TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK DEWAN SEBAGAI SALAH SATU MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE RATNA WARDHANI Universitas Indonesia ABSTRAKSI The objective of this research is to investigate the effect of board characteristics as part of corporate governance to conservatism in financial reporting. This research uses two measurements of conservatism, accrual as accounting based measure and book to market ratio as market based measure. Boards characteristics examine in this research are independency of boards, managerial ownership, and existence of audit committee. The result show that the existence of audit committee has a significant positive effect to conservatism measured by accrual, board independency has a significant positive effect to conservatism measured by book to market ratio, and managerial ownership has a significant negative effect to conservatism measured by book to market ratio. By using two proxy of conservatism, this research gives inconclusive evidence on the effect of board characteristic to conservatism. In conclusion, the effect of board characteristic to conservatism in financial reporting depends on the proxies to measure conservatism. Keywords: conservatism, accrual, book to market ratio, corporate governance, board characteristics, board independency, managerial ownership, and audit committee
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Prinsip akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles) memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam menentukan metode maupun estimasi akuntansi yang dapat digunakan. Fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan transaksi keuangan perusahaan. Dalam kondisi keragu-raguan, seorang manajer harus menerapkan prinsip akuntansi yang bersifat konservatis. Konservatisme dapat didefinisikan sebagai tendensi yang dimiliki oleh seorang akuntan yang mensyaratkan tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui laba (good news in earnings) dibandingkan mengakui rugi (bad news in earnings) (Basu, 1997).
Secara tradisional,
konservatisme dalam akuntansi dapat diterjemahkan melalui pernyataan “tidak mengantisipasi
keuntungan, tetapi mengantisipasi semua kerugian” (Bliss, 1924 dalam Watts, 2003a). Konservatisme dalam akuntansi ini mengimplikasikan adanya persyaratan verifikasi yang asimetris antara pengakuan laba dan rugi. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat perbedaan dalam verifikasi yang disyaratkan untuk pengakuan laba versus pengakuan rugi, maka semakin tinggi tingkat konservatisme akuntansinya (Watts, 2003a). Konservatisme akuntansi dalam perusahaan diterapkan dalam tingkatan yang berbeda-beda. Salah satu faktor yang sangat menentukan tingkatan konservatisme dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan adalah komitmen manajemen dan pihak internal perusahaan dalam memberikan informasi yang transparan, akurat dan tidak menyesatkan bagi investornya. Hal tersebut merupakan suatu bagian dari implementasi good corporate governance. Implementasi dari corporate governance
dilakukan oleh seluruh pihak dalam perusahaan, dengan aktor utamanya adalah
manajemen puncak perusahaan yang berwenang untuk menetapkan kebijakan perusahaan dan mengimplementasikan kebijakan tersebut. Salah satu dari kebijakan ini terkait dengan prinsip konservatisme yang digunakan oleh perusahaan dalam melaporkan kondisi keuangannya. Oleh karena itu, karakteristik dari manajemen puncak perusahaan akan mempengaruhi tingkatan konservatisme yang akan digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangannya. Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik dewan dengan tingkat konservatisme akuntansi. Ahmed dan Duellman (2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara praktek akuntansi yang konservatis dengan karakteristik board of directors 1 . Secara spesifik penelitian mereka menyimpulkan adanya hubungan yang negatif antara persentase
1
Board of director yang mengacu pada one tier system, dimana BOD berfungsi sebagai pihak yang melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen. Hasil-hasil penelitian di negara lain yang digunakan dalam penelitian ini kebanyakan mengacu pada fungsi BOD pada negara dengan one tier system. Di Indonesia, struktur dewan dalam perusahaan menganut two tier system dimana terdapat pemisahan antara direksi sebagai pengelola dan komisaris sebagai pihak yang melakukan pengawasan. Istilah BOD dalam negara yang menganut one tier system tidak memiliki arti yang sama dengan yang digunakan di Indonesia, namun peran BOD dapat dianalogikan dengan peran komisaris pada perusahaan di Indonesia. Oleh karena itu, istilah BOD dalam penelitian ini mengacu pada fungsi BOD pada perusahaan dengan one tier system dan istilah komisaris mengacu pada perusahaan pada two tier system.
inside directors dalam dewan dengan konservatisme dan hubungan yang positif antara persentase kepemilikan perusahaan oleh outside directors dan konservatisme. Secara keseluruhan penelitian ini menegaskan adanya bukti yang konsisten terhadap pendapat yang menyatakan bahwa konservatisme dalam akuntansi akan membantu direksi untuk mengurangi biaya agensi dalam perusahaan. Aspek lain dalam corporate governance yang berkaitan dengan board of directors adalah keberadaan komite audit dalam perusahaan. Komite audit merupakan pihak akhir yang memonitor proses pelaporan keuangan perusahaan dan mereka akan mempengaruhi kebijakan yang diambil perusahaan berkaitan dengan prinsip yang digunakan dalam pelaporan keuangan, termasuk didalamnya prinsip konservatisme. Dechow et al. (1996), McMullen (1996), dan Beasley et al. (2000) menyatakan bahwa adanya komite audit berhubungan dengan tingkat kecurangan yang lebih rendah. Selain itu, Krishnan dan Visuanathan (2006) membuktikan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme laporan keuangan dan latar belakang keahlian dari komite audit tersebut juga berkaitan secara positif terhadap konservatisme. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan pendapat yang menyatakan bahwa keahlian akuntansi yang dimiliki oleh komite audit memberikan kontribusi terhadap tingkat monitoring yang lebih besar oleh anggota komite audit tersebut sehingga akan meningkatkan tingkat konservatisme yang digunakan dalam proses pelaporan keuangan. Penelitian yang menghubungkan konservatisme akuntansi dengan karakteristik board of directors sebagai bagian dari implementasi corporate governance
belum banyak dilakukan,
terutama di Indonesia. Banyaknya kasus kecurangan di Indonesia secara tidak langsung mengindikasikan rendahnya tingkat konservatisme yang diterapkan oleh perusahaan dalam menyusun laporan keuangannya. Oleh sebab itu, penelitian ini hendak mengetahui bukti empiris bagaimana pengaruh dari karakteristik board sebagai motor dari implementasi corporate
governance terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Karakteristik board yang akan diteliti dalam penelitian ini berkaitan dengan independensi komisaris, kepemilikan oleh dewan, dan keberadaan komite audit. Tujuan dari penelitian ini yaitu: (i) mengetahui dan menganalisa pengaruh karakteristik board of directors yang terkait dengan independensi dari dewan komisaris terhadap praktek konservatisme di Indonesia; (ii) mengetahui dan menganalisa pengaruh karakteristik board of directors yang terkait dengan kepemilikan oleh dewan terhadap praktek konservatisme di Indonesia; (iii) mengetahui dan menganalisa pengaruh karakteristik board of directors yang terkait dengan keberadaan komite audit terhadap praktek konservatisme di Indonesia. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan praktisi. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai bagaimana pengaruh implementasi corporate governance yang terkait dengan karakteristik board of directors terhadap praktek konservatisme di Indonesia. Sedangkan bagi praktisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat konservatisme yang diterapkan oleh perusahaan dan pengaruh implementasi corporate governance
dan
implikasinya bagi investor. Penelitian ini akan terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama berisi pendahuluan yang akan membahas mengenai latar belakang penulisan, tujuan penelitian, dan ruang lingkupnya. Sedangkan bagian kedua adalah landasan teori dan pengembangan hipotesis. Pada bagian tiga akan dibahas mengenai metodologi penelitian yang berkaitan dengan pemilihan sampel, model empiris yang digunakan, operasionalisasi variabel, dan pengujian modelnya. Sedangkan pada bagian empat akan membahas mengenai hasil penelitian ini. Akhirnya, di bagian lima akan dibahas mengenai kesimpulan, keterbatasan, dan potensi bagi riset di masa mendatang.
2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 2.1. Konservatisme Akuntansi dan Implementasi Corporate Governance Teori agensi menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan maka akan muncul permasalahan agensi karena masing-masing pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi utilitasnya (Jensen & Meckling,1976). Untuk meminimalisasi permasalahan agensi tersebut, maka dibuatlah kontrak-kontrak dalam perusahaan baik kontrak antara pemegang saham dengan manajernya maupun kontrak antara manajemen dengan karyawan, pemasok, dan kreditur. Namun, konflik tersebut tidak dapat diatasi secara menyeluruh dengan menggunakan kontrak tersebut karena biaya untuk membuat kontrak yang lengkap sangatlah mahal, dan apabila tidak merupakan hal yang tidak mungkin (Fama dan Jensen, 1983; Hart, 1995). Jadi, dalam kondisi dimana kontrak tidak dapat dibuat secara sempurna, mekanisme corporate governance memainkan peranan dalam memitigasi konflik tersebut. Mekanisme corporate governance (seperti board of directors, kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, pengawasan oleh tenaga kerja, auditor, dan lain-lain) berbeda antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dalam mekanisme corporate governance , board of directors memegang peranan yang sangat vital. Dalam proses pelaporan keuangan, board of directors membutuhkan informasi yang akurat agar dapat memonitor kinerja manajer secara efektif dan efisien. Sistem akuntansi dan pelaporan keuangan merupakan salah satu informasi yang dapat diandalkan dalam memonitor dan mengevaluasi manajer dan dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan strategi (Watts dan Zimmerman, 1986; Bushman dan Smith, 2001 dalam Ahmed dan Duellman, 2007). Konservatisme merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting dalam sistem akuntansi perusahaan yang dapat membantu board of directors dalam mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas
informasi laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan harga sahamnya (Watts, 2003, 2006 dalam Ahmed dan Duellman, 2007). Ahmed dan Duellman (2007) menyatakan bahwa
board of directors yang kuat akan
mensyaratkan konservatisme yang lebih tinggi sehingga dapat membantunya dalam mengurangi biaya agensi yang timbul karena adanya informasi yang asimetris antara manajer dengan pihak lain. Sedangkan Ball (2001) yang menyatakan bahwa konservatisme akan memfasilitasi implementasi governance melalui perannya sebagai fungsi monitoring terhadap kebijakan investasi perusahaan. Dengan mensyaratkan pengakuan yang lebih cepat atas ekspektasi kerugian, konservatisme membantu manajer untuk mengidentifikasikan proyek yang memiliki NPV negatif atau investasi yang memiliki kinerja buruk. Konservatisme juga akan membatasi kerugian yang mungkin muncul dari keputusan investasi yang berkinerja buruk dan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan (Ahmed dan Duellman, 2007). Argumentasi di atas menunjukkan bahwa konservatisme merupakan alat yang sangat berguna bagi board of directors (terutama direksi luar) dalam menjalankan fungsi mereka sebagai pengambil keputusan dan pihak yang memonitor manajemen. Berdasarkan pandangan tersebut, maka kekuatan karakteristik dari board of directors sebagai salah satu mekanisme corporate governance akan berhubungan secara positif dengan konservatisme akuntansi.
2.2. Pengembangan Hipotesis Penelitian ini akan meneliti karakteristik board of directors yang secara spesifik berkaitan dengan independensi dari komisaris, kepemilikan perusahaan oleh komisaris dan direksi, dan ada/tidaknya komite audit. Karakteristik dewan tersebut merupakan mekanisme
corporate
governance yang sangat penting yang akan mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam pelaporan kondisi keuangan perusahaan, terutama yang terkait dengan konservatisme akuntansi.
2.2.1. Independensi Komisaris Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan. Keberadaan komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen (terutama CEO) dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya. Dalam menjalankan fungsinya, komisaris independen akan sangat membutuhkan informasi yang akurat dan berkualitas. Konservatisme merupakan alat yang sangat berguna bagi board of directors (terutama komisaris independen) dalam menjalankan fungsi mereka sebagai pengambil keputusan dan pihak yang memonitor manajemen. Board of directors yang kuat (board of directors yang didominasi oleh komisaris independen) akan mensyaratkan informasi yang lebih berkualitas sehingga mereka akan cenderung untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi yang lebih konservatif. Dilain pihak, board of directors yang didominasi oleh pihak internal atau board of directors yang memiliki insentif monitoring yang lemah akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi manajer untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih agresif (kurang konservatif) (Ahmed dan Duellman, 2007). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini: H1: Independensi dari komisaris berpengaruh secara positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan
2.2.2. Kepemilikan Perusahaan oleh Komisaris dan Direksi Jensen & Meckling (1976) membentuk suatu teori yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen akan menurunkan permasalahan agensi karena semakin banyak saham yang
dimiliki oleh manajemen maka semakin kuat motivasi mereka untuk bekerja dalam meningkatkan nilai saham perusahaan. Berdasarkan teori agensi klasik, semakin besar kepemilikan oleh inside directors (komisaris yang terafiliasi/ komisaris diluar komisaris independen) akan mengarahkan pada kesesuaian tujuan antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Namun, dilain pihak sebagai pemilik inside directors dapat mempergunakan kekuatan votingnya untuk melakukan ekspropriasi terhadap perusahaan. Dalam konteks konservatisme, kepemilikan oleh inside directors dan manajemen ini memiliki dua pandangan yang berbeda. Kepemilikan oleh inside directors dan manajemen ini dapat berperan sebagai fungsi monitoring dalam proses pelaporan keuangan, dan juga dapat menjadi faktor pendorong dilakukannya ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Apabila inside directors dan manajemen menjalankan fungsi monitoringnya dengan baik, maka ia akan mensyaratkan informasi dari pelaporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi sehinga mereka akan menuntut penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi pula. Namun, apabila kepemilikan mereka tersebut justru mendorong dilakukannya ekspropriasi terhadap perusahaan, maka mereka akan lebih cenderung untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih liberal (lebih agresif). LaFond dan Roychowdhury (2007) menyatakan bahwa konservatisme dalam pelaporan keuangan ini merupakan salah satu mekanisme dalam mengatasi permasalahan agensi ketika timbul pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian. Mereka menghipotesiskan bahwa dengan semakin kecilnya kepemilikan manajerial maka permasalahan agensi yang muncul akan semakin besar sehingga permintaan atas laporan yang bersifat konservatif akan semakin meningkat. Konsisten dengan hipotesa tersebut, mereka menemukan adanya hubungan yang negatif antara kepemilikan manajerial dengan konservatisme yang diukur dengan menggunakan ukuran asymmetric timeliness dari pengakuan laba dan rugi.
Wu (2006) juga meneliti dampak dari kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba yang salah satu ukurannya adalah konservatisme dalam pelaporan keuangan. Ia menghipotesiskan hubungan dua arah antara kedua variabel tersebut. Di satu sisi, manajer dengan kepemilikan ekuitas tinggi akan memilih untuk menggunakan tingkat konservatisme yang lebih rendah untuk menghindari penurunan harga saham. Di sisi lain, akuntansi yang lebih konservatif akan digunakan karena kreditor yang rasional akan mengekspektasikan manajer dengan kepemilikan yang tinggi akan lebih sejalan dengan pemegang saham sehingga kreditor tersebut butuh mekanisme tertentu untuk melindungi nilai investasi mereka. Selain itu, pemegang saham juga akan melihat adanya potensi dilakukannya manajemen laba dengan semakin besarnya kepemilikan manajerial tersebut sehingga menuntut tingkat konservatisme yang tinggi untuk menghindari oportunistik jangka pendek dari manajer. Hasil penelitian Wu (2006) menyimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki persentase kepemilikan manajerial yang lebih tinggi menunjukkan pola yang lebih konservatif dalam pelaporan pendapatannya. Hal ini menunjukkan bukti bahwa ada hubungan yang positif antara kepemilikan manajerial dengan tingkat konservatisme dalam perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hubungan antara kepemilikan oleh inside directors dan manajemen dengan tingkat konservatisme yang digunakan sebagai prinsip penyusunan laporan keuangan dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak ada prediksi yang a priori terhadap arah hubungan keduanya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini: H2: Kepemilikan oleh komisaris yang terafiliasi dan direksi dalam perusahaan berhubungan dengan tingkat konservatisme akuntansi perusahaan
2.2.3. Komite Audit
Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisairs untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal dan eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Dengan adanya komite audit dalam suatu perusahaan, maka proses pelaporan keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik. Komite audit ini akan memastikan bahwa perusahaan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan perusahaan yang akurat dan berkualitas. Oleh karena itu keberadaan komite audit ini akan mendorong penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi dalam proses pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit ini akan meningkatkan kualitas keseluruhan dari proses pelaporan keuangan perusahaan dengan penggunaan prinsip konservatisme. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini: H3: Keberadaan komite audit akan berpengaruh secara positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan
3. Metodologi Penelitian 3.1.
Sumber Data dan Pemilihan Sampel Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari Indonesian Capital Market
Directory (ICMD). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Adapun kriteria yang digunakan yaitu: (i) terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2003 hingga 2006; (ii) perusahaan yang bergerak pada industri manufaktur; (iii) memiliki nilai buku ekuitas positif; (iv) terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan berturut-turut dari tahun 2003 hingga 2006.
3.2.
Model Penelitian Penelitian ini akan menggunakan dua ukuran tersebut sebagai ukuran konservatisme yaitu
dengan menggunakan ukuran akrual dan nilai pasar. Ukuran konservatisme dengan menggunakan akrual, sesuai dengan Givoly dan Hayn (2000). Nilai yang digunakan sebagai proksi dari tingkat konservatisme adalah nilai rata-rata selama tiga tahun dengan nilai tengah pad periode t, dikali dengan negatif satu untuk memastikan bahwa nilai yang positif mengindikasikan konservatisme yang lebih tinggi. Intuisi dalam ukuran ini adalah bahwa akuntansi yang konservatif merupakan hasil dari akrual negatif yang persisten (Givoly dan Hayn, 2000). Semakin negatif tingkat akrual rata-rata selama periode tertentu, maka prinsip akuntansi yang digunakan semakin konservatif. Tujuan dari perata-rataan selama periode tertentu adalah untuk memitigasi dampak dari nilai akrual yang besar yang bersifat temporer, karena akrual memiliki kecenderungan untuk membalik pada periode satu hingga dua tahun (Richardson et al., 2005). Sedangkan ukuran konservatisme berdasarkan nilai pasar perusahaan merupakan nilai rasio book-to-market perusahaan (Beaver dan Ryan, 2000). Nilai tersebut dikali dengan nilai negatif satu agar nilai positif mencerminkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi. Hal ini karena apabila perusahaan menggunakan prinsip konservatisme, maka nilai buku perusahaan akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai pasarnya sehingga rasio book-to-market akan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan prinsip konservatisme. Kedua ukuran konservatisme tersebut di atas merupakan variabel dependen dalam model penelitian. Sedangkan karakteristik dewan yang akan diteliti dalam penelitian ini berkaitan dengan independensi dari komisaris, kepemilikan perusahaan oleh komisaris dan direksi, dan ada/tidaknya komite audit. Karakteristik dewan tersebut merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini menggunakan beberapa variabel pengendali. Pertama, kepemilikan institusional sebagai salah satu variabel pengendali sesuai dengan Ahmed dan Duellman (2007).
Hal ini dikarenakan kepemilikan oleh investor institusional merupakan mekanisme alternatif dari corporate governance. Dengan adanya kepemilikan saham oleh investor institusional yang tinggi ini maka pemegang saham institusionl ini dapat menggantikan atau memperkuat fungsi monitoring dari dewan dalam perusahaan. Kedua, mengendalikan dampak dari ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan akan mempengaruhi tingkat biaya politis yang dihadapi perusahaan sehingga akan mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatis (Watts dan Zimmerman, 1978). Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan menghadapi biaya politis yang lebih tinggi, sehingga akan mendorong mereka untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi yang konservatis untuk mengurangi biaya politis tersebut. Ketiga, mengendalikan dampak pertumbuhan penjualan . Ahmed et al. (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan akan mempengaruhi konservatisme melalui ukuran akrual dan nilai pasar karena pertumbuhan penjualan akan mempengaruhi tingkat akrual perusahaan seperti persediaan dan piutang dan pertumbuhan penjualan yang tinggi seringkali meningkatkan ekspektasi pasar terhadap arus kas di masa depan sehingga akan mempengaruhi ukuran konservatisme melalui nilai pasar (dalam Ahmed dan Duellman, 2007). Keempat, mengendalikan profitabilitas perusahaan karena perusahaan yang lebih menguntungkan cenderung untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi konservatis (Ahmed et al., 2002). Kelima, mengendalikan dampak dari leverage terhadap konservatisme. Hal ini karena semakin tinggi tingkat leverage maka semakin besar kemungkinan konflik yang akan muncul antara pemegang saham dan pemegang obligasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan kontraktual terhadap akuntansi yang konservatis (Ahmed dan Duellman, 2007). Akhirnya, untuk pengukuran konservatisme dengan menggunakan nilai pasar penelitian ini mengikuti Beaver dan Ryan (2000) yang memasukkan return saham kini dan lag return satu tahun dalam regresi pada ukuran konservatisme dengan nilai pasar. Berdasarkan penjelasan diatas, maka model penelitian yang dibentuk adalah sebagai berikut:
i) Konservatisme dengan ukuran akrual KON-ACCi,t = β0 + β1INDEP_COMi,t + β2BOARD_OWNi,t + β3COM_AUDi,t + β4INS_OWNi,t + β5FIRM_SIZEi,t + β6SALES_GROWTHi,t + β7PROFi,t + β8 LEVi,t + εi,t (1) Dimana: KON-ACCi,t
: Tingkat konseratisme dengan ukuran akrual perusahaan i pada waktu t
COM_SIZEi,t
: Jumlah komisaris (termasuk komisaris independen) perusahaan i pada waktu t
INDEP_COMi,t
: Proporsi komisaris independen terhadap jumlah total komisaris perusahaan i pada waktu t
BOARD_OWNi,t
: Persentase kepemilikan saham oleh komisaris dan direksi perusahaan i pada waktu t
COM_AUDi,t
: Ada atau tidaknya komite audit pada perusahaan i pada waktu t
INS_OWNi,t
: Persentase kepemilikan saham oleh institusi keuangan pada perusahaan i pada waktu t
FIRM_SIZEi,t
: Rata-rata total aset perusahaan i pada waktu t
SALES_GROWTHi,t : Pertumbuhan penjualan perusahaan i pada waktu t PROFi,t
: Profitabilitas perusahaan i pada waktu t
LEVi,t
: Leverage (tingkat hutang) perusahaan i pada waktu t
ii) Konservatisme dengan ukuran nilai pasar KON-MKTi,t = β0 + β1INDEP_COMi,t + β2BOARD_OWNi,t + β3COM_AUDi,t + β4INS_OWNi,t + β5FIRM_SIZEi,t + β6SALES_GROWTHi,t + β7PROFi,t + β8LEVi,t + β9CURR_RETi,t+ β10 LAG_RETi,t+ εi,t (2) Dimana: KON-MKTi,t
: Tingkat konservatisme dengan ukuran pasar (rasio book-to-market) perusahaan i pada waktu t
CURR_RETi,t
: Holding period return satu tahun perusahaan i pada waktu t
LAG_RETi,t
: Return periode sebelumnya
Ekspektasi dari model diatas adalah: β1 > 0, β2 ≠ 0, β3 > 0, β4 > 0, β5 > 0, β6 > 0, β7 > 0, β8 > 0, β9 > 0, β10 > 0 Operasionalisasi varibel yang digunakan dalam model tersebut diatas dapat dilihat pada Tabel 1 pada Lampiran 1.
3.3.
Pengujian Model Model di atas akan diestimasi dengan menggunakan regresi OLS dengan pooled data dan
analisis panel data dengan menggunakan model efek tetap. Dalam pengujian ini juga akan diuji terpenuhinya asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimate) dimana model tersebut harus memenuhi asumsi terdistribusi secara normal, tidak terjadi heteroskedastisitas, tidak terjadi multicollinearity, dan tidak terjadi autokorelasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan software statistik SPSS untuk mendapatkan estimasi dari nilai parameter dalam model.
4. Analisis Hasil Penelitian 4.1. Statististik Deskriptif Penelitian ini mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan laporan keuangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Total sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari 69 perusahaan yang terdiri dari 235 firm year. Karakteristik dari sampel dapat dilihat dari Tabel 2 pada Lampiran 2. Dari Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa proporsi komisaris independen rata-rata sebesar 0.277. Jumlah ini masih sedikit dibawah yang disyaratkan oleh Bapepam yaitu 33%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah mulai menaati aturan Bapepam yang dikeluarkan sejak tahun 2002, namun secara rata-rata keseluruhan dari tahun 2002 hingga 2006 masih belum memenuhi ketentuan yang berlaku. Sedangkan untuk variabel komite
audit sebagian besar perusahaan telah memiliki komite audit untuk tahun laporan keuangan 2005 dan 2006, namun secara rata-rata keseluruhan dari tahun 2002 hingga 2006 sebagian besar perusahaan belum memiliki komite audit.
4.2. Analisis Pengaruh Karakteristik Dewan terhadap Tingkat Konservatisme Untuk menginvestigasi dan menganalisa pengaruh implementasi corporate governance yang terkait dengan karakteristik dewan terhadap praktek konservatisme di Indonesia maka dilakukan pengujian dengan menggunakan persamaan regresi yang telah dijelaskan pada Model 1 dan 2 di atas. Hasil pengujian Model 1 dapat dilihat pada Tabel 3 pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa angka R square sebesar 0,570 yang berarti bahwa 57,0% dari konservatisme akrual dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model tersebut dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Sedangkan F test menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel independen dalam model tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan uji t untuk masing-masing variabel menunjukkan variabel yang berhubungan dengan karakteristik dewan, hanya variabel COM_AUD signifikan pada level 5%. Penelitian ini tidak dapat membuktikan pengaruh dari independensi komisaris dan kepemilikan manajerial terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan yang diukur dengan menggunakan ukuran akrual. Sedangkan variabel control yang signifikan adalah FIRM_SIZE (dengan tingkat signifikansi 1%), PROF (dengan tingkat signifikansi 1%), dan LEV (dengan tingkat signifikansi 1%). Variabel COM_AUD signifikan positif dengan nilai koefisien sebesar 0,0213 dan nilai p sebesar 0,052. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel COM_AUD mempengaruhi konservatisme akuntansi yang diukur dengan nilai akrual secara positif, yaitu keberadaan komite audit akan meningkatkan konservatisme akuntansi perusahaan. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang
telah dibentuk pada Hipotesis 3. Hasil di atas menunjukkan bahwa dengan adanya komite audit dalam suatu perusahaan, maka proses pelaporan keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik. Oleh karena itu keberadaan komite audit ini akan mendorong penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi dalam proses pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit ini akan meningkatkan kualitas keseluruhan dari proses pelaporan keuangan perusahaan dengan penggunaan prinsip konservatisme. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan justru berhubungan negatif dengan tingkat konservatisme akrual perusahaan. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan besar akan cenderung menggunakan prinsip akuntansi yang kurang konservatif (lebih agresif) dengan menggunakan media akrual. Variabel kontrol lainnya yang juga signifikan adalah PROF dan LEV dengan tanda signifikan positif. Variabel ini menunjukkan bahwa semakin besar profitabilitas dan tingkat hutang perusahaan maka tingkat konservatisme akuntansi dengan ukuran akrual akan semakin besar. Adapun hasil pengujian Model 2 dapat dilihat pada Tabel 4 pada Lampiran 2. Berdasarkan Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa angka R square sebesar 0,154 yang berarti bahwa hanya 15,4% dari konservatisme pasar dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model tersebut dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Sedangkan F test menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel independen dalam model tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan uji t untuk masing-masing variabel menunjukkan variabel yang berhubungan dengan karakteritik dewan yaitu INDEP_COM dan BOARD_OWN signifikan pada level 1%. Penelitian ini tidak dapat membuktikan pengaruh dari COM_AUD terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan yang diukur dengan menggunakan ukuran pasar. Sedangkan variabel control yang signifikan adalah PROF dan CURR_RET dengan tingkat signifikansi 1%.
Variabel INDEP_COM signifikan dengan nilai koefisien sebesar 1,696 dan nilai p sebesar 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel INDEP_COM mempengaruhi konservatisme akuntansi yang diukur dengan nilai rasio book-to-market secara positif, yaitu semakin tinggi proporsi komisaris independen terhadap total jumlah komisaris maka semakin besar pula tingkat konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran pasar. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang telah dibentuk pada Hipotesis 2. Hasil di atas menunjukkan bahwa board of directors yang kuat (dewan yang memiliki komisaris independent dalam proporsi lebih tinggi) akan mensyaratkan informasi yang lebih berkualitas sehingga mereka akan cenderung untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi yang lebih konservatif. Dilain pihak, board of directors yang didominasi oleh pihak internal atau board of directors yang memiliki insentif monitoring yang lemah akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi manajer untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih agresif (kurang konservatif) (Ahmed dan Duellman, 2007). Variabel BOARD_OWN signifikan dengan nilai koefisien sebesar -0,048 dan nilai p sebesar 0,090. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel BOARD_OWN mempengaruhi konservatisme akuntansi yang diukur dengan nilai rasio book-to-market secara negatif, yaitu semakin tinggi kepemilikan oleh dewan maka semakin rendah tingkat konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran pasar. Wu (2006) menjelaskan bahwa hubungan negatif antara konservatisme dengan kepemilikan manajerial dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan manajer dengan kepemilikan ekuitas tinggi akan memilih untuk menggunakan tingkat konservatisme yang lebih rendah untuk menghindari penurunan harga saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan LaFond dan Roychowdhury (2007) yang menyatakan bahwa konservatisme dalam pelaporan keuangan ini merupakan salah satu mekanisme dalam mengatasi permasalahan agensi ketika timbul pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian. Dengan semakin kecilnya
kepemilikan manajerial maka permasalahan agensi yang muncul akan semakin besar sehingga permintaan atas laporan yang bersifat konservatif akan semakin meningkat. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa PROF dan CURR_RET berpengaruh secara positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran pasar pada level 1%. hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan dan semakin besar return sahamnya maka semakin tinggi pula tingkat konservatisme yang diukur dengan ukuran pasar.
5. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik board of directors sebagai bagian dari implementasi corporate governance terhadap praktek konservatisme. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dibentuk model penelitian yang menghubungkan antara tingkat konservatisme dengan karakteristik board of directors. Penelitian ini menggunakan dua ukuran konservatisme yaitu ukuran akrual dan nilai pasar. Sedangkan karakteristik board of directors yang diteliti dalam penelitian ini mencakup independensi dari komisaris, kepemilikan perusahaan oleh komisaris dan direksi, dan ada/tidaknya komite audit. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap tingkat konservatisme dengan menggunakan ukuran akrual. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan adanya komite audit dalam suatu perusahaan, maka proses pelaporan keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik. Komite audit ini akan memastikan bahwa perusahaan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan perusahaan yang akurat dan berkualitas melalui penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi dalam proses pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian ini tidak dapat membuktikan pengaruh dari independensi komisaris dan kepemilikan manajerial terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan yang diukur dengan menggunakan ukuran akrual.
Lebih lanjut, dengan menggunakan ukuran konservatisme pasar, penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi komisaris independen terhadap total jumlah komisaris maka semakin besar pula tingkat konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran pasar. Hasil di atas menunjukkan bahwa board of directors yang kuat (dewan yang memiliki komisaris independent dalam proporsi lebih tinggi) akan mensyaratkan informasi yang lebih berkualitas sehingga mereka akan cenderung untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi yang lebih konservatif (Ahmed dan Duellman, 2007). Kemudian, penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan oleh dewan maka semakin rendah tingkat konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran pasar. Wu (2006) menjelaskan bahwa hubungan negatif antara konservatisme dengan kepemilikan manajerial dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan manajer dengan kepemilikan ekuitas tinggi akan memilih untuk menggunakan tingkat konservatisme yang lebih rendah untuk menghindari penurunan harga saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan LaFond dan Roychowdhury (2007) yang menyatakan bahwa konservatisme dalam pelaporan keuangan ini merupakan salah satu mekanisme dalam mengatasi permasalahan agensi ketika timbul pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian. Dengan semakin kecilnya kepemilikan manajerial maka permasalahan agensi yang muncul akan semakin besar sehingga permintaan atas laporan yang bersifat konservatif akan semakin meningkat. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan institusional dalam struktur kepemilikan perusahaan maka semakin mendorong penggunaan prinsip akuntansi yang konservatis yang diukur dengan ukuran akrual, perusahaan besar dan perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang baik akan cenderung menggunakan prinsip akuntansi yang kurang konservatif (lebih agresif) dengan menggunakan media akrual, dan semakin besar profitabilitas dan tingkat hutang perusahaan maka tingkat konservatisme akuntansi dengan ukuran akrual akan semakin besar. Kemudian variabel profitabilitas dan return berjalan berpengaruh secara positif
terhadap tingkat konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran pasar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan dan semakin besar return sahamnya maka semakin tinggi pula tingkat konservatisme yang diukur dengan ukuran pasar. Dengan menggunakan dua proxi ukuran konservatisme yang berbeda, penelitian ini menemukan bukti yang tidak konsisten tentang pengaruh karakteritik dewan terhadap tingkat konservatisme. Oleh sebab itu penelitian ini menyimpulkan bahwa pengaruh karakteristik dewan terhadap tingkat konservatisme akuntansi sangat dipengaruhi oleh ukuran konservatisme yang digunakan. Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu: (1) Sedikitnya rentang waktu periode penelitian yaitu dari tahun 2003 hingga 2006. Hal ini dikarenakan implementasi corporate governance di Indonesia baru mulai efektif pada tahun 2003. Penelitian selanjutnya dapat memperbaiki kelemahan tersebut dengan mengambil periode waktu yang lebih panjang; (2) Penelitian ini hanya menggunakan dua ukuran konservatisme yaitu akrual dan ukuran pasar. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan ukuran lain dari konservatisme agar mendapatkan hasil yang lebih komprehensif; (3) Penelitian ini hanya menggunakan tiga ukuran dari karakteristik dewan yaitu independensi dewan, kepemilikan dewan dan keberadaan komite audit. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah karakteristik dewan dan efektifitas dewan dalam mengimplementasikan corporate governance di perusahaannya.
DAFTAR REFERENSI Agrawal and Chadha, 2005. Corporate governance and accounting scandals. Journal of Law and Economics. Agrawal, A., Knoeber, C., 1996. Firm performance and mechanisms to control agency problems between managers and shareholders. Journal of Financial and Quantitative Analysis 31, 377–396. Ahmed, A.S., Duellman, S., 2007. Accounting conservatism and board of director characteristics: An empirical analysis, Journal of Accounting and Economics Ahmed, A.S., R.M. Morton and T.F. Schaefer. 2000. Accounting conservatism and the valuation of accounting numbers: Evidence on the Feltham-Ohlson (1996) model. Journal of Accounting, Auditing & Finance 15 (Summer): 271-292. Ahmed, A.S., Billings, B.K., Morton, R.M., Stanford-Harris, M., 2002. The role of accounting conservatism in mitigating bondholder–shareholder conflicts over dividend policy and in reducing debt costs. The Accounting Review 77, 867–890. Ahmed, A.S., 1994. Accounting earnings and future economic rents: an empirical analysis. Journal of Accounting and Economics 17, 377–400. Ball, R., 2001. Infrastructure requirements for an economically ef.cient system of public .nancial reporting and disclosure. Brookings–Wharton Papers on Financial Services, pp. 127–169. Ball, R., S.P. Kothari, and A. Robin. 2000. The effect of international institutional factors on properties of accounting earnings. Journal of Accounting and Economics 29 (February): 1–51. Basu, S., 1997. The conservatism principle and the asymmetric timeliness of earnings. Journal of Accounting and Economics 24, 3–37. Beasley, M. S. , 1996. An Empirical Analysis of the Relation between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review, vol. 71 no. 4 (Oct.), pp: 443-465 Beasley, M.S., J.V. Carcello, and P.R. Hermanson. 1999. Fraudulent financial reporting: 1987–97, an analysis of U.S. public companies. Research Report Commissioned by the Committee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO), Jersey City, NJ: AICPA. Beaver, W.H., Ryan, S.G., 2000. Biases and lags in book value and their effects on the ability of the book-tomarket ratio to predict book return on equity. Journal of Accounting Research 38, 127–148. Beekes, W., Pope, P., Young, S., 2004. The link between earnings timeliness, earnings conservatism and board composition: evidence from the UK. Corporate Governance: An International Review 12, 47–59. Berle, A.A., Means, G.C., 1932. The Modern Corporation and Private Property. MacMillan, New York. Boone, A., Field, L., Karpoff, J., Rahega, C., 2006. The determinants of corporate board size: an empirical analysis. Working Paper, Vanderbilt University. Bushman, R., Smith, A., 2001. Financial accounting information and corporate governance. Journal of Accounting and Economics 32, 237–333. Dechow, P.M., R.G. Sloan and A.P. Sweeney, 1996, Cases and consequences of earnings manipulations: an analysis of firms subject to enforcement actions by the SEC, Contemporary Accounting Research 13 (1996) (1), pp. 1–36. Dewi, A. A. A. Ratna., 2004. Pengaruh konservatisma laporan keuangan terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 7 No. 2, Mei: 207-223.
Fama, E.F., Jensen, M.C., 1983. Separation of ownership and control. Journal of Law and Economics 26, 301–325. Feltham, G.E., and J.A. Ohlson. 1995. Valuation and clean surplus accounting for operating and financial activities. Contemporary Accounting Research 11 (Spring): 689–731. Givoly, D., Hayn, C., 2000. The changing time-series properties of earnings, cash flows and accruals: has financial reporting become more conservative? Journal of Accounting and Economics 29, 287–320. Givoly, D. and C. Hayn. 2002. Rising conservatism: Implications for financial analysis. Financial Analyst Journal (January/February): 56–74. Givoly, D., Hayn, C., Natarajan, A., 2007. Measuring reporting conservatism. The Accounting Review 82, 65–106. Greenball, M., 1969. Appraising alternative methods of accounting for accelerated tax depreciation: A relative accuracy approach. Journal of Accounting Research: 262-289. Gujarati, Damodar N., 2003. Basic Econometrics 4th ed, McGraw Hill. Hart, O., 1995. Corporate governance: some theory and implications. The Economic Journal 105, 678–689. Hermalin, B.E., Weisbach, M.S., 2003. Boards of directors as an endogenously determined institution: a survey of the economic literature. Economic Policy Review 9, 7–26. Holthausen, R.W., and R.L. Watts. 2001. The relevance of value-relevance literature for financial accounting standard setting. Journal of Accounting and Economics 31 (September): 3–75. Jensen, Michael, and William Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and ownership Structure, Journal of Financial Economics, 3, 305-360. Jensen, M.C., 1993. The modern industrial revolution, exit and failure of internal control systems. Journal of Finance 48, 831–880. Krishnan, Gopal V., and Gnanakumar Visuanathan. 2006. Does SOX definition of accounting expert matter? The association between audit committee director’s expertise and conservatism, Working Paper, Goerge Manson University – Accounting Program. LaFond, Ryan., and Sugata Roychowdhury., 2007. Managerial ownership and accounting conservatism. Working Paper, Massachusetts Institute of Technology. Leftwich, R., Watts, R., Zimmerman, J., 1981. Voluntary corporate disclosure: the case for interim reporting. Journal of Accounting Research 19, 50–77. Lindenberg, B., Ross, S., 1981. Tobin’s q ratio and industrial organization. Journal of Business 51, 1–32. Liu, Jing., and James A. Ohlson., 1999. The Feltham-Ohlson (1995) model: Empirical implications. Social Science Research Network: 1-18. Lorsch, J.W. 1989. Pawns or Potentates: The Reality of America’s Corporate Board. Boston Harvard Business School Press. Lubberink, M., and G. Huiggen. 2001. A wealth-based explanation for earnings conservatism. Working paper, Lancaster University, UK. Mayangsari, Sekar., dan Wilopo., 2002. Konservatisme akuntansi, value relevance dan discretionary accruals: Implikasi empiris model Feltham-Ohlson (1996). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 5 No. 3 September: 291-310. Mizruchi, M. S., 1983. Who Control Whom? An Examination of the Relation between Management and boards of Directors in Large American Corporation. Academy of Management Review, 8, 426-435. Penman, S. and X. Zhang. 2002. Accounting conservatism, the quality of earnings, and stock returns. The Accounting Review 77.2 (April): 237–264.
Richardson, S.A., Sloan, R.G., Soliman, M.T., Tuna, I.A., 2005. Accrual reliability, earnings persistence and stock prices. Journal of Accounting and Economics 39, 437–485. Roychowdhury, S., Watts, R.L., 2006. Asymmetric timeliness of earnings, market-to-book and conservatism in financial reporting. Journal of Accounting and Economics. Shleifer, Andrei., Robert Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. The Journal of Finance. June, Vol. 52 (2), 737-783. Warfield, T.D., Wild, J.J., Wild, K.L., 1995. Managerial ownership, accounting choices, and informativeness of earnings. Journal of Accounting and Economics 20, 61–92. Watts, R.L., 2003a. Conservatism in accounting part I: explanations and implications. Accounting Horizons 17, 207–221. Watts, R.L. 2003b. Conservatism in accounting part 2: Evidence and research opportunities. Accounting Horizons (December): 287–301. Watts, R.L., Zimmerman, J.L., 1978. Toward a positive theory of the determination of accounting standards. The Accounting Review 53, 112–134. Watts, R. dan J. Zimmerman. 1986 Positive Accounting Theory. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ. Watts, R.L. 1993. A proposal for research on conservatism. Working paper, University of Rochester (presented at American Accounting Association national meeting, San Francisco, CA). Watts, R.L., 2006. What has the invisible hand achieved. Working Paper, Massachusetts Institute of Technology. Wilopo 2006, Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi: Studi pada perusahaan publik dan badan usaha milik negara di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 21-69. Shuo, Wu., 2006. Managerial ownership and earnings quality. Working Paper, Sauder School of Business University of British Columbia Yermack, 1996 D. Yermack, Higher market valuations of companies with a small board of directors, Journal of Financial Economics 40 (1996), pp. 185–211.
LAMPIRAN 1 OPERASIONALISASI VARIABEL Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Nama Variabel Konservatisme
Operasionalisasi Variabel Ukuran Akrual Yaitu selisih dari laba sebelum extra-ordinary items dikurangi arus kas operasi ditambah biaya depresiasi dan dideflasikan oleh rata-rata total aktiva. Nilai yang digunakan sebagai proksi dari tingkat konservatisme adalah nilai rata-rata selama tiga tahun dengan nilai tengah pad periode t, dikali dengan negatif satu untuk memastikan bahwa nilai yang positif mengindikasikan konservatisme yang lebih tinggi. Ukuran Nilai Pasar Yaitu nilai rasio book-to-market perusahaan. Nilai tersebut dikali dengan nilai negatif satu agar nilai positif mencerminkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi.
Komisaris Independen
Jumlah komisaris independen dibagi dengan total jumlah komisaris. Informasi mengenai jumlah Komisaris Independen diperoleh dari Laporan Tahunan perusahaan dan dari pengumuman yang dikeluarkan oleh BEI. Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh komisairs terafiliasi (diluar komisaris independen) dan direksi dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. Variabel dummy dengan nilai 1 untuk perusahaan yang memiliki komite audit, dan nilai 0 untuk lainnya. Informasi mengenai ada atau tidaknya komite audit diperoleh dari Laporan Tahunan perusahaan dan dari pengumuman yang dikeluarkan oleh BEI. Lamanya pengalaman komite audit di bidang akuntansi dan keuangan. Informasi mengenai lamanya pengalaman tersebut dilihat dari annual report perusahaan. Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. Investor institusional mencakup bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya. Logaritma natural dari rata-rata Total Aset. Rata-rata Total Aset adalah jumlah total aset periode t dan t-1 dibagi 2. Persentase pertumbuhan total penjualan secara tahunan yang diukur dengan cara total penjualan tahun t dikurangi dengan total penjualan tahun t-1 dibagi dengan total penjualan tahun t-1. Diukur dengan menggunakan ukuran arus kas dari operasi dibagi dengan rata-rata total aset. Total hutang jangka panjang dibagi dengan rata-rata total aset.
Kepemilikan oleh Komisaris dan Direksi Keberadaan Komite Audit
Latar Belakang Komite Audit Kepemilikan Institusional
Ukuran Perusahaan Pertumbuhan Penjualan Profitabilitas Leverage
LAMPIRAN 2 HASIL OUTPUT STATISTIK Tabel 2 Statistik Deskriptif Mean KON_ACC 3,82E-02 PROP_KI ,2876187 MGRL_OWN 1,8215033 INS_OWN 11,29071 KA ,5061728 SIZE 27,07539 SALES GROWTH ,1825213 PROF 4,71E-02 LEV ,1737733
Std. Deviation 9,875396E-02 ,1686760 4,7211740 19,0621104 ,5015122 1,4727904 ,3634219 ,1186397 ,1798367
N 162 162 162 162 162 162 162 162 162
TABEL 3. Output Model 1: Konservatisme dengan Ukuran Akrual Model Pengujian KON-ACCi,t = β0 + β1COM_SIZEi,t + β2KIi,t + β3BOARD_OWNi,t + β4KAi,t + β5KA_BACKGROUNDi,t + β6INS_OWNi,t + β7FIRM_SIZEi,t + β8SALES_GROWTHi,t + β9PROFi,t + β10LEVi,t + εi,t Dependen Variabel: KON_ACC Independen Ekspektas Koefisien Signifikansi Variabel i Tanda Constant ? *** 0,3630 0,003 INDEP_COM + -0,0192 0,551 BOARD_OWN ? 0,0010 0,385 COM_AUD + ** 0,0213 0,052 INS_OWN + 0,0002 0,312 FIRM_SIZE + *** -0,0145 0,002 SALES_GROWTH + -0,0195 0,177 PROF + *** 0,5950 0,000 LEV + *** 0,1980 0,000 F test Sign 0,000 Adj R Square 0,570 ****Signifikan pada level 1% **Signifikan pada level 5% *Signifikan pada level 10% KON_ACC (Konservatisme Akrual): selisih dari laba sebelum extra-ordinary items dikurangi arus kas operasi ditambah biaya depresiasi dan dideflasikan oleh rata-rata total aktiva. INDEP_COM (Komisaris Independen): Jumlah komisaris independen dibagi dengan total jumlah komisaris. BOARD_OWN (Kepemilikan oleh Komisaris dan Direksi): Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh komisairs terafiliasi (diluar komisaris independen) dan direksi dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. COM_AUD (Keberadaan Komite Audit): Variabel dummy dengan nilai 1 untuk perusahaan yang memiliki komite audit, dan nilai 0 untuk lainnya. INS_OWN (Kepemilikan Institusional): Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. FIRM_SIZE (Ukuran
Perusahaan): Logaritma natural dari rata-rata Total Aset. SALES_GROWTH (Pertumbuhan Penjualan): Persentase pertumbuhan total penjualan secara tahunan. PROF (Profitabilitas): Arus kas dari operasi dibagi dengan rata-rata total aset. LEV (Leverage): Total hutang jangka panjang dibagi dengan rata-rata total aset.
TABEL 4. Output Model 2: Konservatisme dengan Ukuran Akrual Nilai Pasar Model Pengujian KON-MKTi,t = β0 + β1COM_SIZEi,t + β2INDEP_COMi,t + β3BOARD_OWNi,t + β4 COM_AUDi,t + β5 COM_AUD_BACKGROUNDi,t + β6INS_OWNi,t + β7FIRM_SIZEi,t + β8SALES_GROWTHi,t + β9PROFi,t + β10LEVi,t + β11 CURR_RETi,t+ β12 LAG_RETi,t+ εi,t Dependen Variabel: KON_MKT Independen Ekspektas Koefisien Signifikansi Variabel i Tanda Constant ? -2,824 0,133 INDEP_COM + *** 1,696 0,001 BOARD_OWN ? *** -0,048 0,009 COM_AUD + -0,260 0,139 INS_OWN + -0,004 0,292 FIRM_SIZE + 0,041 0,563 SALES_GROWTH + 0,122 0,586 PROF + *** 1,973 0,007 LEV + -0,082 0,879 CURR_RET + *** 0,380 0,002 LAG_RET + 0,057 0,586 F test Sign 0,000 Adj R Square 0,154 ****Signifikan pada level 1% **Signifikan pada level 5% *Signifikan pada level 10% KON_MKT (Konservatisme Pasar): Tingkat konservatisme dengan ukuran pasar (rasio book-to-market) perusahaan i pada waktu t. COM_SIZE (Ukuran Dewan): Logaritma Natural dari jumlah komisaris dalam perusahaan (termasuk komisaris independen). INDEP_COM (Komisaris Independen): Jumlah komisaris independen dibagi dengan total jumlah komisaris. BOARD_OWN (Kepemilikan oleh Komisaris dan Direksi): Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh komisairs terafiliasi (diluar komisaris independen) dan direksi dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. COM_AUD (Keberadaan Komite Audit): Variabel dummy dengan nilai 1 untuk perusahaan yang memiliki komite audit, dan nilai 0 untuk lainnya. INS_OWN (Kepemilikan Institusional): Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. FIRM_SIZE (Ukuran Perusahaan): Logaritma natural dari rata-rata Total Aset. SALES_GROWTH (Pertumbuhan Penjualan): Persentase pertumbuhan total penjualan secara tahunan. PROF (Profitabilitas): Arus kas dari operasi dibagi dengan rata-rata total aset. LEV (Leverage): Total hutang jangka panjang dibagi dengan rata-rata total aset.