pagi atau petang hari (Gambar 5). Pemupukan diberikan lima kali dengan cara dicor dengan

Penyemaian Sebelum penyemaian, 5 g Carbofuran, 50 g KCl, dan 50 g SP36 per m2 dicampur dengan lapisan teratas media di atas baki. TSS sebanyak 1 g disemai secara garitan dengan kedalaman ±1 cm. Setiap baki berisi lima garitan, maka setiap garitan disemai 0,2 g TSS. Setelah biji TSS disemai, ditutup dengan tanah ataupun campuran media persemaian yang telah diayak halus. Sementara itu, untuk TSS yang disemai di atas bedengan jarak garitan yang digunakan adalah 10 cm. Setelah benih disemai dan ditutup tanah, kemudian ditutup plastik tebal warna biru atau hitam (Gambar 3) dan dibuka 3-5 Gambar 4. Pemasangan naungan hari kemudian setelah biji berkecambah. 2

iptek hortikultura

Gambar 5. Penyiraman pada awal pertumbuhan menggunakan embrat/gembor

Gambar 7. Bibit sehat dan siap tanam

dosis 2g/l F (NPK 15:15:15) pada umur satu minggu setelah semai kemudian diulang seminggu sekali. Selain itu, dilakukan pula pengendalian gulma dengan cara manual, yaitu disiangi dengan tangan.

ml/l), atau profenofos (Curacron 500 EC, 2 ml/l). Penyemprotan insektisida menggunakan sprayer kipas dan dilakukan pada sore hari (Moekasan et al. 2005). Setelah bibit berumur 5-6 minggu, bibit siap dipindahkan ke lapangan untuk ditanam (Gambar Pengendalian OPT 6). Bibit yang digunakan sebagai bahan tanam Untuk mengendalikan hama pada persemaian adalah bibit yang sehat dan sudah memiliki 2-4 seperti orong-orong, semut, dan cacing dapat helai daun (Gambar 7). digunakan umpan campuran bekatul 1 kg dan Dursban 50 ml (Basuki 2009). Untuk mengendalikan hama ulat bawang PUSTAKA yang menyerang, setelah bibit berumur satu bulan dapat digunakan insektisida berbahan aktif 1. Basuki, R.S. 2009. Analisis Kelayakan Teknis dan sipermetrin (Bestox 50 EC, 1 ml/l), piretroid Ekonomis Teknologi Budidaya Bawang Merah (Arrivo 30 EC), spinosad (Tracer 120 SC, 0,5 dengan Benih Biji Botani dan Benih Umbi Tradisional. J. Hort. 19(2):214-227.

2. Moekasan, T.K., L. Prabaningrum., dan M.L. Ratnawati. 2005. Penerapan PHT pada Sistem Tanam Tumpang Gilir Bawang Merah dan Cabai. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Monografi no. 19). 3. Permadi, A.H. 1993. Growing Shallots from True Seed. Research Results and Problems. Onion Newsletter for the Tropics. Natural Research Institute. United Kingdom. News Letter (3):35-38.

Gambar 6. Bibit siap tanam

4. Putrasamedja, S. 1995. Pengaruh Jarak Tanam pada Bawang Merah (Allium cepa var ascalonicum Backer) Berasal dari Biji terhadap Produksi. J. Hort. 5(1):76-80.

3

No. 6 - Agustus 2010

5. Rosliani, R., N. Sumarni, dan Suwandi. 2002. Pengaruh Kerapatan Tanaman, Naungan, dan Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Umbi Bawang Merah Mini Asal Biji. J. Hort. 12(1):28-34.

6. Sumarni, N., E. Sumiati, dan Suwandi. 2005. Pengaruh Kerapatan Tanaman dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh terhadap Produksi Umbi Bibit Bawang Merah Asal Biji Kultivar Bima. J. Hort. 15(3):208-214. Sopha, G.A. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Parahu 517 Lembang, Bandung 40391

4