79 SELF LEADERSHIP: Motor Penggerak Kepemimpinan Mutu Pendidikan Musaheri
(Ketua STKIP PGRI Sumenep) Email:
[email protected]
Abstrak Kepemimpinan diri merupakan langkah utama untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Salah satu pilihan dalam membentuk kepribadian diri dengan baik adalah Self leadership yang sudah keharusan menjadi motor penggerak bagi seorang pemimpin. Dengan Self leadership, seoramng pemimpin akan memiliki kesadaran untuk menguasai semua potensi diri dan terus melangkah bersamaan dengan pilihan hidup, harapan, keinginan-keinginan dalam meraih kesuksesan. Oleh karena itu, Self leadership akan memberikan kematangan dan kemandirin pola pikiran yang menjadikannya menjadi diri sendiri, yaitu pemimpin yang sukses memimpin dirinya sendiri, sehingga semua kinerja diri mampu diselesaikan dengan baik dan penuh bijaksana. Kata Kunci: Self leadership, kepemimpinan, mutu Abstract Self leadership is a starting point to gain success in life. One of the alternatives to build personality well is by Self leadership which has been at utmost importance for a leader. By Self leadership, a leader will possess awareness to empower all individual potencies and to step forward together with hope and desires to gain success. Accordingly, Self leadership will develop maturity as well as self-autonomy in the mind-set which leads an individual becomes him/herself i.e. a successful leader in leading him/self. Therefore, all self responsibilities can be accomplished well and wisely. Key Words: Self leadership, leadership, quality
A. Pendahuluan Pimpinan pada semua level lingkup kerja pendidikan banyak mengalami kegagalan, ketika self leadership yang bersangkutan rendah. Motor penggerak untuk sukses memimpin dunia pendidikan adalah kepemimpinan diri (self leadership) yang kuat. Kemampuan memimpin diri sendiri merupakan energi dahsyat yang akan menggerakkan orang lain. Inti sari keberhasilan dalam memimpin dunia pendidikan peletak dasarnya adalah kepemimpinan diri. Self leadership kunci pembuka dan faktor kunci menghantar sukses kepemimpinan pendidikan. Sungguh tidak gampang orang lain (bawahan) akan melakukan tindakan positif
untuk memajukan pendidikan, jika pimpinannya tidak dapat memimpin dirinya sendiri dengan baik. Keteladanan pimpinan pendidikan menjadi amat vital, karena kepercayaan dan terpercayaan dapat tumbuh salah satu pemicunya adalah keteladanan yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin. Mengubah individu bawahan untuk bekerja berdasarkan data, mengacu standar, dan memenuhi standar, memuaskan pelanggan, taat asas, dan memastikan memberikan jaminan mutu sulit terwujudkan saat pimpinan pendidikan tidak menjadi sponsor dan pelopor untuk bekerja berdasarkan data, mengacu pada standar, dan memenuhi standar, memuaskan pelanggan, taat asas, dan Volume 6, Nomor 2, Juni 2014
80
SELF LEADERSHIP
memastikan memberikan jaminan mutu. Dengan demikian, mendorong, mengajak dan berubah individu bawahan bukanlah perkara mudah, jika individu pimpinannya tidak mengawali untuk berubah. Kepemimpinan yang sulit dilakukan adalah memimpin dirinya sendiri. Self leadership (kepemimpinan diri) menuntut dapat mengelola dan mengatur diri sendiri sebelum mengelola dan mengatur orang lain. Setiap orang memerlukan kemampuan untuk memimpin dirinya sendiri, agar sukses dalam menjalankan peran kepemimpinannya. Seserorang terlebih dahulu harus memiliki self leadership yang kuat untuk berhasil memimpi orang lain (Blanchard, 2006). Kemampuan memimpin diri sendiri modal menentukan dalam meningkatkan kinerjanya sesuai peran, tugas, dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin pendidikan. B. Pengertian dan Makna Self Leadership Self leadership merupakan proses untuk membangun pengarahan diri dan motivasi diri, terutama dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas pekerjaan yang penting serta kompleks. Self leadership adalah proses mempengaruhi diri sendiri untuk membangun self direction dan self motivation yang diperlukan untuk menghasilkan kinerja yang baik (Manz, 1986). Robbins (2006) memaparkan bahwa self leadership merupakan serangkaian proses yang digunakan individu untuk mengendalikan perilakunya sendiri. Asumsi dasar dibalik kepemimpinan diri (self leadership) adalah bahwa individu dikatakan bertanggung jawab, dapat dan mampu membangun dan mengembangkan inisiatif, bila tanpa ada tekanan dari atas dan pihak eksternal, tetap terbangun kesadaran untuk melakukannya. Mereka dapat memantau dan mengendalikan perilakunya sendiri. Self leadership adalah sifat kepemimpinan diri untuk membuatnya berhasil dalam memimpin. Kepemimpinan diri akan berhasil dengan mensyukuri kekuatan-kekuatan yang Jurnal Pelopor Pendidikan
dimiliki. Tanda kesyukuran terhadap kekuatan diri yang dimiliki untuk mencapai tujuan membutuhkan dukungan dari potensi diri dengan jalan membuat tujuan yang jelas, menciptakan rencana tindakan, menunjukkan cara melakukan tujuan, memperjelas peran, membuat jadwal waktu, menetapkan prioritas serta mengawasi dan mengevaluasi pekerjaan serta memberikan masukan (Ken Blanchand, 2006). Karakteristik kepemimpinan diri adalah memahami diri, mengelola diri, dan mengembangkan diri secara terus menerus (Rosiman, 2008). Memahami diri adalah memahami proses yang terjadi dalam diri; melakukan perenungan potret diri/ penilaian diri/ self assessment (memahami kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri sendiri); mengenal diri dari orang lain dengan cara melakukan feedback (umpan balik), meminta masukan dan saran dari orang-orang yang sering berinteraksi; dan kemampuan mengelola diri. Mengelola diri diawali dengan menyusun tidakan-tindakan yang dilakukan dalam skala prioritas. Stephen Covey (1997) mengemukakan konsep penting (yang dapat menunjang pencapaian tujuan hidup seseorang) dan genting (yang menuntut perhatian segera) dalam pengelolaan waktu. Banyak orang yang terperangkap hanya pada pelaksanaan tindakan yang genting saja (walaupun seringkali tidak penting). Covey menekankan bahwa yang dilatih adalah mengelola kegiatan yang penting, tanpa menunggu kegiatan tersebut menjadi genting, karena dalam kondisi genting, banyak dilakukan kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari. Dalam mengelola diri dituntut untuk membuat perencanaan terlebih dahulu sebelum melakukan suatu tindakan. Karakteristik dari mengelola diri adalah membangun keyakinan dan komitmen tinggi. Dalam mencapai tujuan, diperlukan keyakinan dan komitmen tinggi. Dengan keyakinan diri yang tinggi untuk sukses, akan lebih mudah untuk meyakinkan orang lain juga untuk
Musaheri
berjuang menuju sukses. Dengan komitmen tinggi, tidak rentan terhadap godaan, hambatan, dan masalah, juga orang lain akan lebih percaya kepada diri yang bersangkutan sebagai pemimpin. Melakukan pengembangan diri adalah karakteristik lain dari mengelola diri seorang pemimpin. Keyakinan teguh dan komitmen tinggi yang ditunjang dengan upaya pengembangan diri berkelanjutan, sangat penting maknanya bagi keberhasilan dalam memimpin diri sendiri. Tanpa memperbaharui diri terhadap perkembangan yang terjadi, terutama di seputar bidang yang diperjuangkan, akan terlibas dan tertinggal dari kondisi dan keadaan yang dihadapi. Dalam melakukan pengembangan diri diperlukan pengenalan nilai yang dianut, keunggulan yang dipertahankan ataupun ditingkatkan, dan kelemahan yang akan diperbaiki. Pengembngan diri memerlukan visi dan misi pribadi agar mengetahui arah untuk memimpin diri sendiri. Komponen utama dalam kepemimpinan adalah keadaan diri pemimpin. Stephen R. Covey (1997) menyebutkan ada tujuh kebiasaan manusia yang menandakan memiliki self leadership yang kuat yaitu: proaktif, merujuk pada tujuan akhir, mendahulukan yang utama, berpikir menang-menang, berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti, mewujudkan sinergi, dan melakukan pembaruan diri secara seimbang. Seorang pemimpin diri yang efektif memiliki visi pribadi untuk banyak berbuat, berinisiatif, punya ide-ide baru dan mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ia tidak menunggu datangnya ide-ide baru dari orang lain, memiliki prinsip kepemimpinan pribadi, berorientasi pada tujuan akhir yang telah dirumuskannya, memiliki skala prioritas dalam tindakannya, selalu mengutamakan win-win solution, melakukan komunikasi yang empatik, tidak minta untuk dilayani, justru melaksanakan gaya kepemimpinan pelayan, menjalin kerja sama atau team work yang kreatif, selalu belajar dan berlatih dalam rangka melakukan pembaharuan diri pada aspek-aspek yang belum dikuasainya.
Dalam pemikiran Connor (2003) dijelaskan bahwa, kemampuan memimpin diri sendiri memerlukan persyaratan yang utuh dan saling berkaitan meliputi: 1. Kesadaran Diri (Self Awareness) Pemahaman diri dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki kinerja maupun untuk meningkatkan kepercayaan diri, dan pemahaman terhadap orang lain. Pemahaman diri mencakup evaluasi atau penilaian tentang nilai-nilai yang dianutnya, kelemahan dan kelebihannya, minatnya tentang nilai-nilai yang dianutnya, kelemahan dan kelebihannya, minatnya dan tujuan hidupnya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memahami diri antara lain adalah dengan melakukan feedback/ umpan balik dari orang lain seperti bawahan, atasan, rekan sejawat ataupun teman dan sahabat. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan pengamatan terhadap reaksi orang-orang di se-kitarnya yaitu dari sikap, ucapan, tindakan dalam berinteraksi dengan orang lain; 2. Mengarahkan Diri (Self Directing) Mangarahkan diri menjadi salah satu modal membangun kepemimpinan diri. Mengarahkan diri ditunjukkan dengan jelasnya tujuan individu sehingga bisa memimpin diri menuju tujuan. Semakin jelas tujuanyang ingin diraih akan menjadi mudah untuk memimpin diri khususnya dalam mengarahkan dirinya sendiri ke arah tujuan yang ingin dicapai; 3. Mengelola Diri (Self Managing) Mengelola diri sendiri dengan baik mempermudah dalam untuk mencapai tujuan. Bentuk pengelolaan diri adalah berupa menyusun tindakan-tindakan yang aka dilakukan dalam skala prioritas beserta jangka waktu penyelesaiannya. Volume 6, Nomor 2, Juni 2014
81
82
SELF LEADERSHIP
4. Penyelesaian Diri Sendiri (Self Accomplishment) Bentuk dari penyelesaian diri sendiri berupa pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Individu mengidentifikasi sarana, prasarana yang sudah ada atau keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan rencana, dan hal ini menjadi bermakna dalam membangun kepemimpinan diri sendiri. C. Strategi Self Leadership Ada beberapa strategi di dalam Self leadership. Strategi tersebut dapat dibagi menjadi tiga komponen atau kategori yaitu: a) behavior-focused strategies, b) natural reward strategies, dan c) constructive though pattern strategies (Lulus Margiati, 2010). 1. Behaviour Focused Strategies / Strategi yang Berfokus pada Perilaku Strategi ini melibatkan peraturanperaturan pribadi atas perilaku melalui penggunaan penilaian diri dan disiplin diri yang dirancang untuk mencapai perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak efektif, berguna untuk mengelola perilaku yang terkait dengan tujuan yang penting. Behavior Focused Strategies ini terdiri dari: a) self observation, b) self goal setting, c) self reward, d) self punishment, and e) self cueing. 2. Natural Reward Strategies / Strategi Reward Alami Strategi reward alami merupakan strategi yang dilakukan dengan menciptakan reward yang alami yang ditujukan untuk mendapatkan penghargaan terhadap aktivitas yang dilakukan. Menurut Manz dan Neck (2004) ada dua strategi yang dilakukan, yaitu dengan menciptakan features yang lebih menyenangkan tetapi ada aspek penghargaan. Kedua strategi ini Jurnal Pelopor Pendidikan
akan menciptakan perasaan kompeten dan motivasi instrinsik sehingga dapat menigkatkan kinerja. Strategi ini lebih memfokuskan pada aspek positif yang diberikan oleh tugas atau aktivitas. Reward yang alami akan diperoleh dari insentif yang dibangun dari tugas itu sendiri. 3. Constructive Thought Pattern Strategies / Strategi Pola Berpikir Konstruktif Strategi ini melibatkan kreasi dan proses berperilaku yang konstruktif. Dirancang untuk membantu formasi pola pikir yang konstruktif dan caracara yang positif mempengaruhi kinerja individu. Ada tiga pola berpikir: a) self analysis and improvement of belief system, b) mental imagery of succesfull performance and comes, and c) positive self talk (Manz dan Neck, 1999). Membangun self leadership juga membutuhkan aturan yang menopangnya. Ada beberapa aturan yang dapat menumbuhkan dan membentuk self leadership. Dalam pemikiran Djajendra (2009) ditegaskan ada 12 aturan, yaitu: 1. Memiliki tujuan hidup yang jelas semata-mata untuk kerja, melainkan juga memberi “makna hidup” yang berpengaruh pada gaya, hidup di luar dunia kerja dan akan mendapatkan konteks kehidupan utuh; 2. Memiliki kebijakan diri secara konstan, dengan contoh-contoh tindakan yang baik akan mendapat hasil yang baik pula; 3. Mengambil inisiatif dengan menjadikan diri bersikap sukarela, memberanikan diri, tegas, siap untuk jatuh, gagal, dan bangun kembali untuk lingkaran hal yang lain; 4. Menjadi orang yang sederhana dan bersahaja. Self leadership juga di-
Musaheri
tumbuhkan melalui upaya maju lebih dulu dari yang lain, berjalan sejajar dengan orang lain; 5. Belajar untuk mencintai ide-ide dan bereksperimen, dengan mendahulukan keputusan-keputusan yang implusif, hidup dalam keingintahuan, dengan terdepan untuk selalu ingin mengetahui suatu hal; 6. Berani melakukan inovasi, dan dengan berinovasi akan memilki integritas tinggi untuk mengatakan hal yang benar; 7. Melakukan hal yang benar dengan penuh etika; 8. Percaya bahwa keindahan tetap ada pada semua hal atau semua orang; 9. Menjauhi rasa pesimis, dan berubah untuk lebih optimis; 10. Mengubah dengan kemenangan; 11. Berkeinginan mempelajari sesuatu hal dan bergaul pada mentor-mentor dan orang-orang yang lebih pandai, menemukan inspirasi dan memacu untuk belajar; dan 12. Peduli pada orang-orang di sekitar, dengan menjadikan orang yang berempati, dan menjaga kepedulian pada kemanusiaan. D. Penutup Dengan strategi dan aturan tersebut, self leadership dapat terbangun pada diri sebagai fondasi dari kepemimpinan yang mapan, serta akan mencapai tujuan yang sudah dicanangkan. Dalam hal ini, pemimpin dari semua level lingkup kerja pendidikan hendaknya memiliki kemapanan self leadership, sebab kesuksesan seorang pemimpin hanya dapat melalui motor penggerak yang dikenal dengan istilah self leadership (kepemimpinan diri).[]
Daftar Pustaka: Al-Banjari, Rachmad Ramadhana. 2008. Prophetic Leadership. Jogjakarta: DIVA Press. Bahaudin, Taufik. 2001. Brainware Leadership Mastery. Kepemimpinan Abad Otak dan Milineum Pikiran. Jakarta: Gramedia. Blanchand, Ken. 2006. Self Leadership and The One minute Manager. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Covey, Stephen R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang sangat Efektif). Jakarta: Binarupa Aksara. Djajendra. 2009. Memimpin Diri Sendiri dalam Terang. Diakses dari: http:// djajendra.blog.co.uk/2009/06/21/ memimpin-diri-sendiri-dalam-terang6358650/ Goleman, Daniel dkk. 2007. Primal Leadership Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Mangkuprawira, Sjafri. 2009. Manajer: Kekuatan Kepemimpinan Diri. Diakses dari: http://ronawajah. wordpress.com/ Manz, C. Charlez. 1986. “Self-leadership Toward an expanded theory of self influence process in organizations”, Academt of management Review, 11(3), 585-602 Manz, C. Charlez. 1987. Seni Memimpin Diri Sendiri. Yogyakarta : Kanisius. Margiati, Lulus. 2010. Ringkasan Disertasi. Pengaruh Kecerdasan Emosi, Karakteristik Individu, Self Leadership, Komitmen pada Profesi, Iklim organisasi terhadap Kinerja dan Karier Dosen pada Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah VII Jawa Timur. Surabaya: Universitas 17 Agustus.
Volume 6, Nomor 2, Juni 2014
83
84
SELF LEADERSHIP
Musaheri. 2013. Ringkasan Disertasi. Pengaruh Motivasi Berprestasi, Locus Of Control, dan Self Leadership terhadap Kompetensi dan Kinerja Guru Eks Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional SeMadura. Surabaya: Universitas 17 Agustus. Poniman, Farid dkk. 2008. Kubik Leadership. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Robbins, SP. 2006. Perilaku Organisasi: Kontroversi, Aplikasi, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 2. Jakarta: PT. Prehallindo. Rosiman, Mohammad. 2008. Kepemimpinan Diri. Diakses dari: http://trusco.or.id/ kepemimpinandiri.html
Jurnal Pelopor Pendidikan