TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MANUSIA DENGAN ORGAN

Download Transplantation can be done by human being with human being, also can be done by human being network with animal organ. Transplantation oft...

0 downloads 450 Views 181KB Size
TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MANUSIA DENGAN ORGAN BABI MENURUT HUKUM ISLAM Oleh: Muhammad Hasbi Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Watampone Abstract Transplantation can be done by human being with human being, also can be done by human being network with animal organ. Transplantation often term with transplantation so that there are transplanting kidney, heart, liver, and pancreas.Transplantation of organ or network as last effort of medication to persons involved, its target is to someone recovering suffering from is certain. Sometimes that transplantation is conducted to maintain human being eksistensi, like transplantation of heart, liver, and kidney, but sometimes also conducted by just for completing or curing lacking of exist in someone, like transplantation of eye cornea and patch harelip. Last this, even so do not be done, will not menace persons involved eksistensi. \ Kata Kunci: Transplantasi, organ tubuh manusia, organ babi dan hukum Islam A. PENDAHULUAN Islam merupakan agama wahyu yang terakhir diturunkan oleh Allah Untuk umat manusia dan bersifat sempurna. Sebagai agama yang terakhir dan sempurna, Islam membawa ajaran yang lengkap, mencakup segala aspek kehidupan. Tidak satu pun aspek dari permasalahan hidup dan kehidupan umat manusia yang lepas dari perhatian Islam. Di antara aspek kehidupan yang sangat penting adalah kesehatan. Islam telah menetapkan dasardasar konsepsional sebagai pedoman bagi umatnya untuk meningkatkan, memelihara dan memulihkan kesehatan. Sejalan dengan perkembangan zaman dan perkembangan dunia ilmu kedokteran, ditemukan penemuanpenemuan baru dalam bidang pengobatan. Salah satu penemuan dalam ilmu kedokteran adalah transplantasi (pencangkokan).

1

Sehingga pada saat ini telah berhasil dilakukan cangkok kornea mata, ginjal, hati dan sebagainya. Penemuan-penemuan baru dalam transplantasi ini sangat berjalan terus. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh R.S. dr. Sardjito Yogyakarta dihasilkan bahwa katup jantung babi paling sesuai sebagai pengganti katup jantung manusia. Penemuan ini akan menjadi bahan kajian kita sebagai orang yang menggeluti hukum Islam untuk ikut memecahkan problema ini dengan melakukan “ijtihad” terhadap penemuan ini. Hal ini penting dilakukan karena selama ini hal-hal yang berkaitan dengan babi dipandang sebagai hal yang haram. Padahal tersebut (transplantasi) dengan organ babi merupakan masalah yang pada waktu-waktu mendatang akan sering dilakukan. Oleh karena itu diperlukan kajian yang komprehensif untuk menjawab hal tersebut. Dalam penelitian ini, yang akan dikaji adalah tranplantasi dengan jenis heterotransplantasi, khususnya transplantasi jaringan/organ katup jantung babi pada jantung manusia. D. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriftif, karena peneliti berusaha mengungkapkan masalah yang dihadapinya dengan menggambarkan setiap aspeknya, dengan menggunakan pola case studies. Adapun data yang dikaji termasuk jenis data kualitatif. Data yang dimaksud dihimpun melalui telaah pustaka (library research) yang terdiri dari berbagai referensi yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini. E. Kerangka Teori Istilah transplantasi berasal dari bahasa Inggris transplantation, bentuk noun dari kata kerja to transplant, yang artinya pencangkokan (jantung kulit).1 Sedangkan dalam kamus The Advanced Learner’s Dictionary of Current English, A.S. Homby dan Gatenby E.V. --penulis kamus tersebut-mengartikan transplantasi dengan “to move from one place to 1

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 601.

2

another”2 (memindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain). Sedangkan dalam istilah Ilmu Kedokteran, transplantasi adalah memindahkan jaringan atau organ yang berasal dari tubuh yang sama atau tubuh yang lain.3 Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa adalah pemidahan transplantasi itu adalah pemindahan jaringan atau organ dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Jaringan atau organ itu berasal bisa dari tubuh yang sama atau tubuh yang lain. Oleh karena itu praktek transplantasi itu selain pada manusia, juga dapat dilakukan pada jaringan maupun organ binatang. F. PEMBAHASAN I. Term-term Transplantasi Dalam kehidupan sehari-hari, transplantasi sering diistilahkan dengan pencangkokan sehingga ada cangkok ginjal, jantung, hati, pancreas, dan sebagainya. Sebenarnya mengenai pencangkokan sebagai terjemahan transplantasi tampaknya kurang tepat jika diperbandingkan antara proses pencangkokan dan transplantasi. Pencangkokan pada tumbuhan, misalnya dilakukan dengan cara mengelupas kulit dahan/ranting, membungkus dengan ijuk dan tanah agar tumbuh akar pada bagian potongan kulit atas, yang selanjutnya dipotong untuk ditanam di tanah. Sedangkan proses transplantasi pada garis besarnya adalah pemotongan organ atau jaringan, kemudian diokulasikan (ditempelkan) pada bagian tubuh tertentu untuk menyatu antara yang menempel dengan yang ditempeli. Oleh karena itu sebenarnya transplantasi itu adalah penentenan (occulation) atau dapat pula diuraikan dengan penempelan. Tetapi dalam tulisan 2

A.S. Hamby dan Gatenby E.V, The Advanced Learner’s Dictionary of Current English (London: Oxfrod University Press, 1990), 1075. 3 Ahmad Ramali dan K. St. Pamoentjak, Kamus Kedokteran (Jakarta : Djambatan, 1997), h. 361.; Jaringan adalah kumpulan sel-sel (bagian terkecil dari individu) yang sama mempunyai fungsi tertentu. Sedangkan organ adalah kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda sehingga merupakan satu kesatuan yang mempunyai fungsi tertentu , seperti jantung, ginjal, hati, dan lain-lain.

3

ini pemakalah “sekalipun keliru” menggunakan padanan transplantasi dengan pencangkokan, istilah yang sudah umum dipakai selama ini. II. Tujuan Transplantasi Pencangkokan jaringan atau organ adalah sebagai usaha terakhir pengobatan bagi orang yang bersangkutan, Setelah usaha pengobatan dengan cara yang lainnya mengalami kegagalan. Praktis, tujuannya adalah untuk kesembuhan seseorang yang menderita penyakit tertentu. Adakalanya pencangkokan itu dilakukan untuk mepertahankan eksistensi manusia, seperti pencangkokan jantung, hati, dan ginjal, namun adakalanya pula dilakukan hanya untuk menyempurnakan atau mengobati kekurangan yang ada pada seseorang, seperti pencangkokan kornea mata dan menambal bibir sumbing. Yang terakhir ini, kalaupun tidak dilakukan, tidak akan mengancam eksistensi orang yang bersangkutan. III. Macam-Macam Transplantasi Ada bermacam-macam jenis transplantasi dengan perspektif yang berbeda. Ditinjau dari segi jenis transplantasi yang dipakai, transplantasi dibedakan menjadi : 1. Transplantasi jaringan, seperti pencangkokan kornea mata, katup jantung. 2. Transplantasi organ, seperti pencangkokan ginjal, jantung, dan sebagainya. Sedangkan ditinjau dari segi hubungan genetic antara donor (pemberi jaringan atau organ yang ditransplantasikan) dan resipien (orang yang menerima pindahan atau organ), transplantasi dapat dibedakan menjadi :4 1. Autotransplantasi, yaitu transplantasi dimana donor dan resipiennya satu individu. Seperti seorang yang pipinya dioperasi, untuk memulihkan bentuk, diambilkan daging dari bagian badannya yang lain dalam badannya sendiri. 2. Homotransplantasi, yaitu transplantasi dimana donor dan resipiennya individu yang sama jenisnya. (Jenis yang di sini 4

Abdul Aziz Masyhuri, Ahkam al-Fuqaha (Surabaya : Dinamika Press, 1997), 377.

4

bukan jenis kelamin, tetapi jenis manusia dengan manusia). Pada homotransplantasi ini bisa terjadi antara donor dan resipiennya dua individu yang masih hidup, bisa juga terjadi antara donor yang telah meninggal dunia yang disebut cadaver donor, sedangkan resipiennya masih hidup. 3. Heterotransplantasi, yaitu transplantasi di mana donor dan resipiennya dua individu yang berlainan jenisnya, seperti transplantasi yang donornya adalah hewan sedang resipiennya adalah manusia. Demikian macam-macam transplantasi yang biasanya terjadi pada saat ini. Sedangkan yang menjadi kajian pemakalah adalah transplantasi jenis yang ketiga (Heterotransplantasi) khususnya transplantasi katup jantung babi pada jantung manusia.5 Oleh karena itu kajian pada makalah ini adalah bagaimana perspektif hukum Islam terhadap Transplantasi katup jantung babi pada jantung manusia. IV. Dalil-Dalil dan Qaidah-Qaidah yang Dipakai (al-Adilah wa al-Qawaid al-Musta’malah). Untuk membahas masalah transplantasi dengan memakai jaringan katup babi pada manusia, maka dikaji dalil-dalil yang berkenaan dengan babi secara umum. Dalil-dalil yang dipakai dalam kajian ini adalah dalildalil al-Quran maupun al-Hadis. Dalil-dalil tersebut antara lain : 1. Dalil al-Qur'an a. Firman Allah surah al-Baqarah ayat 173.

5

Sebagaimana diketahui bahwa struktur jantung itu terdiri dari tiga lapisan terluat disebut pericardium, lapisan tengah merupakan lapisan berotot yang disebut miokardum, sedangkan lapisan endotel disebut endocardiim. Atrium mempunyai dinding otot yang tipis dan antara atrium kiri dan atrium kanan terdapat septum atrium, Ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal, dinding otot verticel kiri dinamakan septum vertikel. Antara atrium kanan dan ventrikrel kanan terdapat “katup tricuspid”. Atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat “katup mitral”. Katup-katup ini oleh karena terletak di antara atrium dan ventrikel juga disebut “katup atrioventrikel”. Lebih lanjut tentang hal ini , lihat : Rita Seksari dan Johana R. Kawonal, “Physiology Jantung dan Pembuluh Darah” (Jakarta: R.S. Jantung “Hardpan Kita”. T.t.), 2-3. Katupkatup tersebut di atas yang bisa diganti dengan katup pada jantung babi.

5

ٍ ‫ـﺎغ وَﻻ ﻋ‬ ‫ـﺎد ﻓَ َـﻼ إِ ْﰒَ َﻋﻠَْﻴ ِـﻪ‬ ْ ‫ﱠم َو َﳊْ َﻢ‬ ْ ‫اﳋِﻨْ ِﺰﻳ ِﺮ َوَﻣﺎ أ ُِﻫ ﱠﻞ ﺑِِﻪ ﻟِﻐَ ِْﲑ اﻟﻠﱠ ِـﻪ ﻓَ َﻤـ ِﻦ‬ َ َ ٍ َ‫اﺿـﻄُﱠﺮ َﻏﻴْـ َـﺮ ﺑ‬ َ ‫إِﱠﳕَﺎ َﺣﱠﺮَم َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ُﻢ اﻟْ َﻤْﻴﺘَﺔَ َواﻟﺪ‬ ِ ‫إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪ َﻏ ُﻔ‬ (173 : ‫ﻴﻢ )اﻟﺒﻘﺮة‬ ٌ َ ٌ ‫ﻮر َرﺣ‬ Terjemahnya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah daging babi, dan binatang yang (etika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dos baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. al-Baqarah : 173).6 b. Firman Allah surat al-Maidah ayat 3 ِ ِ ِ ِِ ِ ِْ ‫ﺣﱢﺮﻣﺖ ﻋﻠَﻴ ُﻜﻢ اﻟْﻤﻴﺘﺔُ واﻟﺪﱠم و َﳊﻢ‬ ِ ُ‫ﻴﺤﺔ‬ َ ‫اﳋﻨْ ِﺰﻳ ِﺮ َوَﻣﺎ أُﻫ ﱠﻞ ﻟﻐَ ِْﲑ اﻟﻠﱠﻪ ﺑﻪ َواﻟْ ُﻤﻨْ َﺨﻨ َﻘﺔُ َواﻟْ َﻤ ْﻮﻗُﻮذَةُ َواﻟْ ُﻤﺘَـَﺮﱢدﻳَﺔُ َواﻟﻨﱠﻄ‬ ُ ْ َ ُ َ َْ َ ُ ْ َ ْ َ ُ (3: ‫َوَﻣﺎ أَ َﻛ َﻞ اﻟ ﱠﺴﺒُ ُﻊ إِﱠﻻ َﻣﺎ ذَ ﱠﻛْﻴﺘُ ْﻢ )اﳌﺎﺋﺪة‬ Terjemahnya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi), (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya … (Q.S. Al-Maidah : 3).7 c. Firman Allah surah al-Nahl ayat 115 ٍ ِ ْ ‫ﱠم َو َﳊْ َﻢ‬ ْ ‫اﳋِﻨْ ِﺰﻳ ِﺮ َوَﻣﺎ أ ُِﻫ ﱠﻞ ﻟِﻐَ ِْﲑ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑِِﻪ ﻓَ َﻤ ِﻦ‬ َ‫اﺿﻄُﱠﺮ َﻏْﻴـَﺮ ﺑَ ٍﺎغ َوَﻻ َﻋﺎد ﻓَِﺈ ﱠن اﻟﻠﱠﻪ‬ َ ‫إﱠﳕَﺎ َﺣﱠﺮَم َﻋﻠَﻴْ ُﻜ ُﻢ اﻟْ َﻤﻴْﺘَﺔَ َواﻟﺪ‬ ِ ‫َﻏ ُﻔ‬ (115 : ‫ﻴﻢ )اﻟﻨﺤﻞ‬ ٌ ٌ ‫ﻮر َرﺣ‬ Terjemahnya :

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa memakannya dengan tidak pula melampaui batas, maka

6

Depag. RI., Alquran dan Terjemahnya (Madinah: Mujamma’ Khadim al-Haramain al-Sharifain al-Malik Fahd li Tiba’at al-Mushaf alSharif, t.th.), h. 42. 7 Ibid., h. 157

6

sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. Al-Nahl : 115).8 d. Firman Allah surah al-An’ am ayat 145 ِ ِ ‫ﻗُﻞ َﻻ أ َِﺟ ُﺪ ِﰲ ﻣﺎ أ‬ ِ ‫ﻮﺣﺎ أ َْو َﳊْ َﻢ‬ ‫ُوﺣ َﻲ إِ َﱠ‬ ً ‫ﱄ ُﳏَﱠﺮًﻣﺎ َﻋﻠَﻰ ﻃَﺎﻋ ٍﻢ ﻳَﻄْ َﻌ ُﻤﻪُ إﱠﻻ أَ ْن ﻳَ ُﻜﻮ َن َﻣْﻴﺘَﺔً أ َْو َد ًﻣﺎ َﻣ ْﺴ ُﻔ‬ َ ْ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﱠ‬ ٍ ِ ِ ‫ﱠ‬ ‫ﲑ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻴﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ر‬ ‫ﻮر‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻏ‬ ‫ﻚ‬ ‫ﺑ‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ﺈ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺎد‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻻ‬ ‫و‬ ‫ﺎغ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ـ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻏ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻄ‬ ‫اﺿ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﻞ‬ ‫ُﻫ‬ ‫أ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﻓ‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫ﺲ‬ ‫ﺟ‬ ‫ر‬ ‫ﱠﻪ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺈ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻨ‬ ‫ِﺧ‬ ٍ َ ُ ‫ﱠ‬ َ َ َ َ َ ‫ﱠ‬ ْ ُ ً ْ َ َْ ‫ﱠ‬ َ َ َ َْ ٌ َ ٌ َ َ ْ ْ ٌ ْ ُ (145 : ‫)اﻻﻧﻌﺎم‬ Terjemahnya : Katakanlah “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -karena sesungguhnya semua itu kotoratau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. AlAn’am : 145)9 2. Hadis Nabi saw. a. Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, dan Ibn Majah, Rasulullah bersabda : 10 (‫إن اﷲ ﱂ ﻳﻨﺰل داء إﻻ أﻧﺰل ﻟﻪ ﺷﻔﺎء )رواﻩ أﲪﺪ و ﲞﺎرى واﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬ Artinya : Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali juga menurunkan obat (H.R. Ahmad, Bukhari, san Ibn Majah). b. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Darda’, Rasulullah bersabda : ‫ ﻓﺘﺪاووا وﻻ ﺗﺘﺪاووا ﲝﺮام )رواﻩ أﺑﻮ‬,‫ ﻓﺠﻌﻞ ﻟﻜﻞ داء دواء‬,‫إن اﷲ أﻧﺰل اﻟﺪاء واﻟﺪاء‬ 11

8

Ibid., h. 419 Ibid., 213 10 Muhammad Ibn Ali Ibn Muhammad al-Shawkani, Nayl alAwtar, Juz VIII (Mesir : Al-Babi al-Halabi, t.t.), 225. 11 Abu Dawud Sulaiman Ibn Ash’ath al-Sajistani, Sunan Abi Dawud, Juz II (Mesir : Al-Babi al-Halabi, 1952), 229. 9

7

(‫داود‬

Artinya :

Sesungguhnya Allah lah yang menurunkan penyakit dan obat. Ia menciptakan obat bagi setiap penyakit. Berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan suatu yang haram. (H.R. Abu Dawud). c. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah bersabda : 12

(‫ان اﷲ ﱂ ﳚﻌﻞ ﺷﻔﺎءﻛﻢ ﻓﻴﻤﺎ ﺣﺮم ﻋﻠﻴﻜﻢ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى‬

Artinya :

d.

Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat untuk obat kamu pada benda-benda yang diharamkan (H.R. Bukhari). Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Ibn Majah, dan Turmuzi dari Abu Hurairah:

‫ﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻋﻦ اﻟﺪواء اﳋﺒﻴﺚ )رواﻩ أﲪﺪ و ﻣﺴﻠﻢ و اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬ 13 (‫واﻟﱰﻣﺪي‬ Artinya :

Rasulullah saw. melarang penggunaan obat dari hal yang jelek (H.R. Ahmad, Muslim, Ibn Majah, dan Turmuzi) Sedangkan qaidah-qaidah fiqhiyah yang dipakai dalam kajian ini adalah: 1. ‫أﳊﺎﺟﺔ ﺗﻨﺰل ﻣﻨﺰﻟﺔ اﻟﻀﺮورة ﻋﺎﻣﺔ ﻛﺎﻧﺖ أو ﺣﺎﺻﺔ‬ Artinya : Heat (sesuatu yang diperlukan) menempati tempat darurat baik secara umum atau secara khusus.14 2. ‫ﻻ ﺣﺮم ﻣﻊ اﻟﻀﺮورة وﻻ ﻛﺮاﻫﺔ ﻣﻊ اﳊﺎﺟﺔ‬ 12

Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, juz VII )Beirut : Dar al-Fikr, t.t.),

13

Al-Shawkani, op. cit., h. 226 Al-Sayuti, Al-Ashbah wa al-Nazir fi al-Furu’ (Mesir : Dar al-

200 14

Fikr, t.t.), 62

8

Artinya : Tidak ada keharaman dalam darurat dan tidak ada kemakruhan dalam hajat.15 3. ‫أﻟﻀﺮورة ﺗﺒﻴﻊ اﶈﻈﻮرات‬ Artinya : Keadaan darurat menyebabkan 16 dibolehkannya yang dilarang. 4. ‫ﻣﺎ أﺑﻴﻊ ﻟﻠﻀﺮورة ﺑﻘﺪر ﺗﻌﺰرﻫﺎ‬ Artinya : Sesuatu yang dibolehkan karena darurat dibolehkannya hanya untuk menghilangkan kedaruratan itu.17 V. Analisis Dari dalil-dalil alquran, secara eksplisit jelaslah bahwa pada dasarnya memakan daging babi itu diharamkan. Begitu juga dalam Hadis dijelaskan bahwa kita tidak boleh berobat dengan barang-barang yang haram seperti khamr dan barang yang diharamkan lainnya seperti daging babi. Larangan di atas nampaknya hanya ditujukan pada “memakan dan berobat” dengan barang haram (daging babi). Lantas bagaimana kalau pada transplantasi (katup jantung babi pada jantung manusia)? Dengan menggunakan teori qiyas khususnya qiyas await,18 maka dapat disimpulkan bahwa transplantasi dengan jaringan organ babi itu diharamkan. Kesimpulan sementara ini jika diterapkan pada keadaan biasa (iktiar, yang memungkinkan untuk diusahakan) dapat diterima dan tidak ada masalah, tetapi jika dalam keadaan terpaksa (darurat), maka kesimpulan ini sulit untuk diterima, bahkan dapat menimbulkan masalah. Pengharaman transplantasi jenis ini dalam keadaan terpaksa nampaknya tidak dapat membawa pada kemaslahatan, pada hal salah satu prinsipprinsip hukum Islam adalah ri’ayah masalih al-nas jami’an – 15

Abdul Hamid Hakim, Mabadi al-Awwaliyah (Jakarta : Sa’diyah Putra, t.t.), h. 33. 16 Al-Sayuti, op. cit., h. 60 17 Ibid. 18 Tentang qiyas jenis ini baca : Abd al-Hakim Abd al-Rahman As’ad al-Sa’di, Mabahith al-Illah fi al-qiyas ‘inda Usuliyyin (Libanon : Dar al-Bashair al-Islamiyyah, 1986), h. 57.

9

menjaga kemaslahatan seluruh manusia--. Sebagaimana diketahui bahwa transplantasi itu dilakukan dalam rangka untuk mempertahankan hidup dari kematian. Kita ingat bahwa peranan jantung sangat vital bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, peneliti memakai teori lain yang dapat membawa kepada terpeliharanya kehidupan manusia dan tercapainya kemaslahatan tersebut. Dengan memakai teori maslahah, maka darurat dapat dipertimbangkan. Hal ini sejalan dengan nash-nash alquran yang telah disebutkan sebelumnya pada kalimat yang digandengkan dengan pengharaman babi “faman al-turra” –barang siapa dalam keadaan terpaksa—maka dibolehkan memakannya, dengan syarat sekedar untuk menghilangkan kemudharatan tersebut. Pengharaman daging babi dalam teks nash-nash alquran dipahami dalam keadaan biasa, bukan keadaan yang memaksa. Dengan teori maslahah, penggunaan jaringan/organ babi dalam transplantasi harus dipahami sebagai darurat dalam rangka menjaga kehidupan/jiwa (hifz al-nafs). Artinya selama masih ada upaya lain yang secara medis dapat disembuhkan, maka penggunaan jaringan/organ babi tidak dibolehkan/haram. Dengan menggunakan qaidah fikih “keadaan darurat menyebabkan dibolehkannya yang dilarang” maka transplantasi (heteritransplantasi) jaringan/organ katup jantung babi pada jantung manusia dibolehkan. Penentuan darurat atau tidaknya hal tersebut harus dengan keterangan dokter.19 Juga dengan tetap menjaga keutuhan harta (hifz al-mal). Ini penting juga dipertimbangkan mengingat bahwa pada umumnya operasi (transplantasi) jaringan jantung sangat mahal. Artinya bahwa kekuatiran akan habisnya/musnahnya harta dapat dipertimbangkan sebagai hal yang darurat.

19

Berkaitan dengan keyakinan harus sepengatahuan dokter, Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa ulama Hanafiyah mensyaratkan bahwa kebolehan itu bukan bersifat zan. Artinya harus denganketerangan dokter. Lebih jauh tentang hal ini baca Wahbah Zuhaili, Al-Fiq al-Islam wa Adillatuh, Juz II (Beiirut: Dar al-Fikr, t.t), h. 522.

10

G. PENUTUP I. Kesimpulan Berdasarkan dari pembahasan tersebut di atas, maka yang menjadi kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan organ babi dalam transplantasi harus dipahami bahwa selama masih ada upaya lain yang secara medis dapat disembuhkan, maka penggunaan organ babi tidak dibolehkan atau dengan kata transplantasi katup babi dalam keadaan memungkinkan untuk dilakukan iktiar, tidak dibolehkan/haram. 2. Transplantasi dalam rangka al-nafs dan disunnatkan, menyebutkan kewajiban.

yang dilakukan dalam keadaan darurat menjaga maqasid al-shari’ah, seperti hifz hifz al-mal dibolehkan, bahkan minimal karena ada qarinah dari hadis yang bahwa berobat merupakan suatu

II. Saran-saran 1. Dengan transplantasi, secara eksplisit dalam al-Qur'an dan Hadis jelaslah bahwa pada dasarnya memakan daging babi itu diharamkan. Akan tetapi apabila transplantasi itu dilakukan dalam rangka untuk mempertahankan hidup dari kematian, maka dapat membawa kepada terpeliharanya kehidupan manusia dan tercapainya kemaslahatan tersebut. Dengan memakai teori maslahah, maka darurat dapat dipertimbangkan. 2. Dalam penulisan penelitian ini, tentu masih terdapat kekurangan-kekurangan, karena sebagai manusia biasa tentu tidak bisa terlepas dari kekurangan dan kekhilapan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan.

11

DAFTAR PUSTAKA al-Sa’di, Abd al-Hakim Abd al-Rahman As’ad. Mabahith alIllah fi al-qiyas ‘Inda Usuliyyin, Libanon : Dar alBashair al-Islamiyyah, 1986. Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, juz VII Beirut : Dar al-Fikr, t.t. 2000 Depag. RI., Alquran dan Terjemahnya, Madinah: Mujamma’ Khadim al-Haramain al-Sharifain al-Malik Fahd li Tiba’at al-Mushaf al-Sharif, t.th. Hakim, Abdul Hamid. Mabadi al-Awwaliyah, Jakarta : Sa’diyah Putra, t.t. Hamby, A.S. dan Gatenby E.V, The Advanced Learner’s Dictionary of Current English London: Oxfrod University Press, 1990 Masyhuri, Abdul Aziz. Ahkam al-Fuqaha, Surabaya : Dinamika Press, 1997. Ramali, Ahmad dan K. St. Pamoentjak, Kamus Kedokteran Jakarta : Djambatan, 1997 al-Sajistani, Abu Dawud Sulaiman Ibn Ash’ath. Sunan Abi Dawud, Juz II Mesir: Al-Babi al-Halabi, 1952. Al-Sayuti, Al-Ashbah wa al-Nazir fi al-Furu’, Mesir : Dar alFikr, t.t. al-Shawkani, Muhammad Ibn Ali Ibn Muhammad. Nayl alAwtar, Juz VIII Mesir : Al-Babi al-Halabi, t.t. Seksari, Rita dan Johana R. Kawonal. Physiology Jantung dan Pembuluh Darah Jakarta: R.S. Jantung “Hardpan Kita”. T.t. Shadily, John M. Echols dan Hassan. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1989. Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiq al-Islam wa Adillatuh, Juz II Beiirut: Dar al-Fikr, t.t.

12