UJI ANTIBAKTERI DAN DAYA INHIBISI EKSTRAK KULIT KACANG

Download kemampuan antibakteri, dan daya inhibisi ekstrak kulit kacang tanah terhadap xantin oksidase. Tahapan penelitian meliputi ekstraksi, uji fi...

0 downloads 323 Views 495KB Size
UJI ANTIBAKTERI DAN DAYA INHIBISI EKSTRAK KULIT KACANG TANAH TERHADAP AKTIVITAS ENZIM XANTIN OKSIDASE Listiyana Candra Dewi, Subandi, dan Suharti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected]; [email protected]; [email protected] ABSTRAK: Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder, kemampuan antibakteri, dan daya inhibisi ekstrak kulit kacang tanah terhadap xantin oksidase. Tahapan penelitian meliputi ekstraksi, uji fitokimia, uji antibakteri, dan uji daya inhibisi. Ekstrak kulit ari kacang tanah mengandung tanin, polifenol, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Kandungan ekstrak kulit luar kacang tanah mirip dengan ekstrak kulit ari kecuali tanin. Pada konsentrasi 100 ppm, aktivitas antibakteri ekstrak kulit kacang tanah hampir sebanding dengan Amoxicillin. Daya inhibisi ekstrak kulit ari dan kulit luar kacang tanah 100 ppm setara dengan 12 ppm dan 14 ppm Allopurinol.. Kata kunci: Antibakteri, inhibisi xantin oksidase, ekstrak kulit kacang tanah

Obat penyakit asam urat pada umumnya adalah allopurinol. Penggunaan Allopurinol dalam jangka panjang dapat memberikan efek samping dan reaksi alergi seperti kemerahan pada kulit, demam, menggigil, peningkatan jumlah sel darah putih di atas nilai normal (leukopenia atau leukositosis), peningkatan kadar eusinofil di dalam darah (eusinofilia), nyeri sendi (artralgia) dan gatal-gatal (Johnstone, 2005:4). Adanya efek samping tersebut menyebabkan para peneliti berusaha mencari obat penyakit asam urat yang lebih alami dengan tujuan meminimalkan efek samping yang mungkin ditimbulkan pada penggunaan jangka panjang. Adanya mitos bahwa air rebusan kulit kacang tanah dapat mengobati penyakit asam urat perlu dibuktikan secara ilmiah. Owen, et al (2003:713) menyatakan luteolin yang terdapat di dalam biji zaitun dapat menghambat pembentukan senyawa asam urat karena kemampuannya dalam menginhibisi aktivitas dari enzim xantin oksidase. Selain di dalam biji zaitun, Daigle, et al (1988:1179) menyatakan bahwa luteolin banyak terdapat pada kulit luar kacang tanah yang telah matang. Hal ini dapat dijadikan acuan bahwa kulit luar kacang tanah yang telah masak diduga dapat ditingkatkan pemanfaatannya sebagai obat alternatif untuk penyakit asam urat karena mengandung senyawa luteolin. Selain penyakit asam urat, gangguan kesehatan lain yang kerap terjadi adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pengobatan yang umum dilakukan adalah mengonsumsi antibiotik. Namun permasalahan terjadi karena beberapa mikroba saat ini telah bersifat resisten sehingga dosis penggunaan antibiotik harus ditingkatkan. Peningkatan dosis antibiotik akan memberikan efek samping kepada penderita infeksi seperti kerusakan hati dan ginjal, tremor, dan penurunan jumlah sel darah putih. Hal tersebut memicu para peneliti untuk mencari alternatif lain selain menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi. Nitiema et al (2012:185) menyatakan bahwa senyawa fenolik yang banyak terdapat di bahan alam diketahui memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Win et al (2011:1638) menyatakan bahwa kulit luar dan kulit ari kacang tanah mengandung 27,59 mg Gallic Acid Equivalent (GAE) /g dan 91,74 mg GAE/g senyawa fenolik.Hal ini dapat dijadikan acuan bahwa kulit ari dan kulit luar kacang tanah diduga dapat ditingkatkan pemanfaatannya sebagai antibiotik alami untuk mengobati infeksi oleh bakteri karena mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan pada permasalahan yang timbul di dalam masyarakat akibat penggunaan Allopurinol dan antibiotik, maka diperlukan suatu penelitian untuk menemukan obat alternatif pengganti. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder, kemampuan antibakteri relatif terhadap antibiotik, dan daya inhibisi ekstrak etanol kulit kacang tanah terhadap aktivitas enzim xantin oksidase relatif terhadap allopurinol

METODE Tahapan yang dilakukan adalah penentuan kadar air, ekstraksi, dan uji fitokimia kulit kacang tanah; uji antibakteri ekstrak kulit kacang tanah terhadap bakteri E.coli dan S.aureus, isolasi dan uji aktivitas enzim xantin oksidase dari 250 mL susu sapi segar, dan uji daya inhibisi ekstrak kulit kacang tanah terhadap aktivitas enzim xantin oksidase. Sampel yang digunakan adalah kulit luar dan kulit ari kacang tanah. Penentuan Kadar Air, Ekstraksi dan Uji Fitokimia Kulit Kacang Tanah Penetuan kadar air sampel dilakukan berdasarkan pada metode dari AOAC (1984) yaitu dengan memanaskan sampel pada pada suhu 105oC. Setiap 10 menit cawan beserta isinya didinginkan di dalam desikator dan ditimbang massanya. Persen kadar air dihitung dengan persamaan:

Ekstrak kulit kacang tanah diperoleh dengan cara merendam (maserasi) serbuk kering kulit luar dan kulit ari kacang tanah dengan etanol 70%. selama 6 jam sambil sesekali diaduk kemudian dibiarkan selama 24 jam. Maserat yang diperoleh kemudian dikentalkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator. Ekstrak kental kemudian ditimbang dan dihitung rendemennya dengan rumus: (

)

Prosedur uji fitokimia merujuk pada Mustarichie (2011: 19-20). Uji fitokimia dilakukan dengan cara menggunakan pereaksi warna kecuali uji saponin. Uji tanin dilakukan dengan menetskan larutan gelatin pada sampel sedangkan uji polifenol dilakukan dengan cara menetesi sampel dengan FeCl3. Uji Flavonoid dilakukan menggunakan metode Wilstater, uji saponin dilakukan dengan metode Forth, uji terpenoid dilakukan dengan uji Salkowski, dan uji alkaloid dilakukan dengan metode Wagner, Mayer, dan Dragendorff.. Uji Antibakteri Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Bakteri E.Coli dan S.Aureus Uji antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar. Media padat yang masing-masing telah mengandung bakteri E.Coli dan S.Aureus ditempeli dengan kertas cakram yang telah jenuh dengan larutan sampel 100ppm.. Aktivitas antibakteri ditunjukkan oleh diameter zona bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram. Aktivitas antibakteri sampel dibandingkan dengan Tetracycline, Ampicillin, dan Amoxicillin Isolasi Dan Uji Aktivitas Ektrak Kasar Enzim Xantin Oksidase dari Susu Sapi Segar Isolasi xantin oksidase yang diperoleh dari susu sapi segar secara keseluruhan dilakukan pada suhu 4-10o C dengan teknik presipitasi menggunakan (NH4)2SO4 pada kejenuhan 40% . Uji aktivitas enzim dilakukan dengan mengukur serapan pembentukan asam urat menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ 290 nm tiap 10 menit hingga konstan atau nilai absorbansi mencapai 0,8. Nilai absorbansi yang diperoleh dikonversikan menjadi konsetrasi asam urat menggunakan hukum Lambert- Beer dengan nilai ε asam urat pada λ 290 nm pH 7,5 sebesar 12,2 mM-1 cm-1 (Bergmeyer: 1974) . Konsentrasi asam urat yang diperoleh dibuat grafik konsentrasi vs waktu. Aktivitas enzim ditunjukkan oleh nilai a pada persamaan garis pada grafik. Uji Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Aktivitas Xantin Oksidase Uji daya inhibisi enzim dilakukan dengan mengukur serapan pembentukan asam urat menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ 290 nm. Aktivitas enzim pada penambahan

sampel yang diperoleh dibandingkan dengan aktivitas enzim tanpa penambahan sampel sebagai blanko. Daya inhibisi dihitung dengan rumus: –

% Inhibisi =

x 100%

HASIL Penentuan Kadar Air, Ekstraksi dan Uji Fitokimia Ekstrak Kulit Kacang Tanah Data hasil penentuan kadar air dan rendemen hasil ekstraksi ekstrak kulit ari dan ekstrak kulit luar kacang tanah ditunjukkan oleh Tabel 1 sedangkan hasil uji fitokimia ditunjukkan oleh Tabel 2. Tabel 1. Perolehan Rendemen Ekstrak Kulit Kacang Tanah Sampel

Massa Kulit (g)

Massa Ekstrak (g)

Kadar Air (%)

Rendemen (%)

Kulit Ari

18,67

2,47

11,67

14,978

Kulit Luar

100

0,99

9

1,088

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah Sampel

Saponin

Tanin

Golongan senyawa Polifenol Flavonoid

Alkaloid

Terpenoid

Kontrol (+)

+

+

+

+

+

+

Kontrol (-)

-

-

-

-

-

-

EKA

-

+

+

+

+

+

EKL

-

-

+

+

+

+

Uji Antibakteri Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Bakteri E.coli dan S.aureus Data hasil pengukuran diameter zona bening pada uji antibakteri ditunjukkan oleh Tabel 3 dan nilai kesetaraan aktivitas antibakteri ekstrak kulit kacang tanah terhadap Tetracycline, Ampicillin, dan Amoxicillin ditunjukkan oleh Tabel 4 Tabel 3. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Kacang Tanah dan Beberapa Antibiotik

Sampel

Diameter zona bening (mm) E. coli

S. aureus

Ekstrak Kulit Ari

9,0

8,3

Ekstrak Kulit luar

7,3

9,3

Tetrasiklin

34,0

29,7

Ampicillin

14,0

11,7

Amoxicillin

9,7

9,0

Tabel 4. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Kacang Tanah Relatif Terhadap Antibiotik Pembanding Kesetaraan kemampuan antibakteri (ppm) Sampel

E.coli

EKA EKL

S. aureus

Tetra

Amp

Amox

Tetra

Amp

26,47

64,29

92,78

27,95

70,94

21,47

Keterangan:

52,14

EKA EKL Amox

75,26

31,31

: Ekstrak Kulit Ari : Ekstrak Kulit Luar : Amoxicillin

79,49

Tetra Amp

Amox 92,22 103,33

: Tetracycline : Ampicillin

Isolasi dan Uji Aktivitas Ektrak Kasar Enzim Xantin Oksidase dari Susu Sapi Segar Data absorbansi pembentukan asam urat pada λ 290 nm (ε : 12,2 mM-1 cm-1 ; pH 7,5) dan nilai konversi ke dalam satuan konsentrasi asam urat ditunjukkan oleh Tabel 5. Grafik konsentrasi asam urat vs waktu ditunjukkan oleh Gambar 1 dan dengan grafik tesebut dapat diketahui aktivitas enzim xantin oksidase seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 5 Data Konversi Absorbansi Asam Urat Absorbansi

Konsentrasi asam urat (µmol/mL)

Waktu

Konsentrasi Asam Urat (µmol/mL)

Supernatan

Residu

Supernatan

Residu

0

0,2475

0,2618

0.0203

0.0215

10

0,2695

0,3861

0.0221

0.0316

20

0,3091

0,5214

0.0253

0.0427

30

0,3278

0,6336

0.0269

0.0519

40

0,3641

0,737

0.0298

0.0604

0.07 0.06 y = 0.0011x + 0.024 R² = 0.997

0.05 0.04

Supernatan

0.03

Residu

0.02

Linear (Supernatan)

y = 0.0003x + 0.022 R² = 0.989

0.01

Linear (Residu)

0 0

10

20

30

40

Waktu (menit)

Gambar 1. Grafik Uji Aktivitas Enzim

50

Tabel 6 Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Volume Larutan (mL)

Larutan Enzim

Unit aktivitas(unit/mL)

Aktivitas Total (unit)

Supernatan

0,0003

125,9

0,038

Residu

0,0011

250

0,275

Uji Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Aktivitas Xantin Oksidase Data penurunan aktivitas enzim saat penambahan ekstrak kulit kacang tanah ditunjukkan oleh dan besar daya inhibisi ditunjukkan oleh Tabel 7. Nilai kesetaraan Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Kacang Tanah 100 ppm Relatif Terhadap Allopurinol 10 ppm ditunjukkan oleh Tabel 8. Tabel 7. Penurunan Aktivitas Enzim Setelah Penambahan Inhibitor dan Daya Inhibisi Terhadap Xantin Oksidase Inhibitor

Aktivitas enzim dengan penambahan inhibitor (unit/ mL)

Daya Inhibisi (%)

0 mL

0,3 mL

Allopurinol 10 ppm

0,0011

0,0006

45,45

Ekstrak Kulit Ari 100 ppm

0,0011

0,0005

54.54

Ekstrak Kulit Luar 100 ppm

0,0011

0,0004

63,64

Tabel 8 Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Kacang Tanah 100 ppm Relatif Terhadap Allopurinol Kesetaraan daya inhibisi dengan Sampel Allopurinol Ekstrak Kulit Ari

12,5 ppm

Ekstrak Kulit luar

15 ppm

PEMBAHASAN Penentuan Kadar Air dan Ekstraksi Kulit Kacang Tanah Berdasarkan data pada Tabel 1, kadar air kulit ari dan kulit luar kacang tanah masingmasing sebesar 11,67% dan 9%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kulit ari kurang baik disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan kulit luar kacang tanah, karena berdasarkan (Winarno 1997) jika kadar air dalam suatu bahan kurang dari 10% maka kestabilan optimum bahan dapat dijamin karena pertumbuhan mikroba dapat dikurangi. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Proses maserasi ini dilakukan dengan merendam sampel dalam pelarut disertai dengan pengocokan untuk melemahkan membran dan dinding sel sehingga zat-zat yang terkandung di dalam sampel akan terlarut (Astuti, 2006:215). Pemilihan etanol 70% sebagai pelarut bertujuan untuk mengekstraksi senyawasenyawa yang bersifat polar dan non polar. Keberadaan air dalam pelarut akan membantu mengekstrak senyawa-senyawa yang besifat polar, sedangkan etanol yang memiliki rantai hidrokarbon pendek akan membantu dalam mengekstrak senyawa-senyawa yang cenderung bersifat non polar. Etanol 70% mampu mengestrak senyawa polifenol dan senyawa flavonoid lebih banyak daripada etanol dengan kemurnian yang tinggi (Bimakr, 2010:6).

Selain itu, sebagian besar senyawa-senyawa yang terekstrak dalam etanol juga merupakan senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Uji Fitokimia Ekstrak kulit Kacang Tanah Identifikasi senyawa metabolit sekunder menggunakan teh hijau sebagai kontrol positif sedangkan untuk uji terpenoid menggunakan ekstrak etanol buah mahkota dewa. Berdasarkan pada data dalam Tabel 2, perbedaan komposisi senyawa metabolit sekunder antara ekstrak kulit ari dan ekstrak kulit luar kacang tanah terletak pada kandungan tanin. Ekstrak kulit ari mengandung tanin sedangkan ekstrak kulit luar kacang tanah tidak mengandung tanin. Kedua sampel mengandung polifenol, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid namun tidak mengandung saponin. Uji Antibakteri Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Bakteri E.coli dan S.aureus Berdasarkan data hasil pengukuran diameter zona bening pada Tabel 3, tampak bahwa ketiga antibiotik dan ekstrak kulit ari mampu menghambat bakteri E.coli lebih baik dibandingkan dengan S. aureus.Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur dinding sel antara E.coli dan S.aureus. Bakteri S.aureus sebagai bakteri Gram positif memiliki struktur dinding sel yang lebih tebal dan kaku dibandingkan dengan E.coli sebagai bakteri Gram negatif . Dinding sel S. aureus 90% tersusun atas peptidoglikan sedangkan dinding sel E coli hanya tersusun atas 10 % peptidoglikan. Selebihnya berupa polisakarida, protein, dan lipid. Perbedaan ketebalan dinding sel inilah yang menyebabkan senyawa-senyawa antibakteri lebih sukar masuk ke dalam sel S.aureus dan menghambat petumbuhannya. Dari hasil uji fitokimia diketahui bahwa kedua sampel mengandung flavonoid dan ekstrak kulit ari mengandung tanin. Kedua golongan senyawa ini merupakan senyawa fenolik yang diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri (Onwukaeme. 2007:729). Cushnie (2005:351) menyatakan bahwa flavonoid menghambat pertumbuhan bakteri melalui tiga mekanisme yaitu menghambat sintesis asam nukleat, menghambat aktivitas membran sitoplasma, dan menghambat pembentukan energi dalam proses metabolisme.Berbeda halnya dengan flavonoid, kemampuan tanin dalam menghambat pertumbuhan bakteri disebabkan oleh karakter tanin yang mampu berikatan dengan ion logam dan protein (Akiyama et al, 2001:489) . Ekstrak kulit luar kacang tanah yang tidak mengandung tanin berdampak pada kemampuannya dalam menghambat bakteri E.coli. Ekstrak kulit ari yang mengandung tanin memiliki aktivitas antibakteri terhadap E.coli lebih tinggi daripada ekstrak kulit luar. Hal ini disebabkan kemampuan tanin dalam berikatan dengan protein akan berdampak pada metabolisme bakteri. Selain itu, tanin yang mampu berikatan dengan ion logam akan membentuk khelat dengan ion Fe dan Ca. yang berperan penting dalam proses metabolisme bakteri. Khelat antara tanin dengan Fe akan bersifat racun terhadap membran sehingga dapat menyebabkan kematian pada bakteri (Akiyama et al, 2001:489). Secara keseluruhan, diameter zona bening yang dibentuk oleh ekstrak kulit ari dan kulit luar kacang tanah lebih kecil daripada Tetracycline, Ampicillin, dan Amoxicillin . Pengecualian terjadi pada diameter zona bening ekstrak kulit luar kacang tanah terhadap S.aureus yang sedikit lebih luas daripada Amoxicillin. Hal ini dapat disebabkan kemiripan mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri antara Amoxicillin dengan senyawa flavonoid pada ekstrak kulit luar kacang tanah. Kedua senyawa tersebut menghambat aktivitas membran sitoplasma sehingga proses pembentukan dinding sel bakteri (peptidoglikan) menjadi terhambat. Hal ini akan menurunkan kemampuan bakteri untuk bertahan hidup dan menyebabkan bakteri cenderung mengalami lisis (Anonim, 2012:6) Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan ekstrak dalam menghambat bakteri uji berada di bawah antibiotik pembanding atau setara dengan kemampuan antibiotik pembanding yang memiliki konsentrasi < 100 ppm. Kemampuan aktivitas antibakteri dari kedua ekstrak yang lebih rendah dibandingkan dengan antibiotik

pembanding disebabkan oleh banyaknya senyawa yang terdapat di dalam ekstrak. Senyawasenyawa tersebut dapat berupa senyawa yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri seperti senyawa gologan tanin dan flavonoid dan senyawa yang membantu pertumbuhan bakteri seperti protein dan karbohidrat. Hal ini akan menyebabkan proses penghambatan pertumbuhan bakteri menjadi kurang maksimal. Isolasi dan Uji Aktivitas Ektrak Kasar Enzim Xantin Oksidase dari Susu Sapi Segar Penggunaan susu sapi segar sebagai sumber utama enzim dikarenakan susu sapi lebih mudah didapat dibandingkan dengan susu kambing dan mamalia lainnya. Selain itu, untuk analisis in vitro mengenai pembentukan asam urat, karakteristik enzim xantin oksidase yang diperoleh dari susu sapi lebih baik jika dibandingkan dengan enzim xantin oksidase yang diperoleh dari susu kambing. Kompleks ES xantin oksidase dari susu kambing kurang stabil jika dibandingkan dengan kompleks ES xantin oksidase dari susu sapi. Hal ini menyebabkan enzim xantin oksidase dari susu kambing tidak dapat membentuk produk (Evans, et al. 2005:5) Hasil pengukuran absorbansi asam urat tiap 10 menit pada λ 290 nm dan konversi menjadi konsentrasi asam urat ditunjukkan oleh Tabel 5 dan grafik konsentrasi asam urat vs waktu ditunjukkan oleh Gambar 1. Berdasarkan pada persamaan garis dalam grafik, diperoleh nilai aktivitas enzim pada supernatan sebesar 0,0003 U/mL dan residu sebesar 0,0011 U/mL. Hal ini menunjukkan kenaikan absorbansi pembentukan asam urat tiap menit setara dengan sekitar 0,0003 µmol asam urat menggunakan xantin oksidase dari supernatan dan 0,0011 µmol asam urat menggunakan xantin oksidase dari residu. Diketahui bahwa volume supernatan yang diperoleh pada proses isolasi sebesar 125,9 mL dan volume pelarutan residu dalam buffer sebesar 250 mL. Berdasarkan data yang dutunjukkan oleh Tabel 6, aktivitas total enzim tertinggi terletak pada residu. Hal ini menunjukkkan bahwa enzim xantin oksidase yang diperoleh telah terendapkan pada proses penambahan ammonium sulfat kejenuhan 40%. Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa di dalam supernatan terdapat 0,038 unit dan di dalam residu terdapat 0,275 unit enzim xantin oksidase dengan pengertian bahwa 1 unit enzim xantin oksidase akan mengubah 1µmol xantin menjadi asam urat/menit pada pH 7,5 suhu 25oC. Uji Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Kacang Tanah Terhadap Aktivitas Xantin Oksidase Kemampuan ekstrak dalam menginhibisi dapat dilihat dari perubahan aktivitas enzim xantin oksidase dengan dan tanpa adanya inhibitor. Berdasarkan data pada Tabel 7, tampak terjadi proses penurunan pembentukan asam urat yang dapat dilihat dari penurunan aktivitas enzim saat penambahan inhibitor. Besar daya inhibisi ekstrak kulit ari dan ekstrak kulit kacang tanah 100 ppm masing masing sebesar 54,54% dan 63,64% Senyawa di dalam ekstrak kulit kacang tanah yang mampu menghambat aktivitas enzim xantin oksidase diduga berasal dari golongan flavonoid. Beberapa penelitian menyatakan bahwa golongan senyawa ini mampu menghambat aktivitas xantin oksidase dengan baik. Lin, et al (2002:171) menyatakan bahwa struktur dari flavonoid menyebabkan golongan senyawa ini berpotensi sebagai inhibitor kompetitif bagi xantin oksidase. Namun tidak semua senyawa golongan flavonoid dapat berperan sebagai inhibitor enzim xantin oksidase. Senyawa- senyawa golongan flavonoid yang memiliki ikatan rangkap pada atom C2 dan C3 cenderung memiliki kemampuan berperan sebagai inhibitor. Selain itu, keberadaan gugus hidroksil pada C5 dan C7 , serta gugus karbonil pada C4 dapat membentuk ikatan hydrogen dan berperan dalam interaksi inhibitor dengan sisi aktif enzim xantin oksidase. Daya inhibisi dari ekstrak kulit kacang tanah selanjutnya dibandingkan dengan daya inhibisi Allopurinol untuk mengetahui kesetaraan daya inhibisi ekstrak terhadap Allopurinol. Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa daya inhibisi ekstrak kulit ari 100 ppm setara dengan Allopurinol 12 ppm dan ekstrak kulit luar kacang tanah 100 ppm setara dengan Allopurinol 14 ppm. Selain bertujuan untuk mengetahui kesetaraan daya inhibisi ekstrak terhadap

Allopurinol, juga dilakukan perhitungan kesetaraan daya inhibisi ekstrak terhadap 1 tablet Allopurinol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan massa ekstrak atau kulit kacang tanah yang diperlukan agar daya inhibisinya sebanding dengan 1 tablet Allopurinol. Pada penambahan Allopurinol 10 ppm, daya inhibisi mencapai 45,45%. Massa tiap tablet Allopurinol adalah 0,3 gram dan di dalamnya mengandung 100 mg senyawa allopurinol. Agar kemampuan inhibisi kulit ari sebanding dengan 1 tablet Allopurinol, dari hasil perhitungan diperlukan sekitar 2,5 g ekstrak atau 18.90 gram kulit ari. Untuk kulit luar kacang tanah diperlukan sekitar 2,143 g ekstrak atau 216,46 g kulit luar agar daya inhibisinya sebanding dengan 1 tablet Allopurinol. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikatakan ekstrak kulit ari dan kulit luar kacang tanah cukup efektif dalam berperan sebagai penghambat pembentukan asam urat. Namun diperlukan penelitian dengan menggunakan enzim xantin oksidase murni untuk mengetahui efektivitas dari kulit kacang tanah dengan lebih tepat. Ekstrak kasar enzim memungkinkan masih terdapat enzim-enzim lain selain enzim xantin oksidase yang juga ikut terendapkan pada penambahan ammonium sulfat dengan kejenuhan 40%. Hal ini akan mengganngu interaksi antara inhibitor dengan enzim xantin oksidase.

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Berdasarkan uji fitokimia, ekstrak kulit ari kacang tanah mengandung senyawa metabolit sekunder golongan tanin, polifenol, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid, sedangkan ekstrak kulit luar kacang tanah mengandung senyawa metabolit sekunder golongan polifenol, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. (2) Pada konsentrasi yang sama, ekstrak kulit kacang tanah memiliki aktivitas antibakteri terhadap E.coli lebih rendah dibandingkan aktivitas antibakteri Tetracycline , Ampicillin dan Amoxicillin . Aktivitas antibakteri ekstrak kulit kacang tanah terhadap S.aureus berada di bawah kemampuan aktivitas antibakteri Tetracycline , Ampicillin dan Amoxicillin sedangkan ekstrak kulit luar kacang tanah memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus yang hampir setara dengan Amoxicillin. (3) Daya inhibisi ekstrak kulit ari dan kulit luar kacang tanah 100 ppm masing-masing sebesar 54,54 % dan 63,64% setara dengan 12 ppm Allopurinol untuk kulit ari dan 14 ppm Allopurinol untuk kulit luar kacang tanah Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka saran yang diajukan dirumuskan sebagai berikut: Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai (1) kemampuan ekstrak kulit kacang tanah dalam menghambat enzim xantin oksidase secara in vivo, (2) identifikasi jenis senyawa di dalam kulit ari dan kulit luar kacang tanah yang berperan sebagai senyawa antibakteri, (3) identifikasi jenis senyawa di dalam kulit ari dan kulit luar kacang tanah yang berperan sebagai inhibitor enzim xantin oksidase.

DAFTAR RUJUKAN Akiyama, H., Fuji, K., Yamasaki, O., Oono, T & Iwatsuki, K. 2001. Antibacterial Action of Several Tannins Against Staphylococcus auerus. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 48: 487-491 Anonim. 2012. Amoxicillin. (Online), (http://www.hipra.com/wps/wcm/connect/abea74004492bea4a0dab1b1192e3c88/a moxicillin.pdf),(diakses 25 Desember 2012

Astuti, A., Pranowo, D., dan Puspitasari, S. D. 2006. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Daging Dan Biji Buah Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl Terhadap Sel Mononuklir Normal Perifer Manusia. Indo. J. Chem. 6 (2), 212 – 218. Bimakr, M. 2010. Comparison of Different Extraction Methods for The Extraction of Major Bioactive Flavonoid Compounds from Spearmint (Mentha Spicata L.) Leaves. Food Bioprod Process. 2010: 1-9. Cao, H., Pauff, J. M. & Hille, R. 2010. Substrate Orientation and Catalytic Specificity In The Action of Xanthine Oxidase. Journal of Biological Chemistry, 285 (36): 2804428053. Cushnie, T. P. T, dan Lamb, A. J. 2005. Antimicrobial activity of flavonoids. Journal of Antimicrobial Agents 26: 343–356, Daigle, D. J., Conkerton, E. J., Sanders, T. H. & Mixon, A.C. 1988. Peanut Hull Flavonoids: Their Relationship with Peanut Maturity. Journal of Agricultural and Food Chemistry, (Online), 36 (6): 1179-1181, (http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf00084a013), diakses 31 Desember 2011. Evans, C., Mohammed, A., Vunchi & Patience, O. 2005. Comparism of Xanthine Oxidase Activities in Cow and Goat Milk. Biokemistri, 17 (1): 1-6. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: ITB Ho, C. Y. & Clifford, A. J. 1976. Digestion and Absorption of Bovine Milk Xanthine Oxidase and Its Role as an Aldehyde Oxidase. JN the journal of Nutrition 106: 1600-1609. Johnstone, A. 2005. Gout – The Disease and Non‐Drug Treatment. Hospital Pharmacist, 12:391‐394. Lin, C. M., Chen, C. S., Chen, C. T., Liang, Y. C. & Lin, J. K. 2002. Molecular Modeling of Flavonoid that Inhibits Xanthine Oxidase. Biechemical and Biophysical Research Communications. 294 : 167-172 Mustarichie, R., Musrifoh, I. & Levita, J. 2011. Metode Penelitian Tanaman Obat. Bandung: Widya Padjadjaran. Nitiema, L. W., Savadogo, A., Simpore. J., Dianou, D., dan Traore, A. S. 2012. In vitro Antimicrobial Activity of Some Phenolic Compounds (Coumarin and Quercetin) Against Gastroenteritis Bacterial Strains, International Journal of Microbiological Research 3 (3): 183-187. Onwukaeme, D. N., Kuegbvweha, T. B. and Asonye. C. C. 2007. Evaluation of Phytochemical Constituents,Antibacterial Activities and Effect of Exudate of Pycanthus Angolensis Weld Warb (Myristicaceae) on Corneal Ulcers in Rabbits. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 6 (2): 725-730. Owen, R. W., Haubner, R., Mier. W., Giacosa. A., Hull, W. E.,Speigelhalder, B. & Bartsch, H. 2003. Isolation, Structure Elucidation and Antioxidant Potential of The Major Phenolic and Flavonoid Compounds in Brined Olive Drupes. Food and Chemical Toxicology, 41 (2003): 703-717. Win, M. M., Hamid, A. A., Baharin, B. S., Anwar, F., Sabu, M. C., dan Dek, M. S. P. 2011. Phenolic Compounds And Antioxidant Activity Of Peanut’s Skin, Hull, Raw Kernel And Roasted Kernel Flour, Pak. J. Bot., 43(3): 1635-1642 Winarno F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.