USAHA AYAM BURAS SECARA INTENSIF SEBAGAI PELUANG BISNIS D

Makalah yang berjudul ”Usaha Ayam Buras Secara Intensif Sebagai Peluang Usaha”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat nilai pada mata kuliah t...

4 downloads 514 Views 487KB Size
USAHA AYAM BURAS SECARA INTENSIF SEBAGAI PELUANG BISNIS D I S U S U N OLEH ELRADHIE NOUR AMBIYA

KAPITA SELEKTA POLITEKNIK AGROINDUSTRI 2011

kapita selekta politeknik agorindustri

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ”Usaha Ayam Buras Secara Intensif Sebagai Peluang Usaha”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat nilai pada mata kuliah tambahan ”Kapita Selekta”. Selama penyusunan makalah ini penulis tak lepas dari hambatan, rintangan dan kesulitan, oleh karena itu penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang mendukung hingga selesainya penulisan makalah ini. Melalui makalah ini izinkan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dindin Awaluddin, SP., MP yang telah memberikan pengarahan yang cukup berguna dalan penyelesaian makalah ini. 2. Seluruh dosen, staf dan karyawan Politeknik Agroindustri. 3. Seluruh

rekan-rekan

mahasiswa

Politeknik

Agroindustri yang

telah

mendukung dalam kegiatan kapita selekta ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Selain karena masalah teknis, juga masalah keterbatasan informasi yang diperlukan hingga banyak hal dalam makalah ini belum dapat diuraikan secara lengkap. Untuk lebih meningkatkan mutu penulisan dan materi pengetahuan yang disampaikan, dengan rendah hati penulis memohon saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun

Sukamandi, 12 April 2011

Penulis

kapita selekta politeknik agorindustri

DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1.2. Tujuan dan Manfaat................................................................................

1 2

BAB II TEKNIS BUDIDAYA 2.1. Pengadaan Bibit ....................................................................................

3

a. Membeli di pasar ....................................................................................

3

b. Memesan ke pembibit ............................................................................

3

c. Membibitkan sendiri ................................................................................

4

2.2. Perkandangan ........................................................................................

5

a. Lokasi kandang.......................................................................................

5

b. Kontruksi kandang ..................................................................................

6

2.3. Pakan ......................................................................................................

7

2.4. Pemeliharaan .........................................................................................

9

a. Priode Indukan........................................................................................

9

b. Priode anakan.........................................................................................

11

c. Priode Pembesaran ................................................................................

12

d. Priode dara .............................................................................................

14

e. Priode produksi .......................................................................................

14

2.5. Hama dan Penyakit ................................................................................

14

2.6. Panen......................................................................................................

18

a) Hasil Utama .........................................................................................

18

b) Hasil Tambahan...................................................................................

18

c) Pengumpulan .......................................................................................

19

d) Pembersihan........................................................................................

19

BAB III ANALISIS USAHA 3.1. Asumsi .................................................................................................... 3.2. Profit ........................................................................................................ 3.3. BEP (Break Even Point) .........................................................................

20 21 21

3.4. BCR (Benefit Cost Ratio)........................................................................ BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 3.5. 4.1. Kesimpulan ..................................................................................... 3.6. 4.2. Saran ............................................................................................... kapita selekta politeknik agorindustri

21 22 22

BAB I PENDAHULUAN 1.3.

Latar Belakang Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang

ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul. Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri galur murni). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri/ayam ras ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya. Pada awal pembangunan peternakan di Indonesia, terutama sebelum tahun tujuh puluhan, kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani asal ayam hampir seluruhnya dipehuhi oleh ayam buras. Ayam buras tersebut berasal dari peternakan rakyat yang pemeliharaanya dilakukan secara ekstensif tradisional. Setelah tujuh kapita selekta politeknik agorindustri

puluhan, sejalan dengan pesatnya perkembangan penduduk, meningkatnya kesadaran masyarakat akan perlunya gizi yang baik dan meningkatnya daya beli masyarakat maka permintaan protein hewani asal ayam buras meningkat dengan pesat. Ketersediaan ayam pun tidak lagi bisa dipenuhi oleh peternakan ayam buras. Oleh karena itu, pemerintah mengembangkan peternakan ayam ras guna mengantisipasi permintaan produk ayam. Walaupun perkembangan ayam ras sangat pesat sehingga dalam waktu yang relative singkat telah mampu mendominasi pasokan produk ayam untuk memenuhi permintaan masyarakat tetapi bukan berarti ayam buras tidak mengalami perkembangan. Peternakan ayam buras tetap berkembang tetapi sangat lambat jika dibandingkan dengan permintaan ayam ras. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua peran ayam buras dapat digantikan oleh ayam ras. Ini dikarenakan adanya selera masyarakat yang tidak dapat digantikan oleh ayam ras yang mempunyai karakteristik tersendiri baik daging maupun telurnya. Hal ini lah yang menggugah penulis untuk mempelajari betul budidaya ayam ras sehingga peternakan ayam ras yang tadinya ektensif tradisional menjadi intensif. Oleh karena itu, penulis akan membahas lebih detail tentang budidaya ayam buras. Semoga bermanfaat.

1.4. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari makalah ini antara lain : -

Sebagai tugas penunjang pada mata kuliah kapita selekta

-

Agar mengetahui tentang peternakan ayam buras bagi seluruh mahasiswa politeknik umumnya dan bagi kelompok kami khususnya.

-

Untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya ayam ras

Adapun manfaat dari makalah ini antara lain : -

Mahasiswa politeknik dapat mengembangkan ayam buras ini baik untuk pekerjaan pokok maupun sampingan.

-

Makalah ini dapat dijadikan acuan sementara untuk mengembangkan ayam buras sehingga dapat dibudidayakan secara intensif.

kapita selekta politeknik agorindustri

BAB II TEKNIS BUDIDAYA

2.7. Pengadaan Bibit Secara garis besar cara pengadaan bibit pada peternakan ayam buras dapat dilakukan dengan cara membeli dipasar, memesan di pembibit, dan melakukan pembibitan sendiri.

Gambar 1. DOC berumur 2 hari a. Membeli di pasar System ini dilakukan oleh hampir sebagian besar peternak ayam buras. Pembelian ayam diasanya dilakukan di pasar-pasar sekitar lokasi peternakan. Bahkan, bisa dilakukan sampai jauh diluar lokasi peternak berada. Adapun kelebihan cara ini antara lain sebagai berikut : -

Pembelian dapat dilakukan setiap saat jika kebutuhan bibit mendesak

-

Harga bibit relative lebih murah

-

Lebih praktis untuk usaha skala kecil

Cara ini juga memiliki kekurangan, antara lain : -

Kondisi kesehatan ternak tidak terjamin. Bahkan, sering terjadi ayam yang dijual justru tidak sehat sehingga setelah dipelihara menjadi sumber penularan wabah penyakit bagi ternak ayam lainnya.

-

Potensi ginetisnya tidak jelas atau tidak diketahui

b. Memesan ke pembibit System pengadaan bibit dengan cara memesan ke pembibit masih jarang dilakukan oleh peternak ayam buras. Ini dikarenakan masih jarang peternak ayam buras yang melakukan pembibitan..kelebihan dari cara ini antara lain :

kapita selekta politeknik agorindustri

-

Kualitas bibit terjamin karena kesehatannya terjaga dan kualitas induknya dapat diketahui. Meskipun para peternak pembibit umumnya belum menerapkan system pemuliabiakan, tetapi telah melakukan seleksi untuk memilih bibit yang baik.

-

Bibit yang dipesan dapat disesuaikan dengan kebutuhan, baik umur maupun jumlahnya. Sementara kekurangan dari system pengadaan bibit dengan cara

memesan ke pembibit sebagai berikut : -

Harga bibit relative lebih mahal

-

Membutuhkan waktu yang lama Karena harus dipesan.

-

Umumnya kemampuan pernak pembibit untuk permintaan yang besar masih sulit dipenuhi. Untuk permintaan yang besar, pemesanan dapat dilakukan kepada beberapa pembibit. Akibatnya, kualitas bibit dan umurnya menjadi sangat beragam.

c. Membibitkan sendiri Selain kedua cara diatas, metode membibitkan sendiri anak ayam akan menjadi alternative dan dapat menutup kendala dari metode sebelumnya. Adapun keuntungan dari membibitkan sendiri antara lain : -

Akan diperoleh bibit yang baik sesuai kebutuhan.

-

Memperoleh bibit yang berkualitas terutama genetiknya

-

Tidak menyebabkan wabah dari bibit luar

-

Dapat meningkatkan kualitas dengan perkawinan silang.

Adapun beberapa kekurangannya antara lain : -

Waktu relative lama dan menyita perhatian yang lebih

-

Membutuhkan tenaga ahli yang berpengalaman

-

Tidak praktis dalam pengerjaannya. Untuk meningkatkan mutu ginetis ayam buras sebagai petelur secara

praktis, dapat ditempuh dengan cara persilangan (crossing). Dengan cara persilangan ini akan diperoleh sifat hiterosis pada keturunannya, yaitu kapita selekta politeknik agorindustri

terakumulasinya sifat yang baik dari kedua tetuanya. System persilangan pada ayam buras dapat dilakukan dengan cara persilangan antar jenis ayam buras dan persilangan ayam buras dengan ayam ras.

2.8. Perkandangan Peran manusia pada system pemeliharaan ektensif tradisional sangat minim. Ayam menjadi sangat tergantung pada alam sehingga tidak mampu menunjukkan potensi genetisnya secara maksimal. Oleh kerena itu, produktifitas ayam buras menjadi sangat rendah. Dengan demikian meningkatnya permintaan masyarakat akan produk ayam buras, baik telur maupun dagingnya, maka para peternak ayam buraspun menyadari perlunya peningkatan produtifitas. Oleh karenanya, telah banyak peternak ayam buras yang melakukan pemeliharaan secara intensif. Ayam tidak lagi berkeliaran di alam bebas untuk memenuhi kebuhuhannya, tetapi dibatasi aktifitasnya didalam kandang, yaitu hanya untuk melakukan aktifitas produksi, sedangkan kebutuhan pakan disediakan oleh peternak. Pada pemeliharaan secara intensif, kandang memiliki fungsi yang sangat penting sebagai berikut : -

Membatasi aktifitas ternak hanya untuk tujuan produksi.

-

Melindungi ternak dari pengaruh buruk lingkungan.

-

Melindungi ternak dari gangguan binatang buas/liar dan pencurian.

-

Menyediakan kondisi lingkungan yang nyaman bagi ternak agar mampu berproduksi secara maksimal.

-

Memudahkan pengelolaan ternak.

a. Lokasi kandang Beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian antara lain  Aspek lingkungan -

Lokasi kandang harus jauh dari sumber kebisingan dan lalu-lalang orang.

-

Kandang harus berada pada tempat yang cukup terkena sinar matahari.

kapita selekta politeknik agorindustri

-

Hindari pembangunan kandang di lokasi yang terlindung oleh rimbunnya pepohonan atau bangunan tinggi.

-

Lokasi kandang harus berada pada tempat yang tidak lembab, tidak becek, dan tidak tergenang air jika hujan.

 Struktur dan kondisi tanah -

Struktur tanah yang akan ditempati kandang harus padat, tetapi mudah meresap air sehingga bangunan kandang tetap padat dan berdiri kokoh.

-

Letak kandang harus lebih tinggi dari sekitarnya

-

Kondisi tanah sebaiknya tidak bergelombang atau berbukit-bukit.

b. Kontruksi kandang Aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan kondisi kandang antara lain  Aspek ekonomis -

Pembiayaan kandang harus seminimal mungkin, tetapi dapat berfungsi masimal dan tahan lama

-

Kontruksi sederhana

-

Bahan bangunan kandang murah dan mudah diperoleh.

 Aspek teknis -

Ukuran kandang. Kandang harus memiliki lebar yang mampu menjamin sirkulasi udara. Kandang dengan lebar 6 meter sudah memadai untuk sirkulasi udara yang lancar. Jika kandang dibangun berjajar dengan beberapa bangunan maka jarak antar kandang minimal selebar kandang yaitu 6-8 meter. Pada pemeliharaan ayam buras system litter, lebar kandang 6 meter dan panjang 1 meter. Kandang tersebut dapat menampung 30 ekor ayam dewasa (5 ekor/m2).

-

Tata letak kandang. Kandang sebaiknya berada di belakang rumah agar atifitas ternak tidak terganggu oleh aktifitas rumah tangga. Jarak kandang minimal satu kali lebar kandang. Demikian pula kandang jangan terlalu dekat dengan pagar pembatas tetangga, minimal satu kali lebar kandang.

kapita selekta politeknik agorindustri

Gambar 2. Kontruksi Kandang Ayam

2.9. Pakan Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu). a.

Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut: -

Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 28003500 Kcal.

-

Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 814 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan

minggu

ke-4

(umur

22-29

hari)

91

gram/hari/ekor.

Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram. b.

Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut: -

Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.

-

Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor

kapita selekta politeknik agorindustri

dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.

Gambar 3. Pakan ayam berkualitas Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu: -

Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing

minggu,

yaitu

minggu

ke-1

(1-7

hari)

1,8

lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor; minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (2229 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air. -

Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

kapita selekta politeknik agorindustri

2.10.Pemeliharaan Pemeliharaan

merupakan

aspek

penting

yang

sangat

menentukan

keberhasilan usaha peternakan. Walaupun factor produksi lain tersedia cukup memadai, tetapi jika pemeliharaannya buruk maka produksi menjadi tidak efisien sehingga keuntungan akan berkurang bahkan akan merugi. Untuk itu, peranan peternak

menetukan

kesuksesan

pemeliharaan.

Peternak

harus

memiliki

pengetahuan dan keterampilan beternak. Selain itu, peternak menerapkan inovasi teknologi dalam rangka meningkatkan produktifitas dan efisiensi. Berdasarkan priode pertumbuhannya, pemeliharaan ayam buras dapat dibedakan menjadi beberapa priode sebagai berikut. 1. Priode indukan, umur 1 hari – 4 minggu 2. Priode anakan , umur 4 – 8 minggu 3. Priode perbesaran, umur 8 – 16 minggu 4. Priode dara, umur 18 – 20 minggu 5. Priode peneluran atau produksi, umur 20 minggu – akhir

a. Priode Indukan Priode pemeliharaan anak ayam 1 hari hingga 1 minggu merupakan priode yang paling kritis. Hal ini di sebabkan karena kondisi anak ayam yang memiliki tubuh masih lemah dan belum mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Pemeliharan yang perlu di perhatikan pada pada priode indukan antara lain penyediaan kandang indukan, pemberian pakan, pengelolaan anak, dan program pencegahan penyakit. 1. Kandang indukan Anak ayam yang baru menetas belum bisa beradap tasi dengan lingkungan sekitar, terutama suhu pada lingkungan sekitar. Hal ini di di sebabkan system pengaturan panas tubuh anak ayam tersebut belum sempurna kerena bulunya belum sempurna. Untuk mempertahankan suhu tubuh anak ayam agar tidak kedinginan maka perlukan penghangat di sekitarnya. Pada pemeliharaan insentif tanpa induk ayam, peternakan perlu diberiakan alat pehanagat di dalam kandang. alat yang di gunakan bisa berupa lampu kapita selekta politeknik agorindustri

minyak, lampu listrik, atau gas (gasolex). Pemberian panas tambahan di lakukan sampai di lakukan sampai anak ayam telah mampu beradaptasi dengan lingkungan atau sampai bulu telah tumbuah sempurna yang bekisar 3 s/d 4 minggu.

2. Pakan Pada priode indukan, pakan yang harus di berikan harus berkualitas agar baik anak ayam agar bertumbuh cepat. Pakan yang harus di berikan pada indukan adalah pakan starter, yaitu mengandung protein dasar 18% dan energi metabolism 2700 kkal/kg.

3. Tata Laksana Pemeliharaan Pada saat anakan ayam telah di masuk ke dalam kandang indukan, pertanama yang harus di perhatikan adalah kondisi anak ayam. Anak ayam yang sedikit lemah atau sakit sebaiknya air minum di beri lebih dulu sebelum makanan dan kemudian di tempatkan di tempat yang terpisah. Anak ayam yang di masukan dalam kandang akan memerlukan air minum untuk menggantikan air tubuh selama masa penetsan dan penjalan. Jika anak ayam brekumpul di bawah alat penghangat atau mengelompok dan saling menindih hali ini menandakan abak ayam tersebut dalam kondisi kedinginan, namun bila anak ayam tesebut menyebar menjauh alat penghangat atau menyebar ke pinggir kandang menandakan anaka ayam dalam kondisi panas.

4. Kateria Keberhasilan Pemeliharaan Keberhasilan pemeliharaan priode indukan akan sangat menentukan pertumbuhan priode selanjutnya. Criteria untuk mengukur keberhasilan pemeliharaan priode indukan sebagai berikut. 

Tingkat kematian rendah,tidak lebih dari 2%.



Pertumbuahan anak ayam cukup baik. Bobot anak ayam setiap minggu selalu meningkat sesuai dengan standat.

kapita selekta politeknik agorindustri



Pertubuhan bulu cepat dan lengkap menutupi permukaan tubuh, bulu tanpa halus bercahayatidak lusuh, dan kasar.



Komsumsi pakan dan konversi pakan ssesuai pedoman.

Gambar 4. Anak ayam priode indukan

b. Priode anakan Pemeliaharaan priode anakan ( umur 4 s/d 8 minggu) merupakan pemeliharaan lanjutan dari priode indukan. Perbedaannya dengan pemeliharaan priode indukan hanyalah pada alat pehangat. Pada priode anakan alat penghangat tidak digunakan lagi karena anak ayam sudah tumbuh bulu dan sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan. 1. Kegiatan rutin selama periode anakan Adapun kegiatan pemeliharaan yang di lakukan selama priode anakan sebagai berikut : 

Pemberian pakan minimal 3 kali sehari. Di usahakan agar pakan dan air selalu tesedia.



Jika tempat minum kotor harus segera di bersihkan. Kototoran jangan biarkan menumpuk. Jika pemeliharaan di lakukan di pada kandang liter maka haus di lakukan pembalikan liter secara rutin agar tidak terjadi penggumpalan.



sambil di berikan pakan, di lakukkan pengamatan terhadap kondisi anak ayam ana ayam yang memiliki kelainan prilaku, segera

kapita selekta politeknik agorindustri

lakukan isolasi, jika menujukan gejala teserang penyakit segera lakukan pengcenggahan penyakit pada ayam yang masih sehat. 

Setiap minggu. Kepadatan dalam kandang kotak di kurangi. Kebutuhan luas lahanpada riode anakan adalah 8 s/d 10 ekor/m 2. Setiap minggu jumlah anakkan dalam persegi di kurangi 4 ekor.

2. Criteria kebehasilan pemeliharaan Criteria untuk mengukur tingkat keberhasilan pemeliharaan pada priode anakan sebagai berikut : 

Berat badan pada umur 8 minggu minimal 350 gram.



Kosumsi pakan total selama 8 minggu 950 gram/ekor.



Konversi pakan ( jumlah pakan total/pertambahan berat badan) sekitar 2,75



Mortalitas (tingkat kematian) kurang dari 2%.

Gambar 5. Anak ayam priode anakan

c. Priode Pembesaran Setelah ayam berumur 8 minggu beratia anak ayam akan memasuki priode pememeliharaan pembesaran. Pada priode ini sebaiknya ayam di pelihara pada kandang litter. Pada priode ini pertumbuhan ayam sudah menurun. Oleh Karena itu pakan yang harus disesuaikan. Pakan yang harus di berikan adalah pakan grower, yaitu mengandung protein sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pakan starter yaitu 16% dan energy metabolism sekitar 2700 kkal/kg.

kapita selekta politeknik agorindustri

1. Pemeliharaan Litter penutup lapisan lantai berfungsi sebagai obsorber, yaitu menyerab air kotoran. Oleh karena itu litter harus di jaga agar tetap berfungsi. Dengan bertamabahnya umur ayam maka bertambah besar kosumsi pakan dan kotoran punakan bertambah. Dengan demikian ketebalan litter harus bertambah kira-kira 20cm agar tidak jenuh. Agar litter dapat berfungsi dengan baik maka proses pembusukan kotoran dapat berlangsung secara sempurna. Hal ini dapat di ketahui dari bentuk litter yang kering tetapi tidak berdebu dan tidak busuk. 2. Pencegahan penyakit Berbagai penyakit yang sering timbul pada pemeliharaan system litter antara lain infeksi saluran pernafasan, coccidiosis, dan cacingan. Untuk pencegahan penyakit-penyakit tersebut maka ayam harus terprogram diberi obat-obatan. 3. Seleksi Seleksi dilakukan pada akhir pemeliharaan priode pembesaran. Yang akan dijadikan ayam dara harus memiliki karakteristik sebagai berikut : -

Bentuk tubuh kokoh, kompak, dan ramping

-

Bulu tumbuh lengkap dan halus mengkilap

-

Bobot tubuh sekitar rata-rata berat kelompok atau sebagai patokan sekitar 1,100 g.

-

Tidak cacat

4. Criteria keberhasilan pemeliharaan Criteria untuk mengetahui keberhasilan pemeliharaan priode pembesaran dapat diamati sebagai berikut. -

Berat ideal sekitar 1,100 g

-

Converse pakan sekitar 3

-

Mortalitas kurang dari 2%

-

Pertumbuhan bulu baik, bulu tumbuh lengkap dan halus mengkilap, tidak kering dan kusut.

-

Bentuk tubuh kokoh dan ramping.

kapita selekta politeknik agorindustri

d. Priode dara Pemeliharaan priode dara, yaitu umru 16-20 minggu merupakan priode kritis pada pengadaan ayam untuk petelur. Priode dara merupakan priode perkembangan dan pertumbuhan organ reproduksi. Jika pada priode ini pertumbuhan organ reproduksi terhambat maka akan berdampak pada saat memasuki priode produksi. Oleh karena itu,l sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan ayam muda pada saat priode ini. Seleksi pada priode dara adalah untuk memilih ayam yang akan dipelihara atau digunakan pada pemeliharaan

priode produksi. Ayam yang dipilih

harus memiliki karakteristik sebagai berikut : -

Berat ideal sekitar 1.200-1400 g

-

Bentuk tubuh tegap, kokoh, tegap, dan ramping

-

Bulu tubuh penuh dan mengkilap.

-

Jengger tubuh baik, berwarna merah, halus dan lembut.

-

Tidak memiliki cacat fisik.

e. Priode produksi Pemeliharaan priode produksi berlangsung pada ayam berumur 20 minggu sampai ayam diapkir, yaitu saat ayam sudah tidak produktif atau dianggap tidak menguntungkan lagi. Biasanya ayam dipelihara sampai 70 minggu atau setelah diproduksi sekitar satu tahun. 2.11.Hama dan Penyakit a. Penyakit 1. Berak putih (pullorum) Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab: Salmonella pullorum. Pengendalian: diobati dengan antibiotika

2. Foel typhoid Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa. Penyebab: Salmonella gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan. Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa. kapita selekta politeknik agorindustri

3. Parathyphoid Menyerang ayam dibawah umur satu bulan. Penyebab: bakteri dari genus Salmonella. Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya. 4. Kolera Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati. Penyebab: pasteurella multocida. Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar. Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).

5. Pilek ayam (Coryza) Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam. Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus. Gejala: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek. Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.

6. CRD CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja. Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).

7. Infeksi synovitis Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun. Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma. Pengendalian: dengan antibiotika.

b) Penyakit karena Virus 1. Newcastle disease (ND) ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan.Tungau (kutuan) kapita selekta politeknik agorindustri

Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease. 2. Infeksi bronchitis Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi. 3. Infeksi laryngotracheitis Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas. Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol. Pengendalian: (1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini; (2) pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat. 4. Cacar ayam (Fowl pox) Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar. Penyebab: virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan vaksinasi.

5. Marek Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50%. Pengendalian: dengan vaksinasi.

kapita selekta politeknik agorindustri

6. Gumboro Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.

c) Penyakit karena Jamur dan Toksin Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah :

1. Muntah darah hitam (Gizzerosin) Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Penyebab: adalah racun dalam tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan asam amino hingg menjadi racun. Pengendalian: belum ada.

2. Racun dari bungkil kacang Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.

d) Penyakit karena Parasit 1. Cacing Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.

kapita selekta politeknik agorindustri

2. Kutu Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.

e) Penyakit karena Protoza Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air.

2.12.Panen e) Hasil Utama Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan oelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.0011.00;

pengambilan

kedua

pukul

13.00-14.00;

pengambilan

ketiga

(terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.

f) Hasil Tambahan Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.

kapita selekta politeknik agorindustri

g) Pengumpulan Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.

h) Pembersihan Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas.

kapita selekta politeknik agorindustri

BAB III ANALISIS USAHA 3.7. Asumsi Dalam usaha budidaya ayam buras secara intensif perlu dilakukan perhitungan-perhitungan yang teliti. Dari analisis usaha diketahui modal yang dipakai, keuntungan, titik impas, dan lainnya. Asumsi yang digunakan dalam analisis usaha budidaya ayam buras sebagai berikut 1. Analisis usaha dihitung selama 3 bulan (satu kali priode) 2. Tempat usaha merupakan milik pribadi sehingga tidak perlu sewa 3. Populasi ayam yang diusahakan yaitu 100 ekor 4. Ayam buras ini akan menghasilkan daging sekitar 0,9 kg/ekor. 5. Produktivitas ayam 90 % dengan tingkat kegagalan 10 % sehingga akan diperoleh hasil sebanyak 90 ekor 6. Harga jual ayam per ekor yaitu Rp.20.000,A. Investasi satuan No Uraian (@) volume 1 pembuatan kandang batere 10.000 50 kotak 2 pembuatan kandang seng 80.000 1 unit Sub Total Biaya Penyiapan Lahan

jumlah 500.000 80.000 Rp580.000

B. Operasional Selama 3 bulan No 1 2 3 4 5 6 7 8

satuan Uraian (@) volume Pembelian DOC 3.000 100 ekor Pakan Sarter 1 1.685 100 kg Pakan Sarter 2 1.446 150 kg Tenaga Kerja 450 100 ekor Vaksin dan Jamu 300 173 g Listrik 4.333 3 bulan Penyusutan Kandang 9.000 4 tahun Kematian 10 % Sub total biaya pembibitan dan penanaman Total Biaya Produksi (a+b)

=

Rp580.000

=

Rp1.411.275

+

Rp831.275

Biaya Tak Terduga 10% =

Rp141.127

kapita selekta politeknik agorindustri

jumlah 300.000 168.450 216.825 45.000 52.000 13.000 36.000 25.000 Rp831.275

Jadi Total Biaya Produksi =

Biaya Produksi + Biaya Tak Terduga

=

Rp1.411.275 +

=

Rp1.552.402

Rp141.127

3.8. Profit Pendapatan = Total Produksi x Harga jual = 90 ekor x Rp20.000 = Rp1.800.000

Keuntungan

= = =

Pendapatan Rp1.800.000 Rp247.598

-

Total Biaya Produksi Rp1.552.402

3.9. BEP (Break Even Point) a. BEP Harga

= = =

Total Biaya Rp1.552.402 Rp17.249

: :

Total Produksi 90 ekor

b. BEP Produksi

= Total Biaya : Harga Jual = Rp1.552.402 : Rp20.000 = 78 ekor Artinya, pada kisaran harga Rp17.249 atau pun mencapai produktivitas 78 ekor usaha anda telah mencapai titik impas dimana usaha anda tidak mengalami keuntungan dan tidak mengalami kerugian 3.10.BCR (Benefit Cost Ratio) B/C Ratio

= = =

Pendapatan Rp1.800.000 1,2

: :

Total Biaya Produksi Rp1.552.402

Artinya, dengan modal Rp1.552.402, usaha agribisnis ayam buras anda memperoleh hasil penjualan sebesar 1,2 kali. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dikembangkan.

kapita selekta politeknik agorindustri

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan  Usaha budidaya ayam buras dapat dikembangkan sebagai usaha sampingan berskala kecil maupun usaha berskala besar.  Usaha ayam buras ini layak anda kembangkan dengan perhitungan BCR 1,2.  Usaha ayam buras harus terus diintensifkan untuk mendapatkan produksi yang maksimal 4.2. Saran  Budidaya ayam buras ditingkat petani hanya untuk sampingan belaka, padahal jika diintensifkan maka usaha ini dapat meningkatkan taraf ekonomi petani. Kami sarankan agar segera intensifkan pemeliharaan ayam buras ini agar dapat meningkatkan produktivitas.

kapita selekta politeknik agorindustri

DAFTAR PUSTAKA Suprijatna, E., : Ayam Buras Krosing Petelur” Penebar Swadaya. Jakarta 2008 Sabrani, M.,”teknik analisa usaha peternakan ayam” Poultry Indonesia, Jakarta. 1989

kapita selekta politeknik agorindustri