RESPON TIGA VARIETAS BAWANG MERAH TERHADAP

Download Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007 ... Kata kunci: bawang merah, pupuk kandang, pupuk anorganik, v...

2 downloads 417 Views 59KB Size
ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

RESPON TIGA VARIETAS BAWANG MERAH TERHADAP DUA MACAM PUPUK KANDANG DAN EMPAT DOSIS PUPUK ANORGANIK Respon of Three Shallot Varieties on Two Kind of Organic Fertilizer and Four Dose of Inorganic Fertilizer Oleh: S. Jazilah 1), Sunarto2) dan N. Farid2) 1) Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNIKAL 2) Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNSOED ABSTRAK Percobaan pot tentang respon tiga varietas bawang merah terhadap dua macam pupuk kandang dan empat dosis pupuk anorganik telah dilakukan di Screen house (rumah kasa) pada Kebun Percobaan Batang, Batang. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Bima Juna (V1) menunjukkan tinggi tanaman, dan volume umbi tertinggi. Varietas Tiron (V3) menunjukkan jumlah anakan per rumpun, jumlah daun per rumpun, dan jumlah umbi per rumpun tertinggi. Macam pupuk kandang berpengaruh pada bobot basah umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun dan volume umbi. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam (M2) memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari kotoran sapi (M1). Dosis pupuk anorganik berpengaruh pada bobot kering umbi per rumpun. Bobot kering umbi per rumpun tertinggi dicapai pada dosis pupuk anorganik 200 kg/ha (P3) dan pupuk kandang 20 t/ha. Tidak terdapat interaksi antara varietas, macam pupuk kandang dan dosis pupuk anorganik pada semua variabel yang diamati. Varietas Bima Juna (V1), pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam (M2) dan dosis pupuk anorganik 400 kg/ha (P1) mempunyai nilai serapan N dan P jaringan tanaman bawang merah tertinggi. Kata kunci: bawang merah, pupuk kandang, pupuk anorganik, varietas

ABSTRACT The experiment about the response of three varieties of shallot to two kinds of manure and four dosage inorganic fertilizers was conducted in screen house at Batang Experimental Station, Batang. Randomized Complete Block Design was employed to arrange environmental site. The result showed that Bima Juna variety (V1) has the highest plant height and volume of bulb. Tiron variety (V3) has the highest amount of tiller per plant, amount of leaves per plant and the amount of bulb per plant. The kind of the manure significantly affected fresh weight of bulb per plant, dry weight of bulb per plant and volume of bulb. The plants fertilized with chicken manure (M2) produced higher yield than that of cow manure (M1). Dosage of inorganic fertilizer significantly affected the dry weight of bulb per plant. The highest was obtained in dry weight of bulb per plant 200 kg/ha inorganic fertilizer (P3) and 20 t/ha manure combination. There was no interaction between varieties, the kind of manure and inorganic fertilizer dosage for all of the variables. Bima Juna (V1) variety, plant fertilized with chicken manure (M2) and plant fertilized with inorganic fertilized dosage 400 kg/ha (P1) has the highest absorption N and P. Key words: shallot, manure, inorganic fertilizer, varieties

43

ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

PENDAHULUAN Di Indonesia, pulau Jawa merupakan daerah sentra produksi dan pengembangan bawang merah serta propinsi Jawa Tengah merupakan pemasok tertinggi kebutuhan nasional. Luas areal penanaman bawang merah di Jawa Tengah pada tahun 2003 adalah 27.457 ha dengan produktivitas rata-rata 8.4 t/ha dan total produksi adalah 231.052 ton/tahun (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2003). Namun demikian, produktivitas rata-rata pada tingkat petani masih rendah, sementara potensi hasilnya bisa mencapai lebih dari 10 t/ha (Anwar et al., 2003). Kendala yang menyebabkan rendahnya hasil tersebut antara lain pemilihan varietas dan tidak cukup tersedianya bibit dalam satu waktu yang tepat dibutuhkan petani serta serangan hama dan penyakit (Iriani et al., 2000). Pada saat ini peningkatan produksi bawang merah umumnya sangat tergantung pada pupuk anorganik yang memberikan hasil yang tinggi tetapi ternyata banyak menimbulkan masalah kerusakan lingkungan. Penggunaan pupuk anorganik yang mudah larut secara terkonsentrasi dan terus menerus dapat mengganggu kehidupan tanah dan mengakibatkan pengasaman, kekosongan nutrien mikro, degradasi tanah, kesehatan tanaman yang buruk serta hasil yang lebih rendah (Reijntjes, 1999). Sistem pertanian alternatif untuk mempertahankan kelestarian sumber daya alam adalah dengan membatasi penggunaan pupuk anorganik dan mengembangkan penggunaan pupuk organik (Martani et al., 2002). Salah satu bahan organik yang biasa dipakai untuk memperbaiki kondisi atau kesuburan tanah adalah pupuk kandang. Beberapa macam

44

pupuk kandang tersedia di pasaran dan petani tetapi komposisi pupuk kandang berbeda-beda tergantung : (1) macam hewan, (2) usia hewan, (3) macam makanan, (4) bahan hamparan yang dipakai, serta (5) perlakuan dan penyimpanan pupuk sebelum diberikan pada tanah (Buckman dan Brady, 1982). Sharma et al. (2003) melaporkan pada tanaman bawang merah yang ditanam di North Western Himalaya, India menunjukkan bahwa hasil umbi terbaik diperoleh dari kombinasi 100% NPK (125 kg N, 33 kg P dan 50 kg K) dengan 20 ton pupuk kandang umbi terbaik yaitu sebesar 19,87 t/ha dibandingkan dengan penggunaan 150% NPK yang hanya menghasilkan 18,82 ton. Sarjiyah (2002) melaporkan bahwa kombinasi pupuk anorganik 100% rekomendasi (200kg/ha urea, 150 kg/ha SP-36 dan 150 kg/ha KCl) dengan pupuk organik 100% rekomendasi (2000 kg/ha) nyata meningkatkan luas daun padi dan hasil bijinya lebih tinggi dibandingkan perlakuan pupuk anorganik 100% maupun pupuk organik 100% secara mandiri. Kombinasi antara pupuk organik dan anorganik, di satu sisi meningkatkan produksi karena unsur hara dapat tersedia dan mudah diserap oleh akar tanaman, sedangkan disisi lain dapat memperbaiki tanah dan lingkungan. Berdasarkan uraian dimuka maka telah dilakukan penelitian tentang pengurangan dosis pupuk anorganik pada tanaman bawang merah dengan pemanfaatan bahan organik berupa pupuk kandang. Pada saat ini banyak varietas bawang merah yang berkembang di lapangan. Oleh karena

ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

itu penelitian tentang penggunaan macam pupuk kandang untuk pengurangan dosis pupuk anorganik pada tanaman bawang merah perlu dilakukan pada beberapa varietas. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari respon tiga varietas bawang merah terhadap dua macam pupuk kandang dan empat dosis pupuk anorganik, dan mengetahui varietas yang memberikan respon terbaik, (2) mempelajari macam pupuk kandang yang dapat memberikan hasil tertinggi pada tanaman bawang merah, (3) mempelajari pengaruh dosis pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah, (4) mengetahui sejauh mana pupuk organik dapat mengurangi dosis pupuk anorganik

METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di screen house (rumah kasa) pada Kebun Percobaan Batang, di desa Depok, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang dengan ketinggian tempat 2 sampai 3 m di atas permukaan air laut. Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan mulai Juli sampai dengan Oktober 2005. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bibit bawang merah varietas Bima Juna, Kuning Tablet dan Tiron, Pupuk Kandang Sapi dan Ayam yang telah dianalisis kandungan unsur haranya, Pupuk NPK (15:15:15), Pestisida, Dithane M-45, Curacron 50 EC, Score 250 EC dan Furadan 3G serta tanah aluvial. Faktor yang dicoba adalah varietas bawang merah terdiri dari V1 (Bima Juna), V2 (Kuning Tablet) dan V3 (Tiron), macam pupuk kandang terdiri dari M1 (pupuk kandang sapi), M2 (pupuk kandang ayam) dosis pupuk kandang 20

t/ha. Dosis pupuk anorganik (NPK 15:15:15) terdiri dari : P1 (400 kg/ha atau 100%), P2 ( 300 kg/ha atau 75 %), P3 ( 200 kg/ha atau 50 %) dan P4 (100 kg/ha atau 25 %). Penelitian ini berupa percobaan pot (polibag) dan rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) Jumlah kombinasi perlakuan ada 24, percobaan diulang 3 kali, setiap unit percobaan terdiri atas 3 pot sehingga seluruhnya ada 216 pot. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah anakan per rumpun, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun, volume umbi (ml), bobot basah umbi per rumpun (g), bobot kering umbi per rumpun (g), serapan N oleh jaringan tanaman dan serapan P oleh jaringan tanaman. Data hasil pengamatan ditabulasikan, kemudian dianalisis dengan uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang dicoba, apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan maka dilakukan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD)pada taraf 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 menunjukkan bahwa ada variasi tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun jumlah umbi dan volume umbi antar varietas. Pupuk kandang mempengaruhi bobot basah, bobot kering dan volume umbi, sedangkan pupuk anorganik hanya mempengaruhi bobot kering umbi. Tidak ada interaksi antar faktor yang dicoba terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa varietas Bima Juna (V1) dan Kuning

45

ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

Tablet (V2) menunjukkan tinggi tanaman tertinggi disusul varietas Tiron (V3). Pada variabel jumlah anakan per rumpun dan jumlah daun per rumpun angka rata-rata tertinggi dicapai oleh varietas Tiron (V3). Salah satu keunggulan dari varietas Tiron (V3) adalah mampu membentuk anakan dan daun yang cukup banyak (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2003). Hasil penelitian Iriani et al. (2003) menunjukkan bahwa pada jumlah anakan per rumpun dan jumlah daun per rumpun varietas Tiron lebih banyak dibandingkan dengan varietas Bima. Varietas yang dicoba menunjukkan adanya perbedaan pada jumlah umbi per rumpun. Jumlah umbi per rumpun tertinggi

dicapai oleh varietas Tiron (V3) yaitu 14,83. Hal ini disebabkan jumlah anakan varietas Tiron (V3) menunjukkan yang tertinggi, sehingga jumlah umbi yang terbentuk juga tertinggi. Varietas yang dicoba tidak menunjukkan adanya perbedaan bobot basah umbi per rumpun dan bobot kering umbi per rumpun. Hal ini disebabkan pada varietas Tiron (V3) jumlah umbi per rumpun tertinggi tetapi ukuran umbi kecil-kecil, sehingga jumlah umbi berbeda tetapi bobot umbi tidak berbeda. Hal ini didukung oleh volume umbi yang menunjukkan berbeda diantara ketiga

Tabel 1. Matrik hasil analisis varian pertumbuhan dan hasil antar varietas bawang merah pada macam pupuk kandang dan dosis pupuk anorganik beserta interaksinya Variabel

Varietas (V)

Macam pupuk kandang (M)

Dosis pupuk anoganik (P)

sn sn sn sn tn tn sn

tn tn tn tn sn sn sn

tn tn tn tn tn sn tn

Tinggi tanaman Jumlah anakan per rumpun Jumlah daun per rumpun Jumlah umbi per rumpun Bobot basah umbi per rumpun Bobot kering umbi per rumpun Volume umbi

Keterangan : sn : sangat nyata

PxM tn tn tn tn tn tn tn

Interaksi PxV MxV PxMxV tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn

tn : tidak nyata

Tabel 2. Perbedaan antar varietas bawang merah pada beberapa variabel yang diamati. V arietas

V 1 (B im a Juna)

V ariabel yang diam ati T inggi Jum lah Jum lah Jum lah Bobot basah Bobot kering V olum e tanam an anakan per daun per um bi per um bi per um bi per um bi (cm ) rum pun rum pun rum pun rum pun (g) rum pun (g) (m l) 42,26a

V 2 (K uning Tablet) 41,02a V 3 (Tiron)

37,67b

6,86c

28,44c

7,05c

50,23a

40,56a

6,34a

9,27b 14,04a

35,48b

9,48b

51,25a

38,30a

5,01b

45,01a

14,83a

53,28a

40,95a

4,04c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada variabel yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak ganda Duncan 5%.

46

ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

varietas yang dicoba (Tabel 2). Volume umbi terbesar dicapai oleh varietas Bima Juna (V1) yaitu 6,34 ml, disusul varietas Kuning Tablet (V2) yaitu 5,01 ml dan terendah varietas Tiron (V3) yaitu 4,04 ml. Perbedaan ukuran volume umbi ini disebabkan oleh faktor genetik yang berbeda. Jadi jumlah umbi terendah adalah varietas Bima Juna (V1) tetapi ukuran umbinya terbesar, sehingga bobot basah umbi per rumpun dan bobot kering umbi per rumpun diantara ketiga varietas tersebut tidak berbeda. A. Pengaruh Macam Pupuk Kandang Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam (M 2) meningkatkan bobot basah umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun dan volume umbi (Tabel 3). Produksi umbi yang lebih tinggi ini disebabkan kandungan unsur hara N, P, K pada pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan pada pupuk kandang sapi. Hardjowigeno (1987) menyatakan bahwa kandungan unsur hara pada pupuk kandang ayam adalah yang paling tinggi daripada pupuk kandang yang lainnya. Hasil analisis pupuk kandang sapi dan ayam yang digunakan untuk penelitian ternyata kandungan P2O5 total, K2O total dan K2O tersedia pada pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan yang pada

pupuk kandang sapi. Hakim et al. (1986) menyatakan bahwa bahan organik tanah mempengaruhi ketersediaan fosfat melalui hasil dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Asamasam organik seperti asam malonat, asam oxalat dan asam tatrat akan menghasilkan anion organik. Anion organik dapat mengikat ion Al, Fe dan Ca dari dalam larutan tanah, kemudian membentuk senyawa komplek yang sukar larut. Jadi konsentrasi ion-ion Al, Fe dan Ca yang bebas dalam larutan akan berkurang dan diharapkan fosfat tersedia akan lebih banyak. Menurut Shanchez (1992), tanaman umbiumbian merupakan penyerap fosfor yang tinggi. Fosfor sangat penting untuk pembentukan dan perkembangan umbi. Hakim et al. (1986) menyatakan bahwa kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologi tanaman. Kalium berperan dalam proses metabolisme, absorbsi hara, transpirasi, translokasi karbohidrat, pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi (Salisbury dan Ross, 1995). Kalium mutlak diperlukan untuk perkembangan umbi (Buckman dan Brady, 1982).

Tabel 3. Pengaruh macam pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah V ariabel yang diam ati M acam Pupuk Tinggi Jum lah Jum lah Jum lah Bobot basah Bobot kering Volum e K andang (PK ) tanam an anakan per daun per um bi per um bi per um bi per um bi (cm ) rum pun rum pun rum pun rum pun (g) rum pun (g) (m l) M 1 (PK Sapi) 39,97a 10,14a 35,60a 10,37a 47,41b 37,02b 4,83b M 2 (PK ayam ) 40,66a 9,97a 37,02a 10,53a 55,76a 42,84a 5,43a

Keterangan :

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada variabel yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak ganda Duncan 5%.

47

ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

Tabel 4. Pengaruh dosis pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah Dosis Pupuk Anorganik P1 (400 kg/ha) P2 (300 kg/ha) P3 (200 kg/ha) P4 (100 kg/ha)

Tinggi 40,09a 39,50a 41,37a 40,30a

Variabel yang diamati Jumlah anakan Jumlah daun Jumlah umbi Bobot basah Bobot kering Volume 9,87a 36,53a 10,48a 50,91a 39,70b 5,12a 10,03a 36,12a 10,35a 49,56a 38,04b 5,19a 10,35a 37,42a 10,79a 55,80a 44,11a 5,31a 9,98a 35,16a 10,20a 50,07a 37,88b 4,91a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada variabel yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak ganda Duncan 5%.

B. Pengaruh Dosis Pupuk Anorganik Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh pada hampir semua variabel yang diamati, kecuali pada variabel bobot kering umbi per rumpun (Tabel 4). Dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap semua komponen pertumbuhan. Hal ini disebabkan perkembangan tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah daun sejak awal pertumbuhan lebih dipengaruhi oleh faktor genetik daripada faktor lingkungan termasuk pemupukan anorganik Dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap komponen produksi, kecuali pada bobot kering umbi per rumpun. Hal ini disebabkan oleh kandungan P2O5 tersedia yang tinggi pada tanah yang digunakan untuk penelitian, selain itu pH tanahnya 6,88. Salah satu faktor yang mempengaruhi tersedianya P untuk tanaman adalah pH tanah, P paling mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah sekitar netral (pH 6-7) (Hardjowigeno, 1987). Ketersediaan fosfor yang tinggi ini menyebabkan kebutuhan fosfor untuk pembentukan dan perkembangan umbi sudah tercukupi, akibatnya pengurangan dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap peningkatan jumlah umbi maupun bobot

48

basah umbi per rumpun. Dosis pupuk anorganik berpengaruh terhadap bobot kering umbi per rumpun. Bobot kering umbi per rumpun tertinggi dicapai pada pemupukan NPK (15:15:15) 200 kg/ha atau yang dikurangi 50% (P3) yaitu 44,11 g. C. Serapan N dan P Jaringan Tanaman Bawang Merah Pupuk kandang merupakan sumber N yang utama di dalam tanah. Buckman dan Brady (1982) menyatakan bahwa pupuk kandang terdiri dari bagian padat dan bagian cair dengan perbandingan 3 : 1. Total N pada kotoran padat 55%, sedang pada kotoran cair 45%. Pada pupuk kandang ayam kandungan N tiga kali lebih besar daripada pupuk kandang yang lain, karena bagian cair (urine) pada ayam tercampur dengan bagian padat (Hardjowigeno, 1987). Ketersediaan N yang lebih tinggi pada pupuk kandang ayam menyebabkan serapan N jaringan tanaman bawang merah pada perlakuan pupuk kandang ayam (M 2) lebih tinggi . Tabel 5 menunjukkan bahwa terjadi penurunan serapan N oleh jaringan tanaman bawang merah dengan penurunan dosis pupuk anorganik sampai 200 kg/ha, kemudian

ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

meningkat pada dosis 100 kg/ha. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pada kondisi optimum tumbuhan mempunyai bobot akar 20 – 50% dari bobot totalnya, tetapi dalam lingkungan rawan mineral nitrogen (N) tumbuhan mengadakan kompensasi dengan membentuk sistem akar yang sangat besar sampai 90% dari bobot totalnya. Goldsworthy dan Fisher (1996) menyatakan bahwa dalam ketersediaan hara terbatas tanaman akan memperbesar panjang akar-akarnya sehingga pengambilan hara dapat dilakukan ke daerah-daerah baru. Hal ini menyebabkan serapan N meningkat pada dosis 100 kg/ha (25%). Dalam semua pupuk kandang, 100% P terdapat dalam kotoran padat (Buckman dan Brady, 1982 ; Hardjowigeno, 1987). Kandungan P2O5 pada pupuk kandang ayam 0,8% kotoran, sedangkan pada pupuk kandang sapi hanya 0,2% kotoran

(Hakim et al., 1986). Taraf ketersediaan P2O5 pada pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan pada pupuk kandang sapi sehingga serapan P2O5 lebih tinggi. Tabel 5 menunjukkan bahwa pengurangan dosis pupuk anorganik menurunkan serapan P2O5. Hal ini disebabkan oleh pemberian pupuk anorganik pada takaran yang semakin tinggi menyebabkan P tersedia dalam larutan tanah semakin meningkat. Gardner et al. (1985) menyatakan bahwa serapan P meningkat dengan meningkatnya konsentrasi P yang lebih tinggi dalam medium. Efisiensi hara dinyatakan sebagai biomassa yang lebih banyak dibandingkan yang tidak efisien pada jumlah serapan yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara pupuk kandang dan

Tabel 5. Perbedaan nilai serapan N dan P jaringan tanaman bawang merah serta nilai efisiensi hara N dan P antar varietas, macam pupuk kandang dan dosis pupuk anorganik Perlakuan

Nilai Serapan N (mg N) P (mg P2O 5)

Varietas V1 (Bim a Juna) 30,770 7,450 V2 (Kuning Tablet) 26,334 6,670 V3 (Tiron) 21,395 5,181 M acam Pupuk K andang (PK) Dosis 20 ton per hektar M 1 (PK sapi) 24,349 6,051 M 2 (PK ayam ) 27,984 6,816 Dosis Pupuk Anorganik P1 (400 kg/ha) 28,176 6,878 P2 (300 Kg/ha 25,711 6,535 P3 (200 kg/ha) 24,593 6,254 P4 (100 kg/ha) 26,186 6,067

Nilai E fisiensi hara N

P

1,318.19 1,451.07 1,914.13

5,444.42 5,742.27 7,904.45

1,518.16 1,531.19

6,119.31 6,286.53

1,409.24 1,479.79 1,793.76 1,446.76

5,773.04 5,822.03 7,053.72 6,244.43

49

ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

pupuk anorganik NPK, meningkatkan hasil. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan bobot kering umbi per rumpun dan efisiensi pemupukan NPK. Efisiensi pemupukan dapat dicapai dengan pemakaian pupuk kandang 20 t/ha dan pengurangan dosis pupuk anorganik (NPK 15:15:15) hingga 50% (P3) (Tabel 5).

KESIMPULAN 1. Dari ketiga varietas yang dicoba terdapat perbedaan pada tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun dan volume umbi. Varietas Bima Juna (V1) menunjukkan tinggi tanaman dan volume umbi tertinggi, sedang varietas Tiron (V3) menunjukkan jumlah anakan per rumpun, jumlah daun per rumpun dan jumlah umbi per rumpun tertinggi. 2. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam meningkatkan bobot basah umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun dan volume umbi. 3. pupuk anorganik (NPK 15:15:15) meningkatkan bobot kering umbi per rumpun. Hasil tertinggi diperoleh pada dosis pupuk anorganik 200 kg/ha (P3) dengan pupuk kandang 20 t/ha. 4. Tidak terdapat interaksi antara varietas, macam pupuk kandang dan dosis pupuk anorganik pada semua variabel yang diamati. 5. Varietas Bima Juna (V1) mempunyai nilai serapan N dan P jaringan tanaman tertinggi. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam (M2) mempunyai nilai serapan N dan P yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi (M1). Dosis pupuk anorganik 400 kg/ha (P1)

50

mempunyai nilai serapan N dan P tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA Anwar, H., E. Iriani, D. Juanda J. S.Yulianto, A. Hadi P., Sunardi dan Nurhalim 2003. Pemurnian Benih Bawang Merah Varietas Bima dan Varietas Kuning. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran, Jawa Tengah. Badan Pusat Statistik. 2003. Harvest Area, Production and Yield of Shallots. (on-line) http://www. bps.go.id. diakses tanggal 24 Juli 2005. Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Penterjemah: Soegiman. PT. Bhratara Karya Aksara, Jakarta Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. 2003. Prospek Agribisnis Bawang Merah Kabupaten Bantul, Yogyakarta. (on-line); http:// Warintek.Bantul.go.id. Diakses 24 Juli 2005. Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penterjemah Susilo, H. UI Press, Jakarta. Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Penterjemah Tohari. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, Go Ban Hong dan H.H.

ISSN: 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin”, Vol.11 No. 1, April 2007

Bailey. 1986. Dasar-dasar Tanah. Unlam, Lampung.

Ilmu

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

pupuk organik penambat nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. J. Hort. 12(1): 17-27

Iriani, E., D. Juanda, S. Basuki, E. Supratman, A. Hermawan, M.D. Pertiwi, A. Sutanto, Sartono dan P. Hasapto. 2000. Uji Adaptasi Teknologi Sayuran. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran, Jawa Tengah.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB, Bandung.

Iriani, E., H. Anwar, E. Supratman, Yulianto, A. Hadi P., Sartono dan Nurhalim. 2003. Uji Multilokasi Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran, Jawa Tengah.

Sarjiyah, 2002. Tanggapan tiga varietas padi terhadap imbangan pemberian pupuk anorganik dan organik. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Inovasi Teknologi dalam Mendukung Agribisnis. 2 Nopember 2002, Yogyakarta,

Martani, E., T. Yuwono, I.D. Priyambodo, 2002. Alternatif bioteknologi untuk meningkatkan peranan mikrobia dalam pertanian masa depan. Makalah disampaikan pada Seminar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Menjawab Tantangan, Yogyakarta 4 Pebruari 2002. Reijtjes, C., B. Haverkort dan A. WaterBayer. 1999. Pertanian Masa Depan. Penterjemah Sukoco, Yayasan Kanisius, Yogyakarta. Rosliani, R. dan Y. Hilman. 2002. Pengaruh pupuk urea hayati dan

Sanchez, P.A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penterjemah: Jayadinata, J.T. ITB, Bandung.

Sharma, R.P., Datt N., Sharma P.K. 2003. Combined application of nitrogen, phosphorus, potassium and farmyard manure in onion (Allium cepa) under high hills, dry temperate condition of NorthWestern Himalayas. Indian of Agric. Sci. J. 73(4): 225-227. Subhan dan D. Fatchulloh. 2002. Pengaruh macam dan dosis pupuk organik terhadap hasil kentang dataran medium pada lahan sawah. J. Hort. 12(3): 141-147.

51