SANITASI LINGKUNGAN PADA PENDERITA DIARE ANAK BAWAH LIMA TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU DI KOTA MANADO Mersy Gabriela Rugian*, Oksfriani Jufri Sumampouw*, Harvani Boky* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Latar belakang:Penyakit diare merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi diberbagai negara terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Diare juga sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak yang ada di dunia.Data Puskemas Bahu menunjukkan penderita diare anak dari tahun 2013-2017 ada sebanyak 402 balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran sanitasi lingkungan pada penderita diare anak bawah lima tahun di wilayah kerja Puskesmas Bahu. Metode penelitian:Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini ada 7 orang dengan informan kuncinya yaitu tenaga sanitarian di puskesmas Bahu. Instrumen penelitian yang digunakan berupa pedoman wawancara, alat tulis-menulis, alat perekam suara dan kamera. Validitas data dilakukan menggunakan metode Triangulasi yaitu triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian: Di wilayah kerja Puskesmas Bahu sumber air minum masyarakat berasal dari air minum kemasan aqua dan melalui sarana air bersih seperti sumur/PAM. Air bersih yang digunakan minum terlebih dahulu dimasak sampai mendidih. Setiap rumah sudah memiliki jamban jenis leher angsa. Namun jamban yang digunakan jarang dibersihkan sehingga menyebabkan bau dan binatang masuk, adajuga yang sering kekurangan air di jamban tersebut. Kesimpula: Sanitasi lingkungan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bahu masih kurang baik, ada beberapa masyarakat yang tidak memperhatikan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang dapat berdampak buruk kepada anak-anak balita. Kata Kunci: Sanitasi Lingkungan, Balita, Diare ABSTRACT Background: Diarrheal disease is a global issue with the high degree of illness and death in many countries especially in developing country such as Indonesia. Diarrhea is also one of the main reason for the highest number of illness and dead of children in the world. Community Health Centre Bahu shows that there are 402 diarrhea patients of children from 2013-2017. The purpose of this research is knowing the example of environmental sanitation for diarrhea patients of toddlers in the working area of Community Health Centre Bahu. Research Method:This research is a qualitative research. There is seven informant in this research, and the main informant is a sanitarian in Community Health Centre Bahu. This research is using types of equipment like interview guidance, stationary, voice recorder dan camera. The validity of data is using triangulation method which is triangulation source and method. Result: In the working area of Community Health Centre Bahu, the source of people’s drinking water are from mineral water Aqua and through clean water such as the well water/PAM (Indonesian regional water utility company). The clean water that used to drink must be boiled first. Every house already has Orissa Pan toilet, but it’s rare to be cleaned so that it causes bad smell and an animal can be entered, the toilet is also lack of water. Conclution: Environment sanitation in working area of Community Health Centre Bahu is still not good, there are a few people who not paying attention to healthiness and cleanness of environment that cause a bad impact on toddlers. Keywords : Environment sanitation, Toddlers, Diarrhea
PENDAHULUAN Penyakit diare merupakan masalah global
minum
dengan derajat kesakitan dan kematian
kesehatan
yang tinggi di berbagai negara terutama di
mikrobiologi. Dalam laporan ini air
negara berkembang seperti Indonesia.
minum yang dikonsumsi dikategorikan
Diare juga sebagai salah satu penyebab
baik
utama tingginya angka kesakitan dan
kualitas fisik yaitu tidak keruh, tidak
kematian anak yang ada di dunia. Secara
berwarna, tidak berasa, tidak berbusa dan
umum, diperkirakan lebih dari 10 juta
tidak berbau. Pada umumnya air minum
anak
rumah
berusia
kurang
dari
5
tahun
harus
memenuhi
secara
apabila
tangga
fisik,
kimia,
memenuhi
di
persyaratan dan
persyaratan
Indonesia
(94,1%)
meninggal setiap tahunnya, sekitar 20%
termasuk dalam kategori baik (tidak
meninggal
karena
Di
keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak
Indonesia
berdasarkan
laporan
berbusa dan tidak berbau). Masih ada
Surveilan
Terpadu
(STP)
rumah tangga dengan kualitas air minum
Puskesmas dan Rumah Sakit (RS) secara
keruh (3,3%), berwarna (1,6%), berasa
keseluruhan angka insidens Diare selama
(2,6%), berbusa (0,5%), dan berbau
kurun waktu lima tahun dari tahun 2002
(1,4%). Menurut karakteristik, proporsi
sampai tahun 2006 cenderung berfluktuasi
rumah tangga dengan kualitas air minum
dari 6,7 per 1000 pada tahun 2002
kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna,
menjadi 9,6 per 1000 pada tahun 2006.
tidak berasa, tidak berbusa dan tidak
Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga
berbau) di perkotaan (96,0%) lebih tinggi
(SKRT)
dibandingkan
tahun
infeksi
diare.
data
Penyakit
2001
penyakit
diare
menduduki urutan ke dua dari penyakit infeksi dengan angka morbiditas sebesar
dengan
di
perdesaan
(92,0%). Puskesmas
Bahu
merupakan
4,0% dan mortalitas 3,8%. Dilaporkan
puskesmas yang ada di perkotaan yang
pula bahwa penyakit diare menempati
terletak di kelurahan Bahu kecamatan
urutan
Malalayang kota Manado. Wilayah kerja
tertinggi
penyebab
kematian
(9,4%) dari kematian bayi (Kemenkes RI,
puskesmas
2011).
kelurahan yaitu, kelurahan winangun I, Dalam
Kesehatan
Peraturan RI
(Permenkes
No.492/Menkes/Per/IV/2010
Bahu
terbagi
dalam
5
Menteri
winangun II, Kleak, Batukota dan Bahu.
RI)
Dari kelima kelurahan tersebut jumlah
tentang
Kualitas Air Minum disebutkan bahwa air
penduduk
paling
banyak
yaitu
di
kelurahan Bahu, yang berada ditengah-
tengah pertokoan, pasar, rumah makan,
secara content analysis. Validitas data
bahkan ada yang tinggal di pinggiran
penelitian
sungai dan pantai. Berdasarkan data dari
triangulasi yaitu triangulasi sumber dan
puskesmas Bahu, penyakit diare termasuk
metode pengambilan data.
menggunakan
metode
ke dalam 10 masalah kesehatan yang ada di puskesmas Bahu kota Manado dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
paling tinggi
Gambaran Sumber Air Minum
jumlah
kasusnya
pada
masyarakat yang tinggal di kelurahan
Berdasarkan hasil wawancara kepada
Bahu. Demikian juga dengan hasil laporan
semua informan didapatkan jawaban yang
tentang sanitasi lingkungan di kelurahan
sama dan berhubungan bahwa, sumber air
Bahu masih banyak tempat pemukiman
minum masyarakat yang ada di kelurahan
warga dan sanitasi lingkungan yang belum
Bahu
memenuhi syarat kesehatan.
kemasan/isi ulang. Namun demikian ada
menggunakan
air
minum
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
juga masyarakat yang mengambil air
menggambarkan sanitasi lingkungan pada
bersih yang berasal dari sumur/PAM yang
penderita diare anak bawah lima tahun di
dimasak untuk keperluan minum keluarga.
wilayah kerja Puskesmas Bahu kota Manado.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan suatu penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bahu Kota Manado pada BulanOktober-November
Gambar 1. Air Kemasan Aqua / Isi Ulang
2017. Informan dari penelitian ini yaitu
sebagai Sumber Air Minum
Tenaga
Sanitarian
(informan
kunci),
Kader Posyandu, Kepala Lingkungan dan 4 orang Ibu yang memiliki balita penderita diare dalam enam bulan terakhir. Indikator sanitasi lingkungan yang dilihat yaitu sumber air minum dan kualitas jamban. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
menyebabkan air terkontaminasi dengan sisa-sisa kotoran atau tercemar.
Gambar 2. Data Laporan Puskesmas Bahu Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas
Dari wawancara tersebut ada salah satu informan yaitu Ibu yang memiliki balita menyatakan
bahwa
khusus
untuk
membuat susu formula Ibu tersebut selalu menggunakan air bersih yang dimasak atau didihkan. Ada juga masyarakat yang
Gambar 3. Sumur Sarana Air Bersih dan
menampung air yang digunakan untuk
Sumber Air Minum
keperluan minum, sehingga harus sering
Hasil dokumen/laporan yang peneliti dapatkan dari tenaga sanitarian berbeda
mengurasnya. ditemukan
dengan hasil wawancara dari semua
peneliti dilapangan memang terlihat ada
informan. Berdasarkan data bahwa sumber
aqua
digunakan
air minum masyarakat berasal dari sumur
masyarakat untuk minum. Peneliti juga
(sumur gali terlindung, sumur pompa,
melihat secara langsung sumur yang ada
sumur
pada beberapa masyarakat dan terdapat 2
(PDAM), namun yang paling banyak
informan yang memiliki sumur tidak
menggunakan PDAM. Jumlah sarana
terawat atau tidak memenuhi syarat
sumur yang ada baik yang menggunakan
kesehatan dan untuk tempat mencuci
sumur gali terlindung, sumur gali pompa
pakaian atau mandi anak-anak langsung
dan sumur bor pompa, ditemukan ada
didekat sumur, itu dapat menyebabkan air
beberapa sumur yang tidak memenuhi
merembet
syarat dan paling banyak berada di
Hasil
observasi
galon/kemasan
ke
yang
yang
dalam
tanah
dan
bor
pompa)
dan
perpipaan
kelurahan Bahu. Tidak terdapat data
minum tetapi digunakan untuk mencuci
bahwa masyarakat mengunakan air yang
termasuk digunakan juga oleh balita. Jika
dibeli dalam kemasan ataupun air isi ulang
air sudah tercemar dan terminum oleh
di depot.
anak-anak
Hasil
penelitian
ini
diperkuat
dapat
menyebabkan
sakit
oleh
seperti diare. Kebiasaan mencuci tangan
penelitian dari Ottay et al (2015a),
pada anak-anak sebelum makan dan
menunjukkan bahwa salah satu masalah
minum / sesudah buang air besar (BAB)
kesehatan di wilayah pesisir kota Manado
dan
yaitu sumber air minum dan sanitasi
sebelum
lingkungan. Penelitian yang dilakukan
mengambil air yang berasal dari sumur
oleh Dini dkk (2013), ada hubungan yang
tersebut
signifikan antara sumber air minum
bakteri yang ada (Sumampouw, 2016).
kebiasaan
ibu
menyuapi
bisa
mencuci
tangan
balita,
ketika
terkontaminasi
dengan
dengan kejadian diare balita di wilayah kerja Puskesmas Kambang Kecamatan
GAMBARAN
Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan
JAMBAN
dengan p=0,026 (p< 0,05), jarak sumur
Penelitian yang dilakukan di kelurahan
dari sumber pencemaran seperti tempat
Bahu berdasarkan hasil wawancara dan
pembuangan air limbah RT, tempat
observasi didapatkan bahwa masyarakat
pembuangan sampah dan kandang ternak
yang tinggal di kelurahan Bahu sudah
yang kurang dari 10 meter bermungkinan
memiliki jamban, baik jamban milik
besar untuk terkontaminasi air kotor yang
pribadi maupun jamban milik umum yang
mengakibatkan sumber air tercemar dan
digunakan bersama. Penggunaan jamban
tidak
dapat
bukan hanya orang dewasa saja tetapi juga
mempengaruhi terhadap kualitas air secara
dipakai oleh anak-anak termasuk balita,
fisik maupun mikrobiologis.
dan untuk anak balita yang di bawah 2
hygiene
sehingga
Lingkungan sekitar sumur yang kotor,
KEPEMILIKAN
tahun masih menggunakan pampers.
sisa-sisa air bekas mencuci yang dibuang ditanah sekitar sumur dapat mencemari air sumur tersebut karena akan menyebabkan air masuk kedalam tanah dan merembes ke
dalam
pencemaran
sumur
sehingga
air. Meskipun air
terjadi yang
berasal dari sumur bukan digunakan untuk
Gambar 4. Jamban Jenis Leher Angsa
10 meter karena banyak juga rumahrumah yang berdekatan. Hasil
dokumen/laporan
data
dari
tenaga sanitarian memliki jawaban yang sama dari hasil wawancara kepada semua informan
bahwa
jenis
jamban
yang
digunakan oleh masyarakat menggunakan Gambar 5. Data Laporan Puskesmas Bahu
jamban jenis leher angsa, meskipun banyak masyarakat yang belum mengerti
Penduduk dengan Akses Terhadap
jenis yang seperti apa karena hanya
Fasilitas Sanitasi yang Layak
menjawab
(Jamban Sehat)
jamban
jongkok
ataupun
duduk. Ketika peneliti mengobservasi atau Menurut informan kunci masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai ternyata masih membuang tinja sembarangan di sungai, meskipun mereka sudah memiliki jamban yang baik. Hal ini selalu menjadi masalah yang belum teratasi di wilayah tersebut. Dampak sembarangan
dari
pembuangan
dapat
tinja
menyebabkan
terjadinya penyakit yang secara tidak langsung
telah
tercemar
dan
terkontaminasi dengan sesuatu yang dapat masuk kedalam mulut melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi, apalagi kepada balita jika Ibunya tidak menjaga dan memantau apa yang dimakan balita tersebut. Di kelurahan Bahu berdasarkan hasil wawancara jarak antara jamban dengan sumber air bersih rata-rata sudah 10
meter,
tapi
tidak
menutup
kemungkinan masih ada yang kurang dari
melihat langsung keadaan jamban ternyata benar sudah merupakan jenis leher angsa. Namun
demikian
informan
yang
ditemukan dilingkungan
ada
3
sekitar
jamban tersebut ternyata tidak memenuhi syarat kesehatan karena, kondisi jamban yang
kotor
dan
bau,
jarang
sekali
dibersihkan oleh pemilik/penggunanya. Akibatnya banyak vektor seperti tikus, lalat dan kecoa yang sering masuk di jamban.
Air
yang
digunakan
untuk
keperluan dijamban juga tidak terpenuhi semuanya sehingga menyebabkan jamban yang tidak bersih dan sehat untuk digunakan.
penyakit diare mencemari makanan atau minuman. Begitu juga dengan lubang yang
penampungan
kotoran
demgan
sumber air bersih yang di gunakan untuk keperluan sehari-hari. Pada penelitian Umiati (2010) Gambar 6. Kondisi Jamban yang Kurang Baik dan Kurangnya Air yang Tersedia di
Penelitian dari Sumampouw et al (2015) menunjukkan bahwa kejadian diare Balita berhubungan erat dengan sumber air minum dan kualitas jamban. Penelitian dari Ganiwijaya dkk (2016), Balita yang mengalami diare dan kondisi sarana tidak
memenuhi
syarat
terdapat 93,8%, sedangkan balita yang
yang artinya ada hubungan signifikan antara kondisi sarana jamban dengan
Penelitian yang di lakukan oleh Mafazah variabel
yang
berhubungan
dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Purwoharjo Kabupaten pembuangan
Pamalang tinja
sanitasi
di
wilayah
kerja
kabupaten
penelitian
menunjukkan
puskesmas
Boyolali,
hasil
bahwa
ada
hubungan antara sumber air minum (p=0,001), kepemilikan jamban (p=0,018), jenis lantai rumah (p=0,036) dengan kejadian diare pada balita dan tidak ada hubungan antara kualitas fisik air bersih (p=0,307) dengan kejadian diare pada balita. Pada penelitian Nugraheni (2012) tentang hubungan kondisi fasilitas sanitasi dasar
dan
personal
hygiene
dengan
kejadian diare di kecamatan Semarang Utara kota Semarang, hasil penelitian
kejadian diare pada balita.
(2013),
antara
Nogosari
mengalami diare namun memenuhi syarat kondisi sarana jambannya terdapat 30,8%
hubungan
lingkungan dengan kejadian diare pada balita
Jamban
jambannya
tentang
adalah
sarana
(p=0,002),
sarana
jamban yang tidak memenuhi syarat atau tinja yang tidak di tampung dan di olah secara tertutup akan menyebabkan vektor
menunjukkan
bahwa
variabel
yang
berhubungan dengan kejadian diare adalah sumber air minum (p=0,009), sarana pembuangan sampah (p=0,031), kebiasaan mencuci tangan setelah BAB (p=0,027), dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (p=0,027). Sedangkan variabel yang
tidak
ada
hubungan
adalah
keberadaan jamban (p=0,195), kebiasaan memasak
makanan
(p=0,225),
pengelolaan air minum (p=0,753) dan
yang meliputi sumber air dan jamban yang
pengelolaan air limbah (p=0,093).
sehat bagi masyarakat.
Jamban yang sehat dapat mencegah terjadinya perpindahan agen penyakit
DAFTAR PUSTAKA
yang
bisa
Departemen Kesehatan RI. 2005. Materi
dilakukan oleh vector penyakit seperti
Pelatihan Instruktur Perbaikan
tikus, lalat dan lainnya. Jamban yang sehat
dam Pengawasan Kualitas Air
dapat
dan
ada
pada
kotoran
menjaga
yang
lingkungan
sekitar
Lingkungan
Untuk
termasuk air tanah tidak terkontaminasi
Mendukung
dengan agen penyebab diare seperti
PendekatanPartisipatori.
Escherichia coli dan lainnya.
Jakarta Dini, F., Machmud, R., Rasyid, R. 2013.
KESIMPULAN
Hubungan Faktor Lingkungan
Sumber air minum yang dikonsumsi oleh
Dengan Kejadian Diare Balita
keluarga
Di Wilayah Kerja Puskesmas
yang
penderita
memiliki
diare
mengkonsumsi
sudah air
anak balita baik
minum
karena kemasan
Kambang
Kecamatan
Lengayang Kabupaten Pesisir
aqua/isi ulang, hanya sebagian masyarakat
Selatan
saja yang menggunakan air sumur untuk
Kesehatan Andalas. Vol.2 (4)
dimasak. Namun untuk kondisi Sumur
Tahun 2015
terdapat 2 informan yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Tahun
2013.Jurnal
Ganiwijaya, F., Rahardjo, M., Nurjazuli. 2016. Sebaran Kondisi Sanitasi
Kepemilikan jamban dari keluarga
Lingkungan Dengan Kejadian
yang memiliki anak balita penderita diare
Diare Pada Balita Menggunakan
sudah baik karena semua masyarakat
Sistem Informasi Geografis di
sudah memliki jamban. Namun terdapat 3
Kecamatan
Semarang
informan yang memiliki jamban yang
Selatan.Jurnal
Kesehatan
tidak memenuhi syarat kesehatan.
Masyarakat. Vol.4 (3) tahun
Berdasarkan hal ini maka perlu adanya
2016
kerjasama antara petugas kesehatan dan pemerintah
agar
dapat
melakukan
penyuluhan tentang sanitasi lingkungan
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, Jakarta.
Kesehatan
Indonesia
Tahun
2014, Jakarta. 2016.
Hubungan
Antara
Pengetahuan dan Sikap dengan Kondisi Sanitasi Lingkungan pada
and
Public
Health, 5(2), 29-37. Sumampouw, O. J., Andarini, S., &
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil
Ligawa.
Indonesia). Food
Masyarakat
Tanoyan
Utara
di
Desa
Kecamatan
Lolayan Kabupaten
Bolaang
Mongondow.Manado : Fakultas
Sriwahyuni,
E.
2015.
Environment Risk Factors of Diarrhea
Incidence
Manado
City. Public
in
the
Health
Research, 5(5), 139-143. Sumampouw O. J. 2016. Diare Balita: Suatu Tinjauan dari bidang Kesehatan
Masyarakat.CV.
Budi Utama. Yogyakarta Umiati. 2010. Hubungan Antara Sanitasi
Kesehatan Masyarakat
Lingkungan Dengan Kejadian
Mafazah L. 2013. Ketersediaan Sarana
Diare Pada Balita. Fakultas
Sanitasi
Dasar,
Hygiene
Ibu
dan
Diare.
Jurnal
Personal
Ilmu
Kejadian
Muhammadiyah Surakarta.
Kesehatan
Masyarakat. Vol.8 No.2, Tahun 2013. Hal 176-182 Nugraheni D. 2012. Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar Dan Personal
Hygiene
Dengan
Kejadian Diare Di Kecamatan Semarang
Utara
Semarang.Jurnal
Kota Kesehatan
Masyarakat. Vol.1 No.2, Tahun 2012. Hal 922 Ottay, R. I., Sumampouw, O. J., & Nelwan, J. E. 2015. Coastal Area Public Health Problem (A Case Study in the City of Manado
North
Sulawesi
Kesehatan
Universitas