SARANA AKTIVITAS GERAK UNTUK ANAK AUTISME

Download Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 1 ... intervensi yang dapat mengurangi resiko obesitas pada anak autisme adalah terapi ya...

0 downloads 365 Views 1MB Size
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain

SARANA AKTIVITAS GERAK UNTUK ANAK AUTISME MENGGUNAKAN STIMULI CAHAYA DENGAN WIRELESS REMOTE CONTROL Made Widyadhita Surya

DR. Achmad Syarief, MSD

Program Studi Sarjana Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: [email protected]

Kata Kunci : autis, cahaya, gerak, remote control, wireless Abstrak Autisme merupakan kondisi yang mengakibatkan penderitanya kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Kondisi ini dapat mempengaruhi kondisi tubuh penderita karena mereka cenderung untuk menarik diri dari kehidupan sosial dan memiliki resiko lebih besar menjadi kelebihan berat badan atau obesitas. Hal ini terjadi terutama pada kasus anak autisme. Untuk mengintervensi masalah kesehatan ini, banyak terapis yang memberikan pelatihan gerak tubuh sebagai cara untuk latihan. Namun, jarang sekali ditemukan adanya fasilitas yang memadai untuk memberikan latihan untuk anak-anak dengan kasus autisme. Berdasarkan kebutuhan ini, proyek ini mengembangkan sebuah fasilitas untuk aktivitas fisik sederhana yang menggabungkan dengan rangsangan cahaya yang interaktif. Diharapkan bahwa produk yang didesain dapat membantu terapis untuk memberikan latihan bagi anak-anak autisme dengan tujuan mengurangi resiko mereka memiliki kelebihan berat badan. Abstract Autism is a condition that makes the sufferer has difficulty to communicate and socialize. This conditions may affect sufferers’ body as they tend to retract from social life and have greater risks of being overweight or obese. This is especially the case of children with autism. To intervene this health issue, many therapist deliver training of body movement as way for exercise. Yet, there is rarely found any proper facilities to deliver the exercise for children with autism. Based on this need, the project developed a facility for simple physical activity that combines with interactivelight stimuli. It is expected that the designed product may assist therapists to deliver exercise for children with autism with the purpose of reducing the risk of them being overweight. Pendahuluan Autisme merupakan kondisi yang mengakibatkan penderitanya kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi secara normal. Autisme mengenai seseorang sejak lahir atau saat masih balita. Kondisi ini mengakibatkan anak menjadi terisolasi dari orang lain dan masuk ke dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif (Baron-Cohen, 1993). Kondisi autisme pada anak dapat mempengaruhi pola hidup yang kemudian berpengaruh pula pada kondisi tubuhnya. Anak autisme beresiko lebih besar memiliki kelebihan berat badan atau obesitas dibanding dengan anak normal. 16% anak dengan usia 2-19 tahun di Amerika memiliki resiko obesitas, sementara 19-36% anak autisme memiliki resiko obesitas (Artikel Autism Speaks, 2010). Dampak dari obesitas cukup mempengaruhi kondisi anak autisme, seperti peningkatan tingkat stres, resiko diabetes, resiko penyakit jantung dan juga depresi. Terapi merupakan intervensi yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan kondisi autisme pada anak. Terapi dilakukan di pusat terapi dan rumah sakit yang menangani anak berkebutuhan khusus. Salah satu bentuk intervensi yang dapat mengurangi resiko obesitas pada anak autisme adalah terapi yang melatih pergerakan tubuh anak. Olahraga merupakan bentuk dari terapi yang dilakukan untuk mengontrol berat badan seseorang. Kegiatan terapi dapat dilakukan dengan baik dengan adanya sarana terapi sebagai faktor pendukung. Sarana terapi membantu terapis mengajarkan kegiatan atau gerakan yang dibutuhkan saat terapi. Sarana terapi dapat melatih kemampuan anak autisme dari segi motorik halus dan kasar dengan dibantu terapis yang menginstruksikan cara menggunakannya untuk anak autisme. Penurunan aktivitas fisik adalah alasan utama dalam peningkatan kegemukan pada anak autisme, sedangkan pola diet dan penggunaan obat merupakan faktor tambahan penyebab kenaikan berat badan. Aktivitas fisik dapat menantang individu dengan autisme karena fungsi motorik terbatas, motivasi rendah, kesulitan perencanaan dan monitoring diri, dan kurangnya rangsangan pendengaran dan penglihatan yang dimiliki oleh penderita. Intervensi autisme dengan aktivitas fisik seperti olahraga dapat membantu mengatasi banyak tantangan dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 1

Sarana Aktivitas Gerak untuk Anak Autisme Menggunakan Stimuli Cahaya dengan Wireless Remote Control

Proses Studi Kreatif Agar dapat mendesain sarana aktivitas gerak sebagai penunjang terapi bagi anak autisme, ada beberapa aspek yang harus dikaji seperti identifikasi gerakan olahraga, identifikasi konsep pembelajaran terapi bagi anak autisme dan juga hubungannya antara gerakan olahraga dengan konsep pembelajaran terapi bagi anak autisme Terdapat beberapa jenis olahraga yang dapat dilakukan oleh anak autis. Meskipun tidak melakukan olahraga secara tepat, namun dari olahraga-olahraga tersebut terdapat gerakan-gerakan yang dapat diambil sehingga anak autisme dapat instruksikan oleh terapis dengan baik dengan satu gerakan yang diambil dari olahraga tersebut. Pada Gambar 1 diperlihatkan beberapa jenis olahraga dan juga pemilihan gerakan-gerakan yang mudah untuk diinstruksikan. Olahraga tersebut dapat diuraikan. terapi-terapi yang dilakukan oleh anak autisme juga ditujukan untuk melatih kemampuan motorik anak dan kemampuan kognitif anak. Dari tiap terapinya, kemampuan yang dilatih untuk anak juga berbeda. Analisis dari kemampuan yang dilatih pada terapi di jelaskan pada gambar 1. Kemampuan yang dilatih dan tujuan terapi menjadi salah satu poin yang jadi pemikiran dalam memutuskan konsep produk. dengan sistem yang interaktif dapat melatih kemampuan kognitif anak. Dari analisis gerakan-gerakan olahraga yang telah ditunjukan oleh gambar 1 dan analisis dari kemampuan yang dilatih pada terapi yang ditunjukan oleh gambar 1 maka dapat disimpulkan adanya keterkaitan antara kemampuan kognitif dan kemampuan gerak kaki yang ditunjukan pada tabel 1. Tabel memperlihatkan tingkat kesulitan dalam berolahraga dan korelasinya dengan terapi yang dapat diambil dari gerakan-gerakan yang ada pada olahraga tersebut.

Gambar 1. Analisis Gerakan Olahraga dan Konsep Pembelajaran Terapi Anak Autisme (sumber : penulis) 2 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1

Made Widyadhita Surya Tabel 1. Analisis Gerakan Olahraga dan Pembelajaran dalam Terapi (sumber : penulis)

Kesimpulan dari analisis yang didapat menghasilkan hal-hal yang menjadi batasan dalam perancangan sarana olahraga untuk anak autisme. Batasan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.  Pengembangan produk ditujukan bagi anak autisme dengan rentang umur 6 hingga 12 tahun  Produk bersifat personal dan harus didampingi terapis dalam penggunaannya  Merupakan sarana olahraga yang menunjang anak autisme dalam bergerak teratur terutama pada pergerakan kaki anak  Merupakan produk yang memiliki sistem interaktif yang bagi anak autisme  Memudahkan terapis dalam menginstruksikan anak autisme  Diletakkan di dalam ruangan  Dapat menunjang program terapi yang lain Hasil Studi dan Pembahasan Berdasarkan konsep desain, desain diutamakan pada gerakan-gerakan yang menggunakan kaki sebagai gerakan utama dalam berolahraga. Produk dengan gerakan kaki sebagai gerakan utama dikarenakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengurangi resiko obesitas pada anak autis. Gerakan kaki dipilih sebagai alternatif terapi disebabkan oleh gerkan kaki memiliki tingkat kesulitan yang sedang dan dapat membakar kalori cukup banyak. Kemudahan dari gerakan kaki tersebut membuat penderita autisme masih dapat diinstruksikan untuk melakukan terapi jenis ini.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3

Sarana Aktivitas Gerak untuk Anak Autisme Menggunakan Stimuli Cahaya dengan Wireless Remote Control

Gambar 2. Sketsa alternatif 1 (sumber : penulis)

Gambar 3. Sketsa Alternatif 2 (sumber : penulis)

Gambar 4. Sketsa Alternatif 3. (sumber : penulis)

Mengambil dari dasar permainan dance dance revolution yang mengharuskan pemain menginjak lantai saat perintah arah diberikan pada monitor bermain. Sistem permainan ini diaplikasikan untuk anak autisme dengan metode berbeda. Sistem dikembangkan dengan membalik cara permainan dance dance revolution pada umumnya yaitu lantai mengeluarkan cahaya apabila diinjak. Cahaya dapat menjadi sesuatu yang menarik bagi anak autisme sehingga sistem dibalik dengan lampu pada lantai menyala terlebih dahulu baru diinjak. Desain sarana olahraga dikembangkan dari arah gerakan yang dapat dilakukan oleh anak yaitu gerakan statis yang ditunjukan pada sketsa alternatif satu (gambar 2), gerakan lurus yang ditunjukan pada sketsa alternatif dua (gambar 3), dan gerakan berputar yang ditunjukan pada sketsa alternatif empat (gambar 4). Desain dengan gerakan melingkar dikembangkan lebih lanjut dalam hal penempatan penerima sinyal wireless remote control, desain pijakan, penempatan pencahayaan dan juga penggunaan dari sisi terapis. Terdapat dua alternatif dalam penempatan pencahayaan yaitu hanya pada sisi atas anak tangga dan sisi atas dan sisi samping anak tangga yang mendapat cahaya. Melalui konsultasi dan pertimbangan bersama dokter dan terapis, diputuskan bahwa hanya satu sisi saja yang mendapat cahaya karena dapat mendistraksi anak apabila banyak cahaya yang menyala pada sisi-sisi anak tangga yang lain. Pengembangan sketsa alternatif empat dilanjutkan dengan pembuatan studi model berskala. Studi model dilakukan dengan model berskala 1:5 (gambar 5) dengan material karton 3 mili, agar menyerupai dengan material sebenarnya yaitu multiplek. Studi model 1:5 ini dilakukan untuk mempermudah studi antopometri, studi material dan studi struktur.

Gambar 5. Studi Model 1:5 (sumber : penulis)

4 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1

Made Widyadhita Surya Tabel 2. Antopometri Anak Autisme di Rumah Terapi Indigrow (sumber : penulis)

R1

R2

R3

Umur (tahun)

6

7

7

Tinggi Badan

117

120

127

36

46

40

56

64

60

36

38

30

(cm) Panjang Tangan (cm) Panjang Kaki (cm) Lebar Bahu (cm)

Ukuran dari produk akhir berdasarkan data antopometri anak autis berusia enam sampai delapan tahun pada tabel 2. Selain data dari tabel, data diperoleh dari buku Human Dimension and Interior Space. Dari buku didapat ukuran tinggi rata-rata anak berumur enam adalah 118 cm dan tinggi rata-rata anak berumur 10 tahun 140 cm. Untuk studi material, produk akhir dibuat dengan mengunakan material besi pada rangka dan multipleks dan akrilik pada pijakan. Rangka besi dipilih karena produk akhir membutuhkan kekuatan untuk menopang badan anak pada saat terapi. Bagian casing dibuat dengan material multipleks agar dapat dilapis dengan busa dan dapat dijahit menggunakan kain oscar. Akrilik digunakan pada pijakan agar tembus cahaya (gambar 6). Ketebalan akrilik yang dipakai adalah 9 mili, dikarenakan harus kuat untuk dipijak dan diberi rangka besi yang dapat menahan akrilik agar tetap berada ditempat pijakan pada multiplek. Pada bagian luar dari multiplek menggunakan bahan busa rebond (gambar 7) agar tangga dan pegangan tidak keras bagi anak. Busa rebond ini menjadi salah satu standar yang digunakan pada produk-produk yang ada untuk anak berkebutuhan khusus di rumah terapi maupun rumah sakit. Busa rebond yang digunakan memiliki ketebalan dua belas mili sehingga terasa empuk ketika digunakan. Sementara pada bagian terluar setelah busa rebond menggunakan kain Oscar (gambar 8) atau disebut kulit sintesis yang biasa digunakan untuk jok motor atau pada kursi. Kain Oscar yang digunakan berwarna sesuai dengan warna yang digunakan pada lampu.

Gambar 6. Studi Akrilik (sumber : penulis)

Gambar 7. Busa Rebond Gambar 8. Kain Oscar (sumber : www.indobusa.com, 4 Januari 2013) (sumber : www.ceriwis.com, 4 Januari 2013)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5

Sarana Aktivitas Gerak untuk Anak Autisme Menggunakan Stimuli Cahaya dengan Wireless Remote Control

Gambar 9. Studi Sistem Wireless Remote Control (sumber : penulis)

Wireless remote control menggunakan bentuk dasar joystick sebagai acuan. Bentuk dasar joystick diambil karena bentuk ini paling ideal untuk bentuk PCB yang berbentuk simetris, sehingga memungkinkan untuk dipegang dengan dua tangan. Kemampuan pilihan handling dengan dua tangan kiri atau kanan tangan dibutuhkan agar terapis dapat menggunakan sisi tangan lain untuk memegangi anak pada saat terapi. Receiver diletakkan pada bagian dasar produk dan disambungkan dengan kedelapan cabang lampu LED (gambar 9). LED disambungkan kepada mesin yang mengatur program pada joystick sehingga menyala ketika tombol ditekan. Sistem wireless ini bisa menerima perintah dari joystick hingga sekitar sepuluh meter. Rangka besi dibuat sebagai struktur utama produk agar dapat menopang casing (gambar 10) dan kuat menahan bobot tubuh anak pada sat pengopersasian. Struktur rangka terdiri atas rangka utama dan rangka alas. Rangka utama (gambar 11) berfungsi sebagai struktur utama penopang produk dan rangka alas berfungsi sebagai pembentuk agar melingkar. Rangka utama dan rangka alas disatukan dengan sekrup pada kupingan.

Gambar 10. Struktur Rangka Alas (sumber : penulis)

6 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1

Gambar 11. Struktur Rangka Utama (sumber : penulis)

Made Widyadhita Surya

Gambar 12. Gambar Render 3d Produk Akhir (sumber : penulis)

Gambar 13. Peragaan Penggunaan Produk (sumber : penulis)

Gambar 14. Peragaan Skenario Produk (sumber : penulis)

Berdasarkan proses desain yang telah dilakukan, yaitu pertimbangan bentuk, warna, material, sistem, struktur dan ukuran berdasarkan antopometri, akhirnya desain sarana aktivitas gerak interaktif ini tercapai (gambar 12). Sarana aktivitas gerak ini menggunakan wireless remote control sebagai kontrol utama dari produk ini. Dengan menggunakan remote, terapis mengendalikan lampu yang dinyalakan untuk membantu terapis dalam menginstruksikan anak untuk menginjak warna tertentu pada produk.warna cahaya tidak dapat menyala lebih dari satu agar anak autis (gambar 13) tidak terdistraksi dengan adanya dua cahaya dalam memainkan produk.terdapat tombol otomatis yang dapat membuat lampu menyala dalam waktu enam detik lalu berganti dengan lampu yang lain dengan arah berlawanan jarum jam dan juga searah dengan jarum jam. Pada aktivitasnya anak akan memegang pegangan pada rangka dan tangan lainnya dipegang terapis agar tidak keluar dari area produk atau tidak terjatuh saat menggunakan produk (gambar 14). Penutup Produk-produk terapi anak autisme yang digunakan untuk rumah terapi dan rumah sakit yang menerima terapi bagi anak autis masih belum berkembang dan bersifat konvensional. Produk yang ada hanya terbatas pada permainan dan melatih kemampuan dasar anak. Permasalahan ini terkait dengan kurangnya produk-produk yang mendukung aktivitas gerak bagi anak autisme. Aktivitas gerak merupakan hal yang cukup rumit untuk diajarkan kepada anak autism karena respon anak autism terhadap instruksi seringkali terlambat ataupun susah. Keadaan tersebut mengakibatkan anak kurang mendapat olahraga ataupun aktivitas fisik yang cukup bagi tubuhnya sendiri. Postur dan kesehatan anak autis dapat berpengaruh besar akibat kurang bergerak terutama pada anak-anak dalam masa pertumbuhan. Sarana aktivitas gerak bagi anak autism menggunakan sistem cahaya dengan wireless remote control di desain untuk mendukung aktivitas gerak dengan sistem interaktif yang memudahkan terapis dalam menginstruksikan anak autism dalam menggunakan produk, sehingga diharap dengan produk ini dapat mengurangi resiko obesitas pada anak autisme

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 7

Sarana Aktivitas Gerak untuk Anak Autisme Menggunakan Stimuli Cahaya dengan Wireless Remote Control

Pembimbing Artikel ini merupakan laporan perancangan Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Produk FSRD ITB. Pengerjaan tugas akhir ini disupervisi oleh Dr. Achmad Syarief, MSD. Ucapan terima kasih diberikan kepada Dr. Purboyo Solek Sp.A(k) dan Dr. Kristiantini Dewi Sp. A serta para terapis Rumah Sakit Santosa dan Rumah Terapi Indigrow yang telah memberikan banyak saran dan konsultasi dalam pengerjaan tugas akhir ini. Daftar Pustaka Anderson RJ, Bendell DJ, Garnett I, Groundwater PW, Lough WJ, Mills MJ, Savery D, Shattock P. (2002) Identification of indolyl-3-acryloylglycine in the urine of people with autism. Journal of Pharmacy and Pharmacology. 54: 295-298. Baron, Simon and Cohen. Theory of mind and autism: a review. Special Issue of the International Review of Mental Retardation. (2001). 23. 169. Budiman, Melly. 1998. Makalah Simposium. Pentingnya Diagnosis Dini dan Penatalaksanaan Terpadu Pada Autisme. Surabaya. Dawson, Geraldine. Sports, Exercise, and the Benefits of Physical Activity for Individual with Autism. 2010. www.autismspeaks.org. Morris, T, Summers, J. 1996. Sport Psychology: Theory, Applications and Issues. Singapore. Revision, J. 1996. Remote Control Manual. LeCroy Digital Oscilloscopes. Germany Rommelse, NN and Buitelaar, JK. Executive Functioning in Attention-deficit-Hyperactivity Disorder- Crucial or Trivial. Touch Briefings. (2008). 17-20. Rudy, Lisa Jo. Best Sports For Kids with Autism. 19 Mei 2009. www.autism.about.org Taylor & Francis Group. 2008. Ergonomics for Children: Designing Products & Places for Toddlers to Teens. USA. Weinberg, R S, Gould, D. 2003. Foundation of Sport & Exercise Psychology. USA.

8 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1