Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:104-110
104
Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan Candida albicans Ali Yusran Bagian Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia
ABSTRACT Many kinds of spicy plants grow in Indonesia. One of them is kayu manis (Cinnamomun burmanii) which is used not only for cooking, but also as traditional medicine. One of the components contained in the bark and leaves of kayu manis is volatile oil. Generally, volatile oil has an antifungal effect, therefore it’s inhibitory effect was tested against fungi. The study was conducted to evaluate the anti fungal effect of kayu manis to Candida albicans. The method used in this study was determination of minimum inhibitory concentration (MIC) followed by determination of zone inhibition around the disc. The result showed that kayu manis has the highest antifungal activity against Candida albicans with 1% of MIC. Key word: Kayu manis, Cinnamomun burmanii, volatile oil, antifungal activity
ABSTRAK Banyak tumbuhan rempah-rempah yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah tumbuhan kayu manis (Cinnamomun burmanii) yang tidak hanya digunakan sebagai bumbu masak, tetapi juga menjadi obat tradisional. Salah satu kandungannya adalah minyak atsiri yang terdapat baik dalam kayu maupun daunnya. Pada umumnya minyak atsiri berkhasiat antijamur, oleh karena itu dilakukan pengujian daya hambatnya terhadap jamur. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui daya hambat anti jamur dari Cinnamomun burmanii terhadap Candida albicans. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penentuan konsentrasi hambat minimal (KHM) dan dilanjutkan dengan mengukur zona hambatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu manis memiliki aktivitas antifungal terhadap Candida albicans dengan konsentrasi hambat minimal 1%. Kata kunci: Kayu manis, Cinnamomun burmanii, minyak atsiri, aktivitas antijamur Koresponden: Ali Yusran, Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Jl. Kandea No. 5 Makassar, Indonesia
PENDAHULUAN
kiat pengobatan alternatif yang dilakukan adalah
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat
ternyata tidak mampu begitu saja meniadakan
obat di kalangan masyarakat. Agar peranan obat
makna pengobatan tradisional, terlebih keadaan
tradisional dalam pelayanan kesehatan masyarakat
perekonomian Indonesia saat ini yang sedang
dapat ditingkatkan, perlu dilakukan pengenalan,
terpuruk, yang mengakibatkan harga obat-obatan
penelitian, pengujian, dan pengembangan khasiat
modern menjadi mahal. Oleh karena itu salah satu
dan keamanan tumbuhan obat.1
Ali Yusran & Kevin: Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri
105
Salah satu tumbuhan yang telah lama
Untuk mencegah dan mengatasi berbagai
dipergunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai
macam penyakit gigi dan mulut khususnya
bahan
manis
kandidiasis, maka saat ini banyak dilakukan
(Cinnamomun burmanii). Kayu manis sering
penelitian dengan memanfaatkan bahan-bahan
dipergunakan sebagai obat asam urat, tekanan
alami, yang bertujuan untuk menghasilkan obat-
darah tinggi, radang lambung (maag), sakit
obatan alami dalam upaya mendukung program
kepala, masuk angin, diare, hernia, sariawan,
pelayanan kesehatan.
obat-obatan
adalah
kayu
asma, dan sakit kuning. Kayu manis juga dipergunakan
sebagai
bumbu
masak
untuk 1
menambah aroma dan citarasa pada makanan.
Makalah
ini
melaporkan
suatu
hasil
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri terhadap pertumbuhan jamur
Secara tradisional tanaman Cinnamomun
Candida albicans.
burmanii sering digunakan sebagai obat oleh masyarakat Indonesia. Kandungan kimia kayu manis
terdiri
dari
minyak
atsiri,
safrole,
BAHAN DAN METODE Penelitian
yang
laboratoris
oksanat, dan zat penyamak. Minyak atsiri akhir-
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
akhir ini menarik perhatian dunia, karena minyak
Hasanuddin. Tahap-tahap penelitian dimulai dari
atsiri dari beberapa tumbuhan adalah zat biologis
persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
aktif sebagai antibakteri dan antijamur sehingga
dalam penelitian dan disterilkan. Alat seperti
dapat dipergunakan sebagai bahan pengawet pada
cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur disterilkan
makanan dan sebagai antibiotik alami.
dilakukan
di
eksprimental
sinamadehide, eugenol, tanin, damar, kalsium
2
ini
bersifat
Laboratorium
dalam oven bersuhu 180ºC selama 2 jam. Untuk
Candida albicans adalah jamur yang dapat
alat plasti dan cair seperti spoit, akuades, dan
menyebabkan terjadinya kandidiasis. Candida
medium disterilkan dalam autoklaf dengan suhu
albicans merupakan flora normal dalam rongga
121ºC selama 15 menit.
mulut, saluran pencernaan dan vagina. Akan tetapi
Pembuatan medium: sabaroad dextrose agar
infeksi pada mukosa yang disebabkan oleh
(SDA) sebanyak 6,5 gram dalam 1000 ml
Candida albicans lebih sering terjadi baik pada
akuades. Bahan-bahan tersebut ditimbang dengan
rongga mulut maupun vagina. Candida albicans
timbangan analitik, kemudian dicampur dan
selain bersifat sebagai flora normal, juga bersifat
dimasukkan
patogen. Candida bersifat oportunistik karena
ditambahkan dengan kloramfenikol 500 mg untuk
dapat
mencegah
berkembang
menjadi
patogen
dan
ke
dalam
medium
gelas
kimia
berkontaminasi
dan
dengan
menyebabkan infeksi bila terjadi perubahan pada
bakteri. Medium ditutup dengan aluminium foil
individu
untuk
lalu disterilkan dalam otoklaf. Medium SDA steril
pertumbuhannya. Berdasarkan data yang ada,
sebanyak 15 ml sebagai base liner dimasukkan ke
prevalensi Candida pada orang dewasa adalah 3-
dalam cawan petri dan dibiarkan memadat.
48%, sedangkan pada anak-anak 45-65%. Dengan
Setelah itu masukkan 3 cakram setiap cawan petri,
prevalensi spesies tersebut yang cukup tinggi pada
2 cakram untuk tiap konsentrasi dan satu untuk
populasi maka para ahli mencoba menemukan
akuades steril sebagai kontrol negatif dengan pH
suatu alternatif pencegahan dari kandungan kimia
7, kemudian medium SDA steril dituangkan lagi
(host)
yang
memungkinkan
tumbuhan, yang dapat digunakan secara efektif.
3
ke dalam cawan petri sebagai lapisan kedua.
Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:104-110
106
Diamkan selama 30 menit agar memadat. Setelah
tabung konsentrasi dan disentrifus selama 15
medium agar memadat, goreskan jamur Candida
menit.
albicans
Penentuan
yang
telah
dioptimalisasikan
di
konsentrasi
hambat
minimal
laboratorium, ke seluruh permukaan medium agar.
ekstrak minyak atsiri: Konsentrasi ekstrak
Pembuatan konsentrasi ekstrak minyak atsiri:
tersebut diteteskan pada medium agar yang telah
Ekstrak minyak atsiri yang dipakai sebagai sampel
digoreskan Candida albicans yang telah terpasang
adalah konsentrasi 100% dan berat bersih 30 gram
cakram, 2 cakram untuk tiap pengenceran dan 1
(gambar 1). Minyak atsiri memiliki sifat mudah
cakram diberikan akuades sebagai kontrol negatif.
menguap, berbau khas sesuai dengan bau tanaman
Selanjutnya
medium
dimasukkan
ke
dalam
0
penghasilnya. Oleh karena sifatnya itu ekstrak
inkubator pada suhu 37 C selama 24 jam.
minyak atsiri harus dimasukkan dalam botol dan
Selanjutnya
ditutup dengan rapat.
dibandingkan
medium
diamati
dengan
kekeruhannya
kontrolnya
untuk
menentukan konsentrasi hambat minimalnya. Mengukur zona inhibisi: Pengukuran zona inhibisi
dilakukan
dengan
menggunakan
penggaris. Pengukuran ini dilakukan pada area yang jernih. Luasnya wilayah jernih merupakan petunjuk kepekaan jamur terhadap ekstrak minyak atsiri.
HASIL PENELITIAN Pengukuran konsentrasi hambat minimal Dari penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unhas tentang ”konsentrasi hambat minimal ekstrak Gambar 1. Ekstrak minyak atsiri
kayu
Candida
manis
albicans”,
terhadap diperoleh
pertumbuhan hasil
bahwa
konsentrasi hambat minimal ekstrak kayu manis Dari konsentrasi 100% ini dilakukan pengenceran
yang dapat menghambat pertumbuhan jamur
dalam ml aquades untuk memperoleh konsentrasi
adalah 1%.
dari 0,1%, 0,5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 10%,
Pengukuran daya hambat
15%, 20%, dan 30% untuk uji daya hambat
Konsentrasi hambat minimal (KHM) yang
ekstrak minyak atsiri. Sebagai contoh pada
telah diperoleh kemudian diteruskan dengan
konsentrasi 5% untuk menentukan volume ekstrak
pengujian daya hambat untuk melihat besarnya
minyak atsiri yang dibutuhkan caranya yaitu 50 ml
daya hambat konsentrasi hambat minimal dengan
dikali 5% dibagi 100% berarti volume ekstrak
mengambil konsentrasi di bawah hasil uji KHM,
minyak atsiri yang dibutuhkan yaitu 2,5 ml lalu
yaitu konsentrasi 0,1%, dan di atas hasil uji KHM,
dicukupkan volumenya dengan akuades steril
yaitu konsentrasi 5%, 10%, dan akuades steril
hingga 50 ml. Begitu pula dengan konsentrasi-
sebagai pembanding dan diperoleh hasil seperti
konsentrasi lainnya, lalu masukkan ke dalam
tampak pada tabel 1.
Ali Yusran & Kevin: Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri
Dari tabel tersebut terlihat bahwa ekstrak minyak
atsiri
menghambat
memiliki
kemampuan
pertumbuhan
jamur
untuk
Candida
107
maka dilakukan uji statistik Anova satu arah (tabel 2). Dari
uji
statistik
tersebut,
hasil
yang
albicans. Besarnya rerata daerah hambat ekstrak
diperoleh adalah signifikan, yang berarti hipotesis
minyak atsiri dalam konsentrasi 0,1% adalah
diterima. Hal ini berarti ada perbedaan yang
3,916 mm, konsentrasi 1% adalah 13,46 mm,
bermakna antara berbagai konsentrasi ekstrak
konsentrasi 5% adalah 19,98 mm, dan terakhir
minyak atsiri dalam menghambat pertumbuhan
konsentrasi 10% memiliki daya hambat paling
jamur
besar dengan zona inhibisi sebesar 26,47 mm.
bermakna, maka uji dilanjutkan dengan uji least
Sedangkan akuades steril sebagai kontrol negatif
significant
sama sekali tidak memiliki daya hambat terhadap
besarnya perbedaan dari berbagai konsentrasi
jamur Candida albicans karena zona inhibisinya 0
tersebut.
mm.
Candida
albicans.
difference
(LSD)
Karena
hasilnya
untuk
melihat
Dari hasil uji LSD pada tabel 3, terlihat Untuk membedakan apakah perbedaan daya
hambat
antara
berbagai
minyak atsiri tersebut
konsentrasi
bermakna
bahwa
antara
berbagai
konsentrasi
ekstrak,
ekstrak
minyak atsiri memiliki perbedaan yang bermakna
atau tidak,
dalam menghambat pertumbuhan C. albicans.
Tabel 1. Hasil pengukuran zona inhibisi ekstrak minyak atsiri terhadap Candida albicans dalam berbagai konsentrasi setelah inkubasi selama 24 jam dalam suhu 370C. Replikasi
Perlakuan Ekstrak minyak atsiri
Kontrol
0,1% 1% 5% 10% Akuades steril I 2,38 12,8 20,13 25,08 0,00 II 2,83 11,05 19,05 26,52 0,00 III 4,43 14,42 20,10 25,40 0,00 IV 4,73 14,38 20,42 28,05 0,00 V 5,05 13,73 19,42 27,05 0,00 VI 4,08 14,38 20,77 26,40 0,00 Total 23,50 80,76 119,89 158,50 0,00 Rerata 3,916 13,46 19,98 26,47 0,00 Keterangan: Zona inhibisi diukur dalam mm (millimeter). Replikasi dilakukan sebanyak enam kali; dalam sekali replikasi terdapat 5 cakram, masing-masing ekstrak minyak atsiri konsentrasi 0,1%, 1%, 5%, 10%, dan akuades steril. Tabel 2. Hasil uji statistik Anova satu arah Jumlah kuadrat df
Rerata kuadrat
F
kemaknaan
795,243
0,000
Di antara kelompok
2881,014
4
720,254
Di dalam kelompok
22,643
25
0,906
2903,657
29
Total
Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:104-110
108
Tabel 3. Tabel hasil uji LSD menunjukkan perbedaan rerata ekstrak minyak atsiri dalam berbagai konsentrasi dan akuades steril. 0,1% 1% 5% 10% Akuades steril Perlakuan Rerata 3,9166 13,4600 19,9816 26,4166 0,00000 0,1%
3,91667
0
9,54333
16,0650
22,5000
3,91667
1%
13,46000
0
6,52167
12,9566
13,46000
5%
19,98167
0
6,43500
19,98167
10%
26,41667
26,41667
Akuades steril
0,00000
0
PEMBAHASAN
inhibisinya 19,98 mm, dan konsentrasi 10% zona
Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan dan
inhibisinya yaitu 26,47 mm. Sedangkan akuades
hasil penelitian membuktikan bahwa konsentrasi
steril tidak memiliki daya hambat terhadap jamur
terendah
Candida albicans.
dari
menghambat
ekstrak
minyak
pertumbuhan
atsiri
Candida
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan
albicans atau dikenal dengan konsentrasi hambat
selain ekstrak minyak atsiri juga dilakukan uji
minimal (KHM) yang bertujuan mengetahui pada
coba dengan menggunakan akuades steril sebagai
konsentrasi
kontrol negatifnya untuk membuktikan bahwa
minimal
jamur
dapat
berapa
masih
bisa
menghambat jamur.
akuades steril yang digunakan sebagai pelarut
Konsentrasi hambat minimal ekstrak minyak
tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
atsiri yang diperoleh yaitu 1% berarti konsentrasi
jamur. Bahkan setelah inkubasi selama 24 jam,
inilah yang memiliki kemampuan paling minimal
akuades steril ini zona inhibisinya 0 mm yang
dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida
berarti tidak memiliki kemampuan menghambat
albicans. Kemudian dari konsentrasi hambat
pertumbuhan jamur. Hal ini disebabkan akuades
minimal ini dilanjutkan dengan uji daya hambat
yang dipakai adalah akuades steril, pH 7, dan telah
untuk melihat kemampuan ekstrak minyak atsiri
melalui proses penyulingan sehingga bebas dari
dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida
unsur-unsur
albicans,
pertumbuhan jamur.
dan
untuk
melihat
perbedaan
yang
dapat
mempengaruhi
kemampuan daya hambat antara KHM yaitu 1%
Pada teori kimia dasar dijelaskan bahwa
dan konsentrasi di atasnya yaitu 5%, 10% serta
faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah
konsentrasi di bawahnya yaitu 0,1%. Uji ini
konsentrasi
bertujuan untuk membandingkan bahwa apakah
konsentrasinya maka laju reaksi akan semakin
hasil KHM betul-betul akurat untuk melihat daya
besar. Hal tersebut berarti bahwa makin tinggi
hambat terkecil atau terendah bisa menghambat
konsentrasi minyak atsiri di dalamnya maka akan
jamur. Rata-rata zona inhibisi yang diperoleh
semakin banyak pula mediator jamur yang
meningkat
peningkatan
dihidrolisis.4 Teori ini terbukti pada penentuan
konsentrasi. Hal ini terlihat konsentrasi 0,1% zona
daya hambat ekstrak minyak atsiri terhadap
inhibisinya sebesar 3,916 mm, konsentrasi 1%
pertumbuhan jamur Candida albicans terlihat
zona inhibisinya 13,46 mm, konsentrasi 5% zona
bahwa konsentrasi mempengaruhi penghambatan,
sejalan
dengan
larutan,
yaitu
semakin
besar
Ali Yusran & Kevin: Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri
109
sebagaimana hasil penelitian yang diperoleh
obat alternatif bagi dunia kesehatan khususnya
bahwa
daya
untuk bidang kedokteran gigi karena ternyata
contoh,
ekstrak minyak atsiri dapat menyembuhkan
konsentrasi 10% lebih besar dari 5% dan 5% lebih
penyakit kandidiasis. Suatu jenis minyak atsiri
semakin
hambatnya besar 1%.
tinggi
semakin
konsentrasi,
besar.
Sebagai
5
umumnya memiliki beberapa khasiat berbeda,
Untuk melihat apakah ada perbedaan yang
misalnya sebagai antiseptik dan antibakteri.8
bermakna antara berbagai konsentrasi ekstrak
Minyak atsiri murni adalah substansi yang
minyak atsiri dalam menghambat pertumbuhan
amat
jamur Candida albicans termasuk akuades steril
dibandingkan bahan asalnya. Oleh karena itu
dilakukan uji statistik Anova satu arah yang
dalam penggunaannya harus dilakukan dengan
hasilnya signifikan. Hal ini berarti ada perbedaan
hati-hati, misalnya dengan selalu melarutkannya
yang bermakna antara konsentrasi 0,1%, 1%, 5%,
dengan cairan pembawa.(5) Kandungan minyak
10% dan akuades steril dalam menghambat
atsiri yang dapat dipakai dan aman untuk
pertumbuhan jamur Candida albicans. Uji ini
dipergunakan sebagai salah satu bahan campuran
dilanjutkan dengan uji LSD untuk melihat
obat untuk mengobati kandidiasis adalah 0,1%.9
besarnya perbedaan dan menentukan konsentrasi
kuat,
75-100
Kandungan
kali
minyak
lebih
atsiri
potensial
Cinnamomun
yang memiliki perbedaan yang bermakna. Dari
burmanii telah banyak diproduksi dan dijadikan
penelitian ini didapatkan bahwa KHM minyak
salah satu kandungan dari produk-produk larutan
atsiri Cinnamomun burmanii sebesar 1%. Hasil
penyegar tenggorokan yang beredar di Indonesia.
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Namun dalam penggunaannya minyak atsiri itu
Sukandar yang menyimpulkan bahwa aktivitas
sendiri diperbolehkan untuk langsung dioleskan
antifungi minyak atsiri terhadap Candida albicans
pada bagian yang terkena kandidiasis, hanya saja
6
dalam batas konsentrasi antara 0,1%-1%.10
terkuat dengan KHM 1%.
Penelitian ini dapat dibandingkan dengan penelitian pada ekstrak minyak atsiri cengkeh dan bunga kenanga yang mendapatkan hasil KHM
SIMPULAN Dari penelitian mengenai daya hambat anti
pada minyak atsiri cengkeh terhadap pertumbuhan
jamur
jamur Candida albicans adalah 1,25%. Sedangkan
burmanii terhadap pertumbuhan Candida albicans
pada
dapat disimpulkan bahwa ekstrak minyak atsiri
minyak
mempunyai menunjukkan
atsiri
bunga
kenanga
KHM.
Hasil
penelitian
KHM
ekstrak
minyak
tidak
ekstrak
minyak
ini
Cinnamomun
burmanii
atsiri
pertumbuhan
jamur
atsiri
mampu Candida
Cinnamomun
menghambat albicans.
Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan
Konsentrasi hambat minimal ekstrak minyak atsiri
jamur Candida albicans adalah 1%. Hal tersebut
Cinnamomun
menunjukkan
atsiri
pertumbuhan jamur Candida albicans adalah 1%.
Cinnamomun burmanii memiliki daya hambat
Makin tinggi konsentrasi ekstrak minyak atsiri
yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak
makin besar daya hambatnya.
bahwa
minyak atsiri lainnya.
ekstrak
minyak
burmanii
untuk
menghambat
7
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
SARAN
ekstrak minyak atsiri dapat digunakan sebagai anti
Memperhatikan hasil penelitian ini, perlu
jamur. Hasil ini tentunya bisa dijadikan sebagai
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat
Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:104-110
110
dosis maksimal minyak atsiri yang dapat dipakai untuk mengobati kandidiasis.
6.
Ucapan terima kasih Peneliti bantuan
mengucapkan saudara
Kevin
terima
kasih
Fadhurozi
atas
selama
7.
mempersiapkan penelitian dan pengumpulan data penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA 1. Yuharmen. Uji efektifitas antimikroba minyak atsiri dan ekstrak metanol lengkuas (Alpinia galanga). Available from: http://journaldentalfree.com/ina/atsiri. Accessed at Juni 15th, 2008. 2. Aureli P, Constantini A, Zolea S. Antimicrobial activity of some plant essential oils against Listeria monocytogenes. J Food Protect 1992; 55: 344-84. 3. Candida albicans. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Candida_ albicans. Accessed at Juni 19th, 2008. 4. Konsentrasi laju reaksi. Available from http://www.chem-is-try.org. Accessed at December 2nd, 2007. 5. Widagdo A. Uji daya antifungi ekstrak daun sirih pada Candida albicans invitro. Available from http://digilib.uns.ac.id/abstrak_1268_ perbandingan-daya-antifungi-ekstrak-daunsirih-(piper-betle-linn.)--dengan-flukonazol-
8.
9.
10.
pada-candida-albicans-invitro.html. Accessed at 10th, 2008. Sukandar E, Suganda A, Muslikhati. Efek minyak atsiri kulit kayu dan daun Cinnamomum burmanni terhadap bakteri dan fungi. Majalah Farmasi Indonesia 1999; 10: 9. Emiyati. Kemampuan Antifungi Minyak Atsiri Cengkeh dan Bunga Kenanga Terhadap Pertumbuhan Candida albicans. Available from http://docs.google.com/gview?a=v&q= cache:rxEpRG_oUrUJ:medicine.uii.ac.id/inde x2.php%3Foption%3Dcom_content%26do_p df%3D1%26id%3D76+penelitian+minyak+at siri+terhadap+candida+albicans&hl=id&gl= id. Accessed at December 2nd, 2008. Hertiani T, Purwantin I. Minyak atsiri hasil destilasi ekstrak etanol daun sirih (Piper belle L.) dari beberapa daerah di Yogyakarta dan aktivitas antijamur terhadap Candida albicans Anti-fungal activity of essential oil distilled from ethanol. Majalah Farmasi Indonesia 2002; 13: 2. Minyak atsiri. Available from http://www.atsiri-indonesia.com/tanaman.php. Accessed at Agustus 20th, 2008. Sundari D, Winarno W. Informasi tumbuhan obat antifungi. Available from http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11Infor masiTumbuhanObatsebagaiAntiJamur130.pdf /11InformasiTumbuhanObatsebagaiAntiJamu r130.html. Accessed at December 4th, 2008.