tipe-tipe kesalahan berbahasa dalam buku teks ... - USD Repository

Anda ingin cari tidak berada di luar sana sebaliknya sangat dekat tak berjarak.” Dewi Lestari. “Narima Ing Pandum (menerima segala rintangan dengan ik...

199 downloads 1038 Views 14MB Size
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TIPE-TIPE KESALAHAN BERBAHASA DALAM BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK KELAS X KURIKULUM 2013

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum 101224028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Bapa pembimbing dan penopang segala langkahku, Antonius Hendra Saputra dan Fermina Suprihatin orangtua yang super, Albertus Anung Bangun Wicaksono Adik yang hebat, sahabat-sahabat terhebatku dalam mereka, kutemui kasih-Nya nyata dalam hidupku.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“You can make many plans, but the Lord’s purpose will prevail” Proverbs, 19:21

“Lalu bagaimana kalo ternyata apa yang kita cari selama ini sebagai ketidaklengkapan sebenarnya hanya rectoverso belaka? Yang artinya kita tidak perlu kemana-mana. Yang artinya lagi untuk merasa utuh kita hanya perlu mengubah perspektif kita. Ketika kita berhasil mengambil jarak dari benih-benih pemecah belah dalam pikiran kita, maka rectoverso akan tampil. Yang artinya lagi (dan lagi), apa yang Anda ingin cari tidak berada di luar sana sebaliknya sangat dekat tak berjarak.” Dewi Lestari

“Narima Ing Pandum (menerima segala rintangan dengan ikhlas)” Pepatah Jawa “Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jauh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah ke mana.” Tere Liye

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang saya susun ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Februari 2015 Penulis,

Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Puspaningrum, Elisabeth Iga Woro Palupi. 2015. Tipe-Tipe Kesalahan Berbahasa dalam Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) tipe-tipe kesalahan berbahasa yang terdapat dalam buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013, (2) sebab-sebab kesalahan berbahasa dalam buku penunjang pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Data yang dianalisis berupa ejaan dan kalimat yang mengandung kesalahan. Kesalahan ejaan dianalisis menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sedangkan kesalahan kalimat dianalisis berdasarkan keefektifan kalimatnya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam buku Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 terdapat 4 tipe kesalahan ejaan dan 4 tipe kesalahan kalimat. Kesalahan ejaan itu meliputi a) kesalahan pemakaian huruf, b) kesalahan penulisan kata, c) kesalahan penulisan unsur serapan, dan d) kesalahan pemakaian tanda baca. Adapun kesalahan kalimat menurut ciri kalimat efektif yang terkumpul meliputi a) kesalahan kalimat menurut ciri kesepadanan struktur, b) kesalahan kalimat menurut ciri kehematan kata, c) kesalahan kalimat menurut ciri kecermatan dan kesantunannya, dan d) kesalahan kalimat menurut ciri kepaduan maknanya. Penyebab terjadinya kesalahan kebahasaan yang ditemukan adalah karena faktor a) interferensi, b) ketidakcermatan dalam penulisan sehingga terjadi kesalahan-kesalahan tulis dalam buku, dan c) ketidakpahaman penulis/editor mengenai kaidah kebahasaan. Jadi, berdasarkan hasil itu dapat dikatakan bahwa kesalahan penggunaan ejaan dan kalimat dalam buku masih cukup banyak. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran pada guru bahasa Indonesia, mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, dan peneliti lain. Dalam mengajar dan membahas buku, guru harus lebih cermat agar siswa tidak meniru kesalahan berlarut-larut. Guru juga harus meningkatkan pengajaran soal ejaan dan kalimat dalam setiap proses belajarnya. Prodi diharapkan juga mampu meningkatkan pengajaran menyunting agar kelak mahasiswa calon guru dapat meminimalkan penggunaan-penggunaan kesalahan bahasa pada siswanya. Penerbit buku, dalam hal ini Kemendikbud dan juga editor harus lebih teliti dalam penerbitan dan penulisan buku sehingga kesalahan-kesalahan kebahasaan itu dapat dihindari. Seorang editor juga harus memahami kaidah-kaidah kebahasaan dalam penulisan. Penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna, maka penulis berharap akan ada penelitian lebih lanjut yang dapat memperkuat penelitian ini supaya penelitian ini lebih sempurna.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Puspaningrum, Elisabeth IgaWoroPalupi. 2015.The Types of Language Errorsin Indonesian Language Text Book Ekspresi Diri dan Akademik Grade X Curriculum 2013. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Study Program, Teachers’ Training Faculty, Sanata Dharma University. This research was a descriptive qualitative research. It was aimed to describe (1) the types of language errors in Indonesian language text book Ekspresi Diri dan Akademik Grade X based on Curriculum 2013, (2) the causes of the language errors in Indonesian language text book Ekspresi Diri dan Akademik Grade X. The data analyzed were in the forms of incorrect spelling and incorrect sentences. The spelling errors were analyzed using Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, while the sentence errors were analyzed based on the sentence effectiveness. The results of the analysis showed that there were 4 types of spelling errors and 4 types of sentence errors in the book Ekspresi Diri dan Akademik Grade X Curriculum 2013. The spelling errors were a) the errors in the use of letters, b) the errors in the writing of words, c) the errors in the writing of absorption words, and d) the errors in the use punctuations. The sentence errors analyzed based on the characters of effective sentences were a) the errors in the sentence structure, b) the errors in the word frugality, c) the errors in the accuracy and politeness, and d) the errors in the meanings. There were several factors that caused the errors. They were a) interference, b) inaccuracy when writing that cause mistakes in the text book, and c) writer or editor’s misunderstanding on linguistic rules. Thus, based on the results, it could be concluded that there were a lot of spelling and sentence errors in the text book. Based on the research results, the researcher would like to give some suggestions to Indonesian language teachers, students of Indonesian Language and Literature Education, other researchers and book publisher. When teaching and discussing the material in the text book, the teacher must be more careful so that the students do not learn the same errors continuously. Teachers should improve the spelling and sentence teaching in the teaching learning process. The department should select the material carefully for teachers to avoid errors when teaching. The publisher, in this case Minister of Education and Culture and the editor, should be more careful in publishing and editing the book to avoid the error. An editor must also understand the rules of language in writing. The researcher realized that it was not a perfect research. the researcher hoped there would be other research to support this research and to make this research better.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: nama

: Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum

nomor mahasiswa

: 101224028

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “TIPE-TIPE KESALAHAN BERBAHASA DALAM BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK KELAS XKURIKULUM 2013”

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 12 Februari 2015 Yang menyatakan,

Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas karunia-Nya yang senantiasa ada sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul TipeTipe Kesalahan Berbahasa dalam Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu, membimbing, dan mengarahkanpenulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan juga triangulator II dalam uji keabsahan data dalam penelitian ini, yang selalu memberi masukan-masukan, memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dengan sabar. 3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar telah membimbing, menuntun, memberi banyak petunjuk, dan memberi motivasi pada penulis. 4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang dengan bijaksana membimbing, mendukung, dan memberi masukan kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi. 5. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku triangulator I yang selalu sabar mengikuti perkembangan peneliti dalam menganalisis data-data kebahasaan. 6. Seluruh dosen PBSI yang sudah membimbing dan memberi banyak ‘bekal’ kepada penulis selama belajar di Prodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Karyawan sekretariat PBSI, Robertus Marsidiq yang selalu sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan kuliah di PBSI sampai penyusunan skripsi ini selesai. 8. Keluarga tercinta penulis, Bapak Antonius Hendra Saputra, S.H. dan Ibu Fermina Suprihatin yang senantiasa memberi doa dan juga Anung, adik yang memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Endy Santoso, S.S., sahabat sekaligus motivator penulis yang tidak kalah luar biasanya membimbing dan menyemangati penulis selama studi hingga penyelesaian skripsi ini. 10. Teman-teman dekat penulis, Brigita Familia, Fransiska Rani, Fransiska Budi Fitriani, Ester Lestari, Restituta Devi, Rengganis, Natalia Astra. 11. Teman-teman PBSI angkatan 2010 yang telah sama-sama berjuang. 12. Semuapihak yang terlibat dalam proses penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Walaupun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Yogyakarta, 12 Februari 2015 Penulis

Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... . iv MOTTO ..........................................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................... ix KATA PENGANTAR ....................................................................................

x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

1

A. Latar Belakang .....................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ................................................................................

4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ...............................................................................

5

E. Batasan Istilah ......................................................................................

6

1. Kesalahan Berbahasa .....................................................................

6

2. Kekeliruan ......................................................................................

7

3. Efektif .............................................................................................

7

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Tipe Kesalahan ...............................................................................

7

5. Sebab-sebab Kesalahan ..................................................................

7

6. Buku Teks Pelajaran ......................................................................

8

F. Sistematika Penyajian ..........................................................................

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10 A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 10 B. Kajian Teori ......................................................................................... 12 1. Kesalahan Berbahasa ..................................................................... 13 2. Daerah Kesalahan Berbahasa ......................................................... 14 3. Ejaan ............................................................................................... 16 4. Jenis Kesalahan Ejaan .................................................................... 17 5. Sintaksis ......................................................................................... 25 6. Kalimat ........................................................................................... 25 7. Kalimat Efektif ............................................................................... 31 8. Tipe Kesalahan ............................................................................... 38 9. Sebab-sebab Kesalahan .................................................................. 38 10. Kriteria Penuisan Buku Pelajaran .................................................. 41 C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 48 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 48 B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 49 C. Sumber Data dan Data Penelitian ........................................................ 50 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 50 E. Instrumen Penelitian.............................................................................. 51 F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 51 G. Triangulasi ............................................................................................ 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 55 A. Deskripsi Data ...................................................................................... 55 B. Hasil Analisis dan Pembahasan ........................................................... 57

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Tipe Kesalahan ............................................................................... 59 a. Kesalahan Ejaan ....................................................................... 59 a) Pemakaian Huruf ................................................................ 59 b) Penulisan Kata .................................................................... 61 c) Penulisan unsur Serapan .................................................... 63 d) Pemakaian Tanda Baca ...................................................... 64 b. Kesalahan dalam Kalimat Efektif ............................................ 66 a) Kesalahan dalam Hal Kesepadanan Struktur ..................... 67 b) Kesalahan dalam Hal Kehematan Kata .............................. 70 c) Kesalahan dalam Hal Kecermatan dan Kesantunan ........... 72 d) Kesalahan dalam Hal Kepaduan Makna ............................ 74 2. Sebab-Sebab Kesalahan ................................................................. 76 a. Interferensi ............................................................................... 76 b. Ketidakcermatan ...................................................................... 77 c. Ketidakpahaman Penulis Terhadap Kaidah Kebahasaan ......... 79 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 82 A. Kesimpulan .......................................................................................... 82 B. Saran ..................................................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87 LAMPIRAN .................................................................................................... 90 BIODATA .........................................................................................................187

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 47

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1.1 Triangulasi Data Tipe Kesalahan Ejaan dan Kalimat ........................ 90 Tabel 1.2 Triangulasi Sebab Kesalahan Ejaan ................................................ 114 Tabel 1.3 Triangulasi Sebab Kesalahan Kalimat Efektif ................................ 131

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Cover Buku ............................................................................... 169 Gambar 1.2 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Huruf .................................... 170 Gambar 1.3 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata ........................................ 171 Gambar 1.4 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata ........................................ 172 Gambar 1.5 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata ....................................... 173 Gambar 1.6 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata ........................................ 174 Gambar 1.7 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca .......................... 175 Gambar 1.8 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca .......................... 176 Gambar 1.9 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca .......................... 177 Gambar 1.10 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadaan Struktur .. 178 Gambar 1.11 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadanan Stuktur . 179 Gambar 1.12 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadanan Struktur .. 180 Gambar 1.13 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata ........ 181 Gambar 1.14 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata ........ 182 Gambar 1.15 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata ........ 183 Gambar 1.16 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kecermatan dan Kesantunan ............................................ 184 Gambar 1.17 Kesalahan dalam Kalimat Efektif

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tipe Kecermatan dan Kesantunan ............................................ 185 Gambar 1.18 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kepaduan Makna ....... 186

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Tak hanya untuk berkomunikasi, bahasa juga merupakan sebuah alat pikir dan alat ekspresi. Berbahasa bukan sekadar berkomunikasi (asal mengerti/pokoknya mengerti), tetapi berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku (Sugono, 2009:21). Dengan demikian, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Berdasarkan fungsi tersebut, tidak mengherankan jika bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang dipakai dalam berbagai keperluan itu menjadi tidak seragam atau berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisinya. Dengan kata lain, bahasa Indonesia dalam praktik pemakaiannya pada dasarnya adalah berbeda-beda. Keanekaragaman pemakaian bahasa itulah yang dinamakan ragam bahasa. Setyawati (2010) dalam bukunya Analisis Kesalahan Berbahasa mengelompokkan

bahasa

menjadi

beberapa

ragam.

Berdasarkan

sarana

pemakaiannya, ragam bahasa dibedakan atas ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dituturkan oleh seorang penutur, sedangkan ragam bahasa tulis adalah bahasa yang hanya digunakan

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

dalam konteks tertulis. Dilihat dari segi suasananya, ragam bahasa Indonesia dibedakan menjadi ragam resmi atau ragam formal dan ragam tidak resmi atau ragam tidak formal. Ragam bahasa resmi (lisan maupun tulisan) digunakan pada saat situasi resmi atau formal dan ditandai dengan adanya pemakaian unsur-unsur kebahasaan yang memiliki tingkat kebakuan yang tinggi, sedangkan ragam tidak resmi atau tidak formal (lisan maupun tulisan) digunakan saat situasi tidak resmi. Dijelaskan pula menurut Setyawati

(2010), berdasarkan norma

pemakaiannya, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku ialah ragam bahasa yang pemakaiannya sesuai dengan kaidah yang berlaku, sedangkan ragam bahasa tidak baku ialah ragam bahasa yang pemakaiannya menyimpang dari kaidah yang berlaku. Lebih lanjut, jika ditinjau berdasarkan bidang penggunaannya, ragam bahasa dibedakan atas ragam bahasa ilmu, sastra, hukum, jurnalistik, dan sebagainya. Pada sebuah karya tulis, apalagi karya yang sudah diterbitkan, seperti buku pelajaran, tentu saja bahasa yang dipakai adalah bahasa tulis baku, yang diharapkan sudah memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku karena sudah melewati proses penyuntingan. Namun pada kenyataannya, masih terdapat beberapa karya tulis yang belum memenuhi standar kebakuan bahasa. Kesalahan masih kerap muncul pada buku-buku terbitan, seperti kesalahan pada ejaan dan kalimat. Masih banyak karya tulis dan buku terbitan memakai kalimat-kalimat yang mubazir hingga ada yang menimbulkan salah tafsir dan sebagainya. Hal semacam itu menyangkut soal keefektifan kalimat dalam buku. Kalimat yang efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan (Razak, 1990). Pada sebuah karya tulis, kalimat yang baik justru bisa dengan mudah mengantarkan pembaca pada maksud yang dipaparkan penulisnya. Melihat kenyataan itu, peneliti berinisiatif mengadakan penelitian tentang keefektifan kalimat pada pada buku terbitan pemerintah. Buku terbitan yang akan diteliti adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Peneliti memilih buku ini karena buku ini merupakan buku pendukung atau penunjang pelajaran bahasa Indonesia yang disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan kurikulum 2013 sebagai pegangan siswa di beberapa sekolah. Buku ini disusun dengan berbasis teks dengan memuat enam bab dan berjumlah 256 halaman. Seharusnya, buku terbitan pemerintah sudah memenuhi standar kebakuan ejaan dan keefektifan kalimat. Terdapat dua jenis kesalahan yang dimaksud dalam hal ini, yakni kesalahan kompetensi dan kesalahan performansi. Chomsky, pada tahun 1965 (dalam Tarigan, 1987) memperkenalkan istilah kompetensi (competent) yang mengacu pada pengetahuan mengenai kaidah kebahasaan yang dimiliki seseorang. Kesalahan yang terjadi akibat kurangnya kompetensi kebahasaan seseorang dikenal dengan istilah kesalahan kompetensi (errors), sedangkan kesalahan yang terjadi akibat ketidakcermatan seseorang dalam menggunakan bahasa disebut kesalahan performansi (mistakes) atau kekeliruan. Sebab-sebab kesalahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

berbahasa pada buku teks pelajaran ini akan dikaji mengacu pada kedua hal tersebut. Klasifikasi kesalahan berbahasa yang diteliti dibatasi hanya pada tataran ejaan dan sintaksis dengan penjabaran tipe-tipe kesalahan berbahasa yang terdapat pada buku itu. Tataran kesalahan ejaan yang diteliti meliputi kesalahan pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca, sedangkan kesalahan tataran sintaksis yang akan diteliti terbatas pada kesalahan kalimat, yakni ciri-ciri kalimat efektif yang meliputi kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan dan kesantunan, kepaduan makna, dan kelogisan makna. Pada penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan apakah masih ada kesalahan, khususnya kesalahan ejaan dan kalimat, pada buku terbitan pemerintah ini atau tidak. Kesalahan-kesalahan yang ditemukan nantinya akan ditipe-tipekan sesuai dengan klasifikasi kesalahan kebahasaannya. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya tentang kesalahan kebahasaan, penelitian ini juga disertai dengan analisis sebab terjadinya kesalahan berbahasa. Buku yang digunakan sebagai objek penelitian juga ialah buku kurikulum terbaru terbitan pemerintah sendiri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.

5

Apa sajakah tipe-tipe kesalahan berbahasa yang terdapat pada buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013?

2.

Apa sajakah sebab-sebab kesalahan berbahasa yang terdapat pada buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013?

C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan tipe-tipe kesalahan berbahasa yang terdapat dalam buku penunjang pelajaran bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013, melalui upaya berupa tahapan pengenalan atas kesalahan berbahasa, identifikasi, klasifikasi, dan tipe kesalahan berbahasa. Setelah itu, penelitian ini akan mendeskripsikan sebab-sebab kesalahan berbahasa dalam buku penunjang pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada mahasiswa calon guru, khususnya calon guru mata pelajaran Bahasa Indonesia bahwa masih banyak kesalahan ejaan dan sintaksisdalam buku teks pelajaran bahasa Indonesia saat ini. Mahasiswa diharapkan lebih jeli melihat kasus-kasus kebahasaan dalam buku paket sehingga bisa mengantisipasi kesalahan berbahasa pada calon anak didiknya kelak. Penelitian ini juga diharapkan memberi informasi bagi guru-guru bahasa dan sastra Indonesia bahwa dalam buku pedoman masih terdapat beberapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

kesalahan, sehingga mereka harus lebih cermat menggunakan buku pedoman ketika mengajar dan memberi pembetulan pada bagian-bagian yang salah yang terdapat dalam buku paket. Guru diharapkan dapat mencegah terjadinya penggunaan kesalahan yang sama dalam KBM agar siswa didik dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar. Manfaat lain dari penelitian iniialah bagi peneliti lain yang sedang melakukan penelitian-penelitian sejenis. Hasil peneltian ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai sarana laporan yang mengorganisasi kesalahan-kesalahan yang telah dikumpulkan oleh peneliti sehingga dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian-penelitian yang sejenis.

E. Batasan Istilah Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman, peneliti memberi batasanbatasan istilah yang dirasa penting untuk penelitian. Istilah-istilah yang perlu dibatasi pengertiannya adalah sebagai berikut. 1.

Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan

maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia (Setyawati, 2010:13). Chomsky, pada tahun 1965 (dalam Tarigan, 1987) memperkenalkan istilah kesalahan kompetensi yang mengacu pada kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah kebahasaan. Kesalahan seperti ini dikenal dengan istilah errors.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.

7

Kekeliruan Kekeliruan (mistakes) dalam berbahasa dikenal dengan performance atau

performansi. Istilah ini juga dikenalkan oleh Chomsky (1965). Kekeliruan ini tidak sepenuhnya mencerminkan kompetensi kebahasaan seseorang. Kekeliruan bisa terjadi akibat kekurangcermatan atau kurangnya ketelitian dari seorang pengguna bahasa dalam memperformansikan kebahasaannya. 3.

Efektif Efektif adalah berhasil guna. Jika dilihat dari makna kata-katanya, dapat

dikatakan bahwa makna kalimat efektif ialah kalimat yang berhasil guna (Rahardi, 2010). 4.

Tipe Kesalahan Tipe menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah model, sedangkan

tipe bahasa diartikan sebagai jenis bahasa yang oleh klasifikasi tipologis dianggap mempunyai kemiripan struktural, lepas dari sejarah dan lokasi pemakaiannya (KBBI, 2008:1471). 5.

Sebab-Sebab Kesalahan Berkenaan dengan sebab-sebab kesalahan berbahasa, penelitian ini

mengambil penjelasan teori sebab kesalahan berbahasa dari Hubbard, Hywel Jones, Barbara Thornton, dan Rod Wheeler (1979) di dalam buku mereka yang berjudul A Training Course for TEFL. Mereka menyebut tiga sebab kesalahan dalam berbahasa, yakni (1) interferensi bahasa ibu, (2) overgeneralisasi, dan (3) materi dan metode mengajar bahasa yang lemah atau keliru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

Pakar lain mendefinisikan kesalahan berbahasa adalah akibat dari (1) terpengaruh oleh bahasa yang lebih dulu dikuasainya, (2) kekurangpamahaman pemakaian bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, (3) pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini dijelaskan Setyawati (2010) dalam bukunya, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. 6.

Buku Teks Pelajaran Dalam pembelajaran, diperlukan adanya buku teks pelajaran. Adanya

buku teks pelajaran tersebut membantu siswa dan guru dalam memahami pelajaran yang akan disampaikan. Buku teks pelajaran sendiri, menurut Sitepu (2012:8) adalah buku acuan wajib yang dipakai di sekolah memuat materi pembelajaran dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Perkembangan kurikulum menuntut usaha perbaikan mutu pengajaran bahasa Indonesia yang harus ditopang dengan buku-buku teks pelajaran yang baik dan sesuai kurikulum.

F. Sistematika Penyajian Proposal penelitian ini terdiri dari tiga bab. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II mengenai kajian pustaka. Kajian pustaka ini meliputi penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab III memaparkan metodologi penelitian. Metodologi penelitian berisi jenis penelitian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

subjek dan objek penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian mengenai kesalahan berbahasa sebelumnya sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, seperti yang dilakukan Purwaningrum pada tahun 1988. Ia mengadakan penelitian dengan judul Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas I dan II SMA Katolik di Kotamadya Yogyakarta. Dari hasil penelitian, Purwaningrum (1988) menemukan beberapa hal, yaitu kesalahan berbahasa tataran kata, frasa, klausa, dan kalimat pada karangan siswanya. Donatus Doweng Kumanireng (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas II SMA Frater Disamakan Makassar, Tahun Ajaran 2004/2005 dalam menggunakan Kata berimbuhan Me- menemukan 149 kesalahan berbahasa siswa kelas II SMA Frater Disamakan Makassar. Kesalahan-kesalahan itu meliputi: kesalahan penggunaan variasi bentuk afiks me-, kesalahan penggunaan makna afiks me-, dan kesalahan pemenggalan kata berimbuhan me-. Kumalasari (2004) meneliti kesalahan sintaksis dalam karangan argumentasi. Penelitiannya itu berjudul Kesalahan Berbahasa Bidang Sintaksis pada Karangan Argumentasi Kelas II Kejar Paket C di Kecamatan Kotagede Yogyakarta Tahun Ajaran 2003/2004 (Sebuah Studi Kasus). Dari hasil penelitiannya, Kumalasari menemukan 123 kesalahan berbahasa yang meliputi

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

117 kesalahan kekurangan unsur kalimat, 1 kesalahan urutan kesalahan unsur kalimat, 5 kesalahan urutan kata dalam frasa. Penelitian kesalahan struktur kalimat pernah dilakukan oleh Sulistiani pada tahun 2010. Penelitiannya itu berjudul Analisis Struktur Kalimat pada Latar Belakang Masalah Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Lulusan Tahun 2008 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasilnya, ia menemukan 222 kalimat yang mempunyai kesalahan struktur. Penelitian relevan lainnya tentang kesalahan berbahasa ialah Kesalahan Berbahasa dalam Karangan yang Ditulis oleh Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Yogyakarta

Tahun Ajaran

2009/2010, dilakukan oleh Milka

Esteryati

Simanjuntak pada tahun 2011. Dalam penelitian itu diperoleh 18 jenis kesalahan ejaan, 7 jenis kesalahan pilihan kata, dan 2 jenis kesalahan bentuk kalimat. Tahun 2013, Binedigta Yuni Puji Lestari juga melakukan penelitian tentang kesalahan berbahasa. Dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI itu Benedigta menemukan 63 kesalahan ejaan yang terdiri atas enam kesalahan pemakaian huruf, 5 kesalahan pemakaian huruf kapital, 2 kesalahan pemakaian huruf miring, 16 kesalahan penulisan kata, 3 kesalahan penulisan unsur serapan, dan 31 kesalahan pemakaian tanda baca. Selain itu, ditemukan juga 55 kesalahan berbahasa di bidang sintaksis dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VI yang disusun oleh Sukini & Iskandar tersebut, yakni berupa 25 kesalahan kekurangan unsur kalimat, 7 kalimat yang tidak logis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

6 kalimat yang ambigu, 6 penggunaan konjungsi yang berlebihan, 7 kesalahan pilihan kata, dan 4 pemborosan kata. Dari beberapa penelitian di atas, peneliti melihat telah banyak penelitian mengenai kesalahan berbahasa. Namun, masih sedikit penelitian yang meneliti kesalahan berbahasa dalam buku pelajaran. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif untuk meneliti buku pelajaran yang menjadi pegangan bagi siswa di tingkat sekolah menengah atas. Penelitian tentang buku teks pelajaran yang terakhir adalah penelitian buku teks pelajaran untuk siswa sekolah dasar kelas 6. Buku yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Peneliti mengambil buku ini sebagai bahan karena buku ini merupakan buku teks penunjang kurikulum 2013 yang disusun sendiri di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

B. Kajian Teori Pada bagian ini akan diuraikan teori-teori untuk memecahkan permasalahan yang dibahas pada penelitian ini, yakni mengenai kesalahan berbahasa, daerah kesalahan berbahasa, ejaan, jenis kesalahan ejaan, sintaksis, kalimat, ciri kalimat efektif, tipe kesalahan berbahasa, sebab-sebab kesalahan berbahasa, dan kriteria penulisan buku pelajaran. Uraiannya adalah sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.

13

Kesalahan Berbahasa Setyawati (2010) mendefinisikan kesalahan sebagai sinonim dari

penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan yang kempatnya dapat dideskripsikan sebagai berikut. a) Kata salah diantonimkan sebagai betul, artinya apa yang dilakukan tidak betul, tidak menurut norma, tidak menurut aturan yang ditentukan. b) Penyimpangan dapat diartikan menyimpang dari norma yang telah ditetapkan. Pemakai bahasa menyimpang karena tidak mau, enggan, malas mengikuti norma yang ada. Kemungkinan lain penyimpangan disebabkan oleh keinginan yang kuat yang tidak dapat dihindari karena satu dan hal lain. Sikap berbahasa ini cenderung menuju ke pembentukan kata, istilah, slang, jargon, bisa juga prokem. c) Pelanggaran terkesan negatif karena pemakai bahasa dengan penuh kesadaran tidak mau menurut norma yang telah ditentukan, sekalipun dia mengetahui bahwa yang dilakukan berakibat tidak baik. d) Kekhilafan merupakan proses psikologis yang dalam hal ini menandai seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya, khilaf mengakibatkan sikap keliru memakai. Senada dengan Setyawati, Tarigan (1987) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa ialah suatu komposisi yang menyimpang dari aturan baku. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan norma kemasyarakatan bukanlah bahasa Indonesia yang baik. Berbahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

aturan tata bahasa Indonesia juga bukan bahasa yang benar. Pada bahasan mengenai kesalahan berbahasa ini, peneliti merujuk pada pendapat Setyawati yang menyebutkan bahwa kesalahan berbahasa ialah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia. 2.

Daerah Kesalahan Berbahasa Setyawati (2010) membagi kesalahan berbahasa dalam beberapa daerah:

a.

Daerah kesalahan tataran fonologi Kesalahan berbahasa tataran fonologi ini mencangkup kesalahan

pelafalan karena perubahan fonem, kesalahan pelafalan karena penghilangan fonem, dan kesalahan pelafalan karena penambahan fonem. b.

Daerah kesalahan tataran morfologi Kesalahan berbahasa tataran morfologi mencangkup penghilangan afiks,

bunyi yang seharusnya luluh tidak diluluhkan, peluluhan bunyi yang seharusnya diluluhkan, penggantian morf., penyingkatan Morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-, penggunaan afiks yang tidak tepat, penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan pengulangan kata majemuk yang tidak tepat. c.

Daerah kesalahan berbahasa tataran sintaksis Daerah ini meliputi kesalahan bidang frasa dan kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d.

15

Daerah kesalahan berbahasa tataran semantik Daerah kesalahan ini meliputi kesalahan karena pasangan yang seasal,

kesalahan karena pasangan yang terancukan, dan kesalahan karena pilihan kata yang tidak tepat. e.

Daerah kesalahan tataran wacana Daerah kesalahan ini meliputi kesalahan dalam kohesi dan koherensi.

f.

Kesalahan berbahasa penerapan kaidah buku Pedoman Umum Bahasa Indonesia Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Kesalahan berbahasa penerapan kaidah Pedoman Umum Bahasa

Indonesia Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini meliputi ejaan, kesalahan penulisan huruf kapital, penulisan huruf miring, penulisan kata, pemenggalan kata, penulisan lambang bilangan, unsur serapan, dan tanda baca. Tarigan (1987) mengklasifikasikan kesalahan berbahasa menjadi empat taksonomi, yakni taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif, dan taksonomi efek komunikatif. Taksonomi kategori linguistik mencakup fonologi, sintaksis dan morfologi, semantik dan leksikon, dan wacana. Taksonomi siasat permukaan menyoroti bagaimana cara struktur permukaan berubah. Taksonomi komparatif

menyoroti pada perbandingan-

perbandingan antara struktur kesalahan B2 dan tipe konstruksi tertentu lainnya. Taksonomi efek komunikatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif terhadap penyimak atau pembaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Penelitian ini berfokus pada klasifikasi kesalahan berbahasa tataran ejaan dan sintaksis saja. Pada kesalahan tataran ejaan yang akan diteliti, peneliti menggunakan kesalahan berbahasa penerapan kaidah Pedoman Umum Bahasa Indonesia Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan seperti yang disebutkan Setyawati di atas, sedangkan untuk kategori sintaksis, peneliti membatasi penelitian hanya pada kalimat, khususnya kesalahan pada kalimat efektif. 3.

Ejaan Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan

kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan dalam bahasa Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahanperubahan itu dimaksudkan untuk menyempurnakan penggunaan ejaan bahasa Indonesia sendiri. Adapun sejarah ejaan bahasa Indonesia secara singkat dapat kita lihat pada buku Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Berikut ulasannya. Pada tahun 1901, terjadi pembakuan ejaan pertama kali oleh Charles van Ophuysen dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim yang menghasilkan ejaan yang dikenal dengan Ejaan van Ophuysen. Penggunaan ejaan ini berlangsung sampai tahun 1947. Penyempurnaan ejaan kembali dilakukan pada tahun 1947 oleh Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan pada masa itu. Penyempurnaan dilakukan dengan maksud membuat ejaan yang lama menjadi lebih sederhana. Ejaan baru itu dikenal masyarakat dengan sebutan Ejaan Republik. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuysen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Soewandisaat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI yang meresmikan Ejaan Republik sehingga ejaan ini juga dinamakan sebagai Ejaan Soewandi. Kongres Bahasa Indonesia II yang diselenggarakan di Medan pada tahun 1954 mempermasalahkan kembali masalah ejaan pada pertemuan kali itu. Kongres itu mengambil keputusan supaya ada badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia. Akhirnya pada tahun 1959 dihasilkannyalah konsep ejaan yang bernama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia) tetapi perkembangan politik selama bertahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian Ejaan Melindo ini. Pada tahun 1975, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sudah beberapa kali berganti nama dan pada akhirnya saat ini menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, menyusun program pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh. Setelah melalui proses yang cukup lama akhirnya pada tahun 1972, dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972, No. 03/A.I/72, di hari Proklamasi Kemerdekaan diresmikanlah aturan ejaan baru dengan nama Ejaan yang Disempurnakan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagai patokan pemakaian ejaan. 4.

Jenis Kesalahan Ejaan Pada pembahasan jenis kesalahan ejaan ini, peneliti memakai buku

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD) sebagai acuan untuk menganalisis jenis-jenis kesalahan ejaan dalam buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mengatur lima hal dalam ejaan yang menjadi pedoman peneliti menentukan jenis kesalahan ejaan yang akan diteliti dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Kelima hal tersebut ialah: a. Pemakaian Huruf Pedoman ejaan mengenai pemakaian huruf ini meliputi pemakaian huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan-huruf konsonan, dan pemenggalan kata. Dari enam persoalan penggunaan pemakaian huruf ini yang sering ditemui adalah persoalan pemenggalan kata yang tidak sesuai. Seperti yang terdapat pada contoh berikut. (1) (2) (3)

Dia duduk termangu di tepi dana-u. Kasih itu saling me-ngampuni. Mereka berkumpul di a-ula.

Kalimat (1) dan (2), dan (3) mempunyai permasalahan yang sama, yakni pemenggalan kata. Pada pemenggalan kalimat (1) itu kurang tepat karena pemenggalan tepat mengenai huruf diftong au pada kata danau. Pemenggalan kalimat (2) juga kurang tepat karena pemenggalan dilakukan pada imbuhan kata ampun. Kalimat (3) juga kurang tepat pemenggalannya karena pemenggalan berada pada huruf diftong au. Berikut pembenarannya. (1a) Dia termangu di tepi da-nau. (2a) Kasih itu saling meng-ampuni. (3a) Mereka berkumpul di au-la.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

b. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring 1) Huruf Kapital Terdapat lima belas ketentuan penggunaan huruf kapital dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung, ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan, nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diiukuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat, huruf pertama unsur-unsur nama orang, huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, huruf pertama nama tahun, bulan hari raya dan peristiwa sejarah, huruf pertama nama geografi, huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan, huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan serta dokumen resmi, huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal, huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan,huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan, dan huruf pertama kata ganti Anda. Perhatikan contoh berikut. (4)

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Antonius

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5) (6) (7)

20

Alamat : Jember, Jawa Timur Aku pergi ke arah Timur. Menurut Undang-Undang yang berlaku, .... Ibu membeli gula Jawa di pasar.

Kesalahan pada kalimat (4) yakni menggunakan huruf kapital di tengah kalimat. Adanya tanda hubung titik dua (:) adalah penanda bahwa kalimat itu belum selesai. Maka, penggunaan huruf kapital pada kata nama dan alamat adalah kurang tepat. Pembenaran penggunaan huruf kapital pada contoh (4) ialah sebagai berikut. (4a) Yang bertanda tangan di bawah ini: nama : Antonius alamat : Jember, Jawa Timur Pada kalimat (5) terjadi kesalahan penggunaan huruf kapital penggunaan nama geografi. Huruf kapital memang dipakai sebagai huruf pertama nama geografi, tetapi tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Pembenaran kalimat (5) adalah sebagai berikut. (5a) Aku pergi ke arah timur. Kalimat (6) melanggar ketentuan dalam buku PUEYD soal penggunaan huruf kapital yang dipakai pada unsur negara. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi seperti kalimat (6). Pembenaran kalimat (6) ialah sebagai berikut. (6a) Menurut undang-undang yang berlaku, .... Kesalahan kalimat (7) hampir mirip dengan kalimat (5), yakni menggunakan huruf kapital pada istilah geografi tetapi dalam hal ini ialah istilah geografi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

digunakan sebagai nama jenis. Gula jawa pada kalimat (7) menerangkan jenis gula, bukan nama geografi, sehinggga pembenarannya menjadi sebagai berikut. (7a) Ibu membeli gula jawa di pasar. 2) Huruf Miring Terdapat tiga ketentuan dalam penggunaan huruf miring yakni sebagai berikut. (a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. (b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. (c) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali telah disesuaikan ejaannya. c.

Penulisan Kata Peraturan penulisan kata dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan terbagi dalam sepuluh klasifikasi, yakni (a) kata dasar, (b) kata turunan, (c) bentuk ulang, (d) gabungan kata, (e) kata ganti ku, kau, mu, dan nya, (f) kata depan di, ke, dan dari, (g) kata si dan sang, (h) partikel, (i) singkatan dan akronim, (j) angka dan lambang bilangan. Perhatikan contoh berikut. (8) (9)

Garisbawahi kata-kata berikut ini! Kepala yayasan menyerahkan rumah itu padanya untuk di kelola sebaik mungkin. (10) Sekolah itu menawarkan berbagai kegiatan ekstra kurikuler yang bisa diikuti oleh masing-masing siswa. (11) Aku pergi dengan bus antar kota.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Contoh-contoh di atas adalah kesalahan yang paling banyak kita jumpai. Kesalahan penggunaan kata pada kalimat (8) terletak pada penggunaan kata garisbawahi. Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan pada bagian penulisan kata dijelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan kata, salah satunya adalah penulisan kata turunan seperti garis bawahi. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata mendahuluinya, maka

yang langsung mengikuti atau

penulisannya dipisah, bukan disambung.

Berikut

pembenarannya. (8a) Garis bawahi kata-kata berikut! Berbeda jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata itu mendapat awalan dan akhiran sekaligus, penulisannya ditulis serangkai. Seperti contoh berikut. (8b) Aku menggarisbawahi kata-kata yang belum kumengerti. Kesalahan kalimat (9) terletak pada penulisan di kelola. Di kelola berasal dari kata dasar kelola yang mendapat imbuhan di-, sehingga kata dasar yang mendapat imbuhan itu penulisannya harus dirangkai. (9a) Kepala yayasan menyerahkan rumah itu padanya untuk dikelola sebaik mungkin. Ketentuan lain tentang penggunaan kata turunan ialah jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan kata itu ditulis serangkai, misalnya dalam kalimat (10) pada kata ekstra kurikuler. Penulisan model ekstra kurikuler ini sering muncul dalam brosur yang dibuat sekolah yang bersangkutan untuk disebarkan. Namun, sebenarnya penulisan ekstra kurikuler seperti itu adalah tidak tepat. Berikut penulisan gabungan kata yang tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

(10a) Sekolah itu menawarkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diikuti oleh masing-masing siswa. Kesalahan sejenis juga terdapat pada kalimat (11). Antar kota dalam kalimat itu seharusnya dirangkai penulisannya. (11a) Aku pergi dengan bus antarkota. d.

Penulisan Unsur Serapan Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia

dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dsb. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.Berikut contoh yang sering ditemukan dalam unsur serapan. Standard (dari bahasa Inggris standard) seharusnya standar Kwalitas (dari bahasa Belanda kwaliteit) seharusnya kualitas Teoritis seharusnya teoretis China seharusnya Cina Dalam pemakaian kebahasaan sering muncul permasalahan-permasalahan seperti contoh di atas. Penggunaan kata standar menjadi standard adalah pemakaian kata yang paling sering ditemukan dan dipakai sampai saat ini. Bentuk standar diserap dari bahasa Inggris standard yang kemudian menjadi standardization. Bentuk standar inilah yang juga menjadi alasan pembenaran pembentukan kata standarisasi yang seharusnya standardisasi. Sama halnya dengan bentuk kata kualitas yang berasal dari bahasa Belanda kwaliteit. Banyak ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

kerancuan tentang hal ini sehingga sering dijumpai kwaliteit dalam bahasa Belanda ini ditulis menjadi kwalitas dalam bahasa Indonesia. e.

Pemakaian Tanda Baca Dalam hal pemakaian tanda baca, ada lima belas aturan, yakni pemakaian

tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah ( – ), tanda elipsis (...), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ((...)), tanda kurung siku ([...]), tanda petik (“...”), tanda petik tunggal (‘...’), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof (‘). Perhatikan contoh berikut. (12) Aturan penulisan kata dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan terdapat pada halaman 27-39. (13) Pelayanan bagi penumpang lebih diutamakan, karena mereka adalah ‘raja’. (KR, 9 Januari 2014, hlm. 3) (14) Alangkah indahnya pemandangan ini. (15) Aku membaca Bola Lampu dalam buku “Dari suatu Masa,dari Suatu Tempat”. Pada kalimat (12), terdapat penggunaan tanda hubung (-) di antara angka 27 dan 39. Seharusnya tanda hubung itu diganti dengan tanda pisah (--) karena maksud dari kalimat tersebut adalah menyatakan sampai. Penggunaan tanda koma (,) yang kurang tepat terdapat pada kalimat (13). Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Penggunaan tanda titik (.) pada kalimat (14) untuk mengakhiri kalimat tersebut kurang tepat. Penggunaan tanda titik seharusnya digantikan oleh penggunaan tanda seru (!) di akhir kalimat (14) karena kalimat itu berupa seruan yang menggambarkan kesungguhan. Dalam kalimat (15) terdapat kutipan judul dalam sebuah buku. Seharusnya kutipan judul yang berada di dalam sebuah buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

diberi tanda petik (“...”), bukan ditulis dengan huruf miring, sedangkan pemberian tanda petik pada judul buku seharusnya diganti dengan penulisan huruf miring pada judul buku. Berikut pembenaran dari contoh-contoh di atas. (12a) Aturan penulisan kata dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan terdapat pada halaman 27–39. (13a) Pelayanan bagi penumpang lebih diutamakan karena mereka adalah ‘raja’. (14a) Alangkah indahnya pemandangan ini! (15a) Aku membaca “Bola Lampu” dalam buku Dari suatu Masa, dari Suatu Tempat. 5.

Sintaksis Ramlan (2005) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari

ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Fungsi sintaksis yaitu menjelaskan subjek, predikat, objek, dan pelengkap agar gagasan dalam sebuah kalimat mudah dipahami pembaca. Kesalahan dalam tataran sintaksis dalam penelitian ini adalah kesalahan dalam bidang kalimat saja. 6.

Kalimat Ramlan (2005) menjelaskan bahwa kalimat adalah susunan kata-kata

yang menyatakan suatu maksud atau buah pikiran. Sebagai satuan, kalimat ditentukan bukan berdasarkan arti, melainkan berdasarkan formalitas bahasa, yaitu berdasarkan intonasinya. Oleh karena itu, definisi kalimat ialah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Pengertian kalimat lainnya ditulis oleh Hasan Alwi, dkk. (2003) dalam bukunya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Alwi, dkk. menyatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat juga merupakan dasar wacana, yang berarti bahwa wacana hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih, yang letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Disebutkan juga oleh Alwi, sebuah kalimat dapat mengandung satu klausa atau lebih. Menurut Rahardi (2010), satuan kebahasaan dapat dikatakan sebagai kalimat jika ia memiliki predikat. Jadi, dapat dikatakan bahwa predikat merupakan alat penguji kalimat yang paling utama. Sejalan dengan pendapat Rahardi, Sugono (2009) menyebutkan syarat pokok yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kalimat ialah adanya unsur predikat dan permutasi unsur kalimat. Dua hal itu yang menjadi alat pengetes apakah suatu pernyataan dapat dikatakan sebagai kalimat atau bukan. Dari pendapat Rahardi dan Sugono, bisa dengan jelas disimpulkan bahwa syarat utama kalimat ialah adanya predikat. Dengan kata lain, jika suatu pernyataan sudah mengandung predikat, maka pernyataan itu merupakan kalimat, sedangkan suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut sebagai frasa (Sugono, 2009). Dari paparan tersebut, peneliti merujuk pada pendapat Rahardi dan Sugono di atas. Kedua ahli menyebutkan bahwa dalam kalimat harus ada unsur predikat di dalamnya. Hal kedua yang bisa menguji suatu pernyataan itu kalimat atau bukan ialah dengan teknik permutasi. Permutasi atau perubahan urutan dikenakan pada subjek dan predikat dalam kalimat. Jika perubahan subjek dan predikat tidak memunculkan makna baru, maka pernyataan itu merupakan kalimat. Misalnya: Katak itu melompat. S P

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Pada contoh di atas terdapat predikat, yakni melompat. Pernyataan di atas akan diuji dengan teknik permutasi, menjadi seperti di bawah ini. Melompat katak itu. Jika dilihat dan diberi tanda jeda, pernyataan di atas akan menjadi seperti berikut. Katak itu // melompat. Melompat // katak itu. Setelah mengubah urutan subjek dan predikat pada pernyataan di atas, makna yang dihasilkan tidaklah berubah. Artinya, uji permutasi di atas membuktikan bahwa pernyataan di atas merupakan sebuah kalimat. Sebuah kalimat yang benar juga bisa dilihat dari kelengkapan unsurunsurnya. Kelengkapan unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan menandakan apakah kalimat yang kita hasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa atau belum. Berikut dikemukakan beberapa ciri unsur kalimat oleh Sugono. a. Subjek Subjek merupakan unsur paling pokok di dalam sebuah kalimat. Letak subjek selalu di samping unsur predikat. Subjek juga memiliki ciri-ciri atau unsur yang membentuknya. 1) Jawaban Apa atau Siapa Untuk penentuan subjek kalimat yang berupa insan (manusia), biasanya digunakan kata tanya siapa atau apa. Misalnya pada kalimat berikut. Iga tertawa. Pernyataan di atas adalah sebuah kalimat karena mengandung unsur predikat (tertawa). Untuk menentukan subjek, kita bisa menggunakan pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

(untuk manusia) siapa yang tertawa. Jawabannya adalah Iga. Oleh karena itu, subjek kalimat di atas ialah Iga. Uji kedua menggunakan kata tanya apa. Uji menggunakan kata tanya apa digunakan untuk mencari subjek yang merupakan benda. Seperti contoh berikut. Pesawat itu dinyatakan hilang kemarin sore. Subjek kalimat di atas dapat dicari dengan menanyakan apa yang telah dinyatakan hilang? Jawabannya ialah pesawat itu. 2) Disertai Kata Itu Uji subjek yang kedua adalah menyertakan kata itu. kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia takrif (definite). Kata itu digunakan karena subjek merujuk pada sesuatu yang pasti. Seperti contoh berikut. Lukisan itu indah. Subjek kalimat itu ialah lukisan itu (ada penanda kata itu). Tetapi, pemindahan kata itu di belakang indah bisa membuat unsur di atas menjadi satu satuan yang mengisi satu unsur gramatikal kalimat; dalam konteks kalimat di atas ialah menjadi subjek. Seperti contoh berikut. Lukisan itu indah. Lukisan indah itu sangat mahal. Pada kalimat pertama, subjeknya adalah lukisan itu, sedangkan pada kalimat kedua, subjeknya adalah lukisan indah itu. 3) Didahului Kata Bahwa Dalam kalimat pasif, kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Kebanyakan bentuk pasif menempatkan subjek di belakang predikat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Telah dibuktikan // bahwa dia tidak bersalah. 4) Mempunyai Keterangan Pewatas yang Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan pewatas. Seperti contoh berikut. Tim yang didiskualifikasi itu bergegas keluar dari area perlombaan. Penempatan

pewatas

yang

dalam

kalimat

itu

menandakan

tim

yang

didiskualifikasi itu adalah sebagai subjek kalimat. 5) Tidak Didahului Preposisi Ciri yang terakhir adalah subjek tidak pernah didahului preposisi (dari, dalam, di, ke, kepada, pada). b. Predikat Predikat adalah unsur terpenting dalam kalimat. Predikat dapat ditemukan dengan beberapa cara, seperti di bawah ini. 1) Mengajukan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Perhatikan contoh berikut. Tio baik-baik saja. Predikat kalimat di atas ditentukan dengan cara menanyakan bagaimana Tio dan baik-baik saja merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana Tio. 2) Kata Adalah atau Ialah Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Namun, jika subjek kalimat berupa unsur yang pendek, batas antara unsur subjek dan pelengkap begitu jelas, predikat (adalah atau ialah) itu dapat tidak dipakai. Contoh: Tika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

(adalah) anak pertama dari dua bersaudara. Kata adalah dalam kalimat Tika anak pertama dari dua bersaudara tidak wajib disisipkan. 3) Dapat Diingkarkan Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Contoh dalam kalimat seperti berikut. Ani tidak gemuk. Predikat kalimat di atas adalah tidak gemuk. Ini merupakan gabungan dari pengingkaran (tidak)+adjektiva. 4) Dapat Disertai Kata-Kata Aspek dan Modalitas Penentuan predikat bisa juga melalui penyertaan kata-kata aspek, seperti telah, sudah, belum, akan, dan sedang. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti mau, ingin, dan hendak. c. Objek Objek termasuk unsur yang wajib hadir hanya dalam susunan kalimat yang berpredikat verba aktif, yang pada umumnya berawalan me- (aktif transitif). Cirilain objek ialah berada langsung di belakang predikat. Selain ciri itu, ada ciri lain, yakni objek dapat menjadi subjek pada kalimat pasif. Ciri yang terakhir ialah objek tidak didahului preposisi atau kata depan. d. Pelengkap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Pelengkap dan objek memiliki kesamaan, yakni kedua kalimat ini (1) bersifat pasif (harus ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat), (2) menempati posisi belakang predikat, dan (3) tidak didahului preposisi. Perbedaannya terletak pada oposisi kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap di belakang predikat kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. e. Keterangan Keterangan merupakan unsur kalimat yang bersifat memberikan informasi. Berbeda dengan subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya tidak bersifat wajib. Keterangan juga tidak terikat pada posisi. Ia mempunyai kebebasan tempat. Keterangan dapat berada diawal ataupun diakhir kalimat, di antara subjek dan predikat, dapat juga menempati posisi di antara predikat dan objek jika objek berupa anak kalimat. 7.

Kalimat Efektif Definisi tentang kalimat efektif dikemukakan oleh beberapa pakar, salah

satunya yakni Rahardi. Menurut Rahardi, kalimat efektif tidak hanya sekadar bangunan kebahasaan yang terdiri atas unsur subjek dan predikat atau sekadar sebagai suatu kebahasaan terkecil untuk mengungkapkan ide, tetapi sebuah kalimat harus dapat dipahami sebagai entitas kebahasaan yang mampu menimbulkan kembali gagasan atau ide yang ada dalam diri penulis, persis sama dengan ide atau gagasan yang dimiliki pembacanya (Rahardi, 2010:93). Ada sejumlah ciri yang menandai keefektifan kalimat menurut Rahardi (2009), antara lain kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa. Ketujuh ciri tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. a.

Kesepadanan Struktur Ciri kalimat efektif yang pertama adalah adanya kesepadanan struktur.

Kesepadanan struktur ialah keseimbangan antara gagasan atau pikiran dan struktur bahasa yang digunakan. Prinsip kesepadanan struktur terlihat dari (a) adanya kejelasan subjek, (b) tidak adanya subjek ganda, (c) tidak adanya kesalahan dalam pemanfaatan konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat, dan (d) adanya kejelasan predikat kalimat. Kejelasan subjek juga dapat dilihat dari tidak ditempatkannya preposisi atau kata depan di depan subjek kalimat (Rahardi, 2010). Seperti contoh berikut. (16) Bagi para mahasiswa, dimohon untuk menyelesaikan semua kewajiban keuangan pada akhir bulan ini. (17) Adik kecil yang menangis. (18) Meskipun sudah diingatkan, tetapi saya masih saja lupa membawa buku itu. Kalimat (16) merupakan bentuk kebahasaan yang salah dan menyalahi aturan kesepadanan struktur karena subjek kalimat tersebut kabur. Adanya kekaburan itu disebabkan oleh hadirnya preposisi di depan subjek kalimat. Kalimat (17) juga merupakan kalimat yang tidak efektif. Hal itu disebabkan oleh adanya bentuk yang di depan predikat (menangis), yang menyebabkan predikat kalimat menjadi kabur atau tidak jelas. Dengan demikian, konstruksi kalimat seperti itu tidak efektif. Kesepadanan struktur juga dapat dilihat dari hadirnya konjungsi pada sebuah kalimat. Kalimat (18) tidak efektif karena terdapat dua konjungsi dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

satu kalimat, yakni konjungsi meskipun dan tetapi. Pembenaran kalimat-kalimat di atas adalah sebagai berikut. (16a) Para mahasiswa dimohon untuk menyelesaikan semua kewajiban keuangan pada akhir bulan ini. (17a) Adik kecil yang menangis itu... (17b) Adik kecil itu menangis. (18a) Meskipun sudah diingatkan, saya masih saja lupa membawa buku itu. (18b) Sudah diingatkan, tetapi saya masih saja lupa membawa buku itu. b. Keparalelan Bentuk Ciri kalimat efektif yang kedua adalah keparalelan bentuk. Keparalen bentuk adalah kesamaan bentuk kata atau frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat. Artinya, dalam sebuah kalimat, jika digunakan bentuk nomina, bentuk kedua, ketiga, dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Berikut contoh kasus terkait keparalelan bentuk. (19) Angin yang bertiup kencang kemarin membuat pohon-pohon tumbang, menghancurkan beberapa rumah, dan banyak fasilitas penerangan yang rusak. Masalah keparalelan bentuk pada kalimat (19) dapat dilihat dari bentuk pohonpohon tumbang, menghancurkan beberapa rumah, dan banyak fasilitas penerangan yang rusak. Konstruksi kalimat di atas adalah nomina-verba-nomina. Seharusnya kalimat (19) menjadi seperti ini. (19a) Angin yang bertiup kencang kemarin menumbangkan pohonpohon, menghancurkan beberapa rumah, dan merusak banyak fasilitas penerangan. c.

Ketegasan Makna Prinsip ketiga dari keefektifan kalimat ialah ketegasan makna. Kalimat

efektif harus mengandung makna yang tegas supaya menjadi jelas.dengan kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

lain, gagasan yang hendak ditonjolkan itu harus diletakkan pada posisi depan sebuah kalimat. Setidaknya ada lima cara yang dapat dilakukan untuk menegaskan sebuah makna menurut Rahardi, yakni: 1) meletakkan bagian yang hendak ditonjolkan itu ke bagian depan kalimat; 2) membuat urutan kata-kata yang bertahap; 3) membuat pengulangan secara proporsional; (4) membuat pertentangan atas ide atau pikiran yang ditonjolkan; 5) menggunakan beberapa partikel penegas/penekan. Sebuah kalimat dibuat efektif di antaranya dengan menonjolkan bagian-bagian yang penting terlebih dahulu. d. Kehematan Kata Ciri kalimat efektif yang keempat ialah kehematan kata. Kalimat efektif adalah kalimat yang hemat, tidak berbelit-belit, tidak rumit, dan mudah dipahami. Beberapa cara untuk menghemat kata dalam sebuah kalimat, antara lain dengan 1) menghilangkan pengulangan subjek, 2) menghilangkan superordinat, dan (3) menghindari kesinoniman. (20) (21) (22) (23) (24) (25)

Buku ini saya sudah membacanya. Anak-anak itu saya sudah memperingatkan. Saat ini, Iga memakai baju berwarna kuning. Perhatikan contoh di atas itu. Banyak orang-orang berhamburan keluar rumah. Istilah selfie saat ini tengah marak di kalangan remaja.

Keenam kalimat tersebut sama sekali tidak efektif karena melanggar prinsip kehematan kata. Ketidakefektifan kalimat (20) terdapat pada kehadiran subjek ganda, buku ini dan saya. Begitu juga dengan kalimat (21) yang mempunyai subjek ganda. Kedua kalimat itu seharusnya bisa menjadi efektif jika salah satu subjek dihilangkan menjadi seperti ini. (20a) Saya sudah membaca buku ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

(20b) Buku ini sudah saya baca. (21a) Sudah saya peringatkan anak-anak itu. (21b) Saya sudah memperingatkan anak-anak itu. Penghilangan superordinat bisa terlihat dari contoh kalimat (22). Bentuk warna memiliki subordinat merah, kuning, hijau, dan seterusnya. Jadi, bentuk warna biru, warna merah, warna kuning adalah bentuk kebahasaan yang salah. Pembenaran kalimat (22) adalah sebagai berikut. (22a) Saat ini, Iga memakai baju kuning. Kalimat (23), (24), dan (25) masalah yang sama dalam hal penghematan kata. Kesalahan kalimat (23) adalah pada bentuk di atas dan itu yang hadir bersamaan, padahal secara semantis, hal itu menunjuk pada hal yang sama sehingga kata-kata bersinonim seperti itu lebih baik dihindari untuk memenuhi prinsip kehematan kata. Begitu juga bentuk banyak dan orang-orang yang mengalami pengulangan sehingga membuat kalimat (24) menjadi mubazir. Kehadiran saat ini dan tengah pada kalimat (25) juga membuat kalimat menjadi mubazir atua lewah. Pembenaran kalimat-kalimat tersebut adalah sebagai berikut. (23a) Perhatikan contoh di atas. (23b) Perhatikan contoh itu. (24a) Banyak orang berhamburan keluar rumah. (24b) Orang-orang berhamburan keluar rumah. (25a) Istilah selfie saat ini marak di kalangan remaja. (25b) Istilah selfie tengah marak di kalangan remaja. e.

Kecermatan dan Kesantunan Kalimat efektif juga harus memerhatikan masalah kecermatan dan

kesantunan di dalam pemakaian bentuk-bentuk kebahasaanya. Adapun yang dimaksud dengan kecermatan bahasa itu adalah kehati-hatian dalam menyusun kalimat dan bentuk-bentuk kebahasaan yang lain sehingga hasilnya tidak akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

menimbulkan tafsir ganda. Bentuk-bentuk kebahasaan yang memiliki tafsir ganda itu biasanya adalah bentuk-bentuk kebahasaan yang memiliki makna ambigu atau makna yang lebih dari satu. Selain itu, massalah pemilihan kata atau diksi bisa menentukan santun tidaknya bahasa yang dipakai seseorang. Adapun contoh ketidakcermatan dalam kalimat sehingga menimbulkan penafsiran yang ganda adalah sebagai berikut. (26) Pidato guru yang terakhir itu mampu membangkitkan semangat murid-murid. Kalimat di atas menjadi ambigu karena maknanya tidak jelas. Pada kalimat (26), apakah (a) pidato guru yang terakhir atau (b) pidato guru yang terakhir yang dimaksud belum bisa dijelaskan. Agar tidak ambigu, kalimat tersebut ditulis seperti ini. (26a) Pidato dari guru yang terakhir itu mampu membangkitkan semangat murid-murid. (26b) Pidato yang terakhir dari guru itu mampu membangkitkan semangat murid-murid. f.

Kepaduan Makna Ciri berikutnya yang menandai keefektifan sebuah kalimat ialah

kepaduan makna. Yang dimaksud padu ialah bersatu. Bentuk kebahasaan yang padu adalah bentuk kebahasaan yang tidak terpecah-pecah. Bentuk kebahasaan yang padu juga bisa dilihat dari bentuk kebahasana yang susunannya tidak bertele-tele. Selain itu, kesalahan kebahasaan lain yang juga berkenaan dengan masalah kepaduan bentuk dan makna kebahasaan ini adalah konstruksi yang di tengah-tengahnya disela oleh kata daripada atau tentang antara kata kerja dan objek, seperti contoh di bawah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

(27) Buku yang kubeli minggu lalu menjelaskan tentang cara membuat pupuk jagung dengan memanfaatkan ampas tahu. (28) Banyak orang belum menyadari akan pentingnya kesehatan lingkungan. Dalam kalimat aktif transitif, yaitu kalimat yang memiliki objek, verba transitif tidak perlu diikuti oleh preposisi sebagai pengantar objek. Dengan kata lain, antara predikat dan objek tidak perlu disisipi preposisi, seperti atas, tentang, atau akan. Perbaikan kalimat-kalimat di atas adalah sebagai berikut. (27a) Buku yang kubeli minggu lalu menjelaskan cara membuat pupuk jagung dengan memanfaatkan ampas tahu. (28a) Banyak orang belum menyadari pentingnya kesehatan lingkungan. Minto Rahayu berpendapat, kepaduan makna akan rusak oleh empat faktor, yakni 1) letak kalimat yang tidak sesuai dengan pola kalimat; 2) salah menggunakan kata depan dan kata hubung; 3) pemakaian kata yang tumpang tindih; 4) salah menggunakan keterangan aspek. g.

Kelogisan Makna Ciri kalimat efektif yang terakhir adalah tentang kelogisan makna.

Kalimat yang logis adalah kalimat yang bernalar, yang ide atau gagasannya sejalan dengan nalar yang benar dan berlaku universal, seperti contoh berikut. (29) (30) (31) (32)

Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan acara ini. Kepada penyaji, waktu dan tempat dipersilakan. Selamat Hari Ulang Tahun RI ke-64. Mantan Presiden Soeharto, ....

Ketidaklogisan bisa terjadi karena penulis tidak hati-hati. Pada kalimat (29) ketidaklogisan terdapat pada makna mempersingkat waktu. Kita tidak bisa mempersingkat atau memendekkan waktu. Kata yang tepat untuk menggantikan kata yang maknanya sama dalam kalimat tersebut ialah

menghemat.

Ketidaklogisan pada kalimat (30) terdapat pada waktu dan tempat dipersilakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Maksud dari kalimat ini adalah mempersilakan penyaji untuk melakukan sesuatu sehingga yang seharusnya dipersilakan adalah penyaji, bukan waktu dan tempat. Seringkali kita membaca tulisan Selamat Hari Ulang Tahun RI ke-64 setiap tanggal 17 Agustus. Maksud dari tulisan itu adalah mengucapkan selamat untuk Indonesia yang merayakan ulang tahun ke-64, bukan mengucapkan selamat untuk Indonesia ke-64 (urutan ke-). Kalimat (32) juga mempunyai masalah yang hampir sama dengan kalimat (31). Tidak ada nama negara Soeharto. Logikanya, presiden adalah sebutan untuk kepala negara, sedangkan nama Soeharto di belakangnya menjelaskan kepala negara Soeharto. Penambahan nama negara dan pembubuhan tanda baca koma di antara presiden dan Soeharto bisa membantu meniadakan ketidaklogisan kalimat itu. Jika diperbaiki, kalimat-kalimat di atas akan menjadi seperti berikut. (29a) Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini. (30a) Penyaji kami persilakan. (31a) Selamat Hari Ulang Tahun ke-64 RI. (32a) Mantan Presiden RI, Soeharto, .... 8.

Tipe Kesalahan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tipe disebut sebagai model. Yang

dimaksud model dalam penelitian ini adalah tipe atau jenis kesalahan yang terdapat dalam buku yang diteliti. Jenis kesalahan ini diambil setelah tahapan pengklasifikasian kesalahan berbahasa dilakukan setelah tahap pengenalan kesalahan dan identifikasi kesalahan. 9.

Sebab-Sebab Kesalahan Beberapa pakar, seperti dijelaskan Tarigan (1987) membedakan sebab

kesalahan berbahasa menjadi dua jenis, yakni:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

a) kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian yang disebut mistakes (Chomsky, 1965). b) kesalahan-kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa yang disebut oleh Chomsky sebagai kesalahan kompetensi yang disebut errors (Corder, 1967). Poedjosoedarmo (Setiyaningsih, dkk, dalam Jurnal Kependidikan yang diterbitkan oleh Widya Dharma, 2014) menyebutkan kesalahan berbahasa adalah karena (1) adanya pemahaman yang keliru, (2) interferensi, (3) perilaku berbahasa yang tidak cermat, (4) logika yang belum matang, dan (5) hiperkoreksi. Sejalan dengan pendapat di atas, S. Pit Corder, (Setiyaningsih, dkk, dalam Jurnal Kependidikan yang diterbitkan oleh Widya Dharma, 2014) menyebut adanya tiga alasan bagi terjadinya kesalahan berbahasa, yakni (1) kesalahan dalam pentransferan, (2) kesalahan analogis, dan (3) kesalahan yang diinduksi dari pengajaran yang lemah atau keliru. Setyawati (2010) juga menjelaskan penyebab kesalahan berbahasa sebagai berikut. a) Terpengaruh bahasa yanglebih dahulu dikuasainya b) Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya atau sering disebut sebagai kesalahan intrabahasa yang bisa disebabkan oleh (a) penyamarataan berlebihan, (b) ketidaktahuan pembatasan kaidah, (c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan konsep. c) Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Teori-teori analisis kesalahan berbahasa menurut para pakar di atas digunakan untuk menganalisis data kebahasaan yang dikumpulkan dari buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Dari beberapa uraian tentang sebab-sebab kesalahan berbahasa yang dijelaskan para pakar di atas, peneliti menyimpulkan sebab-sebab kesalahan sebagai berikut. (1)

Interferensi atau Pengaruh Bahasa Ibu Ini berarti bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh bahasa pertama

(B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari pembelajar. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang mencerminkan struktur bahasa ibu atau bahasa asli pemakai bahasa. (2)

Overgeneralisasi Kesalahan ini disebabkan oleh perluasan kaidah-kaidah bahasa sasaran

pada konteks-konteks yang tidak tepat. Dengan kata lain, terdapat upaya melakukan generalisasi yang keterlaluan terhadap kaidah-kaidah bahasa yang justru membuat pemakai bahasa gagal memberi perhatian kepada pengecualianpengecualian (Tarigan, 1987). (3)

Ketidakcermatan atau Perilaku Berbahasa yang Tidak Cermat Ketidakcermatan dalam hal ini menyinggung tentang kesalahan (errors)

dan kekeliruan (lapses). Kesalahan berakibat dari upaya sang pembelajar mengikuti kaidah-kaidah yang diyakininya, benar atau tepat, tetapi sebenarnya salah dalam beberapa hal, sedangkan kekeliruan disebabkan oleh kegagalan mengikuti

kaidah,

biasanya

karena

kelalaian.

(Tarigan,

1987:36).

Ketidakcermatan dalam hal ini, peneliti simpulkan sebagai akibat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

ketidaktelitian pemakai bahasa dalam menerapkan kebahasaan. Ketidaktelitian itu menyebabkan kesalahan-kesalahan kecil muncul dalam penulisan buku teks ini. Penulis mengerti tentang kaidah suatu kebahasaan, tetapi kurang teliti dalam menerapkannya ke dalam bentuk tulisan. (4)

Ketidakpahaman atau Kekurangpahaman Pemakai Bahasa Mengenai Kaidah Kebahasaan Ketidakpahaman ini akhirnya menyebabkan si pemakai bahasa

merefleksikan ciri-ciri umum kaidah kebahasaan yang dipelajarinya dengan tidak tepat. Dengan kata lain, si pengguna bahasa salah atau keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Penyamarataan berlebihan, ketidaktahuan pembatasan kaidah, penerapan kaidah yang tidak sempurna dan salah menghipotesiskan konsep bisa menyebabkan pemakai bahasa dinilai tidak memahami kaidah kebahasaan yang sedang dipakainya. (Setyawati, 2010) (5)

Pengajaran yang Kurang Tepat Penyebab lain kesalahan berbahasa adalah adanya pengajaran yang

kurang tepat atau kurang sempurna. Bisa juga, guru memberikan kaidah-kaidah yang salah pada pembelajar yang akhirnya pembelajar menginduksi kebahasaan yang salah dari pengajaran yang salah itu dan dipakai terus-menerus oleh siswa. 10. Kriteria Penulisan Buku Teks Pelajaran Pengertian buku teks telah disampaikan oleh beberapa pakar, salah satunya adalah Sitepu. Dalam bukuya yang berjudul Penulisan Buku Teks Pelajaran, ia menjelaskan definisi buku teks pelajaran seperti berikut. Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib yang dipakai di sekolah memuat materi pembelajaran dalam meningkatkan keimanan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan (Sitepu, 2012:8). Dalam penelitian ini akan dijelaskan bagaimana penulisan dari sebuah buku teks yang baik. Terdapat tiga kriteria yang ditulis Sitepu dalam bukunya mengenai pemakaian kaidah bahasa yang dipakai dalam buku teks pelajaran. Berikut penjelasannya. a.

Kelengkapan Kalimat Kalimat itu setidak-tidaknya memiliki pokok

kalimat (subjek) dan

sebutan kalimat (predikat). (33) Ibu menanak. Kalimat yang lengkap terdiri atas subjek, predikat, dan pelengkap penderita, seperti contoh berikut. (33a) Ibu menanak nasi. Kalimat di atas juga bisa dikembangkan lagi dengan menambahkan keterangan sebutan, tempat, dan waktu, misalnya: (33b) Ibu menanak nasi di dapur tadi pagi. Di samping itu terdapat juga kalimat yang terdiri atas serangkaian gagasan utuh, tetapi mempunyai hubungan satu sama lain. Kalimat tersebut disebut kalimat majemuk. (33c) Tadi pagi ibu menanak nasi dan saya mengiris wortel. Di samping susunan kata dalam kalimat, perlu diperhatikan pula penggunaan kata ganti atau kata keterangan yang dapat bermakna ganda dan membingungkan, misalnya:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

(34) Mobil tetangga saya yang baru itu berwarna merah. Kata keterangan yang baru dalam kalimat dapat membingungkan pembaca karena bisa berarti mobil baru atau tetangga baru. Oleh karena itu, penggunaan kata ganti atau kata keterangan hendaknya dihindari. Kalimat di atas dapat ditulis sebagai berikut. (34a) Mobil tetangga saya baru. Mobil itu berwarna merah. (34b) Tetangga saya baru. Mobilnya berwarna merah. b.

Susunan Kata Penyusunan kata dalam bahasa Indonesia menggunakan hukum DM

(Diterangkan dan Menerangkan). Artinya, kata kedua menerangkan/menjelaskan kata di depannya, misalnya. Mobil baru: mobil yang baru. Lelaki tampan: lelaki yang parasnya tampan. c.

Penulisan Ejaan Dalam buku ini dijelaskan aturan penulisan ejaan yang hanya mencakup

penulisan huruf, kata, dan tanda baca. Penulisan huruf termasuk penggunaan huruf besar dan kecil. Penggunaan huruf besar dan kecil dewasa ini masih sangat membingungkan. Masih saja perbedaan penggunaan huruf kapital, misalnya pada kata pemerintah, universitas, bapak, ibu, dan sebagainya yang merupakan kata bermakna khusus, tertentu, dan terbatas itu menggunakan huruf kecil, misalnya pada contoh berikut. (35) Sebentar lagi ia akan menjadi bapak. (36) Apakah Bapak akan pergi? (37) Saya sependapat bahwa tidak semua lulusan sekolah menengah atas harus melanjutkan pendidikannya ke universitas. (38) Kakak saya lulusan Universitas ternama di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Sangat jelas perbedaan antara pemakaian huruf kapital pada kata bapak kalimat pertama dan kata bapak kalimat kedua. Pada kalimat pertama, kata bapak dipakai untuk sebuah silsilah atau keturunan sehingga tidak perlu memakai huruf kapital. Berbeda dengan kalimat pertama, kalimat kedua memakai kata bapak sebagai kata sapaan. Kata sapaan harus menggunakan huruf kapital. Pada kalimat berikutnya terdapat kata universitas yang artinya tidak merujuk pada sebuah tempat tertentu sehingga tidak perlu memakai huruf kapital. Berbeda dengan kalimat terakhir, universitas pada kalimat terakhir mengacu pada salah satu tempat tertentu di Indonesia sehingga harus memakai huruf kapital. d.

Penulisan Kata Majemuk Penulisan yang kerap kali membingungkan adalah kata yang dilengkapi

dengan awalan, akhiran, atau keduanya, misalnya penulisan kata garis bawah yang sering kita jumpai. Jika dikenai awalan, akhiran, atau keduanya, penulisan kata itu adalah sebagai berikut. 1) 2) 3) 4) e.

Garis bawah Garis bawahi Menggarisbawahi Digarisbawahi

Penulisan Kata Depan Dalam bahasa Indonesia, penulisan kata depan seperti di, ke, dan dari

dipisah dari kata yang mengikutinya. Di samping itu, kata di dan ke dapat juga digunakan sebagai sebuah awalan dan penulisannya dirangkai dengan kata yang mengikutinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

f.

45

Kata Berulang Kata berulang dituliskan terpisah dengan menggunakan garis pemisah (-)

dan tanpa diberi spasi. Kata berulang ini biasanya menyatakan banyaknya suatu hal. Misalnya: rumah-rumah: banyak rumah. C. Kerangka Berpikir Penelitian ini menggunakan teori dari Depdiknas (2005), Tarigan (1987), Setyawati (2010), Rahardi (2010), Sugono (2009), dan Sitepu (2012). Dari teori beberapa pakar, peneliti membuat uraian kerangka berpikir seperti berikut. Peneliti mengumpulkan data dengan membaca cermat buku teks dan menggarisbawahi dan menandai bagian yang mengandung unsur kesalahan berbahasa, kemudian peneliti menjelaskan atau menguraikan bagian yang salah tersebut. Setelah itu, peneliti memasukkan pengelompokan atau pengklasifikasian kesalahan-kesalahan kebahasaan ke dalam tabel data kesalahan berbahasa dan menganalisis penyebab kesalahan berbahasa, dilihat dari frekuensi pemakaian kesalahan kebahasaan penulis. Masalah ejaan akan diteliti dengan acuan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa dan diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta pada tahun 2005. Ejaan akan membahas lima masalah, antara lain pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Masalah sintaksis yang dibatasi hanya sampai pada tataran kalimat akan menggunakan teori dari Rahardi (2009 dan 2010), Sitepu (2012), dan Sugono

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

(2009). Kedua teori sama-sama membahas tentang kalimat. Hanya saja, terdapat perbedaan pada ketiganya, yakni teori dari Rahardi yang dipakai adalah tentang keefektifan kalimat, sedangkan teori dari Sugono dan Sitepu yang dipakai adalah teori tentang unsur-unsur kalimat yang nantinya akan melengkapi teori dari Rahardi. Ketiga teori itu saling melengkapi dan mendukung dalam penelitian ini. Keefektifan kalimat meliputi kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan dan kesantunan, kepaduan makna, dan kelogisan makna. Sebab-sebab kesalahan pada buku yang diteliti menggunakan teori dari Tarigan (1987) dan Setyawati (2010). Kedua pakar menyebutkan beberapa sebab kesalahan bentuk kebahasaan yang kemudian dapat dikelompokkan menjadi interferensi,overgeneralisasi, ketidakcermatan, ketidakpahaman pemakai terhadap kaidah bahasa yang dipakai, dan pengajaran yang kurang tepat atau keliru.Selanjutnya, kesalahan-kesalahan tersebut akan ditipe-tipekan menurut klasifikasinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TIPE-TIPE DAN SEBAB KESALAHAN BERBAHASA

Kesalahan Ejaan

Sebab –Sebab Kesalahan

Kesalahan Kalimat

Sugono (2009)

Rahardi (2009)

Tarigan (1987) Kalimat Efektif

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Kese pada nan Struk tur

Kepara lelan Bentuk

Setyawati (2010)

Unsur-Unsur Kalimat

Keteg asan Makna

Kehe matan Kata

Kecermat an dan Kesantun an

Kepad uan Makna

Kelogi san Makna

Interferensi

Overgeneralisasi Ketidakcermatan

Pemakai an Huruf

Pemakaian Huruf Miring dan Huruf Kapital

Penu lisan Kata

Penulisa n Unsur Serapan

Ketidakpahaman Kaidah Kebahasaan

Pemak aian Tanda Baca

Metode Pengajaran yang Keliru

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir

47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan berbahasa ejaan dan kalimat pada buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X yang digunakan sebagai pegangan siswa. Pada metodologi penelitian ini terdapat lima subbab. Kelima subbab tersebut ialah jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data,dan triangulasi. A. Jenis Penelitian Penelitian

ini

termasuk

dalam

penelitian

deskriptif.

Arikunto

memaparkan sebuah pengertian dari penelitian deskriptif. Dalam bukunya yang berjudul Manajemen Penelitian (2005:234), Arikunto menjelaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala, atau keadaan. Seperti halnya penelitian ini, penelitian ini tidak memberikan kontrol atau perlakuan apaapa terhadap objek sehingga penelitian ini dikatakan sebagai penelitian deskriptif. Penelitian tentang kesalahan ejaan dan kalimat ini akan menggambarkan apa adanya keadaan ejaan dan kalimat dalam buku teks pelajaran. Penelitian ini juga tidak bermaksud membuktikan dugaan atau uji hipotesis. Penelitian ini juga termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang

48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007:6). Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif karena bermaksud memahami fenomena kesalahan berbahasa dalam buku pelajaran siswa (dalam hal ini penyebab kesalahan kebahasaan) dan mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Ada beberapa jenis penelitian yang dapat dikategorikan sebagai penelitian

deskriptif,

seperti

penelitian

survei,

studi

kasus,

penelitian

perkembangan, penelitian tindak lanjut, analisis dokumen, dan penelitian korelasional. Penelitian ini juga bisa sebagai penelitian analisis dokumen atau analisis isi karena memiliki tujuan untuk mengetahui kecenderungan banyaknya kesalahan ejaan di dalam buku-buku yang sedang beredar di pasaran (Arikunto, 2005:244). B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang, tempat data penelitian melekat dan dipermasalahkan (Arikunto, 2003). Subjek penelitian ini adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Objek penelitian adalah benda yang dijadikan sasaran untuk diteliti. Objek penelitian ini adalah ejaan dan kalimat pada buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X yang mengandung kesalahan. Ejaan dan kalimat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

tersebut akan ditemukan pada setiap bacaan dan kalimat dalam tugas untuk setiap pelajaran dalam buku. C. Sumber Data dan Data Penelitian Lofland dan Lofland menyebutkan sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2006:157). Sumber data itu sendiri terbagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Walaupun sumber data tambahan seperti dokumen dikatakan Lofland sebagai sumber data kedua, hal itu tidak bisa diabaikan. Sumber data berupa buku termasuk di dalam sumber data tertulis. Buku penerbitan resmi pemerintah merupakan sumber tertulis. Data dari penelitian ini diperoleh dari sumber tertulis.Sumber data penelitian ini adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X, sedangkan data dari penelitian ini adalah hasil pencatatan peneliti tentang objek penelitian. Data yang dihasilkan berupa kata-kata; kalimatkalimatdalam buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X yang mengandung kesalahan ejaan dan kalimat. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dipakai pada penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pustaka ialah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Sabroto, 1992:42). Sumber dalam penelitian ini adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

E. Instrumen Penelitian Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya (Moleong, 2006). Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong, yang dimaksud dengan peneliti sendiri atau manusia sebagai instrumen penelitian adalah peneliti bertindak menjadi peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Dalam penelitian ini, peneliti menempatkan diri sebagai intrumen penelitian dengan mendasarkan diri atas pengetahuan yang didapat sebelumnya. Peneliti membuat suatu kerangka yang berisi masalah-masalah utama pada ejaan dan kalimat dalam bentuk tabel instrumen penelitian. Selama peneliti mengumpulkan data, tanpa disadari, peneliti telah melakukan kegiatan lapangan dengan bekal pengetahuan yang peneliti dapatkan sebelumnya. Dasar-dasar pengetahuan inilah yang membimbing peneliti sewaktu bekerja di lapangan penelitian. F. Teknik Analisis Data Bogdan dan Biklen (1982) seperti yang dikutip Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif mengemukakan pengertian analisis data sebagai berikut. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2006:248). Analisis

data

itu

sendiri

dijelaskan

Moleong

(2006)

ialah

proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dari dua rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis data dimulai dari pengorganisasian data kemudian dikelola untuk dapat menentukan tema. Seiddel pada tahun 1998 (dalam Moleong, 2006) memaparkan sebuah proses dari analisis data kualitatif sebagai berikut. 1. Mencatat hasil catatan lapangan dengan memberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri 2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya 3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari, dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analitik. Cara kerja metode ini mula-mula menyusun semua data yang terkumpul, menjelaskannya kemudian menganalisisnya (Surakhmad, 1980:140). Analisis data penelitian ini dilakukan dengan identifikasi kesalahan-kesalahan berbahasa. Setelah diidentifikasi, kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut diklasifikasikan dalam kelompok-kelompok tertentu sehingga akan terlihat kesalahan-kesalahan

53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berbahasa yang sering dilakukan oleh pembelajar. Dari penjelasan tersebut, peneliti mengambil langkah jalannya penelitian seperti berikut. 1.

Memahami kajian tentang kaidah kebahasaan (kalimat efektif dan ejaan).

2.

Membaca cermat, menggarisbawahi, dan menandai kesalahankesalahan ejaan maupun kalimat yang dijumpai dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X(kesalahan ejaan dianalisis dengan berpedoman pada buku Pedoman

Umum

sedangkan

Bahasa

kesalahan

Indonesia

kalimat

yang

dibatasi

Disempurnakan,

dianalisis

dengan

berpedoman pada teori kalimat efektif yang dikemukakan oleh Rahardi, 2010). 3.

Menjelaskan

atau

menguraikan

kesalahan-kesalahan

yang

ditemukan. 4.

Memasukkan pengelompokan atau pengklasifikasian kesalahankesalahan kebahasaan ke dalam tabel data kesalahan berbahasa.

5.

Peneliti menganalisis penyebab kesalahan tersebut.

6.

Diskusi mendalam (triangulasi).

G. Triangulasi Triangulasi

adalah

teknik

pemeriksaan

keabsahan

data

yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:330). Denzin dalam Moleong (2006) menyebutkan terdapat empat teknik dalam triangulasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

1. Triangulasi Sumber 2. Triangulasi Metode 3. Triangulasi Penyidik 4. Triangulasi Teori Peneliti

memanfaatkan

triangulasi

penyidik

untuk

pemeriksaan

keabsahan data penelitian yang dilakukan. Triangulasi penyidik ini bekerja dengan cara memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Fungsi pengamat lainnya dalam hal ini ialah untuk membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Teknik ini dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan hasil analisis kepada pakar, dalam hal ini pakar ejaan dan kalimat, yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd., sedangkan analisis sebab-sebab kesalahan berbahasa oleh Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai dua hal, yaitu deskripsi data, hasil analisis dan pembahasan. Pada bagian deskripsi data, peneliti memaparkan semua data yang diteliti. Selanjutnya, pada hasil analisis dan pembahasan, peneliti menguraikan hasil analisis data disertai dengan analisis penyebab kesalahan pada data. A. Deskripsi Data Data penelitian ini berasal dari buku teks pelajaran bahasa Indonesia pegangan siswa yang berjudul Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik Kelas X. Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku ini disusun dengan berbasis teks dan memuat enam bab, 256 halaman. Data yang dikumpulkan berupa kalimat-kalimat yang mengandung kesalahan tipe ejaan dan kesalahan tipe kalimat, yang terdapat dalam bacaan dan tugas dalam teks, kecuali teks yang memuat percakapan secara langsung. Telah didapat beberapa kalimat dengan jumlah 4 tipe kesalahan ejaan, 4 tipe kesalahan bentuk kalimat dan 3 sebab kesalahan dalam buku teks. Jumlah kesalahan pada ejaan yakni 4 tipe, yakni kesalahan pemakaian huruf, kesalahan penulisan kata, kesalahan penulisan unsur serapan, dan kesalahan pemakaian tanda baca dengan rincian 9 kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring, 9 kesalahan penulisan kata, 4 kesalahan penulisan unsur serapan, dan 11 kesalahan pemakaian tanda baca. Masing-masing tipe kesalahan ejaan

55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

tersebut masih mengandung beberapa kesalahan, di antaranya 9 kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring itu meliputi 6 kesalahan pemakaian huruf kapital dan 3 kesalahan pemakaian huruf miring. Sembilan kesalahan pemakaian penulisan kata meliputi 2 kesalahan pemakaian kata dasar, 1 kesalahan penulisan kata turunan, 1 kesalahan penulisan partikel, dan 5 kesalahan penulisan angka dan lambang bilangan. Berikutnya, 4 kesalahan penulisan unsur serapan meliputi kesalahan penulisan unsur asing yang belum terserap ke dalam bahasa Indonesia yang tidak dicetak miring, sedangkan 11 kesalahan pemakaian tanda baca meliputi 2 kesalahan pemakaian tanda titik, 4 kesalahan pemakaian tanda koma, 1 kesalahan pemakaian tanda titik dua, 1 kesalahan pemakaian tanda tanya, 1 kesalahan pemakaian tanda seru, 1 kesalahan pemakaian tanda kurung, dan 1 kesalahan pemakaian tanda petik tunggal. Pada kalimat efektif, terdapat 7 ciri yang akan dijadikan acuan untuk menganalisis kesalahan kalimat. Ketujuh ciri tersebut ialah kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan dan kesantunan, kepaduan makna, dan kelogisan makna. Dari tujuh ciri pada kalimat efektif, hanya ditemukan 4 ciri kalimat yang belum memenuhi standar keefektifan kalimat, di antaranya kesepadanan struktur, kehematan kata, kecermatan dan kesantunan, dan kepaduan makna. Tipe kesalahan kalimat yang ditemukan dalam buku berjumlah 4, yakni kesalahan kalimat efektif dalam hal kesepadanan struktur, kesalahan kalimat efektif dalam hal kehematan kata, kesalahan kalimat efektif dalam hal kecermatan dan kesantunan, dan kesalahan kalimat dalam hal kepaduan makna. Kesalahan pada kalimat efektif berjumlah 65 kesalahan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

jumlah kesalahan berbeda pada tiap-tiap tipenya. Adapun kesalahan kalimat menurut ciri kesepadanan struktur berjumlah 31 kesalahan, pada kehematan kata berjumlah 18 kesalahan, kecermatan berjumlah 8 kesalahan, dan kepaduan makna berjumlah 8 kesalahan. Sebab-sebab kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam buku meliputi kesalahan interferensi bahasa ibu, kesalahan berbahasa karena ketidakcermatan penulis, dan kesalahan berbahasa karena ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah-kaidah bahasa. Adapun kesalahan berbahasa karena interferensi bahasa ibu pada tipe ejaan berjumlah 34 dengan 12 kesalahan ejaan yang disebabkan oleh ketidakcermatan dan 22 kesalahan ejaan yang disebabkan oleh ketidakpahaman penulis mengenai kaidah kebahasaan kaidah ejaan yang dipakai. Pada kalimat efektif, ditemukan 64 kalimat dengan 2 kesalahan kalimat karena interferensi, 4 kesalahan kalimat karena ketidakcermatan penulis, dan 58 kesalahan kalimat karena ketidakpahaman penulis tentang kaidah penulisan kalimat efektif. B. Hasil Analisis dan Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kesalahan ejaan dan kalimat, sesuai dengan tipe kesalahannya dan menjelaskan sebab-sebab kesalahan. Klasifikasi kesalahan kebahasaan yang diteliti adalah kesalahan ejaan dan kesalahan pada kalimat. Untuk menjawab masalah kesalahan ejaan yang terdapat pada buku teks tersebut, peneliti menggunakan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan milik Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, sedangkan klasifikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

kesalahan kalimat pada kalimat efektif, peneliti menggunakan beberapa teori dari Rahardi, yakni kalimat efektif dan teori dari Sugono untuk melengkapi teori Rahardi tentang struktur kalimat, sebagaimana ditulis dalam kajian teori, sebagai acuan pengklasifikasian kesalahan kebahasaan dalam kalimat. Selanjutnya, masalah penyebab kesalahan kebahasaan itu juga akan dibahas dalam penelitian ini dengan mengacu pada teori beberapa pakar tentang penyebab kesalahan kebahasaan, salah satunya ialah teori dari Setyawati. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 33 jenis kesalahan ejaan dan 65 jenis kesalahan kalimat dalam buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013 terbitan Kemendikbud. Pada kesalahan ejaan penulisan buku teks terdapat sebanyak 35kesalahan dengan rincian 6 kesalahan pemakaian huruf kapital, 3 kesalahan pemakaian huruf miring, 2 kesalahan penulisan kata dasar, 1 kesalahan penulisan kata turunan, 1 kesalahan penulisan partikel, 4 kesalahan penulisan unsur serapan, dan 11 kesalahan pemakaian tanda baca. Pada tataran kalimat, ditemukan 65 kalimat yang tidak mengandung unsur keefektifan kalimat. Kesalahan kalimat yang paling sering ditemukan adalah masalah kesepadanan struktur yang berjumlah 31 kesalahan. Urutan kedua ada pada 18 masalah kehematan kata, 8 masalah kecermatan dalam penulisan kata, dan 8 masalah kepaduan makna.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.

59

Tipe Kesalahan Data dianalisis berdasarkan klasifikasi kesalahan kebahasaannya,

kemudian ditipifikasikan menurut jenis kesalahannya. Berikut tipe-tipe data kesalahan kebahasaan dalam buku beserta pembetulannya. a.

Kesalahan Ejaan Kesalahan ejaaan yang dimaksud adalah penggunaan ejaan yang tidak

sesuai dengan pedoman. Kesalahan ejaan yang ditemukan dalam buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik terbitan Kemendikbud meliputi kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring, kesalahan penulisan kata, kesalahan penulisan unsur serapan, dan kesalahan pemakaian tanda baca. a) Pemakaian Huruf Beberapa contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemakaian huruf adalah sebagai berikut. (1)

Lalu, kalian akan membuat teks tentang Bahasa A yang perlu dijaga dan dikembangkan agar tidak punah. (hlm. 187) (2) Setelah itu, Gunakan bagian pegangan pada kartrid toner untuk memasukkan kartrid secara perlahan ke dalam printer dan sesuaikan tab pada sisi kartrid dengan alur yang ada di dalam printer, sehingga kartrid toner berada di posisi yang benar sampai terkunci di tempatnya semula. (hlm. 188) (3) Seorang kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang pembuat jembatan kepada yang mulia hakim karena jembatan yang dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang Pedati terjatuh ke sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya. (hlm. 121) Kesalahan pada kalimat (1) sering terdapat dalam ragam tulis di media cetak. Kesalahan terletak pada penulisan huruf kapital pada Bahasa A yang bukan merupakan judul dalam teks. Sesuai dengan PUEYD, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Untuk itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

penulisan bahasa dalam teks itu tidak perlu menggunakan huruf kapital. Kalimatnya menjadi seperti berikut. (1a) Lalu, kalian akan membuat teks tentang bahasa A yang perlu dijaga dan dikembangkan agar tidak punah. Pada kalimat (2) terdapat kesalahan pada tipe penggunaan huruf kapital dan huruf miring menurut PUEYD (2005), khususnya penulisan huruf kapital. Huruf kapital yang tidak tepat terdapat pada kata gunakan yang berada setelah tanda baca koma. Seharusnya, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata di awal kalimat, bukan di tengah kalimat yang didahului tanda baca koma. Pembetulan kalimat (2) adalah sebagai berikut. (2a) Setelah itu, gunakan bagian pegangan memasukkan kartrid secara perlahan sesuaikan tab pada sisi kartrid dengan printer, sehingga kartrid toner berada di terkunci di tempatnya semula.

pada kartrid toner untuk ke dalam printer dan alur yang ada di dalam posisi yang benar sampai

Pada kalimat (3), nama diri dalam teks ditulis dengan huruf kapital. Namun, ada bagian teks yang juga memuat nama diri tidak menggunakan huruf kapital, yakni penulisan nama diri pembuat jembatan dan yang mulia hakim. Dalam PUEYD, kesalahan ini termasuk dalam tipe kesalahan dalam pemakaian huruf kapital dan huruf miring, khususnya pemakaian huruf kapital atau huruf besar. Penggunaan huruf kapital dirasa perlu karena dalam teks, sebutan nama diri ialah untuk menunjuk nama orang yang bersangkutan. Penulisan nama diri yang benar menurut PUEYD adalah sebagai berikut. (3a) Seorang kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang Pembuat Jembatan kepada Yang Mulia Hakim karena jembatan yang dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang Pedati terjatuh ke sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

b) Penulisan Kata Terdapat empat tipe kesalahan penulisan kata dalam buku teks yang diteliti. Kesalahan tersebut meliputi kesalahan penulisan kata dasar, kesalahan penulisan kata turunan, kesalahan penulisan partikel, dan kesalahan penulisan angka dan lambang bilangan. Beberapa kalimat yang mengandung kesalahan penulisan kata ialah sebagai berikut. (4) (5)

(6) (7) (8)

Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan ke luar kami. (hlm. 130) Terakhir, tutuplah penutup bagian depan printer dan pastikan tertutup secara sempurna. Dan printerpun siap untuk digunakan kembali. (hlm. 188) Carilah buku yang berisi hasil perundingan antar negara. (hlm. 134) Terdapat 4 butir pada teks tersebut. (hlm. 59) Selain 11 binatang paling langka di Indonesia, masih terdapat hewan-hewan langka lainnya yang oleh IUCN Redlist dimasukkan ke dalam status konservasi (terancam punah). Satu tingkat di bawah kritis. (hlm. 169)

Tipe kesalahan penulisan kata, khususnya kata dasar terdapat pada kalimat (4). Kata ke luar dalam konteks itu adalah lawan dari kata masuk, bukan menuju pada suatu tempat. Sehingga, penulisan ke luar yang tepat adalah disambung, bukan dipisah karena ke luar dalam kalimat itu merupakan kata dasar(Rahardi). Sesuai dengan PUEYD, kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Pembetulan kalimat menjadi seperti berikut. (4a) Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan keluar kami. Kalimat (5) mengandung tipe kesalahan penulisan kata, khususnya partikelpun. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

tertera dalam PUEYD, pada kalimat (5), partikel pun seharusnya ditulis menjadi seperti berikut. (5a) Terakhir, tutuplah penutup bagian depan printer dan pastikan tertutup secara sempurna. Printer pun siap untuk digunakan kembali. Kesalahan pada tipe penulisan kata, khususnya kata turunan terdapat pada kalimat (6), pada kata antar. Menurut PUEYD, jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Seperti pada kalimat (6), penulisan antar negaradalam kalimat pun seharusnya ditulis serangkai. (6a) Carilah buku yang berisi hasil perundingan antarnegara. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti dalam pemaparan dan pemerincian (PUEYD, 2005). Pada kalimat (7) dan (8), tidak ada pemerincian ataupun pemaparan, sehingga angka dan lambang bilangan di atas harusnya ditulis dengan huruf. Kalimat (7) mengandung tipe kesalahan penulisan kata, khususnya penulisan angka dan lambang bilangan. Begitu juga dengan kalimat (8). Ketentuan dalam PUEYD, lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan. Maka, pembetulan kalimat (7) dan (8) adalah sebagai berikut. (7a) Terdapat empat butir pada teks tersebut. (8a) Selain sebelas binatang paling langka di Indonesia, masih terdapat hewan-hewan langka lainnya yang oleh IUCN Redlist dimasukkan ke dalam status konservasi (terancam punah). Satu tingkat di bawah kritis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c)

63

Penulisan Unsur Serapan

Kata serapan yang ada pada buku teks yang diteliti ini merupakan unsur yang dipinjam dari bahasa asing, baik dari bahasa daerah maupun bahasa Inggris, yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Berikut kata-kata serapan tersebut. (9)

Melihat potensi yang sedemikian besar, dalam beberapa side meeting sidang IMF yang sempat saya ikuti, para investor asing mengharapkan makin banyak pilihan investasi di Indonesia. (hlm. 82) (10) Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan politisi melakukan blusukan, termasuk Darman (maaf bukan nama sebenarnya dan bukan sebenarnya nama). (hlm. 122) Tipe kesalahan penulisan unsur yang diserap dari bahasa asing terlihat pada kalimat (9), yakni pada penulisan side meeting yang tidak dicetak miring dalam kalimat tersebut. Side meeting merupakan istilah dari bahasa Inggris yang dipakai untuk menggantikan ungkapan ‘pertemuan sampingan’, yang belum terserap penuh ke dalam bahasa Indonesia. Dalam PUEYD, dibahas mengenai istilah serapan seperti ini yang dipakai dalam bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Jadi, seharusnya istilah itu dicetak dengan huruf miring. Kalimatnya menjadi seperti berikut. (9a) Melihat potensi yang sedemikian besar, dalam beberapa side meeting sidang IMF yang sempat saya ikuti, para investor asing mengharapkan makin banyak pilihan investasi di Indonesia. Kalimat (10) juga mengandung kesalahan dalam tipe penulisan unsurserapan; pada kata serapan blusukan. Mirip dengan kalimat sebelumnya, terdapat istilah asing dalam kalimat ini, yakni kata blusukan yang dalam bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Jawa berarti blesek atau masuk. Jadi, pembetulan kalimat itu adalah sebagai berikut. (10a) Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan politisi melakukan blusukan, termasuk Darman (maaf bukan nama sebenarnya dan bukan sebenarnya nama). d) Pemakaian Tanda Baca Tipe-tipe kesalahan pemakaian tanda baca meliputi kesalahan pemakaian tanda titik, kesalahan pemakaian tanda koma, kesalahan pemakaian tanda titik dua, kesalahan pemakaian tanda tanya, kesalahan pemakaian tanda seru, kesalahan pemakaian tanda kurung, dan kesalahan pemakaian tanda petik tunggal. Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemakaian tanda baca adalah sebagai berikut. (11) Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan kandangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak) (hlm. 171) (12) Tulislah satu kalimat untuk setiap tahap, dan usahakan kalimat itu telah mencakupi isi pada tahap yang dimaksud! (hlm. 16) (13) Saya kira mereka masih tertidur karena mereka berpesta pora sampai larut malam sehingga saya ketuk-ketuk terus dengan keras: pintu, jendela, dan apa pun yang dapat saya ketuk dalam jangkauan. (hlm. 130) (14) Jelaskan tata organisasi yang ada di sebuah perusahaan? (hlm. 137) (15) Judul apakah yang menurut kalian tepat! (hlm. 131) (16) Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan MAK karena telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah pertama. (hlm. 38) (17) Tanda “^” berarti ‘diikuti oleh. (hlm. 6) Kalimat (11) mengandung tipe kesalahan dalam pemakaian tanda baca, khususnya tanda baca titik. Sesuai dengan ketentuan penggunaan tanda baca dalam PUEYD, kalimat tersebut merupakan kalimat berita yang seharusnya diakhiri dengan tanda baca titik, sedangkan pada kalimat tersebut, tidak terdapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

tanda baca apa pun untuk mengakhirinya. Seharusnya, kalimat tersebut diakhiri dengan tanda baca titik. Kalimat (12) mengandung tipe kesalahan pemakaian tanda baca, khususnya tanda baca koma. Tanda koma yang hadir di depan kata penghubung dan tersebut kurang tepat pemakaiannya sehingga tanda baca koma yang ada sebaiknya dihilangkan saja. Kesalahan pemakaian tanda titik dua terdapat pada kalimat (13). Pada kalimat tersebut, tanda titik dua hadir untuk membatasi pernyataan dengan pemerian yang dapat diketukoleh saya. Namun, dalam kalimat itu, perian merupakan pelengkap atau rangkaian yang mengakhiri pernyataan. Sesuai dengan PUEYD, tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Jadi, seharusnya tanda titik dua tidak perlu hadir dalam kalimat itu. Tipe kesalahan ejaan dalam kalimat (14) adalah kesalahan pemakaian tanda baca, khususnya tanda baca seru di akhir kalimat. Tanda baca yang seharusnya mengakhiri kalimat perintah adalah tanda baca seru, bukan tanda tanya. Kalimat (15) merupakan kebalikan dari kalimat (14). Tanda baca yang seharusnya digunakan untuk mengakhiri kalimat tanya tersebut ialah tanda tanya, bukan tanda seru. Tipe kesalahan pada kalimat (16) terletak pada tanda kurung yang seharusnya mengapit setiap singkatan tetapi justru tidak ada pada singkatan madrasah aliyah kejuruan atau MAK, padahal, setiap singkatan dalam kalimat itu diapit oleh tanda kurung. Tanda petik tunggal seharusnya hadir di depan dan di belakang untuk mengapit makna atau penjelasan lain. Kesalahan seperti ini sangat jelas terlihat pada kalimat (17). Kesalahan pada kalimat (17) termasuk dalam tipe kesalahan pemakaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

tanda baca, khususnya pemakaian tanda petik tunggal (‘...’). Pada kalimat itu, tanda petik tunggal hanya ada di depan kata. Pembetulan kalimat di atas menurut aturan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Inonesia yang Disempurnakan(2005) adalah sebagai berikut. (11a) Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan kandangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak). (12a) Tulislah satu kalimat untuk setiap tahap dan usahakan kalimat itu telah mencakupi isi pada tahap yang dimaksud! (13a) Saya kira mereka masih tertidur karena berpesta-pora sampai larut malam sehingga saya ketuk-ketuk dengan keras pintu, jendela, dan apapun yang dapat saya ketuk dalam jangkauan. (14a) Jelaskan tata organisasi yang ada di sebuah perusahaan! (15a) Judul apakah yang menurut kalian tepat? (16a) Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan (MAK) karena telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah pertama. (17a) Tanda “^” berarti ‘diikuti oleh’. b.

Kesalahan dalam Kalimat Efektif Kesalahan dalam kalimat efektif yang dimaksud ialah penggunaan

kebahasan dalam buku yang tidak sesuai dengan ciri-ciri kalimat efektif yang dikemukakan oleh Rahardi (2009) dalam bukunya yang berjudul Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, yaitu kesepadanan kalimat mengenai struktur kalimat (kejelasan subjek dan predikat, tidak adanya konjungsi intrakalimat yang digunakan dalam kalimat tunggal, dan tidak adanya ‘yang’ di depan predikat), keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan dan kesantunan, kepaduan makna, serta kelogisan makna dalam kalimat. Dalam buku yang diteliti, masih ada penggunaan-penggunaan kalimat yang mubazir, bertele-tele, atau tidak mempunyai struktur kalimat dengan benar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Adapun hasil yang didapat dari penelitian ini adalah masalah pada kesepadanan struktur, kehematan kata, kecermatan, dan kepaduan makna. Berikut akan diuraikan beberapa kalimat yang memiliki kecenderungan tidak efektif. a)

Kesalahan dalam Hal Kesepadanan Struktur Ciri kalimat efektif menurut Rahardi (2009) yang pertama ialah

kesepadanan struktur. Yang dimaksud kesepadanan struktur adalah keseimbangan antara ide atau gagasan dan struktur bahasa yang digunakan dalam membentuk kalimat. Hal itu bisa dilihat dari kejelasan subjek dan predikat kalimat, tidak adanya subjek ganda, tidak adanya konjungsi intrakalimat yang digunakan dalam kalimat tunggal, dan tidak adanya ‘yang’ di depan predikat. Berikut beberapa contoh yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan itu. (18) Baliklah definisi itu |agar dapat menguji kebenarannya. (hlm. 26) P S K ( P O ) (19) Kenyataan bahwa di sekolah dan di perguruan tinggi, orang hanya ‘mempelajari’ teori, sedangkan di masyarakat orang betul-betul S belajar untuk hidup melalui beraneka ragam pengalaman. (hlm. 104) (20) Kenyataan bahwa sebagian di antara kita tidak dapat berbahasa S Indonesia dengan baik dan benar. (hlm. 183) (21) Sebagai warga yang baik, bagi yang sudah memenuhi syarat, K S hendaknya mempunyai KTP. (hlm. 61) Ket. Modalitas P O (22) Teks yang berjudul “Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi”.(hlm. 103) S

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Kesalahan keefektifan kalimat tipe kesepadanan struktur terdapat pada kalimat (18), (19), (20), (21),dan (22). Ketidakefeektifan kalimat (18) terdapat pada struktur kalimatnya. Kalimat itu terdiri dari dua klausa. Subjek dalam klausa anak kalimat tersebut belum jelas. Pada klausa anak, jika diuji dengan uji subjek menurut teori Sugono (2009), pertanyaan yang muncul adalah siapa yang dapat menguji kebenarannya? Kemungkinan jawaban dari pertanyaan itu adalah kalian, kau, kami, saya, dan kita. Maka, dapat disimpulkan bahwa klausa dalam kalimat tersebut belum memiliki subjek. Berikut pembetulannya, dilihat dari teori Rahardi pada buku Penyuntingan Bahasa Indonesia dan teori Sugono tentang subjek kalimat. (18a) Baliklah definisi itu agar kalian dapat menguji kebenarannya. (18b) Baliklah definisi itu agar kaudapat menguji kebenarannya. (18c) Baliklah definisi itu agar kita dapat menguji kebenarannya. (18d) Baliklah definisi itu agar saya dapat menguji kebenarannya. Tipe kesalahan pada kalimat (19) dan (20) masih tentang kesepadanan struktur. Kalimat-kalimat tersebut mempunyai struktur yang tidak lengkap, yakni kekurangan unsur predikat dalam kalimat. Adapun ciri-ciri hadirnya predikat menurut Sugono (2009) adalah dengan adanya kata adalah atau ialah, dapat diingkarkan, dan dapat menjawab pertanyaan mengapa atau bagaimana. Kedua, kata bahwa dalam kalimat (19) dan (20) menandakan bahwa itu adalah subjek (Sugono, 2009). Kekurangan unsur predikat mengakibatkan ketidakjelasan bagaimana dan mengapa subjeknya. Unsur predikat yang mungkin untuk kedua kalimat tersebut adalah dengan ditambahkannya ialah. Alternatif lain adalah dengan menambahkan pada di awal kalimat, menambahkan akhiran –nya pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

kenyataan, dan menghilangkan bentuk bahwa sehingga kalimat tersebut menjadi seperti berikut. (19a) Kenyataan bahwa di sekolah dan di perguruan tinggi, orang hanya ‘mempelajari’ teori, sedangkan di masyarakat orang betul-betul belajar untuk hidup melalui beraneka ragam pengalaman adalah S P benar. (20a) Kenyataan bahwa sebagian di antara kita tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar ialah ......... S P (20b) Pada kenyataannya, sebagian di antara kita tidak dapat berbahasa K S P Indonesia dengan baik dan benar. Dalam kalimat (21), subjek yang dimaksud sebenarnya adalah warga yang baik dan yang sudah memenuhi syarat. Namun, subjek kalimat tidak boleh didahului oleh preposisi sehingga kehadiran bagi membuat subjek kalimat menjadi kabur. Untuk membuat subjek dalam kalimat itu, perlu dihilangkannya kata depan bagi (Sugono, 2009). (21a) Sebagai warga yang baik dan yang sudah memenuhi syarat, K mereka hendaknya mempunyai KTP. S Ket. modalitas P O (21b) Warga yang baik dan memenuhi syarat, hendaknya mempunyai S Ket. modalitas P KTP. O Pada contoh kalimat yang terakhir, (22), juga terdapat kesalahan yang menjadikan kalimat tidak efektif. Kesalahan itu terletak pada hadirnya kata yang di depan predikat kalimat. Dengan kehadiran yang di depan predikat kalimat, berubahlah status kalimat itu menjadi frasa. Penempatan pewatas yang menandakan bahwa bentuk (22) adalah subjek (Sugono, 2009). Untuk membenahinya, lengkapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

kalimat tersebut dengan menambahkan kata baru sebagai penjelas predikat kalimat itu. (22a) Teks itu berjudul “Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus S P Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi”. (22b) Teks yang berjudul “Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi” itu .... b) Kesalahan dalam Hal Kehematan Kata Tipe kesalahan dalam kalimat efektif berikutnya ialah tentang kehematan kata. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang ‘hemat kata’. Namun, tidak selalu yang hemat kata atau pendek bentuknya juga pasti bersifat efektif. Di sini, yang dimaksud kehematan kata ialah ketercukupan dalam pemakaian bentuk-bentuk kebahasaan seperti penghilangan pengulangan subjek, penghilangan superordinat, dan penghindaran kesinoniman. Di bawah ini adalah beberapa contoh kalimat yang tidak efektif menurut prinsip kehematan kata yang dikemukakan oleh Rahardi. (23) Vertebrata bertulang belakang meliputi manusia, burung, anjing, katak, dan lain-lain, sedangkan invertebrata tidak bertulang belakang meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba. (hlm. 6) (24) Tanpa disangka-sangka, tiba-tiba datang petugas dan menegur Azam. (hlm. 125) (25) Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika yang sangat termashyur di dunia. (hlm. 104) (26) Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang disampaikan dengan metafora, yaitu antara lain “Negeri kita ini negeri sampah”. (hlm. 129) (27) Tujuan negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap pihak. (hlm. 135) Kalimat efektif yang tidak sesuai dengan prinsip penghilangan kesinoniman pada tipe kehematan kata terdapat pada kalimat (23). Di kalimat itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

terdapat kata vertebrata yang disusul dengan bertulang belakang. Artinya, dua kata yang bermakna sama ada pada satu kalimat. Dalam KBBI, vertebrata mempunyai arti hewan bertulang belakang, jadi, tidak diperlukan penjelasan bertulang belakang lagi di belakang kata vertebrata. Hal ini serupa dengan bentuk invertebrata tidak bertulang belakang yang dipakai juga dalam kalimat itu. Selanjutnya, kalimat (24), ketidakefektifan kalimat itu terdapat pada penggunaan situasi yang datang secara tiba-tiba atau tidak disangka sebelumnya. Hal ini terlihat dari pemakaian tanpa disangka-sangka dan tiba-tiba. Namun, kedua kata tersebut memiliki makna yang sama, yakni secara mendadak, jadi, sangat berlebihan jika dalam kalimat itu digunakan dua-duanya. Kesalahan yang juga sering terjadi adalah penggunaan bentuk ter-yang berarti paling, yang masih disertai kata sangat seperti dalam kalimat (25). Penggunaan bentuk ter- sudah mengandung arti palingdan menekankan keadaan yang sangat, sehingga tidak perlu dihadirkan dua-duanya dalam satu kalimat karena itu menimbulkan kesan yang boros. Bentuk tidak efektif pada kalimat (26) ditandai dengan hadirnya yaitu dan antara lain secara bersamaan (Rahardi). Pada kalimat (27), kesalahan terdapat pada kata tujuan dan untuk yang digunakan bersamaan. Seharusnya, gunakan saja salah satu dari kata itu karena tujuan sudah memiliki arti untuk. Pembetulan kalimat-kalimat di atas menurut Rahardi dalam buku Penyuntingan Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. (23a) Vertebrata meliputi manusia, burung, anjing, katak, sedangkan invertebrata meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba. (23b) Vertebrata atau bertulang belakang meliputi manusia, burung, anjing, katak, sedangkan invertebrata atau tidak bertulang belakang meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba. (24a) Tanpa disangka-sangka, datang petugas dan menegur Azam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

(24b) Tiba-tiba, datang petugas dan menegur Azam. (25a) Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika yang sangat mashyur di dunia. (25b) Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika yang termashyur di dunia. (26a) Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang disampaikan dengan metafora, yaitu “Negeri kita ini negeri sampah”. (26b) Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang disampaikan dengan metafora, antara lain “Negeri kita ini negeri sampah”. (27a) Tujuan negosiasi adalah mengurangi perbedaan posisi setiap pihak. (27b) Negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap pihak. c)

Kesalahan dalam Hal Kecermatan dan Kesantunan Yang dimaksud dengan kecermatan bahasa adalah kehati-hatian dalam

menyusun kalimat dan bentuk-bentuk kebahasan yang lain sehingga hasilnya tidak akan menimbulkan tafsir ganda atau makna yang lebih dari satu (Rahardi, 2009). Di sini penulis hanya akan membahas tentang kecermatan. Masalah kecermatan juga menyangkut soal diksi bahasa. Berikut contoh-contoh kalimat yang di dalamnya belum memiliki kecermatan dalam penulisan. (28) Tema-tema itu sangat luas dan hampir semua aspek makhluk hidup di bumi dapat dimasukkan di sini. (hlm. 33) (29) Newsletter resmi yang dibagikan IMF kepada seluruh peserta sidang mengangkat satu topik khusus mengenai Indonesia. (hlm. 82) (30) Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol, frustasi, dan tidak nyaman di salah satu tempat tersebut. (hlm. 132) (31) Tentunya pilihan ada di tangan kita semua saat ini. (hlm. 83) (32) ... adalah benda hitam yang lunak yang tersusun oleh atom yang berbentuk heksagonal pada lembaran-lembaran yang sejajar yang terikat secara terpisah-pisah.(hlm. 26) Kesalahan di tipe kecermatan terdapat pada kalimat (28). Penggunaan kata penunjuk itu dan di sini yang menunjuk pada hal yang sama tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

menggunakan penunjuk yang berbeda. Penggunaan itu dan di sini bermaksud menunjuk pada tema-tema itu. Penggunaan kata di sini kurang tepat karena di awal kalimat, tema-tema yang dimaksud menggunakan penunjuk itu sehingga itu seharusnya berpasangan dengan penunjuk jarak jauh juga, seperti di sana atau di dalamnya. Sehingga, kalimat di atas menjadi seperti berikut. (28a) Tema-tema itu sangat luas dan hampir semua aspek makhluk hidup di bumi dapat dimasukkan di dalamnya. Kalimat (29) mengandung kesalahan dalam penggunaan diksi atau pilihan kata. Pilihan kata yang tepat untuk menggantikan newsletter yang diambil dari bahasa asing adalah surat kabar. Kalimatnya menjadi seperti berikut. (29a) Surat kabar resmi yang dibagikan IMF kepada seluruh peserta sidang mengangkat satu topik khusus mengenai Indonesia. Contoh kesalahan kalimat padatipe kecermatan yang kerap terjadi dalam bahasa lisan maupun tulis ialah penggunaan kata frustrasimenjadi frustasi. Dalam KBBI, kata itu ditulis frustrasi, bukan frustasi seperti pada kalimat (30). Kalimat yang benar adalah sebagai berikut. (30a) Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol, frustrasi, dan tidak nyaman di salah satu tempat tersebut. Jika dilihat sekilas, tidak ada kesalahan pada kalimat (31). Namun ternyata ada penggunaan kata yang terpengaruh oleh penggunaan bahasa daerah, yakni tentunya. Tentunya diambil dari bahawa Jawa tentune. Maka, penggunaan kata tentunya itu kurang tepat. Dalam bahasa Indonesia, tentunya diganti dengan tentu saja (Rahardi, 2009). Pembenaran dari kesalahan kalimat dengan tipe kecermatan pada kalimat (31) adalah sebagai berikut. (31a) Tentu saja pilihan ada di tangan kita semua saat ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Masalah pada tipe kecermatan pada kalimat (32) adalah masalah yang juga sering terjadi. Yang hadir berkali-kali pada kalimat itu sehingga menyebabkan kalimat menjadi terasa panjang. Hal itu membuat kalimat itu menjadi ambigu. Yang terikat secara terpisah-pisah itu lembaran-lembaran yang sejajar ataukah benda hitam yang lunak yang sedang dibicarakan itu? Yang berbentuk heksagonal itu benda hitam yang sedang dibicarakan ataukah atomnya? Rahardi menyatakan, ketidakhati-hatian semacam inilah yang akan menimbulan tafsir ganda seperti pada kalimat (32). Untuk itu, kalimat tersebut harus dibenahi. (32a) ... adalah benda hitam yang lunak, yang tersusun oleh atom berbentuk heksagonal pada lembaran-lembaran sejajar yang terikat secara terpisah-pisah. d) Kesalahan dalam Hal Kepaduan Makna Tipe kesalahan kalimat keempat dalam buku menurut keefektifannya adalah kepaduan makna. Kalimat yang efektif juga harus memiliki ciri-ciri kepaduan makna. Makna yang padu adalah makna yang tidak terpecah-pecah dan utuh. Rahardi menyatakan bahwa sebuah kalimat dikatakan padu jika susunannya tidak panjang dan bertele-tele. Berikut contoh-contoh kalimat yang tidak padu. (33) Selain jawaban dari teks, carilah informasi lain dari sumber-sumber lain untuk menjawab pertanyaan ini. (hlm. 28) (34) Kalian diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk menyampaikan satu tema dengan jenis-jenis teks yang berbedabeda secara berganti-ganti dan kemampuan untuk menggunakan campuran dari beberapa jenis teks dalam menyampaikan sesuatu. (hlm. 166) (35) Setelah para karyawan sebuah perusahaan di bidang elektronika melakukan aksi mogok kerja dengan melakukan demonstrasi di depan kantor perusahaan, akhirnya wakil perusahaan itu menerima wakil para karyawan untuk berdialog. (hlm. 138) (36) Teks yang demikian itu mengandung penjelasan tentang sesuatu itu berada dalam keadaan seperti yang kita lihat sekarang. (hlm. 175)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Tidak padunya kalimat (33) disebabkan oleh kata lain yang digunakan berkali-kali. Jika bentuk carilah informasi dari sumber lain saja sudah cukup untuk bisa menerangkan sebuah maksud, tidak perlu harus digunakan kalimat yang panjang dan diulang-ulang seperti carilah informasi lain dari sumbersumber lain. Begitu juga dengan kalimat (34) yang menggunakan kata yang diulang-ulang sehingga menimbulkan jenuh dalam membacanya. Penulisan bentuk panjang yang bertele-tele itu terlihat dalam penulisan jenis-jenis teks yang berbeda-beda secara berganti-ganti yang seharusnya bisa disingkat saja menjadi jenis-jenis teks yang berbeda secara berganti-ganti. Pembetulan kalimat (33) dan (34) sesuai dengan yang dikemukakan Rahardi (2009) dalam bukunya, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang adalah sebagai berikut. (33a) Selain jawaban dari teks, carilah informasi dari sumber-sumber lain untuk menjawab pertanyaan ini. (34a) Kalian diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk menyampaikan satu tema dengan jenis-jenis teks yang berbeda secara berganti-ganti dan kemampuan untuk menggunakan campuran dari beberapa jenis teks dalam menyampaikan sesuatu. Contoh kalimat yang bertele-tele terdapat pada kalimat (35) sehingga kalimat tersebut dirasa kurang padu. Bentuk singkat kalimat itu adalah sebagai berikut. (35a) Akhirnya, wakil perusahaan di bidang elektronika itu menerima wakil para karyawan yang berdemonstrasi di depan kantor untuk berdialog. Kalimat (35) menjadi lebih singkat tanpa menghilangkan makna bahwa wakil perusahaan tersebut akhirnya menemui para karyawannya yang sedang melakukan demo di depan kantornya. Kalimat (36) menjelaskan isi teks yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

menjelaskan keadaan sesuatu seperti yang bisa dilihat sekarang. Namun, kalimat tersebut masih bertele-bertele dalam menyampaikan maksud yang terkandung dalam teks itu. Rahardi menjelaskan bahwa kaimat akan dikatakan padu jika susunannya tidak bertele-tele. Jika diperbaiki, kalimat (36) menjadi seperti berikut. (36a) Teks yang demikian itu mengandung penjelasan keberadaan sesuatu seperti yang kita lihat sekarang. 2.

tentang

Sebab-Sebab Kesalahan Berbahasa Sebab-sebab kesalahan kebahasaan dalam buku ini dapat dianalisis

dengan teori dari beberapa pakar, yakni Tarigan (1987) dan Setyawati (2010). Telah diketahui, penyebab kesalahan berbahasa bermacam-macam dan bisa digolongkan menjadi interferensi atau pengaruh bahasa ibu, overgeneralisasi, ketidakcermatan, ketidakpahaman atau kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, dan metode pengajaran yang lemah atau keliru. Dalam buku ini, ditemukan beberapa sebab kesalahan pada masingmasing tipe dan klasifikasi kebahasaan (kalimat dan ejaan). Sebab-sebab kesalahan

itu

antara

lain

karena

interferensi,

ketidakcermatan,

dan

ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan. Berikut adalah contoh dari beberapa sebab-sebab kesalahan tersebut. a.

Interferensi Interferensi merupakan penyebab kesalahan yang mencerminkan struktur

bahasa ibu atau bahasa asli atau bahasa daerah tercampur dalam bahasa Indonesia yang sedang dipakai. Berikut contoh dari interferensi yang terdapat dalam buku pembelajaran yang sedang diteliti ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

(37) Tentunya, pilihan ada di tangan kita semua saat ini. (hlm. 83) Kalimat di atas memang tampak tidak bermasalah. Namun, jika diteliti, penggunaan tentunya yang sering dipakai ini adalah kata dari tentune dalam bahasa Jawa. Kesalahan seperti ini bisa terjadi jika pemakai bahasa menggantikan –ne pada tentune dalam bahasa Jawa dengan –nya dalam bahasa Indonesia (Rahardi, 2009). Dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut seharusnya menjadi seperti berikut. (37a) Tentu saja, pilihan ada di tangan kita semua saat ini. b.

Ketidakcermatan Ketidakcermatan

dalam

hal

ini,

disebut

oleh

Tarigan

(1987),

menyinggung tentang kesalahan dan kekeliruan. Namun, dalam penelitian ini, ketidakcermatan difokuskan pada kekeliruan. Kesalahan penulisan akibat tidak cermat dalam menulis, tidak teliti, dan lalai dalam penulisan. Beberapa contoh kesalahan karena ketidakcermatan adalah sebagai berikut. (38) Tanda “^” berarti ‘diikuti oleh. (hlm. 6) (39) Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan MAK karena telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah pertama. (hlm. 38) (40) Judul apakah yang menurut kalian tepat! (hlm. 131) (41) Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan kadangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak) (hlm. 171) (42) Polisi penguji menyatakan bahwa orang yang pengalaman mengendarai sepeda motor kurang dari 1 tahun sering gagal dalam ujian. (hlm. 58) Kalimat di atas merupakan kesalahan-kesalahan akibat tidak cermatnya penulis dalam pengetikan atau penulisan sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

yang seharusnya bisa dihindari. Seperti pada kalimat (38), ketidaktelitian penulisan menyebabkan kesalahan dalam penggunaan tanda petik tunggal yang seharusnya mengapit kata di awal dan akhir tetapi hanya mengapit di awal kata. Kesalahan seperti ini bisa dihindari jika penulis lebih teliti dalam penulisan. Hal serupa terjadi pada kalimat (39). Seharusnya, tanda kurung juga hadir mengapit MAK karena sebelumnya tanda kurung selalu hadir mengapit singkatan-singkatan dalam kalimat itu. Kesalahan pada kalimat (40) juga bisa dihindari jika penulis lebih teliti lagi dalam penulisan. Kesalahan seperti ini bukanlah merupakan kesalahan kompetensi ataupun pengetahuan penulis, tetapi hanya merupakan ketidakcermatan penulis dalam penulisan. Penyebab kesalahan pada kalimat (41) jelas karena penulis tidak teliti atau kurang cermat dalam membubuhkan tanda baca di akhir kalimatnya. Pada kalimat (42), kesalahan terjadi dalam tataran kalimat, yakni mengenai kecermatan pemilihan kata. Dalam kalimat itu, penggunaan pengalaman adalah sesuatu yang kurang tepat. Pemilihan kata pengalaman seharusnya menjadi berpengalaman. Diduga, penulis tidak teliti dalam menggunakan kata-kata sehingga menimbulkan kesalahan seperti itu. Pembetulan kalimat-kalimat di atas adalah sebagai berikut. (38a) Tanda “^” berarti ‘diikuti’ oleh. (39a) Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan (MAK) karena telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah pertama. (40a) Judul apakah yang menurut kalian tepat? (41a) Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan kadangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak). (42a) Polisi penguji menyatakan bahwa orang yang berpengalaman mengendarai sepeda motor kurang dari 1 tahun sering gagal dalam ujian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c.

79

Ketidakpahaman Penulis terhadap Kaidah Kebahasaan Kesalahan ejaan maupun kalimat oleh karena tidak pahamnya pemakai

bahasa terhadap bahasa yang dipakainya ini dijelaskan oleh beberapa pakar, seperti Setyawati (2010) dalam Analisis Kesalahan Berbahasa dan Tarigan (1987). Adapun beberapa contoh kesalahan ejaan dan kalimat yang disebabkan oleh ketidakpahaman kaidah kebahasaan ini adalah sebagai berikut. (43) Saya kira mereka masih tertidur karena mereka berpesta-pora sampai larut malam sehingga saya ketuk-ketuk terus dengan keras: pintu, jendela, dan apa pun yang dapat saya ketuk dalam jangkauan. (hlm. 130) Pada kalimat di atas terdapat dua tipe kesalahan sekaligus, yakni kesalahan ejaan tipe pemakaian tanda titik dua dan kesalahan dalam kalimat efektif mengenai kehematan kata. Pada tataran ejaan, kesalahan penggunaan tanda baca titik dua disebabkan oleh ketidakpahaman pemakai bahasa terhadap kaidah kebahasaan yang benar, dalam hal ini kaidah penggunaan tanda titik dua yang seharusnya ada dalam pemerian, sedangkan dalam kalimat itu, pintu, jendela, dan apa yang dapat saya ketuk dalam jangkauan bukanlah termasuk pemerian, melainkan kelanjutan atau bagian dari kalimat itu sendiri. Pemakai bahasa tidak paham akan fungsi tanda titik dua itu sendiri dengan jelas sehingga salah menempatkan tanda baca yang tidak diperlukan itu. Jika dibenahi menurut kaidah ejaan dan kalimat dengan benar, kalimat di atas menjadi seperti berikut. (43a) Saya kira mereka masih tertidur karena berpesta-pora sampai larut malam sehingga saya ketuk terus dengan keras pintu, jendela, dan apapun yang dapat saya ketuk dalam jangkauan. Kalimat berikut ini juga disebabkan oleh ketidakpahaman pemakai bahasa terhadap kaidah-kaidah kebahasaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

(44) Misalnya, pada subkelas ikan, kalian dapat menambahkan jenisjenis ikan yang kalian ketahui. (hlm. 6) (45) Misalnya, gajah diburu untuk diambil gadingnya, harimau diburu untuk diambil kulitnya, kura-kura diburu untuk diambil cangkangnya. (hlm. 176) (46) Misalnya, konjungsi dan digunakan untuk menambahkan sifat-sifat untuk anggota kelas yang sama, seperti terlihat pada kalimat (a). (hlm. 11) (47) Tujuan negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap pihak. (hlm. 135) (48) Khusus untuk SIM C, di daerah lain pembuat SIM baru harus mengikuti 3 ujian, yaitu ujian praktik, ujian jalan raya, dan ujian tulis. (hlm. 59) (49) Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan ke luar kami. (hlm. 130) (50) Tulisan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman dalam mengurus SIM C dengan jalan yang benar. (hlm. 56) Kalimat-kalimat di atas mengandung kesalahan kalimat dalam kesepadanan struktur. Kesalahan kalimat dalam hal kesepadanan struktur, khususnya peletakan konjungsi kalimat yang salah seperti pada kalimat (44), (45), dan (46) sangat banyak ditemukan dalam buku ini, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa kesalahan seperti ini adalah akibat dari ketidakpahaman penulis atau editor tentang kaidah peletakan konjungsi yang benar. Tidak pahamnya penulis akan penggunaan bentuk yang tidak hemat seperti pada kalimat (47) dan (50) juga tidak jarang ditemukan pada buku ini. Penulis tidak paham bahwa penggunaan bentuk tujuan dan untuk yang hadir bersamaan adalah bentuk yang mubazir atau tidak hemat.Kalimat (48) mengandung kesalahan pada makna kalimatnya yang kurang padu dan masih berbelit-belit. Peneliti mencoba mengurangi beberapa kata agar kalimat tersebut bisa sedikit padu. Pada kalimat (49), terjadi kesalahpahaman yang dimaksud oleh penulis dengan yang ditulisnya. Ke luar yang ditulis oleh penulis mempunyai makna sebagai tempat tujuan luar, sedangkan dalam kalimat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

itu, yang dimaksud ialah keluar sebagai lawan dari kata masuk. Pembetulan kalimat-kalimat akibat ketidakpahaman kaidah kebahasaan seperti kalimat di atas adalah sebagai berikut. (44a) ..., misalnya pada subkelas ikan, kalian dapat menambahkan jenisjenis ikan yang kalian ketahui. (45a) ..., misalnya, gajah diburu untuk diambil gadingnya, harimau diburu untuk diambil kulitnya, kura-kura diburu untuk diambil cangkangnya. (46a) ..., misalnya konjungsi dan digunakan untuk menambahkan sifatsifat untuk anggota kelas yang sama, seperti terlihat pada kalimat (a). (46b) Kalian dapat menambahkan jenis-jenis ikan yang kalian ketahui, misalnya, pada subkelas ikan. (47a) Tujuan negosiasi adalah mengurangi perbedaan posisi setiap pihak. (47b) Negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap pihak. (48a) Di daerah lain, pembuatan SIM Cbaru harus mengikuti 3 ujian, yaitu ujian praktik, ujian jalan raya, dan ujian tulis. (49a) Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan keluar kami. (50a) Tulisan ini bertujuan berbagi pengalaman dalam mengurus SIM C dengan jalan yang benar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V PENUTUP

Pada bab ini akan dipaparkan hasil akhir analisis data berupa kesimpulan dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai kesalahan berbahasa pada buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013, dapat ditarik dua kesimpulan, yakni: 1) Berikut ini disimpulkan tipe-tipe kesalahan dalam buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. a) Kesalahan ejaan Dalam buku itu terdapat dua klasifikasi kesalahan berbahasa, yakni kesalahan ejaan dan kesalahan dalam kalimat yang jumlahnya tidak sedikit. Tipe kesalahan ejaan yang ditemukan berjumlah 4, yakni kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring, kesalahan penulisan kata, kesalahan penulisan unsur serapan, dan kesalahan pemakaian tanda baca. Kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring meliputi 6 kesalahan pemakaian huruf kapital, dan 3 pemakaian huruf miring. Kesalahan penulisan kata meliputi 2 pemakaian kata dasar, 1 pemakaian kata turunan, 1 kesalahan pemakaian partikel, dan 5 kesalahan pemakaian angka dan lambang bilangan. Kesalahan penulisan pemakaian unsur serapan berjumlah 4

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

kesalahan, sedangkan kesalahan pemakaian tanda baca meliputi 2 kesalahan pemakaian tanda baca titik (.), 4 kesalahan pemakaian tanda koma (,), 1 kesalahan pemakaian tanda titik dua (:), 1 kesalahan pemakaian tanda tanya (?), 1 kesalahan pemakaian tanda seru (!), 1 kesalahan pemakaian kurung ((...)), dan 1 kesalahan pemakaian tanda petik tunggal. Totalnya, kesalahan ejaan berjumlah 33 kesalahan. b) Kesalahan dalam kalimat efektif Selain kesalahan ejaan, ditemukan pula 4 tipe kesalahan dalam tataran

kalimat

efektif,

yakni

kesalahan

kalimat

mengenai

kesepadaan struktur yang berjumlah 31, kesalahan kalimat dalam hal kehematan kata yang berjumlah 18, 8 kesalahan kalimat dalam hal kecermatan dalam penulisan kata, dan 8 kesalahan dalam hal kepaduan makna. Dapat dilihat bahwa kesalahan terbanyak terdapat pada tipe struktur kalimat kemudan diikuti masalah pemborosan kata/kehematan kata. 2) Berikut ini adalah hasil analisis penyebab kesalahan dalam buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Melalui hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahankesalahan itu bisa terjadi karena faktor interferensi, ketidakcermatan dalam penulisan

sehingga

terjadi

kesalahan-kesalahan

tulis

dalam

buku,

dan

ketidakpahaman mengenai kaidah kebahasaan yang dapat dilihat dari sering tidaknya/frekuensi kesalahan-kesalahan itu muncul dalam penulisan. Adapun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

kesalahan berbahasa karena interferensi bahasa ibu pada tipe ejaan berjumlah 34 dengan 12 kesalahan ejaan yang disebabkan oleh ketidakcermatan dan 22 kesalahan ejaan yang disebabkan oleh ketidakpahaman penulis mengenai kaidah kebahasaan kaidah ejaan yang dipakai. Pada kalimat efektif, ditemukan 64 kalimat dengan 2 kesalahan kalimat karena interferensi, 4 kesalahan kalimat karena ketidakcermatan penulis, dan 58 kesalahan kalimat karena ketidakpahaman penulis tentang kaidah penulisan kalimat efektif. B. Saran Peneliti mengemukakan saran bagi guru bahasa Indonesia, program studi bahasa dan sastra Indonesia, dan peneliti lain menanggapi kasus kebahasaan seperti di atas. Berikut saran-saran dar peneliti. 1. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Persoalan kebahasaan yang terdapat dalam buku teks selanjutnya adalah tanggung jawab para guru pada siswanya. Jika guru masih tidak peduli dengan persoalan kebahasaan yang ada, murid pun tidak akan menanggapi secara serius masalah kebahasaan itu. Yang terjadi ialah ‘kebiasaan salah’ yang terbentuk itu akan terbawa murid sampai pada berikutnya. Untuk itu, tugas guru ialah lebih cermat dalam soal kebahasaan pada buku teks agar siswa tidak meniru kesalahan berlarut-larut. Guru juga harus meningkatkan pengajaran soal ejaan dan kalimat dalam setiap proses belajarnya. 2. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Penelitian ini memberikan informasi tentang kesalahan kebahasaan yang ada dalam buku teks siswa. Telah disimpulkan bahwa dalam buku terbitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Kemendikbud sendiri masih ditemukan kesalahan-kesalahan mengenai ejaan dan kalimat, maka, tidak menutup kemungkinan mahasiswa program studi bahasa dan sastra Indonesia juga melakukan kesalahan yang serupa. Untuk itu, peneliti menyarankan pada prodi untuk lebih meningkatkan pengajaran menyunting ini agar kelak mahasiswa calon guru dapat meminimalkan penggunaan-penggunaan kesalahan bahasa pada siswanya. 3. Penerbit Buku Penelitian ini menggunakan buku terbitan Kemendikbud. Telah disimpulkan bahwa dalam buku terbitan Kemendikbud sendiri masih ditemukan kesalahan-kesalahan mengenai ejaan dan kalimat. Peneliti memberi masukan untuk penerbit sendiri agar lebih memerhatikan kompetensi yang dimiliki editor dalam mengetik atau menulis naskah dalam buku.. Peneliti juga memberi masukan untuk editor agar lebih cermat dalam pengetikan sehingga kesalahankesalahan kecil bisa dihindari. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti menyarankan pada peneliti lain yang ingin meneliti hal serupa dengan penelitian ini untuk lebih memperluas tataran penelitiannya. Karena dalam penelitian ini hanya mengangkat soal ejaan dan kalimat, bisa dilakukan penelitian tentang morfologi atau wacana dalam buku teks serupa oleh peneliti lain. Kemungkinan masih ditemukannya kesalahan-kesalahan kebahasaan dalam tataran yang berbeda juga pasti ada. Hasilnya nanti semoga bisa memberikan sumbangan positif bagi para guru maupun keberhasilan penulisan buku teks yang selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Para mahasiswa calon guru bahasa Indonesia merupakan kunci penting dalam hal ini. Baik mahasiswa calon guru maupun guru hendaknya tidak langsung menerima dan menyerap isi dalam buku, tetapi juga harus lebih jeli dan teliti untuk masalah kebahasaan dalam buku itu karena siswa akan selalu bergantung pada apa yang diajarkan guru dalam hal ini. Siswa cenderung suka meniru apa yang ada dan mereka dapat sebelumnya. Guru akan sangat membantu jika masalah kompetensi kebahasaan pada siswa teratasi lebih awal agar tidak terbawa oleh siswa lebih lama, bahkan sampai pada perguruan tinggi. Jadi, peran guru sangatlah penting untuk lebih mencerna masalah kebahasaan dalam buku untuk kembali mengajarkannya pada peserta didik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arifin, E. Zaenal. 1987. Berbahasa Indonesialah dengan Benar. Petunjuk Praktis untuk Pelajar, Mahasiswa, dan Guru. Jakarta: Medyatama Sarana Perkasa. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. Badudu. 1980. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima. Binedigta Yuni Puji Lestari. 2013. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma. Hastuti, Sri. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Hubbard, Peter, dkk. 1979. A Training Course for TEFL. New York: Oxford University Press. Kumalasari, Diana Anggreani. 2004. Kesalahan Berbahasa Bidang Sintaksis pada Karangan Argumentasi Kelas II Kejar Paket C di Kecamatan Kotagede Yogyakarta Tahun Ajaran 2003/2004 (Sebuah Studi Kasus). Skripsi. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma. Kumanireng, Donatus Doweng. 2003. Analisis Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas II SMA Frater Disamakan Makassar, Tahun Ajaran 2004/2005 dalam Menggunakan Kata Berimbuhan Me-. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Purwaningrum, Imakulata Sri. 1988. Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas I dan II SMA Katolik di Kotamdya Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Rahardi, R. Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk KarangMengarang. Jakarta: Penerbit Erlangga. ______________. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo. Ramlan, M.. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: Karyono. Razak, Abdul. 1990. Kalimat Efektif: Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. Setiyaningsih, dkk. 2014. Tipifikasi Kesalahan Kebahasaan dalam Penulisan Skripsi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan Strategi Minimalisasinya sebagai Upaya Pemartabatan Bahasa Indonesia. Jurnal Kependidikan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Sanata Dharma. Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surabaya: Yuma Pustaka. Simanjuntak, Milka Esteryati. 2011. Kesalahan Berbahasa dalam Karangan yang Ditulis oleh Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Yogyakarta: PBSID. Universitas Sanata Dharma. Sitepu. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: Rosda. Soewandi, A.M. Slamet. 2007. Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Handout. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma. . 2010. Sintaksis Bahasa Indonesia. Handout. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma. Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sukini. 2010. Sintaksis: Sebuah Panduan Praktis. Surakarta: Yuma Pustaka. Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung: Penerbit Tarsito. Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

. 1989. Pengajaran Remedi Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta. Balai Pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TRIANGULASI PENYIDIK Penyidik diminta untuk memeriksa dan mengecek kembali data yang diperoleh peneliti utuk keperluan keabsahan data. Penyidik yang ditunjuk oleh peneliti untuk melakukan pengecekan kembali data ialah pakar bidang ejaan dan kalimat, yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd. Tabel 1.1 Data Tipe Kesalahan Ejaan dan Kalimat ANALISIS KESALAHAN NO.

DATA

Kalimat

Keterangan

Ej K1

1.

2.

K3

K4

K5

K6

K7 1. Kehematan kata: vertebrata = bertulang belakang; invertebrata = tidak bertulang belakang dan sangat boros jika digunakan bersamaan.

Vertebrata bertulang belakang meliputi manusia, burung, anjing, katak, dan lain-lain, sedangkan invertebrata tidak bertulang belakang meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba. (hlm. 6)

Tanda “^” berarti ‘diikuti oleh. (hlm. 6)

K2







2. K. Struktur: konjungsi misalnya merupakan konjungsi pemerinci sekaligus membatasi. Tidak bisa hadir bersamaan dengan dan lainlain Vertebrata meliputi manusia, burung, anjing, katak, sedangkan invertebrata meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba. Ejaan: Tanda baca petik tunggal mengapit penjelasan kata. Selalu dipakai di awal kata dan juga di akhir kata Tanda “^” berarti ‘diikuti oleh’.

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.

4.

5.

6.

Misalnya, pada subkelas ikan, kalian dapat menambahkan jenis-jenis ikan yang kalian ketahui. (hlm. 6)

Misalnya, verba mungkin berubah menjadi nomina atau kelompok nomina. (hlm. 11)

K. Struktur: Konjungsi misalnya adalah konjungsi intrakalimat, tidak boleh hadir dalam kalimat tunggal, dan tidak boleh diletakkan di awal kalimat. √

Kalian dapat menambahkan jenis-jenis ikan yang kalian ketahui, misalnya, pada subkelas ikan. K. Struktur: Konjungsi misalnya adalah konjungsi intrakalimat yang tidak bisa hadir dalam kalimat tunggal.



..., misalnya verba mungkin berubah menjadi nomina atau kelompok nomina. Kehematan kata: telah dan tadi mempunyai makna bahwa kejadian itu sudah berlangsung. Jika digunakan secara bersama-sama, kalimat tersebut akan menjadi boros

Identifikasikanlah konjungsi yang digunakan dalam teks laporan yang telah kalian pelajari tadi. (hlm. 11)

Misalnya, konjungsi dan digunakan untuk menambahkan sifat-sifat untuk anggota kelas yang sama,

..., misalnya pada subkelas ikan, kalian dapat menambahkan jenis-jenis ikan yang kalian ketahui.





Identifikasikanlah konjungsi yang digunakan dalam teks laporan yang telah kalian pelajari. Identifikasikanlah konjungsi yang digunakan dalam teks laporan yang kalian pelajari tadi. K. Struktur: tidak adanya konjungsi intrakalimat pada kalimat tunggal; misalnyamerupakan konjungsi intrakalimat yang tidak boleh diletakkan di awal kalimat

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seperti terlihat pada kalimat (a). (hlm. 11)

7.

Amatilah dengan cermat! (hlm. 13)

8.

Tulislah satu kalimat untuk setiap tahap, dan usahakan kalimat itu telah mencakupi isi pada tahap yang dimaksud! (hlm. 16)

9.

... adalah benda hitam yang lunak yang tersusun oleh atom yang berbentuk heksagonal pada lembaran-lembaran yang sejajar yang terikat secara terpisah-pisah. (hlm. 26)

10.

Baliklah definisi itu agar dapat menguji kebenarannya. (hlm. 26)

11.

Misalnya, kemasan

makanan dalam sering disertai

..., misalnya konjungsi dan digunakan untuk menambahkan sifat-sifat untuk anggota kelas yang sama, seperti terlihat pada kalimat (a). K. Struktur: kekurangan unsur subjek sehingga tidak jelas apa yang akan diamati.



Amatilah kalimat di atas dengan cermat! Ejaan: kesalahan pemakaian tanda baca koma yang diletakkan di depan dan √

Tulislah satu kalimat untuk setiap tahap dan usahakan kalimat itu telah mencakupi isi pada tahap yang dimaksud! Kecermatan: penggunaan yang yang terlalu banyak membuat kalimat menjadi ambigu √





... adalah benda hitam yang lunak, tersusun oleh atom berbentuk heksagonal pada lembaranlembaran sejajar yang terikat secara terpisahpisah. K. struktur: kekurangan unsur subjek; “siapa yang akan dapat menguji kebenarannya?” Baliklah definisi itu agar dapat diuji kebenarannya. Baliklah definisi itu agar kalian dapat menguji kebenarannya. K. Struktur: tidak boleh terdapat konjungsi intrakalimat pada kalimat tunggal; misalnya =

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

keterangan tentang komposisi kandungan gizi yang ada di dalamnya. (hlm. 27)

12.

13.

14.

15.

konjungsi intrakalimat dan tidak boleh diletakkan di awal kalimat ...., misalnya dalam kemasan sering disertai keterangan tentang komposisi kandungan gizi yang ada di dalamnya. Kepaduan makna: Kata “lain” yang diulang-ulang menjadikan kalimat itu tidak padu dan tidak efektif

Selain jawaban dari teks, carilah informasi lain dari sumber-sumber lain untuk menjawab pertanyaan ini. (hlm. 28)



Misalnya, mula-mula kalian mengemukakan definisi karbon. (hlm. 28)



..., misalnya mula-mula kalian mengemukakan definisi karbon. Kehematan kata: secara rata-rata dan sekitar menunjukkan makna yang sama

Panjang komodo secara ratarata adalah sekitar 2,5 meter dengan berat 91 kg. (hlm. 32)

Komodo hampir punah yang, antara lain, disebabkan oleh kematian sebagai akibat dari

Selain jawaban dari teks, carilah informasi dari sumber-sumber lain untuk menjawab pertanyaan ini. K. Struktur: tidak boleh terdapat konjungsi intrakalimat pada kalimat tunggal; misalnya = konjungsi intrakalimat dan tidak boleh diletakkan di awal







Panjang komodo secara rata-rata adalah 2,5 meter dengan berat 91 kg. Panjang komodo adalah sekitar 2,5 meter dengan berat 91 kg. 1. Ejaan: pemakaian tanda baca koma setelah antara lain

93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perkelahian. (hlm. 32)

16.

17.

18.

2. K. struktur: peletakan yang yang kurang tepat Komodo hampir punah, antara lain disebabkan oleh kematian sebagai akibat dari perkelahian. Kecermatan: bermaksud menunjuk pada objek yang sama tetapi dengan menggunakan pilihan kata tunjuk yang berbeda

Tema-tema itu sangat luas dan hampir semua aspek makhluk hidup di bumi dapat dimasukkan di sini. (hlm. 33)

√ Tema-tema itu sangat luas dan hampir semua aspek makhluk hidup di bumi dapat dimasukkan di dalamnya. K. kata: kalian dan masing-masing sama-sama merupakan subjek.

Sebagai tugas terakhir pada pelajaran ini, kalian masingmasing diminta untuk membuat sebuah bentuk puisi lama yang sering disebut pantun. (hlm. 36) Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan MAK karena telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah pertama.



Sebagai tugas terakhir pada pelajaran ini, kalian diminta untuk membuat sebuah bentuk puisi lama yang sering disebut pantun. Sebagai tugas terakhir pada pelajaran ini, setiap anak diminta untuk membuat sebuah bentuk puisi lama yang sering disebut pantun. Ejaan: Penulisan tanda kurung untuk mengapit singkatan yang kurang cermat



Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan (MAK) karena telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah pertama.

94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(hlm. 38) K. Struktur: Tidak adanya predikat dalam kalimat itu

19.

Dari teks tersebut, cobalah mencari contoh-contoh kalimat imperatif, kalimat deklaratif, dan kalimat interogatif. (hlm. 43)



20.

Misalnya, dari kalimat imperatif diubah menjadi kalimat deklaratif atau kalimat interogatif. (hlm. 43)



21.

22.

23.

Dari teks tersebut, cobalah kalian cari contohcontoh kalimat imperatif, kalimat deklaratif, dan kalimat interogatif. K. struktur: tidak boleh terdapat konjungsi intrakalimat pada kalimat tunggal. ..., misalnya dari kalimat imperatif diubah menjadi kalimat deklaratif atau kalimat interogatif. Kepaduan makna: penulisan kata “langkahlangkah” yang berulang menyebabkan kalimat tersebut kurang padu

Sering sebuah prosedur terdiri atas banyak langkah dan langkah-langkah itu berjenjang dengan sublangkah pada setiap langkahnya. (hlm. 46)

√ Sering sebuah prosedur terdiri atas banyak langkah yang berjenjang dengan sublangkah pada setiap langkahnya. Kehematan kata: kehadiran bertujuan dan untuk bersamaan

Tulisan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman dalam mengurus SIM C dengan jalan yang benar. (hlm. 56) Anda yang berada di daerah lain bisa jadi uang yang diperlukan lebih kecil atau lebih besar. (hlm. 57)

√ Tulisan ini bertujuan berbagi pengalaman dalam mengurus SIM C dengan jalan yang benar. K. Struktur: kekaburan predikat √

Bisa jadi, uang yang Anda perlukan lebih kecil atau lebih besar jika Anda berada di daerah lain. Bisa jadi, di daerah lain, uang yang Anda perlukan

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lebih kecil atau lebih besar.

24.

25.

26.

27.

28.

Polisi penguji menyatakan bahwa orang yang pengalaman mengendarai sepeda motor kurang dari 1 tahun sering gagal dalam ujian. (hlm. 58) Khusus untuk SIM C, di daerah lain pembuat SIM baru harus mengikuti 3 ujian, yaitu ujian praktik, ujian jalan raya, dan ujian tulis. (hlm. 59) Terdapat 4 butir pada teks tersebut. (hlm. 59) Akan tetapi, konjungsi jika atau apabila yang menjadi pedoman lain untuk menentukan kompleksitas itu tidak ditemukan pada teks tersebut. (hlm. 59) Sebagai warga yang baik, bagi yang sudah memenuhi syarat, hendaknya mempunyai KTP. (hlm. 61)

Ejaan 1: kesalahan penulisan angka Kecermatan: pemilihan bentuk kata pengalaman √

√ Polisi penguji menyatakan bahwa orang yang berpengalaman mengendarai sepeda motor kurang dari satu tahun sering gagal dalam ujian. Ejaan: penulisan angka dan lambang bilangan Kepaduan makna: Kalimat masih berbelit.



√ Di daerah lain, pembuatan SIM C baru harus mengikuti tiga ujian, yaitu ujian praktik, ujian jalan raya, dan ujian tulis. Ejaan: penulisan angka dan lambang bilangan

√ Terdapat empat butir pada teks tersebut. Ejaan: penulisan huruf kata jika dan apabila yang seharusnya dicetak miring √

Akan tetapi, konjungsi jika atau apabila yang menjadi pedoman lain untuk menentukan kompleksitas itu tidak ditemukan pada teks tersebut. K. struktur: penggunaan kata depan bagi membuat subjek menjadi kabur √ Sebagai warga yang baik dan yang sudah memenuhi syarat, mereka hendaknya mempunyai

96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KTP.

29.

Untuk itu, usahakan teks yang kalian buat itu berstruktur teks yang baik dan unsur-unsur kebahasaan yang mendukung langkah-langkah yang harus ditempuh. (hlm. 62)



30.

Misalnya, cara membuat roti panggang, cara membuat kopi tubruk, atau cara memasak nasi goreng. (hlm. 64)



Setelah itu, praktikkanlah untuk membaca puisi yang berjudul “Aku”. (hlm. 66)



31.

32.

Setujukah kalian bahwa pendidikan sekolah yang sekarang diselenggarakan di negara tercinta ini secara terusmenerus sedang mengembangkan kesempatan untuk berpendapat bagi siswa?

K. struktur: kekaburan predikat Untuk itu, usahakan teks yang kalian buat itu mempunyai struktur teks yang baik dan mengandung unsur-unsur kebahasan yang mendukung langkah-langkah yang harus ditempuh. K. Struktur: tidak boleh terdapat penggunaan konjungsi intrakalimat misalnya pada kalimat tunggal ..., misalnya cara membuat roti panggang, cara membuat kopi tubruk, atau cara memasak nasi goreng. K. struktur: ketidaktepatan penggunaan bentuk “praktikkanlah untuk membaca” Setelah itu, praktikkanlah pembacaan puisi yang berjudul “Aku”. Setelah itu, praktiklah membaca puisi yang berjudul “Aku”. Kehematan kata: penulisan kata secara terusmenerus dan sedang bersamaan; boros kata √

Setujukah kalian bahwa pendidikan sekolah yang sekarang diselenggarakan di negara ini mengembangkan kesempatan untuk berpendapat bagi siswa?

97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(hlm. 80) Setujukah kalian bahwa pendidikan sekolah yang diselenggarakan di negara ini secara terusmenerus mengembangkan kesempatan untuk berpendapat bagi siswa? Kehematan kata: pemborosan penggunaan bentuk untuk memilih 33.

34.

35.

Sebagai siswa, apakah kalian merasa bebas atau tidak untuk berpendapat di sekolah? (hlm. 81)

Indonesia menjadi buah bibir pada saat pelaksanaan Sidang Tahunan International Monetery Fund (IMF)/World Bank (WB) 2012 Tokyo, 9— 14 Oktober 2012 lalu. (hlm. 82)

Newsletter resmi yang dibagikan IMF kepada seluruh peserta sidang mengangkat satu topik khusus mengenai Indonesia. (hlm. 82)

Sebagai siswa, apakah kalian merasa bebas untuk berpendapat di sekolah?



Sebagai siswa, kalian merasa bebas atau tidak untuk berpendapat di sekolah? Ejaan 1: penulisan “International Monetery Fund” dan “World Bank” yang seharusnya dicetak miring Ejaan 2: penggunaan tanda baca koma pada kata sebelum nama kota



Indonesia menjadi buah bibir pada saat pelaksanaan Sidang Tahunan International Monetery Fund (IMF)/World Bank (WB) 2012, Tokyo, 9—14 Oktober 2012 lalu. Kecermatan: pemilihan kata “newsletter” √

Surat kabar resmi yang dibagikan IMF kepada seluruh peserta sidang mengangkat satu topik khusus mengenai Indonesia.

98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36.

Kehematan kata: penulisan kata diperkirakan dan sekitar secara bersamaan

Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 90 juta orang yang berada di kelompok consuming class. (hlm. 82)

37.

Melihat potensi yang sedemikian besar, dalam beberapa side meeting sidang IMF yang sempat saya ikuti, para investor asing mengharapkan makin banyak pilihan investasi di Indonesia. (hlm. 82)

38.

Tentunya pilihan ada di tangan kita semua saat ini. (hlm. 83)

39.

Keunggulan obat tradisional jika dibandingkan dengan obat modern lebih aman dan ekonomis. (hlm. 90)

40.

Terdapat 4 argumentasi yang disampaikan oleh penulis mengenai kepercayaan bahwa jamu tradisional masih

Indonesia diperkirakan memiliki 90 juta orang yang berada di kelompok consuming class.



Indonesia memiliki sekitar 90 juta orang yang berada di kelompok consuming class. Ejaan: kesalahan penulisan unsur serapan; penulisan istilah asing “side meeting” yang seharusnya dicetak miring √

Melihat potensi yang sedemikian besar, dalam beberapa side meeting sidang IMF yang sempat saya ikuti, para investor asing mengharapkan makin banyak pilihan investasi di Indonesia. Kecermatan: pemilihan kata tentunya yang kurang tepat dalam bahasa Indonesia √ Tentu saja pilihan ada di tangan kita semua saat ini. Kesepadanan struktur: kekaburan predikat dalam kalimat √



Keunggulan obat tradisional jika dibandingkan dengan obat modern ialah lebih aman dan ekonomis. Ejaan: penulisan kata; angka dan bilangan √

Kehematan kata: penyampaian maksud akan tetap sama jika yang disampaikan oleh

99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengungguli modern. (hlm. 90)

41.

42.

43.

obat-obatan

Di Uni Eropa untuk memasuki pintu gerbang budaya setiap negara, semua orang tentu telah mengenal kebijakan EuropassLanguage Passport yang dikeluarkan oleh the Council of Europe dengan dokumen teknis Common European Framework of Reference (CEFR) for Languages. (hlm. 92) Teks tersebut memiliki struktur teks yang sama seperti teks eksposisi pada umumnya, tetapi pada tahap argumentasi tedapat penjelas-penjelas yang berfungsi untuk memperkuat argumentasi yang dimaksud. (hlm. 93) Selain berguna untuk penghormatan atas adanya perbedaan bahasa kebangsaan negara anggota Asean, sebagaimana disebutkan dalam Cetak Biru Komunitas Sosial

penulisdihilangkan Terdapat empat argumentasi mengenai kepercayaan bahwa jamu tradisional masih mengungguli obat-obatan modern. Ejaan: penulisan tanda baca koma yang seharusnya terdapat di belakang keterangan yang berada di awal kalimat Di Uni Eropa, untuk memasuki pintu gerbang budaya setiap negara, semua orang tentu telah mengenal kebijakan EuropassLanguage Passport yang dikeluarkan oleh the Council of Europe dengan dokumen teknis Common European Framework of Reference (CEFR) for Languages.



Kehematan kata: pemborosan kata pada teks tersebut memiliki struktur teks yang sama √



Teks tersebut memiliki struktur yang sama seperti teks eksposisi pada umumnya, tetapi pada tahap argumentasi tedapat penjelas-penjelas yang berfungsi untuk memperkuat argumentasi yang dimaksud. Ejaan: penulisan “Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya Asean” yang seharusnya dicetak miring Selain berguna untuk penghormatan atas adanya perbedaan bahasa kebangsaan negara anggota Asean, sebagaimana disebutkan dalam Cetak Biru

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Budaya Asean, kebijakan ini juga .... (hlm. 93)

Komunitas Sosial Budaya Asean, kebijakan ini juga .... K. struktur: kehadiran yang membuat predikat menjadi kabur

44.

45.

46.

Teks yang berjudul “Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi”. (hlm. 103)

Kenyataan bahwa di sekolah dan di perguruan tinggi, orang hanya ‘mempelajari’ teori, sedangkan di masyarakat, orang betul-betul belajar untuk hidup melalui beraneka ragam pengalaman. (hlm. 104) Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika yang sangat

Teks yang berjudul “Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi” itu... .



Teks itu berjudul “Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi”. K. Struktur: kekaburan predikat Kenyataan bahwa di sekolah dan di perguruan tinggi, orang hanya ‘mempelajari’ teori, sedangkan di masyarakat, orang betul-betul belajar untuk hidup melalui beraneka ragam pengalaman adalah benar.



Pada kenyataannya, di sekolah dan di perguruan tinggi orang hanya... Kehematan kata: penggunaan awalan ter- sudah mengartikan paling. √

Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika termasyhur di dunia.

101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

termasyhur di dunia. (hlm. 104)

47.

48.

49.

50. 51.

Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika yang sangat masyhur di dunia. K. struktur: dalam kalimat tunggal, tidak boleh muncul konjungsi intrakalimat, apalagi diletakkan di awal kalimat.

Misalnya, kalian dapat membuat teks eksposisi tentang pentingnya pendirian koperasi sekolah atau perlunya pengaturan ekonomi keluarga. (hlm. 106)



Pak dosen tidak menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad. (hlm. 112)



Pak dosen tidak menjawab sendiri, tetapi melemparkannya kepada Ahmad. K. struktur: penggunaan bentuk di- yang kurang tepat

“Saudara Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” (hlm. 112) Pembuat jembatan itu itu harus dihukum. (hlm. 119) Seorang kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang

..., misalnya kalian dapat membuat teks eksposisi tentang pentingnya pendirian koperasi sekolah atau perlunya pengaturan ekonomi keluarga. K. struktur: penyatuan antara ide dan struktur kalimat kurang tepat dengan kehadiran konjungsi “tidak... melainkan” . Konjungsi “melainkan” berpasangan dengan “bukan”; “tidak... tetapi”

√ “Saudara Ahmad, coba kamu jawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” Kecermatan: penulisan kata “itu” yang berulang √ √

Pembuat jembatan itu harus dihukum. Ejaan: kesalahan penggunaan huruf kapital pada nama diri; pembuat jembatandan yang mulia

102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52.

53.

54.

55.

pembuat jembatan kepada yang mulia hakim karena jembatan yang dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang Pedati terjatuh ke sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya. (hlm. 121) Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan politisi melakukan blusukan, termasuk Darman (maaf bukan nama sebenarnya dan bukan sebenarnya nama). (hlm. 122)

hakim. Seorang kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang Pembuat Jembatan kepada Yang Mulia Hakim karena jembatan yang dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang Pedati terjatuh ke sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya. Ejaan: kesalahan penggunaan istilah “blusukan” yang seharusnya dicetak miring √

Bacalah teks anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan Banjir” berikut ini. (hlm. 122)



Semuanya dia kenal, para politisi sedang blusukan. (hlm. 122)



Tulis ulanglah anekdot “Politisi Blusukan Banjir” tersebut dengan menyisipkan beberapa dialog. (hlm. 123)

Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan politisi melakukan blusukan, termasuk Darman (maaf bukan nama sebenarnya dan bukan sebenarnya nama). Ejaan: penggunaan istilah “blusukan” yang seharusnya dicetak miring Bacalah teks anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan Banjir” berikut ini. Ejaan: penggunaan istilah “blusukan” yang seharusnya dicetak miring Semuanya dia kenal, para politisi sedang blusukan. Ejaan: penggunaan istilah “blusukan” yang seharusnya dicetak miring



Tulis ulanglah anekdot “Politisi Blusukan Banjir” tersebut dengan menyisipkan beberapa dialog.

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56.

57.

58.

59.

60.

Kehematan kata: penggunaan kata tanpa disangka-sangka dan tiba-tiba yang bermakna sama secara bersamaan

Tanpa disangka-sangka, tibatiba datang petugas dan menegur Azam dengan suara tegas. (hlm. 125)

“Tidak tahu. Apa gerangan yang telah saya perbuat?” Jawab Azam. (hlm. 125)



Tiba-tiba datang petugas dan menegur Azam dengan suara tegas. Tanpa disangka-sangka, datang petugas dan menegur Azam dengan suara tegas. Ejaan: kesalahan penggunaan huruf kapital pada kata Jawab

√ “Tidak tahu. Apa gerangan yang telah saya perbuat?” jawab Azam. Kehematan kata: kehadiran konjungsi yaitu dan antaralain secara bersamaan

Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang disampaikan dengan metafora, yaitu antara lain “Negeri kita ini negeri sampah”. (hlm. 129)



Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang disampaikan dengan metafora, yaitu “Negeri kita ini negeri sampah”. Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang disampaikan dengan metafora, antara lain “Negeri kita ini negeri sampah”. Ejaan: khususnya penulisan kata ke luar sebagai lawan dari kata masuk

Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan ke luar kami. (hlm. 130)



Saya kira mereka masih tertidur karena mereka





Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan keluar kami. 1. Ejaan: penggunaan tanda titik dua

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Kehematan kata: “ketuk-ketuk” berarti mengetuk secara terus-menerus. Jika dihadirkan terus di belakangnya, bentuk itu menjadi boros/tidak hemat

berpesta-pora sampai larut malam sehingga saya ketukketuk terus dengan keras: pintu, jendela, dan apa pun yang dapat saya ketuk dalam jangkauan. (hlm. 130)

61.

62.

63.

64.

Saya kira mereka masih tertidur karena berpestapora sampai larut malam sehingga saya ketuk terus dengan keras pintu, jendela, dan apapun yang dapat saya ketuk dalam jangkauan. Kehematan kata: penggunaan kata di sisi dan sebelah bersamaan

Rumah susun ini terbagi menjadi dua sisi dan itu adalah pesta orang yang tinggal di sisi sebelah belakang. (hlm. 130)

Saya masih belum tahu mobil siapa yang menghalangi jalan ke luar kami itu. (hlm. 130) Judul apakah yang menurut kalian tepat! (hlm. 131) Misalnya, pelakunya adalah orang yang kalian kenal, tempat kejadianya adalah lingkungan yang kalian ketahui, dan persoalannya



Rumah susun ini terbagi menjadi dua sisi dan itu adalah pesta orang yang tinggal di sisi belakang. Rumah susun ini terbagi menjadi dua sisi dan itu adalah pesta orang yang tinggal di sebelah belakang. Ejaan: kesalahan penulisan kata ke luar sebagai lawan dari kata masuk.

√ Saya masih belum tahu mobil siapa yang menghalangi jalan keluar kami itu. Ejaan: penggunaan tanda seru yang tidak tepat √



Judul apakah yang menurut kalian tepat? K. struktur: misalnya merupakan konjungsiintrakalimat yang tidak mungkin hadir di awal kalimat dan kalimat tunggal. ..., misalnya pelakunya adalah orang yang kalian

105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65.

66.

adalah persoalan sehari-hari yang biasa kita hadapi semua. (hlm. 131) Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol, frustasi, dan tidak nyaman di salah satu tempat tersebut. (hlm. 132) Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol, frustasi, dan tidak nyaman di lingkungan sekolah kalian. (hlm. 132)

67.

Carilah buku yang berisi hasil perundingan antar negara. (hlm. 134)

68.

Tujuan negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap pihak. (hlm. 135)

69.

Jelaskan tata organisasi yang ada di sebuah perusahaan? (hlm. 137)

kenal, tempat kejadianya adalah lingkungan yang kalian ketahui, dan persoalannya adalah persoalan sehari-hari yang biasa kita hadapi semua. Kecermatan: kesalahan penulisan kata frustrasi √

Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol, frustrasi, dan tidak nyaman di salah satu tempat tersebut. Kecermatan: kesalahan penulisan kata frustrasi



Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol, frustrasi, dan tidak nyaman di lingkungan sekolah kalian. Ejaan: kesalahan penulisan kata antar



Carilah buku yang berisi hasil perundingan antarnegara. Kehematan kata: penggunaan tujuan dan untuk bersamaan √

Tujuan negosiasi adalah mengurangi perbedaan posisi setiap pihak. Negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap pihak. Ejaan: Penggunaan tanda tanya yang tidak tepat



Jelaskan tata organisasi yang ada di sebuah perusahaan!

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70.

71.

Setelah para karyawan sebuah perusahaan di bidang elektronika melakukan aksi mogok kerja dengan melakukan demonstrasi di depan kantor perusahaan, akhirnya wakil perusahaan itu menerima wakil para karyawan untuk berdialog. (hlm. 138) Kalian telah tahu bahwa negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencari penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang mempunyai perbedaan kepentingan. (hlm. 146)

72.

Misalnya, transaksi terjadi antara orang Indonesia dan orang Indonesia atau antara orang Indonesia dan orang asing yang berasal dari lebih dari satu negara. (hlm. 152)

73.

Bayangkan, calon pengimpor itu dapat berbahasa Indonesia sehingga pengusaha tersebut menawarkan barangnya lewat surat yang ditulis dengan

Kepaduan makna: penggunaan kata yang berbelitbelit dan tidak padu √

Akhirnya, wakil perusahaan di bidang elektronika itu menerima wakil para karyawan yang berdemonstrasi di depan kantor untuk berdialog. Kehematan kata: Bentuk negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencari penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang mempunyai perbedaan kepentingan yang diulangulang dalam satu bacaan, menjadi kejenuhan bagi pembaca dan membuat kalimat menjadi panjang.



Telah kalian ketahui definisi negosiasi. K. struktur: misalnya merupakan konjungsi intrakalimat yang tidak mungkin hadir di awal kalimat dan pada kalimat tunggal √

..., misalnya, transaksi terjadi antara orang Indonesia dan orang Indonesia atau antara orang Indonesia dan orang asing yang berasal dari lebih dari satu negara. Kepaduan makna: penggunaan bentuk “ surat yang ditulis dengan bahasa Indonesia” √ Bayangkan, calon pengimpor itu dapat berbahasa Indonesia sehingga pengusaha tersebut

107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahasa Indonesia. (hlm. 157)

74.

75.

76.

77.

Saya berharap kita dapat bekerja sama dalam waktu yang tidak terlalu lama. (hlm. 158) Kalian diharapkan memiliki kemampuan untuk menyampaikan satu tema dengan jenis-jenis teks yang berbeda-beda secara bergantiganti dan kemampuan untuk menggunakan campuran dari beberapa jenis teks dalam menyampaikan sesuatu. (hlm. 166) Selain 11 binatang paling langka di Indonesia, masih terdapat hewan-hewan langka lainnya yang oleh IUCN Redlist dimasukkan ke dalam √ status konservasi (terancam punah). Satu tingkat di bawah kritis. (hlm. 169) Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan √ keadaan kandangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak)



menawarkan barangnya lewat surat berbahasa Indonesia. Kepaduan makna: penggunaan bentuk dalam waktu yang tidak terlalu lama terlalu panjang dan bisa ditulis langsung dalam waktu dekat Saya berharap kita dapat bekerja sama dalam waktu dekat. Kepaduan makna: penulisan bentuk panjang jenisjenis teks yang berbeda-beda secara bergantiganti dapat ditulis langsung dengan jenis teks yang berbeda secara berganti-ganti.



Kalian diharapkan memiliki kemampuan untuk menyampaikan satu tema dengan jenis-jenis teks yang berbeda secara bergantian dan kemampuan untuk menggunakan campuran dari beberapa jenis teks dalam menyampaikan sesuatu. Ejaan: penulisan kata; angka dan lambang bilangan Selain sebelas binatang paling langka di Indonesia, masih terdapat hewan-hewan langka lainnya yang oleh IUCN Redlist dimasukkan ke dalam status konservasi (terancam punah). Satu tingkat di bawah kritis. Ejaan: tidak adanya penggunaan tanda baca titik di akhir kalimat Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran

108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(hlm. 171)

78.

Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam usaha pelestarian binatang langka, antara lain, adalah sebagai berikut. (hlm. 172)

79.

Tidak melakukan perburuan binatang langka dan melaporkan setiap aktivitas perburuan langka tersebut kepada pihak berwajib. (hlm. 173)

80.

Teks yang demikian itu mengandung penjelasan tentang sesuatu itu berada dalam keadaan seperti yang kita lihat sekarang. (hlm. 175)

81.

dan keadaan kandangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak). Kehematan kata: bentuk antara lain dan adalah sama-sama bertugas sebagai pemerinci jadi tidak perlu digunakan bersamaan.

Misalnya, gajah diburu untuk diambil gadingnya, harimau diburu untuk diambil kulitnya, kura-kura diburu untuk diambil cangkangnya. (hlm. 176)



Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam usaha pelestarian binatang langka, antara lain: Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam usaha pelestarian binatang adalah sebagai berikut. K. struktur: ketidakjelasan predikat kalimat Tidak melakukan perburuan binatang langka dan melaporkan setiap aktivitas perburuan langka tersebut kepada pihak berwajib akan efektif jika ada kesadaran .... Kepaduan makna: penulisan kalimat tentang sesuatu itu berada dalam keadaan seperti yang kita lihat sekarang itu terlalu berbelit-belit



√ Teks yang demikian itu mengandung penjelasan tentang keberadaan sesuatu seperti yang kita lihat sekarang. K. struktur: misalnya merupakan konjungsi intrakalimat yang tidak mungkin hadir di awal kalimat dan pada kalimat tunggal √ ..., misalnya gajah diburu untuk diambil gadingnya, harimau diburu untuk diambil kulitnya, kura-kura diburu untuk diambil

109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cangkangnya.

82.

83.

84.

Jadi, melalui teks, kita menjalani hidup. Melalui teks, kita berkomunikasi dengan sesama. (hlm. 176) Program Akselerasi sangat dibutuhkan oleh pelajar yang mempunyai ritme belajar cepat. (hlm. 177)

Kepaduan makna: bentuk kebahasaan tersebut masih terpecah-pecah. √ Jadi, melalui teks, kita menjalani hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Ejaan: penulisan huruf kapital √

Program akselerasi sangat dibutuhkan oleh pelajar yang mempunyai ritme belajar cepat. Kehematan kata: bentuk kebahasaan dari Pelajaran 3 tentang ekposisi sudah menjelaskan bahwa pelajaran itu sudah berlangsung, jadi tidak perlu hadir sebelumnya setelah bentuk itu.

Dari Pelajaran 3 tentang eksposisi sebelumnya, kalian mengetahui tahap .... (hlm. 179)



Dari Pelajaran 3 tentang eksposisi, kalian mengetahui tahap .... Dari pelajaran tentang eksposisi sebelumnya, kalian mengetahui tahap .... K. struktur: ketidakjelasan predikat

85.

Kenyataan bahwa sebagian di antara kita tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. (hlm. 183)



Pada kenyataannya, sebagian di antara kita tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kenyataan bahwa sebagian di antara kita tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu benar.

110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86.

87.

88.

89.

90.

Lalu, kalian akan membuat teks tentang Bahasa A yang perlu dijaga dan dikembangkan agar tidak punah. (hlm. 187) Dengan demikian, kalian akan menghasilkan teks eksposisi yang berisi usulan mengenai upaya yang harus dilakukan agar Bahasa A tersebut tidak punah. (hlm. 187) Kemudian keluarkanlah kartrid toner baru dari kemasannya. lalu lepaskan pita kemasan kartrid. (hlm. 188)

Ejaan: penulisan huruf kapital pada “Bahasa” √

Lalu, kalian akan membuat teks tentang bahasa A yang perlu dijaga dan dikembangkan agar tidak punah. Ejaan: penulisan huruf kapital pada “Bahasa” Dengan demikian, kalian akan menghasilkan teks eksposisi yang berisi usulan mengenai upaya yang harus dilakukan agar bahasa A tersebut tidak punah.



Ejaan: kesalahan penggunaan tanda baca titik √

Terakhir, tutuplah penutup bagian depan printer dan pastikan tertutup secara sempurna. Dan printerpun siap untuk digunakan kembali. (hlm. 188)



Setelah itu, Gunakan bagian pegangan pada kartrid toner untuk memasukkan kartrid secara perlahan ke dalam printer dan sesuaikan tab pada



Kemudian keluarkanlah kartrid toner baru dari kemasannya lalu lepaskan pita kemasan kartrid.



1. Ejaan: kesalahan penulisan partikel pun 2. K. Struktur: Penggunaan konjungsi intrakalimat dan pada kalimat tunggal dan di awal kalimat Terakhir, tutuplah penutup bagian depan printer dan pastikan tertutup secara sempurna dan printer pun siap untuk digunakan kembali. Ejaan: penulisan huruf kapital yang tidak tepat Setelah itu, gunakan bagian pegangan pada kartrid toner untuk memasukkan kartrid secara perlahan ke dalam printer dan sesuaikan tab pada sisi

111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sisi kartrid dengan alur yang ada di dalam printer, sehingga kartrid toner berada di posisi yang benar sampai terkunci di tempatnya semula. (hlm. 188)

91.

Atau, kalian dapat meminta izin untuk mengamati alat pencetak yang ada di sekolah kalian. (hlm. 189)

kartrid dengan alur yang ada di dalam printer, sehingga kartrid toner berada di posisi yang benar sampai terkunci di tempatnya semula.

K. struktur: penggunaan konjungsi intrakalimat tapi di awal kalimat √

... atau kalian dapat meminta izin untuk mengamati alat pencetak yang ada di sekolah kalian.

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Catatan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Tanda (√) digunakan untuk menandai tipe kesalahan data Kode K1 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam kesepadanan struktur Kode K2 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam keparalelan bentuk Kode K3 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam ketegasan makna Kode K4 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam kehematan kata Kode K5 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam kecermatan dan kesantunan Kode K6 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam kepaduan makna Kode K7 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam kelogisan makna

Data di atas telah diperiksa dan dicek keabsahannya oleh pakar dalam bidang ejaan dan kalimat, yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd. Data untuk triangulasi diserahkan pada penyidik pada tanggal 16 Juli 2014 dan diserahkan kembali pada peneliti pada Senin, 21 Juli 2014 untuk diperbaiki.

Mengetahui, Yogyakarta, 8 Agustus 2014 Triangulator

Dr. Y. Karmin, M.Pd

113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TRIANGULASI DATA

Di bawah ini merupakan

analisis data sebab-sebab kesalahan berbahasa dari penelitian yang berjudul “Tipe-Tipe Kesalahan

Berbahasa dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”. Penyidik diminta untuk memeriksa dan mengecek kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan sebab-sebab kesalahan berbahasa dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Penyidik yang ditunjuk oleh peneliti untuk melakukan pengecekan kembali ini data ialah pakar bidang kalimat, Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. Jenis sebab-sebab kesalahan: (1) (2) (3) (4) (5)

Kesalahan interferensi bahasa ibu Overgeneralisasi Ketidakcermatan Penerapan kaidah kebahasaan yang tidak sempurna karena kurangnya pengetahuan atau ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah-kaidah bahasa Materi dan metode mengajar bahasa yang lemah/keliru,

114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 1.2 Data Sebab Kesalahan Ejaan

PENYIDIK NO.

DATA

TIPE KESALAHAN

PEMBETULAN

SEBAB SETUJU

TIDAK

Perilaku berbahasa yang tidak cermat

1.

Kesalahan Tanda “^” berarti ‘diikuti “^” pemakaian tanda Tanda oleh. baca: pemakaian ‘diikuti oleh’. (hlm. 6) tanda petik tunggal

2.

Tulislah satu kalimat untuk setiap tahap, dan usahakan kalimat itu telah mencakupi isi pada tahap yang dimaksud! (hlm. 16)

Kurangnya tanda petik tunggal yang mengapit kata. Hal ini disebabkan oleh ketidakcermatan dalam penulisan. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah Tulislah satu kalimat kebahasaan Kesalahan untuk setiap tahap dan tanda pemakaian tanda usahakan kalimat itu Kehadiran baca: pemakaian telah mencakupi isi koma di depan dan tanda koma pada tahap yang adalah bentuk yang dimaksud! tidak tepat. Kesalahan seperti ini diakibatkan oleh kekeliruan berarti





115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menerapkan kebahasaan. Ketidakcermatan dalam penulisan

3.

Komodo hampir punah yang, antara lain, disebabkan oleh kematian sebagai akibat dari perkelahian. (hlm. 32)

4.

Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan MAK karena telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah pertama. (hlm. 38)

Semua tanda koma Komodo hampir punah, dalam kalimat itu antara lain disebabkan kurang tepat oleh kematian sebagai peletakannya. Hal akibat dari perkelahian. ini disebabkan oleh penulis yang tidak cermat meletakkan tanda baca koma. Ketidakcermatan Kalian sekarang dalam penulisan melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah Pemakaian tanda menengah atas (SMA), kurung seharusnya madrasah aliyah (MA), konsisten. Setiap Kesalahan sekolah menengah singkatan harus pemakaian tanda kejuruan (SMK), atau diapit tanda baca: pemakaian madrasah aliyah kurung. tanda kurung kejuruan (MAK) karena Hal ini disebabkan telah berhasil oleh menempuh tahap ketidakcermatan pendidikan sebelumnya dalam penulisan di sekolah menengah akibat faktor pertama. kurangnya Kesalahan pemakaian tanda baca: pemakaian tanda koma





116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5.

Polisi penguji menyatakan bahwa orang yang pengalaman mengendarai sepeda motor kurang dari 1 tahun sering gagal dalam ujian. (hlm. 58)

perhatian atau kelalaian. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah Polisi penguji kebahasaan menyatakan bahwa Kesalahan penulisan orang yang Penulisan angka kata: penulisan berpengalaman dalam kalimat angka dan lambang mengendarai sepeda tersebut belum bilangan motor kurang dari satu memenuhi kaidah tahun sering gagal dalam PUEYD. dalam ujian. (tidak semua



penulisan angka dan lambang bilangan dalam buku salah)

6.

Khusus untuk SIM C, di daerah lain pembuat SIM baru harus mengikuti 3 ujian, yaitu ujian praktik, ujian jalan raya, dan ujian tulis. (hlm. 59)

Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah Di daerah lain, kebahasaan Kesalahan penulisan pembuatan SIM C baru kata: penulisan harus mengikuti tiga Penulisan angka angka dan lambang ujian, yaitu ujian dalam kalimat bilangan praktik, ujian jalan belum memenuhi raya, dan ujian tulis. aturan dalam PUEYD. Hal ini disebabkan oleh penerapan kaidah



117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kebahasaan yang tidak sempurna oleh penulis. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

7.

8.

Penulisan angka Kesalahan penulisan Terdapat 4 butir pada teks dalam kalimat kata: penulisan Terdapat empat butir tersebut. belum memenuhi angka dan lambang pada teks tersebut. (hlm. 59) aturan dalam bilangan PUEYD. Hal ini disebabkan oleh penerapan kaidah kebahasaan yang tidak sempurna oleh penulis. Perilaku berbahasa yang tidak cermat Akan tetapi, konjungsi jika Akan tetapi, konjungsi atau apabila yang menjadi Kesalahan jika atau apabila yang Ketidakcermatan pedoman lain untuk pemakaian huruf menjadi pedoman lain mengakibatkan menentukan kompleksitas itu kapital dan huruf untuk menentukan penulis lalai untuk tidak ditemukan pada teks miring: pemakaian kompleksitas itu tidak mencetak miring tersebut. huruf miring ditemukan pada teks kata yang (hlm. 59) tersebut. ditekankan dalam kalimat.





118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9.

Indonesia menjadi buah bibir pada saat pelaksanaan Sidang Tahunan International Monetery Fund (IMF)/World Bank (WB) 2012 Tokyo, 9— 14 Oktober 2012 lalu. (hlm. 82)

Indonesia menjadi buah bibir pada saat Kesalahan pelaksanaan Sidang pemakaian tanda Tahunan International baca: pemakaian Monetery Fund tanda koma (IMF)/World Bank (WB) 2012, Tokyo, 9— 14 Oktober 2012 lalu.

10.

Indonesia menjadi buah bibir pada saat pelaksanaan Sidang Tahunan International Monetery Fund (IMF)/World Bank (WB) 2012 Tokyo, 9— 14 Oktober 2012 lalu. (hlm. 82)

Indonesia menjadi buah bibir pada saat Kesalahan pelaksanaan Sidang pemakaian huruf Tahunan International kapital dan huruf Monetery Fund miring: pemakaian (IMF)/World Bank huruf miring (WB) 2012, Tokyo, 9— 14 Oktober 2012 lalu.

11.

Melihat potensi yang sedemikian besar, dalam beberapa side meeting sidang Kesalahan penulisan IMF yang sempat saya ikuti, unsur serapan para investor asing mengharapkan makin banyak

Perilaku berbahasa yang tidak cermat Tanda baca koma seharusnya hadir di antara tahun dan kota. Hal ini merupakan suatu ketidakcermatan yang dilakukan penulis. Perilaku berbahasa yang tidak cermat Ketidakcermatan menyebabkan penulis lalai untuk mencetak miring kata yang seharusnya tercetak miring falam kalimat. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

Melihat potensi yang sedemikian besar, dalam beberapa side meeting sidang IMF yang sempat saya ikuti, para investor asing Side







119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pilihan investasi di Indonesia. (hlm. 82)

12.

Terdapat 4 argumentasi yang disampaikan oleh penulis mengenai kepercayaan bahwa jamu tradisional masih mengungguli obat-obatan modern. (hlm. 90)

13.

Di Uni Eropa untuk Kesalahan memasuki pintu gerbang pemakaian tanda budaya setiap negara, semua baca: pemakaian

Kesalahan penulisan kata: penulisan angka dan lambang bilangan

mengharapkan makin meetingmerupakan banyak pilihan investasi istilah asing yang di Indonesia. belum diserap sempurna. Oleh karena itu, penulisannya harus dicetak miring. Dalam buku, penulisan istilah asing seperti itu belum tercetak miring. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan Terdapat empat argumentasi mengenai Penulisan angka kepercayaan bahwa belum memenuhi jamu tradisional masih aturan PUEYD. mengungguli obatHal ini disebabkan obatan modern. penulis kurang sempurna menerapkan kaidah kebahasaan Di Uni Eropa, untuk Ketidakpahaman memasuki pintu pemakai bahasa gerbang budaya setiap mengenai kaidah





120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

orang tentu telah mengenal tanda koma kebijakan Europass Language Passport yang dikeluarkan oleh the Council of Europe dengan dokumen teknis Common European Framework of Reference (CEFR) for Languages. (hlm. 92)

14.

Selain berguna untuk penghormatan atas adanya perbedaan bahasa kebangsaan negara anggota Asean, sebagaimana disebutkan dalam Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya Asean, kebijakan ini juga .... (hlm. 93)

Kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring: pemakaian huruf miring

15.

Seorang kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang pembuat jembatan kepada yang mulia hakim karena jembatan yang dibuatnya runtuh yang menyebabkan si

Kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring: pemakaian huruf kapital

negara, semua orang tentu telah mengenal kebijakan Europass Language Passport yang dikeluarkan oleh the Council of Europe dengan dokumen teknis Common European Framework of Reference (CEFR) for Languages. Selain berguna untuk penghormatan atas adanya perbedaan bahasa kebangsaan negara anggota Asean, sebagaimana disebutkan dalam Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya Asean, kebijakan ini juga .... Seorang kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang Pembuat Jembatan kepada Yang Mulia Hakim karena jembatan

kebahasaan Tanda koma seharusnya hadir membatasi bentuk keterangan dalam kalimat. Kesalahan ini akibat penulis kurang paham tentang aturan peletakan tanda koma. Ketidakpaham mengenai kaidah Ketidakcermatan penulis dalam penulisan terlihat dalam kata yang luput dicetak miring. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan Penyebutan





nama

121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tukang Pedati terjatuh ke sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya. (hlm. 121)

16.

Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan politisi melakukan blusukan, Kesalahan penulisan termasuk Darman (maaf unsur serapan bukan nama sebenarnya dan bukan sebenarnya nama). (hlm. 122)

yang dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang Pedati terjatuh ke sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya.

Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan politisi melakukan blusukan, termasuk Darman (maaf bukan nama sebenarnya dan bukan sebenarnya nama).

diri seharusnya menggunakan huruf kapital. Kekurangpahaman penulis tentang kaidah menyebabkan sebagian nama diri dalam teks tidak ditulis dengan huruf kapital. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan Blusukan diserap dari bahasa Jawa dan seharusnya tercetak miring. Blusukan yang belum tercetak miring tersebut dikarenakan penulis tidak menerapkan kaidah secara sempurna dalam penulisan.



122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17.

18.

19.

20.

Bacalah teks anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan Kesalahan penulisan Banjir” berikut ini. unsur serapan (hlm. 122)

Ketidakpahaman Bacalah teks anekdot pemakai bahasa yang berjudul “Politisi mengenai kaidah Blusukan Banjir” kebahasaan berikut ini.

Ketidakpahaman Semuanya dia kenal, para Semuanya dia kenal, Kesalahan penulisan pemakai bahasa politisi sedang blusukan. para politisi sedang mengenai kaidah unsur serapan (hlm. 122) blusukan. kebahasaan Penerapan kaidah kebahasaan yang tidak sempurna Tulis ulanglah anekdot “Politisi Blusukan Banjir” Kesalahan penulisan tersebut dengan menyisipkan unsur serapan beberapa dialog. (hlm. 123)

Tulis ulanglah anekdot “Politisi Blusukan Banjir” tersebut dengan menyisipkan beberapa dialog.

Penulisan kata bahasa Jawa seharusnya dicetak miring karena belum terserap sepenuhnya ke dalam bahasa Indonesia Ketidakpahaman Kesalahan pemakai bahasa “Tidak tahu. Apa gerangan “Tidak tahu. Apa mengenai kaidah pemakaian huruf yang telah saya perbuat?” gerangan yang telah kebahasaan kapital dan huruf Jawab Azam. saya perbuat?” jawab miring: pemakaian (hlm. 125) Azam. huruf kapital Kata jawab seharusnya tidak









123

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perlu menggunakan huruf kapital. Kesalahan seperti ini adalah akibat penulis tidak paham kaidah penulisan huruf kapital. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

21.

Lalu, tadi pagi terdapat Kesalahan penulisan sebuah mobil diparkir di kata: penulisan kata depan jalan ke luar kami. dasar keluar (hlm. 130)

Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan keluar kami.

22.

Saya kira mereka masih tertidur karena mereka berpesta-pora sampai larut malam sehingga saya ketukketuk terus dengan keras: pintu, jendela, dan apa pun

Saya kira mereka masih tertidur karena berpesta-pora sampai larut malam sehingga saya ketuk terus dengan keras pintu, jendela, Penulis

Kesalahan pemakaian tanda baca: pemakaian tanda titik dua

Dalam hal ini ke luar yang dimaksud ialah lawan dari kata masuk, jadi penulisannya harus disambung karena keluar merupakan kata dasar Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan





belum

124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23.

25.

yang dapat saya ketuk dalam jangkauan. (hlm. 130)

dan apapun yang dapat paham mengenai saya ketuk dalam kaidah penggunaan jangkauan. titik dua yang bertugas untuk memerinci dan tidak digunakan jika yang diperinci merupakan bagian dari kalimat seperti kalimat tersebut. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

Saya masih belum tahu mobil Kesalahan penulisan siapa yang menghalangi jalan kata: penulisan kata ke luar kami itu. dasar keluar (hlm. 130)

Saya masih belum tahu mobil siapa yang menghalangi jalan keluar kami itu.

Dalam hal ini ke luar yang dimaksud ialah lawan dari kata masuk, jadi penulisannya harus disambung karena keluar merupakan kata dasar. Kesalahan Perilaku berbahasa Judul apakah yang menurut pemakaian tanda Judul apakah yang yang tidak cermat kalian tepat! baca: pemakaian menurut kalian tepat? (hlm. 131) tanda seru Kesalahan seperti





125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

itu menunjukkan penulis tidak cermat dalam menggunakan tanda baca dalam kalimat. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

26.

Carilah buku yang berisi hasil Kesalahan penulisan perundingan antar negara. kata: penulisan kata (hlm. 134) turunan

27.

Kesalahan Jelaskan tata organisasi yang pemakaian tanda ada di sebuah perusahaan? baca: pemakaian (hlm. 137) tanda tanya

Penulisan antar seharusnya Carilah buku yang dirangkai dengan berisi hasil perundingan kata berikutnya. antarnegara. Pengajaran selama ini kurang menekankan hal itu sehingga penulisan seperti ini banyak ditemukan dalam bahasa tulis. Perilaku berbahasa yang tidak cermat Jelaskan tata organisasi yang ada di sebuah Tidak telitinya perusahaan! penulis menyebabkan





126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28.

Selain 11 binatang paling langka di Indonesia, masih terdapat hewan-hewan langka lainnya yang oleh IUCN Redlist dimasukkan ke dalam status konservasi (terancam punah). Satu tingkat di bawah kritis. (hlm. 169)

Selain sebelas binatang paling langka di Indonesia, masih Kesalahan penulisan terdapat hewan-hewan kata: penulisan langka lainnya yang angka dan lambang oleh IUCN Redlist bilangan dimasukkan ke dalam status konservasi (terancam punah). Satu tingkat di bawah kritis.

kesalahan penggunaan tanda baca pada kalimat perintah. Tidak semua penggunaan tanda baca dalam kalimat salah, sehingga kesalahan seperti ini bisa terjadi jika penulis tidak teliti Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan Penulisan angka yang belum sesuai kaidah menunjukkan penulis tidak menerapkan kaidah secara sempurna. Tidak semua penulisan dalam buku ini salah. Hal ini menunjukkan bahwa penulis



127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebenarnya mengetahui kaidah penulisan angka, tetapi tidak sempurna dalam menerapkannya.

29.

30.

Selain itu, kalian juga bisa menambahkan Selain itu, kalian juga bisa ukuran dan keadaan Kesalahan menambahkan ukuran dan kandangnya (luas atau pemakaian tanda keadaan kandangnya (luas tidak, bersih atau tidak). baca: pemakaian atau tidak, bersih atau tidak) tanda titik (hlm. 171)

Program Akselerasi sangat dibutuhkan oleh pelajar yang mempunyai ritme belajar cepat. (hlm. 177)

Kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring: pemakaian huruf kapital

Perilaku berbahasa yang tidak cermat Kurangnya tanda titik di akhir kalimat terjadi karena penulis kurang cermat dalam pengetikan. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

Program akselerasi sangat dibutuhkan oleh Dalam hal ini pelajar yang akselerasi bukan mempunyai ritme merupakan judul belajar cepat. sehingga tidak perlu ditulis dengan huruf kapital. Kesalahan ini bisa





128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terjadi jika penulis kurang paham mengenai kaidah ini.

31.

Lalu, kalian akan membuat teks tentang Bahasa A yang perlu dijaga dan dikembangkan agar tidak punah. (hlm. 187)

Kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring: pemakaian huruf kapital

Lalu, kalian akan membuat teks tentang bahasa A yang perlu dijaga dan dikembangkan agar tidak punah.

Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan



Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

32.

Dengan demikian, kalian akan menghasilkan teks eksposisi yang berisi usulan mengenai upaya yang harus dilakukan agar Bahasa A tersebut tidak punah. (hlm. 187)

Dengan demikian, kalian akan Kesalahan menghasilkan teks pemakaian huruf eksposisi yang berisi kapital dan huruf usulan mengenai upaya miring: pemakaian yang harus dilakukan huruf kapital agar bahasa A tersebut tidak punah.

Bahasa A bukan merupakan judul, sehingga bahasa tidak perlu menggunakan huruf kapital. Terdapat tiga penulisan serupa. Hal ini terjadi karena penulis kurang paham akan kaidah ini.



129

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33.

Kemudian keluarkanlah kartrid toner baru dari kemasannya. lalu lepaskan pita kemasan kartrid. (hlm. 188)

Kemudian keluarkanlah Kesalahan kartrid toner baru dari pemakaian tanda kemasannya lalu baca: pemakaian lepaskan pita kemasan tanda titik kartrid.

34.

Terakhir, tutuplah penutup bagian depan printer dan pastikan tertutup secara sempurna. Dan printerpun siap untuk digunakan kembali. (hlm. 188)

Kesalahan pemakaian tanda baca: pemakaian tanda titik

35.

Setelah itu, Gunakan bagian pegangan pada kartrid toner untuk memasukkan kartrid secara perlahan ke dalam printer dan sesuaikan tab pada sisi kartrid dengan alur yang ada di dalam printer, sehingga kartrid toner berada di posisi yang benar sampai terkunci di tempatnya semula. (hlm. 188)

Kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring: pemakaian huruf kapital

Perilaku berbahasa yang tidak cermat

Ketidakcermatan penulis terlihat dari hadirnya tanda titik di tengah kalimat. Perilaku berbahasa Terakhir, tutuplah yang tidak cermat penutup bagian depan printer dan pastikan Hadirnya tanda tertutup secara titik di tengah sempurna dan printer kalimat merupakan pun siap untuk akibat dari digunakan kembali. ketidakcermatan penulis. Setelah itu, gunakan bagian pegangan pada Perilaku berbahasa kartrid toner untuk yang tidak cermat memasukkan kartrid secara perlahan ke Huruf kapital yang dalam printer dan dipakai pada sesuaikan tab pada sisi gunakan kartrid dengan alur menandakan yang ada di dalam ketidakcermatan printer, sehingga kartrid penulis dalam toner berada di posisi pengetikan. yang benar sampai







130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terkunci di tempatnya semula.

131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 1.3 Data Sebab Kesalahan dalam Kalimat Efektif

PENYIDIK NO.

DATA

TIPE KESALAHAN

PEMBETULAN

SEBAB SETUJU

1.

Vertebrata bertulang belakang meliputi manusia, burung, anjing, katak, dan lain-lain, sedangkan invertebrata tidak bertulang belakang meliputi ubur-ubur, kupukupu, dan laba-laba. (hlm. 6)

Kesalahan pada kehematan kata: penggunaan vertebrata dan bertulang belakang bersamaan juga invertebrata dan tidak bertulang belakang bersamaan

2.

Vertebrata bertulang Kesalahan belakang meliputi kesepadanan manusia, burung, anjing, struktur:

TIDAK

Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan Vertebrata meliputi manusia, burung, anjing, katak, sedangkan invertebrata meliputi uburubur, kupu-kupu, dan labalaba.

Penggunaan kata vertebrata diikuti artinya secara bersamaan merupakan hal yang boros. Penulis dianggap tidak paham tentang arti dari kata ‘vertebrata’ itu sendiri pada Vertebrata meliputi Ketidakpahaman manusia, burung, anjing, pemakai bahasa katak, sedangkan mengenai kaidah





132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

katak, dan lain-lain, penggunaan bentuk invertebrata meliputi ubursedangkan invertebrata meliputi... dan lain- ubur, kupu-kupu, dan labatidak bertulang belakang lain laba. meliputi ubur-ubur, kupukupu, dan laba-laba. (hlm. 6)

3.

Misalnya, pada subkelas ikan, kalian dapat menambahkan jenis-jenis ikan yang kalian ketahui. (hlm. 6)

kebahasaan

Penggunaan bentuk meliputi... dan lainlain sangat banyak ditemukan. Namun, tidak semua penggunaan bentuk meliputi dalam buku ini diikuti dengan dan lainlain.Ketidakpaham an penulis akan hal ini menyebabkan penulis tidak sempurna dalam menerapkan kaidah di atas. ..., misalnya pada subkelas Kurangnya ikan, kalian dapat pengetahuan menambahkan jenis-jenis mengenai kaidahpada ikan yang kalian ketahui. kaidah bahasa

Kesalahan kesepadanan struktur: peletakan Kalian dapat konjungsi misalnya menambahkan jenis-jenis pada awal kalimat ikan yang kalian ketahui, misalnya, pada subkelas ikan.

Misalnya merupakan konjungsi intrakalimat, bukan antarkalimat.



133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kesalahan ini sangat banyak ditemukan dalam buku, sehingga ini merupakan kesalahan dari penulis yang tidak paham tentang kaidah kebahasaan ini.

4.

Kesalahan pada Misalnya, verba mungkin kesepadanan berubah menjadi nomina struktur: peletakan atau kelompok nomina. konjungsi misalnya (hlm. 11) di awal kalimat

..., misalnya verba mungkin berubah menjadi nomina atau kelompok nomina.

Kurangnya pengetahuan mengenai kaidahkaidah bahasa



5.

Kesalahan pada kehematan kata: telah dan tadi Identifikasikanlah mempunyai makna konjungsi yang digunakan bahwa kejadian itu dalam teks laporan yang sudah berlangsung. telah kalian pelajari tadi. Jika digunakan (hlm. 11) secara bersamasama, kalimat tersebut akan menjadi boros

Ketidakpahaman pemakai bahasa Identifikasikanlah mengenai kaidah konjungsi yang digunakan kebahasaan dalam teks laporan yang telah kalian pelajari. Tidak pahamnya penulis terlihat dari Identifikasikanlah penggunaan kata konjungsi yang digunakan telah dan tadi yang dalam teks laporan yang sama-sama kalian pelajari tadi. menjelaskan waktu yang sudah berlalu.



134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kurangnya pengetahuan mengenai kaidahkaidah bahasa

6.

7.

Misalnya, konjungsi dan digunakan untuk menambahkan sifat-sifat untuk anggota kelas yang sama, seperti terlihat pada kalimat (a). (hlm. 11)

Amatilah dengan cermat! (hlm. 13)

Kesalahan pada kesepadanan struktur: peletakan konjungsi misalnya di awal kalimat

..., misalnya konjungsi dan digunakan untuk menambahkan sifat-sifat untuk anggota kelas yang sama, seperti terlihat pada kalimat (a).

Misalnya merupakan konjungsi intrakalimat, bukan antarkalimat. Kesalahan ini sangat banyak ditemukan dalam buku, sehingga ini merupakan kesalahan dari penulis yang tidak paham tentang kaidah kebahasaan ini. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

Kesalahan pada kesepadanan Amatilah kalimat di atas struktur: belum dengan cermat! bisa menjawab apa Penulis yang harus diamati? cermat membuat





tidak dalam sebuah

135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kalimat sehingga menyebabkan kalimat itu tidak lengkap strukturnya. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

8.

... adalah benda hitam yang lunak yang tersusun oleh atom yang berbentuk heksagonal pada lembaran-lembaran yang sejajar yang terikat secara terpisah-pisah. (hlm. 26)

Kesalahan pada kecermatan: penggunaan yang yang terlalu banyak membuat kalimat menjadi ambigu

.. adalah benda hitam yang lunak, tersusun oleh atom berbentuk heksagonal pada lembaran-lembaran sejajar yang terikat secara terpisah.

Baliklah definisi itu agar dapat diuji kebenarannya.

9.

Kesalahan pada Baliklah definisi itu agar kesepadanan dapat menguji struktur: kebenarannya. kekurangan unsur (hlm. 26) subjek; siapa yang

Baliklah definisi itu agar kalian dapat menguji

Kalimat menjadi tidak jelas karena penggunaan kata yang yang terlalu banyak. Hal ini disebabkan karena penulis tidak paham akan apa yang ditulisnya sehingga menghadirkan bentuk yang terlalu banyak. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan





136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

akan dapat menguji kebenarannya. kebenarannya?

10.

Misalnya, makanan dalam kemasan sering disertai keterangan tentang komposisi kandungan gizi yang ada di dalamnya. (hlm. 27)

Kesalahan pada kesepadanan struktur: peletakan konjungsi misalnya di awal kalimat

Kalimat tersebut belum memenuhi kaidah kebahasaan. Ini disebabkan oleh penulis tidak paham tentang kaidah subjek predikat dalam kalimat. Kurangnya pengetahuan mengenai kaidahkaidah kebahasaan/ketidak pahaman mengenai kaidah kebahasan

...., misalnya dalam kemasan sering disertai Misalnya keterangan tentang merupakan komposisi kandungan gizi konjungsi yang ada di dalamnya. intrakalimat, bukan antarkalimat. Kesalahan ini sangat banyak ditemukan dalam buku, sehingga ini merupakan



137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11.

12.

Selain jawaban dari teks, carilah informasi lain dari sumber-sumber lain untuk menjawab pertanyaan ini. (hlm. 28)

Kesalahan pada kepaduan makna: kata “lain” yang diulang-ulang menjadikan kalimat itu tidak padu dan tidak efektif

kesalahan dari penulis yang tidak paham tentang kaidah kebahasaan ini. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

Selain jawaban dari teks, carilah informasi dari ketidakpahaman sumber-sumber lain untuk penulis membuat menjawab pertanyaan ini. kalimat menggunakan kata lain yang diulangulang. Kurangnya pengetahuan mengenai kaidahKesalahan pada kaidah Misalnya, mula-mula kesepadanan bahasa/ketidakpah ..., misalnya mula-mula kalian mengemukakan struktur: aman kaidah kalian mengemukakan definisi karbon. peletakan konjungsi kebahasaan definisi karbon. (hlm. 28) misalnya di awal kalimat Misalnya merupakan konjungsi intrakalimat, bukan





138

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13.

Kesalahan pada Panjang komodo secara kehematan kata: rata-rata adalah sekitar 2,5 penggunaan kata meter dengan berat 91 kg. rata-rata dan sekitar (hlm. 32) bersamaan

14.

Komodo hampir punah yang, antara lain, disebabkan oleh kematian sebagai akibat dari perkelahian.

Kesalahan pada kesepadanan struktur: peletakan yang yang tidak tepat

antarkalimat. Kesalahan ini sangat banyak ditemukan dalam buku, sehingga ini merupakan kesalahan dari penulis yang tidak paham tentang kaidah kebahasaan ini. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah Panjang komodo secara kebahasaan rata-rata adalah 2,5 meter dengan berat 91 kg. Penulis kurang paham dalam Panjang komodo adalah menggunakan katasekitar 2,5 meter dengan kata yang memiliki berat 91 kg. makna yang sama seperti rata-rata dan sekitar. Ketidakpahaman Komodo hampir punah, pemakai bahasa antara lain disebabkan oleh mengenai kaidah kematian sebagai akibat kebahasaan dari perkelahian.





139

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(hlm. 32)

15.

Tema-tema itu sangat luas dan hampir semua aspek makhluk hidup di bumi dapat dimasukkan di sini. (hlm. 33)

Kesalahan pada kecermatan: penggunaan penunjukitu dan di sini untuk menunjuk hal ketiga (tematema)

16.

Sebagai tugas terakhir pada pelajaran ini, kalian masing-masing diminta untuk membuat sebuah bentuk puisi lama yang sering disebut pantun. (hlm. 36)

Kesalahan pada kehematan kata: Penggunaan kata kalian dan masingmasing adalah mubazir karena menunjuk pada hal yang sama

Penulis tidak paham dalam menulis kalimat. Peletakan yang yang kurang tepat membuat kalimat menjadi kacau. Perilaku berbahasa yang tidak cermat

Tema-tema itu sangat luas dan hampir semua aspek Ketidakcermatan makhluk hidup di bumi penulis terlihat dapat dimasukkan di pada penggunaan dalamnya. kata petunjuk itu dan ini. Sebagai tugas terakhir Ketidakpahaman pada pelajaran ini, kalian pemakai bahasa diminta untuk membuat mengenai kaidah sebuah bentuk puisi lama kebahasaan yang sering disebut pantun. Penggunaan kalian dan masing-masing Sebagai tugas terakhir merupakan bentuk pada pelajaran ini, setiap yang salah. Hal ini anak diminta untuk disebabkan penulis membuat sebuah bentuk tidak paham puisi lama yang sering menggunakan dan disebut pantun. memilih kata.





140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

17.

Dari teks tersebut, cobalah mencari contoh-contoh kalimat imperatif, kalimat deklaratif, dan kalimat interogatif. (hlm. 43)

Kesalahan pada kesepadanan struktur: tidak adanya predikat dalam kalimatitu

Dari teks tersebut, cobalah kalian cari contoh-contoh Penulis belum kalimat imperatif, kalimat paham tentang deklaratif, dan kalimat aturan subjek interogatif. predikat. Hal itu menyebabkan kalimat menjadi kurang lengkap. Kurangnya pengetahuan mengenai kaidahkaidah bahasa

18.

Misalnya, dari kalimat imperatif diubah menjadi kalimat deklaratif atau kalimat interogatif. (hlm. 43)

Kesalahan pada kesepadanan struktur: peletakan konjungsi misalnya pada awal kalimat

Misalnya ..., misalnya dari kalimat merupakan imperatif diubah menjadi konjungsi kalimat deklaratif atau intrakalimat, bukan kalimat interogatif. antarkalimat. Kesalahan ini sangat banyak ditemukan dalam buku, sehingga ini merupakan kesalahan dari





141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penulis yang tidak paham tentang kaidah kebahasaan ini. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

19.

Sering sebuah prosedur terdiri atas banyak langkah dan langkah-langkah itu berjenjang dengan sublangkah pada setiap langkahnya. (hlm. 46)

Kesalahan pada kepaduan makna: penulisan langkahlangkah yang berulang menyebabkan kalimat masih terpecah/kurang padu

20.

Tulisan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman dalam mengurus SIM C dengan jalan yang benar. (hlm. 56)

Kesalahan pada kehematan kata: penggunaan kata bertujuan dan untuk bersamaan

Penulis hanya tidak paham dengan bahasa yang dipakainya dalam membuat kalimat sehingga menyebabkan kalimat terasa kurang padu dengan hadirnya langkah-langkah yang berulang. Ketidakpahaman pemakai bahasa Tulisan ini bertujuan mengenai kaidah berbagi pengalaman dalam kebahasaan mengurus SIM C dengan jalan yang benar. Penggunaan bertujuan dan Sering sebuah prosedur terdiri atas banyak langkah yang berjenjang dengan sublangkah pada setiap langkahnya.





142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21.

22.

untuk merupakan bentuk yang kurang tepat tetapi banyak orang menggunakannya. Ini disebabkan oleh ketidakpahaman penulis mengenai penulisan bertujuan untuk yang digunakan terus-menerus Ketidakpahaman pemakai bahasa Bisa jadi, uang yang Anda mengenai kaidah perlukan lebih kecil atau kebahasaan Anda yang berada di lebih besar jika Anda Kesalahan pada daerah lain bisa jadi uang berada di daerah lain. Kekaburan predikat kesepadanan yang diperlukan lebih seperti itu bisa struktur: kekaburan kecil atau lebih besar. Bisa jadi, di daerah lain, dihindari jika predikat (hlm. 57) uang yang Anda perlukan penulis benar-benar lebih kecil atau lebih paham kaidah besar. penulisan kalimat.

Polisi penguji menyatakan Kesalahan pada Polisi penguji menyatakan Perilaku berbahasa bahwa orang yang kecermatan: bahwa orang yang yang tidak cermat pengalaman mengendarai pemilihan bentuk berpengalaman





143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sepeda motor kurang dari kata pengalaman 1 tahun sering gagal dalam ujian. (hlm. 58)

23.

Khusus untuk SIM C, di daerah lain pembuat SIM baru harus mengikuti 3 ujian, yaitu ujian praktik, ujian jalan raya, dan ujian tulis. (hlm. 59)

mengendarai sepeda motor Ketidakcermatan kurang dari satu tahun penulis dalam sering gagal dalam ujian. kalimat terlihat pada pemilihan kata pengalaman yang digunakan penulis. Faktor letih atau tidak teliti juga bisa menyebabkan kesalahan seperti ini. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

Di daerah lain, pembuatan Kesalahan pada SIM C baru harus kepaduan makna: mengikuti tiga ujian, yaitu kalimat masih ujian praktik, ujian jalan berbelit-belit raya, dan ujian tulis.

Penulis masih menggunakan kalimat yang berbelit-belit. Hal ini bisa terjadi karena penulis kurang paham dalam membuat kalimat, khususnya kalimat yang efektif mengenai



144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepaduan makna. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan Kata bagi di depan subjek selalu membuat subjek menjadi kabur. Hal ini banyak terjadi dan digunakan terus-menerus oleh para pemakai bahasa. Tidak pahamnya penulis akan kaidah bahasa ini menjadi faktor penyebab kesalahan seperti itu. Perilaku berbahasa yang tidak cermat

24.

Sebagai warga yang baik, bagi yang sudah memenuhi syarat, hendaknya mempunyai KTP. (hlm. 61)

Kesalahan pada kesepadanan struktur: penggunaan bagi membuat subjek kabur

25.

Untuk itu, usahakan teks yang kalian buat itu berstruktur teks yang baik dan unsur-unsur kebahasaan yang mendukung langkah-

Untuk itu, usahakan teks Kesalahan pada yang kalian buat itu mempunyai struktur teks kesepadanan struktur: kekaburan yang baik dan Ketidacermatan predikat mengandung unsur-unsur penulis terlihat kebahasan yang pada struktur

Sebagai warga yang baik dan yang sudah memenuhi syarat, mereka hendaknya mempunyai KTP.



145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

langkah yang ditempuh. (hlm. 62)

harus

mendukung langkah- kalimat yang masih langkah yang harus kurang tepat. ditempuh. Kurangnya pengetahuan mengenai kaidahkaidah bahasa./ketidakpah aman mengenai kaidah kebahasaan

26.

Misalnya, cara membuat roti panggang, cara membuat kopi tubruk, atau cara memasak nasi goreng. (hlm. 64)

Kesalahan pada kesepadanan struktur: peletakan konjungsi misalnya di awal kalimat

27.

Setelah itu, praktikkanlah Kesalahan untuk membaca puisi yang kesepadanan

..., misalnya cara membuat roti panggang, cara membuat kopi tubruk, atau cara memasak nasi goreng.

pada Setelah itu, praktikkanlah pembacaan puisi yang

Misalnya merupakan konjungsi intrakalimat, bukan antarkalimat. Kesalahan ini sangat banyak ditemukan dalam buku, sehingga ini merupakan kesalahan dari penulis yang tidak paham tentang kaidah kebahasaan ini. Ketidakpahaman pemakai bahasa





146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berjudul “Aku”. (hlm. 66)

28.

Setujukah kalian bahwa pendidikan sekolah yang sekarang diselenggarakan di negara tercinta ini secara terus-menerus sedang mengembangkan kesempatan untuk berpendapat bagi siswa? (hlm. 80)

struktur: ketidaktepatan penggunaan bentuk “praktikkanlah untuk membaca”

Kesalahan pada kehematan kata: penggunaan kata yang menerangkan kondisi secaraterusmenerus dan sedang secara bersamaan

berjudul “Aku”.

mengenai kaidah kebahasaan

Setelah itu, praktiklah membaca puisi yang Ketidakpahaman berjudul “Aku”. penulis tentang kalimat membuat membuat bentuk kalimat masih berstruktur seperti dalam bahasa inggris (to read). Ketidakpahaman Setujukah kalian bahwa pemakai bahasa pendidikan sekolah yang mengenai kaidah sekarang diselenggarakan kebahasaan di negara ini mengembangkan Penulis kurang kesempatan untuk paham dalam berpendapat bagi siswa? membuat kalimat efektif dengan Setujukah kalian bahwa prinsip kehematan pendidikan sekolah yang kata sehingga diselenggarakan di negara membuat kalimat ini secara terus-menerus dengan kata-kata mengembangkan yang boros seperti kesempatan untuk menghadirkan berpendapat bagi siswa? secara terusmenerus dan



147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sedang bersamaan dalam satu kalimat. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

29.

30.

Sebagai siswa, apakah kalian merasa bebas untuk Sebagai siswa, apakah Kesalahan pada Penulis tidak berpendapat di sekolah? kalian merasa bebas atau kehematan kata: paham dalam tidak untuk berpendapat di penggunaan bentuk membuat kalimat Sebagai siswa, kalian sekolah? kata pemilihan yang yang hemat, yang merasa bebas atau tidak (hlm. 81) berlebihan bersifat ‘memilih’ untuk berpendapat di sehingga memakai sekolah? pertanyaan berlebihan (apakah sekaligus pilihan jawabannya). Interferensi Newsletter resmi yang dibagikan IMF kepada seluruh peserta sidang mengangkat satu topik khusus mengenai Indonesia. (hlm. 82)

Kesalahan kecermatan: pemilihan newsletter

Surat kabar resmi yang pada dibagikan IMF kepada seluruh peserta sidang kata mengangkat satu topik khusus mengenai Indonesia.

Interferensi dalam kalimat itu merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang sebenarnya bisa digantikan oleh istilah dalam bahasa Indonesia,





148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yakni surat kabar. Bisa jadi, penulis lebih terbiasa memakai istilah newsletter dibanding surat kabar sendiri. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

31.

Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 90 juta orang yang berada di kelompok consuming class. (hlm. 82)

32.

Tentunya pilihan ada di tangan kita semua saat ini. (hlm. 83)

Indonesia diperkirakan memiliki 90 juta orang Kesalahan Ketidakpahaman yang berada di kelompok padakehematan penulis dalam consuming class. kata: penggunaan pembuatan kalimat diperkirakan dan efektif yang hemat Indonesia memiliki sekitar sekitar secara kata terlihat pada 90 juta orang yang berada bersamaan penggunaan kata di kelompok consuming diperkirakan dan class. sekitar secara bersamaan, padahal menunjuk pada maksud yang sama. Interferensi Kesalahan pada kecermatan: Tentu saja pilihan ada di Tentunya pemilihan kata tangan kita semua saat ini. merupakan kata tentunya dari bahasa Jawa





149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33.

Keunggulan tradisional dibandingkan dengan modern lebih aman ekonomis. (hlm. 90)

obat jika Kesalahan pada obat kesepadanan dan struktur: kekaburan predikat

34.

Terdapat 4 argumentasi yang disampaikan oleh penulis mengenai kepercayaan bahwa jamu tradisional masih mengungguli obat-obatan modern. (hlm. 90)

Kesalahan pada kehematan kata: penyampaian maksud akan tetap sama jika yang disampaikan oleh penulis dihilangkan

tentune. Kesalahan ini disebabkan oleh penggunaan bahasa ibu penulis yang masih dibawa ke dalam bahasa Indonesia. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

Keunggulan obat tradisional jika Penulis kurang dibandingkan dengan obat paham kaidah modern ialah lebih aman sehingga lupa dan ekonomis. menyisipkan ialah sebagai penegas ‘predikat’ kalmat itu. Ketidakpahaman pemakai bahasa Terdapat empat mengenai kaidah argumentasi mengenai kebahasaan kepercayaan bahwa jamu tradisional masih Kalimat tersebut mengungguli obat-obatan akan lebih singkat modern. jika yang disampaikan oleh





150

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35.

36.

Teks tersebut memiliki struktur teks yang sama seperti teks eksposisi pada umumnya, tetapi pada tahap argumentasi tedapat penjelas-penjelas yang berfungsi untuk memperkuat argumentasi yang dimaksud. (hlm. 93)

Kesalahan pada kehematan kata: penggunaan katakata yang boros pada teks tersebut memiliki struktur teks yang sama

Teks yang berjudul Kesalahan pada “Pemimpin Sosial dan kesepadanan Politik Tidak Harus struktur: tidak

penulis dihilangkan. Penghilangan itu juga tidak akan mengubah maksud kalimat. Penulis kurang paham dalam menajdikan kalimat itu sebagai kalimat yang hemat kata. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah Teks tersebut memiliki kebahasaan struktur yang sama seperti teks eksposisi pada Pengulangan kata umumnya, tetapi pada teks membuat tahap argumentasi tedapat kalimat menjadi penjelas-penjelas yang sedikit boros. berfungsi untuk Penulis tidak memperkuat argumentasi paham dalam yang dimaksud. membuat kalimat efektif yang hemat kata. Teks yang berjudul Penerapan kaidah “Pemimpin Sosial dan kebahasaan yang Politik Tidak Harus tidak sempurna





151

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Mempunyai Pendidikan adanya Formal yang Tinggi”. kalimat (hlm. 103)

37.

Kenyataan bahwa di sekolah dan di perguruan tinggi, orang hanya ‘mempelajari’ teori, sedangkan di masyarakat, orang betul-betul belajar untuk hidup melalui beraneka ragam pengalaman. (hlm. 104)

38.

Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui

predikat Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi” itu... Penulis kurang . tepat menerapkan kaidah kebahasaan Teks itu berjudul sehingga tidak “Pemimpin Sosial dan disadari oleh Politik Tidak Harus penulis bahwa Mempunyai Pendidikan kalimat itu belum Formal yang Tinggi”. selesai (tidak berpredikat/buntun g) Kenyataan bahwa di Penerapan kaidah sekolah dan di perguruan kebahasaan yang tinggi, orang hanya tidak sempurna ‘mempelajari’ teori, sedangkan di masyarakat, Kesalahan pada Penulis kurang orang betul-betul belajar tepat menerapkan kesepadanan untuk hidup melalui struktur: tidak kaidah sehingga beraneka ragam adanya predikat kalimat tidak pengalaman adalah benar. memiliki predikat. Hal serupa terjadi Pada kenyataannya, di berkali-kali dalam sekolah dan di perguruan buku. tinggi orang hanya... Kesalahan pada Bahkan, Einstein tidak Ketidakpahaman kehematan kata: mempunyai reputasi pemakai bahasa penggunaansangat pendidikan formal yang mengenai kaidah dan ter- bersamaan bagus, tetapi melalui kebahasaan





152

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika yang sangat termasyhur di dunia. (hlm. 104)

39.

Misalnya, kalian dapat membuat teks eksposisi tentang pentingnya pendirian koperasi sekolah atau perlunya pengaturan ekonomi keluarga. (hlm. 106)

usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika termasyhur di dunia. Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika yang sangat masyhur di dunia.

Penggunaan terdan sangat bersamaan merupakan bentuk yag kurang tepat. Ini karena penulis tidak pahamtentang maksud dari termashyur itu sendiri.

Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah ..., misalnya kalian dapat kebahasaan Kesalahan pada membuat teks eksposisi kesepadanan tentang pentingnya Misalnya struktur: peletakan pendirian koperasi sekolah merupakan konjungsi misalnya atau perlunya pengaturan konjungsi di awal kalimat ekonomi keluarga. intrakalimat, bukan antarkalimat. Kesalahan ini sangat banyak



153

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40.

Kesalahan pada kesepadanan Pak dosen tidak menjawab struktur: penyatuan sendiri, melainkan antara ide dan melemparkannya kepada struktur kalimat Ahmad. kurang tepat dengan (hlm. 112) kehadiran konjungsi “tidak... melainkan”

41.

“Saudara Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” (hlm. 112)

ditemukan dalam buku, sehingga ini merupakan kesalahan dari penulis yang tidak paham tentang kaidah kebahasaan ini. Ketidakpahaman mengenai kaidah Pak dosen tidak menjawab sendiri, tetapi Diduga, penulis melemparkannya kepada tidak tahu kaidah Ahmad. tentang penulisan tidak... melainkan dan bukan... tetapi. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

Kesalahan pada kesepadanan “Saudara Ahmad, coba Lebih pantas struktur: penggunaan kaujawab pertanyaan menggunakan bentuk di- yang Saudara Ali tadi,” bentuk kau kurang tepat daripada di dalam kata dijawab. Kalimat “Saudara Ahmad, coba





154

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kaujawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” Perilaku berbahasa yang tidak cermat

42.

Pembuat jembatan itu itu harus dihukum. (hlm. 119)

Kesalahan pada Pembuat jembatan kecermatan: harus dihukum. pengulangan kata itu

43.

Kesalahan pada Tanpa disangka-sangka, kehematan kata: tiba-tiba datang petugas penggunaan kata dan menegur Azam tanpa disangkadengan suara tegas. sangka dan tiba-tiba (hlm. 125) yang bermakna sama secara bersamaan

44.

Pada puisi tersebut Kesalahan terdapat pengandaian yang kehematan

pada kata:

Kesalahan kecil seperti itu bisa dihindari jika penulis lebih teliti lagi dalam pengetikan. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah Tiba-tiba datang petugas kebahasaan dan menegur Azam dengan suara tegas. Kesalahan pada kalimat tersebut Tanpa disangka-sangka, terjadi karena datang petugas dan penulis kurang menegur Azam dengan paham kata-kata suara tegas. yang ditulisnya sehingga membuat bentuk yang boros kata. Pada puisi tersebut Ketidakpahaman terdapat pengandaian yang pemakai bahasa itu







155

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

disampaikan dengan kehadiran konjungsi disampaikan dengan metafora, yaitu antara lain yaitu dan antaralain metafora, yaitu “Negeri “Negeri kita ini negeri secara bersamaan kita ini negeri sampah”. sampah”. (hlm. 129) Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang disampaikan dengan metafora, antara lain “Negeri kita ini negeri sampah”.

45.

Saya kira mereka masih tertidur karena mereka berpesta-pora sampai larut malam sehingga saya ketuk-ketuk terus dengan keras: pintu, jendela, dan apa pun yang dapat saya ketuk dalam jangkauan. (hlm. 130)

Kesalahan pada kehematan kata: “ketuk-ketuk” berarti mengetuk secara terus-menerus. Jika dihadirkan terus di belakangnya, bentuk itu menjadi boros/tidak hemat

mengenai kaidah kebahasaan

Maksud penulis ialah menghadirkan antara lain yang juga bisa digantikan dengan yaitu. Namun, penulis tidak paham jika kedua bentuk itu tidak bisa hadir bersamaan. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah Saya kira mereka masih kebahasaan tertidur karena berpestapora sampai larut malam Pemborosan kata sehingga saya ketuk terus dalam kalimat itu dengan keras pintu, terjadi karena jendela, dan apapun yang penulis tidak dapat saya ketuk dalam paham prinsip jangkauan. kehematan kata dalam kalimat efektif.



156

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46.

Rumah susun ini terbagi menjadi dua sisi dan itu adalah pesta orang yang tinggal di sisi sebelah belakang. (hlm. 130)

Kesalahan pada kehematan kata: penggunaan kata di sisi dan sebelah bersamaan

47.

Misalnya, pelakunya adalah orang yang kalian kenal, tempat kejadianya adalah lingkungan yang kalian ketahui, dan persoalannya adalah persoalan sehari-hari yang biasa kita hadapi semua. (hlm. 131)

Kesalahan pada kesepadanan struktur: peletakan konjungsi misalnya di awal kalimat

Ketidakpahaman pemakai bahasa Rumah susun ini terbagi mengenai kaidah menjadi dua sisi dan itu kebahasaan adalah pesta orang yang tinggal di sisi belakang. Ketidakpahaman penulis tentang Rumah susun ini terbagi kaidah kalimat menjadi dua sisi dan itu efektif terlihat pada adalah pesta orang yang kata di sisi dan tinggal di sebelah sebelah yang hadir belakang. secara bersamaan dan menyebabkan boros kata. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah ..., misalnya pelakunya kebahasaan adalah orang yang kalian kenal, tempat kejadianya Misalnya adalah lingkungan yang merupakan kalian ketahui, dan konjungsi persoalannya adalah intrakalimat, bukan persoalan sehari-hari yang antarkalimat. biasa kita hadapi semua. Kesalahan ini sangat banyak ditemukan dalam buku, sehingga ini





157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merupakan kesalahan dari penulis yang tidak paham tentang kaidah kebahasaan ini. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

48.

Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol, frustasi, dan tidak nyaman di salah satu tempat tersebut. (hlm. 132)

Buatlah anekdot yang Kesalahan pada menggambarkan situasi kecermatan: lucu, konyol, frustrasi, dan penulisan kata tidak nyaman di salah satu frustrasi yang salah tempat tersebut.

Kata frustrasi yang sering ditulis frustasi merupakan bentuk salah yang umum terjadi. Diduga, hal itu terjadi karena penulis tidak cermat atau tidak paham. Namun, dalam buku, ditemukan kesalahan dalam setiap penulisan frustrasi. Jadi, kesalahan itu dianggap karena



158

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penulis tidak paham tentang penulisan kata itu.

49.

Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol, frustasi, dan tidak nyaman di lingkungan sekolah kalian. (hlm. 132)

Buatlah anekdot yang Kesalahan pada menggambarkan situasi kecermatan: lucu, konyol, frustrasi, dan penulisan kata tidak nyaman di frustrasi yang salah lingkungan sekolah kalian.

Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan



Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

50.

Penggunaan tujuan Tujuan negosiasi adalah dan untuk Tujuan negosiasi adalah Kesalahan pada mengurangi perbedaan merupakan bentuk untuk mengurangi kehematan kata: posisi setiap pihak. yang kurang tepat perbedaan posisi setiap penggunaan kata tetapi banyak orang pihak. tujuan dan untuk Negosiasi adalah untuk menggunakannya. (hlm. 135) secara bersamaan mengurangi perbedaan Ini disebabkan oleh posisi setiap pihak. ketidakpahaman penulis tentang penggunaan bentuk bertujuan untukyang berlangsung terus.



159

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51.

52.

Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

Setelah para karyawan sebuah perusahaan di bidang elektronika melakukan aksi mogok kerja dengan melakukan demonstrasi di depan kantor perusahaan, akhirnya wakil perusahaan itu menerima wakil para karyawan untuk berdialog. (hlm. 138)

Kesalahan pada kepaduan makna: penggunaan kata yang berbelit-belit dan tidak padu

Kalian telah tahu bahwa negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencari penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang mempunyai perbedaan kepentingan. (hlm. 146)

Kesalahan pada kehematan kata: bentuk negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang Dalam satu bagian berfungsi untuk Telah kalian ketahui teks, kalimat mencari definisi negosiasi. tersebut ditulis penyelesaian berulang-ulang bersama di antara sehingga pihak-pihak yang menyebabkan mempunyai jenuh pada perbedaan pembaca. Penulis kepentingan yang

Akhirnya, wakil perusahaan di bidang elektronika itu menerima wakil para karyawan yang berdemonstrasi di depan kantor untuk berdialog.

Ketidakpahaman penulis tentang prinsip kepaduan makna dalam sebuah kalimat menyebabkan kalimat yang ditulis kurang padu dan masih berbelitbelit. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan





160

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diulang-ulang dalam satu bacaan, menjadi kejenuhan bagi pembaca dan membuat kalimat menjadi panjang.

53.

Misalnya, transaksi terjadi antara orang Indonesia dan orang Indonesia atau antara orang Indonesia dan orang asing yang berasal dari lebih dari satu negara. (hlm. 152)

..., misalnya, transaksi Kesalahan pada terjadi antara orang Indonesia dan orang kesepadanan struktur: peletakan Indonesia atau antara konjungsi misalnya orang Indonesia dan orang di awal kalimat asing yang berasal dari lebih dari satu negara.

urang paham mengenai kaidah kehematan kata sehingga menuliskan kalimat seperti itu yang berulang-ulang. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan bahasa/ketidakpah aman mengenai kaidah kebahasaan Misalnya merupakan konjungsi intrakalimat, bukan antarkalimat. Kesalahan ini sangat banyak ditemukan dalam buku, sehingga ini merupakan kesalahan dari penulis yang tidak paham tentang



161

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54.

55.

Bayangkan, calon pengimpor itu dapat berbahasa Indonesia sehingga pengusaha tersebut menawarkan barangnya lewat surat yang ditulis dengan bahasa Indonesia. (hlm. 157)

Kesalahan padakepaduan makna: penggunaan bentuksurat yang ditulis dengan bahasa Indonesia

Bayangkan, calon pengimpor itu dapat berbahasa Indonesia sehingga pengusaha tersebut menawarkan barangnya lewat surat berbahasa Indonesia.

kaidah kebahasaan ini. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan Peneliti kurang paham mengenai prinsip kepaduan makna dalam membuat kalimat sehingga menyebabkan kalimat menjadi lebih panjang. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

Kesalahan pada kepaduan makna: Saya berharap kita dapat penggunaan bentuk Saya berharap kita dapat bekerja sama dalam waktu dalam waktu yang Penulis tidak bekerja sama dalam waktu yang tidak terlalu lama. menyampaikan tidak terlalu lama dekat. (hlm. 158) maksud dalam terlalu panjang dan kalimat secara bisa ditulis langsung langsung. Hal itu dalam waktu dekat dikarenakan penulis kurang





162

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56.

57.

paham mengenai prinsip kepaduan makna. Penggunaan dalam waktu yang tidak terlalu lama dianggap masih bertele-tele. Ketidakpahaman Kalian diharapkan pemakai bahasa memiliki kemampuan mengenai kaidah untuk menyampaikan satu kebahasaan tema dengan jenis-jenis teks yang berbeda secara Ketidakpahaman bergantian dan penulis dalam kemampuan untuk prinsip kepaduan menggunakan campuran makna terlihat dari dari beberapa jenis teks penggunaan katadalam menyampaikan kata yang diulangsesuatu. ulang pada kalimat itu. Beberapa langkah yang Ketidakpahaman harus dilakukan dalam pemakai bahasa usaha pelestarian binatang mengenai kaidah langka, antara lain: kebahasaan

Kalian diharapkan memiliki kemampuan untuk menyampaikan satu tema dengan jenis-jenis teks yang berbeda-beda secara berganti-ganti dan kemampuan untuk menggunakan campura dari beberapa jenis teks dalam menyampaikan sesuatu. (hlm. 166)

Kesalahan pada kepaduan makna: penulisan bentuk panjang jenis-jenis teks yang berbedabeda secara berganti-ganti dapat ditulis langsung dengan jenis teks yang berbeda secara berganti-ganti.

Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam usaha pelestarian binatang langka, antara lain, adalah sebagai berikut. (hlm. 172)

Kesalahan pada kehematan kata: bentuk antara lain dan adalah samasama bertugas penulis sebagai pemerinci Beberapa langkah yang Maksud harus dilakukan dalam ialah menghadirkan jadi tidak perlu





163

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

digunakan bersamaan.

58.

Tidak melakukan perburuan binatang langka dan melaporkan setiap aktivitas perburuan langka tersebut kepada pihak berwajib. (hlm. 173)

Kesalahan pada kesepadanan struktur: ketidakjelasan predikat kalimat

59.

Teks yang demikian itu mengandung penjelasan tentang sesuatu itu berada dalam keadaan seperti

Kesalahan pada kepaduan makna: penulisan tentang sesuatu itu berada

usaha pelestarian binatang antara lain yang adalah sebagai berikut. juga bisa digantikan dengan yaitu. Namun, penulis tidak paham jika kedua bentuk itu tidak bisa hadir bersamaan. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan Tidak melakukan perburuan binatang langka Ketidakpahaman dan melaporkan setiap penulis mengenai aktivitas perburuan langka kaidah tersebut kepada pihak kesepadanan berwajib akan efektif jika struktur dalam ada kesadaran .... kalimat efektif membuat kalimat tersebut tidak lengkap/tidak berpredikat. Teks yang demikian itu Ketidakpahaman mengandung penjelasan pemakai bahasa tentang keberadaan mengenai kaidah sesuatu seperti yang kita kebahasaan





164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang kita lihat sekarang. (hlm. 175)

60.

Misalnya, gajah diburu untuk diambil gadingnya, harimau diburu untuk diambil kulitnya, kurakura diburu untuk diambil cangkangnya. (hlm. 176)

dalam keadaan lihat sekarang. seperti yang kita lihat sekarang itu masih berbelit

Kesalahan pada kesepadanan struktur: peletakan konjungsi misalnya di awal kalimat

..., misalnya gajah diburu untuk diambil gadingnya, harimau diburu untuk diambil kulitnya, kurakura diburu untuk diambil cangkangnya.

Penulis tidak paham dalam membuat kalimat sehingga kalimat masih berbeli-belit dan tidak padu. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan Misalnya merupakan konjungsi intrakalimat, bukan antarkalimat. Kesalahan ini sangat banyak ditemukan dalam buku, sehingga ini merupakan kesalahan dari penulis yang tidak paham tentang kaidah kebahasaan ini.



165

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61.

Jadi, melalui teks, kita menjalani hidup. Melalui teks, kita berkomunikasi dengan sesama. (hlm. 176)

Kesalahan pada kepaduan makna: bentuk kebahasaan tersebut masih terpecah-pecah.

62.

Kesalahan pada kehematan kata: bentuk kebahasaan Dari Pelajaran 3 tentang dari Pelajaran 3 eksposisi sebelumnya, tentang ekposisi kalian mengetahui tahap sudah menjelaskan .... bahwa pelajaran itu (hlm. 179) sudah berlangsung, jadi tidak perlu hadir sebelumnya setelah bentuk itu.

63.

Kenyataan bahwa sebagian di antara kita tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. (hlm. 183)

Kesalahan pada kesepadanan struktur: ketidakjelasan predikat

Ketidakpahaman pemakai bahasa Jadi, melalui teks, kita mengenai kaidah menjalani hidup dan kebahasaan berkomunikasi dengan sesama. Kalimat tersebut masih terpisah dan tidak padu. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah Dari Pelajaran 3 tentang kebahasaan eksposisi, kalian mengetahui tahap .... Penulis tidak paham tentang Dari pelajaran tentang prinsip kehematan eksposisi sebelumnya, kata sehingga kalian mengetahui tahap menggunakan kata.... kata yang berlebihan/mubazir . Pada kenyataannya, Penerapan kaidah sebagian di antara kita kebahasaan yang tidak dapat berbahasa tidak sempurna Indonesia dengan baik dan benar. Penulis kurang tepat dalam Kenyataan bahwa sebagian menerapkan kaidah







166

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

di antara kita tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu benar.

64.

Terakhir, tutuplah penutup bagian depan printer dan pastikan tertutup secara sempurna. Dan printerpun siap untuk digunakan kembali. (hlm. 188)

65.

Atau, kalian dapat meminta izin untuk mengamati alat pencetak yang ada di sekolah kalian. (hlm. 189)

Kesalahan pada kesepadanan struktur: penggunaan konjungsi dan di awal kalimat

Terakhir, tutuplah penutup bagian depan printer dan pastikan tertutup secara sempurna dan printer pun siap untuk digunakan kembali.

kebahasaan. Kalimat tersebut belum selesai karena tidak memiliki penjelasan apa-apa. Ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan

Hadirnya dan di awal kalimat merupakan bentuk yang tidak sesuai kaidah. Ini terjadi hanya karena penulis kurang paham dalam membuat kalimat dengan. Ketidakpahaman Kesalahan pemakai bahasa ... atau kalian dapat mengenai kaidah kesepadanan meminta izin untuk struktur: peletakan kebahasaan mengamati alat pencetak konjungsi atau di yang ada di sekolah kalian. awal kalimat Hadirnya atau di awal kalimat



167

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merupakan bentuk yang tidak sesuai kaidah. Hal ini serupa dengan hadirnya dan di awal kallimat sebelumnya, sehingga diduga hal ini disebabkan oleh penulis kurang paham tentang penulisan konjungsi. Mengetahui Yogyakarta, Januari 2015 Triangulator

Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd

168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.1 Cover Buku

169

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.2 Kesalahan pada Ejaan Tipe Pemakaian Huruf

170

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.3 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata

171

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.4 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata

172

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.5 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata

173

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.6 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata

174

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.7 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca

175

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.8 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca

176

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.9 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca

177

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.10 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadanan Struktur

178

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.11 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadanan Struktur

179

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.12 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadanan Struktur

180

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.13 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata

181

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.14 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata

182

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.15 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata

183

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

184

Gambar 1.16 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kecermatan dan Kesantunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

185

Gambar 1.17 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kecermatan dan Kesantunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.18 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kepaduan Makna

186

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

187

BIODATA PENULIS

Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum lahir di Situbondo, 31 Mei 1992, dua bersaudara dari pasangan Bapak Antonius Hendra Saputra dan Fermina Suprihatin. Pendidikan dasar ditempuh di SD Katolik Fransiscus Xaverius Situbondo tahun 1998 – 2004. Tahun 2004 – 2007 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Katolik Santo Elias Situbondo. Sekolah menengah atas ditempuh di SMA Negeri 1 Situbondo tahun 2007 – 2010. Iga melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan tercatat sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2010. Masa pendidikannya di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi berjudul Tipe-Tipe Kesalahan Berbahasa dalam Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013.