SEDEKAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

Download SEDEKAH DALAM PERSPEKTIF HADIS. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh. Gelar Sarjana Theology Islam (S.Th.I.) Oleh. Beni...

2 downloads 798 Views 3MB Size
SEDEKAH DALAM PERSPEKTIF HADIS

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theology Islam (S.Th.I.)

Oleh Beni NIM: 107034001661

PROGRAM STUDI TAFSIR–HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H./2014 M.

KATA PENGANTAR ‫ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ‬ Assalâmu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sedekah dalam Perspektif Hadis”. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, karena jasa-jasanya semua umat Islam bisa dengan mudah memahami agama Allah. Penelitian ini merupakan hasil dari pengamatan dan keingintahuan penulis terhadap beberapa hal yang kelihatannya kecil, akan tetapi sebenarnya pengaruh dan manfaatnya luar biasa dalam bidang hadis. Walaupun sebagian sudah ada yang membahasnya, tetapi menurut penulis masih banyak lagi hal-hal yang dapat dikaji. Dan penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini telah melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan syukur dan hormat, khususnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin yang baru, mudah-mudahan dapat membawa Fakultas Ushuluddin menjadi Fakultas yang terbaik. 2. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A., selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis, Bapak Jauhar Azizy, M.A., selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis sekaligus dosen Penasihat Akademik.

i

3. Bapak Dr. Masykur Hakim, M.A., selaku Dosen Pembimbing dalam skripsi ini, penulis mengucapkan ribuan terima kasih karena telah meluangkan waktu, mengarahkan, dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap dosen pada program studi Tafsir Hadis, penulis mengucapkan terima kasih karena telah sabar dan ikhlas mendidik serta banyak memberikan berbagai macam ilmu kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis dapatkan bermanfaat dan menjadi amal jariah. 5. Kepada orang tua penulis, H. Ara Gunaedi dan Hj. Karyati yang telah mendorong dan mengingatkan terus menerus untuk menyelesaikan skripsi serta telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Kepada kakak Rika Supartika, S.Hum. dan adikku Deden Ramadhan Amiluddin yang terus menerus memberi dukungan. 6. Kepada istriku Susi Ernawati yang telah sabar, mendukung, memotivasi, dan mendoakan terus dalam proses penyelesaian skripsi penulis. 7. Kepada Ananda ‘Abdullah Mirjan Ukail Gunaedi yang baru lahir, mudahmudahan menjadi anak yang shalih. 8. Kawan-kawanku di kosan Semanggi 2, Ari, Arya, Syakhiru, dan Abdullah Nuri terima kasih atas kesediannya menampung penulis selama proses penyelesaian skripsi. 9. Seluruh teman-teman Jurusan Tafsir Hadis A (MASTHA) dan kelas B angkatan 2007 yang telah berjuang bersama-sama dan membantu penulis dalam mengerjakan skripsi.

ii

10. Dan semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa keilmuan dan wawasan penulis masih sedikit, sehingga tulisan ini pastilah ada kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan yang ada untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya, penulis berharap tulisan ini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi kepada para pembaca, sehingga dapat terdorong untuk senantiasa mengamalkan sunnah Nabi Saw. Wallâhu a’lâm bi al-sawâb. Wassalâmu’alaikum Wr. Wb. Ciputat, 10 September 2014

Beni

iii

PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada buku “pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh Tim CeQDA (Center for Quality Development dan Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Konsonan

Huruf Arab

Huruf

Nama

Latin

‫ا‬

tidak dilambangkan

‫ب‬

b

be

‫ت‬

t

te

‫ث‬

ts

te dan es

‫ج‬

j

je

‫ح‬

h

h dengan garis bawah

‫خ‬

kh

ka dan ha

‫د‬

d

de

‫ذ‬

dz

de dan zet

‫ر‬

r

er

‫ز‬

z

zet

‫س‬

s

es

‫ش‬

sy

es dan ye

‫ص‬

s

es dengan garis di bawah

‫ض‬

d

de dengan garis di bawah

‫ط‬

t

te dengan garis di bawah

‫ظ‬

z

zet dengan garis di bawah

‫ع‬



koma terbalik di atas hadap kanan

‫غ‬

gh

ge dan ha

vi

‫ف‬

f

ef

‫ق‬

q

ki

‫ك‬

k

ka

‫ل‬

l

el

‫م‬

m

em

‫ن‬

n

en

‫و‬

w

we

‫ھـ‬

h

ha

‫ء‬



apostrof

‫ي‬

y

ye

Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

__َ_

a

fathah

____ ِ _ُ__

i

kasrah

u

dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut: Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

‫_َ_ي‬

ai

a dan i

‫_َ_و‬

au

a dan u

vii

Vokal Panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

‫َا‬

â

a dengan topi di atas

î

i dengan topi di atas

û

u dengan topi di atas

‫ﻲ‬ ِ ‫ُو‬

Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu alif dan lam, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân. Syaddah (Tasydîd) Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ( ‫) ﹽ‬, dalam alih akasara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secara lisan berbunyi ‫اﻟﻀﺮورة‬, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

viii

Ta Marbûtah Berkaitan dengan alih akasara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/, (lihat contoh 3). Kata Arab

Alih Aksara

‫ﻃﺮﻳﻘﺔ‬

tarîqah

‫ﺍﳉﺎﻣﻌﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ‬

al-jâmi’ah al-Islâmiyyah

‫ﻭﺣﺪﺓ ﺍﻟﻮﺟﻮﺩ‬

wahdat al-wujûd

Huruf Kapital Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lainlain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hamid al-Ghazâli bukan Abû Hamid AlGhazâli, al-Kindi bukan Al-Kindi.

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................

i

DAFTAR ISI ......................................................................................................

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................................

vi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................

1

B. Identifikasi Masalah......................................................................

6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................

7

D. Metodologi Penelitian......................................................................

9

E. Kajian Pustaka ..............................................................................

10

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................

11

G. Sistematika Penulisan ...................................................................

12

SEKILAS TENTANG SEDEKAH A. Pengertian Sedekah .......................................................................

14

B. Sejarah dan Dasar Hukum Sedekah...............................................

16

C. Bentuk-bentuk Sedekah ................................................................

23

D. Penerima Sedekah.........................................................................

24

E. Waktu Sedekah .............................................................................

27

F. Keutamaan Sedekah ......................................................................

28

G. Adab-adab Sedekah ......................................................................

30

H. Hal-hal yang Membatalkan Sedekah .............................................

38

BAB III KAJIAN HADIS-HADIS SEDEKAH A. Teks Hadis Tentang Kewajiban dan Bentuk-bentuk Sedekah ........

40

1. Takhrij Hadis ...........................................................................

40

2. Identifikasi Sanad Hadis ...........................................................

42

3. Telaah Matan Hadis .................................................................

55

B. Teks Hadis Tentang Penerima Sedekah.........................................

60

1. Takhrij Hadis ...........................................................................

60

iv

2. Identifikasi Sanad Hadis ...........................................................

62

3. Telaah Matan Hadis .................................................................

71

C. Teks Hadis Tentang Keutamaan Sedekah......................................

74

1. Takhrij Hadis ...........................................................................

74

2. Identifikasi Sanad Hadis ...........................................................

76

3. Telaah Matan Hadis .................................................................

85

D. Teks Hadis Tentang Sedekah dari Penghasilan yang baik..............

88

1. Takhrij Hadis ...........................................................................

88

2. Identifikasi Sanad Hadis ...........................................................

90

3. Telaah Matan Hadis .................................................................

98

E. Teks Hadis TentangWaktu Disunnahkan Sedekah .........................

100

1. Takhrij Hadis ...........................................................................

101

2. Identifikasi Sanad Hadis ...........................................................

103

3. Telaah Matan Hadis .................................................................

112

F. Teks Hadis Tentang Sedekah Bersembunyi ...................................

114

1. Takhrij Hadis ...........................................................................

114

2. Identifikasi Sanad Hadis ...........................................................

116

3. Telaah Matan Hadis .................................................................

125

G. Pandangan Ulama Tentang Sedekah .............................................

128

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................

131

B. Saran–saran ..................................................................................

132

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

133

LAMPIRAN-LAMPIRAN.……………………………………………………... 138

v

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Islam melalui al-Qur’an dan al-Sunnah telah memberikan solusi untuk

mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam, baik yang berkenaan dengan rezeki, kemiskinan, lingkungan, dan lain sebagainya. Tetapi sebagian umat Islam lupa akan hal itu. Padahal salah satu solusinya adalah bahwa Islam telah mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa bersedekah. Bersedekah tidak terbatas dengan harta atau materi saja, dengan menggunakan fisik juga bisa. Salah satunya yaitu dengan melakukan perbuatan baik kepada seseorang, itu sudah termasuk ke dalam kategori bersedekah. Diantara dalil-dalil al-Qur’an dan al-Sunnah yang membahas tentang sedekah adalah sebagai berikut: Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa sedekah merupakan salah satu cara untuk menambah harta dengan tambahan yang berlipat, sebagaimana Allah SWT menjelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 261 berikut:               

           

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

1

2

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang yang menyisihkan kekayaannya untuk disedekahkan bukan berarti mengurangi kekayaan tersebut sehingga menjadi jatuh miskin, akan tetapi hakikatnya justru menambah hartanya dengan tambahan yang berlipat, karena sebenarnya Allah SWT telah menjamin rezeki makhluk-Nya. Selain itu, sedekah bukan hanya pemberian saja tetapi merupakan karunia dan amanah juga. Sehingga seseorang yang membutuhkan perlu membuka diri untuk menerima karunia Allah SWT melalui jalur sedekah. Karena sesungguhnya, sebagian harta yang dimiliki seseorang itu adalah titipan yang harus diberikan kepada orang yang membutuhkan. Sedangkan dalil-dalil tentang bersedekah dalam hadis Nabi Saw adalah sebagai berikut: Sedekah materi adalah salah satu cara untuk menarik harta yang lebih banyak. Kata ini tidak asing lagi di telinga umat Islam, karena kebanyakan umat Islam sudah mengetahuinya. Bahkan sudah banyak dikaji, diketahui, dan diamalkan. Padahal, sebenarnya sedekah tidak terbatas dengan harta atau materi, sedekah berupa non materi juga banyak macamnya dan juga mempunyai manfaat.

‫ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ‬: ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺴﻠﻢ ﺑﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺟﺪﻩ‬ ‫ ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ ﻳﺎ ﻧﱯ ﺍﷲ ﻓﻤﻦ ﱂ ﳚﺪ ؟ ﻗﺎﻝ )ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻴﻨﻔﻊ ﻧﻔﺴﻪ‬.( ‫ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ )ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ‬ ‫ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻓﺈﻥ ﱂ ﳚﺪ؟ ﻗﺎﻝ )ﻓﻠﻴﻌﻤﻞ ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬.(‫ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻓﺈﻥ ﱂ ﳚﺪ؟ ﻗﺎﻝ )ﻳﻌﲔ ﺫﺍ ﺍﳊﺎﺟﺔ ﺍﳌﻠﻬﻮﻑ‬.(‫ﻭﻳﺘﺼﺪﻕ‬ 1

.(‫ﺎ ﻟﻪ ﺻﺪﻗﺔ‬‫ﻭﻟﻴﻤﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﻓﺈ‬

“Nabi Saw. bersabda, ‘Setiap Muslim wajib bersedekah.’ Para Sahabat bertanya, ‘Jika dia tidak memiliki sesuatu untuk disedekahkan?’ Beliau bersabda, ‘Hendaklah dia bekerja dengan tangannya sehingga berguna bagi dirinya, maka 1

Abî ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ’il al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî (Beirut: Dâr ibn Katsîr, 2002), h. 351. .

3

dia telah bersedekah.’ Mereka bertanya, ‘Jika dia tidak mampu?’ Beliau bersabda, ‘Dia memerintahkan kebaikan.’ Para sahabat bertanya, ‘Jika dia tidak mampu?’ Beliau bersabda, ‘Hendaklah dia menolong orang yang sangat membutuhkan.’ Para sahabat bertanya, ‘Jika dia tidak mampu?’ Nabi Saw bersabda, ‘Hendaklah dia menganjurkan kebaikan.’ Seorang sahabat bertanya, ‘Jika dia tidak mampu?’ Beliau bersabda, ‘Dia menahan diri dari kejahatan, maka itu sedekah untuknya.” (HR al-Bukhari)

Hadis di atas menjelaskan agar setiap muslim bersedekah setiap hari dan menyatakan bahwa sedekah itu bukan hanya berbentuk materi saja, tetapi memberi bantuan juga dipandang sedekah, bahkan menahan diri dari mengganggu manusia pun dipandang sedekah. 2 Dalam kitab Fathul Bâri, imam Ibnu Hajar (w. 852 H) menjelaskan bahwa keharusan atau kewajiban pada hadis tersebut bermakna sangat dianjurkan atau lebih luas dari itu. Juga mengandung kalimat yang mengindikasikan pada pekerjaan yang wajib dan disukai.3 Hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari di atas adalah termasuk hadis sahih yang menggambarkan bahwa dalam agama Islam banyak cara untuk bersedekah. Selain itu, Allah SWT juga telah memerintahkan kepada setiap manusia untuk beribadah kepada-Nya. Salah satu perintah-Nya adalah dengan melakukan sedekah untuk mensyukuri sebagian atas nikmat dan karunia yang telah Allah SWT berikan. Jadi, sedekah merupakan salah satu solusi terindah yang ditawarkan oleh Islam untuk mensejahterakan umat Islam, yakni bisa memberikan solusi terhadap masalah kemiskinan, musibah, dan menjauhkan murka Allah SWT. Karena 2 Teungku Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Mutiara Hadis 4 (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2003), h. 113. 3 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari, Jilid 8. Penerjemah Amiruddin (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 143.

4

bersedekah bisa membantu yang fakir, miskin, dan siapapun yang membutuhkan sehingga kebutuhannya terpenuhi dan taraf hidupnya menjadi lebih baik.4 Hadis yang menjelaskan tentang seputar sedekah pun tidak sedikit jumlahnya dan tidak terdapat hanya dalam satu kitab, tetapi terdiri dari berbagai macam kitab. Disamping itu, buku-buku yang membahas dan menguraikan hadishadis tentang sedekah juga sudah banyak. Tetapi, kebanyakan pembahasannya lebih banyak yang berkenaan dengan sedekah materi dan juga tidak ada penjelasan tentang kualiatas hadis-hadisnya. Padahal, sedekah non materi juga mempunyai keutamaan dan pengaruh yang luar biasa serta bisa memperbaiki kehidupan umat Islam. Dalam masyarakat, orang-orang yang memahami dan mengkaji hadis-hadis Nabi sangat sedikit, karena ilmu hadis termasuk pengetahuan yang sangat sulit,5 padahal hadis-hadis Nabi Muhammad Saw adalah sumber kedua dalam Islam yang mempunyai fungsi sebagai sumber sejarah dakwah Rasulullah di masa hidupnya. Selain itu juga berfungsi sebagai penjelas bagi al-Qur’an, menjelaskan yang global, mengkhususkan yang umum, dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, yang ditafsirkan untuk manusia,6 serta ajaran Islam yang menjabarkan tentang kehidupan sehari-hari.7 Sebagaimana Allah SWT menjelaskan dalam surat alHasyr ayat 7 berikut:  ...       ... 4

Reza Pahlevi Dalimunthe, 100 Kesalahan Dalam Sedekah (Jakarta: QultumMedia, 2010),

h. 25. 5

M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, t.t.), h. xi. Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 1. 7 Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadits Nabi Saw. Penerjemah Muhammad alBaqir. (Bandung: Penerbit Karisma, 1995), h. 17. 6

5

“…Apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu, maka hendaklah kamu menerimanya; dan apa yang dilarangnya bagimu, maka hendaklah kamu meninggalkannya (apa yang dilarangnya itu)…”

Menurut ulama, ayat tersebut memberi petunjuk secara umum, yakni bahwa semua perintah dan larangan yang berasal dari Nabi wajib dipatuhi oleh orangorang yang beriman.8 Dengan demikian, kewajiban patuh kepada Rasulullah merupakan konsekuensi logis dari keimanan seseorang.9 Allah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 21 berikut:                

  “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah keteladanan yang baik bagimu, (yakni) bagi orang yang mengharap (akan rahmat) Allah, (meyakini akan kedatangan) hari kiamat, dan banyak menyebut (dan ingat akan) Allah.” Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Nabi Muhammad Saw adalah teladan hidup bagi orang-orang yang beriman. Bagi yang sempat bertemu langsung dengan Rasulullah, maka cara meneladani Rasulullah dapat dilakukan secara langsung, sedang bagi yang tidak sezaman dengan Rasulullah, maka cara meneladani Rasulullah adalah dengan mempelajari, memahami, dan mengikuti berbagai petunjuk yang termuat dalam sunnah atau hadis beliau.10 Adapun yang menjadi konsentrasi saya dalam pembahasan skripsi ini adalah meliputi pembahasan seputar sedekah, kajian hadis-hadis sedekah melalui kritik hadis, dan pandangan ulama tentang sedekah. Hal ini dikarenakan terdapat 8

Al-Qurthubî, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’an, Juz 18 (Kairo: Dâr al-Kitâb al-‘Arabi, 1967), h.

17. 9

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi Saw (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),

h. 7-8. 10

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi Saw, h. 9

6

sebagian orang yang beranggapan bahwa sedekah itu hanya berupa materi saja dan masih sedikitnya orang yang memahami serta mengamalkan sedekah dalam kehidupan sehari-harinya. Disamping

itu,

kebanyakan

karya-karya

yang

berkenaan

dengan

pembahasan sedekah untuk hadis-hadisnya tidak menyertakan penjelasan secara detail dari segi kualitas sanad dan matan. Sehingga akan memunculkan ketidakyakinan bagi yang ingin bersedekah. Jadi, Pembahasan sedekah berdasarkan hadis perlu untuk dikaji lebih dalam, karena hadis adalah sumber kedua dalam Islam dan termasuk ilmu yang agak menyulitkan bagi umat Islam. Oleh karena itu pembahasan tentang sedekah dalam perspektif hadis ini menurut penulis sangat penting untuk dikaji, sehingga bisa memberikan gambaran dan tidak akan memunculkan keraguan lagi bagi umat Islam yang ingin melaksanakan ibadah sedekah. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis dalam skripsinya memberi judul “Sedekah dalam Perspektif Hadis”. B.

Identifikasi Masalah Hal yang teridentifikasi dalam penelitian ini terbagi dalam berbagai

masalah. Adapun masalah yang teridentifikasi adalah: 1. Bagaimana al-Qur’an berbicara tentang sedekah? 2. Bagaimana hadis berbicara tentang sedekah? 3. Apa saja bentuk-bentuk sedekah itu? 4. Bagaimana pandangan ulama tentang sedekah?

7

5. Apakah pengaruhnya hadis-hadis mengenai sedekah terhadap kaum muslimin? C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam mengkaji dan menganalisa suatu masalah diperlukan suatu

pembatasan dan perumusan masalah guna agar lebih jelas dan terarah pembahasan yang akan diuraikan nanti. Adapun penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah, diantaranya yaitu membahas hal-hal yang berkenaan dengan sedekah, melakukan kritik hadis terhadap enam tema hadis-hadis sedekah, dan mengemukakan pandangan ulama tentang sedekah. Hadis-hadis yang penulis kaji dibatasi pada kitab-kitab hadis yang termasuk golongan kutub al-tis’ah, tetapi khusus untuk kitab sahih al-Bukhari dan sahih Muslim tidak ada kajian lebih mendalam, tetapi penulis jadikan keduanya penguat saja. Dan tema hadis-hadis sedekah yang penulis teliti dibatasi juga menjadi enam tema, karena sudah bisa mewakili hal-hal penting yang harus diketahui dan bekal untuk bersedekah. Adapun hadis-hadis yang akan ditakhrij penulis adalah sebagai berikut: 1. Kewajiban dan bentuk-bentuk sedekah

‫ﺃﺧﱪﱐ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺧﺎﻟﺪ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ ﻗﺎﻝ ﺃﺧﱪﱐ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ ﻗﺎﻝ ﲰﻌﺖ ﺃﰊ‬ ‫ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ‬: ‫ﳛﺪﺙ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻣﻮﺳﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﳚﺪﻫﺎ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﺘﻤﻞ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻴﻨﻔﻊ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻳﺘﺼﺪﻕ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺍﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﲔ ﺫﺍ ﺍﳊﺎﺟﺔ ﺍﳌﻠﻬﻮﻑ ﻗﻴﻞ‬ (‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬.‫ﺎ ﺻﺪﻗﺔ‬‫ﻓﺈﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﳋﲑ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﳝﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﻓﺈ‬

‫‪8‬‬

‫‪2. Penerima sedekah‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺷﻴﺒﺔ ﻭﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ ‪ .‬ﻗﺎﻻ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻭﻛﻴﻊ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﻮﻥ ﻋﻦ ﺣﻔﺼﺔ ﺑﻨﺖ ﺳﲑﻳﻦ‬ ‫ﻋﻦ ﺍﻟﺮﺑﺎﺏ ﺃﻡ ﺍﻟﺮﺍﺋﺢ ﺑﻨﺖ ﺻﻠﻴﻊ ‪ .‬ﻋﻦ ﺳﻠﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﺎﻣﺮ ﺍﻟﻀﱯ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ‬ ‫ﺳﻠﻢ )ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻜﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﻘﺮﺍﺑﺔ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺻﻠﺔ ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ(‬ ‫‪3. Keutamaan sedekah‬‬

‫ﺃﺧﱪﻧﺎ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺮﺑﻴﻊ ﺍﻟﺰﻫﺮﺍﱏ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺇﲰﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻼﺀ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ‪ :‬ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ‬ ‫ﺻﻞ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‪ :‬ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻣﺎﺯﺍﺩ ﺍﷲ ﻋﺒﺪﺍ ﺑﻌﻔﻮ ﺇﻻ ﻋﺰﺍ ﻭﻣﺎ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺃﺣﺪ ﺍﷲ‬ ‫ﺇﻻ ﺭﻓﻌﻪ ﺍﷲ‪) .‬ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ(‬ ‫‪4. Sedekah dari penghasilan yang baik‬‬

‫ﺃﺧﱪﻧﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺍﳌﻐﲑﺓ ﻋﻦ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﻳﻮﻧﺲ ﻋﻦ ﳛﻲ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ‪:‬‬ ‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺍﻣﺮﺅ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻛﺴﺐ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺇﻻ ﻃﻴﺒﺎ ﺇﻻ‬ ‫ﻭﺿﻌﻬﺎ ﺣﲔ ﻳﻀﻌﻬﺎ ﰱ ﻛﻒ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻭﺇﻥ ﺍﷲ ﻟﲑﰉ ﻷﺣﺪﻛﻢ ﺍﻟﺘﻤﺮﺓ ﻛﻤﺎ ﻳﱪﻯ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮﻩ ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ‬ ‫ﺣﱴ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺜﻞ ﺃﺣﺪ‪) .‬ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ(‬ ‫‪5. Waktu disunahkan sedekah‬‬

‫ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﻣﺴﺪ‪‬ﺩ ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ ﺑﻦ ﺯﻳﺎﺩ ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﻘﻌﻘﺎﻉ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺯﺭﻋﺔ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ ﻋﻦ‬ ‫ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺟﻞ ﻟﻠﻨ‪‬ﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﺃﻯ‪ ‬ﺍﻟﺼ‪‬ﺪﻗﺔ ﺃﻓﻀﻞ ﻗﺎﻝ » ﺃﻥ ﺗﺼﺪ‪‬ﻕ‬ ‫ﻭﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺣﺮﻳﺺ ﺗﺄﻣﻞ ﺍﻟﺒﻘﺎﺀ ﻭﲣﺸﻰ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻭﻻ ﲤﻬﻞ ﺣﺘ‪‬ﻰ ﺇﺫﺍ ﺑﻠﻐﺖ ﺍﳊﻠﻘﻮﻡ ﻗﻠﺖ ﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ‬ ‫ﻭﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﻟﻔﻼﻥ‪) .‬ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ(‬ ‫‪6. Sedekah bersembunyi‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺣﺪﺛﲏ ﺃﰊ ﺛﻨﺎ ﳛﲕ ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺍﷲ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﲏ ﺧﺒﻴﺐ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ‬ ‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ‬

9

‫ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭﺷﺎﺏ ﻧﺸﺄ ﺑﻌﺒﺎﺩﺓ ﺍﷲ ﻭﺭﺟﻞ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﳌﺴﺎﺟﺪ ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑﺎ ﰲ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﻭﺗﻔﺮﻗﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﺃﺧﻔﺎﻫﺎ ﻻ ﺗﻌﻠﻢ ﴰﺎﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻨﻔﻖ ﳝﻴﻨﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺫﻛﺮ ﺍﷲ ﺧﺎﻟﻴﺎ ﻓﻔﺎﺿﺖ‬ (‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﺃﲪﺪ‬.‫ﻋﻴﻨﺎﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﺩﻋﺘﻪ ﺫﺍﺕ ﻣﻨﺼﺐ ﻭﲨﺎﻝ ﺇﱃ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺎ ﺃﺧﺎﻑ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ‬ Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut: 1. Bagaimana kualitas hadis-hadis Nabi Saw mengenai sedekah? 2. Apa saja bentuk-bentuk sedekah menurut hadis? D.

Metodologi Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan studi kepustakaan

(library research) dengan merujuk kepada kitab-kitab Induk Hadis, seperti Sahîh al-Bukhâri, Sahîh

Muslim, Sunan Abû Dâud, Sunan al-Tirmîdzi, Sunan al-

Nasâ’i, Sunan Ibnu Mâjah dan Kitab Muwatta Imam Mâlik, Ahmad bin Hanbal serta Sunan al-Dârimî juga merujuk pada kitab-kitab Takhrij Hadîts, Rijal alHadîts, serta buku-buku yang berkaitan dengan data-data dan tema di atas. Adapun metode penelitian dalam penulisan ini sebagai berikut: 1.

Melakukan takhrij hadis dari matan hadis yang telah disebut pada judul. Langkah pertama, penelitian ini merujuk kepada lafaz yang ada dalam matan hadis dari kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts alNabawî karangan A.J. Wensinck yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abd. al-Baqi. Kedua, melalui penulusuran awal matan hadis dari kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts karya Abu Hajir Muhammad al-Sa’id Basyuni Zaghlul. Ketiga, melalui tema-tema kunci

10

dari kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah karya Muhammad Fuad Abd. alBaqi. 2.

Mencari data yang telah diperoleh dari kitab kamus dengan merujuk pada kitab asli yang ditunjukan oleh kitab kamus atau yang sejenisnya.

3.

Melakukan i’tibar Sanad, yaitu menyertakan jalur atau sanad-sanad hadis tertentu yang tampak hanya diketahui satu rawi saja, agar diketahui apakah ada rawi lainnya dalam riwayat hadis tersebut.

4.

Melakukan penelitian sanad (kritik sanad) hadis dari data yang diambil dari kitab rijal al-hadis untuk kemudian menentukan kedudukan hadis.

5.

Melakukan penelitian matan dari hasil penelitian sanad.

6.

Memberikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pesan penting dari hadis tersebut.

Metode pembahasan dalam skripsi ini bersifat deskriptif analistis yaitu mengumpulkan data-data yang ada, baik data primer maupun data sekunder, kemudian menganalisanya sehingga akan nampak jelas rincian atas persoalan yang berhubungan dengan pokok masalah, sehingga akan mencapai sebuah kesimpulan. Adapun penulisan ini, penulis berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah, skripsi, tesis, dan disertai yang diterbitkan CeQDA UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, cet. ke-2: 2007. E.

Kajian Pustaka Ketika melakukan tinjauan pustaka penulis menemukan empat karya yang

berkaitan dengan sedekah. Terdapat satu karya skripsi dan tiga karya buku, adapun karya-karya tersebut antara lain:

11

1. 100 Kesalahan dalam Sedekah karya Reza Pahlevi Dalimunthe. Buku ini mengupas kesalahan-kesalahan yang kerap terselip dalam ibadah sedekah. 2. Matematika Sedekah karya Zainul Arifin el-Basyier. Buku ini mengungkap rahasia hitungan sedekah dan kisah nyata tentang keajaiban sedekah. 3. Sedekah Mahabisnis dengan Allah karya Amirulloh Syarbini. Buku ini berisikan motivasi agar gemar menunaikan sedekah dan meyakinkan kepada para pembaca bahwa sedekah dapat memberi keuntungan luar biasa. 4. Terjemah Fathul Mu’in karya Aliy As’ad jilid 2. Buku ini memberikan penjelasan diantaranya yaitu tentang hukum sedekah dan keutamaan waktu memberikan sedekah. 5. Analisa Hadis tentang Tiga Amal yang Tidak Akan Putus (Sedekah Jariah, Ilmu yang Bermanfaat, dan Do’a Anak yang Saleh) (2007). Skripsi ditulis oleh Khairu Ummah, pembahasannya yaitu menganalisis dan menggambarkan hadis-hadis tiga amal yang tidak akan putus dari perspektif hadis. F.

Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan utama dari penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut: 1. Mengetahui hadis-hadis Nabi Saw yang berkenaan dengan bentuk-bentuk sedekah.

12

2. Memberikan penjelasan dan pemahaman terhadap masyarakat tentang kualitas hadis-hadis Nabi Saw mengenai sedekah. Adapun kegunaan dari penelitian ini secara akademik adalah: 1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dalam bidang hadis, khususnya tentang sedekah yang saat ini jarang dikaji dalam perspektif hadis secara utuh. 2. Sebagai syarat memperoleh gelar Strata satu bidang Theologi Islam pada program studi Tafsir Hadis di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun kegunaan dari penelitian ini secara non akademik adalah: 1. Agar saya dan para pembaca skripsi ini mendapat gambaran dan pemahaman tentang hadis-hadis sedekah. 2. Untuk menambah khazanah keilmuan penulis dalam memahami suatu hadis dan dapat mengaplikasikan salah satu ilmu yang penulis pelajari di bangku kuliah. G.

Sistematika Penulisan Adapun mengenai sistematika penulisan ini penulis membagi pembahasan

ke dalam empat bab, masing-masing bab mempunyai spesifikasi pembahasan mengenai topik tertentu diantaranya: Bab pertama, bab ini berisikan tentang pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metodologi penelitian, kajian pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

13

Bab kedua, bab ini berisikan sekilas tentang sedekah yang memuat tentang pengertian sedekah, sejarah sedekah, bentuk-bentuk sedekah, penerima sedekah, waktu sedekah, keutamaan sedekah, adab-adab sedekah, dan hal-hal yang membatalkan sedekah. Bab ketiga, bab ini penulis melakukan takhrij hadis dan i’tibar sanad. Kemudian dilanjutkan dengan kritik sanad dan matan yang terdiri dari enam tema hadis yaitu hadis tentang kewajiban dan bentuk-bentuk sedekah, hadis tentang penerima sedekah, hadis tentang keutamaan sedekah, hadis tentang sedekah dari penghasilan yang baik, hadis tentang waktu bersedekah, dan sedekah bersembunyi. Adapun penelitian hadisnya terdiri dari dua aspek yaitu identifikasi sanad dan telaah matan. Dan mengemukakan pandangan para ulama tentang hukum serta hal-hal yang berkenaan dengan sedekah. Bab keempat, bab ini merupakan penutup serta kesimpulan umum yang akan penulis simpulkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta saran dan diakhiri dengan daftar pustaka yang penulis gunakan sebagai nara sumber dalam penelitian ini.

BAB II SEKILAS TENTANG SEDEKAH

A.

Pengertian Sedekah Sedekah berasal dari kata sadaqa yang berarti benar.1 Maksudnya adalah

bahwa orang yang suka bersedekah adalah “orang yang benar pengakuan imannya”. Dalam pengertian para fuqahâ', sedekah adalah suatu pemberian seorang muslim kepada seseorang secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu, serta suatu pemberian yang bertujuan sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala semata.2 Adapun menurut terminologi syari’at, pengertian dan hukum sedekah sama dengan infak. Akan tetapi, sedekah mencakup arti yang lebih luas dan menyangkut hal-hal yang bersifat nonmaterial.3 Sebagaimana dijelaskan dalam hadis imam al-Bukhari yang bersumber dari Abu Musa al-Asy’ary, yaitu:

‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﺫﺭ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﺃﻳﻀﺎ ﺃﻥ ﻧﺎﺳﺎ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻟﻠﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ‬ ‫ ﻳﺼﻠﻮﻥ ﻛﻤﺎ ﻧﺼﻠﻲ ﻭﻳﺼﻮﻣﻮﻥ ﻛﻤﺎ‬: ‫ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺫﻫﺐ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺪﺛﻮﺭ ﺑﺎﻷﺟﻮﺭ‬: ‫ﺗﻌﺎﱃ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫ ﺃﻥ ﺑﻜﻞ ﺗﺴﺒﻴﺤﺔ ﺻﺪﻗﺔ‬: ‫ ﺃﻭﻟﻴﺲ ﻗﺪ ﺟﻌﻞ ﺍﷲ ﻟﻜﻢ ﺗﺼﺪﻗﻮﻥ‬: ‫ﻧﺼﻮﻡ ﻭﻳﺘﺼﺪﻗﻮﻥ ﺑﻔﻀﻮﻝ ﺃﻣﻮﺍﳍﻢ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻲ ﻋﻦ ﺍﳌﻨﻜﺮ ﺻﺪﻗﺔ‬‫ﻠﻴﻠﺔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺃﻣﺮ ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ ﺻﺪﻗﺔ ﻭ‬ ‫ﻭﻛﻞ ﺗﻜﺒﲑﺓ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻛﻞ ﲢﻤﻴﺪﺓ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻛﻞ‬ ‫ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺃﻳﺄﰐ ﺃﺣﺪﻧﺎ ﺷﻬﻮﺗﻪ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻟﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺟﺮ؟ ﻗﺎﻝ ﺃﺭﺃﻳﺘﻢ ﻟﻮ‬: ‫ﻭﰲ ﺑﻀﻊ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﻗﺎﻟﻮﺍ‬ .‫ﻭﺿﻌﻬﺎ ﰲ ﺣﺮﺍﻡ ﺃﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﺯﺭ؟ ﻓﻜﺬﻟﻚ ﺇﺫﺍ ﻭﺿﻌﻬﺎ ﰲ ﺣﻼﻝ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺃﺟﺮ‬ 1

Ahmad Warso al-Munawir, Kamus Arab Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 77. 2 Taufik Abdullah, Ensiklopedi Islam, Jilid 4 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 259. 3 Al-Furqan Hasbi, 125 Masalah Zakat (Solo: Tiga Serangkai, 2008), h. 19.

14

15

“Diriwayatkan dari Abu Dzar r.a., bahwasanya beberapa orang sahabat Nabi Saw berkata kepada beliau, “Ya Rasulullah! Orang-orang kaya bisa memperoleh banyak pahala, mereka shalat sebagaimana kami, mereka berpuasa sebagaimana kami, dan mereka bisa menyedekahkan kelebihan harta mereka.” Rasulullah Saw bersabda, “Tidakkah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang bisa kau sedekahkan yang bernilai sebagai sedekah? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi mungkar adalah sedekah, dan pada kemaluanmu juga ada sedekah.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah! Apakah orang yang melampiaskan syahwatnya itu mendapat pahala?” Beliau menjawab, “Tidakkah kau tahu bahwa jika seseorang meletakkan kemaluannya pada sasaran yang haram maka dia mendapat dosa? Namun sebaliknya, apabila dia meletakkan kemaluannya pada sasaran yang halal, maka dia mendapat pahala”. (HR Muslim)4

Rasulullah Saw bersabda,

‫ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ؛ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ » ﺍﻟﻄﹼﻬﻮﺭ ﺷﻄﺮ ﺍﻹﳝﺎﻥ‬‫ﻋﻦ ﺃﰉ ﻣﺎﻟﻚ ﺍﻷﺷﻌﺮﻱ‬ ‫ﻼﺓ‬‫ﻤﻮﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ ﻭﺍﻟﺼ‬‫ ﻣﺎ ﺑﲔ ﺍﻟﺴ‬- ‫ ﺃﻭ ﲤﻸ‬- ‫ ﻭﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﻭﺍﳊﻤﺪ ﻟﻠﹼﻪ ﲤﻶﻥ‬.‫ﻭﺍﳊﻤﺪ ﻟﻠﹼﻪ ﲤﻸ ﺍﳌﻴﺰﺍﻥ‬ ‫ﺎﺱ ﻳﻐﺪﻭ ﻓﺒﺎﺋﻊ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻤﻌﺘﻘﻬﺎ ﺃﻭ‬‫ﺔ ﻟﻚ ﺃﻭ ﻋﻠﻴﻚ ﻛﻞﹼ ﺍﻟﻨ‬‫ﱪ ﺿﻴﺎﺀ ﻭﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺣﺠ‬‫ﺪﻗﺔ ﺑﺮﻫﺎﻥ ﻭﺍﻟﺼ‬‫ﻧﻮﺭ ﻭﺍﻟﺼ‬ .‫ﻣﻮﺑﻘﻬﺎ‬ “Diriwayatkan dari Abu Malik al-Asy’ari r.a., ia berkata: Rasulullah Saw pernah bersabda, “Bersuci itu separoh dari iman, bacaan alhamdulillah itu memenuhi timbangan (al-mîzân), bacaan subhanallah wal hamdulillah pahalanya memenuhi ruang antara beberapa langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti keimanan, sabar adalah sinar, dan al-Qur’an adalah hujjah yang mendukungmu atau mengalahkanmu. Setiap orang itu pergi lalu menjual dirinya, maka ada orang yang memerdekakan dirinya dan ada yang menghinakan dirinya.” 5 (HR Muslim)

Dari pengertian-pengertian di atas maka bisa disimpulkan bahwa sedekah adalah salah satu bukti benarnya iman seseorang dalam beribadah dan melakukan ketaatan kepada Allah SWT, serta bukti akan kebenaran janji Allah SWT yang menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Sehingga orang yang benar-benar memahami makna sedekah akan meyakini pemberian terbaik dari Allah SWT dan berusaha semaksimal mungkin menafkahkan hartanya di jalan yang diridhai oleh4

Imam al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim. Penerjemah Achmad Zaidun (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), h. 310-311. 5 Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, h. 83.

16

Nya. Selain itu, sedekah tidak hanya diartikan sebagai pemberian harta kepada seseorang, tetapi lebih dari itu, sedekah mencakup juga dengan semua perbuatan baik, bisa bersifat fisik, maupun nonfisik. Sehingga bersedekah bisa dilakukan sama siapa saja, kapan pun, dan dimana pun. Diantara wujud sedekah antara lain adalah menyantuni fakir miskin dan yatim piatu, membangun fasilitas yang bermanfaat untuk umum seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, perpustakaan, irigasi, dan lain-lain yang tidak melanggar syari’at.6 Dan tujuan dari sedekah sunat ini ialah untuk menambal segala kekurangan yang ada pada sedekah wajib.7 B.

Sejarah dan Dasar Hukum Sedekah Sedekah yang bersifat sukarela pertama kali ditetapkan di Mekah dengan

nama zakat. Kemudian di Medinah diperkenalkan dengan istilah sedekah.8 Pijakan disyariatkan dan dianjurkan sedekah dapat ditemukan dalam beberapa ayat alQur’an dan Hadis. Berikut ini sebagian dasar dari disyari’atkannya dan dianjurkannya sedekah dari al-Qur’an dan Hadis yang dimaksudkan. 1.

Al-Qur’an

a.

Al-Anbiya' (21) : 73           

     

6

Ahmad Gaus AF, Filantropi dalam Masyarakat Islam (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), h. 21. 7 ‘Alawi Abbas al-Maliki Hasan Sulaiman al-Nuri, Penjelasan Hukum-hukum Syari’at Islam. Penerjemah Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994), h. 1038. 8 Tim Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Tanggung Jawab Sosial (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2011), h. 397.

17

“Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami dan kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat, dan hanya kepada 9 Kami mereka menyembah.”

b.

Al-Mu’minun (23) : 4      “Dan orang yang menunaikan zakat.”

c.

Al-Rum (30) : 39                 

      

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).”

d.

Al-Mujadalah (58) : 12               

           

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum (melakukan) pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih. Tetapi jika kamu tidak memeroleh (yang akan disedekahkan) maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

e.

Al-Baqarah (2) : 245                 

9

Tim Syaamil al-Qur’an, Syaamil al-Qur’an Miracle The Reference (Bandung: PT Sygma Publishing, 2010), h. 653.

18

  

“Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

f.

Al-Mujadalah (58) : 13

                

            

“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum (melakukan) pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika kamu tidak melakukannya dan Allah telah memberi ampunan kepadamu maka laksanakanlah shalat, dan tunaikanlah zakat serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya! Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

g.

Al-Taubah (9) : 79          

            

“(orang munafik) yaitu mereka yang mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dan yang mencela orang-orang yang hanya memperoleh untuk disedekahkan sekadar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka, dan mereka akan mendapat azab yang pedih.”

h.

Al-Nisa' (4) : 114                  

           

19

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.”

Dari beberapa ayat tersebut, secara jelas dapat ditangkap sejumlah pesan antara lain bahwa anjuran sedekah sudah Allah berikan kepada kaum muslimin sejak di Mekah dengan istilah zakat. Buktinya adalah ayat yang kesatu sampai ketiga diatas adalah termasuk salah satu ayat-ayat Makkiyah, yang mana salah satu pokok-pokok kandungannya yaitu bagi yang memiliki harta benda diperintahkan supaya mau mengeluakan zakat dan menyampaikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya, sebab dengan zakat tersebut menolong saudara-saudaranya yang kekurangan dan kesukaran. Dan dengan zakat pula akan dapat menenteramkan masyarakat serta berani berkorban untuk membela agama Tuhan.10 Dan perintah zakat ini ditanggapi positif oleh umat Islam ketika itu, sehingga tidak sedikit dari para sahabat Nabi yang ikhlas mengeluarkan hartanya, demi mengharap ridha Allah SWT. Apalagi ketika itu, praktek riba sudah banyak berkembang di masyarakat Mekah. Sehingga zakat adalah solusi terbaik untuk mengatasi kekurangan dan kesukaran hidup. 2.

Hadis Selain al-Qur’an, beberapa hadis juga telah mengungkap perintah

bersedekah, yaitu: a.

10

Hadis diriwayatkan dari Abu Mas’ud al-Anshary

Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, Jilid 1 (Jakata: Gema Insani, 2001), h. 412.

20

‫ ﻭﺟﺎﺀ‬،‫ ﻓﺠﺎﺀ ﺃﺑﻮ ﻋﻘﻴﻞ ﺑﻨﺼﻒ ﺻﺎﻉ‬.‫ﺎ ﻧﺘﺤﺎﻣﻞ‬‫ﺪﻗﺔ ﻛﻨ‬‫ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﺑﺎﻟﺼ‬: ‫ﻋﻦ ﺃﰉ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ‬ ‫ ﻭﻣﺎ ﻓﻌﻞ ﻫﺬﺍ ﺍﻵﺧﺮ ﺇﻻﹼ ﺭﺋﺎﺀ ﻓﱰﻟﺖ‬،‫ ﻋﻦ ﺻﺪﻗﺔ ﻫﺬﺍ‬‫ ﺇﻥﹼ ﺍﷲ ﻟﻐﲏ‬:‫ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﳌﻨﺎﻓﻘﻮﻥ‬.‫ﺇﻧﺴﺎﻥ ﺑﺄﹶﻛﺜﺮ ﻣﻨﻪ‬ (‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ﺪﻗﺎﺕ ﻭﺍﻟﹼﺬﻳﻦ ﻻ ﳚﺪﻭﻥ ﺇﻻﹼ ﺟﻬﺪﻫﻢ‬‫ﻋﲔ ﻣﻦ ﺍﳌﺆﻣﻨﲔ ﰲ ﺍﻟﺼ‬‫)ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻠﻤﺰﻭﻥ ﺍﳌﻄﹼﻮ‬ “Diriwayatkan dari Abu Mas’ud r.a., ia berkata: Kami diperintahkan bersedekah. Kata Abu Mas’ud: Kami merasa tidak mampu cuma (bersedekah sekadarnya). Lalu Abu ‘Aqil menyedekahkan setengah gantang makanan. Kemudian ada orang lain datang menyedekahkan lebih banyak dari itu. Lalu orangorang munafik mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan ini, dan tidaklah orang lain melakukan ini kecuali untuk dipamerkan. Maka turunlah ayat (yang artinya): “Orang-orang munafik yaitu orang-orang yang mencela orangorang mukmin yang memberikan sedekah dengan sukarela dan mencela orangorang yang tidak memperoleh (sesuatu untuk disedekahkan) kecuali sekedar kesanggupannya”. (HR Muslim)11

b.

Hadis diriwayatkan dari Haritsah bin Wahb

‫ ﲰﻌﺖ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ ) ﺗﺼﺪﻗﻮﺍ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺄﰐ‬: ‫ﻋﻦ ﺣﺎﺭﺛﺔ ﺑﻦ ﻭﻫﺐ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﺎ ﺑﺎﻷﻣﺲ ﻟﻘﺒﻠﺘﻬﺎ ﻓﺄﻣﺎ‬ ‫ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺯﻣﺎﻥ ﳝﺸﻲ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺑﺼﺪﻗﺘﻪ ﻓﻼ ﳚﺪ ﻣﻦ ﻳﻘﺒﻠﻬﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻮ ﺟﺌﺖ‬ .(‫ﺎ‬ ‫ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻓﻼ ﺣﺎﺟﺔ ﱄ‬ “Diriwayatkan dari Haritsah bin Wahb r.a.: Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Segerakanlah sedekah, jangan ditunda hingga datang suatu zaman ketika seorang harus berkeliling untuk memberikan apa yang akan disedekahkannya dan tidak menemukan seorang pun yang mau menerimanya, dan orang (yang diminta untuk menerima sedekah itu) akan berkata, “Seandainya kau datang kemarin pasti aku akan menerimanya, adapun hari ini aku tidak 12 membutuhkannya.”(HR al-Bukhari)

c.

Hadis diriwayatkan dari Abu Hurairah

‫ ﻣﻦ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﻌﺪﻝ ﲤﺮﺓ ﻣﻦ‬:‫ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬:‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻛﺴﺐ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺇﻻ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻓﺈﻥ ﺍﷲ ﻳﺘﻘﺒﻠﻬﺎ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﰒ ﻳﺮﺑﻴﻬﺎ ﻟﺼﺎﺣﺒﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﻳﺮﰊ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮﻩ‬ .‫ﺣﱴ ﺗﻜﻮﻥ ﻣﺜﻞ ﺍﳉﺒﻞ‬ “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah Saw pernah bersabda, “Apabila seseorang memberikan sedekah yang setara dengan sebuah kurma yang 11

Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, h. 308–309. Imam al-Zabidi, Ringkasan Sahih al-Bukhari. Penerjemah Cecep Samsyul Hari (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004), h. 285. 12

21

diperoleh dengan harta (uang) yang baik dan Allah hanya menerima sedekah yang dikeluarkan dari harta yang baik, Allah akan menerima sedekah itu dengan Tangan-Nya (yang kanan) dan kemudian menambahkan pahala kepada orang itu, sebagaimana siapa pun dari kamu yang membesarkan bayi kudanya, sedemikian besarnya sehingga menjadi sama besarnya dengan sebuah gunung.” (HR al13 Bukhari)

‫ ﻻ‬: ‫ ﻗﺎﻝ ﱄ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬: ‫ ﻗﺎﻟﺖ‬، ‫ﻋﻦ ﺃﲰﺎﺀ ﺑﻨﺖ ﺃﹶﰊ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ‬ ‫ ﻭﻻ‬،‫ ﻭﻻ ﲢﺼﻲ ﻓﻴﺤﺼﻲ ﺍ ﷲُ ﻋﻠﻴﻚ‬،‫ ﺃﻭ ﺍﻧﻀﺤﻲ‬،‫ ﺃﻧﻔﻘﻲ ﺃﻭ ﺍﻧﻔﺤﻲ‬:‫ ﻭﰲ ﺭﻭﺍﻳﺔ‬.‫ﻲ ﻓﻴﻮﻛﻰ ﻋﻠﻴﻚ‬‫ﺗﻮﻛ‬ .‫ﺗﻮﻋﻲ ﻓﻴﻮﻋﻲ ﺍﷲُ ﻋﻠﻴﻚ‬ “Asma' binti Abu Bakar r.a. berkata: Rasulullah Saw berpesan kepadaku: Jangan selalu kau menutupi kepunyaannmu, maka Allah akan menutupi rezekimu. Dalam lain riwayat: belanjakanlah dan bersedekahlah dan jangan kau hitung, supaya Allah jangan menghitung padamu dan jangan kau takar, niscaya Allah akan membatasi padamu.” (HR al-Bukhari, Muslim)14

Posisi sunnah menguatkan dan menjelaskan apa yang dinyatakan secara umum oleh al-Qur’an. Al-Qur’an adalah konstitusi dan sumber perundangundangan Islam yang utama. Oleh karena itu, al-Qur’an hanya mengandung asasasas dan prinsip-prinsip umum tentang suatu masalah, tidak menegaskan secara mendetail dan terperinci, terkecuali apabila terdapat hal-hal yang dikuatirkan akan menimbulkan keragu-raguan dan kekacauan. Dalam hal ini, sunnah merupakan interpretasi lisan dan pelaksanaan konkret dari apa yang dinyatakan al-Qur’an dengan menjelaskan yang sama, mempertegas yang belum jelas, memberi batas yang belum tegas, dan menjadikannya lebih khusus apa yang masih terlalu umum, sesuai dengan apa yang ditangkap oleh rasul yang suci dari ayat-ayat al-Qur’an.15

13

Al-Zabidi, Ringkasan Sahih al-Bukhari, h. 285. Salim Bahreisj, Tarjamah Riyadhus Salihin (Bandung: PT al-Ma’arif, 1978), h. 463. 15 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h.

14

26.

22

Dalam hal sedekah, sunnah datang memperkuat ketentuan bahwa sedekah sukarela itu memang ibadah yang disyari’atkan dan dianjurkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad Saw. Dan untuk istilah sedekah dan anjurannya banyak dikemukakan di Medinah. Diantara buktinya yaitu: a.

ayat madaniyyah lebih berisikan ajaran-ajaran yang menyangkut kehidupan masyarakat, politik, ekonomi, dan sebagainya. Dan juga berusaha menyempurnakan aturan sosial yang belum dibuat sejak sebelum kedatangan Islam, misalnya puasa, zakat fitrah, zakat mal, dll.16

b.

‘Abdullah bin Abbas berkata, “Rasulullah mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih dosa bagi orang-orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya diterima, dan barangsiapa menunaikannya setelah shalat, maka itu merupakan sedekah.”(HR Abu Dawud di dalam kitab al-zakât, bab zakat Fitrah)17

c.

pada awalnya zakat diwajibkan sebagai bentuk kasih sayang yang dilakukan secara sukarela dan identik dengan kesalehan dimana tidak ada aturan yang mengikat. Pada perkembangan berikutnya, zakat menjadi pungutan wajib atas harta milik, termasuk uang, hewan ternak, hasil pertanian, buah-buahan, dan barang dagangan.18

d.

ayat-ayat al-Qur’an dari urutan keempat dan hadis-hadis diatas menunjukan beberapa bukti bahwa sedekah dengan istilah zakat sudah

16

Tim Penyusun, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid I (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 124. 17 Ali Muhammad al-Shalabi, Sejarah Lengkap Rasulullah. Penerjemah Faesal Saleh dkk. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 397. 18 Philip K. Hitti, History of The Arabs. Penerjemah R. Cecep L dan Dedi SR (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), h. 166.

23

ada semenjak periode Mekah dan banyak diperkenalkan oleh Nabi Muhammad Saw dengan kata sedekah di periode Madinah. C.

Bentuk-bentuk Sedekah Sedekah dalam konsep Islam mempunyai arti yang luas, tidak hanya

terbatas pada pemberian sesuatu yang sifatnya materil kepada orang-orang miskin, tetapi lebih dari itu, sedekah mencakup perbuatan kebaikan, baik bersifat fisik, maupun nonfisik. Bentuk-bentuk sedekah dalam ajaran Islam dapat dilihat pada beberapa hadis Nabi Muhammad Saw. Diantara bentuk-bentuk sedekah berdasarkan hadits-hadits Nabi Saw yang perincian hadisnya terlampir dalam lampiran 1: Pertama, memberikan sesuatu dalam bentuk materi kepada orang miskin. Kedua, bekerja dengan dua tangannya hingga memberi manfaat untuk dirinya, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, melakukan perbuatan baik, dan menahan dari diri dari keburukan. Ketiga, mendamaikan dua orang yang berselisih dengan adil, menyingkirkan rintangan atau duri dari jalan, dan melangkahkan kaki untuk mengerjakan shalat. Keempat, membaca tasbih, tahlil, tahmid, takbir, dan istighfar. Kelima, menyuruh berbuat baik, mencegah yang jahat, mengajari orang hingga mengerti, dan mencampuri istri. Keenam, mengucapkan perkataan yang baik. Ketujuh, memberi pinjaman atau hutang. Dan kedelapan, setiap berbuat kebajikan, salah satunya yaitu memberikan senyuman kepada orang lain.

24

D.

Penerima Sedekah Sedekah dianjurkan kepada setiap orang yang beriman, baik miskin maupun

kaya, baik orang yang kuat maupun orang lemah, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang muda maupun yang tua, baik yang lapang rezekinya maupun yang sempit, baik yang bakhil maupun yang dermawan.19 Dari segi penerima, sedekah dapat diterima siapa saja dengan skala prioritas sesuai dengan kondisi dan kebutuhan penerima sedekah, karena tidak ada batasan yang mengatur didalamnya. Akan tetapi, orang yang paling layak menerima sedekah seseorang adalah anaknya, keluarga, dan kerabatnya. Tidak boleh ia bersedekah kepada orang lain, jika yang akan disedekahkan itu diperlukannya sebagai nafkah hidup dirinya dan keluarganya. 1.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﻴﺪ ﺍﻟﻌﻠﻴﺎ ﺧﲑ ﻣﻦ ﺍﻟﻴﺪ ﺍﻟﺴﻔﻠﻰ ﻭﺍﺑﺪﺃ ﲟﻦ ﺗﻌﻮﻝ ﻭﺧﲑ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻦ ﻇﻬﺮ‬ .‫ﻏﲎ ﻭﻣﻦ ﻳﺴﺘﻌﻔﻒ ﻳﻌﻔﻪ ﺍﷲ ﻭﻣﻦ ﻳﺴﺘﻐﻦ ﻳﻐﻨﻪ ﺍﷲ‬ “Nabi Saw bersabda: Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan berilah lebih dahulu kepada orang-orang yang engkau belanjai. Dan sebaik-baik sedekah ialah sedekah yang sesudah kita berikan, masih ada sisa yang cukup bagi kita. Barang siapa memelihara diri dari yang haram dan memintaminta, niscaya Allah menjadikannya orang yang terpelihara. Dan barang siapa memohon kepada Allah supaya diberi kecukupan, niscaya Allah memberinya 20 kecukupan.” (HR al-Bukhari)

2.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﻔﻰ ﺑﺎﳌﺮﺀ ﺇﲦﺎ ﺃﻥ ﳛﺒﺲ ﻋﻤﻦ ﳝﻠﻚ ﻗﻮﺗﻪ‬ “Cukup besarlah dosa seseorang jika ia menyia-nyiakan tanggungannya.” 21 (HR Muslim dan Abu Daud) 19 Reza Pahlevi Dalimunthe, 100 Kesalahan dalam Sedekah (Jakarta: PT AgroMedia Pustaka, 2010), h. 13. 20 Al-Zabidi, Ringkasan Shahih al-Bukhari, h. 290. 21 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 18.

25

3.

Rasulullah Saw bersabda, .‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻓﻀﻞ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﺮﺣﻢ ﺍﻟﻜﺎﺷﺢ‬

“Sedekah yang paling utama ialah sedekah kepada kaum kerabat yang memendam rasa permusuhan.” (HR al-Thabrani dan al-Hakim yang menyatakan 22 kesahihannya)

4.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ ﺟﻬﺪ ﺍﳌﻘﻞ ﻭ ﺍﺑﺪﺃ ﲟﻦ‬:‫ ﺍﻱ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺃﻓﻀﻞ؟ ﻗﺎﻝ‬:‫ ﻗﻴﻞ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ‬: ‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ‬ .‫ ﺍﺧﺮﺟﻪ ﺍﲪﺪ ﻭﺍﺑﻮﺩﺍﻭﺩ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﺑﻦ ﺧﺰﳝﺔ ﻭ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ‬.‫ﺗﻌﻮﻝ‬ “Abu Hurairah r.a. berkata, “Pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling utama itu? ‘Beliau menjawab, ‘ialah sedekah untuk orang yang dalam kesusahan dan selalu kekurangan. Dan dahulukan orang yang banyak tanggungannya.”(HR. Abu Daud dan disahihkan 23 oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan al-Hakim)

5.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ﺗﺼﺪﻗﻮﺍ ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺟﻞ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻋﻨﺪﻱ ﺩﻳﻨﺎﺭ ﻗﺎﻝ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻚ ﻗﺎﻝ ﻋﻨﺪﻱ ﺁﺧﺮ ﻗﺎﻝ ﺗﺼﺪﻕ‬ .‫ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﻭﻟﺪﻙ ﻗﺎﻝ ﻋﻨﺪﻱ ﺁﺧﺮ ﻓﻘﺎﻝ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﺧﺎﺩﻣﻚ ﻗﺎﻝ ﻋﻨﺪﻱ ﺁﺧﺮ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺖ ﺃﺑﺼﺮﺑﻪ‬ “Bersedekahlah kalian!” Seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai satu dinar.” Beliau menjawab, “Sedekahkanlah ia untuk dirimu sendiri.” Lelaki itu berkata, “Aku mempunyai satu dinar lainnya.” Beliau bersabda, ‘Sedekahkanlah ia untuk anakmu.” Lelaki itu berkata, ‘Aku mempunyai yang lainnya. Beliau bersabda, ‘Sedekahkanlah ia untuk pelayanmu.” ‘Lelaki itu berkata, ‘Aku mempunyai yang lainnya lagi. Beliau bersabda, “Engkau lebih mengetahuinya.” (HR Abu Daud dan al-Nasa’i serta dinilai sahih oleh Ibnu Hibban 24 dan Imam al-Hakim)

6.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ ﻭﺍﺑﺪﺃ ﲟﻦ ﺗﻌﻮﻝ‬،‫ » ﺟﻬﺪ ﺍﳌﻘﻞ‬: ‫ ﺃﻱ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺃﻓﻀﻞ؟ ﻗﺎﻝ‬،‫ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ‬ “Wahai Rasulullah Saw, sedekah apa yang paling utama? Rasulullah Saw menjawab, ‘Sedekah dari hasil usaha keras orang yang pas-pasan, dan mulailah 22

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 18-19. Ahmad Muhammad Yusuf, Himpunan Dalil dalam al-Qur’an dan Hadis, Jilid 3 (Jakarta: PT Segoro Madu Pustaka, 2008), h. 307. 24 Abbas al-Maliki Hasan Sulaiman al-Nuri, Penjelasan Hukum-hukum Syari’at Islam, h. 1049. 23

26

dengan orang yang menjadi tanggung jawabmu.” (HR Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah)25

7.

Rasulullah Saw bersabda,

:‫ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻘﲑﺍ ﻓﻠﻴﺒﺪﺃ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻭ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻀﻼ ﻓﻌﻠﻰ ﻋﻴﺎﻟﻪ ﻭ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻀﻼ ﻓﻌﻠﻰ ﻗﺮﺍﺑﺘﻪ ﺃﻭ ﻗﺎﻝ‬ .‫ﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺭﲪﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻀﻼ ﻓﻬﺎ ﻫﻨﺎ ﻭﻫﺎ ﻫﻨﺎ‬ “Jika salah seorang diantaramu miskin, hendaknya dimulai dengan dirinya. Dan jika dalam itu ada kelebihan, barulah diberikan untuk keluarganya. Lalu apabila ada kelebihan lagi, maka untuk kerabatnya,”atau sabdanya, “untuk yang ada hubungan kekeluargaan dengannya. Kemudian apabila masih ada kelebihan, barulah untuk ini dan itu. (HR Ahmad dan Muslim)26

Dari hadis-hadis di atas, bisa disimpulkan bahwa diantara penerima sedekah yang dianjurkan, yaitu: anak dan keluarga, kerabat yang mahram dan bukan mahram, tetangga, delapan golongan, anak yatim, janda, anak-anak berprestasi yang kekurangan biaya melanjutkan sekolah, dan membangun fasilitas yang bermanfaat untuk umum, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, dan lainlain selama tidak melanggar syari’at.27 Dari segi yang disedekahkan, sedekah yang diberikan tidak terbatas pada harta secara fisik, perkataan yang baik, tenaga, memberi maaf kepada orang lain, memberi pertolongan kepada yang membutuhkan baik materi atau sumbangsih ide atau pikiran, mengasih solusi masalah, melainkan mencakup semua kebaikan.28 Selain itu juga, sedekah lebih utama diberikan kepada musuh untuk meredakan

ketegangan,

dan

kepada

aktivis

sosial

yang

benar-benar

membutuhkan.

25

M. Nashiruddin al-Albani, Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, Jilid 2. Penerjemah Izzudin Karimi dkk. (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007 ), h. 272. 26 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 18. 27 Ahmad Gaus AF, Filantropi dalam Masyarakat Islam (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), h. 21. 28 Reza Pahlevi Dalimunthe, 100 Kesalahan dalam Sedekah, h. 16.

27

E.

Waktu Sedekah Waktu bersedekah bebas kapan saja dan dimana saja. Namun, ada keadaan-

keadaan tertentu dari manusia yang menjadi waktu primer untuk mengeluarkan sedekah, yaitu waktu sehat, waktu sedang kikir, waktu sedang takut miskin, waktu sedang berharap kaya.29 Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi berikut,

‫ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺃﻱ‬:‫ ﺃﺗﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺭﺟﻞ ﻓﻘﺎﻝ‬:‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ‬ ‫ ﺃﻥ ﺗﺼﺪﻕ ﻭﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺷﺤﻴﺢ ﲣﺸﻰ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻭﺗﺄﻣﻞ ﺍﻟﻐﲎ ﻭﻻ ﲤﻬﻞ ﺣﱴ ﺇﺫﺍ ﺑﻠﻐﺖ‬:‫ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺃﻋﻈﻢ؟ ﻓﻘﺎﻝ‬ .‫ ﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭ ﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﺃﻻ ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﻟﻔﻼﻥ‬:‫ﺍﳊﻠﻘﻮﻡ ﻗﻠﺖ‬ “Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, “Seseorang lelaki mendatangi Rasulullah, dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah apakah sedekah yang paling baik? Beliau menjawab, ‘Kamu bersedekah ketika kamu sehat lagi kikir, kamu takut menjadi miskin dan ingin kaya. Janganlah kamu menunda-nunda sedekah hingga ajalmu telah sampai di tenggorokan, sehingga saat itu kamu akan berkata, “Berikanlah kepada si fulan begini dan kepada si fulan begitu, “dan ingatlah sedangkan hartanya ketika itu memang untuk si fulan.” (HR. Muslim)30

Hakim ibnu Hizam r.a.

‫ﺍﻟﻴﺪ ﺍﻟﻌﻠﻴﺎ ﺧﲑ ﻣﻦ ﺍﻟﻴﺪ ﺍﻟﺴﻔﻠﻰ ﻭﺍﺑﺪﺃ ﲟﻦ ﺗﻌﻮﻝ ﻭﺧﲑ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻦ ﻇﻬﺮ ﻏﲎ ﻭﻣﻦ ﻳﺴﺘﻌﻔﻒ ﻳﻌﻔﻪ ﺍﷲ ﻭﻣﻦ‬ .‫ﻳﺴﺘﻐﻦ ﺍﷲ‬ “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, dan mulailah dengan orang yang engkau tanggung. Sebaik-baik sedekah ialah yang dilakukan dalam keadaan berkecukupan, dan barang siapa yang memelihara dirinya dari memintaminta, niscaya Allah akan memelihara kehormatannya, dan barang siapa yang merasa berkecukupan, niscaya Allah akan memberinya kecukupan.”31 (Muttafaq ‘Alaih)32

29

Reza Pahlevi Dalimunthe, 100 Kesalahan dalam Sedekah, h. 12. Al-Mundziri, Ringkasan Sahih Muslim, h. 306-307. 31 Abbas al-Maliki Hasan Sulaiman al-Nuri, Penjelasan Hukum-hukum Syari’at Islam, h. 30

1045. 32

Muttafaq ‘Alaih adalah hadis yang telah disepakati oleh kedua imam hadis al-Bukhari dan Muslim. Dan menurut al-Hafidz Ibnu Hajar, bahwa persepakatan antara kedua imam itu maksudnya ialah persesuaian keduanya dalam mentakhrijkan asal hadis dari shahaby, kendatipun terdapat perbedaan-perbedaan dalam gaya bahasa. Lihat, Fathur Rahman, Ikhtishar Musthalahul Hadits, (Bandung: PT al-Ma’arif, 1974), h. 124-125.

28

Sedekah dalam Islam sangat dianjurkan dan sangat baik dilakukan setiap saat. Di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum muslimin untuk senantiasa bersedekah. Diantara ayat yang dimaksud adalah firman Allah SWT pada surat al-Nisa' ayat 114:                  

          

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak kami akan memberinya 33 pahala besar.”

Adapun Rasulullah Saw adalah seorang yang sangat menganjurkan memperbanyak sedekah dalam setiap keadaan. Buktinya, beliau adalah orang yang paling demawan di bulan Ramadan, dalam urusan-urusan penting, keadaan sakit, dalam perjalanan, dalam peperangan dan haji,34 serta dalam waktu-waktu yang mulia seperti 10 hari dalam bulan Dzulhijjah, dua hari raya, hari Jumat, dan tempat-tempat yang mulia misalnya Mekah dan Medinah.35 F.

Keutamaan Sedekah Setiap kebaikan memiliki kebaikan, dan masing-masing berbeda dalam

memiliki hal keutamaan. Ada yang memiliki keutamaan banyak dan ada pula yang sedikit. Begitu pula dengan sedekah, ia memiliki beberapa keutamaan bagi

33

Tim Syaamil al-Qur’an, Syaamil al-Qur’an Miracle The Reference, h. 191. Ahmad Isa Asyur, al-Fiqhul Muyassar. Penerjemah Zaid Husein Alhamid (Jakarta: Pustaka Amani, t.t.), h. 197. 35 ‘Aliy As’ad, Terjemah Fathul Mu’in, Jilid 2 (Yogyakarta: Menara Kudus, 1980.), h. 54. 34

29

pengamalnya dan keutamaan itulah yang menyebabkan Rasulullah Saw menganjurkan kepada umatnya untuk banyak bersedekah. 1. Al-Qur’an a.

Allah SWT berfirman,          

  

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka, dan mereka akan mendapatkan pahala yang mulia.” (QS al-Hadid (57): 18)

b.

Allah SWT berfirman,             

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan bergelimang dosa.” (QS al-Baqarah [2]: 276)

2.

Al-Hadits

Klasifikasi Keutamaan-keutamaan Sedekah berdasarkan hadits-hadits Nabi yang perinciannya terdapat dalam lampiran 2: pertama, amal kebaikan yang dapat menyusul seorang mukmin setelah ajal tiba. Kedua, Allah akan memberikan naungan pada hari Kiamat. Ketiga, orang yang menunda tempo dalam kesulitan, maka akan mendapatkan sedekah setiap harinya sebelum hutang tersebut jatuh tempo. Keempat, sedekah kepada orang miskin akan mendapat satu pahala sedekah dan sedekah kepada kerabatnya akan mendapatkan dua pahala, yaitu pahala sedekah dan silaturahim. Kelima, ahli sedekah akan dipanggil di surga dari pintu sedekah. Keenam, tidak akan berkurang harta orang yang bersedekah.

30

Ketujuh, orang yang bersedekah akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Kedelapan, sedekah merupakan jalan terbaik untuk membantu orang lain. Kesembilan, orang yang bersedekah akan berada di bawah naungan amal sedekahnya hingga diputuskan semua perkara manusia. Kesepuluh, sedekah adalah termasuk amal-amal salih yang paling utama. Kesebelas, memadamkan panasnya kubur. Kedua belas, melenyapkan kesalahan. Ketiga belas, didoa’kan para malaikat setiap hari. Keempat belas, meredam kemurkaan Tuhan dan menolak akibat jelek. Kelima belas, menambah panjangnya umur. Dan keenam belas, menambah harta kekayaan, obat penyembuh penyakit, Allah akan menghilangkan segala bala, akan melintasi sirâtal mustaqîm seperti kilat, dan akan masuk surga tanpa hisab. G.

Adab-adab Sedekah Bersedekah termasuk amal shalih yang paling agung, bahkan termasuk amal

terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bersedekah juga merupakan salah satu sebab dilindunginya seseorang dari adzab kubur dan mendapat naungan Allah pada hari kiamat. Apalagi jika orang yang mengeluarkan sedekah itu memerhatikan adab-adabnya.36 Diantara adab bersedekah adalah sebagai berikut: 1.

Mengiringi dengan basmallah Mengiringi setiap aktivitas sedekah dengan bacaan basmallah, sebab

ia merupakan perkara yang amat besar.37 2.

Niatnya harus tulus

36 ‘Abdul Aziz bin Fathi al-Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam, Jilid 2. Penerjemah Abu Ihsan al-Atsari (T.tp.: PT Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2009), h. 65. 37 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah. Penerjemah Kaman As’at Irsyad dkk. (Jakarta: Amzah, 2010), h. 427.

31

Hendaklah orang yang bersedekah supaya meluruskan niatnya. Hendaklah yang ia cari hanya wajah Allah SWT semata, bukan karena riya atau ingin dipuji manusia dengan dikatakan dermawan.38 Rasulullah Saw bersabda, “Ada seseorang yang Allah beri keluasan harta, kemudian dia mengakui nikmat tersebut pada hari kiamat. Dia ditanya, ‘Lantas apa yang engkau kerjakan dengan nikmat tersebut? Dia menjawab, Aku salurkan ke jalan yang Engkau cintai. Tidak ada satu pun jalan yang Engkau cintai kecuali aku berinfak di dalamnya.’ Allah berkata, ‘Engkau berdusta! Akan tetapi, engkau melakukan hal itu semua karena ingin dikatakan dermawan, dan engkau telah mendapatkannya! Akhirnya orang tersebut ditarik wajahnya dan dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim Bab 43 Orang yang bertempur untuk pamer dan popularitas/Hadis ke 1905)

3.

Ikhlas dalam bersedekah Seseorang wajib mengikhlaskan niat karena Allah semata di dalam

bersedekah dan mencari keridhaan-Nya serta kedekatan disisi-Nya, baik sedekah wajib maupun sedekah sunnah. Jika keikhlasan tidak ada, maka sedekah akan batal dan dapat menggugurkan pahalanya. 39 Karena dalam Islam, ikhlas merupakan kunci diterima atau tidaknya ibadah seseorang di hadapan Allah SWT.40 Dalam konteks sedekah, ikhlas memiliki beberapa makna. Pertama, ikhlas dalam arti melakukan sedekah dalam rangka beribadah kepada Allah semata dan tidak mengharapkan imbalan dari-Nya. Ia tidak pernah mengharapkan imbalan dari manusia, apalagi hanya untuk mendapatkan pujian atau gelar sebagai orang yang dermawan. Kedua, ikhlas yang melahirkan syukur yang lahir dari pemahaman dan keyakinan bahwa rezeki 38

Reza Pahlevi Dalimunthe, 100 Kesalahan dalam Sedekah, h. 18. Al-Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam, h. 65. 40 Amirulloh Syarbini, Sedekah Mahabisnis dengan Allah (Jakata: QultumMedia, 2012), h. 39

28.

32

dan harta yang dimiliki tidak lain bersumber dari Allah SWT, sehingga tidak ragu untuk menyedekahkan harta.41

‫ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺭﺟﻼ ﻏﺰﺍ ﻳﻠﺘﻤﺲ ﺍﻷﺟﺮ ﻭﺍﻟﺬﻛﺮ ﻣﺎ ﻟﻪ ﻓﻘﺎﻝ‬: ‫ﺟﺎﺀ ﺭﺟﻞ ﺇﱃ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻻ ﺷﻲﺀ ﻟﻪ ﻓﺄﻋﺎﺩﻫﺎ ﺛﻼﺙ ﻣﺮﺍﺕ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ‬ .‫ ﺇﻥ ﺍﷲ ﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺇﻻ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺧﺎﻟﺼﺎ ﻭﺍﺑﺘﻐﻰ ﺑﻪ ﻭﺟﻬﻪ‬:‫ﺳﻠﻢ ﻻ ﺷﻲﺀ ﻟﻪ ﰒ ﻗﺎﻝ‬ “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw, lalu berkata, ‘Bagaimana menurutmu seorang lelaki yang berperang untuk mencari pahala dan popularitas, apa yang ia dapat?’Maka Rasulullah Saw menjawab, “Tidak ada pun yang ia dapat. Lalu orang itu mengulanginya tiga kali, dan Rasulullah Saw tetap bersabda, ‘Tidak ada apa pun yang ia dapat. Lalu bersabda, Sesungguhnya Allah tidak menerima amal apa pun, kecuali yang ikhlas dan hanya untuk mengharapkan wajah-Nya dengannya.” (HR Abu Daud dan al-Nasa’i)42

4.

Hendaklah Sedekah itu dari Hasil yang Baik Bersedekahlah dari harta yang halal karena itu merupakan sebab

diterimanya sedekah dan yang akan menghasilkan pahala, sebagaimana sabda Nabi Saw yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.:

‫ﻣﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺃﺣﺪ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺇﻻ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺇﻻ ﺃﺧﺬﻫﺎ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﲤﺮﺓ‬ .‫ﻓﺘﺮﺑﻮ ﰲ ﻛﻒ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺣﱴ ﺗﻜﻮﻥ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻦ ﺍﳉﺒﻞ ﻛﻤﺎ ﻳﺮﰊ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮﻩ ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ‬ “Tidaklah seseorang bersedekah dengan harta yang baik, dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik-baik, melainkan Allah akan mengambil dengan tangan kanan-Nya. Jika itu berupa sebutir kurma, niscaya ia akan tumbuh di telapak tangan Allah SWT hingga menjadi lebih besar daripada gunung. Sebagaimana seseorang di antara kamu menyemai benihnya atau memelihara anak unta.”(HR al-Nasa'i)43

41

Amirulloh Syarbini, Sedekah Mahabisnis dengan Allah, h. 30-31. M. Nashiruddin al-Albani, Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, Jilid 3. Penerjemah Izzudin Karimi dkk. (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007 ), h. 214-215. 43 Abî ‘Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib al-Nasâ’i, Sunan al-Nasâ'i (Riyadh: Maktabah alMa’ârif, t.t.), h. 393. 42

33

Al-fashil adalah unta kecil. Wajib atas orang yang bersedekah untuk mengusahakan agar sedekahnya berasal dari harta yang baik. Kalau tidak demikian, niscaya sedekahnya tidak akan diterima. 44 Rasulullah Saw bersabda,

‫ ﻭﺟﻞﹼ ﻻ‬‫ﻋﻦ ﻗﺘﺎﺩﺓ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺍﳌﻠﻴﺢ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻗﺎﻝ ﲰﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺻﻠﹼﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﹼﻢ ﻳﻘﻮﻝ ﺃﻥﹼ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻋﺰ‬ .‫ﻳﻘﺒﻞ ﺻﻼﺓ ﺑﻐﲑ ﻃﻬﻮﺭ ﻭﻻ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻏﻠﻮﻝ‬ “Dari Qatadah dari Abi al-Malih dari ayahnya berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima shalat tanpa bersuci dan Dia tidak akan menerima sedekah dari hasil yang haram”. 45 (HR al-Nasa'i)

5.

Memberikan Sedekah kepada orang-orang yang Membutuhkan Hendaklah orang-orang yang bersedekah berusaha memberikan

sedekahnya kepada orang-orang yang berhak menerimanya dari kalangan orang-orang fakir, miskin, anak yatim, janda, orang yang terlilit hutang, dan orang-orang yang berhak serta pantas menerima sedekah. Janganlah memberikan kepada orang-orang yang diketahui tidak membutuhkannya. Sebab, sedekah itu akan menjaga dari perbuatan yang haram untuk mendapatkan sesuap nasi atau yang lainnya.46 6.

Mendahulukan Sedekah kepada Karib Kerabat Apabila karib kerabat termasuk orang yang membutuhkan, maka

haknya lebih besar daripada hak orang lain. Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻜﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻫﻲ ﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﺮﺣﻢ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺻﻠﺔ‬ 44

Al-Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam, h. 67-68. Abu ‘Abdul al-Rahman Ahmad al-Nasa'i, Tarjamah Sunan al-Nasa'i. Penerjemah Bey Arifin dkk. (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1993 ), h 59. 46 Al-Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam, h. 68. 45

34

“Bersedekah kepada orang miskin bernilai satu sedekah, dan sedekah kepada orang yang memiliki hubungan karib kerabat mempunyai dua nilai, pahala sedekah dan pahala menyambung hubungan kekerabatan.” (HR al-Darimi)47

Barang siapa yang mendapatkan kelapangan untuk bersedekah, hendaklah ia mendahulukan karib kerabatnya jika mereka membutuhkan karena mereka lebih berhak menerimanya. 48 Dan utamanya kerabat dekat yang memiliki ikatan nasab, meskipun mereka wajib dinafkahi, kemudian kepada suami, istri, kerabat jauh, kerabat susuan, kerabat karena hubungan pernikahan, baru tetangga.49 Jika tidak demikian, boleh menyerahkannya kepada yang lain. Karena semakin dekat derajat kekerabatannya dengan orang yang menerima sedekah itu, maka semakin besar pula pahala sedekahnya. 7.

Merahasiakan Sedekah kecuali untuk Suatu Kepentingan Dianjurkan kepada setiap muslim jika ia bersedekah untuk

merahasiakan sedekahnya dari pengetahuan manusia sebisa mungkin. Sesungguhnya hal itu lebih dekat kepada keikhlasan serta lebih menjaga harga diri dan kehormatan orang yang menerimanya. Allah SWT berfirman,               

         

47

Abû Muhammad ‘Abdullah bin Abdurrahmaân bin al-Fadl bin Bahraâm al-Dârimî, Sunan al-D{ârimî, Jilid 2 (Riyadh: Dâr al-Mughni, 2000), h. 1046. 48 Al-Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam, h. 72. 49 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i. Penerjemah Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz (Jakata: almahira, 2010), h. 474.

35

“Jika kamu menampakan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Baqarah 271)

Rasulullah Saw telah menjelaskan bahwa orang yang merahasiakan sedekahnya termasuk orang-orang yang dinaungi pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan Allah SWT. Rasulullah Saw bersabda,

... ‫ ﻭﺭﺟﻞ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﺃﺧﻔﺎﻫﺎ ﻻ ﺗﻌﻠﻢ ﴰﺎﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻨﻔﻖ ﳝﻴﻨﻪ‬... ‫ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ‬ “Tujuh orang yang Allah naungi pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan Allah SWT:...dan seorang yang bersedekah, ia menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan 50 kanannya.” (HR Muslim)

Hadis di atas berisi anjuran untuk merahasiakan sedekah. Meskipun demikian, apabila di sana ada kepentingan dan maslahat yang kuat untuk menampakannya,

maka

yang

lebih

baik

adalah

menampakannya.

Contohnya, orang yang terhomat bersedekah kepada orang yang membutuhkan di hadapan khalayak agar mereka mengikutinya untuk bersedekah. Dengan begitu, ia telah mencontohkan kepada mereka perbuatan baik. Dan hal itu semua dilakukan dengan tetap menjaga diri dari riya’ dan tetap menjaga keikhlasan kepada Allah SWT di dalamnya.51 8.

Istiqamah dalam Bersedekah Istiqamah merupakan salah satu sikap mental yang dimiliki seorang

mukmin. Istiqamah merupakan manifestasi dari sebuah keyakinan bahwa

50

Abî al-Husain Muslim bin al-Hajjâj, Sahîh Muslim, Jilid 1 (Beirut: Dâr al-Kitâb al‘Arabiy, 2004), h. 399. 51 Al-Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam, h. 72-73.

36

ujian dalam hidup merupakan sunatullah yang telah Allah tetapkan atas diri manusia. Dalam konteks sedekah, biasanya orang bersedekah ketika ia mendapatkan rezeki yang banyak, sedangkan ketika mendapatkan kesusahan, enggan bahkan lupa untuk bersedekah. Padahal, belum pernah ada orang yang miskin disebabkan menyedekahkan seluruh hartanya. Sebaliknya, orang yang konsisten dalam sedekah akan senantiasa mendapatkan keberkahan dalam hidupnya. Karena, para malaikat selalu mendoakannya agar Allah mencurahkan karunia bagi orang-orang yang rajin bersedekah. Rasulullah Saw bersabda,

‫ ﻣﺎ ﻣﻦ ﻳﻮﻡ ﻳﺼﺒﺢ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ﻓﻴﻪ ﺇﻻ ﻣﻠﻜﺎﻥ ﻳﱰﻻﻥ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺃﺣﺪﳘﺎ ﺍﻟﻠﻬﻢ‬:‫ﺃﻥ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬ .‫ﺃﻋﻂ ﻣﻨﻔﻘﺎ ﺧﻠﻔﺎ ﻭﻳﻘﻮﻝ ﺍﻵﺧﺮ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻋﻂ ﳑﺴﻜﺎ ﺗﻠﻔﺎ‬ “Bahwasanya Nabi Saw bersabda: ‘Setiap hari, dua malaikat turun ke bumi. Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, gantilah harta orang yang bersedekah di jalan-Mu (dengan rezeki yang lebih banyak)”. Sedangkan yang satunya lagi berkata, “Ya Allah, binasakanlah harta orang yang menahan hartanya untuk disedekahkan.” (HR al-Bukhari)52

Terkadang ada perasaan enggan dan malu untuk bersedekah karena merasa apa yang akan disedekahkan sedikit dan tidak bernilai. Tetapi, sebenarnya lebih baik sedikit tapi istiqamah daripada banyak tapi tidak istiqamah. Karena, Rasulullah Saw mencintai amalan yang istiqamah walaupun sedikit. Rasulullah Saw bersabda,

52

Al-Zabidi, Ringkasan Sahih al-Bukhari, h. 292.

37

‫ ﺳﺌﻞ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺃﻱ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﺃﺣﺐ ﺇﱃ ﺍﷲ ؟‬: ‫ﺎ ﻗﺎﻟﺖ‬‫ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﺎ ﺃ‬ .(‫ﻗﺎﻝ ) ﺃﺩﻭﻣﻬﺎ ﻭﺇﻥ ﻗﻞ‬ “Diriwayatkan dari Aisyah r.a.: Seseorang bertanya kepada Nabi Saw, “Apakah perbuatan (ibadah) yang paling dicintai Allah? Nabi Saw bersabda, “Perbuatan ibadah yang dilakukan secara tetap (teratur) meskipun sedikit.” (HR alBukhari)53

Hadis di atas menegaskan bahwa Allah lebih senang terhadap orangorang yang konsisten dalam melaksanakan ibadah sekalipun nilainya kecil, khususnya bersedekah. Karena yang harus dipahami, bahwa kekayaan dan harta merupakan ujian dari Allah untuk mengetahui siapakah manusia yang melakukan amal terbaik. 54 H.

Hal-hal yang Membatalkan Sedekah Al-Qur’an memberitahukan bahwa ada beberapa hal

yang dapat

membatalkan sedekah, dalam arti tidak menjadi ibadah yang diberi pahala oleh Allah SWT. a.

al-mann

(membangkit-bangkitkan).

Artinya,

seseorang

yang

bersedekah kemudian terus mengingat dan menyebut-nyebutnya di hadapan orang lain sehingga orang banyak mengetahui bahwa ia telah bersedekah. b.

Al-adhâ (menyakiti). Artinya, seseorang yang telah bersedekah, kemudian dengan sedekah itu ia menyakiti hati orang yang menerimanya, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatannya.

c.

Ria

(memperlihatkan).

Artinya,

seseorang

menunjukan

atau

memamerkan kepada orang lain bahwa ia bersedekah. Misalnya, 53

Al-Zabidi, Ringkasan Sahih al-Bukhari, h. 878. Amirulloh Syarbini, Sedekah Mahabisnis dengan Allah (Jakata: QultumMedia, 2012), h.

54

39-41.

38

bersedekah dihadapan orang banyak, padahal ketika dalam keadaan sepi tidak mau bersedekah. Atau mempublikasikannya dengan maksud agar orang tahu dan kemudian memuji dan menyanjungnya sebagai seorang dermawan. Pahala sedekah yang demikian batal.55 d.

Sum’ah (mendengar). Artinya, melakukan perbuatan agar orang lain mendengar apa yang diperbuat, lalu mereka memuji dan ia menjadi tenar. Sum’ah juga bisa berarti menceritakan dan membesar-besarkan amalan yang pernah dilakukan pada orang lain agar mendapat tempat di hati serta mendapat perhatian dan keistimewaan.

e.

‘Ujub dan takabbur (sikap menunjukan kelebihan). Artinya, sikap menunjukan kelebihan, kehebatan, keanehan yang ada pada diri seseorang agar dipuji oleh orang lain. ‘Ujub dan takabbur juga berarti orang yang menyombongkan kelebihan dan keunikan yang ada pada dirinya, menganggap dirinya paling hebat, tidak ada yang dapat menyaingi kehebatan dan kelebihannya, dan menganggap orang lain lebih rendah atau lebih hina kedudukannya dibandingkan dirinya. 56

Ketiga hal itu oleh Allah SWT disebut sebagai perbuatan yang dapat membatalkan atau merusak sedekah. Orang yang bersedekah seperti itu tidak memperoleh sedikit pun pahala dari sedekahnya. Allah SWT berfirman:                  

         

55

Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 5 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1619. 56 Amirulloh Syarbini, Sedekah Mahabisnis dengan Allah, h. 35-36.

39

“Orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati”. (QS al-Baqarah 262)

Allah SWT berfiman,               

                   

               

“Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir”.” (QS al-Baqarah 264)

BAB III KAJIAN HADIS-HADIS SEDEKAH

A.

Teks Hadis Tentang Kewajiban dan Bentuk-bentuk Sedekah

‫ﺃﺧﱪﱐ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺧﺎﻟﺪ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ ﻗﺎﻝ ﺃﺧﱪﱐ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ ﻗﺎﻝ ﲰﻌﺖ ﺃﰊ‬ ‫ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ‬: ‫ﳛﺪﺙ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻣﻮﺳﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﳚﺪﻫﺎ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﺘﻤﻞ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻴﻨﻔﻊ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻳﺘﺼﺪﻕ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺍﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﲔ ﺫﺍ ﺍﳊﺎﺟﺔ ﺍﳌﻠﻬﻮﻑ ﻗﻴﻞ‬ 1

.‫ﺎ ﺻﺪﻗﺔ‬‫ﻓﺈﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﳋﲑ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﳝﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﻓﺈ‬

Artinya: Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Abdil al-A’la, ia berkata telah menceritakan kepada kami Khalid, ia berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah, ia berkata telah mengabarkan kepadaku bin Abu Burdah ia berkata, aku mendengar ayah bercerita dari Abi Musa dari Nabi Saw beliau bersabda: Kewajiban setiap orang Islam bersedekah. Ada orang yang bertanya: Bagaimana pendapat engkau, kalau dia tidak memperoleh (apa yang disedekahkannya)? Beliau menjawab: bekerja dengan tangannya lalu dimanfaatkannya (hasil kerjanya) untuk dirinya dan disedekahkan. Ditanyakan: Bagaimana pendapat engkau kalau dia tidak sanggup? Beliau menjawab: Ditolongnya orang berkepentingan yang memerlukan bantuan. Ditanyakan: Bagaimana pendapat engkau, kalau dia tidak sanggup? Nabi menjawab: Dia menyuruh mengerjakan perbuatan baik. Ditanyakan: Bagaimana pendapat engkau, kalau itu tidak bisa diperbuatnya? Beliau menjawab: Menghentikan berbuat kejahatan dan sesungguhnya itu merupakan sedekah.

1.

Takhrij Hadis2 Sebagaimana telah disinggung pada bab

sebelumnya bahwa

metodologi dalam melakukan takhrij hadis ini penulis menggunakan tiga metode. Dan untuk hadis tentang kewajiban dan bentuk-bentuk sedekah penulis menemukan dalam kitab takhrij al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-

1

Abî Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib al-Nasâ'i, Sunan al-Nasâ'i (Riyadh: Maktabah alMa’ârif, t.t.), h. 395. 2 Penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab hadis sebagai sumber asli yang di dalamanya dikemukakan secara lengkap matan dan sanadnya. Lihat, Nawir Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya, 2001), h. 395.

40

41

Hadîts al-Nabawî, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, dan Miftâhu Kunûz alSunnah. Penjabarannya sebagai berikut: Pertama, setelah ditelusuri dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li alFâzi al-Hadîts al-Nabawî dari semua lafadz yang ada dalam matan hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: 3

4

‫ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ‬: ‫ﺻﺪﻗﺔ ﺝ ﺻﺪﻗﺎﺕ‬

... ‫ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻓﺈﻥ ﱂ ﳚﺪ ﻗﺎﻝ ﻓﻴﻌﻤﻞ ﺑﻴﺪﻳﻪ ﻑ‬:‫ﻋﻤﻞ‬ 5

6

7

...‫ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﳋﲑ‬: ‫ﺃﻣﺮ‬

‫ ﻗﺎﻝ ﳝﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ‬: ‫ﺃﻣﺴﻚ‬

‫ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﳝﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻪ ﺻﺪﻗﺔ‬:‫ﺷﺮ ﺝ ﺷﺮﻭﺭ‬

Kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî ‫ﺷﺮ ﺝ ﺷﺮﻭﺭ‬ ٥٥ ‫ ﺯﻛﻮﺓ‬: ‫ﻡ‬ ٥٦ ‫ ﺯﻛﻮﺓ‬: ‫ﻥ‬

‫ﺃﻣﺴﻚ‬

‫ﺃﻣﺮ‬

٥٥ ‫ ﺯﻛﻮﺓ‬: ‫ﻡ‬

٥٦ ‫ ﺯﻛﻮﺓ‬: ‫ﻥ‬

‫ﺻﺪﻗﺔ ﺝ ﺻﺪﻗﺎﺕ‬ ٣٠ ‫ ﺯﻛﻮﺓ‬: ‫ﺥ‬ ٥٥ ‫ ﺯﻛﻮﺓ‬: ‫ﻡ‬ ٥٦ ‫ ﺯﻛﻮﺓ‬: ‫ﻥ‬ ٣٩٥ ،٤ : ‫ﺣﻢ‬ ٣٤ ‫ ﺭﻗﺎﻕ‬: ‫ﺩﻯ‬

Adapun keterangan tabel di atas dan hadis-hadisnya terdapat dalam lampiran 3.

3

A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 3 (Leiden: E.J. Bill, 1936), h. 286. 4 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 4 (Leiden: E.J. Bill, t.t.), h. 373. 5 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 1 (Leiden: E.J. Bill, 1936), h. 99. 6 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 6 (Leiden: E.J. Bill, t.t.), h. 219. 7 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 3, h. 82.

42

Kedua, setelah ditelusuri dalam kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts dari awal matan hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts ‫ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ‬ Sahih Muslim, kitab zakât, hadis ke-55 8

٥٥ ‫ ﺯﻛﻮﺓ‬: ‫ﻡ‬ ٣٩٥ ،٤ : ‫ﺣﻢ‬

Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 4, halaman 395

Ketiga, setelah ditelusuri dalam kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: Kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah 9

‫ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﻓﻤﻦ ﱂ ﳚﺪ ﻓﻠﻴﻌﻤﻞ ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬: ‫ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ‬

Sahih al-Bukhari, kitab ke-24, bab ke-30 Sunan al-Nasa’i, kitab ke-23, bab ke-56 Sunan al-Darimi, kitab ke-20, bab ke-34

٣٠ ‫ ﺑﺎﺏ‬٢٤ ‫ ﺯﻛﻮﺓ ﻙ‬: ‫ﺑﺦ‬ ٥٦ ‫ ﺑﺎﺏ‬٢٣ ‫ ﺯﻛﻮﺓ ﻙ‬: ‫ﻧﺲ‬ ٣٤ ‫ ﺑﺎﺏ‬٢٠ ‫ ﺭﻗﺎﻕ ﻙ‬: ‫ﻣﻰ‬

Demikianlah penelusuran hadis-hadis yang telah penulis dapat dari tiga metode dalam melakukan takhrij hadits. Dan dari keterangan yang didapat di atas penulis menemukan sebanyak 5 hadis. Adapun untuk hasil penelusuran hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mausû’ah Atrâf alHadîts dan Miftâhu Kunûz al-Sunnah semuanya sudah tercantum sebelumnya di penelusuran langkah pertama. 2.

Identifikasi Sanad Hadis Setelah melakukan penelusuran pada bagian hadisnya, penulis

menemukan beberapa sanad yang perlu ditinjau sehingga dapat diketahui 8

Abû Hajar Muhammad al-Sa’id bin Buyûni Zaghlul, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, Jilid 5 (Beirut: Dâr Kutub al-‘Ilmiyyah, 1989), h. 464. 9 A.J. Wensinck, Miftâhu Kunûz al-Sunnah (Lahore: Idârah Tarjaman al-Sunnah, 1979), h. 262.

43

jelas seluruh jalur sanad dan perawi hadis yang diteliti. Adapun riwayat yang ditemukan penulis terdapat dalam tabel dan skema sanad hadis dalam lampiran 4 dan 5. Dilihat dari tabel dan skema sanad hadis, menunjukan bahwa terdapat jalur periwayatan yang sama mulai dari Abû Mûsa sampai Syu’bah. Dan untuk mengetahui lebih jelas tentang periwayat hadisnya, maka penulis akan melakukan penelitian atas periwayat hadis di atas yang diambil dari kitabkitab Rijal sehingga dapat diketahui kualitas kepribadiannya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a.

Jalur periwayatan hadis dari al-Nasâ'i Periwayat

pertama,

al-Nasâ'i

nama

lengkapnya

adalah

Abû

‘Abdirrahmân Ahmad bin Syua’ib bin ‘Ali bin Sinân bin Bahr al-Khurâsânî al-Nasâ'i. Imam al-Nasâ’i adalah seorang yang mempunyai ilmu yang sangat dalam, pandai, kritikus perawai hadis, dan mempunyai karya dengan susunan yang baik. Beliau lahir di daerah Nasâ tahun 215 H dan meninggal di Palestina hari senin tahun 302 H. Adapun guru-gurunya yaitu Ishâq bin Râhawaih, ‘Ali bin Hujr,10 Muhammad bin ‘Abdil A'lâ,11Qutaibah bin Sa’îd, dan Suwaid bin Nashr.12 Sedangkan murid-muridnya yaitu Abû al-

10

Syams al-Din Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ', Jilid 1 (Riyadh: Bait al-Afkâr al-Dauliyah, t.t.), h. 791-793. 11 Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 25 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1992), h. 581. 12 Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), h. 585.

44

Qâsim al-Tabrânî, Abû Bakar Ahmad bin al-Sunnî, dan Abû ‘Ali al-Husain al-Naisabûri.13 Pernyataan kritikus hadis tentang kepribadian imam al-Nasâ'i: Abu Sa’id bin Yunus menilainya dengan seorang imâm dalam hadits, seorang yang tsiqah, tsabat, dan hâfizan, al-Dâruqutnî menilainya dengan seorang yang mempunyai banyak hadis dan meridhai hujjahnya,14 al-Dzahabi menilainya dengan seorang imâm yang memiliki ilmu dan pemahaman yang luas, seorang pengkritik, serta seorang pengarang yang baik.15 Periwayat kedua, Muhammad bin ‘Abdil A'lâ nama lengkapnya adalah Muhammad bin ‘Abdil A'lâ al-Shan’âni al-Qais, Abu Abdullah alBashri. Beliau meninggal di Bashrah tahun 245 H. Adapun guru-gurunya yaitu Umayyah bin Khâlid, Khâlid bin al-Hârits, Sufyân bin ‘Uyainah, dan ‘Abdurrahman bin Mahdi. Sedangkan murid-muridnya yaitu Abû Dâud, Muslim, Ibnu Mâjah, Tirmidzi, al-Nasâ’i, dan ‘Abdullah bin Muhammad bin Abî al-Dunyâ.16 Pernyataan kritikus hadis tentang Muhammad bin ‘Abdil A'lâ: Abû Zur’ah dan Abû Hâtim menilainya dengan tsiqah, dan Ibnu Hibbân menyebutkan al-tsiqât dalam kitabnya.17 Periwayat ketiga, Khâlid nama lengkapnya adalah Khâlid bin al-Hârits bin ‘Ubaid bin Sulaiman bin ‘Ubaid bin Sufyân bin Mas’ûd bin Sukain. 13

Tajuddin Abi Nashr ‘Abdul Wahhab bin Taqiyyuddin al-Subki, Tabaqât al-Syâfi’iyyah al-Kubra, Jilid 2 (Kaira: Idârah Muhammad ‘Abdul Latîf, t.t.), h. 83-84. 14 Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, h. 335-340. 15 Al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ', h. 791. 16 Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 25 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1992), h. 581-582. 17 Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 25, h. 583.

45

Beliau lahir tahun 120 H dan meninggal di Bashrah tahun 186 H. Adapun guru-gurunya yaitu Sufyân al-Tsauri, Syu’bah bin al-Hajjâj, ‘Abdullah bin ‘Aun,

dan

Hisyam

bin’Urwah.

Sedangkan

murid-muridnya

yaitu

Muhammad bin ‘Abdil A'lâ, Ahmad bin Hanbal, Musaddad, dan Ishâq bin Rahawaih. Pernyataan kritikus hadis tentang Khâlid bin al-Hârits: Abû Hâtim, alNasâ’i, dan Muhammad bin Sa’ad menilainya dengan tsiqah, dan Abû Zur’ah menilainya dengan al-sadûq.18 Periwayat keempat, Syu’bah bin al-Hajjâj nama lengkapnya adalah Syu’bah bin al-Hajjâj bin al-Ward al-‘Ataki al-Azdi Abu Bistam al-Wasati, budak ‘Abdah bin al-Aghar budak Yazid bin al-Muhallab bin Abi Shufrah. Beliau lahir pada tahun 82 H dan meninggal pada awal tahun 160 H dalam umurnya yang ke-77 tahun. Adapun guru-gurunya yaitu Mâlik bin Anas, ‘Ubaidillah bin Umar, Hisyam bin ‘Urwah, Sufyân al-Tsauri, dan Sa’id bin Abî Burdah bin Abi Mûsa al-Asy’ari. Sedangkan murid-muridnya yaitu Khâlid bin al-Hârits, Sufyân al-Tsauri, ‘Abdullah bin al-Mubârak, dan ‘Abdurrahman bin Mahdi. Pernyataan kritikus hadis tentang Syu’bah bin al-Hajjâj: Yahya bin Ma’în menilainya dengan seorang imâm al-mutqîn, Muhammad bin Sa’ad

18

Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 7 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1985), h. 35-38.

46

menilainya dengan seorang yang tsiqah, tsabat, dan hujjah,19 al-‘Ijlî menilainya dengan seorang yang tsabat dalam hadits.20 Periwayat kelima, bin Abî Burdah disini yaitu Sa’îd bin Abî Burdah yang mempunyai nama lengkap ‘Âmir bin Abî Mûsa ‘Abdullah bin Qais alAsy’ari al-Kûfi. Beliau meninggal tahun 168 H. Adapun guru-gurunya yaitu Anas bin Mâlik, Abî Burdah bin Abî Mûsa, Abî Wâil Saqîq bin Salamah, dan Abî Bakr bin Hafs bin ‘Umar bin Sa’ad bin Abi Waqâs. Sedangkan murid-muridnya yaitu Syu’bah bin al-Hajjâj, Khâlid bin Nâfi’ al-Asy’ari, dan ‘Amrû bin Dînâr. Pernyataan kritikus hadis tentang Sa’îd bin Abî Burdah: Abû Hâtim menilainya dengan sadûq tsiqah, Ishâq bin Manshûr berkata dari Yahya bin Ma’în dan al-‘Ijlî menilainya dengan tsiqah,21 dan al-Nasâ’i menilainya dengan tsiqah.22 Periwayat keenam, Abî disini adalah ayah dari Sa’îd bin Abî Burdah yang mempunyai nama lengkap Abû Burdah bin Abî Mûsa al-Asy’ari. Beliau adalah termasuk dari kalangan tabi’in yang faqih dari Kufah. Meninggal pada hari Jumat tahun 104 H. Adapun guru-gurunya yaitu Zubair bin al-‘Awwâm, ‘Abdullah bin Umar bin al-Khattâb, ‘Ali bin Abi Thâlib, Abî Mûsa al-Asy’ari, Abû Hurairah, dan ‘Aisyah Ummul Mu'minîn.

19

Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 12 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1988), h. 479-494. 20 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalani al-Syâfi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 168-170. 21 Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 10 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1987), h. 345-346. 22 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalani al-Syâfi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2, h. 8.

47

Sedangkan murid-muridnya yaitu Qatâdah, Sa’îd bin Abî Burdah bin Abî Mûsa al-Asy’ari, Syu’bah bin Dînâr al-Kûfi, dan Abû Ishâq al-Syaibani. Pernyataan kritikus hadis tentang Abû Burdah bin Abî Mûsa alAsy’ari: Muhammad bin Sa’ad dan al-‘Ijli menilainya dengan seorang yang tsiqah lagi memiliki banyak hadits.23 Periwayat ketujuh, Abî Mûsa disini adalah Abî Mûsa al-‘Asy’ari yang mempunyai nama lengkap ‘Abdullah bin Qais bin Sulaim bin Hadar bin Harb bin Amir bin al-Asy’ari. Para ulama berbeda pendapat terhadap tahun wafatnya Abû Mûsa al-Asy’ari, akan tetapi menurut al-Dzahabi dan Abu Nu’aim bahwa Abû Mûsa meninggal pada bulan Dzulhijjah tahun 44 H. Adapun guru-gurunya yaitu Nabi Muhammad Saw, ‘Abdullah bin Mas’ûd, ‘Ali bin Abi Thâlib, ‘Umar bin Khattâb, dan Abû Bakar al-Shiddîq. Sedangkan murid-muridnya yaitu Anas bin Mâlik al-Anshari, al-Hasan alBashri, Abû Burdah bin Abî Mûsa, dan Abû ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin Mas’ûd. Pernyataan kritikus hadis tentang Abû Mûsa al-Asy’ari: Ibnu alMadînî menilainya dengan hakim umat ada empat yaitu ‘Umar, ‘Ali, Abû Mûsa, dan Zaid bin Tsâbit, dan al-Dzahabi menilainya dengan seorang ahli ibadah, zuhud, dan ahli puasa.24

23

Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 33 (Beirut: Mu'assasah al-Risa>lah, 1992), h. 66-71. 24 Syams al-Dîn Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ', Jilid 2 (Riyadh: Bait al-Afkâr al-Dauliyah, t.t.), h. 2457-2459.

48

b.

Jalur periwayatan hadis dari al-Dârimî Periwayat pertama, al-Dârimî nama lengkapnya adalah ‘Abdullah bin

‘Abdurrahman bin al-Fadl bin Bahrâm bin ‘Abdussamad al-Dârimî alTamîmî. Beliau lahir tahun 181 H dan meninggal hari Jumat tahun 255 H. Adapun guru-gurunya yaitu Muslim bin Ibrâhim, Muhammad bin Qudâmah, Sulaiman bin Harb, dan Ja’far bin ‘Aun. Sedangkan murid-muridnya yaitu Muslim, Abû Dâud, Tirmidzi, al-Bukhari, dan Abû Hâtim Muhammad bin Idrîs al-Râzi. Pernyataan kritikus hadis tentang al-Dârimî: Abdurrahman bin Abî Hâtim al-Râzi menilainya dengan seorang imâm di zamannya, Abû Hâtim bin Hibbân menilainya dengan seorang huffâz yang bertaqwa, ahli wara’ dalam agama,25 al-Khatîb meriwayatkan dari Ahmad bin Hanbal menilainya dengan tsiqah.26 Periwayat kedua, Muhammad bin Ja’far yang mempunyai nama lengkap Muhammad bin Ja’far al-Bazzâr, Abu Ja’far al-Madâin. Beliau meninggal tahun 206 H. Adapun guru-gurunya yaitu Syubah bin al-Hajjaj, Abdussamad bin Habib, Mustalim bin Said al-Wasithi, dan Isa bin Maimun al-Madani. Sedangkan murid-muridnya yaitu Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Muhammad bin al-Marwazi, Muhammad bin al-Husain al-Burjulani, dan Qathan bin Ibrâhim al-Naisabûrdan ‘Abbâs bin Muhammad al-Dûr. Pernyataan kritikus hadis tentang Muhammad bin Ja’far: Abu Hatim menilainya dengan haditsnya dicatat, Ibnu Hibban menyebutkan dalam 25

Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 15, h. 210-216. Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalani al-Syâfi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2, h. 374. 26

49

kitabnya al-tsiqat,27 Ibnu Qani’ menilainya dengan da’îf, dan Ibnu ‘Abdil Bar menilainya dengan tidak kuat.28 Periwayat ketiga yaitu Syu’bah bin al-Hajjâj, penulis sudah membahas sebelumnya pada jalur periwayatan al-Nasâ’i halaman 45-46. Periwayat keempat yaitu Sa’id bin Abi Burdah telah dibahas oleh penulis pada halaman 46. Periwayat kelima yaitu Abi Burdah telah dibahas pada halaman 46-47. Dan periwayat terakhir yaitu Abi Musa al-‘Asy’ari juga telah dibahas pada halaman 47. c.

Jalur periwayatan hadis dari Ahmad bin Hanbal Periwayat pertama, Ahmad bin Hanbal mempunyai nama lengkap

yaitu Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Syaibani, Abu Abdillah al-Marwazi. Beliau lahir di Baghdad pada bulan Rabiul Awwal tahun 164 H dan menurut Hanbal bin Ishaq bin Hanbal meninggal di Baghdad pada Jumat tanggal 12 Rabiul Awwal 241 H. Adapun gurugurunya yaitu Ibrâhim bin Sa’ad al-Zuhri, Sufyân bin ‘Uyainah, ‘Abdurrahman bin Mahdi, Qutaibah bin Sa’îd, Muhammad bin Idrîs alSyâfi’i, dan Waki’ bin al-Jarrâh. Sedangkan murid-muridnya yaitu alBukhari, Muslim, Abu Daud, ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, alTirmidzi, Ibnu Majah, al-Nasa’i, dan Yahya bin Ma’in dan Abu Zur’ah.29

27 Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 25 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1992), h. 10-12. 28 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalani al-Syâfi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 533. 29 Syams al-Din Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ', Jilid 1 (Riyadh: Bait al-Afkâr al-Dauliyah, t.t.), h. 922.

50

Pernyataan kritikus hadis tentang Ahmad bin Hanbal: Al-‘Ijli menilainya dengan tsiqah tsabat dalam hadits, al-Nasa’i menilainya dengan al-tsiqah al-ma´mun, dan Ibnu Sa’ad menilainya dengan tsiqah, tsabat, sadûq.30 Periwayat kedua, ‘Abdurrahman mempunyai nama lengkap yaitu Ibrahim bin Sa’ad bin Ibrahim bin ‘Abdurrahman bin Auf al-Qurasyi alZuhri. Beliau lahir tahun 108 H dan menurut Marwan al-Utsmani meninggal tahun 185 H. Adapun guru-gurunya yaitu Ayahnya Sa’ad bin Ibrahim, Syu’bah bin al-Hajjâj, Walîd bin Katsîr, Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri, dan Muhammad bin Ishâq bin Yâsar. Sedangkan murid-muridnya yaitu anaknya Sa’ad bin Ibrâhim, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Abu Daud, ‘Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabiy, ‘Abdurrahman bin Mahdi, dan Waki’ bin al-Jarrâh. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Abdurrahman: ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbali dari ayahnya dan Abu Hatim menilainya dengan tsiqah, Sa’id bin Khirasy menilainya dengan sadûq,31 dan Ibnu Abi Maryam dari Ibnu Ma’in menilainya dengan tsiqah hujjah.32 Periwayat ketiga, keempat, kelima, dan keenam, penulis sudah membahasnya secara terperinci pada jalur al-Nasa’i dan al-Darimi mulai dari Syu’bah, Sa’id bin Abi Burdah, Abu Burdah, dan Abu Musa al-Asy’ari.

30

Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalani al-Syâfi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 1 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 43-44. 31 Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1982), h. 88-92. 32 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 1 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 66.

51

d.

Jalur periwayatan hadis dari al-Muslim Periwayat pertama, Muslim mempunyai nama lengkap yaitu Muslim

bin Hajjâj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz al-Qusyairi al-Naisaburi. Khusus untuk imam Muslim, penulis tidak membahasnya secara terperinci, karena setelah diteliti beliau termasuk orang yang tsiqah dan hadis-hadisnya pun termasuk ke dalam kualitas hadis yang baik. Adapun untuk lebih jelasnya terlampir dalam lampiran 6. Periwayat kedua, Abû Bakar mempunyai nama lengkap yaitu ‘Abdullah bin Muhammad bin Ibrâhim bin ‘Utsman bin Khuwasta al‘Absiy, Abû Bakar bin Abi Syaibah. Beliau meninggal pada bulan Muharram tahun 235 H. Adapun guru-gurunya yaitu Ismâ’il bin ‘Ulyah, Abû Usâmah Hammad bin Usamah, ‘Abdullah bin al-Mubarak, Qutaibah bin Sa’id, Waki’ bin al-Jarrâh, dan Yahya bin Sa’id al-Qattân. Sedangkan murid-muridnya yaitu al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Abû Hatim Muhammad bin Idrîs al-Râzi, dan Abû Zur’ah ‘Ubaidillah bin Abdul Karîm al-Râzi. Pernyataan kritikus hadis tentang Abû Bakar bin Abî Syaibah: al-‘Ijli, Abu Hatim, dan Ibnu Khirâsy menilainya dengan tsiqah,33 serta Ibnu Qâni’ menilainya dengan tsiqah tsabat.34 Periwayat kedua, Abû Usâmah mempunyai nama lengkap yaitu Hammad bin Usâmah bin Zaid al-Qurasyi, Abû Usâmah al-Kûfi. Menurut

33

Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîd al-Kamâl, Jilid 16 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 34-41. 34 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîd al- Tahdzîd, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 420.

52

al-Bukhari, Abu Usamah meninggal pada bulan Dzulqa’dah tahun 201 H. Sedangkan menurut Ibnu Sa’ad, beliau meninggal di Kufah pada hari Jumat bulan Syawwal tahun 201 H. Adapun guru-gurunya yaitu Syu’bah bin alHajjâj, Sufyân al-Tsauri, Hisyam bin ‘Urwah, dan Hammad bin Zaid. Sedangkan murid-muridnya yaitu Mahmûd bin Ghailan al-Marwazi, Qutaibah bin Sa’id, Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abî Syaibah, dan Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.35 Pernyataan kritikus hadis tentang Hammâd bin Usâmah bin Zaid alQurasyi, Abû Usâmah: al-‘Ijli, Ibnu Sa’ad, dan Hanbal bin Ishaq dari Ahmad menilainya dengan tsiqah.36 Periwayat ketiga, keempat, kelima, dan keenam, penulis sudah membahasnya secara terperinci pada jalur al-Nasa’i dan al-Darimi mulai dari Syu’bah, Sa’id bin Abi Burdah, Abu Burdah, dan Abu Musa al-Asy’ari. e.

Jalur periwayatan hadis dari al-Bukhâri Periwayat pertama, al-Bukhâri mempunyai nama lengkap yaitu

Muhammad bin Ismâ’il bin Ibrâhim bin al-Mughîrah bin Bardizbah. Khusus untuk imam Muslim, penulis tidak membahasnya secara terperinci, karena setelah diteliti beliau termasuk orang yang tsiqah dan hadis-hadisnya pun termasuk ke dalam kualitas hadis yang baik. Adapun untuk lebih jelasnya terlampir dalam lampiran 6.

35

Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîd al-Kamâl, Jilid 7 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1985), h. 217-223. 36 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîd al- Tahdzîd, Jilid 1 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 477.

53

Periwayat kedua, Muslim bin Ibrâhim

mempunyai nama lengkap

yaitu Muslim bin Ibrâhim al-Azdi al-Farahidi, Abu ‘Amar al-Bashri. Beliau meninggal di Bashrah pada bulan Shafar 222 H. Adapun guru-gurunya yaitu Syu’bah bin al-Hajjâj, ‘Abdullah bin ‘Aun, ‘Abdullah bin al-Mubârak, Wuhaib bin Khâlid, dan ‘Abdussalam bin Syaddad. Sedangkan muridmuridnya yaitu al-Bukhari, Abu Daud, ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman alDarimi, Abû Hatim, Abû Zur’ah, dan Yahya bin Ma’in. Pernyataan kritikus hadis tentang Muslim bin Ibrâhim: Abu Bakar bin Abi Khaitsamah dari Yahya bin Ma’in menilainya dengan tsiqah ma´mun, Abdurrahman bin Abi Hatim menilainya dengan tsiqah sadûq,37 Ibnu Sa’ad menilainya dengan tsiqah banyak hadisnya.38 Periwayat ketiga, keempat, kelima, dan keenam, penulis sudah membahasnya secara terperinci pada jalur al-Nasa’i dan al-Darimi mulai dari Syu’bah, Sa’id bin Abi Burdah, Abu Burdah, dan Abu Musa al-Asy’ari. Uraian mengenai sanad Hadis tentang Kewajiban dan bentuk-bentuk Sedekah adalah sebagai berikut: Pertama, dari segi penerimaannya termasuk dalam haditsnya marfu’39 karena sampai kepada Nabi Saw. Kedua, dari segi kuantitas hadis, terlihat bahwa hadis di atas adalah termasuk hadis

37 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 27 (Beirut: Mu'assasah al-Risalâh, 1996), h. 487-492. 38 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 4 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 65. 39 Hadis marfu’ adalah perkataan, perbuatan atau ikrar yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik sanad hadis tersebut bersambung-sambung atau terputus, dan baik yang menyandarkan hadis itu sahabat, maupun lainnya. Lihat, Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahul Hadits (Bandung: PT al-Ma’arif, 1974), h. 160.

54

Ahad40. Karena periwayat sahabat41, tabi’in42, tabi’-tabi’innya 43 adalah satu orang. Ketiga, dari segi kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para perawinya, terlihat bahwa hampir seluruh perawi yang terlihat dalam periwayatan Hadis tersebut tsiqah44, hanya satu jalur periwayatan yang daif45, yaitu pada Muhammad bin Ja’far pada jalur periwayatan imam alDarimi. Tetapi, karena ada muttabi’46 pada jalur periwayatan imam Muslim, al-Bukhari, Ahmad bin Hanbal, dan al-Nasa'i, maka kedudukannya naik menjadi hadis hasan lighairih47. Keempat, dari segi hubungan periwayatan, maka seluruh sanad hadis bersambung, walaupun ada tiga perawi yang tidak menunjukan adanya pertemuan di antara guru dan murid, yaitu pada jalur imam al-Darimi antara Syu’bah bin al-Hajjaj, Muhammad bin Ja’far, dan imam al-Darimi. Tetapi, kalau dilihat dari kata penghubung yang digunakan mereka, yaitu haddatsana dan akhbarana maka kata penghubungnya 40

Menurut Abdul Wahab Khallaf, hadis Ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang, dua orang, atau sejumlah orang, tetapi jumlahnya tidak sampai kepada jumlah perawi hadis mutawatir. Keadaan perawi seperti ini terjadi sejak perawi pertama sampai perawi terakhir. Lihat, Munzier Suparta dan Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis (Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa, 1993), h. 94. 41 Sahabat adalah orang yang bertemu dan hidup bersama Rasulullah Saw minimal setahun lamanya. Lihat, Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahul Hadits, h. 281. 42 Tabi’in adalah orang-orang yang menjumpai sahabat dalam keadaan iman dan Islam, dan mati dalam keadaan Islam, baik perjumpaan itu lama maupun sebentar. Lihat, Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahul Hadits, h. 291. 43 Tabi’–tabi’in adalah orang-orang yang hanya bertemu dengan tabi’in. Lihat, Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahul Hadits, h. 292. 44 Tsiqah: dapat dipercaya. Lihat, Kamaluddin Nurdin Marjuni, Kamus Syawarifiyyah (Jakarta: Ciputat Press Group, 2009), h. 209. 45 Da’if: hadis yang lemah. Lihat, Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 43. 46 Muttabi’ adalah hadis yang mengikuti periwayatan rawi lain sejak pada gurunya (yang terdekat), atau gurunya guru (yang terdekat itu). Lihat, Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahul Hadits, h. 107. 47 Hadis hasan lighairih adalah hadis hasan yang tidak memenuhi persyaratan hadis hasan secara sempurna atau pada dasarnya hadis tersebut adalah hadis daif , akan tetapi karena adanya sanad atau matan lain yang menguatkannya (syahid atau muttabi’), maka kedudukan hadis daif tersebut naik derajatnya menjadi hadis Hasan lighairih. Lihat, Munzier Suparta dan Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, h. 122.

55

termasuk yang berkualitas tinggi yang sudah disepakati ‘Ulama (al-Sama’), yang mengindikasikan kuat perjumpaan antarmereka. Dan salah satu indikator yang menunjukan pertemuan antarmereka adalah terlihat dari tahun lahir dan wafatnya mereka yang diperkirakan adanya pertemuan. 48 Kelima, Berdasarkan beberapa catatan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk seluruh sanad hadisnya adalah shahih. 3.

Telaah Matan Hadis Penelitian terhadap matan suatu hadis juga diperlukan. Karena

keduanya saling berkaitan satu sama lain. Kalimat yang baik susunan kata dan kandungannya sesuai dengan ajaran Islam, belum tentu termasuk sebuah hadis jika tidak terdapat rangkaian periwayat yang sampai kepada Rasulullah Saw. Sebaliknya, tidak berarti suatu sanad yang baik bila jika kebenaran matannya tidak bisa dipertanggung jawabkan. 49 Suatu hadis dapat dinyatakan sahih apabila sanad dan matannya samasama memiliki kualitas yang sahih. Tetapi, terkadang ada suatu hadis yang sanadnya sahih, tapi matannya tidak. Atau sebaliknya, matannya sahih,

48

Kriteria ketersambungan sanad: Pertama, periwayat hadis yang terdapat dalam sanad hadis yang diteliti semua berkualitas tsiqat. Kedua, masing-masing periwayat menggunakan katakata penghubung yang berkualitas tinggi yang disepakati oleh ‘Ulama (al-Sama’), yang menunjukan adanya pertemuan di antara guru dan murid. Istilah yang dipakai untuk cara al-Sama’, diantaranya: ( ‫ ﺣﺪﺛﻨﺎ‬،‫ ﺳﻤﻌﺖ‬،‫ أﺧﺒﺮﻧﻲ‬،‫ أﺧﺒﺮﻧﺎ‬،‫) ﺣﺪﺛﻨﻲ‬. Ketiga, adanya indikator kuat perjumpaan antara mereka. Ada tiga indikator yang menunjukan pertemuan: terjadi proses guru dan murid yang dijelaskan oleh para penulis rijal hadis dalam kitabnya, tahun lahir dan wafat yang diperkirakan adanya pertemuan, dan tinggal belajar atau mengabdi (mengajar) di tempat yang sama. Lihat, Bustamin dan M. Isa A. Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 53. 49 Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis, h. 59-60.

56

sanadnya tidak. 50 Sebab itu, selain meneliti sanad, meneliti matan suatu hadis juga sangat penting untuk diteliti. Adapun untuk penelitian matan, penulis menggunakan metodologi Salâhuddîn bin Ahmad al-Adabî. Ia mengatakan bahwa kriteria kesahihan matan ada empat, yaitu tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur’an, tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat, tidak bertentangan dengan akal sehat, indera, dan sejarah, serta susunan pernyataannya menunjukan ciri-ciri sabda kenabian.51 Setelah mengetahui kedudukan hadis dari segi sanadnya, kemudian penulis akan melakukan kritik matan hadis tentang kewajiban dan bentukbentuk sedekah berdasarkan metodologi Salâhuddîn bin Ahmad al-Adabî. Selanjutnya, untuk membuktikan matan hadis yang akan penulis teliti, maka di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang akan mendukung kedudukan matan dari hadis di atas. Pertama, peninjauan berdasarkan petunjuk ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan kewajiban dan bentuk-bentuk sedekah. Penulis menemukan ayat al-Qur’an yang mendukung hadis yang diteliti. Surat al-Nisa' (4) : 114                 

           

50

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), h.

115. 51

Salâhuddîn bin Ahmad al-Adabi, Manhaj Naqd al-matan ‘inda ‘Ulama' al-Hadîts alNabawî (Beirut: Dâr Afaq al-Jadîdah, 1983), h. 238.

57

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.”

Ayat ini mengandung pelajaran yang sangat berharga tentang pembicaraan yang direstui agama, sekaligus mengingatkan bahwa amalamal lahiriah hendaknya selalu disertai dengan rasa keikhlasan serta keterbatasan dari tujuan duniawi yang sifatnya menggugurkan amal itu. Perintah bersedekah, perintah melakukan makruf, dan upaya melakukan perbaikan antarmanusia, ketiga hal yang dikecualikan dari pembicaraan rahasia yang buruk, menunjukan bahwa amal-amal dapat menjadi terpuji bila dilakukan secara rahasia, seperti bersedekah, melakukan perbaikan antarmanusia serta amal-amal makruf tertentu. Bahwa hanya ketiga hal itu yang dikecualikan, menurut al-Razi, karena amal pada garis besarnya tidak keluar dari memberi manfaat atau menampik mudharat. Pemberian manfaat dapat bersifat material dan inilah yang diwakili oleh bersedekah, yang bersifat immaterial ditunjuk dengan makruf. Makruf dapat mencakup pengembangan potensi kemampuan teoritis, melalui pemberian pengetahuan atau pengembangan potensi amaliah melaui keteladanan. 52 Kedua, peninjauan berdasarkan hadis yang berhubungan dengan kewajiban dan bentuk-bentuk sedekah. Penulis menemukan hadis yang mendukung hadis yang diteliti.

52

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jilid 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 717.

58

،‫ﻤﺲ‬‫ﺎﺱ ﻋﻠﻴﻪ ﺻﺪﻗﺔ ﻛﻞﹼ ﻳﻮﻡ ﺗﻄﻠﻊ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺸ‬‫ﻛﻞﹼ ﺳﻼﻣﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﻨ‬: ‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﹼﻰ ﺍﷲُ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﹼﻢ‬ ‫ﺘﻪ ﻓﻴﺤﻤﻞ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺃﻭ ﻳﺮﻓﻊ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻣﺘﺎﻋﻪ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺍﻟﻜﻠﻤﺔ‬‫ﺟﻞ ﻋﻠﻰ ﺩﺍﺑ‬‫ﻳﻌﺪﻝ ﺑﲔ ﺍﻻﺛﻨﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻳﻌﲔ ﺍﻟﺮ‬ .‫ﻼﺓ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﳝﻴﻂ ﺍﻷﺫﻯ ﻋﻦ ﺍﻟﻄﹼﺮﻳﻖ ﺻﺪﻗﺔ‬‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻛﻞﹼ ﺧﻄﻮﺓ ﳜﻄﻮﻫﺎ ﺇﱃ ﺍﻟﺼ‬ “Rasulullah Saw bersabda, ‘Tiap ruas badan manusia wajib disedekahi pada tiap hari di mana matahari terbit. Dia berlaku adil di antara dua orang, itu sedekah. Dia membantu menaikkan orang ke atas kendaraannya, membawakan, atau mengangkatkan barangnya, itu sedekah. Kata-kata yang baik juga sedekah. Setiap langkah menuju shalat juga sedekah. Dan, menyingkirkan gangguan dari jalanan juga sedekah.” (HR al-Bukhari dalam kitab al-jihâd, bab ke-72)53

Hadis di atas menyatakan bahwa syariat Islam mendorong untuk memberi sedekah setiap hari atas nama ruas sendi dan yang termasuk sedekah adalah berlaku adil, menolong seseorang yang memerlukan pertolongan, menuturkan kata-kata yang baik, melangkah ke tempat shalat, dan menghilangkan kotoran dari jalan raya. 54

‫ ﻣﺎ ﻣﻦ ﻳﻮﻡ ﻳﺼﺒﺢ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ﻓﻴﻪ ﺇﻻ ﻣﻠﻜﺎﻥ ﻳﱰﻻﻥ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺃﺣﺪﳘﺎ ﺍﻟﻠﻬﻢ‬:‫ﺃﻥ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬ .‫ﺃﻋﻂ ﻣﻨﻔﻘﺎ ﺧﻠﻔﺎ ﻭﻳﻘﻮﻝ ﺍﻵﺧﺮ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻋﻂ ﳑﺴﻜﺎ ﺗﻠﻔﺎ‬ “Bahwasanya Nabi Saw bersabda: ‘Setiap hari, dua malaikat turun ke bumi. Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, gantilah harta orang yang bersedekah di jalan-Mu (dengan rezeki yang lebih banyak)”. Sedangkan yang satunya lagi berkata, “Ya Allah, binasakanlah harta orang yang menahan hartanya 55 untuk disedekahkan.” (HR al-Bukhari dalam kitab zakat, bab ke-26 )

Hadis di atas menjelaskan bahwa syara’ mewajibkan untuk menginfakkan harta di jalan Allah dan para malaikat berdoa supaya harta

53

Abi ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ’îl al-Bukhâri, Sahîh al-Bukhârî (Beirut: Dar ibn Katsir, 2002), h. 713. 54 Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Mutiara Hadis 4 (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2003), h. 113. 55 Abi ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ’îl al-Bukhâri, Sahîh al-Bukhârî (Beirut: Dar ibn Katsir, 2002), h. 115.

59

yang dinafkahkan itu dibalas Allah, sebagaimana berdoa supaya harta orang yang kikir dibinasakan Allah.56 Ketiga, peninjauan berdasarkan sejarah yang berhubungan dengan kewajiban dan bentuk-bentuk sedekah. Penulis menemukan hadis yang mendukung hadis yang diteliti.

‫ﺎﻫﻢ ﻋﻦ ﺍﳌﻨﻜﺮ‬‫ ﻭﺃﻓﻘﻬﻬﻢ ﰲ ﺩﻳﻦ ﺍﷲ ﻭﺃﺗﻘﺎﻫﻢ ﷲ ﻭﺁﻣﺮﻫﻢ ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ ﻭﺃ‬،‫"ﺧﲑ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻗﺮ ﺅ ﻫﻢ ﻟﻠﻘﺮﺁﻥ‬ ."‫ﻭﺃﻭﺻﻠﻬﻢ ﻟﻠﺮﺣﻢ‬ “Sebaik-baik manusia ialah mereka yang paling baik bacaan Qur’annya, mereka yang paling mengerti Agama, mereka yang paling takut kepada Allah, yang paling giat menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan mereka yang paling setia menghubungkan silaturahmi.” (Ahmad, Thabrani di dalam “al-Kabir”, al-Baihaqi di dalam “al-Syu’ub dari Durrah binti Abu Lahab. Kata al-Haitsami: “Para perawi dalam riwayat Ahmad semuanya tsiqat)

Dari Durrah dijelaskan bahwa ada seorang laki-laki yang berdiri menghadap Rasulullah Saw, yang saat itu beliau tengah berada diatas mimbar. Orang tersebut bertanya: “Ya Rasulullah, manusia mana yang paling baik?” Jawab Rasulullah: “Sebaik-baik manusia

ialah...dan

seterusnya. Sebaik-baik manusia ialah yang paling baik bacaan al-Qur’annya sebab al-Qur’an itu kalamullah. Juga yang paling mengerti Agama sebab orang yang mengerti Agama adalah orang yang paling banyak menerima warisan Rasulullah dalam hal ini tentunya para ulama, dimana kata Rasulullah: “Ulama pewaris para Nabi”. Demikianlah pula orang yang melaksanakan “amar ma’ruf nahi munkar” dan menghubungkan tali

56

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Mutiara Hadis 4, h. 113.

60

silaturrahmi.

Sebab

hakikatnya

ialah

telah

memelihara

dirinya,

masyarakatnya dari perbuatan tercela. 57 Dari uraian di atas diketahui bahwa hadis yang berkenaan dengan kewajiban dan bentuk-bentuk sedekah ini sejalan dengan petunjuk alQur’an, kandungannya tidak bertentangan dengan hadis sahih lainnya, dan tidak bertentangan dengan sejarah serta akal sehat. Maka penulis berkesimpulan bahwa hadis di atas berkualitas sahih baik dari segi sanad maupun matan. B.

Teks Hadis Tentang Penerima sedekah

‫ ﻗﺎﻻ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻭﻛﻴﻊ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﻮﻥ ﻋﻦ ﺣﻔﺼﺔ ﺑﻨﺖ ﺳﲑﻳﻦ ﻋﻦ‬،‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺷﻴﺒﺔ ﻭﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ‬ ‫ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ‬: ‫ ﻋﻦ ﺳﻠﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﺎﻣﺮ ﺍﻟﻀﱯ ﻗﺎﻝ‬،‫ﺍﻟﺮﺑﺎﺏ ﺃﻡ ﺍﻟﺮﺍﺋﺢ ﺑﻨﺖ ﺻﻠﻴﻊ‬ 58

( ‫)ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻜﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﻘﺮﺍﺑﺔ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺻﻠﺔ‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Ali bin Muhammad, keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Ibnu ‘Aun dari Hafsah binti Sirin dari al-Rabab Umm al-Ra'ih binti Sulai’, dari Salman bin Amir al-Dhabbi berkata, Rasulullah Saw bersabda: Sedekah kepada orang miskin mendapatkan satu pahala sedekah, dan kepada kerabat mendapatkan dua pahala, (pahala) sedekah dan menyambung silaturrahim.

1.

Takhrij Hadis Setelah diadakan penelitian mengenai hadis yang berhak menerima

Sedekah, hasilnya penulis menemukan dalam kitab takhrij al-Mu’jam alMufahras li al-Fâzi al-Hadits al-Nabawî dan Miftâhu Kunûz al-Sunnah. Penjabarannya sebagai berikut:

57

Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Damsyiqi, Asbabul Wurud, Jilid 2. Penerjemah M. Suwarta Wijaya dan Zafrulah Salim (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 340-341. 58 Abû ‘Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Mâjah, Jilid 2 (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1996), h. 44.

61

Pertama, setelah ditelusuri dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li alFâzi al-Hadits al-Nabawî dari semua lafadz yang ada dalam matan hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: 59

‫ ﺛﻨﺘﺎﻥ ﺻﺪﻗﺔ ﻭ ﺻﻠﺔ‬.‫ ﺍﻟﻘﺮﺍﺑﺔ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ‬.‫ )ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ( ﻋﻠﻰ ﺫﻯ ﺍﻟﺮﺣﻢ‬:‫ﺻﻠﺔ‬

Kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadits al-Nabawî ‫ﺻﻠﺔ‬ ٢٦ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬:‫ﺕ‬ ٢٨ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬:‫ﺟﻪ‬ ٣٨ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬:‫ﺩﻯ‬ ١٧ ،٤ ‫ﺣﻢ‬ Adapun keterangan tabel diatas dan hadis-hadisnya terdapat dalam lampiran 7. Kedua, setelah ditelusuri dalam kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: Kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah 60

‫ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺫﻭﻯ ﺍﻟﻘﺮﰉ‬: ‫ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ‬

Sunan Ibnu Majah, kitab 3, bab ke-28

٢٨ ‫ ﺏ‬٣ ‫ﻣﺞ ﻙ‬

Demikianlah penelusuran hadis-hadis yang telah penulis dapat dari tiga metode dalam melakukan takhrij hadits. Dan dari keterangan yang didapat di atas penulis menemukan sebanyak 5 hadis. Adapun untuk hasil penelusuran hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Miftâhu Kunûz al-

59

A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadits al-Nabawî, Juz 7 (Leiden: E.J. Bill, 1936), h. 222. 60 A.J. Wensinck, Miftâhu Kunûz al-Sunnah (Lahore: Idârah Tarjaman al-Sunnah, 1979), h. 265.

62

Sunnah semuanya sudah tercantum sebelumnya di penelusuran langkah pertama. 2.

Identifikasi Sanad Hadis Setelah melakukan penelusuran pada bagian hadisnya, penulis

menemukan beberapa sanad yang perlu ditinjau sehingga dapat diketahui jelas seluruh jalur sanad dan perawi hadis yang diteliti. Adapun riwayat yang ditemukan penulis terdapat dalam tabel dan skema sanad hadis dalam lampiran 8 dan 9. Dilihat dari tabel diatas, menunjukan bahwa terdapat jalur periwayatan yang sama mulai dari Salman bin ‘Amir sampai Hafsah. Dan untuk mengetahui lebih jelas tentang periwayat hadisnya, maka penulis akan melakukan penelitian atas periwayat hadis di atas yang diambil dari kitabkitab Rijal sehingga dapat diketahui kualitas kepribadiannya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. a.

Jalur periwayatan hadis dari al-Tirmidzi Periwayat pertama, al-Tirmidzi mempunyai nama lengkap yaitu

Muhammad bin ‘Îsa bin Saurah bin Musa bin al-Dahak. Beliau lahir tahun 210 H dan meninggal di daerah Tirmidz pada malam senin 13 Rajab 279 H. Adapun guru-gurunya yaitu Qutaibah bin Sa’id, Mahmud bin Ghailan, Ahmad bin Manî’, Muhammad bin ‘Abdi al-A’la, ‘Ali bin Hujr, dan Muhammad bin Humaid al-Râzi. Sedangkan murid-muridnya yaitu Abu Bakar Ahmad bin Isma’il al-Samarqan, Abu Hamid Ahmad bin ‘Abdullah bin Daud al-Marwazi, Hammad bin Syakir al-Warraq, dan Muhammad bin Mahmud bin ‘Anbar al-Nasafî.

63

Pernyataan kritikus hadis tentang Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin al-Dahak, al-Tirmidzi: al-Khalîly menilainya dengan tsiqah muttafaq ‘alaih.61 Periwayat kedua, Qutaibah mempunyai nama lengkap yaitu Qutaibah bin Sa’id bin Jamîl bin Tharîf bin ‘Abdullah al-Tsaqafî. Beliau lahir tahun 150 H dan meninggal bulan Sya’ban tahun 240 H dengan umur 90 tahun. Adapun guru-gurunya yaitu Waki’ al-Jarrah, Muhammad bin Ja’far Ghundar, Malik bin Anas, al-Laits bin Sa’ad, ‘Abdullah bin Wahb, Sufyan bin ‘Uyainah, dan Hâtim bin Isma’il al-Madanî. Sedangkan muridmuridnya yaitu al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Tirmidzi, al-Nasa’i, Ahmad bin Hanbal, Yahya

bin Ma’în, dan Abu Bakar ‘Abdullah bin

Muhammad bin Abi> Syaibah. Pernyataan kritikus hadis tentang Qutaibah bin Sa’id: Ahmad bin Abi Khaitsamah berkata dari Yahya bin Ma’in, Abu Hatim, dan al-Nasa’i menilai Qutaibah dengan tsiqah, Ibnu Khirasy menilainya dengan sadûq,62 dan al-Hâkim dan Maslamah bin Qasim menilainya dengan tsiqah.63 Periwayat ketiga, Sufyan bin ‘Uyainah mempunyai nama lengkap yaitu Abu Muhammad Sufyan bin ‘Uyainah bin Abi ‘Imrân Maimun alHilali al-Kûfi, seorang budak Muhammad bin Mazâhim, saudara kandung al-Dahak bin Mazâhim. Beliau lahir di Kufah tahun 107 H dan menetap di

61

Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al- Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 668. 62 Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 23 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 523-537. 63 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 432.

64

Mekah serta meninggal pada hari sabtu, hari pertama bulan Rajab tahun198 H dan dimakamkan di Hajun. Adapun guru-gurunya yaitu Sufyan al-Tsauri, Syu’bah bin al-Hajjâj, ‘Âshim bin Sulaiman al-Ahwâl, Hisyam bin ‘Urwâh, Ma’mar bin Rasyîd, dan ‘Abdullah bin Dînâr. Sedangkan murid-muridnya yaitu Qutaibah bin Sa’id, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin ‘Abdil al-A’la al-Shan’âni, Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, dan ‘Abdullah bin al-Mubârak. Pernyataan kritikus hadis tentang Sufyan bin ‘Uyainah: Ahmad bin ‘Abdullah al-‘Ijlî menilainya dengan tsiqah,64 Ibnu Sa’ad dan Ibnu Khirâsy menilainya dengan tsiqah.65 Periwayat keempat, ‘Âshim al-Ahwâl mempunyai nama lengkap yaitu ‘Âshim Sulaiman bin al-Ahwâl, Abu ‘Abdurrahman al-Bashri. Menurut ‘Amru bin ‘Ali, beliau meninggal tahun 142 H. Sedangkan menurut alBukhari, beliau meninggal tahun 142 atau 143 H. Adapun guru-gurunya yaitu Anas bin Malik, al-Hasan al-Bashri, Hafsah binti Sîrîn, Muâdzah al‘Adawiyah, Muwarriq al-‘Ijlî, Muhammad bin Sîrîn, dan ‘Ikrimah budak Ibnu ‘Abbas. Sedangkan murid-muridnya yaitu Isma’il bin ‘Ulyah, Qatâdah, ‘Abdullah bin al-Mubârak, ‘Abdullah bin Numair, Syu’bah bin alHajjâj, Sufyan bin ‘Uyainah, Sufyan al-Tsauri, dan Hammâd bin Zaid. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Âshim Sulaiman bin al-Ahwâl: Abu Daud berkata dari Ahmad bin Hanbal bahwa ‘Âshim al-Ahwâl syaikh 64

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 11 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 177-196. 65 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al- Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 60-61.

65

tsiqah, Muhammad bin Sa’ad menilainya dengan tsiqah, Ishaq bin Manshur, Utsman bin Sa’id al-Darimi dari Yahya bin Ma’in, Abu Zur’ah, Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Ammar dan Ahmad bin ‘Abdullah al-‘Ijli menilainya dengan tsiqah.66 Periwayat kelima, Hafsah mempunyai nama lengkap yaitu Hafsah binti Sîrîn Ummu al-Hudzail al-Anshariah al-Bashriah. Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, beliau meninggal tahun 101 H. Sedangkan menurut al-Bukhari, beliau meninggal sekitar tahun 100 sampai 110 H. Adapun guru-gurunya yaitu Anas bin Malik, al-Rabî’ bin Ziyâd al-Hârits, Salman bin ‘Âmir, alRabâb Ummu al-Râih, Ummu ‘Athiyyah al-Anshariah, dan Khairah Ummu al-Hasan al-Bashri. Sedangkan murid-muridnya yaitu ‘Âshim al-Ahwâl, ‘Abdullah bin ‘Aun, Hisyam bin Hassan, Qatâdah, ‘Abdul Mâlik bin Abi Basyir, dan Khâlid al-Hadza'. Pernyataan kritikus hadis tentang Hafsah binti Sîrîn: Ahmad bin Abi Maryam dari Ibnu Ma’in menilainya dengan tsiqah hujjah dan al-‘Ijlî menilainya dengan tsiqah tâbi’ah.67 Periwayat keenam, al-Rabâb mempunyai nama lengkap yaitu alRabâb binti Shula’i Ummu al-Râ'ih al-Dabbiyyah al-Bashriyyah. Adapun gurunya yaitu Salman bin ‘Âmir. Sedangkan muridnya yaitu Hafsah binti Sîrîn.

66

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 13 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1988), h. 485-491. 67 Al-Syâfi’i, Tahdzîb al- Tahdzîb, Jilid 4, h. 669.

66

Pernyataan kritikus hadis tentang al-Rabâb binti Shula’i Ummu alRâ'ih al-Dabbiyyah al-Bashriyyah: Ibnu Hajar di dalam kitab Taqrîb menilainya dengan maqbûlah.68 Periwayat ketujuh, Salmân bin ‘Âmir mempunyai nama lengkap yaitu Salmân bin ‘Âmir bin Aus bin Hujr bin ‘Amrû bin al-Hârits bin Taim bin Dzuhl bin Malik bin Sa’ad bin Bakar bin Dabbah al-Dabbi. Menetap di Bashrah. Menurut Abu Ishaq al-Shirifini, beliau meninggal di kekhalifahan Mu’awwiyyah. Adapun gurunya yaitu Nabi Muhammad SAW. Sedangkan murid-muridnya yaitu ‘Abdul ‘Aziz bin Busairi bin Ka’ab al-‘Aduwwi, Muhammad bin Sirin, Hafsah binti Sirin, dan Ummu al-Râ'ih al-Rabâb binti Sula’i bin ‘Âmir al-Dabbi. Pernyataan kritikus hadis tentang Salmân bin ‘Âmir: Muslim bin alHajjâj menilainya dengan belum ada Dabbi lain di kalangan sahabat dan alBukhari menilainya dengan bagi dia Suhbah.69 b.

Jalur periwayatan hadis dari al-Nasâ'i Periwayat pertama, al-Nasâ'i, penulis sudah membahasnya pada

halaman 43-44. Periwayat kedua, Muhammad bin ‘Abdil A'la, penulis sudah membahasnya pada halaman 44. Periwayat ketiga, Khâlid, penulis sudah membahasnya pada halaman 44-45. Periwayat keempat, Ibnu ‘Aun mempunyai nama lengkap yaitu ‘Abdullah bin ‘Aun bin Artaban al-Muzani. Beliau lahir tahun 66 H dan 68

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 35 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1988), h. 171. 69 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al- Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 68.

67

meninggal tahun 150 H. Adapun guru-gurunya yaitu ‘Abdullah bin ‘Aun, Anas bin Sîrîn, al-Hasan al-Bashri, Sâlim bin ‘Abdullah bin ‘Umar, ‘Atha' bin Abi Rabâh, dan ‘Ikrimah budak Ibnu ‘Abbâs. Sedangkan muridmuridnya yaitu Sufyan al-Tsauri, Khâlid bin al-Harits, Waki’ bin al-Jarrah, Yahya bin Said al-Qattan, ‘Abdullah bin al-Mubarak, dan Syu’bah bin alHajjâj. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Abdullah bin ‘Aun: Abu Hatim, Ibnu Sa’ad, al-Nasa’i, dan al-‘Ijli menilainya dengan tsiqah, Ibnu Abi Khaitsamah dari Ibnu Ma’in menilainya dengan tsabat.70 Periwayat kelima, Hafsah, penulis sudah membahasnya pada halaman 65. Periwayat keenam, al-Rabâb, penulis sudah membahasnya pada halaman 65-66. Dan periwayat ketujuh, Salmân bin ‘Âmir, penulis sudah membahasnya pada halaman 66. c.

Jalur periwayatan hadis dari Ibnu Mâjah Periwayat pertama, Ibnu Mâjah mempunyai nama lengkap yaitu Abu

‘Abdullah Muhammad bin Yazîd bin Mâjah al-Rabî’i al-Qazwini. Beliau dilahirkan di Qazwin, Iran tahun 209 H dan meninggal hari Senin dan dimakamkan hari selasa tanggal 22 Ramadan 273 H.71 Adapun gurugurunya yaitu ‘Ali bin Muhammad al-Tanâfisi, Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Hisyam bin ‘Ammâr, dan ‘Abdurrahman bin Ibrahim Duhaim. Sedangkan murid-muridnya yaitu ‘Ali

70

Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 398-399. 71 Abu ‘Abdullah Muhammad bin Yazîd bin Mâjah al-Rabî’i al-Qazwini, Sunan Ibnu Mâjah, Jilid I (Beirut: Dâr al-Fikr, 1995), h. 12.

68

bin Sa’id bin ‘Abdullah al-‘Askari, Ibrahim bin Dînar, Ahmad bin Ibrahim al-Qazwini, Abu al-Tayyib Ahmad bin Rauh al-Sya’rani, dan Ishâq bin Muhammad al-Qazwini. Pernyataan kritikus hadis tentang Ibnu Mâjah: al-Khalilî menilainya dengan tsiqah kabîr, muttafaq ‘alaih, dan muhtaj bih,72 al-Dzahabi menilai Ibnu Mâjah hâfidzan, nâqidan sâdiqan, dan luas ilmu.73 Periwayat kedua, Abu Bakar bin Abi Syaibah, penulis sudah membahasnya pada halaman 51. Periwayat kedua, ‘Ali bin Muhammad mempunyai nama lengkap yaitu ‘Ali bin Muhammad bin Ishâq bin Abi Syaddâd al-Tanâfisi. Beliau meninggal tahun 233 H. Adapun guru-gurunya yaitu Ja’far bin ‘Aun, Sufyan bin ‘Uyainah, Syu’aib bin Harb, ‘Abdullah bin Idrîs, ‘Abdullah bin Numair, Waki’ bin al-Jarrah, Walîd bin Muslim, dan Yahya bin Adam. Sedangkan murid-muridnya yaitu Ibnu Majah, Abu Hatim Muhammad bin Idris, Abu Zur’ah ‘Ubaidillah bin ‘Abdul Karim al-Razi, Muhammad bin Muslim bin Warah, Abu Qudamah Ahmad bin Muhammad bin Sa’id al-Qusyairi, dan Hamid bin Mahmud bin ‘Isa al-Tsaqafi. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Ali bin Muhammad: Abu Hatim menilainya dengan tsiqah sadûq74 dan al-Khalili menilainya dengan imâm.75

72

Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 737. 73 Syams al-Din Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman al-Dzahabi, Siyar ‘alâm al-Nubalâ', Jilid 3 (Riyadh: Bait al-Afkâr al-Dauliyah, t.t.), h. 3771. 74 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 21 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 120-122. 75 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syâfi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 191.

69

Periwayat ketiga, Waki’ bin al-Jarrâh mempunyai nama lengkap yaitu Waki’ bin al-Jarrâh bin Malih al-Ruasi. Beliau lahir tahun 129 H dan meninggal tahun 197 H di Faid.76 Adapun guru-gurunya yaitu Hisyam bin ‘Urwah, Malik bin Anas, ‘Abdullah bin ‘Aun, Syu’bah bin al-Hajjâj, Sufyan al-Tsauri, Sufyan bin ‘Uyainah, Hammâd bin Salamah, dan Usâmah bin Zaid al-Laitsi. Sedangkan murid-muridnya yaitu Ahmad bin Hanbal, Abu Bakar bin Abi Syaibah, ‘Ali bin Muhammad al-Tanâfisi, ‘Ali bin al-Madini, Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair, Mahmud bin Ghailan al-Marwazi, dan Yahya bin Ma’in. Pernyataan kritikus hadis tentang Waki’ bin al-Jarrâh: Abu Hatim menilainya dengan tsabat,77 Ibnu Sa’ad dan al-‘Ijli menilainya dengan tsiqah.78 Periwayat keempat, Ibnu ‘Aun, penulis sudah membahasnya pada halaman 66-67. Periwayat kelima, Hafsah, penulis sudah membahasnya pada halaman 65. Periwayat keenam, al-Rabâb, penulis sudah membahasnya pada halaman 65-66. Dan periwayat ketujuh, Salmân bin ‘Âmir, penulis sudah membahasnya pada halaman 66. d.

Jalur periwayatan hadis dari al-Dârimi Periwayat pertama, al-Dârimi, penulis sudah membahasnya pada

halaman 48. Periwayat kedua, Muhammad bin Yusuf mempunyai nama

76

Nama daerah antara Makkah dan Kufah. Lihat, Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), h. 327. 77 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 30 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 462-484. 78 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 4 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 314.

70

lengkap yaitu Muhammad bin Yusuf bin Wâqidi bin ‘Utsman al-Dabiyyi. Beliau lahir tahun 120 H dan meninggal bulan Rabi’ul Awwal tahun 212 H. Adapun guru-gurunya yaitu Sufyan al-Tsauri, Sufyan bin ‘Uyainah, Yunus bin Abi Ishâq, Mâlik bin Mighwâl, dan Zâidah bin Qudâmah. Sedangkan murid murid-muridnya yaitu Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari, ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman al-Dârimi, ‘Umar bin al-Khattab al-Sijistani, Ishaq bin Mansur al-Kausaj, Ahmad bin ‘Abdullah bin Salih al-‘Ijli, dan Muhammad bin Khalaf al-‘Asqalani. Pernyataan kritikus hadis tentang Muhammad bin Yusuf: al-‘Ijli, alNasa’i, dan Abu Hatim menilainya dengan tsiqah dan Ahmad menilainya dengan laki-laki yang shalih.79 Periwayat ketiga, Sufyan bin ‘Uyainah, penulis sudah membahasnya pada halaman 63-66. Periwayat keempat, ‘Âshim, penulis sudah membahasnya pada halaman 64-65.

Periwayat kelima, Hafsah, penulis

sudah membahasnya pada halaman 65. Periwayat keenam, al-Rabâb, penulis sudah membahasnya pada halaman 65-66. Dan periwayat ketujuh, Salma>n bin ‘Âmir, penulis sudah membahasnya pada halaman 66. e.

Jalur periwayatan hadis dari Ahmad bin Hanbal Periwayat pertama, Ahmad bin Hanbal, penulis sudah membahasnya

pada halaman 49-50. Periwayat kedua, Waki’ bin al-Jarrâh, penulis sudah membahasnya pada halaman 69. Periwayat ketiga, Ibnu ‘Aun, penulis sudah membahasnya pada halaman 66-67. Periwayat keempat, Hafsah, penulis 79

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 27 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 52-60.

71

sudah membahasnya pada halaman 65. Periwayat kelima, al-Rabâb, penulis sudah membahasnya pada halaman 65-66. Dan periwayat keenam, Salmân bin ‘Âmir, penulis sudah membahasnya pada halaman 66. Uraian mengenai sanad Hadis tentang penerima Sedekah adalah sebagai berikut: Pertama, dari segi penerimaannya termasuk dalam haditsnya marfu’ karena sampai kepada Nabi Saw. Kedua, dari segi kuantitas hadis, terlihat bahwa hadis di atas adalah termasuk hadis Ahad. Karena periwayat sahabat, tabi’in, tabi’-tabi’innya adalah satu orang. Ketiga, dari segi kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para perawinya, terlihat bahwa perawi yang terlihat dalam periwayatan Hadis tersebut tsiqah. Keempat, dari segi hubungan periwayatan, maka seluruh sanad hadis bersambung. Dan kelima, Berdasarkan beberapa catatan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk seluruh sanad hadisnya adalah shahih. 3.

Telaah Matan Hadis Setelah mengetahui kedudukan hadis dari segi sanadnya, kemudian

penulis akan melakukan kritik matan hadis tentang penerima Sedekah berdasarkan metodologi Salahuddîn bin Ahmad al-Adabi. Untuk membuktikan matan hadis yang akan penulis teliti, maka di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang akan mendukung kedudukan matan dari hadis diatas. Pertama, peninjauan berdasarkan ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan penerima sedekah. Penulis menemukan ayat al-Qur’an yang mendukung hadis yang diteliti.

72

Surat al-Baqarah (2) : 215            

             “Mereka bertanya kepadamu Muhammad tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.

Menurut Ibnu Juraij, ayat ini menjelaskan tentang orang-orang yang berhak menerima sedekah sunah. Dengan demikian, wajib bagi orang kaya untuk memberikan nafkah kepada orang tuanya yang memerlukan, sehingga dapat memperbaiki kondisi ekonomi keduanya, yaitu berupa pakaian, makanan, dan yang lain.80 Kedua, peninjauan berdasarkan hadis yang berhubungan dengan penerima sedekah. Penulis menemukan hadis yang mendukung hadis yang diteliti.

‫ ﺍﻟﻴﺪ ﺍﻟﻌﻠﻴﺎ ﺧﲑ ﻣﻦ ﺍﻟﻴﺪ ﺍﻟﺴﻔﻠﻰ ﻭﺍﺑﺪﺃ ﲟﻦ ﺗﻌﻮﻝ ﻭﺧﲑ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻦ‬: ‫ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬ .‫ﻇﻬﺮ ﻏﲏ ﻭﻣﻦ ﻳﺴﺘﻌﻔﻒ ﻳﻌﻔﻪ ﺍﷲ ﻭﻣﻦ ﻳﺴﺘﻐﻦ ﻳﻐﻨﻪ ﺍﷲ‬ “Nabi Saw pernah bersabda, “Tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang di bawah. Seseorang harus mendahulukan memberi kepada orang yang menjadi tanggungannya. Dan sedekah yang paling baik adalah yang dikeluarkan orang kaya. Dan siapa pun yang tidak meminta pertolongan keuangan kepada orang lain, Allah akan memberinya dan menyelamatkannya untuk tidak meminta tolong kepada orang lain, dan siapa pun yang merasa puas dengan yang diberikan Allah kepadanya, Maka Allah akan membuatnya kecukupan.” (HR al-Bukhari dalam kitab zakat, bab ke-18)81 80

Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Jilid 3. Penerjemah Fathurrahman dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 85. 81 Abi ‘Abdullah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Sahîh al-Bukhâri (Beirut: Dâr ibn Katsîr, 2002), h. 347.

73

Hadis di atas menyatakan bahwa kita harus mengutamakan nafkah terhadap diri sendiri dan keluarga kita, daripada yang lain. Kita memulai dengan yang lebih penting, kemudian dengan yang kurang penting.82

.‫ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻪ ﺻﺪﻗﺔ‬،‫ ﻭﻫﻮ ﳛﺘﺴﺒﻬﺎ‬،‫ ﺇﺫﺍ ﺍﻧﻔﻖ ﺍﳌﺴﻠﻢ ﻧﻔﻘﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻫﻠﻪ‬:‫ ﻗﺎﻝ‬،‫ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﱯ‬‫ﻋﻦ ﺍﻟﻨ‬ “Dari Nabi Saw pernah bersabda, “Ketika seorang Muslim (mengeluarkan) membelanjakan sesuatu untuk keluarganya dengan niat memperoleh pahala Allah, maka (apa yang ia keluarkan untuk keluarganya) dinilai sebagai sedekah.” (HR al83 Bukhari dalam kitab al-nafaqât, bab ke-1)

Hadis di atas menyatakan bahwa memberi nafkah kepada keluarga, jika dengan maksud mencari keridaan Allah, mendapat pahala. 84 Ketiga, peninjauan berdasarkan sejarah yang berhubungan dengan penerima sedekah. Penulis menemukan hadis yang mendukung hadis yang diteliti.

.‫ﺯﻭﺟﻚ ﻭﻭﻟﺪﻙ ﺃﺣﻖ ﻣﻦ ﺗﺼﺪﻗﺖ ﺑﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ‬ “Suamimu, anakmu adalah orang yang lebih berhak kau sedekahi.” (HR alBukhari dari Abu Sa’id al-Khudri)

Bahwa Zainab, isteri Ibnu Mas’ud telah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Nabiyullah, engkau telah menyuruh bersedekah pada hari ini, kebetulan saya memunyai perhiasan. Kepada siapa saya sedekahkan? Sedangkan Ibnu Mas’ud berpendapat bahwa dirinya dan anaknya lebih berhak menerima sedekah tersebut. Maka Nabipun bersabda: “Benar Ibnu Mas’ud, suami, anakmu lebih...dan seterusnya.

82

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Mutiara Hadis 4, h. 158. Al-Bukhari, Sahîh al-Bukhâri, h. 1363. 84 Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Mutiara Hadis 4, h. 106. 83

74

Jadi, untuk sedekah sunat harus didahulukan untuk keluarga terdekat.85 Dari uraian di atas diketahui bahwa hadis yang berkenaan dengan penerima sedekah ini sejalan dengan petunjuk al-Qur’an, kandungannya tidak bertentangan dengan hadis sahih lainnya, dan tidak bertentangan dengan sejarah serta akal sehat. Maka penulis berkesimpulan bahwa hadis diatas berkualitas sahih baik dari segi sanad maupun matan. C.

Teks Hadis Tentang Keutamaan Sedekah

‫ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ‬:‫ﺃﺧﱪﻧﺎ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺮﺑﻴﻊ ﺍﻟﺰﻫﺮﺍﱏ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺇﲰﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻼﺀ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬ ‫ ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻣﺎﺯﺍﺩ ﺍﷲ ﻋﺒﺪﺍ ﺑﻌﻔﻮ ﺇﻻ ﻋﺰﺍ ﻭﻣﺎ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺃﺣﺪ ﺍﷲ‬:‫ﺻﻞ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬ 86

.‫ﺇﻻ ﺭﻓﻌﻪ ﺍﷲ‬

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu al-Rabi’ al-Zahrani telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ja’far dari al-A'la dari ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “harta tidak akan berkurang karena sedekah, dan tidaklah Allah menambahkan bagi seorang hamba karena sikap memberi maaf kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan Allah mengangkat derajatnya.

1.

Takhrij Hadis Setelah diadakan penelitian mengenai hadis keutamaan Sedekah,

hasilnya penulis menemukan dalam kitab takhrij al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, dan Miftâhu Kunûz al-Sunnah. Penjabarannya sebagai berikut:

85

Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Damsyiqi, Asbabul Wurud, Jilid 2. Penerjemah M. Suwarta Wijaya dan Zafrulah Salim (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 380. 86 Abu Muhammad ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin al-Fadl bin Bahram al-Dârimi, Sunan al-Dârimi, Juz 2 (Riyadh: Dâr al-Mughni, t.t.), h. 1042-1043.

75

Pertama, setelah ditelusuri dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li alFâzi al-Hadîts al-Nabawî dari semua lafadz yang ada dalam matan hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: 87

‫ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺇﻻ ﺭﻓﻌﻪ ﺍﷲ‬،‫ ﻣﺎ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺃﺣﺪ‬:

‫ﺗﻮﺍﺿﻊ‬

‫ ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ‬:

‫ﻧﻘﺺ‬

88

Kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî ‫ﻧﻘﺺ‬

‫ﺗﻮﺍﺿﻊ‬ ٨٢ ‫ ﺑﺮ‬: ‫ﺕ‬ ٣٥ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺩﻯ‬

٦٩ ‫ ﺑﺮ‬: ‫ﻡ‬ ٨٢ ‫ ﺑﺮ‬: ‫ﺕ‬

٣٨٦ ،٢ : ‫ﺣﻢ‬

٣٥ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺩﻯ‬ ٣٨٦ ،٢ : ‫ﺣﻢ‬

Adapun keterangan tabel diatas dan hadis-hadisnya terdapat dalam lampiran 10. Kedua, setelah ditelusuri dalam kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts dari awal matan hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts ‫ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ‬ Sahih Muslim, kitab al-birru wa al-sillah, hadis ke-69 89

Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 2, halaman 386

٦٩ ‫ ﺍﻟﱪ ﻭﺍﻟﺼﻠﺔ‬: ‫ﻡ‬ ٣٨٦ ،٢ : ‫ﺣﻢ‬

Ketiga, setelah ditelusuri dalam kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut:

87

A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 7, h. 249. A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 6, h. 536. 89 Abu Hajar Muhammad al-Sa’id bin Buyûni Zaghlul, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, Jilid 9 (Beirut: Dâr Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.), h. 318. 88

76

Kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah ‫ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ‬ Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 2, h. 386 90

٣٨٦ ‫ ﺛﺎﻥ ﺹ‬،‫ﺣﻢ‬

Demikianlah penelusuran hadis-hadis yang telah penulis dapat dari tiga metode dalam melakukan takhrij hadits. Dan dari keterangan yang didapat diatas penulis menemukan sebanyak 4 hadis. Adapun untuk hasil penelusuran hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mausû’ah Atrâf alHadîts

dan Miftâhu Kunûz al-Sunnah

semuanya sudah tercantum

sebelumnya di penelusuran langkah pertama. 2.

Identifikasi Sanad Hadis Setelah melakukan penelusuran pada bagian hadisnya, penulis

menemukan beberapa sanad yang perlu ditinjau sehingga dapat diketahui jelas seluruh jalur sanad dan perawi hadis yang diteliti. Adapun riwayat yang ditemukan penulis terdapat dalam tabel dan skema sanad hadis dalam lampiran 11 dan 12. Dilihat dari tabel diatas, menunjukan bahwa terdapat jalur periwayatan yang sama mulai dari Abu Hurairah sampai al-’Alâ'i. Dan untuk mengetahui lebih jelas tentang periwayat hadisnya, maka penulis akan melakukan penelitian atas periwayat hadis di atas yang diambil dari kitabkitab Rijal sehingga dapat diketahui kualitas kepribadiannya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

90

A.J. Wensinck, Miftâhu Kunûz al-Sunnah (Kaira: Dâr al-Hadi>ts, 1991), h. 262.

77

a.

Jalur periwayatan hadis dari al-Dârimi Periwayat pertama, al-Dârimi, penulis sudah membahasnya pada

halaman 48. Periwayat kedua, Abu al-Rabî’ mempunyai nama lengkap yaitu Sulaiman bin Dâud al-‘Ataki, Abu al-Rabî’ al-Zahrâni al-Bashri. Beliau meninggal di Bashrah bulan Ramadan tahun 234 H. Adapun guru-gurunya yaitu Isma’il bin Ja’far, Isma’il bin Zakariya, ‘Abdullah bin al-Mubarak, Malik bin Anas, ‘Abdullah bin Ja’far al-Madini, dan Sufyan bin ‘Uyainah. Sedangkan murid-muridnya yaitu Ishaq bin Rahawaih, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, ‘Ali bin al-Madini, Abu Hatim Muhammad bin Idris al-Razi, ‘Abdullah bin Muhammad al-Baghawi, dan Abu Zur’ah ‘Ubaidillah bin Abdul Karim al-Razi. Pernyataan kritikus hadis tentang Sulaiman bin Daud al-‘Ataki, Abu al-Rabî’ al-Zahrâni al-Bashri: al-Husain bin al-Hasan al-âzi dari Yahya bin Ma’in, Abu Zur’ah, Abu Hatim, dan al-Nasa’i bahwa Abu al-Rabî’i adalah tsiqah,91 dan Ibnu Qâ’ni’ menilainya dengan tsiqah sadûq.92 Periwayat ketiga, Ismâ’il mempunyai nama lengkap yaitu Ismâ’il bin Ja’far bin Abi Katsîr al-Anshari al-Zuraqi. Beliau meninggal di Baghdad tahun 180 H. Adapun guru-gurunya yaitu Malik bin Anas, Muhammad bin Abi Harmalah, ‘Abdullah bin Dînar, Humaid al-Tawîl, ‘Abdullah bin Abi Nâmir, dan al-‘Alâ'i bin ‘Abdurrahman bin Ya’qub. Sedangkan murid

91

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 11 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1987), h. 423-425. 92 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 94.

78

murid-muridnya yaitu Qutaibah bin Sa’id, Yahya bin Yahya al-Naisabur, Muhammad bin Bakkar bin al-Rayyân, ‘Ali bin Hujr al-Sa’di al-Marwazi, Yahya bin Ayyub al-Maqâbiri, dan Abu al-Rabî’ Sulaiman bin Daud alZahrânî. Pernyataan kritikus hadis tentang Ismâ’il bin Ja’far bin Abi Katsîr alAnshari al-Zuraqi: ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata dari ayahnya, Abu Zur’ah, dan al-Nasa’i yang menilai Ismâ’il dengan tsiqah, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Sa’ad,93 dan Ibnu al-Madini menilai Isma’il dengan tsiqah.94 Periwayat keempat, al-‘Alâ'i mempunyai nama lengkap yaitu al-‘Alâ'i bin ‘Abdurrahman bin Ya’qub al-Huraqi, Abu Syiblî al-Madîni. Menurut alBukhari, beliau meninggal tahun 132 H. Adapun guru-gurunya yaitu Anas bin Malik, ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khattâb, Sâlim bin ‘Abdullah bin ‘Umar, ‘Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik, ayahnya ‘Abdurrahman bin Ya’qub, dan ‘Ikrimah. Sedangkan murid murid-muridnya yaitu Ismâ’il bin Ja’far bin Abi Katsîr, Sufyan bin ‘Uyainah, Sufyan al-Tsauri, Syu’bah bin al-Hajjâj, dan Malik bin Anas. Pernyataan kritikus hadis tentang al-‘Alâ'i bin ‘Abdurrahman bin Ya’qub al-Huraqi: ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari ayahnya, Muhammad bin Sa’ad, dan al-Tirmidzi95 menilai al-‘Alâ'i dengan penilaian

93

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1983), h. 54-60. 94 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 1 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 146. 95 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 346.

79

tsiqah, Abu Hatim menilainya dengan sâlih, dan al-Nasa’i menilainya dengan laisa bihi ba ̍sa.96 Periwayat

kelima,

Abîh

disini

yaitu

ayahnya

al-‘Alâ'i

bin

‘Abdurrahman bin Ya’qûb al-Huraqi yang mempunyai nama lengkap yaitu ‘Abdurrahman bin Ya’qûb al-Juhani al-Madîni. Adapun guru-gurunya yaitu ‘Abdullah bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khattab, Abu Hurairah, Abu Sa’id al-Khudri, Abdul Malik bin Naufal bin al-Hârits, dan Hani', budak ‘Ali bin Abi Thalib. Sedangkan murid murid-muridnya yaitu anaknya bernama al-‘Alâ'i bin ‘Abdurrahman bin Ya’qûb al-Huraqi, Muhammad bin ‘Ajlân, Muhammad bin ‘Amrû bin ‘Alqamah, Muhammad bin Ibrahim bin al-Hârits al-Taimi, dan ‘Umar bin Hafs bin Dzakwan. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Abdurrahman bin Ya’qûb al-Juhani al-Madîni: al-Nasa’i menilainya dengan laisa bihi ba´sa97 dan al-‘Ijli menilainya dengan tâbi’i tsiqah.98 Periwayat keenam, Abu Hurairah yang mempunyai nama lengkap yaitu Abu Hurairah al-Dausi al-Yamani. Menurut Sufyan bin ‘Uyainah dari Hisyam bin ‘Urwah, beliau meninggal tahun 57 H. Adapun guru-gurunya yaitu Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar al-Shiddiq, ‘Umar bin Khattab, Ubay bin Ka’ab, ‘Aisyah, dan Usamah bin Zaid al-Hâritsah. Sedangkan murid murid-muridnya yaitu ‘Abdurrahman bin Ya’qub al-Juhani al-

96

Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 22 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 520-523 97 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 18 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 18-19. 98 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 568.

80

Madîni, ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khattab, Salim bin ‘Abdullah bin ‘Umar, al-Hasan al-Bashri, Anas bin Malik, Jâbir bin ‘Abdullah, ‘Abdullah bin ‘Abbas, dan Muhammad bin Muslim bin Syihâb al-Zuhri. Pernyataan kritikus hadis tentang Abu Hurairah al-Dausi al-Yamani: al-Bukhari mengatakan bahwa yang meriwayatkan hadis darinya ada sekitar 800 laki-laki bahkan lebih dari kalangan berilmu yaitu dari para sahabat, tabi’in, dan lainnya.99 Sedangkan Ibnu Umar mengatakan bahwa Abu Hurairah lebih baik dan lebih mengetahui darinya.100 b.

Jalur periwayatan hadis dari Ahmad bin Hanbal Periwayat pertama, Ahmad bin Hanbal, penulis sudah membahasnya

pada halaman 49-50. Periwayat kedua, ‘Affân mempunyai nama lengkap yaitu ‘Affân bin Muslim bin ‘Abdullah al-Safar. Beliau lahir tahun 134 H. Menetap dan meninggal di Baghdad bulan Rabi’ul Akhir tahun 220 H. Adapun gurugurunya yaitu Isma’il bin ‘Ulyah, Syu’bah bin al-Hajjâj, Yahya bin Sa’id alQattan, Wuhaib bin Khâlid, ‘Abdul Wâhid bin Ziyâd, dan Sulaiman bin alMughîrah. Sedangkan murid murid-muridnya yaitu al-Bukhari, Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair, Qutaibah bin Sa’id, Abu Hatim Muhammad bin Idris al-Razi, ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman al-Darimi, dan Ahmad bin Hanbal.

99

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 34 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h 366-379. 100 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 4 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 205.

81

Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Affân bin Muslim bin ‘Abdullah alSafar: Ahmad bin ‘Abdullah al-‘Ijli, Abu Hatim,101 Ibnu Sa’ad, Ibnu Khirasy, dan Ibnu Qani’ menilainya dengan tsiqah.102 Periwayat ketiga, ‘Abdurrahman bin Ibrahim al-Qâs. Untuk perawi ini,

penulis

tidak

mendapatkan

informasi

yang

lengkap

seputar

kehidupannya. Tetapi, informasi yang penulis dapatkan hanya tentang penilaian dirinya. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Abdurrahman bin Ibrahim al-Qâs: Ahmad bin Hanbal menilainya dengan laisa bihi ba´sa dan Yahya bin Ma’in menilainya dengan tsiqah.103 Periwayat keempat, al-‘Alâ'i bin ‘Abdurrahman bin Ya’qub al-Huraqi, penulis sudah membahasnya pada halaman 78-79. Periwayat kelima, ‘Abdurrahman

bin

Ya’qub

al-Juhani

al-Madini,

penulis

sudah

membahasnya pada halaman 79. Dan periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. c.

Jalur periwayatan hadis dari al-Tirmidzi Periwayat pertama, al-Tirmidzi, penulis sudah membahasnya pada

halaman 62-63. Periwayat kedua, Qutaibah, penulis sudah membahasnya pada halaman 63.

101

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 20 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 160-179. 102 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 119. 103 Abu Hâtim al-Râzi, al-Jarh wa Ta’dîl, Jilid 5 (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1953), h. 211.

82

Periwayat ketiga, ‘Abdul ‘Azîz mempunyai nama lengkap yaitu ‘Abdul ‘Azîz bin Muhammad bin ‘Ubaid bin Abi ‘Ubaid al-Darâwardi. Beliau lahir, menetap, dan meninggal di Madinah tahun 187 H. Adapun guru-gurunya yaitu al-‘Alâ'i bin ‘Abdurrahman bin Ya’qub, Hisyam bin ‘Urwah, Muhammad bin ‘Ajlan, Ja’far bin Muhammad al-Shadiq, Syarîk bin ‘Abdullah bin Abi Namir, dan ‘Atha' bin Abi Rabâh. Sedangkan murid murid-muridnya yaitu Qutaibah bin Sa’id, ‘Ali bin al-Madini, Syu’bah bin al-Hajjâj, Ishaq bin Rahawaih, Sufyan al-Tsauri, dan Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Abdul ‘Azîz bin Muhammad bin ‘Ubaid bin Abi ‘Ubaid al-Darâwardi: Ahmad bin Sa’ad bin Abi Maryam dari Yahya bin Ma’in menilai ‘Abdul Azîz dengan tsiqah hujjah104 dan al‘Ijli menilainya dengan tsiqah.105 Periwayat keempat, al-‘Alâ'i bin ‘Abdurrahman bin Ya’qub al-Huraqi, penulis sudah membahasnya pada halaman 78-79. Periwayat kelima, ‘Abdurrahman

bin

Ya’qub

al-Juhani

al-Madini,

penulis

sudah

membahasnya pada halaman 79. Dan periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. d.

Jalur periwayatan hadis dari Muslim Periwayat pertama, Muslim, penulis sudah membahasnya pada

halaman 51.

104

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 18 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 187-194. 105 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 18 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 187-194.

83

Periwayat kedua, Yahya mempunyai nama lengkap yaitu Yahya bin Ayyub al-Maqâbiri. Beliau lahir tahun 157 H dan meninggal di Baghdad hari Ahad bulan Rabi’ul Awwal tahun 234 H. Adapun guru-gurunya yaitu Ismail bin Ja’far al Madini, Ismail bin ‘Ulyah, Abdullah bin al-Mubarak, Abdullah bin Numair, dan Waki’ bin al-Jarrah. Sedangkan murid muridmuridnya yaitu Muslim, Abu Daud, Ahmad bin Hanbal, Abu Zur’ah ‘Ubaidillah bin ‘Abdul Karim al-Razi, dan Abu Hatim Muhammad bin Idris al-Razi. Pernyataan kritikus hadis tentang Yahya bin Ayyub al-Maqâbiri: Abu al-Hasan al-Maimun dari Ahmad bin Hanbal menilainya dengan laki-laki yang shalih, ‘Ali bin al-Madini dan Abu Hatim menilainya dengan saduq,106 dan Ibnu Qani’ menilainya dengan tsiqah mamun.107 Periwayat kedua, Qutaibah, penulis sudah membahasnya pada halaman 63. Periwayat kedua, Ibnu Hujr mempunyai nama lengkap yaitu ‘Ali bin Hujr bin Iyâs bin Muqâtil bin Mukhadisy bin Musyamrij bin Khâlid al-Sa’di. Beliau lahir tahun 154 H dan meninggal hari Rabu bulan Jumadil Ula tahun 244 H. Adapun guru-gurunya yaitu Isma’il bin Ja’far, Ismai’l bin ‘Ulyah, Jarîr bin ‘Abdul Hamîd, Yazîd bin Harun, ‘Abdullah bin alMubarak, dan ‘Abdullah bin Ja’far al-Madani. Sedangkan murid muridmuridnya yaitu al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasa'i, dan ‘Abdân bin Muhammad bin ‘Isa al-Marwazi al-Hâfidz.

106

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 31 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 238-242. 107 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 4 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 344.

84

Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Ali bin Hujr: al-Nasa’i menilainya dengan tsiqah, Abu BAkar al-Khatib menilainya dengan sâdiqan mutqinan hâfizan,108 dan al-Hâkim menilainya dengan syaikhan fâdilan tsiqah.109 Periwayat ketiga, Ismâ’il bin Ja’far bin Abi Katsîr al-Anshari alZuraqi, penulis sudah membahasnya pada halaman 77-78. Periwayat keempat, al-‘Alâ'i bin ‘Abdurrahman bin Ya’qub al-Huraqi, penulis sudah membahasnya pada halaman 78-79. Periwayat kelima, ‘Abdurrahman bin Ya’qub al-Juhani al-Madini, penulis sudah membahasnya pada halaman 79. Dan periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. Uraian mengenai sanad Hadis tentang keutamaan Sedekah adalah sebagai berikut: Pertama, dari segi penerimaannya termasuk dalam haditsnya marfu’ karena sampai kepada Nabi Saw. Kedua, dari segi kuantitas hadis, terlihat bahwa hadis di atas adalah termasuk hadis Ahad. Karena periwayat sahabat, tabi’in, tabi’-tabi’innya adalah satu orang. Ketiga, dari segi kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para perawinya, terlihat bahwa perawi yang terlihat dalam periwayatan Hadis tersebut tsiqah. Keempat, dari segi hubungan periwayatan, maka seluruh sanad hadis bersambung. Walaupun dalam jalur periwayatan Ahmad bin Hanbal ada satu periwayat yang tidak tercantum hubungan guru murid yaitu antara ‘Abdurrahman

108

dengan

‘Affân.

Tetapi,

kalau

dilihat

dari

kata

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 20 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 355-360. 109 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 148-149.

85

penghubungnya yang digunakan mereka yaitu tsana, maka mengindikasikan adanya pertemuan. Karena kata penghubungnya termasuk yang berkualitas tinggi yang sudah disepakati ‘Ulama (al-Sama’), yang mengindikasikan adanya perjumpaan antarmereka. Dan kelima, berdasarkan beberapa catatan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk seluruh sanad hadisnya adalah shahih. 3.

Telaah Matan Hadis Setelah mengetahui kedudukan hadis dari segi sanadnya, kemudian

penulis akan melakukan kritik matan hadis tentang keutamaan Sedekah berdasarkan metodologi Salâhuddîn bin Ahmad al-Adabi. Untuk membuktikan matan hadis yang akan penulis teliti, maka di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang akan mendukung kedudukan matan dari hadis diatas. Pertama, peninjauan berdasarkan ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan keutamaan Sedekah. Penulis menemukan ayat al-Qur’an yang mendukung hadis yang diteliti. Surat al-Baqarah (2) : 245              

     “Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

86

Surat al-Baqarah (2) : 261                 

            “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

Ayat ini berpesan kepada yang berpunya agar tidak merasa berat membantu karena apa yang dinafkahkan akan tumbuh berkembang dengan berlipat ganda. Perumpamaan keadaan yang sangat mengagumkan dari orang-orang yang menafkahkan harta mereka dengan tulus di jalan Allah adalah serupa dengan keadaan yang sangat mengagumkan dari seorang petani yang menabur butir benih. Sebutir benih yang ditanamnya menumbuhkan tujuh butir, dan pada setiap butir terdapat seratus biji. 110 Surat al-Saba (34) : 39                 

      “Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi Rezeki yang terbaik.

Allah mengatur dan menetapkan perolehan rezeki semata-mata karena kebijaksanaan-Nya dan karena itu kita tidak perlu terlalu risau menyangkut 110

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jilid 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 689-690.

87

perolehan rezeki tidak juga bersifat kikir dalam menafkahkannya karena barang apa saja yang kita nafkahkan, maka Dia Yang Mahakuasa akan menggantinya di dunia atau di akhirat, penggantian yang serupa atau lebih baik darinya. Itu pun berdasar kehendak-Nya. Dialah Yang Mahakaya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.111 Kedua, peninjauan berdasarkan hadis yang berhubungan dengan keutamaan sedekah. Penulis menemukan hadis yang mendukung hadis yang diteliti.

‫ ﻣﺎ ﻣﻦ ﻳﻮﻡ ﻳﺼﺒﺢ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ﻓﻴﻪ ﺇﻻ ﻣﻠﻜﺎﻥ ﻳﱰﻻﻥ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺃﺣﺪﳘﺎ ﺍﻟﻠﻬﻢ‬:‫ﺃﻥ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬ .‫ﺃﻋﻂ ﻣﻨﻔﻘﺎ ﺧﻠﻔﺎ ﻭﻳﻘﻮﻝ ﺍﻵﺧﺮ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻋﻂ ﳑﺴﻜﺎ ﺗﻠﻔﺎ‬ “Bahwasanya Nabi Saw bersabda: ‘Setiap hari, dua malaikat turun ke bumi. Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, gantilah harta orang yang bersedekah di jalan-Mu (dengan rezeki yang lebih banyak)”. Sedangkan yang satunya lagi berkata, “Ya Allah, binasakanlah harta orang yang menahan hartanya 112 untuk disedekahkan.” (HR al-Bukhari)

Hadis

di

atas

menyatakan

bahwa

syara’

mewajibkan

kita

membelanjakan harta di jalan Allah dan bahwa para malaikat memohon supaya harta yang kita nafkahkan itu diganti Allah, sebagaimana mereka memohon supaya harta orang yang kikir dibinasakan Allah.113 Dari uraian di atas diketahui bahwa hadis yang berkenaan dengan keutamaan sedekah ini sejalan dengan petunjuk al-Qur’an, kandungannya tidak bertentangan dengan hadis sahih lainnya, dan tidak bertentangan

111

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jilid 10 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 634. Imam al-Zabidi, Ringkasan Sahih al-Bukhari. Penerjemah Cecep Samsyul Hari (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004), h. 292. 113 Hasbi ash-Shiddieqy, Mutiara Hadis 4, h. 115. 112

88

dengan sejarah serta akal sehat. Maka penulis berkesimpulan bahwa hadis diatas berkualitas sahih baik dari segi sanad maupun matan. D.

Teks Hadis Tentang Sedekah dari Penghasilan yang Baik

:‫ﺃﺧﱪﻧﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺍﳌﻐﲑﺓ ﻋﻦ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﻳﻮﻧﺲ ﻋﻦ ﳛﻲ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺍﻣﺮﺅ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻛﺴﺐ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺇﻻ ﻃﻴﺒﺎ ﺇﻻ‬ ‫ﻭﺿﻌﻬﺎ ﺣﲔ ﻳﻀﻌﻬﺎ ﰱ ﻛﻒ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻭﺇﻥ ﺍﷲ ﻟﲑﰉ ﻷﺣﺪﻛﻢ ﺍﻟﺘﻤﺮﺓ ﻛﻤﺎ ﻳﱪﻯ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮﻩ ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ‬ 114

.‫ﺣﱴ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺜﻞ ﺃﺣﺪ‬

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Sa’id bin al-Mughirah dari Isa bin Yunus dari Yahya bin Sa’id dari Sa’id bin Yasar dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seseorang bersedekah dengan sesuatu yang berasal dari usaha yang baik, dan tidak Allah menerima kecuali yang baik, melainkan ia telah meletakkannya di telapak tangan Allah Yang Maha Pengasih. Dan sesungguhnya Allah akan mengembangkan satu biji kurma salah seorang dari kalian sebagaimana salah seorang dari kalian mengembangkan anak kuda atau anak unta hingga menjadi seperti gunung Uhud.

1.

Takhrij Hadis Setelah diadakan penelitian mengenai hadis Sedekah dari Penghasilan

yang Baik, hasilnya penulis menemukan dalam kitab takhrij al-Mu’jam alMufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, dan Miftâhu Kunûz al-Sunnah. Penjabarannya sebagai berikut: Pertama, setelah ditelusuri dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li alFâzi al-Hadîts al-Nabawî dari semua lafadz yang ada dalam matan hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: 115

114

...‫ ﻣﻦ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﻌﺪﻝ ﲤﺮﺓ ﻣﻦ ﻛﺴﺐ ﻃﻴﺐ‬: ‫ﺗﺼﺪﻕ‬

Abu Muhammad ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin al-Fadl bin Bahrâm al-Dârimî, Sunan al-Dârimî, Juz 2, h. 1042. 115 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 3 (Leiden: E.J. Bill, 1936), h. 278.

89

116

‫ ﻣﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺍﻣﺮﺅ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻛﺴﺐ‬: ‫ﻛﺴﺐ‬

Kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî ‫ﻛﺴﺐ‬

‫ﺗﺼﺪق‬ ٣٥ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺩﻯ‬

٤٨ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﻥ‬ ٦٣ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﻡ‬ ٢٨ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺕ‬ ٢٨ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺟﻪ‬ ٣٥ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺩﻯ‬

Adapun keterangan tabel diatas dan hadis-hadisnya terdapat dalam lampiran 13. Kedua, setelah ditelusuri dalam kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts dari awal matan hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts 117

‫ﻣﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺃﺣﺪ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺍﻻ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺇﻻ ﺃﺧﺬﻫﺎﺑﻴﻤﻴﻨﻪ‬

Sahih Muslim, kitab zakat, bab-19, hadis no. 63 Sunan al-Tirmidzi, hadis ke-661

٦٣ ‫ﺭﻗﻢ‬١٩ ‫ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺏ‬: ‫ﻡ‬ ٦٦١ : ‫ﺕ‬

Ketiga, setelah ditelusuri dalam kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: Kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah 118

‫ ﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺍﻻ ﺍﻟﻄﻴﺐ‬: ‫ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ‬

Sahih Muslim, kitab ke-12, hadis ke-63

٦٣ ‫ ﺡ‬١٢ ‫ ﻙ‬: ‫ﻣﺲ‬

Sunan al-Nasa’i, kitab ke-23, bab ke-56

٤٨ ‫ ﺑﺎﺏ‬٢٣ ‫ ﻙ‬: ‫ﻧﺲ‬

Sunan ad-Darimi, kitab ke-20, bab ke-34

116

٣٤ ‫ ﺑﺎﺏ‬٣ ‫ ﻙ‬: ‫ﻣﻰ‬

A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 6 (Leiden: E.J. Bill, 1936), h. 11. 117 Abu Hajar Muhammad al-Sa’id bin Buyûni Zaghlul, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, Jilid 9 (Beirut: Dâr Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.), h. 101. 118 A.J. Wensinck, Miftâhu Kunûz al-Sunnah (Lahore: Idârah Tarjaman al-Sunnah, 1979), h. 263.

90

Sunan al-Tirmidzi, kitab ke-5, bab ke-28

٢٨ ‫ ﺏ‬٥ ‫ ﻙ‬: ‫ﺗﺮ‬

Sunan Ibnu Majah, kitab ke-8, bab ke-28

٢٨ ‫ ﺏ‬٨ ‫ ﻙ‬: ‫ﻣﺞ‬

Muwatta Malik, kitab ke-58, hadis ke-1

‫ ﻗﺎ‬١ ‫ ﺡ‬٥٨ ‫ ﻙ‬: ‫ﻣﺎ‬

Adapun salah satu keterangan tabel di atas, yaitu hadis riwayat imam Malik adalah sebagai berikut: a. Muwatta Mâlik, kitab ke-58, hadis ke-1119

‫ ﺃﻥﹼ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺻﻠﹼﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﹼﻢ‬:‫ﺛﲏ ﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﳛﲕ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺍﳊﺒﺎﺏ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﲪﻦ ﻳﺮﺑﻴﻬﺎ‬‫ ﺍﻟﺮ‬‫ﻤﺎ ﻳﻀﻌﻬﺎ ﰲ ﻛﻒ‬‫ﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻛﺴﺐ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺇﻻ ﻃﻴﺒﺎ ﻛﺎﻥ ﺇﻧ‬‫ﻗﺎﻝ ﻣﻦ ﺗﺼﺪ‬ .‫ﻰ ﺗﻜﻮﻥ ﻣﺜﻞ ﺍﳉﺒﻞ‬‫ﻩ ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ ﺣﺘ‬‫ﻲ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮ‬‫ﻛﻤﺎ ﻳﺮﺑ‬ Demikianlah penelusuran hadis-hadis yang telah penulis dapat dari tiga metode dalam melakukan takhrij hadits. Dan dari keterangan yang didapat diatas penulis menemukan sebanyak 6 hadis. Adapun untuk hasil penelusuran hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mausû’ah Atrâf alHadîts dan 5 hadis dalam kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah semuanya sudah tercantum sebelumnya di penelusuran langkah pertama. 2.

Identifikasi Sanad Hadis Setelah melakukan penelusuran pada bagian hadisnya, penulis

menemukan beberapa sanad yang perlu ditinjau sehingga dapat diketahui jelas seluruh jalur sanad dan perawi hadis yang diteliti. Adapun riwayat yang ditemukan penulis terdapat dalam tabel dan skema sanad hadis dalam lampiran 14 dan 15.

119

Mâlik bin Anas, al-Muwatta Mâlik (Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabi, 2004), h. 424.

91

Dilihat dari tabel di atas, menunjukan bahwa terdapat jalur periwayatan yang sama mulai dari Abu Hurairah sampai Sa’id bin Yasâr. Dan untuk mengetahui lebih jelas tentang periwayat hadisnya, maka penulis akan melakukan penelitian atas periwayat hadis diatas yang diambil dari kitab-kitab Rijal sehingga dapat diketahui kualitas kepribadiannya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. a.

Jalur periwayatan hadis dari Imam Muslim Periwayat pertama, Muslim, penulis sudah membahasnya pada

halaman 51. Periwayat kedua, Qutaibah, penulis sudah membahasnya pada halaman 63. Periwayat ketiga, Laits mempunyai nama lengkap yaitu Laits bin Sa’ad bin ‘Abdurrahman al-Fahmi. Beliau lahir di Mesir hari Kamis bulan Sya’ban tahun 94 H dan meninggal hari Jumat bulan Sya’ban tahun 175 H. Adapun guru-gurunya yaitu Hisyam bin ‘Urwah, Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri, al-‘Alâ'i bin Katsir, ‘Atha' bin Abi Rabâh, dan Sa’id bin Abi Sa’id al-Maqburi. Sedangkan murid-muridnya yaitu Yahya bin ‘Abdullah bin Bukair, al-Walid bin Muslim, Qutaibah bin Sa’id al-Balkhiy, ‘Isa bin Hammad Zughbah, ‘Abdullah bin Wahb, dan ‘Abdullah bin alMubarak. Pernyataan kritikus hadis tentang Laits bin Sa’ad bin ‘Abdurrahman al-Fahmi: Ahmad bin Sa’ad bin Ibrahim al-Zuhri, Abu Daud, dan al-‘Ijli

92

menilai Laits dengan tsiqah, dan ‘Abdurrahman bin Abi Hatim dan Ibnu Khirasy menilainya dengan sadûq.120 Periwayat keempat, Sa’îd bin Sa’îd mempunyai nama lengkap yaitu Sa’îd bin Abi Sa’îd, namanya Kaisan al-Maqbûri, Abu Sa’ad al-Madanî. Beliau lahir dan meninggal di Madinah tahun 126 H. Adapun guru-gurunya yaitu Anas bin Malik, Jâbir bin ‘Abdullah, Abu Hurairah, ‘Aisyah, Abu Sa’id al-Khudri, dan ‘Abdullah bin Abi Qatâdah. Sedangkan muridmuridnya yaitu Malik bin Anas, Laits bin Sa’ad, Muhammad bin ‘Ajlân, Syu’bah bin al-Hajjâj, dan Usâmah bin Zaid al-Laitsi. Pernyataan kritikus hadis tentang Sa’îd bin Sa’îd: ‘Ali bin al-Madini, Muhammad bin Sa’ad, Ahmad bin ‘Abdullah al-‘Ijli, Abu Zur’ah, al-Nasa’i, dan ‘Abdurrahman bin Yusuf bin Khirasy menilai Sa’id dengan tsiqah, serta Abu Hatim menilainya dengan sadûq.121 Periwayat kelima, Sa’îd bin Yasâr mempunyai nama lengkap yaitu Sa’îd bin Yasâr Abu al-Hubâb al-Madanî. Beliau lahir dan meninggal di Madinah tahun 117 H. Adapun guru-gurunya yaitu Abu Hurairah, ‘Aisyah, ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khattab, dan ‘Abdullah bin Abbas. Sedangkan murid-muridnya yaitu Sa’îd al-Maqbûri, Ishâq bin ‘Abdullah bin Abi Talhah, Muhammad bin ‘Ajlân, Yahya bin Sa’id al-Anshari, dan Abu Bakar bin ‘Umar bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khattab.

120

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 24 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 255-278. 121 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 10 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1987), h. 466-472.

93

Pernyataan kritikus hadis tentang Sa’îd bin Yasâr: ‘Abbâs al-Dauri dari Yahya bin Ma’in, Abu Zur’ah, al-Nasa’i,122 Ibnu Sa’ad dan al-‘Ijli123 menilai Said bin Yasar dengan penilaian tsiqah. Periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. b.

Jalur periwayatan hadis dari Imam Tirmidzi Periwayat pertama, al- Tirmidzi, penulis sudah membahasnya pada

halaman 62-63. Periwayat kedua, Qutaibah, penulis sudah membahasnya pada halaman 63. Periwayat ketiga, al-Laits, penulis sudah membahasnya pada halaman 91-92. Periwayat keempat, Sa’id bin Sa’id, penulis sudah membahasnya pada halaman 92. Periwayat kelima, Sa’id bin Yasâr, penulis sudah membahasnya pada halaman 92-93. Dan periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. c.

Jalur periwayatan hadis dari Ibnu Mâjah Periwayat pertama, Ibnu Mâjah, penulis sudah membahasnya pada

halaman 67-68. Periwayat kedua, ‘Isa bin Hammâd memunyai nama lengkap yaitu ‘Isa bin Hammâd bin Muslim bin ‘Abdullah al-Tujibi. Beliau meninggal hari Selasa bulan Dzulhijjah tahun 248 H. Adapun guru-gurunya yaitu alLaits bin Sa’ad, ‘Abdurrahman bin al-Qasim al-Mishri, ‘Abdullah bin Wahb, ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslâm, dan Sa’id bin Zakariya al-Âdam.

122

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 11 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1987), h. 120-122. 123 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzib, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 52.

94

Sedangkan murid-muridnya Muslim, Abu Daud, al-Nasa'i, Ibnu Majah, Abu Hâtim Muhammad bin Idrîs al-Râzi, dan Muhammad bin al-Hasan bin Qutaibah al-‘Asqalani. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Îsa bin Hammâd bin Muslim bin ‘Abdullah al-Tujibi: Abu Hatim, al-Nasa’i, dan al-Daruquthni menilainya dengan tsiqah dan Abu Daud menilainya dengan lâ ba´sa bih.124 Periwayat ketiga, al-Laits, penulis sudah membahasnya pada halaman 91-92. Periwayat keempat, Sa’îd bin Sa’îd, penulis sudah membahasnya pada halaman 92. Periwayat kelima, Sa’îd bin Yasâr, penulis sudah membahasnya pada halaman 92-93. Dan periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. d.

Jalur periwayatan hadis dari Imam al-Nasâ'i Periwayat pertama, al-Nasâ’i, penulis sudah membahasnya pada

halaman 43-44. Periwayat kedua, Qutaibah, penulis sudah membahasnya pada halaman 63. Periwayat ketiga, al-Laits, penulis sudah membahasnya pada halaman 91-92. Periwayat keempat, Sa’îd bin Sa’îd, penulis sudah membahasnya pada halaman 92. Periwayat kelima, Sa’îd bin Yasâr, penulis sudah membahasnya pada halaman 92-93. Dan periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. e.

Jalur periwayatan hadis dari Imam al-Dârimî Periwayat pertama, al-Dârimî, penulis sudah membahasnya pada

halaman 48. Periwayat kedua, Sa’îd bin al-Mughîrah mempunyai nama 124

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 22 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 595-599.

95

lengkap yaitu Sa’îd bin al-Mughîrah al-Sayyâd. Adapun guru-gurunya yaitu ‘Abdullah bin al-Mubarak, ‘Îsa bin Yunus, al-Walid bin Muslim, Makhlad bin al-Husain, ‘Âmir bin Basaf, Sa’îd bin Maslamah, dan Ismâ’il bin ‘Ulyah. Sedangkan murid-muridnya ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman alDarimi, ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khattabi, al-Hasan bin al-Sabbâh alBazzâr, Abu Hâtim Muhammad bin Idrîs al-Râzi, Muhammad bin Dâud alMissisi, dan Wâfid bin Mûsa al-Dzari’. Pernyataan kritikus hadis tentang Sa’îd bin al-Mughîrah al-Sayyâd: Abu Hatim menilainya dengan tsiqah.125 Periwayat ketiga, ‘Îsa bin Yunus mempunyai nama lengkap yaitu ‘Îsa bin Yunus bin Abi Ishâq al-Sabî’i. Beliau meninggal pada bulan Sya’ban tahun 191 H. Adapun guru-gurunya yaitu Yahya bin Sa’id al-Anshari, Malik bin Anas, Syu’bah bin al-Hajjâj, Sufyan al-Tsauri, Usâmah bin Zaid alLaitsi, ‘Abdullah bin ‘Aun, dan Hisyâm bin ‘Urwah. Sedangkan muridmuridnya Ishaq bin Rahawaih, Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, ‘Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabi, ‘Ali bin al-Madini, dan Yahya bin Ma’in, dan Sufyan bin Waki’ bin al-Jarrah. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Îsa bin Yunus bin Abi Ishâq alSabî’i: Hanbal bin Ishaq berkata dari Ahmad bin Hanbal, Abu Hatim, Ya’qub bin Syaibah, al-Nasa’i, Ibnu Khirasy, Ahmad bin ‘Abdullah al-‘Ijli

125

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 11 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1987), h. 75-76.

96

memberikan penilaian ‘Îsa dengan tsiqah, dan Abu Zur’ah menilainya dengan hâfizan.126 Periwayat keempat, Yahya bin Sa’îd mempunyai nama lengkap yaitu Yahya bin Sa’îd bin Qais bin ‘Amrû bin Sahl bin Tsa’labah bin al-Hârits bin Zaid bin Tsa’labah bin Ghanmi bin Mâlik bin al-Najâr. Beliau meninggal pada tahun 144 H. Adapun guru-gurunya yaitu Anas bin Malik, Sa’id bin Abi Sa’id al-Maqburi, Abu al-Hubâb Sa’id bin Yasar, Hisyam bin ‘Urwah, dan Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri. Sedangkan muridmuridnya Malik bin Anas, al-Laits bin Sa’ad, ‘Isa bin Yunus, ‘Abdullah bin Numair, ‘Abdullah bin al-Mubarak, Sufyan al-Tsauri, Sufyan bin ‘Uyainah, dan Syu’bah bin al-Hajjaj. Pernyataan kritikus hadis tentang Yahya bin Sa’îd: ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari ayahnya, Abu Bakar bin Abi Khaitsamah dari ayahnya, dan dari Yahya bin Ma’in, Abu Zur’ah, Abu Hatim, al’Ijli, dan alNasa’i menilai Yahya dengan tsiqah.127 Periwayat kelima, Sa’id bin Yasâr, penulis sudah membahasnya pada halaman 92-93. Dan periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. f.

Jalur periwayatan hadis dari Imam Mâlik Periwayat pertama, Mâlik bin Anas, Mâlik mempunyai nama lengkap

yaitu Mâlik bin Anas bin Mâlik bin Abi ‘Âmir bin ‘Amrû bin al-Hârits bin

126

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 23 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 62-76. 127 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 31 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 346-358.

97

Ghaiman bin Khutsail bin ‘Amrû bin al-Hârits. Beliau lahir 93 H dan meninggal pada 14 Rabi’ul Awwal tahun 179 H. Adapun guru-gurunya yaitu Sa’id bin Abi Sa’id al-Maqburi, Hisyam bin ‘Urwah, Yahya bin Sa’id al-Anshari, Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri, Humaid al-Tawîl, dan Ja’far bin Muhammad al-Shadîq. Sedangkan murid-muridnya Syu’bah bin al-Hajjâj, Sufyan bin ‘Uyainah, Sufyan al-Tsauri, Yahya bin Sa’id alQattan, Waki’ bin al-Jarrah, Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Laits bin Sa’ad, dan ‘Abdullah bin al-Mubarak. Pernyataan kritikus hadis tentang Malik bin Anas: Ishaq bin Manshur dari Yahya bin Ma’in, dan Muhammad bi Sa’ad menilai Malik dengan tsiqah.128 Periwayat kedua, Yahya bin Sa’îd, penulis sudah membahasnya pada halaman 96. Periwayat ketiga, Sa’id bin Yasâr, penulis sudah membahasnya pada halaman 92-93. Untuk jalur hadis periwayatan imam Malik ini beriwayatkan Yahya bin Yahya al-Masmûdi, penulis tidak menemukan rawi sahabat, yaitu Abu Hurairah. Sedangkan di kitab al-Muwatta lainnya yang beriwayatkan Abi Mus’âb al-Zuhri al-Madanî, penulis menemukan jalur yang lengkap.129 Uraian mengenai sanad hadis tentang Sedekah dari Penghasilan yang baik adalah sebagai berikut: Pertama, dari segi penerimaannya termasuk dalam haditsnya marfu’ karena sampai kepada Nabi Saw. Kedua, dari segi kuantitas hadis, terlihat bahwa hadis di atas adalah termasuk hadis Ahad. 128

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 27 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 91-120. 129 Mâlik bin Anas, al-Muwatta Mâlik, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1998), h. 172.

98

Karena periwayat sahabat, tabi’in, tabi’-tabi’innya adalah satu orang. Ketiga, dari segi kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para perawinya, terlihat bahwa perawi yang terlihat dalam periwayatan Hadis tersebut tsiqah. Keempat, dari segi hubungan periwayatan, maka seluruh sanad hadis bersambung. Dan kelima, berdasarkan beberapa catatan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk seluruh sanad hadisnya adalah shahih. 3.

Telaah Matan Hadis Setelah mengetahui kedudukan hadis dari segi sanadnya, kemudian

penulis akan melakukan kritik matan hadis tentang sedekah dari penghasilan yang baik berdasarkan metodologi Salâhuddîn bin Ahmad al-Adabi. Untuk membuktikan matan hadis yang akan penulis teliti, maka di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang akan mendukung kedudukan matan dari hadis diatas. Pertama, peninjauan berdasarkan ayat al-Qur’an yang berhubungan sedekah dari penghasilan yang baik. Penulis menemukan ayat al-Qur’an yang mendukung hadis yang diteliti. Surat al-Baqarah (2) : 267              

             

    “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri

99

tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji.

Ayat ini menguraikan tentang nafkah yang diberikan, diantaranya yaitu pertama, bahwa yang dinafkahkan hendaknya yang baik-baik. Tetapi, tidak harus semua dinafkahkan, cukup sebagian saja. Ada yang berbentuk wajib dan ada juga yang anjuran. Kedua, pilihlah yang baik-baik dari apa yang kita nafkahkan itu, walaupun tidak harus semuanya baik, tetapi jangan sampai sengaja memilih yang buruk-buruk lalu dinafkahkan. Ketiga, ayat ini melarang yang dengan sengaja mengumpulkan yang buruk kemudian menyedekahkanya. Dan keempat, ayat ini mengingatkan bahwa Allah Mahakaya. Dia tidak butuh kepada sedekah, baik pemberian untuk-Nya maupun untuk makhluk-makhluk-Nya. Allah dapat memberi mereka secara langsung. Perintah-Nya kepada manusia agar memberi nafkah kepada yang butuh, bukan karena Allah tidak mampu memberi secara langsung, tetapi perintah itu adalah untuk kepentingan dan kemaslahatan pemberi.130 Kedua, peninjauan berdasarkan hadis yang berhubungan dengan sedekah dari penghasilan yang baik. Penulis menemukan hadis yang mendukung hadis yang diteliti.

.‫ﻻ ﺗﻘﺒﻞ ﺻﻼﺓ ﺑﻐﲑ ﻃﻬﻮﺭ ﻭﻻ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻏﻠﻮﻝ‬ “Tidaklah diterima shalat tanpa dalam keadaan bersih (suci) dan tidak pula diterima sedekah dari harta yang berasal perbuatan menipu.” (Diriwayatkan oleh enam perawi hadis dari ibnu ‘Umar r.a. kecuali al-Bukhari)

Sebagaimana tercantum dalam sahih Muslim dari Mush’ab ibnu Said: “Ibnu ‘Umar r.a. mengunjungi Ibnu Amir ketika dia sakit. Dia berkata: 130

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jilid 1, h. 699-701.

100

“Apakah engkau tiada berdo’a untukku hai Ibnu ‘Umar? Ibnu ‘Umar berkata: “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Tiadalah diterima shalat...dst.” Hadis itu menunjukan peringatan mengenai perbuatan haram dan bahwa sedekah yang berasal dari harta haram seperti shalat tanpa bersuci.131 Dari uraian di atas diketahui bahwa hadis yang berkenaan dengan Penghasilan sedekah dari yang baik ini sejalan dengan petunjuk al-Qur’an, kandungannya tidak bertentangan dengan hadis sahih lainnya, dan tidak bertentangan dengan sejarah serta akal sehat. Maka penulis berkesimpulan bahwa hadis diatas berkualitas sahih baik dari segi sanad maupun matan. E.

Teks Hadis dan Terjemahannya Tentang Waktu Bersedekah

‫ﺛﻨﺎ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﻘﻌﻘﺎﻉ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺯﺭﻋﺔ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ ﻋﻦ‬‫ﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ ﺑﻦ ﺯﻳﺎﺩ ﺣﺪ‬‫ﺩ ﺣﺪ‬‫ﺛﻨﺎ ﻣﺴﺪ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﻕ‬‫ﺪﻗﺔ ﺃﻓﻀﻞ ﻗﺎﻝ » ﺃﻥ ﺗﺼﺪ‬‫ﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺃﻱ ﺍﻟﺼ‬‫ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺟﻞ ﻟﻠﻨ‬ ‫ﻰ ﺇﺫﺍ ﺑﻠﻐﺖ ﺍﳊﻠﻘﻮﻡ ﻗﻠﺖ ﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ‬‫ﻭﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺣﺮﻳﺺ ﺗﺄﻣﻞ ﺍﻟﺒﻘﺎﺀ ﻭﲣﺸﻰ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻭﻻ ﲤﻬﻞ ﺣﺘ‬ 132

.‫ﻭﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﻟﻔﻼﻥ‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Ziad telah mengabarkan kepada kami ‘Umarah bin al-Qa’qa’i dari Abu Zur’ah bin ‘Amru bin Jarir dari Abu Hurairah, ia berkata: Seseorang berkata kepada Nabi Saw, “Wahai Rasulullah, kapan waktu bersedekah yang paling afdhal untuk bersedekah? Rasulullah bersabda, “Engkau sebaiknya bersedekah saat dalam keadaan sehat, bersemangat, mengharapkan hidup lebih lama, dan takut fakir, serta tidak menundanya hingga nyawa telah di kerongkongan.” Kamu berkata (berwasiat), “Untuk si fulan begini dan untuk si fulan begitu, sementara untuk si fulan sudah begini.”

131

Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Damsyiqi, Asbabul Wurud, Jilid 3. Penerjemah M. Suwarta Wijaya dan Zafrulah Salim (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 428-429. 132 Abû Dâud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sijistani al-Azdi, Sunan Abu Daud (Beirut: Dâr Ibnu Hazm, 1998), h. 444.

101

2.

Takhrij Hadis Setelah diadakan penelitian mengenai hadis waktu Bersedekah,

hasilnya penulis menemukan dalam kitab takhrij al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadits al-Nabawî, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, dan Miftâhu Kunûz al-Sunnah. Penjabarannya sebagai berikut: Pertama, setelah ditelusuri dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li alFâzi al-Hadits al-Nabawî dari semua lafadz yang ada dalam matan hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: 133

134

... ‫ ﻭ ﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺣﺮﻳﺺ ﺗﺄﻣﻞ ﺍﻟﻐﲎ‬... : ‫ﺣﺮﻳﺺ‬

... ‫ﺣﱴ ﺇﺫﺍ ﺑﻠﻐﺖ ﺍﳊﻘﻠﻮﻡ ﻗﻠﺖ‬... : ‫ﺣﻠﻘﻘﻮﻡ ﺝ ﺣﻼ ﻗﻴﻢ‬ 135

136

‫ ﲣﺸﻰ ﺍﻟﻔﻘﺮ‬: ‫ﺧﺸﻲ‬

‫ ﺃﻥ ﺗﺼﺪﻕ ﻭ ﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺣﺮﻳﺺ‬: ‫ﺻﺤﻴﺢ ﻡ ﺻﺤﻴﺤﺔ ﺝ ﺻﺤﺎﺡ‬ 137

... ‫ ﺃﻥ ﺗﺼﺪﻕ ﻭ ﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ‬: ‫ﺗﺼﺪﻕ‬

Kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadits al-Nabawî ‫ﺧﺸﻲ‬

‫ﺣﻠﻘﻘﻮﻡ‬

‫ﺣﺮﻳﺺ‬

١١ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺥ‬

١١ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺥ‬

٩٢ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﻡ‬ ٣ ‫ ﻭﺻﺎﻳﺎ‬: ‫ﺩ‬

٩٢ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﻡ‬ ٣ ‫ ﻭﺻﺎﻳﺎ‬: ‫ﺩ‬

٣ ‫ ﻭﺻﺎﻳﺎ‬: ‫ﺩ‬

٢٣١ ،٢ : ‫ﺣﻢ‬

133

A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadits al-Nabawî, Juz 1 (Leiden: E.J. Bill, 1936), h. 447. 134 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadits al-Nabawî, Juz 1, h. 503. 135 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 2 (Leiden: E.J. Bill, 1936), h. 32. 136 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 3 (Leiden: E.J. Bill, 1936), h. 249. 137 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 3, h. 281.

102

‫ﺗﺼﺪﻕ‬ ٣ ‫ ﻭﺻﺎﻳﺎ‬: ‫ﺩ‬ ٦٠ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﻥ‬ ٢٣١ ،٢ : ‫ﺣﻢ‬

‫ﺻﺤﻴﺢ‬ ١١ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺥ‬ ٩٢ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﻡ‬ ٣ ‫ ﻭﺻﺎﻳﺎ‬: ‫ﺩ‬ ٦٠ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﻥ‬

Adapun keterangan tabel di atas dan hadis-hadisnya terdapat dalam lampiran 16. Kedua, setelah ditelusuri dalam kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts dari awal matan hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts 138

‫ﺃﻥ ﺗﺼﺪﻕ ﻭﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺷﺤﻴﺢ‬

Sahih Muslim, kitab zakat, hadis no. 92 Ahmad bin Hanbal, jilid 2, halaman 231

٩٢ ‫ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‬: ‫ﻡ‬ ٢٣١ ،٢ : ‫ﺣﻢ‬

Ketiga, setelah ditelusuri dalam kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: Kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah 139

‫ﺪﻗﺔ ﺃﻓﻀﻞ‬‫ ﺍﻟﺼ‬‫ﺃﻯ‬

Sahih Muslim, kitab ke-12, hadis ke-92 Sahih al-Bukhari, kitab ke-24, bab ke-11 Sunan al-Nasa’i, kitab ke-23, bab ke-60 Ahmad bin Hanbal, jilid 2, halaman 231

٩٢ ‫ ﺡ‬١٢ ‫ ﻙ‬: ‫ﻣﺲ‬ ١١ ‫ ﺏ‬٢٤ ‫ ﻙ‬: ‫ﺑﺦ‬ ٦٠ ‫ ﺑﺎﺏ‬٢٣ ‫ ﻙ‬: ‫ﻧﺲ‬ ٢٣١ ‫ ﺛﺎﻥ ﺹ‬: ‫ﺣﻢ‬

Demikianlah penelusuran hadis-hadis yang telah penulis dapat dari tiga metode dalam melakukan takhrij hadits. Dan dari keterangan yang

138

Abu Hajar Muhammad al-Sa’id bin Buyûni Zaghlul, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, Jilid 2 (Beirut: Dâr Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.), h. 439. 139 A.J. Wensinck, Miftâhu Kunûz al-Sunnah (Lahore: Idârah Tarjaman al-Sunnah, 1979), h. 263-264.

103

didapat diatas penulis menemukan sebanyak 5 hadis. Adapun untuk hasil penelusuran hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mausû’ah Atrâf alHadîts

dan Miftâhu Kunûz al-Sunnah

semuanya sudah tercantum

sebelumnya di penelusuran langkah pertama. 2.

Identifikasi Sanad Hadis Setelah melakukan penelusuran pada bagian hadisnya, penulis

menemukan beberapa sanad yang perlu ditinjau sehingga dapat diketahui jelas seluruh jalur sanad dan perawi hadis yang diteliti. Adapun riwayat yang ditemukan penulis terdapat dalam tabel dan skema sanad hadis berikut dalam lampiran 17 dan 18. Dilihat dari tabel diatas, menunjukan bahwa terdapat jalur periwayatan yang sama mulai dari Abu Hurairah sampai ‘Ummârah. Dan untuk mengetahui lebih jelas tentang periwayat hadisnya, maka penulis akan melakukan penelitian atas periwayat hadis diatas yang diambil dari kitabkitab Rijal sehingga dapat diketahui kualitas kepribadiannya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. a.

Jalur periwayatan hadis dari Imam al-Bukhari Periwayat pertama, al-Bukhari, penulis sudah membahasnya pada

halaman 52. Periwayat kedua, Mûsa bin Ismâ’il mempunyai nama lengkap yaitu Mûsa bin Isma’il al-Minqari. Beliau meninggal di Bashrah pada malam selasa bulan Rajab tahun 223 H. Adapun guru-gurunya yaitu Syu’bah bin alHajjâj, ‘Abdullah bin al-Mubarak, ‘Abdul Wâhid bin Ziyâd, Wuhaib bin Khâlid, Hammâm bin Yahya, Mahdi bin Maimun, dan Hammâd bin

104

Salamah. Sedangkan murid-muridnya al-Bukhari, Abu Daud, Yahya bin Ma’in, Abu Hatim Muhammad bin Idris al-Razi, Ahmad bin al-Hasan alTirmidzi, dan Abu Bakar Ahmad bin Khaitsamah. Pernyataan kritikus hadis tentang Mûsa bin Isma’il al-Minqari: alHusain bin al-Hasan al-Razi, Abu Hatim, Muhammad bin Sa’ad menilai Musa bin Isma’il dengan tsiqah,140 al-‘Ijli menilainya dengan tsiqah, dan Ibnu Khirasy menilainya dengan sadûq.141 Periwayat ketiga, ‘Abdul Wâhid mempunyai nama lengkap yaitu ‘Abdul Wâhid bin Ziyâd al-‘Abdi. Beliau meninggal pada tahun 179 H. Adapun guru-gurunya yaitu ‘Ummârah bin al-Qa’qa’i, Ma’mar bin Rasyid, Muhammad bin Isma’il, Mujalid bin Sa’id, ‘Amru bin Maimun bin Mihran, dan‘Âshim al-Ahwal. Sedangkan murid-muridnya Qutaibah bin Sa’id, ‘Affân bin Muslim, ‘Abdurrahman bin Mahdi, Abu Salamah Musa bin Isma’il, dan Muslim bin Ibrahim. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Abdul Wâhid bin Ziyâd al-‘Abdi: Muhammad bin Sa’ad, Abu Zur’ah, Abu Hatim, 142 Abu Daud, al-‘Ijli, dan al-Daruquthni143 menilai ‘Abdul Wahid dengan penilaian tsiqah. Periwayat keempat, ‘Ummârah bin al-Qa’qâ’i mempunyai nama lengkap yaitu ‘Ummârah bin al-Qa’qâ’i bin Syubrumah al-Dabbi al-Kûfi.

140

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 29 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 21-26. 141 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 4 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 170. 142 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 18 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 450-454. 143 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 631.

105

Beliau meninggal pada tahun 179 H. Adapun guru-gurunya yaitu Abu Zur’ah bin ‘Amrû bin Jarîr, Abu Sâlih al-Sammân, ‘Abdurrahman bin Abi Nu’mi al-Bajali, al-Hârits al-‘Ukli, dan al-Akhnas bin Khalîfah al-Dabbi. Sedangkan murid-muridnya Sufyan al-Tsauri, Sufyan bin ‘Uyainah, ‘Abdul Wâhid bin Ziyâd, Muhammad bin Fudail bin Ghazwân, dan Syarîk bin ‘Abdullah. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Ummârah bin al-Qa’qâ’i: Ishaq bin Manshur dari Yahya bin Ma’in, al-Nasa’i menilai bahwa ‘Ummârah tsiqah, Abu Hatim menilainya dengan sâlihul hadîts,144 dan Ibnu Sa’ad memberikan penilaian dengan tsiqah.145 Periwayat kelima, Abu Zur’ah mempunyai nama lengkap yaitu Abu Zur’ah bin ‘Amrû bin Jarîr bin ‘Abdullah al-Bajali al-Kûfi. Adapun gurugurunya yaitu Abu Hurairah, ‘Umar bin Khattab, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abu Dzâr al-Ghifari, ‘Abdullah bin Yahya al-Hadhrami, dan ‘Abdullah bin ‘Amrû bin al-‘Ash. Sedangkan murid-muridnya ‘Abdullah bin Yazîd al-Nakha’i, Ibrahim bin Jarîr bin ‘Abdullah al-Bajali, al-Hârits al‘Ukli, ‘Ummârah bin al-Qa’qâ’i, dan ‘Abdullah bin Syubrumah al-Dabbi. Pernyataan kritikus hadis tentang Abu Zur’ah bin ‘Amrû bin Jarîr bin ‘Abdullah al-Bajali al-Kûfi: ‘Utsman bin Sa’id al-Darimi dari Yahya bin Ma’in menilai Abu Zur’ah dengan tsiqah dan Ibnu Khirasy menilainya

144

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 21 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 262-263. 145 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 213.

106

dengan sadûq tsiqah.146 Periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. b.

Jalur periwayatan hadis dari Imam Muslim Periwayat pertama, Muslim, penulis sudah membahasnya pada

halaman 51. Periwayat kedua, Zuhair bin Harb mempunyai nama lengkap yaitu Zuhair bin Harb bin Syaddâd al-Harasyi. Beliau lahir tahun 160 H dan meninggal di Baghdad pada malam Kamis bulan Sya’ban tahun 234 H. Adapun guru-gurunya yaitu Sufyan bin ‘Uyainah, Jarir bin ‘Abdul Hamid, ‘Abdullah bin Numair, ‘Abdurrahman bin Mahdi, Waki’ bin al-Jarrah, dan Yahya bin Sa’id al-Qattan. Sedangkan murid-muridnya al-Bukhari, Abu Daud, Muslim, Ibnu Majah, Abu Hâtim Muhammad bin Idris al-Razi, dan Abu Ibrahim Ahmad bin Sa’ad al-Zuhri. Pernyataan kritikus hadis tentang Zuhair bin Harb bin Syaddâd alHarasyi: Mu’awiyah bin Sâlih dari Yahya bin Ma’in, al-Nasa’i, Abu Bakar al-Khatîb memberikan penilaian dengan tsiqah, Abu Hatim menilainya dengan sadûq,147 Ibnu Qani dan Ibnu Hatim menilainya dengan tsiqah.148 Periwayat ketiga, Jarîr bin ‘Abdul Hâmid mempunyai nama lengkap yaitu Jarîr bin ‘Abdul Hâmid bin Qurt al-Dabbi. Beliau meninggal pada tahun 188 H. Adapun guru-gurunya yaitu Hisyam bin ‘Urwah, Ummârah bin al-Qa’qâ’i, Malik bin Anas, Sufyan al-Tsauri, dan ‘Ubaidillah bin

146

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 33 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 323-324. 147 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 9 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1987), h. 402-406. 148 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 1 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 637.

107

‘Umar. Sedangkan murid-muridnya Ishaq bin Rahawaih, ‘Abdullah bin alMubarak, Abu Daud al-Tayâlisi, Yahya bin Ma’in, Qutaibah bin Sa’id, Ali bin al-Madini, dan Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah. Pernyataan kritikus hadis tentang Jarîr bin ‘Abdul Hâmid bin Qurt alDabbi: Muhammad bin Sa’ad, Ahmad bin ‘Abdullah al-‘Ijli, dan al-Nasa’i menilainya dengan tsiqah,149 al-Khalili menilainya dengan tsiqah muttafaq ‘alaih.150 Periwayat keempat, ‘Ummârah bin al-Qa’qâ’i, penulis sudah membahasnya pada halaman 104-105. Periwayat kelima, Abu Zur’ah, penulis sudah membahasnya pada halaman 105-106. Dan periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. c.

Jalur periwayatan hadis dari Imam al-Nasâ'i Periwayat pertama, al-Nasâ'i, penulis sudah membahasnya pada

halaman 43-44. Periwayat kedua, Mahmûd bin Ghailan mempunyai nama lengkap yaitu Mahmûd bin Ghailan al-‘Aduwwi. Beliau meninggal pada tahun 239 H. Adapun guru-gurunya yaitu Waki’ bin al-Jarrah, Abu Daud al-Tayâlisi, Yazîd bin Harun, al-Walîd bin Muslim, Sufyan bin ‘Uyainah, ‘Abdullah bin Numair, dan ‘Abdurrazak bin Hammâm. Sedangkan murid-muridnya alBukhari, Muslim, al-Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Nasa'i, Abu Hâtim, dan Abu Zur’ah.

149

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 4 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1983), h. 540-551. 150 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 1 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 298.

108

Pernyataan kritikus hadis tentang Mahmûd bin Ghailan al-‘Aduwwi: al-Nasa’i151 dan Maslamah152 menilainya dengan tsiqah. Periwayat ketiga, Waki’ bin al-Jarrâh, penulis sudah membahasnya pada halaman 70. Periwayat keempat, Sufyan al-Tsauri mempunyai nama lengkap yaitu Sufyan bin Sa’id bin Masrûq al-Tsauri. Beliau lahir tahun 97 H dan meninggal di Bashrah pada tahun 161 H. Adapun guru-gurunya yaitu Yazîd bin Abi Ziyâd, Ma’mar bin Rasyîd, Muhammad bin ‘Ajlân, ‘Abdullah bin Dînâr, ‘Âshim al-Ahwâl, dan Syu’bah bin al-Hajjâj. Sedangkan muridmuridnya ‘Abdullah bin al-Mubarak, ‘Abdullah bin Numair, Sufyan bin ‘Uyainah, Isma’il bin ‘Ulyah, Ja’far bin ‘Aun, ‘Abdurrahman bin Mahdi, dan Malik bin Anas. Pernyataan kritikus hadis tentang Sufyan al-Tsauri: Ahmad bin ‘Abdullah al-‘Ijli menyatakan bahwa Sufyan adalah seorang isnad terbaik di Kufah, Syu’bah, Sufyan bin ‘Uyainah, dan Yahya bin Ma’in menyatakan bahwa Sufyan adalah seorang pemimpin orang-orang mu’min di hadits, dan Abu Bakar al-Khatib menilainya dengan imâm.153 Ibnu Sa’ad dan al-Nasa’i menilainya dengan tsiqah.154

151

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 27 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 305-309. 152 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 4 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 37. 153 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 11 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1987), h. 154-169. 154 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 57.

109

Periwayat keempat, ‘Ummârah bin al-Qa’qâ’i, penulis sudah membahasnya pada halaman 104-105. Periwayat kelima, Abu Zur’ah, penulis sudah membahasnya pada halaman

105-106. Dan periwayat

keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. d.

Jalur periwayatan hadis dari Imam Abâ Dâud Periwayat pertama, Abâ Dâud mempunyai nama lengkap yaitu

Sulaiman bin al-Asy’ats bin Syaddâd bin ‘Amrû bin ‘Âmir. Beliau lahir 202 H dan meninggal pada tahun 275 H. Adapun guru-gurunya yaitu Qutaibah bin Sa’id, ‘Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabi, Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, Ishaq bin Rahawaih, Ahmad bin Musaddad bin Musarhad, dan Muhammad bin Hanbal. Sedangkan murid-muridnya alTirmidzi, Ahmad bin Muhammad bin Daud bin Sulaim, Isma’il bin Muhammad al-Saffâr al-Baghdâdi, Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi al-Dunya, dan Muhammad bin Sa’id al-Adami. Pernyataan kritikus hadis tentang Abâ Dâud: al-Hakim Abu ‘Abdullah menyatakan bahwa Abu Daud seorang imâm ahli hadits di masanya155 dan Maslamah bin Qasim menilainya dengan tsiqah.156 Periwayat kedua, Musaddad mempunyai nama lengkap yaitu Musaddad bin Musarhad. Beliau meninggal pada tahun 228 H. Adapun guru-gurunya yaitu Isma’il bin ‘Uylah, Waki’ bin al-Jarrah, ‘Îsa bin Yunus, ‘Abdul Wâhid bin Ziyâd, Sufyan bin ‘Uyainah, dan Hammâd bin Zaid.

155

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 11 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1987), h. 355-367. 156 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 85.

110

Sedangkan murid-muridnya al-Bukhari, Abu Daud, Abu Hâtim, Abu Zur’ah al-Raziyân, Ahmad bin ‘Abdullah bin Sâlih al-‘Ijli dan Ya’qub bin Sufyan al-Farisi. Pernyataan kritikus hadis tentang Musaddad bin Musarhad: al-Nasa’i, Ahmad bin ‘Abdullah al-‘Ijli, ‘Abdurrahman bin Abi Hatim menilainya dengan tsiqah,157 dan Ibnu Qâni’ menilainya tsiqah.158 Periwayat ketiga, ‘Abdul Wâhid, penulis sudah membahasnya pada halaman 104. Periwayat keempat, ‘Ummârah bin al-Qa’qâ’i, penulis sudah membahasnya pada halaman 104-105. Periwayat kelima, Abu Zur’ah, penulis sudah membahasnya pada halaman 105-106. Dan periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. e.

Jalur periwayatan hadis dari Imam Ahmad Periwayat pertama, Ahmad bin Hanbal, penulis sudah membahasnya

pada halaman 49-50. Periwayat kedua, Muhammad bin Fudail mempunyai nama lengkap yaitu Muhammad bin Fudail bin Ghazwân bin Jarîr al-Dabbi. Beliau meninggal pada tahun 195 H. Adapun guru-gurunya yaitu Hisyam bin ‘Urwah, Yahya bin Sa’id al-Anshari, al-‘Alâ'i bin al-Musayyab, ‘Ummârah bin al-Qa’qâ’i, dan ‘Âshim al-Ahwal. Sedangkan muridmuridnya Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih, Sufyan al-Tsauri, Qutaibah bin Sa’id, Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair, dan ‘Ali bin alMundzari al-Tarîqî.

157

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 27 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 443-448. 158 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 4 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 58.

111

Pernyataan kritikus hadis tentang Muhammad bin Fudail: ‘Utsman bin Sa’id al-Darimi dari Yahya bin Ma’in menilainya dengan tsiqah, Abu Zur’ah menilainya dengan saduq, dan Abu Hatim menilainya dengan syaikh.159 Ibnu Sa’ad dan al-‘Ijli menilainya dengan tsiqah, sedangkan alDâruqutni menilainya dengan tsabat.160 Periwayat

ketiga,

‘Ummârah

bin

al-Qa’qâ’i,

penulis

sudah

membahasnya pada halaman 104-105. Periwayat keempat, Abu Zur’ah, penulis sudah membahasnya pada halaman 105-106. Dan periwayat kelima, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. Uraian mengenai sanad hadis waktu Sedekah adalah sebagai berikut: Pertama, dari segi penerimaannya termasuk dalam haditsnya marfu’ karena sampai kepada Nabi Saw. Kedua, dari segi kuantitas hadis, terlihat bahwa hadis di atas adalah termasuk hadis Ahad. Karena periwayat sahabat, tabi’in, tabi’-tabi’innya adalah satu orang. Ketiga, dari segi kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para perawinya, terlihat bahwa perawi yang terlihat dalam periwayatan Hadis tersebut tsiqah. Keempat, dari segi hubungan periwayatan, maka seluruh sanad hadis bersambung.

Dan kelima,

berdasarkan beberapa catatan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk seluruh sanad hadisnya adalah shahih.

159

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamâl, Jilid 26 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 293-298. 160 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 677.

112

3.

Telaah Matan Hadis Setelah mengetahui kedudukan hadis dari segi sanadnya, kemudian

penulis akan melakukan kritik matan hadis tentang waktu bersedekah berdasarkan metodologi Salâhuddîn bin Ahmad al-Adabi. Untuk membuktikan matan hadis yang akan penulis teliti, maka di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang akan mendukung kedudukan matan dari hadis diatas. Pertama, peninjauan berdasarkan ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan waktu bersedekah. Penulis menemukan ayat al-Qur’an yang mendukung hadis yang diteliti. Surat Ali ‘Imran (3) : 133-134.            

            

   “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”

Ayat pertama di atas menganjurkan untuk meningkatkan upaya yang bagaikan satu perlombaan dan kompetisi yang memang merupakan salah satu cara peningkatan kualitas. Karena itu, bersegeralah bagaikan ketergesaan seorang yang ingin mendahului yang lain menuju ampunan dari Tuhan dengan menyadari kesalahan dan berlombalah mencapai surga.

113

Ayat kedua menjelaskan, adalah tentang berinfak dengan menyatakan bahwa ciri orang yang bertakwa adalah mereka yang kebiasaannya atau secara terus-menerus menafkahkan hartanya di jalan Allah baik di waktu lapang, yakni memiliki kelebihan dari kebutuhannya maupun di waktu dia sempit tidak memiliki kelebihan.161 Kedua, peninjauan berdasarkan hadis yang berhubungan dengan waktu bersedekah. Penulis menemukan hadis yang mendukung hadis yang diteliti.

‫ ﺗﺼﺪﻗﻮﺍ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺄﰐ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺯﻣﺎﻥ ﳝﺸﻲ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺑﺼﺪﻗﺘﻪ ﻓﻼ ﳚﺪ‬: ‫ﲰﻌﺖ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ‬ .‫ﺎ‬ ‫ﺎ ﺑﺎﻷﻣﺲ ﻟﻘﺒﻠﺘﻬﺎ ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻓﻼ ﺣﺎﺟﺔ ﱄ‬ ‫ﻣﻦ ﻳﻘﺒﻠﻬﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻮ ﺟﺌﺖ‬ “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Segeralah sedekah, jangan ditunda hingga datang suatu zaman ketika seorang harus berkeliling untuk memberikan apa yang akan disedekahkannya dan tidak menemukan seorang pun yang mau menerimanya, dan orang (yang diminta untuk menerima sedekah itu) akan berkata, “Seandainya kau datang kemarin pasti aku akan menerimanya, adapun hari ini aku tidak membutuhkannya.” (HR al-Bukhari dalam kitab zakat, 162 bab ke-9)

Hadis di atas menganjurkan supaya bersegera memberikan sedekah, jangan menunggu sampai kepada masa tidak ada lagi orang yang mau menerimanya. Dan memberi peringatan bahwa di akhir zaman akan banyak harta hingga sukarlah bagi seseorang memperoleh orang yang bersedia menerima sedekah.163 Dari uraian di atas diketahui bahwa hadis yang berkenaan dengan waktu sedekah ini sejalan dengan petunjuk al-Qur’an, kandungannya tidak 161

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jilid 2, h. 262-265. Abi ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ’il al-Bukhari, Sahîh al-Bukhârî (Beirut: Dâr ibn Katsîr, 2002), h. 343. 163 Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Mutiara Hadis 4, h. 119. 162

114

bertentangan dengan hadis sahih lainnya, dan tidak bertentangan dengan sejarah serta akal sehat. Maka penulis berkesimpulan bahwa hadis diatas berkualitas sahih baik dari segi sanad maupun matan. F.

Teks Hadis Tentang Sedekah Bersembunyi

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺣﺪﺛﲏ ﺃﰊ ﺛﻨﺎ ﳛﲕ ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺍﷲ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﲏ ﺧﺒﻴﺐ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ‬ ‫ ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ‬: ‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭﺷﺎﺏ ﻧﺸﺄ ﺑﻌﺒﺎﺩﺓ ﺍﷲ ﻭﺭﺟﻞ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﳌﺴﺎﺟﺪ ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑﺎ ﰲ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﻭﺗﻔﺮﻗﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﺃﺧﻔﺎﻫﺎ ﻻ ﺗﻌﻠﻢ ﴰﺎﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻨﻔﻖ ﳝﻴﻨﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺫﻛﺮ ﺍﷲ ﺧﺎﻟﻴﺎ ﻓﻔﺎﺿﺖ‬ 164

.‫ﻋﻴﻨﺎﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﺩﻋﺘﻪ ﺫﺍﺕ ﻣﻨﺼﺐ ﻭﲨﺎﻝ ﺇﱃ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺎ ﺃﺧﺎﻑ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Abdullah, ia berkata telah menceritakan kepadaku Khabib bin Abdurrahman dari Hafs bin ‘Ashim dari Abu Hurairah dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Tujuh golongan dilindungi oleh Allah, di hari tidak ada lindungan selain lindunganNya: Imam yang adil, pemuda yang masa mudanya dipergunakannya untuk beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya tertarik ke mesjid, dua orang yang berkasih sayang karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang bersedekah dan disembunyikannya, sehingga tangan kanannya tiada mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kirinya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendirian lalu berlinangan air matanya, dan seorang lakilaki yang dirayu oleh seorang perempuan bangsawan dan cantik rupawan, tetapi laki-laki itu menolak dengan mengucapkan: Sesungguhnya saya takut kepada Allah.”

1.

Takhrij Hadis Setelah diadakan penelitian mengenai hadis sedekah bersembunyi,

hasilnya penulis menemukan dalam kitab takhrij al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, dan Miftâhu Kunûz al-Sunnah. Penjabarannya sebagai berikut:

164

Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 2 (Beirut: al-Maktab al-Islamiy, t.t.), h. 439.

115

Pertama, setelah ditelusuri dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li alFâzi al-Hadîts al-Nabawî dari semua lafadz yang ada dalam matan hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: 165

‫ ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑﺎ ﰱ ﺍﷲ ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺗﻔﺮﻗﺎ ﻋﻠﻴﻪ‬: ‫ﺍﺟﺘﻤﻊ‬

166

167

‫ ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑﺎ ﰱ ﺍﷲ ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺗﻔﺮﻗﺎ ﻋﻠﻴﻪ‬: ‫ﲢﺎﺑﺎ‬

‫ ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ‬: ‫ﺃﻇﻞ‬

Kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî ‫ﺃﻇﻞ‬

‫ﲢﺎﺑﺎ‬

‫ﺍﺟﺘﻤﻊ‬

١٦ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺥ‬ ٩١ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﻡ‬

١٦ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺥ‬ ٩١ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﻡ‬

١٦ ‫ ﺯﻛﺎﺓ‬: ‫ﺥ‬ ٥٣ ‫ ﺯﻫﺪ‬: ‫ﺕ‬

٥٣ ‫ ﺯﻫﺪ‬: ‫ﺕ‬ ٢ ‫ ﻗﻀﺎﺓ‬: ‫ﻥ‬

٥٣ ‫ ﺯﻫﺪ‬: ‫ﺕ‬ ٢ ‫ ﻗﻀﺎﺓ‬: ‫ﻥ‬

١٤ ‫ ﺷﻌﺮ‬: ‫ﻁ‬ ٤٣٩ ،٢ : ‫ﺣﻢ‬

١٤ ‫ ﺷﻌﺮ‬: ‫ﻁ‬ ٤٣٩ ،٢ : ‫ﺣﻢ‬

١٤ ‫ ﺷﻌﺮ‬: ‫ﻁ‬ ٤٣٩ ،٢ : ‫ﺣﻢ‬

Adapun keterangan tabel diatas dan hadis-hadisnya terdapat dalam lampiran 19. Kedua, setelah ditelusuri dalam kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts dari awal matan hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut: Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts ‫ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ﺇ ﻣﺎﻡ ﻋﺎﺩﻝ‬ Sahih Muslim, kitab zakat, hadis no. 92 168

Ahmad bin Hanbal, jilid 2, halaman 439 165

٢٣٩١ : ‫ﺕ‬ ٤٣٩ ،٢ : ‫ﺣﻢ‬

A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 1 (Leiden: E.J. Bill, 1936), h. 366. 166 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 1, h. 408. 167 A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-Hadîts al-Nabawî, Juz 4 (Leiden: E.J. Bill, 1936), h. 77. 168 Abu Hajar Muhammad al-Sa’id bin Buyûni Zaghlûl, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, Jilid 2 (Beirut: Dâr Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.), h. 439.

116

Demikianlah penelusuran hadis-hadis yang telah penulis dapat dari dua metode dalam melakukan takhrij hadits. Dan dari keterangan yang didapat diatas penulis menemukan sebanyak 6 hadis. Adapun untuk hasil penelusuran hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mausû’ah Atrâf alHadîts semuanya sudah tercantum sebelumnya di penelusuran langkah pertama. 2.

Identifikasi Sanad Hadis Setelah melakukan penelusuran pada bagian hadisnya, penulis

menemukan beberapa sanad yang perlu ditinjau sehingga dapat diketahui jelas seluruh jalur sanad dan perawi hadis yang diteliti. Adapun riwayat yang ditemukan penulis terdapat dalam tabel dan skema sanad hadis dalam lampiran 20 dan 21. Dilihat dari tabel diatas, menunjukan bahwa terdapat jalur periwayatan yang sama mulai dari Abu Hurairah sampai Khubaib. Dan untuk mengetahui lebih jelas tentang periwayat hadisnya, maka penulis akan melakukan penelitian atas periwayat hadis diatas yang diambil dari kitabkitab Rijal sehingga dapat diketahui kualitas kepribadiannya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. a.

Jalur periwayatan hadis dari Imam al-Bukhari Periwayat pertama, al-Bukhari, penulis sudah membahasnya pada

halaman 52. Periwayat kedua, Musaddad bin Musarhad, penulis sudah membahasnya pada halaman 109-110. Periwayat ketiga, Yahya mempunyai nama lengkap yaitu Yahya bin Sa’id bin Farrûkh al-Qattan al-Tamîmi. Beliau lahir tahun 120 H dan

117

meninggal pada bulan Shafar tahun 198 H. Adapun guru-gurunya yaitu Hisyam bin ‘Urwah, Muhammad bin ‘Ajlân, Malik bin Anas, Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan al-Tsauri, dan Sufyan bin ‘Uyainah. Sedangkan muridmuridnya Yahya bin Ma’in, Musaddad bin Musarhad, ‘Ali bin al-Madini, ‘Affân bin Muslim, Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, dan Ahmad bin Hanbal. Pernyataan kritikus hadis tentang Yahya bin Sa’id bin Farrûkh alQattan al-Tamîmi adalah sebagai berikut: Muhammad bin Sa’ad, al-‘Ijli, Abu Zur’ah, Abi Hatim, dan al-Nasa’i memberikan penilaian tsiqah.169 Periwayat keempat, ‘Ubaidillah memunyai nama lengkap yaitu ‘Ubaidillah bin ‘Umar bin Hafs bin ‘Âshim bin ‘Umar bin al-Khattab alQurasyi al-‘Aduwwi al-‘Umari. Beliau meninggal di Madinah pada tahun 147 H. Adapun guru-gurunya yaitu Sâlim bin ‘Abdullah bin ‘Umar, ‘Abdullah bin Dînar, ‘Atha' bin Abi Rabâh, Hisyam bin ‘Urwah, Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri, dan Khubaib bin ‘Abdurrahman.

Sedangkan murid-muridnya ‘Abdullah bin Numair,

‘Abdullah bin al-Mubarak, Syu’bah bin al-Hajjaj, Yahya bin Sa’id alQattân, Sufyan bin Sa’id al-Tsauri, dan Khâlid bin al-Harits. Pernyataan kritikus hadis tentang‘Ubaidillah bin ‘Umar bin Hafs: ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Abu Zur’ah, al-Nasa’i,170 Ahmad bin Sâlih, dan Ibnu Ma’în171 memberikan penilaian dengan tsiqah.

169

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 19 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 329-130. 170 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 19 (Beirut: Mu'assasah al-Risa>lah, 1996), h. 124-130.

118

Periwayat kelima, Khubaib memunyai nama lengkap yaitu Khubaib bin ‘Abdurrahman bin Khubaib bin Yasâf al-Anshari al-Khazriji. Beliau meninggal pada tahun 132 H. Adapun guru-gurunya yaitu Hafs bin ‘Âshim, ‘Abdullah bin Muhammad Ma’an al-Madani, ‘Abdurrahman bin Mas’ûd bin Niyâr al-Anshari, ‘Abdurrahman bin Khubaib bin Yasâf, dan Unaisah binti Khubaib bin Yasâf. Sedangkan murid-muridnya Syu’bah bin al-Hajjaj, ‘Abdullah bin ‘Umar al-‘Umari, ‘Ubaidillah bin ‘Umar, Malik bin Anas, Yahya bin Sa’id al-Anshari, dan Mustalim bi Sa’id. Pernyataan kritikus hadis tentang Khubaib bin ‘Abdurrahman bin Khubaib bin Yasâf al-Anshari al-Khazriji: Ishaq bin Manshur dari Yahya bin Ma’in memberikan penilaian dengan tsiqah, Abu Hatim menilainya dengan sâlih al-hadîts,172 dan Ibnu Sa’ad menilainya dengan tsiqah.173 Periwayat keenam, Hafs bin ‘Âshim mempunyai nama lengkap yaitu Hafs bin ‘Âshim bin ‘Umar bin al-Khattab al-Qurasyi al-‘Aduwwi alMadani. Adapun guru-gurunya yaitu Zaid bin Tsâbit, ‘Âshim bin ‘Umar bin al-Khattâb, ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khattâb, Abu Sa’îd al-Khudri, dan Abu Hurairah. Sedangkan murid-muridnya Khubaib bin ‘Abdurrahman, Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri, al-Qâsim bin Muhammad bin Abi Bakr al-Shiddiq, ‘Isa bin Hafs bin ‘Âshim, dan ‘Umar bin Hafs bin ‘Âshim.

171

Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 23. 172 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 8 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1987), h. 227-228. 173 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 1 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 540.

119

Pernyataan kritikus hadis tentang Hafs bin ‘Âshim bin ‘Umar bin alKhattab adalah sebagai berikut: al-Nasa’i, Abu al-Qasim,174 Abu Zur’ah, dan al-‘Ijl175i memberikan penilaian dengan tsiqah. Periwayat ketujuh, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 81. b.

Jalur periwayatan hadis dari Imam Muslim Periwayat pertama, Muslim, penulis sudah membahasnya pada

halaman 51. Periwayat kedua, Zuhair, penulis sudah membahasnya pada halaman 106. Periwayat kedua, Muhammad mempunyai nama lengkap yaitu Muhammad bin al-Mutsanna bin ‘Ubaid bin Qais bin Dînîr al-‘Anazi. Beliau lahir tahun 167 H dan meninggal di Bashrah pada bulan Dzulqa’dah tahun 152 H Adapun guru-gurunya yaitu Abu Dâud al-Tayâlisi, Yahya bin Katsir al-‘Anbari, Yahya bin Sa’id al-Qattan, Yahya bin Hammâd alSyaibani, Waki’ bin al-Jarrah, dan Sufyan bin ‘Uyainah. Sedangkan muridmuridnya al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah, Abu Hatim, dan Abu Zur’ah al-Râziyani. Pernyataan kritikus hadis tentang Muhammad bin al-Mutsanna bin ‘Ubaid bin Qais bin Dînîr al-‘Anazi: ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari Yahya bin Ma’in menilainya dengan tsiqah, Sâlih bin Muhammad, Abu

174

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 7 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1985), h. 17-18. 175 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 1 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h.452 .

120

Hatim, dan Abu Bakar al-Khatib memberikan penilaian dengan saduq.176 alSilmî dari Daruquthni dan Maslamah menilainya dengan tsiqah.177 Periwayat ketiga, Yahya al-Qattan, penulis sudah membahasnya pada halaman 116-117. Periwayat keempat, ‘Ubaidillah bin ‘Umar, penulis sudah membahasnya pada halaman 117. Periwayat kelima, Khubaib bin ‘Abdurrahman, penulis sudah membahasnya pada halaman 118. Periwayat keenam, Hafs bin ‘Âshim, penulis sudah membahasnya pada halaman 118119. Dan periwayat ketujuh, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. c.

Jalur periwayatan hadis dari Imam Tirmidzi Periwayat pertama, al- Tirmidzi, penulis sudah membahasnya pada

halaman 62-63. Periwayat kedua, al-Anshari mempunyai nama lengkap yaitu Ishâq bin Mûsa bin ‘Abdullah bin Mûsa bin ‘Abdullah bin Yazîd alAnshari al-Khatmi. Beliau meninggal pada tahun 244 H. Adapun gurugurunya yaitu al-Walid bin Muslim, Ma’ni bin ‘Isa al-Qazzaz, Sufyan bin ‘Uyainah, ‘Abdullah bin Wahb, dan ‘Abdussalam bin Harb. Sedangkan murid-muridnya Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasa'i, Ibnu Majah, dan Abu Zur’ah ‘Ubaidillah bin ‘Abdul Karîm al-Râzi. Pernyataan kritikus hadis tentang Ishâq bin Mûsa bin ‘Abdullah bin Mûsa bin ‘Abdullah bin Yazîd al-Anshari al-Khatmi: al-Nasa’i dan al-

176

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 26 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 359-365. 177 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 687.

121

Khatib memberikan penilaian dengan tsiqah, Yahya bin Muhammad memberikan penilaian dengan ahli al-sunnah.178 Periwayat ketiga, Ma’ni mempunyai nama lengkap yaitu Ma’ni bin ‘Îsa bin Yahya bin Dînâr al-Asyjâ’î. Beliau meninggal pada tahun 244 H. Adapun guru-gurunya yaitu Malik bin Anas, Hisyâm bin Sa’ad, ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Dînâr, Zuhair bin Muhammad al-Tamîmi al-‘Anbari, dan Ibrâhim bin Sa’ad. Sedangkan murid-muridnya ‘Ali bin alMadîni, Ahmad bin Hanbal, Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, Qutaibah bin Sa’id, dan Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair, Pernyataan kritikus hadis tentang Ma’ni bin ‘Îsa bin Yahya bin Dînâr al-Asyjâ’î: Abu Hatim dan Muhammad bin Sa’ad memberikan penilaian dengan tsiqah,179 dan al-Khalili memberikan penilaian dengan muttafaq ‘alaih.180 Periwayat keempat, Malik bin Anas, penulis sudah membahasnya pada halaman 96-97. Periwayat kelima, Khubaib bin ‘Abdurrahman, penulis sudah membahasnya pada halaman 118. Periwayat keenam, Hafs bin ‘Âshim, penulis sudah membahasnya pada halaman 118-119. Periwayat ketujuh, Abu Sa’îd mempunyai nama lengkap yaitu Sa’ad bin Mâlik bin Sînân bin ‘Ubaid bin Tsa’labah bin ‘Ubaid bin al-Abjar, Abu Sa’îd al-Khudri. Beliau meninggal di Madinah pada tahun 74 H. Adapun

178

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 480-483. 179 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 28 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 336-340. 180 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 4 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 130.

122

guru-gurunya yaitu Nabi Saw, ‘Umar bin al-Khattab, Jabir bin ‘Abdullah, ‘Abdullah bin ‘Abbas, ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar al-Shiddiq. Sedangkan murid-muridnya Muhammad bin Sirin, ‘Ubaidillah bin ‘Abdurrahman, ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khattab, Sa’id bin al-Musayyib, al-Hasan al-Bashri, dan Hafs bin ‘Âshim. Pernyataan kritikus hadis tentang Abu Sa’id al-Khudri: Hanzalah bin Abi Sufyan dari para gurunya memberikan penilaian tidak ada seorang pun dari hadis-hadis sahabat Rasulullah yang lebih afqah dari Abu Sa’id.181 Periwayat ketujuh, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. d.

Jalur periwayatan hadis dari al-Nasâ'i Periwayat pertama, al-Nasâ'i, penulis sudah membahasnya pada

halaman 43-44. Periwayat kedua, Suwaid mempunyai nama lengkap yaitu Suwaid bin Nasr bin Suwaid al-Marwazi. Beliau meninggal pada tahun 240 H. Adapun guru-gurunya yaitu Sufyan bin ‘Uyainah al-Makki, ‘Abdullah bin al-Mubarak, ‘Abdul Kabir bin Dinar al-Shaigh, ‘Ali bin al-Husain bin Wâqid, dan Abu ‘Ishmah Nuh bin Abi Maryam. Sedangkan murid-muridnya al-Tirmidzi, al-Nasa'i, al-Mutsanna bin Ibrahim, Muhammad bin Ibrahim alMarwazi, dan Muhammad bin ‘Abdullah bin al-Junaidi al-Busti. Pernyataan kritikus hadis tentang Suwaid bin Nasr bin Suwaid alMarwazi: al-Nasa’i182 dan Maslamah183 memberikan penilaian dengan tsiqah. 181

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 10 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1987), h. 294-300.

123

Periwayat ketiga, ‘Abdullah mempunyai nama lengkap yaitu ‘Abdullah bin al-Mubarak bin Wadih al-Hanzali al-Tamîmi. Beliau lahir tahun 118 H dan meninggal pada tahun 181 H. Adapun guru-gurunya yaitu Hisyam bin ‘Urwah, Ma’mar bin Rasyid, Malik bin Anas, ‘Ubaidillah bin ‘Umar al-‘Umari, Syu’bah bin al-Hajjaj, Humaid al-Tawîl, Sufyan al-Tsauri, dan Sufyan bin ‘Uyainah. Sedangkan murid-muridnya Yahya bin Ma’in, Yahya bin Sa’id al-Qattan, Qutaibah bin Sa’id, Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, Suwaid bin Nasri al-Tusani, dan Abu Daud Sulaiman bin Daud al-Tayalisi. Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Abdullah bin al-Mubarak bi Wadih al-Hanzali al-Tamîmi: Ibrahim bin ‘Abdullah bin al-Junaidi dari Yahya bin Ma’in memberikan penilaian dengan tsiqah tsabat,184 al-‘Ijli mengatakan tsiqah tsabat, dan Ibnu Hajar al-‘Asqalani memberikan penilaian dengan imâm.185 Periwayat

keempat,

‘Ubaidillah

bin

‘Umar,

penulis

sudah

membahasnya pada halaman 117. Periwayat kelima, Khubaib bin ‘Abdurrahman, penulis sudah membahasnya pada halaman 118. Periwayat keenam, Hafs bin ‘Âshim, penulis sudah membahasnya pada halaman 118–

182

Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 12 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1988), h. 272-274. 183 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 137. 184 Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 16 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 5-24. 185 Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syâfi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 416-417.

124

119. Dan periwayat ketujuh, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. e.

Jalur periwayatan hadis dari Imam Ahmad Periwayat pertama, Ahmad bin Hanbal, penulis sudah membahasnya

pada halaman 49-50. Periwayat kedua, Yahya al-Qattan, penulis sudah membahasnya pada halaman 116-117. Periwayat ketiga, ‘Ubaidillah bin ‘Umar, penulis sudah membahasnya pada halaman 117. Periwayat keempat, Khubaib bin Abdurrahman, penulis sudah membahasnya pada halaman 118. Periwayat kelima, Hafs bin ‘Âshim, penulis sudah membahasnya pada halaman 118-119. Dan Periwayat keenam, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. f.

Jalur periwayatan hadis dari Mâlik bin Anas Periwayat pertama, Mâlik bin Anas, penulis sudah membahasnya

pada halaman 96-97. Periwayat kedua, Khubaib bin ‘Abdurrahman, penulis sudah membahasnya pada halaman 118. Periwayat ketiga, Hafs bin ‘Âshim, penulis sudah membahasnya pada halaman 118-119. Periwayat keempat, Abu Sa’id al-Khudri, penulis sudah membahasnya pada halaman 121-122. Dan periwayat keempat, Abu Hurairah, penulis sudah membahasnya pada halaman 79-80. Uraian mengenai sanad hadis Sedekah Bersembunyi adalah sebagai berikut: Pertama, dari segi penerimaannya termasuk dalam haditsnya marfu’ karena sampai kepada Nabi Saw. Kedua, dari segi kuantitas hadis, terlihat bahwa hadis di atas adalah termasuk hadis Ahad. Karena periwayat sahabat, tabi’in, tabi’-tabi’innya adalah satu orang. Ketiga, dari segi kualitas

125

pribadi dan kapasitas intelektual para perawinya, terlihat bahwa perawi yang terlihat dalam periwayatan Hadis tersebut tsiqah. Keempat, dari segi hubungan periwayatan, maka seluruh sanad hadis bersambung. Dan kelima, berdasarkan beberapa catatan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk seluruh sanad hadisnya adalah shahih. 3.

Telaah Matan Hadis Setelah mengetahui kedudukan hadis dari segi sanadnya, kemudian

penulis akan melakukan kritik matan hadis tentang sedekah bersembunyi berdasarkan metodologi Salâhuddîn bin Ahmad al-Adabi. Untuk membuktikan matan hadis yang akan penulis teliti, maka di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang akan mendukung kedudukan matan dari hadis diatas. Pertama, peninjauan berdasarkan ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan sedekah bersembunyi. Penulis menemukan ayat al-Qur’an yang mendukung hadis yang diteliti. Surat al-Baqarah (2) : 271               

         “Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”

Para jumhur ahli tafsir sepakat bahwa ayat ini menyangkut sedekah sunah, karena dalam sedekah sunah menyembunyikan lebih baik daripada

126

memperlihatkannya.

Begitu

juga

dengan

ibadah

sunah

lainnya,

menyembunyikannya adalah lebih baik untuk menghilangkan kesan riya. Berbeda halnya dengan ibadah wajib. Menurut Hasan, memperlihatkan sedekah wajib itu lebih baik, dan menyembunyikan sedekah sunah itu lebih afdhal. Karena dengan tidak memperlihatkan sedekah sunah itu lebih menunjukan bahwa seseorang itu hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT semata. Sedangkan menurut Ibnu Abbas, dikabarkan bahwa Allah SWT menggandakan pahala sedekah sunah yang disembunyikan sebanyak tujuh puluh kali lipat, dan menggandakan pahala sedekah wajib yang disembunyikan lebih baik daripada sedekah wajib yang diperlihatkan sebanyak dua puluh lima kali lipat. Lalu beliau melanjutkan, begitu juga dengan pahala seluruh kewajiban dan ibadah sunah lainnya. 186 Kedua, peninjauan berdasarkan hadis yang berhubungan dengan sedekah bersembunyi. Penulis menemukan hadis yang mendukung hadis yang diteliti.

‫ ﺗﺼﺪﻗﻮﺍ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺄﰐ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺯﻣﺎﻥ ﳝﺸﻲ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺑﺼﺪﻗﺘﻪ ﻓﻼ ﳚﺪ‬: ‫ﲰﻌﺖ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ‬ .‫ﺎ‬ ‫ﺎ ﺑﺎﻷﻣﺲ ﻟﻘﺒﻠﺘﻬﺎ ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻓﻼ ﺣﺎﺟﺔ ﱄ‬ ‫ﻣﻦ ﻳﻘﺒﻠﻬﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻮ ﺟﺌﺖ‬ “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Segeralah sedekah, jangan ditunda hingga datang suatu zaman ketika seorang harus berkeliling untuk memberikan apa yang akan disedekahkannya dan tidak menemukan seorang pun yang mau menerimanya, dan orang (yang diminta untuk menerima sedekah itu) akan berkata, “Seandainya kau datang kemarin pasti aku akan menerimanya, adapun hari ini aku tidak membutuhkannya.” (HR al-Bukhari dalam kitab zakat, bab ke-9)187 186

Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Jilid 3, h. 730-731. Al-Bukhâri, Sahîh al-Bukhâri, h. 343.

187

127

Menurut Ibnu Rusyd, “Kesesuaian hadis yang diteliti dengan hadis yang diatas dapat dilihat dari kesamaannya membawa sedekah. Karena apabila dia membawa sendiri sedekahnya, maka pemberian sedekah tersebut lebih tersembunyi, dan ini semakna dengan ‘Tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.’188 Dari uraian di atas diketahui bahwa hadis yang berkenaan dengan waktu sedekah ini sejalan dengan petunjuk al-Qur’an, kandungannya tidak bertentangan dengan hadis sahih lainnya, dan tidak bertentangan dengan sejarah serta akal sehat. Maka penulis berkesimpulan bahwa hadis diatas berkualitas sahih baik dari segi sanad maupun matan.

188

Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari, Jilid 8 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 99.

128

G.

Pandangan Para Ulama tentang Sedekah Para fukahâ' bersepakat bahwa sedekah merupakan salah satu perbuatan yang disyariatkan dan pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Kesepakatan mereka itu didasarkan kepada firman Allah SWT di dalam surat al-Baqarah ayat 280 dan Hadis Rasulullah Saw:                  “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” Rasulullah Saw bersabda, “Bersedekahlah walaupun dengan sebutir kurma, karena hal itu dapat menutup dari kelaparan dan dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air 189 memadamkan api.” (HR Ibnu al-Mubarak)

Disamping sunnah, ada kalanya pula hukum sedekah itu menjadi haram, yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah itu untuk kemaksiatan. Dan ada kalanya pula hukum sedekah itu berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia (orang pertama) memunyai makanan lebih dari apa yang ia perlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.190

189

Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 5 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1617. 190 Tim Penyusun, Suplemen Ensiklopedi Islam, Jilid 4 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 259.

129

Berkata Syaikh Abu Syujak: Sedekah tathawwu’ hukumnya sunnat, terutama pada bulan Ramadhan lebih dikukuhkan kesunnatannya. Dan sangat disunnatkan berlapang dada (bermurah hati) dalam bulan Ramadhan itu.191 Selain itu juga, bersedekah merupakan amal Sunnah Muakkadah,192 berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Thabrani di dalam “alAusat” dan oleh al-Bazzar dari Abu Juhaifah:

.‫ ﻭﻟﻴﺘﺼﺪﻕ ﻣﻦ ﺻﺎﻉ ﲤﺮﻩ‬،‫ﻟﻴﺘﺼﺪﻕ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﻦ ﺻﺎﻉ ﺑﺮﻩ‬ “Orang itu hendaklah menyedekahkan satu sha’ dari gandumya dan hendaknya dia juga menyedekahkan satu sha’ dari kurmanya.” (imam al-Suyuthi mengelompokan hadis ini kedalam kelompok hadis hasan) Dari Abu Juhaifah, ia berkata: “Orang-orang dari Qais secara mendadak telah mendatangi Rasulullah. Mereka menyandang pedang. Rasulullah merasa tidak enak melihat keadaan mereka. Beliau shalat kemudian masuk ke rumahnya, keluar lagi dan kembali shalat. Kemudian duduk di tempat duduknya seraya menyuruh dan mendorong para sahabatnya untuk bersedekah. Beliau bersabda: “Bersedekahlah!”. Maka datanglah seorang Anshar membawa sebungkus emas diletakkannya ke tangan Rasulullah. Orang-orang pun mengikutinya sehingga tampak dua bungkusan besar terdiri dari pakaian dan makanan. Aku (Abu Juhaifah) melihat wajahnya bersinar berseri-seri laksana emas.

Bersedekah merupakan amal Sunnah Muakkadah, sekalipun sedikit seperti satu sha’ gandum atau kurma. Dikhususkan gandum atau kurma karena keduanya makanan mereka sehari-hari dan merupakan makanan

191

Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Jilid I. Penerjemah Syarifuddin Anwar dan Misbah Musthafa (Surabaya: Bina Iman, 1995), h. 455. 192 Sunnah Muakkadah ialah sunnah yang sangat dianjurkan, yaitu pekerjaan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa, tetapi yang meninggalkannya mendapat celaan. Lihat, Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, Jilid I (Jakarta: Logos Publishing House, 1996), h. 236-237.

130

pokok bagi kebanyakan negeri; Kata “tasaddaqa”, “yatasaddaqa” dihubungkan dengan “lam-amar” untuk memperkuat.193 Berdasarkan sejumlah ayat dan hadis yang sudah penulis bahas, serta didukung oleh pendapat para fukaha, maka penulis menyimpulkan secara umum bahwa hukum bersedekah adalah sunnah muakkadah. Tetapi, sedekah juga bisa menjadi wajib, haram, maupun makruh tergantung dari keadaannya.

193

Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Damsyiqi, Asbabul Wurud 3. Penerjemah M. Suwarta Wijaya dan Zafrulah Salim (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 172-173.

BAB IV PENUTUP

A.

Kesimpulan Setelah diadakan penelitian dalam kutub al-Tis’ah, penulis berpendapat

bahwa hadis-hadis Nabi Saw yang berkenaan dengan enam tema sedekah yang penulis teliti sangat banyak sekali. Dan secara keseluruhan, hadis-hadis tentang sedekah yang penulis teliti dalam kutub al-Tis’ah mempunyai kualitas sahîh baik dari segi sanad maupun matan. Itu semua terlihat dari hadis-hadisnya yang secara keseluruhan memiliki sanad hadis yang bersambung dan diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah, serta seluruh matan hadisnya tidak bertentangan dengan kaidahkaidah kesahihan matan hadis. Hadis-hadis Nabi Saw mendorong untuk senantiasa bersedekah setiap hari baik sedekah materi maupun nonmateri. Karena sedekah adalah merupakan amalan sunnah yang memiliki keutamaan dan hikmah yang luar biasa bagi yang mengerjakannya. Diantara hikmah bersedekah diantaranya yaitu menambah harta kekayaan, memberikan kenyamanan dan ketenangan hati, menambah umur, menghindarkan dari hal-hal yang buruk, didoakan para malaikat, mendapat naungan dari Allah, dan juga bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi berbagai macam masalah. Sedekah bukan hanya berupa materi saja, tetapi sedekah nonmateri juga ada. Diantara bentuk-bentuk sedekah menurut hadis Nabi Saw adalah memberikan sesuatu dalam bentuk materi, menolong orang yang sangat membutuhkan, berbuat baik dan menahan diri dari kejahatan, melangkahkan kaki ke jalan Allah SWT,

131

132

seperti shalat di mesjid, hubungan intim suami istri, membacakan/mengucapkan zikir kepada

Allah SWT, seperti tasbih, takbir, tahmid, tahlil, dan istighfar,

menyuruh dan menganjurkan orang berbuat baik dan mencegahnya dari kemungkaran, memberi pinjaman, dan memberi senyuman kepada orang lain. Hadis-hadis Nabi Saw tentang sedekah memiliki kedudukan yang penting untuk menjelaskan secara detail dari apa yang dijelaskan al-Qur’an. Sebagai buktinya, dengan adanya penjelasan sedekah dari hadis Nabi Saw, maka dapat lebih mudah, dalam, dan jelas untuk memahami hal-hal yang berkenaan dengan sedekah. B.

Saran-saran Penelitian ini masih mempunyai kekurangan dan akan lebih baik apabila

penelitian tentang sedekah ini dikaji lebih lanjut lagi. Karena penulis yakin masih banyak lagi hadis Nabi Saw yang membahas tentang tema-tema sedekah. Apalagi hadis-hadis sedekah ini bisa menjadi salah satu motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Akhirnya, penulis disini menyarankan dan mengajak kepada masyarakat, khususnya umat Islam senantiasa bersedekah setiap hari, baik sedekah berupa materi maupun nonmateri. Karena sesungguhnya sedekah itu mempunyai manfaat yang luar biasa baik untuk di dunia maupun di akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. Studi Kitab Hadis. Yogyakarta: TERAS, 2003. Al-Adabi, Salâhuddîn bin Ahmad. Manhaj Naqd al-matan ‘inda ‘Ulamâ' alHadîts al-Nabawî. Beirut: Dâr Afaq al-Jadîdah, 1983. Al-Albani, M. Nashiruddin. Sahîh al-Targhîb wa al-Tarhîb. Penerjemah Izzudin Karimi dkk. Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007. Anas, Mâlik bin. Muwaṯṯa Mâlik. Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabi, 2004. Arifin, Zainul. Matematika Sedekah. Yogyakarta: Mutiara Media, 2011. As’ad, Aliy. Terjemah Fathul Mu’in. Yogyakarta: Menara Kudus, 1980. Al-Asqalani, Syihâbuddin Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Abu Fadl. Kitab Tahdzîb alTahdzîb. Beirut: Dâr al-Fikr, t.t. -------------. Fathul Baari. Penerjemah Amiruddin. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007. Asyur, Ahmad Isa. al-Fiqhul Muyassar. Penerjemah Zaid Husein Alhamid. Jakarta: Pustaka Amani, t.t. Bahreisj, Salim. Tarjamah Riyadhus Salihin. Bandung: PT al-Ma’arif, 1978. Baqi’, Muhammad Fuad Abdul. al-Lu′lu’ wal Marjan. Penerjemah Ahmad Fadhil. Jakarta: Al-Kautsar, 2011. Al-Barry, M. Dahlan Yacub dan Partanto, Pius A. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 2001. Al-Bukhârî, Abi ‘Abdullah Muhammad bin Ismâ’îl. Sahîh al-Bukhârî. Beirut: Dâr ibn Katsîr, 2002. Bustamin, dan Salam, M. Isa A. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. Chalil, Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Gema Insani, 2001. Dalimunthe, Reza Pahlevi. QultumMedia, 2010.

100

Kesalahan

133

Dalam

Sedekah.

Jakarta:

134

Al-Damsyiqi, Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi. Asbabul Wurud. Penerjemah M. Suwarta Wijaya dan Zafrulah Salim. Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Al-Dârimî, Abu Muhammad ‘Abdullah bin Abdurrahmân bin al-Fadl bin Bahrâm. Sunan al-Dârimî. Riyadh: Dâr al-Mughni, 2000. Al-Dzahabi, Muhammad bin Ahmad bin ‘Usman. Siyar A’lâm al-Nubalâ'. Beirut: Dâr al-Fikr, t.t. -------------. Siyar A’lâm al-Nubalâ'. Riyadh: Bait al-Afkâr al-Dauliyah, t.t. Farid, Ahmad. 60 Biografi Ulama Salaf. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006.

Al-Furqan, Hasbi. 125 Masalah Zakat. Solo: Tiga Serangkai, 2008. Gaus, Ahmad. Filantropi dalam Masyarakat Islam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008. Al-Hajjâj, Abi al-Husain Muslim bin. Sahîh Muslim. Kaira: Maktabah al-Rahâb, 2008. -------------. Sahîh Muslim. Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabiy, 2004. -------------. Sahîh Muslim. Riyadh: Dâr Tayyibah, 2006. Hanbal, Ahmad bin. Musnad Ahmad bin Hanbal. Beirut: al-Maktab al-Islamiy, t.t. Haroen, Nasrun. Ushul Fiqh (Jakarta: Logos Publishing House, 1996. Hawwas, Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed. Fiqih Ibadah. Penerjemah Kaman As’at Irsyad dkk. Jakarta: Amzah, 2010. Hitti, Philip K. History of The Arabs. Penerjemah R. Cecep L dan Dedi SR. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010. Al-Husaini, Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad. Kifayatul Akhyar. Penerjemah Syarifuddin Anwar dan Misbah Musthafa. Surabaya: Bina Iman, 1995. Ismail, M. Syuhudi. Metode Penelitian Hadis Nabi Saw. Jakarta: Bulan Bintang, 1992. -------------. Kaidah Keshahihan Sanad Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, t.t. Itani, Muhammad Khalil. Wasiat Rasulullah Saw Buat Lelaki. Penerjemah Arif Mahmudi. Solo: Aqwam, 2007.

135

Jumantoro, Totok. Kamus Ilmu Hadis. Jakarta: Bumi Aksara, 1997. Al-Kandahlawi, Muhammad Zakariyya. Fadhilah Sedekah. Penerjemah Maulana Abdul Wahib. Bandung: Zadul Ma’ad, t.t. Marjuni, Kamaluddin Nurdin. Kamus Syawarifiyyah. Jakarta: Ciputat Press Group, 2009. Al-Mizzi, Jamaluddin Abu al-Hajjâj Yusuf. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’ al-Rijâl. Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1983. Al-Munawir, Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Al-Mundziri. Ringkasan Shahih Muslim. Penerjemah Achmad Zaidun. Jakarta: Pustaka Amani, 2003. Nada, ‘Abdul Aziz bin Fathi al-Sayyid. Ensiklopedi Adab Islam. Penerjemah Abu Ihsan al-Atsari. T.tp.: PT Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2009. Al-Nasa'i, Abu ‘Abdurrahman Ahmad. Tarjamah Sunan al-Nasa'i. Penerjemah Bey Arifin dkk. Semarang: CV. Asy Syifa’, 1993. -------------.Sunan al-Nasâ'i. Riyadh: Maktabah al-Ma’ârif, t.t. Al-Nawawî, Muhyi al-Din Abu Zakariya Yahya bin Syaraf. Sahîh Muslim bi Syarhi al-Nawawî. Cairo: Dâr al-Hadîts, 1994. Al-Nu’aim, Muhammad bin Ibrahim. Manajemen Umur. Penerjemah M. Yasir Abdul Muthalib. Jakarta: Pustaka al-Tazkia, 2007. Al-Nuri, ‘Alawi Abbas al-Maliki Hasan Sulaiman. Penjelasan Hukum-hukum Syari’at Islam. Penerjemah Bahrun Abu Bakar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994. Qardhawi, Yusuf. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Penerjemah Syafril Halim. Jakarta: Gema Insani Press, 1995. -------------. Bagaimana Memahami Hadits Nabi Saw. Penerjemah Muhammad alBaqir. Bandung: Penerbit Karisma, 1995. Al-Qazwinî, Abu ‘Abdullah Muhammad bin Yazîd al-Rabî'î bin Mâjah. Sunan Ibnu Mâjah. Riyadh: Maktabah al-Ma’ârif, t.t. Al-Qurthubî, al-Jâmi’ li Ahkam al-Qur’an. Kairo: Dâr al-Kitâb al-‘Arabi, 1967.

136

-------------. Tafsir al-Qurthubi. Penerjemah Fathurrahman dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007. Rahman, Fathur. Ikhtishar Musthalahul Hadits. Bandung: PT al-Ma’arif, 1974. Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996. Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Penerjemah Nor Hasanuddin dkk. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006. Saurah, Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin. Sunan al-Tirmidzi. Beirut: Dar alMa’rifah, 2002. Al-Shalabi, Ali Muhammad. Sejarah Lengkap Rasulullah. Penerjemah Faesal Saleh dkk. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012. Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Mutiara Hadis 4. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2003. Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002. Al-Sijistanî, Abu Dâud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Azdi. Sunan Abî Dâud. Beirut: Dâr al-Risâlah al-‘Alamiyah, 2009. Al-Subki, Tâjuddîn Abi Nashr ‘Abdul Wahhab bin Taqiyyuddin. Tabaqât alSyâfi’iyyah al-Kubra. Kaira: Idârah Muhammad ‘Abdul Latîf, t.t. Sudirman. Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas. Malang: UIN Malang Press, 2007. Suparta, Munzier dan Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa, 1993. Al-Suyuthi, Imam Jalaluddin Abdurrahman Ibn Bakr. al-Jami’ al-Shagir. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995. Al-Syâfi’î, Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalanî. Tahdzîb alTahdzîb. Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t. Syarbini, Amirulloh. Sedekah Mahabisnis dengan Allah. Jakarta: QultumMedia, 2012. Thahan, Mahmud. Ilmu Hadis Praktis. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2009. Tim CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Jakarta: CeQDA, 2007.

137

Tim Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an. Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2011. Tim Penyusun. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999. Tim Penyusun. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996. Tim Penyusun. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002. Tim Penyusun, Suplemen Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 259. Tim Syaamil al-Qur’an. Syaamil al-Qur’an Miracle The Reference. Bandung: PT Sygma Publishing, 2010. Wahab, Asy-Sya’roni Abdul. Peringatan Bagi Orang yang Terbuai. Penerjemah Mustolah Maufur. Jakarta: Ben Gelliz, 2002. Wensinck, A.J. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî. Leiden: Maktabah Brill, 1936. Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis. Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya, 2001. Yusuf, Ahmad Muhammad. Himpunan Dalil dalam al-Qur’an dan Hadis. Jakarta: PT Segoro Madu Pustaka, 2008. Al-Zabidi. Ringkasan Sahih al-Bukhari. Penerjemah Cecep Samsyul Hari. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004. Zaghlul, Abu Hajar Muhammad al-Sa’id bin Buyûni. Mausû’ah Atrâf al-Hadîts. Beirut: Dâr Kutub al-‘Ilmiyyah, 1989. Zuhaili, Wahbah. Fiqih Imam Syafi’i. Penerjemah Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz. Jakarta: almahira, 2010.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

138

Lampiran 1 Klasifikasi bentuk-bentuk sedekah berdasarkan hadits-hadits Nabi Saw yang perincian hadisnya adalah sebagai berikut: 1.

Rasulullah Saw bersabda,

.(‫ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺟﺪﻩ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ )ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ‬ ‫ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻓﺈﻥ ﱂ ﳚﺪ؟ ﻗﺎﻝ )ﻳﻌﲔ ﺫﺍ‬.(‫ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ ﻳﺎ ﻧﱯ ﺍﷲ ﻓﻤﻦ ﱂ ﳚﺪ ؟ ﻗﺎﻝ )ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻴﻨﻔﻊ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻳﺘﺼﺪﻕ‬ .(‫ﺎ ﻟﻪ ﺻﺪﻗﺔ‬‫ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻓﺈﻥ ﱂ ﳚﺪ؟ ﻗﺎﻝ )ﻓﻠﻴﻌﻤﻞ ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ ﻭﻟﻴﻤﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﻓﺈ‬.(‫ﺍﳊﺎﺟﺔ ﺍﳌﻠﻬﻮﻑ‬ “Dari Sa’id bin Abi Burdah, dari bapaknya, dari kakeknya, dari Nabi Saw, beliau bersabda, ‘Bagi setiap muslim (keharusan) bersedekah.’ Mereka berkata, ‘Wahai Nabi Allah, bagaimana dengan yang tidak mendapatkannya?’ Beliau menjawab, ‘Hendaknya bekerja dengan kedua tangannya lalu memberi manfaat bagi dirinya dan bersedekah.’ Mereka berkata, ‘Apabila ia tidak mendapatkannya?’ Beliau menjawab, ‘Membantu orang yang butuh dan memerlukan pertolongan.’ Mereka berkata, ‘Apabila tidak mendapatkannya juga?’ Beliau menjawab, ‘Hendaklah melakukan perbuatan yang baik (makruf), dan menahan diri dari keburukan. Sesungguhnya itu adalah sedekah baginya. (HR al-Bukhari/ Ibnu Hajar al-Asqalani/Fathul Baari/Jilid 8/hal. 143 )

2.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ ﻓﻤﻦ ﺫﻟﻚ ﺃﻥ‬،‫ﻤﺲ‬‫ﺪﻗﺔ ﻛﻞﹼ ﻳﻮﻡ ﻃﻠﻌﺖ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺸ‬‫ﻛ ﻞﹼ ﻧﻔﺲ ﻛﺘﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻟﺼ‬: ‫ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬ ،‫ ﻭﻳﺮﻓﻊ ﻣﺘﺎﻋﻪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺻﺪﻗﺔ‬،‫ﺟﻞ ﻋﻠﻰ ﺩﺍﺑﺘﻪ ﻓﻴﺤﻤﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺻﺪﻗﺔ‬‫ ﻭﺃﻥ ﻳﻌﲔ ﺍﻟﺮ‬،‫ﻳﻌﺪﻝ ﺑﲔ ﺍﻻﺛﻨﲔ ﺻﺪﻗﺔ‬ .‫ﻼﺓ ﺻﺪﻗﺔ‬‫ ﻭﻛﻞﹼ ﺧﻄﻮﺓ ﳝﺸﻰ ﺇﱃ ﺍﻟﺼ‬،‫ ﻭﺍﻟﻜﻠﻤﺔ ﺍﻟﻄﹼﻴﺒﺔ ﺻﺪﻗﺔ‬،‫ﻭﳝﻴﻂ ﺍﻷﺫﻯ ﻋﻦ ﺍﻟﻄﹼﺮﻳﻖ ﺻﺪﻗﺔ‬ “Setiap orang diwajibkan untuk bersedekah tiap hari dimana terbit matahari. Diantaranya, jika ia mendamaikan dua orang yang bermusuhan dengan adil, itu adalah sedekah. Apabila ia menolong seseorang untuk menaiki binatang tunggangannya, berarti sedekah, dan mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraan, itu juga berarti sedekah, menyingkirkan rintangan dari jalan adalah sedekah, dan setiap langkah yang dilangkahi dari seseorang untuk mengerjakan shalat adalah sedekah.” (HR. Ahmad dan lainnya/Sayyid Sabiq/Fiqih Sunnah/Jilid 2/hal. 14–15)

139

140

3.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻧﻔﺲ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻃﻠﻌﺖ ﻓﻴﻪ‬:‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﺫﺭ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻨﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﻗﻠﺖ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻣﻦ ﺃﻳﻦ ﺃﺗﺼﺪﻕ ﻭﻟﻴﺲ ﻟﻨﺎ ﺃﻣﻮﺍﻝ ﻗﺎﻝ ﻷﻥ ﻣﻦ ﺃﺑﻮﺍﺏ‬ ‫ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺍﻟﺘﻜﺒﲑ ﻭﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﷲ ﻭﺍﳊﻤﺪ ﷲ ﻭ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﷲ ﻭﺃﺳﺘﻐﻔﺮ ﺍﷲ ﻭﺗﺄﻣﺮ ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ ﻭﺗﻨﻬﻰ ﻋﻦ ﺍﳌﻨﻜﺮ‬ ‫ﻭﺗﻌﺰﻝ ﺍﻟﺸﻮﻛﺔ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﺍﻟﻌﻈﻢ ﻭﺍﳊﺠﺮ ﻭﺗﺴﻤﻊ ﺍﻷﺻﻢ ﻭ ﺍﻷﺑﻜﻢ ﺣﱴ ﻳﻔﻘﻪ ﻭﺗﺪﻝ ﺍﳌﺴﺘﺪﻝ ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺎ ﻭﺗﺴﻌﻰ ﺑﺸﺪﺓ ﺳﺎﻗﻴﻚ ﺍﱃ ﺍﻟﻠﻬﻔﺎﻥ ﺍﳌﺴﺘﻐﻴﺚ ﻭﺗﺮﻓﻊ ﺑﺸﺪﺓ ﺫﺭﺍﻋﻴﻚ ﻣﻊ‬‫ﺣﺎﺟﺔ ﻟﻪ ﻗﺪ ﻋﻠﻤﺖ ﻣﻜﺎ‬ ‫ﺍﻟﻀﻌﻴﻒ ﻛﻞ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻣﻨﻚ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻚ ﻭﻟﻚ ﰲ ﲨﺎﻋﻚ ﺯﻭﺟﺘﻚ ﺃﺟﺮﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺫﺭ ﻛﻴﻒ‬ ‫ﻳﻜﻮﻥ ﱄ ﺃﺟﺮ ﰲ ﺷﻬﻮﰐ ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻟﻚ ﻭﻟﺪ ﻓﺄﺩﺭﻙ ﻭﺭﺟﻮﺕ‬ ‫ﺧﲑﻩ ﻓﻤﺎﺕ ﺃﻛﻨﺖ ﲢﺘﺴﺐ ﺑﻪ ﻗﻠﺖ ﻧﻌﻢ ﻗﺎﻝ ﻓﺄﻧﺖ ﺧﻠﻘﺘﻪ ﻗﺎﻝ ﺑﻞ ﺍﷲ ﺧﻠﻘﻪ ﻗﺎﻝ ﻓﺄﻧﺖ ﻫﺪﻳﺘﻪ ﻗﺎﻝ ﺑﻞ ﺍﷲ‬ ‫ﻫﺪﺍﻩ ﻗﺎﻝ ﻓﺄﻧﺖ ﺗﺮﺯﻗﻪ ﻗﺎﻝ ﺑﻞ ﺍﷲ ﻛﺎﻥ ﻳﺮﺯﻗﻪ ﻗﺎﻝ ﻛﺬﻟﻚ ﻓﻀﻌﻪ ﰲ ﺣﻼﻟﻪ ﻭﺟﻨﺒﻪ ﺣﺮﺍﻣﻪ ﻓﺈﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﷲ‬ .‫ﺃﺣﻴﺎﻩ ﻭﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺃﻣﺎﺗﻪ ﻭﻟﻚ ﺃﺟﺮ‬ “Pada setiap hari yang disinari cahaya matahari, diwajibkan bagi setiap orang untuk bersedekah bagi dirinya pribadi.’ Lalu aku tanyakan, Ya Rasulullah, dari mana aku memperoleh harta yang akan disedekahkan itu, padahal kami tidak memiliki harta? Rasulullah bersabda, karena beberapa pintu sedekah adalah membaca takbir, subhanallah, alhamdulillah, wa laa ilaha illallah, dan astagfirullah. Juga apabila engkau menyuruh berbuat baik dan mencegah yang jahat, membuang duri, tulang, dan batu dari tengah jalan, menuntun orang yang buta, mengajari yang tua dan bisu hingga ia mengerti, memberi tahu orang yang menanyakan sesuatu keperluan yang engkau ketahui tempatnya dengan kekuatan betis berjalan membantu orang yang malang meminta tolong, dan dengan kekuatan lengan mengangkat barang orang yang lemah. Semua itu merupakan pintu-pintu sedekah, dari dirimu untuk dirimu pribadi. Juga dalam mencampuri istrimu, engkau akan memperoleh pahala.” (HR Ahmad, sedangkan lafadznya menurut versinya dengan makna yang serupa hadis ini juga diriwayatkan oleh Muslim/Sayyid Sabiq/Fiqih Sunnah/hal. 15–16)

141

4.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ﻋﻦ ﻋﺪﻱ ﺑﻦ ﺣﺎﰎ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻏﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﻄﺎﻉ ﻣﻨﻜﻢ ﺃﻥ ﻳﺘﻘﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻓﻠﻴﺘﺼﺪﻕ ﻭﻟﻮ‬ .‫ ﻓﹶﻤﻦ ﱂ ﲡﺪ ﻓﺒﻜﻠﻤﺔ ﻃﻴﺒﺔ‬،‫ﺑﺸﻖ ﲤﺮﺓ‬ “Barangsiapa yang sanggup diantara kamu untuk menjaga dirinya dari api neraka, maka hendaklah ia bersedekah, walau hanya dengan sebelah biji kurma. Dan barangsiapa yang tidak memilikinya, maka hendaklah dengan mengucapkan perkataan yang baik.” (HR. Ahmad/Sayyid Sabiq/Fiqih Sunnah/ hal. 17 )

5.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﻛﻞ ﻗﺮﺽ ﺻﺪﻗﺔ‬ “Setiap (memberi) hutang adalah (bernilai) sedekah.” (HR al-Thabrani dan al-Baihaqi/M. Nashiruddin al-Albani/Shahih al-Targhib wa al-Tarhib/ Jilid 2/hal. 286–287)

6.

Rasulullah Saw bersabda,

،‫ ﻭ ﻣﻦ ﺍﳌﻌﺮﻭﻑ ﺃﻥ ﺗﻠﻘﻰ ﺃﺧﺎﻙ ﺑﻮﺟﻪ ﻃﻠﻖ‬،‫ )ﻛﻞ ﻣﻌﺮﻭﻑ ﺻﺪﻗﺔ‬:‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬ .(‫ﻭﺃﻥ ﺗﻔﺮﻍ ﻣﻦ ﺩﻟﻮﻙ ﰲ ﺇﻧﺎﺀﻩ‬ “Setiap kebajikan merupakan sedekah, dan salah satu diantara kebajikan itu adalah apabila engkau temui saudaramu dengan wajah berseri, dan apabila engkau tuangkan ia dari timbamu untuk mengisi bejananya.” (HR Ahmad dan alTirmidzi/Sayyid Sabiq/Fiqih Sunnah/hal. 18)

Lampiran 2 Klasifikasi keutamaan sedekah berdasarkan hadits-hadits Nabi Saw yang perincian hadisnya adalah sebagai berikut: 1.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ﻋﻦ ﻋﺪﻱ ﺑﻦ ﺣﺎﰎ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻏﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﻄﺎﻉ ﻣﻨﻜﻢ ﺃﻥ ﻳﺘﻘﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻓﻠﻴﺘﺼﺪﻕ ﻭﻟﻮ‬ .‫ ﻓﹶﻤﻦ ﱂ ﲡﺪ ﻓﺒﻜﻠﻤﺔ ﻃﻴﺒﺔ‬،‫ﺑﺸﻖ ﲤﺮﺓ‬ “Barangsiapa yang sanggup diantara kamu untuk menjaga dirinya dari api neraka, maka hendaklah ia bersedekah, walau hanya dengan sebelah biji kurma. Dan barangsiapa yang tidak memilikinya, maka hendaklah dengan mengucapkan perkataan yang baik.” (HR. Ahmad dan Muslim Sayyid Sabiq/Fiqih Sunnah/Jilid 2/Hal. 17)

2.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﻣﻦ ﺃﻧﻈﺮ ﻣﻌﺴﺮﺍ ﺍﻭ ﺗﺼﺪﻕ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻇﻠﻪ ﺍﷲ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‬ “Barangsiapa yang memberi tempo kepada orang yang dalam kesulitan, atau bersedekah kepadanya, maka Allah memberinya naungan di bawah naungan-Nya pada hari kiamat.” (HR al-Thabrani di Mu’jam al-Ausath/M. Nashiruddin alAlbani/Shahih al-Targhib wa al-Tarhib/Jilid 2/Hal. 297)

3.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﻛﻞ ﻗﺮﺽ ﺻﺪﻗﺔ‬ “Setiap (memberi) hutang adalah (bernilai) sedekah. (HR al-Thabrani dan alBaihaqi/M. Nashiruddin al-Albani/Shahih al-Targhib wa al-Tarhib/Jilid 2/Hal. 286–287)

4.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ﻣﻦ ﺃﻧﻈﺮ ﻣﻌﺴﺮﺍ ﺑﻜﻞ ﻳﻮﻡ ﺻﺪﻗﺔ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﳛﻞ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻓﺈﺫﺍ ﺣﻞ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻓﺄﻧﻈﺮﻩ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﻓﻠﻪ ﺑﻜﻞ ﻳﻮﻡ ﻣﺜﻠﻪ‬ .‫ﺻﺪﻗﺔ‬ “Barangsiapa menunda tempo orang yang dalam kesulitan maka dia mendapatkan sedekah setiap harinya sebelum hutang itu jatuh tempo. Apabila telah

142

143

jatuh tempo lalu dia memberi tenggang waktu, maka dia mendapatkan pahala sedekah dua kali lipatnya setiap hari. (HR al- Tirmidzi/M. Nashiruddin al-Albani/ Shahih al-Targhib wa al-Tarhib/Jilid 2/Hal. 295)

5.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻜﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻫﻲ ﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﺮﺣﻢ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺻﻠﺔ‬ “Sedekah kepada orang miskin adalah mendapat satu pahala sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat mendapat dua pahala, yaitu pahala sedekah dan pahala silaturahim.”(HR al-Tirmidzi/imam al-Tirmidzi/Sunan al-Tirmidzi/Hal. 297)

6.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﺪﻗﺔ‬‫ﺎﺭ ﺇﻥﹼ ﺍﻟﺒﻴﻊ ﳛﻀﺮﻩ ﺍﻟﻠﹼﻐﻮ ﻭﺍﳊﻠﻒ ﻓﺸﻮﺑﻮﻩ ﺑﺎﻟﺼ‬‫ﺠ‬‫ﻳﺎ ﻣﻌﺸﺮ ﺍﻟﺘ‬ “Wahai para pedagang! Sesungguhnya dalam jual beli itu umumnya terjadi omong kosong dan sumpah, maka campurlah dengan sedekah. (HR Abu Daud/ Abû Dâud /Sunan Abî Dâud/Jilid 5/Hal. 215)

7.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ‬:‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭﺷﺎﺏ ﻧﺸﺄ ﺑﻌﺒﺎﺩﺓ ﺍﷲ ﻭﺭﺟﻞ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﳌﺴﺎﺟﺪ ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑﺎ ﰲ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﻭﺗﻔﺮﻗﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﺃﺧﻔﺎﻫﺎ ﻻ ﺗﻌﻠﻢ ﴰﺎﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻨﻔﻖ ﳝﻴﻨﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺫﻛﺮ ﺍﷲ ﺧﺎﻟﻴﺎ ﻓﻔﺎﺿﺖ‬ .‫ﻋﻴﻨﺎﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﺩﻋﺘﻪ ﺫﺍﺕ ﻣﻨﺼﺐ ﻭﲨﺎﻝ ﺇﱃ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺎ ﺃﺧﺎﻑ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ‬ “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw, beliau bersabda: ada tujuh golongan yang akan diberi naungan oleh Allah pada hari, di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: 1) Pemimpin yang adil, 2) Anak muda yang tumbuh dewasa yang tekun beribadah kepada Allah, 3) Orang yang hatinya terkait dengan mesjid, 4) Dua orang yang saling mencintai, yang keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, 5) Laki-laki yang diajak berbuat serong oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, lalu laki-laki itu menjawab, ‘Sungguh aku takut kepada Allah’, 6) Orang yang bersedekah dengan merahasiakan sedekahnya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, 7) Orang berdzikir kepada Allah pada saat sunyi lalu kedua matanya mencucurkan air mata.” (HR Muslim/al-Mundziri/ Ringkasan Sahih Muslim/Hal. 306)

144

8.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ﻼﺓ ﺩﻋﻲ ﻣﻦ‬‫ﺔ ﻳﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻫﺬﺍ ﺧﲑ ﻓﻤﻦ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺼ‬‫ﻣﻦ ﺃﻧﻔﻖ ﺯﻭﺟﲔ ﰲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻧﻮﺩﻱ ﰲ ﺍﳉﻨ‬ ‫ﺪﻗﺔ ﺩﻋﻲ ﻣﻦ ﺑﺎﺏ‬‫ﻦ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺼ‬‫ﻼ ﺓ ﻭﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﳉﻬﺎﺩ ﺩﻋﻲ ﻣﻦ ﺑﺎﺏ ﺍﳉﻬﺎﺩ ﻭﻣ‬‫ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻳﻖ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻣﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ‬‫ﺪ‬‫ﺎﻥ ﻓﻘﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺼ‬‫ﻳ‬‫ﻴﺎﻡ ﺩﻋﻲ ﻣﻦ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺮ‬‫ ﻣ ﻦ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺼ‬‫ﻭ‬‫ﻗﺔ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻳﺪﻋﻰ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺑﻮﺍﺏ ﻣﻦ ﺿﺮﻭﺭﺓ ﻓﻬﻞ ﻳﺪﻋﻰ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺑﻮﺍﺏ ﻛﻠﹼﻬﺎ ﻗﺎﻝ ﻧﻌﻢ ﻭﺃﺭﺟﻮ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ‬ .‫ﻣﻨﻬﻢ‬ “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah Saw pernah bersabda: Barangsiapa memberikan sepasang kebaikan (sedekah dan amal baik yang lain) di jalan Allah, maka di dalam surga dia dipanggil, “Hai hamba Allah! Inilah kebaikanmu.” Barangsiapa tergolong ahli shalat, maka dia dipanggil dari pintu shalat, barangsiapa tergolong ahli jihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad, barangsiapa tergolong ahli sedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah, barangsiapa tergolong ahli puasa, maka dia dipanggil dari pintu puasa (pintu orangorang yang segar). Abu Bakkar al- Shiddiq r.a. menanyakan, “Seseorang dipanggil dari pintu-pintu tersebut sesuai dengan amal baiknya, lalu apakah ada orang yang dipanggil dari semua pintu?” Rasulullah Saw menjawab, “Ya, ada, dan aku berharap kau termasuk kelompok itu.” (HR Muslim/al-Mundziri/Ringkasan Sahih Muslim/Hal. 309)

9.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﺍ ﻭﻣﺎ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺃﺣﺪ ﻟﻠﱠﻪ ﺇﻻﹼ ﺭﻓﻌﻪ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻋﺒﺪﺍ ﺑﻌﻔﻮ ﺇﻻﹼ ﻋﺰ‬ “Tidak akan berkurang harta karena sedekah. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba lantaran pemberian maafnya kecuali kemuliaan dan tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ kepada Allah melainkan Dia akan mengangkat (derajat)nya.” (HR Muslim/Muslim bin al-Hajjâj/Sahîh Muslim/Jilid 2/Hal. 641)

10.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﺎ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺸﺮ ﺃﻣﺜﺎﳍﺎ ﻭﺍﻟﻘﺮﺽ ﺑﺜﻤﺎﻧﻴﺔ ﻋﺸﺮ‬‫ﺩﺧﻞ ﺭﺟﻞ ﺍﳉﻨﺔ ﻓﺮﺃﻯ ﻣﻜﺘﻮﺑﺎ ﻋﻠﻰ ﺑﺎ‬

145

“Seorang laki-laki masuk surga, dia melihat di pintunya tertulis, Sedekah dibalas dengan sepuluh kali lipatnya dan hutang dengan delapan belas kali.” (HR al-Thabrani dan al-Baihaqi/M. Nashiruddin al-Albani/Shahih al-Targhib wa alTarhib/Jilid 2/Hal. 287)

11.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﺩﺍﻭﻭﺍ ﻣﺮﺿﺎﻛﻢ ﺑﺎﻟﺼﺪﻗﺔ ﻭﺣﺼﻨﻮﺍ ﺃﻣﻮﺍﻟﻜﻢ ﺑﺎﻟﺰﻛﺎﺓ ﻭﺃﻋﺪﻭﺍ ﻟﻠﺒﻼﺀ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ‬ “Obatilah orang-orang sakit di antara kalian dengan (mengeluarkan) sedekah, dan bentengilah harta-harta kalian dengan (mengeluarkan) zakat, dan siapkanlah untuk (menangkal) bala’ dengan berdo’a.” (HR al-Baihaqi/Amirulloh Syarbini/Sedekah Mahabisnis dengan Allah/Hal. 108)

12.

Hadis yang diriwayatkan dari ‘Uqbah ibnu Amr r.a., Rasulullah Saw bersabda,

.‫ ﻛﻞ ﺍﻣﺮﺉ ﰲ ﻇﻞ ﺻﺪﻗﺘﻪ ﺣﱴ ﻳﻔﺼﻞ ﺑﲔ ﺍﻟﻨﺎﺱ‬:‫ﲰﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ‬ “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Setiap orang berada di bawah naungan amal sedekahnya hingga diputuskan semua perkara di antara manusia.” (HR Ibnu Hibban/Abbas al-Maliki Hasan Sulaiman al-Nuri/Penjelasan Hukum-hukum Syari’at Islam/Hal. 1041)

13.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ ﺃﻧﺎ ﺃﻓﻀﻠﻜﻢ‬: ‫ ﺃﻥ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﺗﺒﺎﻫﻰ ﻓﺘﻘﻮﻝ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ‬:‫ﺫﻛﺮ ﱄ‬ “Disebutkan kepadaku bahwa amal-amal (shalih) saling membanggakan diri, maka sedekah berkata, Aku yang paling utama diantara kalian.” (HR Ibnu Khuzaimah/M. Nashiruddin al-Albani/Shahih al-Targhib wa al-Tarhib/Jilid 2/Hal. 272)

14.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﺇﻥ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻟﺘﻄﻔﺊ ﻋﻦ ﺃﻫﻠﻬﺎ ﺣﺮ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻭﺇﳕﺎ ﻳﺴﺘﻈﻞ ﺍﳌﺆﻣﻦ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﰱ ﻇﻞ ﺻﺪﻗﺘﻪ‬ “Sesungguhnya sedekah itu memadamkan panasnya kubur bagi penghuninya dan seorang mukmin hanya bernaung di bawah naungan sedekahnya pada hari kiamat.” (HR al-Thabrani/M. Nashiruddin al-Albani/Shahih al-Targhib wa alTarhib/Jilid 2/Hal. 268)

15. Rasulullah Saw bersabda,

146

‫ ﰒ ﻗﺎﻝ – ﻳﻌﲏ‬- :‫ ﻓﺬﻛﺮ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﺇﱃ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ ﻓﻴﻪ‬-...‫ﻛﻨﺖ ﻣﻊ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﰲ ﺳﻔﺮ‬ ‫ ﺍﻟﺼﻮﻡ ﺟﻨﺔ‬:‫ ﺑﻠﻰ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻗﺎﻝ‬:‫ ﺃﻻ ﺃﺩﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﳋﲑ؟ ﻗﻠﺖ‬: - ‫ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ‬ .‫ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺗﻄﻔﺊ ﺍﳋﻄﻴﺌﺔ ﻛﻤﺎ ﺗﻄﻔﺊ ﺍﳌﺎﺀ ﺍﻟﻨﺎﺭ‬ “Aku bersama Nabi Saw dalam suatu perjalanan...- lalu dia menyebutkan hadis sampai dia berkata padanya, kemudian dia bersabda – yakni Nabi Saw, Maukah kamu aku tunjukan pintu-pintu kebaikan? Aku menjawab, Tentu wahai Rasulullah. Beliau bersabda, Puasa adalah perisai, dan sedekah melenyapkan kesalahan seperti air memadamkan api.” (HR al-Tirmidzi/M. Nashiruddin alAlbani/Shahih al-Targhib wa al-Tarhib/Jilid 2/Hal. 261–262)

16.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ ﻣﺎ ﻣﻦ ﻳﻮﻡ ﻳﺼﺒﺢ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ﻓﻴﻪ ﺇﻻ ﻣﻠﻜﺎﻥ ﻳﱰﻻﻥ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺃﺣﺪﳘﺎ ﺍﻟﻠﻬﻢ‬:‫ﺃﻥ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬ .‫ﺃﻋﻂ ﻣﻨﻔﻘﺎ ﺧﻠﻔﺎ ﻭﻳﻘﻮﻝ ﺍﻵﺧﺮ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻋﻂ ﳑﺴﻜﺎ ﺗﻠﻔﺎ‬ “Bahwasanya Nabi Saw bersabda: ‘Setiap hari, dua malaikat turun ke bumi. Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, gantilah harta orang yang bersedekah di jalan-Mu (dengan rezeki yang lebih banyak)”. Sedangkan yang satunya lagi berkata, “Ya Allah, binasakanlah harta orang yang menahan hartanya untuk disedekahkan.” (HR al-Bukhari/al-Zabidi/Ringkasan Sahih al-Bukhari/Hal. 292)

17.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ ﺃﻥ ﺃﺯﻭﺍﺝ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺍﺟﺘﻤﻌﻦ ﻋﻨﺪﻩ ﻓﻘﻠﻦ ﺃﻳﺘﻨﺎ ﺃﺳﺮﻉ ﳊﻮﻗﺎ ﺑﻚ‬:‫ﻋﻦ ﻣﺴﺮﻭﻕ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ‬ ‫ﻗﺎﻝ ﺃﻃﻮﻟﻜﻦ ﻳﺪﺍ ﻓﺄﺧﺬﻥ ﻗﺼﺒﺔ ﻓﺠﻌﻠﻦ ﻳﺪﺭ ﻋﻨﻬﺎ ﻓﻜﺎﻧﺖ ﺳﻮﺩﺓ ﺃﺳﺮﻋﻬﻦ ﳊﻮﻗﺎ ﺑﻪ ﻓﻜﺎﻧﺖ ﺃﻃﻮﳍﻦ ﻳﺪﺍ‬ . ‫ﻓﻜﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﻛﺜﺮﺓ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ‬ “Dari Masruq dari Aisyah r.a. berkata: “Ketika para istri Nabi Saw berkumpul di sisi beliau, mereka bertanya: “Siapa diantara kami kelak yang paling cepat bertemu denganmu?” Jawab beliau: “Yang paling panjang tangannya diantara kalian”. Kemudian mereka mengambil kayu untuk mengukur tangan mereka. Ternyata yang paling panjang tangannya diantara para istri Nabi adalah Saudah, dan ia terlebih dulu menyusul beliau Saw. dan ia yang paling banyak

147

sedekahnya.” (HR al-Nasa’i/Abu ‘Abdurrahman Ahmad al-Nasa'i/Tarjamah Sunan al-Nasa'i/Jilid 3/Hal. 70)

18.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﺩﺍﻭﻭﺍ ﻣﺮﺿﺎﻛﻢ ﺑﺎﻟﺼﺪﻗﺔ‬ “Obatilah orang-orang sakitmu dengan sedekah.” (Riwayat Abu al-Syaikh dalam al-Tsawab dari Abu Umamah/Imam Jalaluddin al-Suyuthi/al-Jami’ alShagir/Jilid 2/Hal. 45)

19.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ ﺃﻧﻪ ﲰﻊ ﺃﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻳﻘﻮﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺃﺣﺪ ﺑﺼﺪﻗﺔ‬ ‫ﻣﻦ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺇﻻ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺇﻻ ﺃﺧﺬﻫﺎ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﲤﺮﺓ ﻓﺘﺮﺑﻮ ﰲ‬ .‫ﻛﻒ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺣﱴ ﺗﻜﻮﻥ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻦ ﺍﳉﺒﻞ ﻛﻤﺎ ﻳﺮﰊ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮﻩ ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ‬ “Dari Sa’id ibnu Yasar bahwasanya dia mendengar dari Abu Hurairah r.a. berkata: “Rasulullah Saw bersabda: “Tiada sedekah yang diberikan oleh seseorang dari hasil yang halal, dan Allah tidak akan menerima sedekah kecuali dari yang halal, melainkan pasti Allah Yang Maha Pengasih akan menerima dengan tangan kanan-Nya, meskipun sedekah itu hanya sebiji kurma, maka setelah di tangan Allah ia akan bertambah besar hingga menjadi lebih besar daripada sebuah gunung, sebagaimana jika salah seorang dari kamu memelihara anak kuda atau anak unta, maka ia akan menjadi besar.” (HR al-Nasa'i/Ahmad al-Nasa'i/Tarjamah Sunan alNasa'i/Hal. 59)

20.

Rasulullah Saw bersabda,

.‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺇﻥ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻟﺘﻄﻔﺊ ﻏﻀﺐ ﺍﻟﺮﺏ ﻭﺗﺪﻓﻊ ﻋﻦ ﻣﻴﺘﻪ ﺍﻟﺴﻮﺀ‬ “Sesungguhnya sedekah itu meredam kemurkaan Tuhan dan menolak akibat jelek.” (HR al-Tirmidzi/Sayyid Sabiq/Fiqih Sunnah/Jilid 2/Hal. 13)

21.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ﺎ‬ ‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﻥ ﺻﺪﻗﺔ ﺍﳌﺴﻠﻢ ﺗﺰﻳﺪ ﰲ ﺍﻟﻌﻤﺮ ﻭﲤﻨﻊ ﻣﻴﺘﺔ ﺍﻟﺴﻮﺀ ﻭﻳﺬﻫﺐ ﺍﷲ‬ .‫ﺍﻟﻜﱪ ﻭﺍﻟﻔﺨﺮ‬

148

“Sedekah seorang muslim akan menambah panjangnya umur, menolak akibat buruk, dan dilenyapkan Allah dengannya sifat takabur dan angkuh.” (HR alThabrani/Sayyid Sabiq/Fiqih Sunnah/Jilid 2/Hal. 13)

22.

Rasulullah Saw bersabda,

،‫ ﻭﺻﻠﺔ ﺍﻟﺮﺣﻢ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﰲ ﺍﻟﻌﻤﺮ‬،‫ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺧﻔﻴﺎ ﺗﻄﻔﺊ ﻏﻀﺐ ﺍﻟﺮﺏ‬،‫ﺻﻨﺎﺋﻊ ﺍﳌﻌﺮﻭﻑ ﺗﻘﻲ ﻣﺼﺎﺭﻉ ﺍﻟﺴﻮﺀ‬ ‫ ﻭﺃﻫﻞ ﺍﳌﻨﻜﺮ ﰲ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻫﻢ‬،‫ ﻭﺃﻫﻞ ﺍﳌﻌﺮﻭﻑ ﰲ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻫﻢ ﺃﻫﻞ ﺍﳌﻌﺮﻭﻑ ﰲ ﺍﻵﺧﺮﺓ‬،‫ﻭﻛﻞ ﻣﻌﺮﻭﻑ ﺻﺪﻗﺔ‬ .‫ ﻭﺃﻭﻝ ﻣﻦ ﻳﺪﺧﻞ ﺍﳉﻨﺔ ﺃﻫﻞ ﺍﳌﻌﺮﻭﻑ‬،‫ﺃﻫﻞ ﺍﳌﻨﻜﺮ ﰲ ﺍﻵﺧﺮﺓ‬ “Perbuatan-perbuatan baik akan menghindarkan bencana-bencana buruk, dan bersedekah dengan sembunyi-sembunyi akan memadamkan kemurkaan Tuhan, menghubungkan silaturahmi akan menambah panjangnya umur dan setiap kebaikan itu berarti sedekah, dan ahli-ahli kebaikan di dunia, mereka juga akan menjadi ahli-ahli kebajikan di akhirat. Sebaliknya, ahli-ahli kejahatan di dunia, mereka juga ahli-ahli kejahatan di akhirat, sedangkan orang pertama masuk surga adalah ahli-ahli kebajikan.” (HR al-Thabrani/Sayyid Sabiq/Fiqih Sunnah/Hal. 14)

23.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ﺪﻗﺔ ﻭﺍﻷﻣﺮ ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬‫ﻼﺓ ﻭﺍﻟﺼ‬‫ﻴﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼ‬‫ﺟﻞ ﰲ ﺃﻫﻠﻪ ﻭﻣﺎﻟﻪ ﻭﻧﻔﺴﻪ ﻭﻭﻟﺪﻩ ﻭﺟﺎﺭﻩ ﻳﻜﻔﹼﺮﻫﺎ ﺍﻟﺼ‬‫ﻓﺘﻨﺔ ﺍﻟﺮ‬ .‫ﻬﻲ ﻋﻦ ﺍﳌﻨﻜﺮ‬‫ﻭﺍﻟﻨ‬ “Seseorang berpotensi kena fitnah oleh keluarganya, harta, diri, anak, dan tetangganya. Semua itu bisa ditebus dengan puasa, shalat, sedekah, amar ma’ruf dan nahi munkar.” (HR Muslim/Muslim bin al-Hajjâj/Sahih Muslim/Jilid 2/Hal. 776)

24.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ﺇﻥ ﰱ ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﲬﺲ ﺧﺼﺎﻝ ﺍﻷﻭﱃ ﺗﺰﻳﺪﻫﻢ ﰱ ﺃﻣﻮﺍﳍﻢ ﻭ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﺩﻭﺍﺀ ﻟﻠﻤﺮﻳﺾ ﻭ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﻳﺮﻓﻊ ﺍﷲ‬ .‫ﻋﻨﻬﻢ ﺍﻟﺒﻼﺀ ﻭﺍﻟﺮﺍﺑﻌﺔ ﳝﺮﻭﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ ﻛﺎﻟﱪﻕ ﺍﳋﺎﻃﻒ ﻭ ﺍﳋﺎﻣﺴﺔ ﻳﺪﺧﻠﻮﻥ ﺍﳉﻨﺔ ﺑﻐﲑ ﺣﺴﺎﺏ‬ “Ada lima keuntungan dalam mengamalkan sedekah. Pertama, menambah harta kekayaan. Kedua, obat penyembuh penyakit. Ketiga, Allah menghilangkan segala bala dari yang melakukannya. Keempat, yang melakukan sedekah akan melintasi sirâtal mustaqîm seperti kilat. Kelima, mereka akan masuk surga tanpa

149

hisab.” (HR Muslim/Reza Pahlevi Dalimunthe/100 Kesalahan dalam Sedekah/Hal. 161)

25.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ ﻓﻘﻠﺖ ﻳﺎﺟﱪﻳﻞ‬.‫ ﻭ ﺍﻟﻘﺮﺽ ﺑﺜﻤﺎﻧﻴﺔ ﻋﺸﺮ‬.‫ﺭﺃﻳﺖ ﻟﻴﻠﺔ ﺃﺳﺮﻱ ﰊ ﻋﻠﻰ ﺑﺎﺏ ﺍﳉﻨﺔ ﻣﻜﺘﻮﺑﺎ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺸﺮ ﺃﻣﺜﺎﳍﺎ‬ .‫ ﻭﺍﳌﺴﺘﻘﺮﺽ ﻻﻳﺴﺘﻘﺮﺽ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺣﺎﺟﺔ‬.‫ﻣﺎ ﺑﺎﻝ ﺍﻟﻘﺮﺽ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ؟ ﻗﺎﻝ ﻷﻥ ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ ﻳﺴﺄﻝ ﻭﻋﻨﺪﻩ‬ “Pada malam ketika saya isra’, saya melihat di pintu surga tertulis, pahala sedekah sepuluh kali lipat dan pahala memberi hutang delapan belas kali lipat. Lalu, saya bertanya pada Jibril, “Mengapa memberi utang lebih utama daripada sedekah?” Jibril menjawab, “Karena orang yang minta, meminta sesuatu yang ia miliki, sedang orang yang meminjam tidak meminta kecuali karena perlu.” (HR Ibnu Majah/Abû ‘Abdullah Muhammad bin Yazîd al-Rabî'î bin Mâjah alQazwinî/Sunan Ibnu Mâjah/Hal. 415)

26.

Rasulullah Saw bersabda,

‫ ﻟﻚ ﻭﻻ‬‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺎ ﺍﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﺇﻧﻚ ﺃﻥ ﺗﺒﺬﻝ ﺍﻟﻔﻀﻞ ﺧﲑ ﻟﻚ ﻭﺃﻥ ﲤﺴﻜﻪ ﺷﺮ‬ .‫ﺗﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﻛﻔﺎﻑ ﻭﺍﺑﺪﺃ ﲟﻦ ﺗﻌﻮﻝ ﻭﺍﻟﻴﺪ ﺍﻟﻌﻠﻴﺎ ﺧﲑ ﻣﻦ ﺍﻟﻴﺪ ﺍﻟﺴﻔﻠﻰ‬ “Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau mendermakan kelebihan (hartamu), maka itu baik bagimu. Namun jika engkau menahannya, maka itu buruk bagimu. Engkau tidaklah dicela karena harta yang sesuai kebutuhanmu. Mulailah (bersedekah) kepada orang yang menjadi tanggunganmu. Sedangkan tangan di atas (berderma) itu lebih baik dari tangan yang dibawah (peminta).” (HR Muslim/Abî al-Husain Muslim bin al-Hajjâj/Sahîh Muslim/Jilid 1/Hal.537)

‫‪Lampiran 3‬‬ ‫‪Keterangan hadis-hadis kewajiban dan bentuk-bentuk sedekah adalah‬‬ ‫‪sebagai berikut:‬‬

‫‪Sahîh al-Bukhârî, kitab zakât, bab ke-30, halaman 351.‬‬

‫‪a.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺴﻠﻢ ﺑﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺟﺪﻩ ‪ :‬ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ )ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ (‪ .‬ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ ﻳﺎ ﻧﱯ ﺍﷲ ﻓﻤﻦ ﱂ ﳚﺪ ؟ ﻗﺎﻝ )ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻴﻨﻔﻊ ﻧﻔﺴﻪ‬ ‫ﻭﻳﺘﺼﺪﻕ(‪ .‬ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻓﺈﻥ ﱂ ﳚﺪ؟ ﻗﺎﻝ )ﻳﻌﲔ ﺫﺍ ﺍﳊﺎﺟﺔ ﺍﳌﻠﻬﻮﻑ(‪ .‬ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻓﺈﻥ ﱂ ﳚﺪ؟ ﻗﺎﻝ )ﻓﻠﻴﻌﻤﻞ ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬ ‫ﻭﻟﻴﻤﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﻓﺈ‪‬ﺎ ﻟﻪ ﺻﺪﻗﺔ(‬ ‫‪Sahih Muslim, kitab zakât, hadis ke-55, jilid 1, halaman 448.‬‬

‫‪b.‬‬

‫ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺷﻴﺒﺔ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺃﺳﺎﻣﺔ ﻋﻦ ﺷﻌﺒﺔ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺟﺪ‪‬ﻩ ﻋﻦ‬ ‫ﺍﻟﻨ‪‬ﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ » ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ «‪ .‬ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃ ﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﳚﺪ ﻗﺎﻝ » ﻳﻌﺘﻤﻞ ﺑﻴﺪﻳﻪ‬ ‫ﻓﻴﻨﻔﻊ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻳﺘﺼﺪ‪‬ﻕ«‪ .‬ﻗﺎﻝ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻗﺎﻝ » ﻳﻌﲔ ﺫﺍ ﺍﳊﺎﺟﺔ ﺍﳌﻠﻬﻮﻑ «‪ .‬ﻗﺎﻝ ﻗﻴﻞ ﻟﻪ‬ ‫ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻗﺎﻝ » ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ ﺃﻭ ﺍﳋﲑ «‪ .‬ﻗﺎﻝ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ » ﳝﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸ‪‬ﺮ‪‬‬ ‫ﻓﺈﻧ‪‬ﻬﺎ ﺻﺪﻗﺔ «‪.‬‬ ‫‪Sunan al-Nasâ'i, kitab zakât, bab ke-56, halaman 395.‬‬

‫‪c.‬‬

‫ﺃﺧﱪﱐ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺧﺎﻟﺪ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ ﻗﺎﻝ ﺃﺧﱪﱐ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ ﻗﺎﻝ ﲰﻌﺖ ﺃﰊ‬ ‫ﳛﺪﺙ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻣﻮﺳﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‪ :‬ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ‬

‫‪150‬‬

‫‪151‬‬

‫ﳚﺪﻫﺎ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﺘﻤﻞ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻴﻨﻔﻊ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻳﺘﺼﺪﻕ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺍﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﲔ ﺫﺍ ﺍﳊﺎﺟﺔ ﺍﳌﻠﻬﻮﻑ ﻗﻴﻞ‬ ‫ﻓﺈﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﳋﲑ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﳝﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﻓﺈ‪‬ﺎ ﺻﺪﻗﺔ‪.‬‬ ‫‪Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 4, halaman 395.‬‬

‫‪d.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺣﺪﺛﲏ ﺃﰊ ﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺟﺪﻩ ﺍﻥ ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﻗﺎﻝ ﺃﻓﺮﺃﻳﺖ ﺍﻥ ﱂ ﳚﺪ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻴﻨﻔﻊ‬ ‫ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻳﺘﺼﺪﻕ ﻗﺎﻝ ﺃﻓﺮﺃﻳﺖ ﺍﻥ ﱂ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﺍﻥ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﲔ ﺫﺍ ﺍﳊﺎﺟﺔ ﺍﳌﻠﻬﻮﻑ ﻗﺎﻝ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺍﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ‬ ‫ﻗﺎﻝ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﳋﲑ ﺃﻭ ﺑﺎﻟﻌﺪﻝ ﻗﺎﻝ ﺃﻓﺮﺃﻳﺖ ﺍﻥ ﱂ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﺃﻥ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﳝﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻪ ﺻﺪﻗﺔ‪.‬‬ ‫‪Sunan al-Dârimî, kitab al-raqâq, bab ke-34, juz 3, halaman 1806.‬‬

‫‪e.‬‬

‫ﺃﺧﱪﻧﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ ﺍﳌﺪﺍﻳﲏ ﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻣﻮﺳﻰ ﺍﻷﺷﻌﺮﻱ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ‪ :‬ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻓﺈﻥ ﱂ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﺃﻭ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ‬ ‫ﻗﺎﻝ ﻳﻌﺘﻤﻞ ﺑﻴﺪﻳﻪ ﻓﻴﺄﻛﻞ ﻣﻨﻪ ﻭﻳﺘﺼﺪﻕ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺃﻓﺮﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﲔ ﺫﺍ ﺍﳊﺎﺟﺔ ﺍﳌﻠﻬﻮﻑ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺃﻓﺮﺃﻳﺖ‬ ‫ﺇﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﳋﲑ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺃﻓﺮﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﳝﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﻓﺈ‪‬ﺎ ﻟﻪ ﺻﺪﻗﺔ ‪.‬‬

Lampiran 6 1.

Imam Muslim Muslim mempunyai nama lengkap yaitu Muslim bin Hajjâj bin Muslim bin

Wardi bin Kawisyadz al-Qusyairi al-Naisaburi. Beliau lahir tahun 204 H dan meninggal pada hari Ahad bulan Rajab tahun 261 H. Adapun guru-gurunya yaitu Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Ishâq bin Rahawaih, Abû Zur’ah al-Râzi, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin ‘Abdil A’la alShan’âni, dan Qutaibah bin Sa’îd. Sedangkan murid-muridnya yaitu al-Tirmidzi, Abdurrahman bin Abî Hatim al-Râzi, Shalih bin Muhammad al-Baghdadi dan Abu Bakar Muhammad bin Ishâq bin Khuzaimah. Pernyataan kritikus hadis tentang Muslim bin Hajjâj: Maslamah bin Qasim dan Ibnu Abi Hatim menilainya dengan tsiqah. ( al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 27, h. 500-507 dan Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalani al-Syâfi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 4, h. 68)

2.

Imam al-Bukhari al-Bukhâri mempunyai nama lengkap yaitu Muhammad bin Ismâ’il bin

Ibrâhim bin al-Mughîrah bin Bardizbah. Beliau lahir di Bukhara pada hari Jumat 1 Syawwal tahun 194 H dan meninggal malam Sabtu bulan Syawwal tahun 256 H. Adapun guru-gurunya yaitu Ahmad bin Hanbal, Ishâq bin Rahawaih, ‘Ali bin alMadini, Qutaibah bin Sa’id, ‘Abdullah bin Abdurrahman al-Darimi, dan Yahya bin Ma’in. Sedangkan murid-muridnya yaitu al-Tirmidzi, Muslim bin al-Hajjâj, Abû Bakar Muhammad bin Ishâq bin Khuzaimah, Abû Hâtim Muhammad bin Idrîs al-Râzi, dan Abû Zur’ah ‘Ubaidillah bin ‘Abdul Karîm al-Râzi.

154

155

Pernyataan kritikus hadis tentang al-Bukhâri: Hasyid bin ‘Abdullah menilainya dengan imam, Maslamah menilainya dengan

tsiqah, Ya’qub bin

Ibrahim al-Dawarqiy menilainya dengan faqîh. (al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 24, h. 430-438 dan Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syâfi’i, Tahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3, h. 508-511)

‫‪Lampiran 7‬‬ ‫‪Keterangan hadis-hadis Penerima sedekah adalah sebagai berikut:‬‬ ‫‪Sunan al-Tirmidzi, kitab zakât, bab ke-26, halaman 297.‬‬

‫‪a.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻗﺘﻴﺒﺔ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﻴﻴﻨﺔ ﻋﻦ ﻋﺎﺻﻢ ﺍﻷﺣﻮﻝ ﻋﻦ ﺣﻔﺼﺔ ﺑﻨﺖ ﺳﲑﻳﻦ ﻋﻦ ﺍﻟﺮﺑﺎﺏ ﻋﻦ ﻋﻤﻬﺎ‬ ‫ﺳﻠﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﺎﻣﺮ ‪ :‬ﻳﺒﻠﻎ ﺑﻪ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﺇﺫﺍ ﺃﻓﻄﺮ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻴﻔﻄﺮ ﻋﻠﻰ ﲤﺮ ﻓﺈﻧﻪ ﺑﺮﻛﺔ‬ ‫ﻓﺈﻥ ﱂ ﳚﺪ ﲤﺮﺍ ﻓﺎﳌﺎﺀ ﻓﺈﻧﻪ ﻃﻬﻮﺭ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻜﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻫﻲ ﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﺮﺣﻢ ﺛﻨﺘﺎﻥ ﺻﺪﻗﺔ‬ ‫ﻭﺻﻠﺔ‪.‬‬ ‫‪Sunan al-Nasâ’i, kitab zakât, bab ke-82, halaman 438.‬‬

‫‪b.‬‬

‫ﺃﺧﱪﻧﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺧﺎﻟﺪ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺑﻦ ﻋﻮﻥ ﻋﻦ ﺣﻔﺼﺔ ﻋﻦ ﺃﻡ ﺍﻟﺮﺍﺋﺢ ﻋﻦ ﺳﻠﻤﺎﻥ‬ ‫ﺑﻦ ﻋﺎﻣﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﺇﻥ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻜﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﺮﺣﻢ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ‬ ‫ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺻﻠﺔ‪.‬‬ ‫‪Sunan Ibnu Mâjah, kitab zakât, bab ke-28, jilid 2, halaman 321.‬‬

‫‪c.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺷﻴﺒﺔ ﻭﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ ‪ .‬ﻗﺎﻻ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻭﻛﻴﻊ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﻮﻥ ﻋﻦ ﺣﻔﺼﺔ ﺑﻨﺖ ﺳﲑﻳﻦ‬ ‫ﻋﻦ ﺍﻟﺮﺑﺎﺏ ﺃﻡ ﺍﻟﺮﺍﺋﺢ ﺑﻨﺖ ﺻﻠﻴﻊ ‪ .‬ﻋﻦ ﺳﻠﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﺎﻣﺮ ﺍﻟﻀﱯ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ‬ ‫ﺳﻠﻢ )ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻜﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﻘﺮﺍﺑﺔ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺻﻠﺔ(‬ ‫‪Sunan al-Dârimî, kitab zakât, bab ke-38, jilid 2, halaman 1046.‬‬

‫‪156‬‬

‫‪d.‬‬

‫‪157‬‬

‫ﺃﺧﱪﻧﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ ﻋﻦ ﺑﻦ ﻋﻴﻴﻨﺔ ﻗﺎﻝ ﻭﲰﻌﺘﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﻋﻦ ﻋﺎﺻﻢ ﻋﻦ ﺣﻔﺼﺔ ﺑﻨﺖ ﺳﲑﻳﻦ ﻋﻦ‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎﺏ ﻋﻦ ﺳﻠﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﺎﻣﺮ ﺍﻟﻀﱯ ﻳﺮﻓﻌﻪ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻜﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﺮﺣﻢ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ‬ ‫ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺻﻠﺔ‪.‬‬ ‫‪Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 4, halaman 18.‬‬

‫‪e.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺣﺪﺛﲏ ﺃﰊ ﺛﻨﺎ ﻭﻛﻴﻊ ﻗﺎﻝ ﺛﻨﺎ ﺑﻦ ﻋﻮﻥ ﻋﻦ ﺣﻔﺼﺔ ﺑﻨﺖ ﺳﲑﻳﻦ ﻋﻦ ﺍﻟﺮﺑﺎﺏ ﺑﻨﺖ ﺻﻠﻴﻊ ﻋﻦ‬ ‫ﺳﻠﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﺎﻣﺮ ﺍﻟﻀﱯ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ‪ :‬ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻜﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻫﻰ‬ ‫ﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﻘﺮﺍﺑﺔ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ ﺻﻠﺔ ﻭﺻﺪﻗﺔ‪.‬‬

‫‪Lampiran 10‬‬ ‫‪Keterangan hadis-hadis keutamaan Sedekah adalah sebagai berikut:‬‬

‫‪Sahîh Muslim, kitab birrun, hadis ke-69, halaman 1071.‬‬

‫‪a.‬‬

‫ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﳛﲕ ﺑﻦ ﺃﻳﻮﺏ ﻭﻗﺘﻴﺒﺔ ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﺇﲰﺎﻋﻴﻞ ‪ -‬ﻭﻫﻮ ﺍﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ ‪ -‬ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻼﺀ ﻋﻦ‬ ‫ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﹶﻪ ‪-‬ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‪ -‬ﻗﺎﻝ » ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻣﺎ‬ ‫ﺯﺍﺩ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻋﺒﺪﺍ ﺑﻌﻔﻮ ﺇﻻ ﻋﺰ‪‬ﺍ ﻭﻣﺎ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺃﺣﺪ ﻟﻠﱠﻪ ﺇﻻﹼ ﺭﻓﻌﻪ ﺍﻟﻠﹼﻪ «‪.‬‬ ‫‪Sunan al-Tirmidzi, kitab birrun, bab ke-82, halaman 807.‬‬

‫‪b.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻗﺘﻴﺒﺔ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻼﺀ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ‪ :‬ﺃﻥ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﺍﷲ ﺭﺟﻼ ﺑﻌﻔﻮ ﺇﻻ ﻋﺰﺍ‬ ‫ﺃﻭ ﻣﺎ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺃﺣﺪ ﷲ ﺇﻻ ﺭﻓﻌﻪ ﺍﷲ‪.‬‬ ‫‪Sunan al-Dârimî, kitab zakât, bab ke-35, juz 2, halaman 1042-1043.‬‬

‫‪c.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺮﺑﻴﻊ ﺍﻟﺰﻫﺮﺍﱐ ﺛﻨﺎ ﺇﲰﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻼﺀ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ‬ ‫ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﺍﷲ ﻋﺒﺪﺍ ﺑﻌﻔﻮ ﺇﻻ ﻋﺰﺍ ﻭﻣﺎ‬ ‫ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺃﺣﺪ ﷲ ﺇﻻ ﺭﻓﻌﻪ ﺍﷲ‪.‬‬ ‫‪Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 2, halaman 386.‬‬

‫‪160‬‬

‫‪d.‬‬

‫‪161‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺣﺪﺛﲏ ﺃﰊ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻔﺎﻥ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻗﺎﻝ ﺛﻨﺎ ﺍﻟﻌﻼﺀ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ‬ ‫ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺍﻧﻪ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ‬ ‫ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﺍﷲ ﺭﺟﻼ ﺑﻌﻔﻮ ﺍﻻ ﻋﺰﺍ ﻭﻣﺎ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺃﺣﺪ ﷲ ﺍﻻ ﺭﻓﻌﻪ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ‪.‬‬

‫‪Lampiran 13‬‬ ‫‪Keterangan hadis-hadis Sedekah dari Penghasilan yang baik adalah sebagai‬‬ ‫‪berikut:‬‬ ‫‪Sahîh Muslim, kitab zakât, hadis ke-63, jilid 1, halaman 450.‬‬

‫‪a.‬‬

‫ﻭﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﻗﺘﻴﺒﺔ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﻟﻴﺚ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ ﺃﻧ‪‬ﻪ ﲰﻊ ﺃﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻳﻘﻮﻝ‬ ‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ » ﻣﺎ ﺗﺼﺪ‪‬ﻕ ﺃﺣﺪ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻃﻴ‪‬ﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺇﻻﹼ ﺍﻟﻄﹼﻴ‪‬ﺐ ﺇﻻﹼ‬ ‫ﺃﺧﺬﻫﺎ ﺍﻟﺮ‪‬ﲪﻦ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﲤﺮﺓ ﻓﺘﺮﺑﻮ ﰲ ﻛﻒ‪ ‬ﺍﻟﺮ‪‬ﲪﻦ ﺣﺘ‪‬ﻰ ﺗﻜﻮﻥ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻦ ﺍﳉﺒﻞ ﻛﻤﺎ ﻳﺮﺑ‪‬ﻲ‬ ‫ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮ‪‬ﻩ ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ‪.‬‬ ‫‪Sunan al-Tirmidzi, kitab zakât, bab ke-28, halaman 298.‬‬

‫‪b.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻗﺘﻴﺒﺔ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﻠﻴﺚ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﳌﻘﱪﻱ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ ﺃﻧﻪ ﲰﻊ ﺃﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻳﻘﻮﻝ ‪:‬‬ ‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻣﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺃﺣﺪ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺇﻻ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺇﻻ‬ ‫ﺃﺧﺬﻫﺎ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻴﻤﻨﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﲤﺮﺓ ﺗﺮﺑﻮ ﰲ ﻛﻒ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺣﱴ ﺗﻜﻮﻥ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻦ ﺍﳉﺒﻞ ﻛﻤﺎ ﻳﺮﰊ‬ ‫ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮﻩ ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ‪.‬‬ ‫‪Sunan Ibnu Mâjah, kitab zakât, bab ke-28, halaman 321.‬‬

‫‪c.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﲪﺎﺩ ﺍﳌﺼﺮﻱ ﺃﻧﺒﺄﻧﺎ ﺍﻟﻠﻴﺚ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﳌﻘﱪﻱ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ‬ ‫ﺃﻧﻪ ﲰﻊ ﺃﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻳﻘﻮﻝ ‪ :‬ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ )ﻣﺎﺗﺼﺪﻕ ﺃﺣﺪ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ‬ ‫ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺇﻻ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺇﻻ ﺃﺧﺬﻫﺎ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﲤﺮﺓ ‪ .‬ﻓﺘﺮﺑﻮﺍ ﰲ ﻛﻒ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺣﱴ ﺗﻜﻮﻥ ﺃﻋﻈﻢ‬ ‫ﻣﻦ ﺍﳉﺒﻞ ‪ .‬ﻭﻳﺮﺑﻴﻬﺎ ﻟﻪ ﻛﻤﺎ ﻳﺮﰊ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮﻩ ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ‪.‬‬

‫‪164‬‬

‫‪165‬‬

‫‪Sunan al-Nasâ'i, kitab zakât, bab ke-48, halaman 393.‬‬

‫‪d.‬‬

‫ﺃﺧﱪﻧﺎ ﻗﺘﻴﺒﺔ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﻗﺎﻝ ﺛﻨﺎ ﺍﻟﻠﻴﺚ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ ﻋﻦ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ ﺃﻧﻪ ﲰﻊ ﺃﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻳﻘﻮﻝ ﻗﺎﻝ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ‪ :‬ﻣﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺃﺣﺪ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺇﻻ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺇﻻ ﺃﺧﺬﻫﺎ‬ ‫ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﲤﺮﺓ ﻓﺘﺮﺑﻮ ﰲ ﻛﻒ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺣﱴ ﺗﻜﻮﻥ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻦ ﺍﳉﺒﻞ ﻛﻤﺎ ﻳﺮﰊ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮﻩ‬ ‫ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ‪.‬‬ ‫‪Sunan al-Dârimî, kitab zakât, bab ke-35, juz 2, halaman 1042.‬‬

‫‪e.‬‬

‫ﺃﺧﱪﻧﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺍﳌﻐﲑﺓ ﻋﻦ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﻳﻮﻧﺲ ﻋﻦ ﳛﻲ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ‪:‬‬ ‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺍﻣﺮﺅ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻛﺴﺐ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺇﻻ ﻃﻴﺒﺎ ﺇﻻ‬ ‫ﻭﺿﻌﻬﺎ ﺣﲔ ﻳﻀﻌﻬﺎ ﰱ ﻛﻒ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻭﺇﻥ ﺍﷲ ﻟﲑﰉ ﻷﺣﺪﻛﻢ ﺍﻟﺘﻤﺮﺓ ﻛﻤﺎ ﻳﱪﻯ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮﻩ ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ‬ ‫ﺣﱴ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺜﻞ ﺃﺣﺪ‪.‬‬

‫‪Lampiran 16‬‬ ‫‪Keterangan hadis-hadis Waktu Bersedekah adalah sebagai berikut:‬‬ ‫‪Sahîh al-Bukhârî, kitab zakât, bab ke-11, halaman 344-345.‬‬

‫‪a.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﻮﺳﻰ ﺑﻦ ﺇﲰﺎﻋﻴﻞ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﻘﻌﻘﺎﻉ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺯﺭﻋﺔ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬ ‫ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﺟﺎﺀ ﺭﺟﻞ ﺇﱃ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺃﻱ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺃﻋﻈﻢ‬ ‫ﺃﺟﺮﺍ ؟ ﻗﺎﻝ ) ﺃﻥ ﺗﺼﺪﻕ ﻭﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺷﺤﻴﺢ ﲣﺸﻰ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻭﺗﺄﻣﻞ ﺍﻟﻐﲎ ﻭﻻ ﲤﻬﻞ ﺣﱴ ﺇﺫﺍ ﺑﻠﻐﺖ ﺍﳊﻠﻘﻮﻡ‬ ‫ﻗﻠﺖ ﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﻟﻔﻼﻥ‪.‬‬ ‫‪Sahîh Muslim, kitab zakât, hadis ke-92, jilid 1, halaman 457.‬‬

‫‪b.‬‬

‫ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﺯﻫﲑ ﺑﻦ ﺣﺮﺏ ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﺟﺮﻳﺮ ﻋﻦ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﻘﻌﻘﺎﻉ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺯﺭﻋﺔ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ ﺃﺗﻰ ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠﻪ ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪ -‬ﺭﺟﻞ ﻓﻘﺎﻝ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺃﻯ‪ ‬ﺍﻟﺼ‪‬ﺪﻗﺔ ﺃﻋﻈﻢ ﻓﻘﺎﻝ » ﺃﻥ ﺗﺼﺪ‪‬ﻕ ﻭﺃﻧﺖ‬ ‫ﺻﺤﻴﺢ ﺷﺤﻴﺢ ﲣﺸﻰ ﺍﻟﻔﻘﹾﺮ ﻭﺗﺄﻣﻞ ﺍﻟﻐﲎ ﻭﻻ ﲤﻬﻞ ﺣﺘ‪‬ﻰ ﺇﺫﺍ ﺑﻠﻐﺖ ﺍﳊﻠﻘﻮﻡ ﻗﻠﺖ ﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ‬ ‫ﺃﻻ ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﻟﻔﻼﻥ «‪.‬‬ ‫‪Sunan al-Nasâ'i, kitab zakât, bab ke-60, halaman 396.‬‬

‫‪c.‬‬

‫ﺃﺧﱪﻧﺎ ﳏﻤﻮﺩ ﺑﻦ ﻏﻴﻼﻥ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻭﻛﻴﻊ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﻋﻦ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﻘﻌﻘﺎﻉ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺯﺭﻋﺔ ﻋﻦ‬ ‫ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺟﻞ ‪ :‬ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺃﻱ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺃﻓﻀﻞ ﻗﺎﻝ ﺃﻥ ﺗﺼﺪﻕ ﻭﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺷﺤﻴﺢ ﺗﺄﻣﻞ‬ ‫ﺍﻟﻌﻴﺶ ﻭﲣﺸﻰ ﺍﻟﻔﻘﺮ‪.‬‬ ‫‪Sunan Abû Dâud, kitab wasâyâ, bab ke-3, halaman 444.‬‬

‫‪168‬‬

‫‪d.‬‬

‫‪169‬‬

‫ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﻣﺴﺪ‪‬ﺩ ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ ﺑﻦ ﺯﻳﺎﺩ ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﻘﻌﻘﺎﻉ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺯﺭﻋﺔ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ ﻋﻦ‬ ‫ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺟﻞ ﻟﻠﻨ‪‬ﱯ ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪ -‬ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺃﻯ‪ ‬ﺍﻟﺼ‪‬ﺪﻗﺔ ﺃﻓﻀﻞ ﻗﺎﻝ » ﺃﻥ‬ ‫ﺗﺼﺪ‪‬ﻕ ﻭﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺣﺮﻳﺺ ﺗﺄﻣﻞ ﺍﻟﺒﻘﺎﺀ ﻭﲣﺸﻰ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻭﻻ ﲤﻬﻞ ﺣﺘ‪‬ﻰ ﺇﺫﺍ ﺑﻠﻐﺖ ﺍﳊﻠﻘﻮﻡ ﻗﻠﺖ ﻟﻔﻼﻥ‬ ‫ﻛﺬﺍ ﻭﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﻟﻔﻼﻥ «‪.‬‬ ‫‪Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 2, halaman 231.‬‬

‫‪e.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺣﺪﺛﲏ ﺃﰊ ﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻓﻀﻴﻞ ﻋﻦ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺯﺭﻋﻪ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ ﺟﺎﺀ ﺭﺟﻞ ﺇﱃ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ ‪ :‬ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺃﻱ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺃﻋﻈﻢ ﺃﺟﺮﺍ ﻗﺎﻝ ﺃﻣﺎ ﻭﺃﺑﻴﻚ ﻟﺘﻨﺒﺄﻧﻪ ﺍﻥ‬ ‫ﺗﺼﺪﻕ ﻭﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺷﺤﻴﺢ ﲣﺸﻰ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻭﺗﺄﻣﻞ ﺍﻟﺒﻘﺎﺀ ﻭﻻ ﲤﻬﻞ ﺣﱴ ﺇﺫﺍ ﺑﻠﻐﺖ ﺍﳊﻠﻘﻮﻡ ﻗﻠﺖ ﻟﻔﻼﻥ‬ ‫ﻛﺬﺍ ﻭﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﻟﻔﻼﻥ‪.‬‬

‫‪Lampiran 19‬‬ ‫‪Keterangan hadis-hadis Sedekah Bersembunyi adalah sebagai berikut:‬‬ ‫‪Sahîh al-Bukhârî, kitab zakât, bab ke-16, halaman 346.‬‬

‫‪a.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺴﺪﺩ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳛﲕ ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺍﷲ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﲏ ﺧﺒﻴﺐ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ ﻋﻦ ﺃﰊ‬ ‫ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ‪ :‬ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ )ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ‬ ‫ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ﺇﻣﺎﻡ ﻋﺪﻝ ﻭﺷﺎﺏ ﻧﺸﺄ ﰲ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺍﷲ ﻭﺭﺟﻞ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﻌﻠﻖ ﰲ ﺍﳌﺴﺎﺟﺪ ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑﺎ ﰲ ﺍﷲ ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺗﻔﺮﻗﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺩﻋﺘﻪ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺫﺍﺕ ﻣﻨﺼﺐ ﻭﲨﺎﻝ ﻓﻘﺎﻝ ﺇﱐ ﺃﺧﺎﻑ ﺍﷲ ﻭﺭﺟﻞ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ‬ ‫ﻓﺄﺧﻔﺎﻫﺎ ﺣﱴ ﻻ ﺗﻌﻠﻢ ﴰﺎﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻨﻔﻖ ﳝﻴﻨﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺫﻛﺮ ﺍﷲ ﺧﺎﻟﻴﺎ ﻓﻔﺎﺿﺖ ﻋﻴﻨﺎﻩ‪.‬‬ ‫‪Sahîh Muslim, kitab zakât, hadis ke-91, jilid 1, halaman 457.‬‬

‫‪b.‬‬

‫ﺣﺪ‪‬ﺛﲏ ﺯﻫﲑ ﺑﻦ ﺣﺮﺏ ﻭﳏﻤ‪‬ﺪ ﺑﻦ ﺍﳌﺜﻨ‪‬ﻰ ﲨﻴﻌﺎ ﻋﻦ ﳛﲕ ﺍﻟﻘﻄﹼﺎﻥ ‪ -‬ﻗﺎﻝ ﺯﻫﲑ ﺣﺪ‪‬ﺛﻨﺎ ﳛﲕ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ‪ -‬ﻋﻦ‬ ‫ﻋﺒﻴﺪ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺃﺧﱪﱐ ﺧﺒﻴﺐ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮ‪‬ﲪﻦ ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺍﻟﻨ‪‬ﱯ ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﻭﺳﻠﻢ‪ -‬ﻗﺎﻝ » ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﹼﻬﻢ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞﹼ ﺇﻻﹼ ﻇﻠﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭﺷﺎﺏ‪ ‬ﻧﺸﺄ ﺑﻌﺒﺎﺩﺓ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻭﺭﺟﻞ‬ ‫ﻗﻠﺒﻪ ﻣﻌﻠﹶﻖ ﰲ ﺍﳌﺴﺎﺟﺪ ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑ‪‬ﺎ ﰲ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺗﻔﺮ‪‬ﻗﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺩﻋﺘﻪ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺫﺍﺕ ﻣﻨﺼﺐ‬ ‫ﻭﲨﺎﻝ ﻓﻘﺎﻝ ﺇﻧ‪‬ﻰ ﺃﺧﺎﻑ ﺍﻟﻠﱠﻪ‪ .‬ﻭﺭﺟﻞ ﺗﺼﺪ‪‬ﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻓﺄﺧﻔﺎﻫﺎ ﺣﺘ‪‬ﻰ ﻻ ﺗﻌﻠﻢ ﳝﻴﻨﻪ ﻣﺎ ﺗﻨﻔﻖ ﴰﺎﻟﻪ ﻭﺭﺟﻞ‬ ‫ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺧﺎﻟﻴﺎ ﻓﻔﺎﺿﺖ ﻋﻴﻨﺎﻩ «‪.‬‬ ‫‪Sunan al-Tirmidzi, kitab zuhd, bab ke-53, halaman 941.‬‬

‫‪172‬‬

‫‪c.‬‬

‫‪173‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻷﻧﺼﺎﺭﻱ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﻌﻦ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﺧﺒﻴﺐ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ ﻋﻦ ﺃﰊ‬ ‫ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺃﻭ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ ‪ :‬ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ‬ ‫ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ﺇﻣﺎﻡ ﻋﺎﺩﻝ ﻭﺷﺎﺏ ﻧﺸﺄ ﺑﻌﺒﺎﺩﺓ ﺍﷲ ﻭﺭﺟﻞ ﻛﺎﻥ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﻌﻠﻘﺎ ﺑﺎﳌﺴﺠﺪ ﺇﺫﺍ ﺧﺮﺝ ﻣﻨﻪ ﺣﱴ ﻳﻌﻮﺩ ﺇﻟﻴﻪ‬ ‫ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑﺎ ﰲ ﺍﷲ ﻓﺎﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻭﺗﻔﺮﻗﺎ ﻭﺭﺟﻞ ﺫﻛﺮ ﺍﷲ ﺧﺎﻟﻴﺎ ﻓﻔﺎﺿﺖ ﻋﻴﻨﺎﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﺩﻋﺘﻪ ﺍﻣﺮﺃﺓ‬ ‫ﺫﺍﺕ ﺣﺴﺐ ﻭﲨﺎﻝ ﻓﻘﺎﻝ ﺇﱐ ﺃﺧﺎﻑ ﺍﷲ ﻭﺭﺟﻞ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻓﺄﺧﻔﺎﻫﺎ ﺣﱴ ﻻ ﺗﻌﻠﻢ ﴰﺎﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻨﻔﻖ‬ ‫ﳝﻴﻨﻪ‪.‬‬ ‫‪Sunan al-Nasâ'i, kitabâdâ>b al-qadâh, bab ke-2, halaman 808.‬‬

‫‪d.‬‬

‫ﺃﺧﱪﻧﺎ ﺳﻮﻳﺪ ﺑﻦ ﻧﺼﺮ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺒﺄﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺧﺒﻴﺐ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ‬ ‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻳﻮﻡ ﻻ‬ ‫ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ﺇﻣﺎﻡ ﻋﺎﺩﻝ ﻭﺷﺎﺏ ﻧﺸﺄ ﰲ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ ﻭﺭﺟﻞ ﺫﻛﺮ ﺍﷲ ﰲ ﺧﻼﺀ ﻓﻔﺎﺿﺖ ﻋﻴﻨﺎﻩ‬ ‫ﻭﺭﺟﻞ ﻛﺎﻥ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﻌﻠﻘﺎ ﰲ ﺍﳌﺴﺠﺪ ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑﺎ ﰲ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ ﻭﺭﺟﻞ ﺩﻋﺘﻪ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺫﺍﺕ ﻣﻨﺼﺐ‬ ‫ﻭﲨﺎﻝ ﺇﱃ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻓﻘﺎﻝ ﺇﱐ ﺃﺧﺎﻑ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ ﻭﺭﺟﻞ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻓﺄﺧﻔﺎﻫﺎ ﺣﱴ ﻻ ﺗﻌﻠﻢ ﴰﺎﻟﻪ ﻣﺎ‬ ‫ﺻﻨﻌﺖ ﳝﻴﻨﻪ‪.‬‬ ‫‪Muwatta Mâlik, kitab syi’r, bab ke-14, halaman 406.‬‬

‫‪e.‬‬

‫ﻭﺣﺪ‪‬ﺛﲏ ﻋﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﺧﺒﻴﺐ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮ‪‬ﲪﻦ ﺍﻷﻧﺼﺎﺭﻱ‪ ‬ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﳋﺪﺭﻱ‪‬‬ ‫ﺃﻭ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺃﻧ‪‬ﻪ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺻﻠﹼﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﹼﻢ ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﹼﻬﻢ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞﹼ ﺇﻻ‬

‫‪174‬‬

‫ﻇﻠﹼﻪ ﺇﻣﺎﻡ ﻋﺎﺩﻝ ﻭﺷﺎﺏ‪ ‬ﻧﺸﺄ ﰲ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﻌﻠﹼﻖ ﺑﺎﳌﺴﺠﺪ ﺇﺫﺍ ﺧﺮﺝ ﻣﻨﻪ ﺣﺘ‪‬ﻰ ﻳﻌﻮﺩ ﺇﻟﻴﻪ‬ ‫ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑ‪‬ﺎ ﰲ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻭﺗﻔﺮ‪‬ﻗﺎ ﻭﺭﺟﻞ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺧﺎﻟﻴﺎ ﻓﻔﺎﺿﺖ ﻋﻴﻨﺎﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﺩﻋﺘﻪ ﺫﺍﺕ‬ ‫ﺣﺴﺐ ﻭﲨﺎﻝ ﻓﻘﺎﻝ ﺇﻧ‪‬ﻲ ﺃﺧﺎﻑ ﺍﻟﻠﱠﻪ‪.‬‬ ‫‪Ahmad bin Hanbal, jilid 2, halaman 439.‬‬

‫‪f.‬‬

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺣﺪﺛﲏ ﺃﰊ ﺛﻨﺎ ﳛﲕ ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺍﷲ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﲏ ﺧﺒﻴﺐ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ‬ ‫ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ‬ ‫ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭﺷﺎﺏ ﻧﺸﺄ ﺑﻌﺒﺎﺩﺓ ﺍﷲ ﻭﺭﺟﻞ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﳌﺴﺎﺟﺪ ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑﺎ ﰲ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﻭﺗﻔﺮﻗﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﺃﺧﻔﺎﻫﺎ ﻻ ﺗﻌﻠﻢ ﴰﺎﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻨﻔﻖ ﳝﻴﻨﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺫﻛﺮ ﺍﷲ ﺧﺎﻟﻴﺎ ﻓﻔﺎﺿﺖ‬ ‫ﻋﻴﻨﺎﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﺩﻋﺘﻪ ﺫﺍﺕ ﻣﻨﺼﺐ ﻭﲨﺎﻝ ﺇﱃ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺎ ﺃﺧﺎﻑ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ‪.‬‬

‫‪Lampiran 4‬‬ ‫‪Tabel seluruh sanad hadis‬‬

‫ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﳚﺪﻫﺎ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﺘﻤﻞ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻴﻨﻔﻊ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻳﺘﺼﺪﻕ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺍﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﲔ ﺫﺍ ﺍﳊﺎﺟﺔ ﺍﳌﻠﻬﻮﻑ ﻗﻴﻞ‬ ‫ﻓﺈﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﳋﲑ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﳝﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﻓﺈ‪‬ﺎ ﺻﺪﻗﺔ‪.‬‬ ‫ﺃﰊ ﻣﻮﺳﻰ‬

‫ﺃﰊ ﻣﻮﺳﻰ‬

‫ﺃﰊ ﻣﻮﺳﻰ‬

‫ﺃﰊ ﻣﻮﺳﻰ‬

‫ﺃﰊ ﻣﻮﺳﻰ‬

‫ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬

‫ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬

‫ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬

‫ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬

‫ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬

‫ﺷﻌﺒﺔ‬

‫ﺷﻌﺒﺔ‬

‫ﺷﻌﺒﺔ‬

‫ﺷﻌﺒﺔ‬

‫ﺷﻌﺒﺔ‬

‫ﺧﺎﻟﺪ‬

‫ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺃﺳﺎﻣﺔ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ ﺑﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ‬

‫ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ‬

‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‬

‫ﺃﲪﺪ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺷﻴﺒﺔ‬

‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬

‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ‬

‫‪Lampiran 8‬‬ ‫‪Tabel seluruh sanad hadis‬‬

‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ‪ :‬ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻜﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﻘﺮﺍﺑﺔ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺻﻠﺔ‪.‬‬ ‫ﺳﻠﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﺎﻣﺮ‬

‫ﺳﻠﻤﺎﻥ‬

‫ﺳﻠﻤﺎﻥ‬

‫ﺳﻠﻤﺎﻥ‬

‫ﺳﻠﻤﺎﻥ‬

‫ﺍﻟﺮﺑﺎﺏ‬

‫ﺃﻡ ﺍﻟﺮﺍﺋﺢ‬

‫ﺍﻟﺮﺑﺎﺏ ﺃﻡ ﺍﻟﺮﺍﺋﺢ‬

‫ﺍﻟﺮﺑﺎﺏ‬

‫ﺍﻟﺮﺑﺎﺏ‬

‫ﺣﻔﺼﺔ‬

‫ﺣﻔﺼﺔ‬

‫ﺣﻔﺼﺔ‬

‫ﺣﻔﺼﺔ‬

‫ﺣﻔﺼﺔ‬

‫ﻋﺎﺻﻢ‬

‫ﺍﺑﻦ ﻋﻮﻥ‬

‫ﺍﺑﻦ ﻋﻮﻥ‬

‫ﻋﺎﺻﻢ‬

‫ﺍﺑﻦ ﻋﻮﻥ‬

‫ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﻴﻴﻨﺔ‬

‫ﺧﺎﻟﺪ‬

‫ﻭﻛﻴﻊ‬

‫ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﻴﻴﻨﺔ‬

‫ﻭﻛﻴﻊ‬

‫ﻗﺘﻴﺒﺔ‬

‫ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻭ ﻋﻠﻲ‬

‫ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ‬

‫ﺃﲪﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ‬

‫ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬

‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬

‫ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ‬

‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‬

‫‪Lampiran 14‬‬ ‫‪Tabel seluruh sanad hadis‬‬

‫ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺍﻣﺮﺅ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻛﺴﺐ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺇﻻ ﻃﻴﺒﺎ ﺇﻻ ﻭﺿﻌﻬﺎ ﺣﲔ ﻳﻀﻌﻬﺎ ﰱ ﻛﻒ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻭﺇﻥ ﺍﷲ ﻟﲑﰉ ﻷﺣﺪﻛﻢ ﺍﻟﺘﻤﺮﺓ ﻛﻤﺎ ﻳﱪﻯ‬ ‫ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮﻩ ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ ﺣﱴ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺜﻞ ﺃﺣﺪ‪.‬‬ ‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ‬

‫ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻳﺴﺎﺭ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ‬

‫ﳛﻲ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ‬

‫ﳛﻲ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ‬

‫ﺍﻟﻠﻴﺚ‬

‫ﺍﻟﻠﻴﺚ‬

‫ﺍﻟﻠﻴﺚ‬

‫ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﻳﻮﻧﺲ‬

‫ﻟﻴﺚ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ‬

‫ﻣﺎﻟﻚ‬

‫ﻗﺘﻴﺒﺔ‬

‫ﻗﺘﻴﺒﺔ‬

‫ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﲪﺎﺩ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺍﳌﻐﲑﺓ‬

‫ﻗﺘﻴﺒﺔ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ‬

‫ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬

‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬

‫ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ‬

‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ‬

‫‪Lampiran 11‬‬ ‫‪Tabel seluruh sanad hadis‬‬

‫ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻞ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‪ :‬ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻣﺎﺯﺍﺩ ﺍﷲ ﻋﺒﺪﺍ ﺑﻌﻔﻮ ﺇﻻ ﻋﺰﺍ ﻭﻣﺎ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺃﺣﺪ ﺍﷲ ﺇﻻ ﺭﻓﻌﻪ ﺍﷲ‪.‬‬ ‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﻳﻌﻘﻮﺏ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﻳﻌﻘﻮﺏ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﻳﻌﻘﻮﺏ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﻳﻌﻘﻮﺏ‬

‫ﺍﻟﻌﻼﺀ‬

‫ﺍﻟﻌﻼﺀ‬

‫ﺍﻟﻌﻼﺀ‬

‫ﺍﻟﻌﻼﺀ‬

‫ﺇﲰﺎﻋﻴﻞ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ‬

‫ﺇﲰﺎﻋﻴﻞ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﺍﺑﺮﺍﻫﺒﻢ ﺍﻟﻘﺎﺹ‬

‫ﳛﻲ – ﻗﺘﻴﺒﺔ – ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ‬

‫ﻗﺘﻴﺒﺔ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺮﺑﻴﻊ‬

‫ﻋﻔﺎﻥ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ‬

‫ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬

‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‬

‫ﺃﲪﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ‬

‫‪Lampiran 17‬‬ ‫‪Tabel seluruh sanad hadis‬‬

‫ﻗﺎﻝ ﺭﺟﻞ ﻟﻠﻨ‪‬ﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﺃﻯ‪ ‬ﺍﻟﺼ‪‬ﺪﻗﺔ ﺃﻓﻀﻞ ﻗﺎﻝ » ﺃﻥ ﺗﺼﺪ‪‬ﻕ ﻭﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺣﺮﻳﺺ ﺗﺄﻣﻞ ﺍﻟﺒﻘﺎﺀ ﻭﲣﺸﻰ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻭﻻ ﲤﻬﻞ ﺣﺘ‪‬ﻰ ﺇﺫﺍ ﺑﻠﻐﺖ ﺍﳊﻠﻘﻮﻡ ﻗﻠﺖ‬ ‫ﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﻟﻔﻼﻥ‪.‬‬ ‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺯﺭﻋﺔ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺯﺭﻋﺔ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺯﺭﻋﺔ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺯﺭﻋﺔ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺯﺭﻋﺔ‬

‫ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﻘﻌﻘﺎﻉ‬

‫ﻋﻤﺎﺭﺓ‬

‫ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﻘﻌﻘﺎﻉ‬

‫ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﻘﻌﻘﺎﻉ‬

‫ﻋﻤﺎﺭﺓ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ‬

‫ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ‬

‫ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻓﻀﻴﻞ‬

‫ﺟﺮﻳﺮ‬

‫ﻣﻮﺳﻰ ﺑﻦ ﺇﲰﺎﻋﻴﻞ‬

‫ﻭﻛﻴﻊ‬

‫ﻣﺴﺪﺩ‬

‫ﺯﻫﲑ ﺑﻦ ﺣﺮﺏ‬

‫ﳏﻤﻮﺩ ﺑﻦ ﻏﻴﻼﻥ‬ ‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬

‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬

‫ﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩ‬

‫ﺃﲪﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ‬

‫‪Lampiran 20‬‬ ‫‪Tabel seluruh sanad hadis‬‬

‫ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭﺷﺎﺏ ﻧﺸﺄ ﺑﻌﺒﺎﺩﺓ ﺍﷲ ﻭﺭﺟﻞ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﳌﺴﺎﺟﺪ ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑﺎ ﰲ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ‬ ‫ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺗﻔﺮﻗﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﺃﺧﻔﺎﻫﺎ ﻻ ﺗﻌﻠﻢ ﴰﺎﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻨﻔﻖ ﳝﻴﻨﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺫﻛﺮ ﺍﷲ ﺧﺎﻟﻴﺎ ﻓﻔﺎﺿﺖ ﻋﻴﻨﺎﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﺩﻋﺘﻪ ﺫﺍﺕ ﻣﻨﺼﺐ ﻭﲨﺎﻝ ﺇﱃ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺎ ﺃﺧﺎﻑ ﺍﷲ‬

‫ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ‪.‬‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ – ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ – ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ‬

‫ﺣﻔﺺ‬

‫ﺣﻔﺺ‬

‫ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ‬

‫ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ‬

‫ﺣﻔﺺ‬

‫ﺣﻔﺺ‬

‫ﺧﺒﻴﺐ‬

‫ﺧﺒﻴﺐ‬

‫ﺧﺒﻴﺐ‬

‫ﺧﺒﻴﺐ‬

‫ﺧﺒﻴﺐ‬

‫ﺧﺒﻴﺐ‬

‫ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﺃﻧﺲ‬

‫ﻋﺒﻴﺪﺍﷲ‬

‫ﻋﺒﻴﺪﺍﷲ‬

‫ﻋﺒﻴﺪﺍﷲ‬

‫ﻋﺒﻴﺪﺍﷲ‬

‫ﻣﺎﻟﻚ‬

‫ﻣﻌﻦ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﷲ‬

‫ﳛﻲ ﺍﻟﻘﻄﺎﻥ‬

‫ﳛﻲ ﺍﻟﻘﻄﺎﻥ‬

‫ﳛﻲ ﺍﻟﻘﻄﺎﻥ‬

‫ﺍﻷﻧﺼﺎﺭﻱ‬

‫ﺳﻮﻳﺪ‬

‫ﻣﺴﺪﺩ‬

‫ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬

‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬

‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬

‫ﺯﻫﲑ ‪ -‬ﳏﻤﺪ‬ ‫ﺃﲪﺪ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ‬

‫‪Lampiran 5‬‬

‫ﺍﻟﻨﱯ‬ ‫ﺃﰊ ﻣﻮﺳﻰ‬

‫ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺪﻗﺔ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﳚﺪﻫﺎ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﺘﻤﻞ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻴﻨﻔﻊ ﻧﻔﺴﻪ‬ ‫ﻭﻳﺘﺼﺪﻕ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺍﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﻌﲔ ﺫﺍ ﺍﳊﺎﺟﺔ ﺍﳌﻠﻬﻮﻑ ﻗﻴﻞ ﻓﺈﻥ ﱂ‬ ‫ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﳋﲑ ﻗﻴﻞ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺇﻥ ﱂ ﻳﻔﻌﻞ ﻗﺎﻝ ﳝﺴﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮ ﻓﺈ‪‬ﺎ‬ ‫ﺻﺪﻗﺔ‪.‬‬

‫ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬ ‫ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺑﺮﺩﺓ‬ ‫ﺷﻌﺒﺔ‬ ‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ‬

‫ﺃﲪﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ‬

‫ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ‬

‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ ﺑﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ‬

‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺃﺳﺎﻣﺔ‬

‫ﺧﺎﻟﺪ ﺑﻦ ﺍﳊﺎﺭﺙ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ‬

‫ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ‬

‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬

‫ﺳﻠﻤﺎﻥ‬

‫‪Lampiran 9‬‬

‫ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻜﲔ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﻋﻠﻰ ﺫﻱ ﺍﻟﻘﺮﺍﺑﺔ ﺍﺛﻨﺘﺎﻥ ﺻﺪﻗﺔ ﻭﺻﻠﺔ‪.‬‬

‫ﺍﻟﻨﱯ‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎﺏ ﺃﻡ ﺍﻟﺮﺍﺋﺢ‬ ‫ﺣﻔﺼﺔ‬ ‫ﻋﺎﺻﻢ‬

‫ﺍﺑﻦ ﻋﻮﻥ‬ ‫ﺧﺎﻟﺪ‬

‫ﻭﻛﻴﻊ‬

‫ﳏﻤﺪ‬

‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ‬

‫ﺃﲪﺪ‬

‫ﺳﻔﻴﺎﻥ‬ ‫ﻋﻠﻲ‬

‫ﻗﺘﻴﺒﺔ‬

‫ﻳﻮﺳﻒ‬

‫ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ‬

‫ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬

‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‬

‫‪Lampiran 18‬‬

‫ﺍﻟﻨﱯ‬

‫ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺟﻞ ﻟﻠﻨ‪‬ﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﹼﻪ ﺃﻯ‪ ‬ﺍﻟﺼ‪‬ﺪﻗﺔ ﺃﻓﻀﻞ‬ ‫ﻗﺎﻝ » ﺃﻥ ﺗﺼﺪ‪‬ﻕ ﻭ ﺃﻧﺖ ﺻﺤﻴﺢ ﺣﺮﻳﺺ ﺗﺄﻣﻞ ﺍﻟﺒﻘﺎﺀ ﻭﲣﺸﻰ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻭﻻ‬

‫ﺃﺑﻮﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﲤﻬﻞ ﺣﱴ ﺇﺫﺍ ﺑﻠﻐﺖ ﺍﳊﻠﻘﻮﻡ ﻗﻠﺖ ﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭﻟﻔﻼﻥ ﻛﺬﺍ ﻭﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﻟﻔﻼﻥ‪.‬‬

‫ﺃﺑﻮﺯﺭﻋﺔ‬ ‫ﻋﻤﺎﺭﺓ‬ ‫ﺟﺮﻳﺮ‬

‫ﺳﻔﻴﺎﻥ‬

‫ﻣﻮﺳﻰ‬

‫ﻣﺴﺪﺩ‬

‫ﺯﻫﲑ‬

‫ﻭﻛﻴﻊ‬

‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ‬

‫ﳏﻤﺪ‬

‫ﻏﻴﻼﻥ‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬

‫ﺃﲪﺪ‬

‫‪Lampiran 21‬‬

‫ﺍﻟﻨﱯ‬ ‫ﺳﺒﻌﺔ ﻳﻈﻠﻬﻢ ﺍﷲ ﰲ ﻇﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭﺷﺎﺏ ﻧﺸﺄ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺑﻌﺒﺎﺩﺓ ﺍﷲ ﻭﺭﺟﻞ ﻗﻠﺒﻪ ﻣﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﳌﺴﺎﺟﺪ ﻭﺭﺟﻼﻥ ﲢﺎﺑﺎ ﰲ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ‬ ‫ﺍﺟﺘﻤﻌﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺗﻔﺮﻗﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﺃﺧﻔﺎﻫﺎ ﻻ ﺗﻌﻠﻢ ﴰﺎﻟﻪ ﻣﺎ‬

‫ﺣﻔﺺ‬

‫ﺗﻨﻔﻖ ﳝﻴﻨﻪ ﻭﺭﺟﻞ ﺫﻛﺮ ﺍﷲ ﺧﺎﻟﻴﺎ ﻓﻔﺎﺿﺖ ﻋﻴﻨﺎﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﺩﻋﺘﻪ ﺫﺍﺕ ﻣﻨﺼﺐ‬ ‫ﻭﲨﺎﻝ ﺇﱃ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺎ ﺃﺧﺎﻑ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞ‪.‬‬

‫ﺧﺒﻴﺐ‬ ‫ﻣﺎﻟﻚ‬

‫ﻋﺒﻴﺪﺍﷲ‬ ‫ﺍﳌﺒﺎﺭﻙ‬

‫ﻣﻌﻦ‬ ‫ﺍﻷﻧﺼﺎﺭﻱ‬

‫ﺳﻮﻳﺪ‬

‫ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬

‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬

‫ﳛﻲ‬ ‫ﺯﻫﲑ‬

‫ﻣﺴﺪﺩ‬

‫ﳏﻤﺪ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ‬

‫ﺃﲪﺪ‬

‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬

‫‪Lampiran 15‬‬

‫ﺍﻟﻨﱯ‬

‫ﻣﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺍﻣﺮﺅ ﺑﺼﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻛﺴﺐ ﻃﻴﺐ ﻭﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﺇﻻ ﻃﻴﺒﺎ ﺇﻻ ﻭﺿﻌﻬﺎ‬ ‫ﺣﲔ ﻳﻀﻌﻬﺎ ﰱ ﻛﻒ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻭﺇﻥ ﺍﷲ ﻟﲑﰉ ﻷﺣﺪﻛﻢ ﺍﻟﺘﻤﺮﺓ ﻛﻤﺎ ﻳﱪﻯ‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬

‫ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻮﻩ ﺃﻭ ﻓﺼﻴﻠﻪ ﺣﱴ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺜﻞ ﺃﺣﺪ‪.‬‬

‫ﻳﺴﺎﺭ‬

‫ﲪﺎﺩ‬

‫ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ‬

‫ﺳﻌﻴﺪ‬

‫ﳛﻲ‬

‫ﻟﻴﺚ‬

‫ﻋﻴﺴﻰ‬

‫ﻗﺘﻴﺒﺔ‬

‫ﺍﳌﻐﲑﺓ‬

‫ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬

‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺉ‬

‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‬

‫ﻣﺎﻟﻚ‬

‫‪Lampiran 12‬‬

‫ﺍﻟﻨﱯ‬

‫ﻣﺎ ﻧﻘﺼﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻣﺎﺯﺍﺩ ﺍﷲ ﻋﺒﺪﺍ ﺑﻌﻔﻮ ﺇﻻ ﻋﺰﺍ ﻭﻣﺎ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﺃﺣﺪ ﺍﷲ‬ ‫ﺇﻻ ﺭﻓﻌﻪ ﺍﷲ‪.‬‬

‫ﺃﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬ ‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﻳﻌﻘﻮﺏ‬ ‫ﺍﻟﻌﻼﺀ‬ ‫ﺇ ﲰﺎﻋﻴﻞ‬

‫ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺮﺑﻴﻊ‬

‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‬

‫ﳛﻲ‬

‫ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ‬

‫ﻣﺴﻠﻢ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ‬

‫ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﺍﺑﺮﺍﻫﺒﻢ ﺍﻟﻘﺎﺹ‬

‫ﻗﺘﻴﺒﺔ‬

‫ﻋﻔﺎﻥ‬

‫ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬

‫ﺃﲪﺪ‬