SISTEM PENETAPAN HARGA POKOK PENJUALAN

Download bertujuan untuk mengetahuisistem penetapan harga pokok penjualan telur puyuh di peternakan Agung Quail Farm dan mekanisme pembentukan harga...

0 downloads 567 Views 65KB Size
Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

SISTEM PENETAPAN HARGA POKOK PENJUALAN TELUR PUYUH ( Coturnix – coturnix japonica ) PADA USAHA TERNAK PUYUH (Studi Kasus di Peternakan Puyuh Soreang Kab. Bandung) (DETERMINATION SYSTEM OF SELLING PRIMARY PRICE QUAIL EGG (Coturnix – coturnix japonica) AT QUAIL FARM (CASE STUDY AT QUAIL FARM, SOREANG – BANDUNG DISTRICT) Gilang Muhammad Putra*, Hasni Arief**, dan Taslim** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: [email protected] ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Bulan April 2014 di peternakan puyuh Agung Quail Farm di Soreang Kabupaten Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuisistem penetapan harga pokok penjualan telur puyuh di peternakan Agung Quail Farm dan mekanisme pembentukan harga pada sistem tersebut. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, dalam metode studi kasus terdapat informan kunci (key informan) sebanyak 2 orang, terdiri dari pemilik peternakan (owner) dan pedagang pengecer (retailer).Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model deskriptif kualitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa sistem/metode penetapan harga pokok penjualan Agung Quail Farm menggunakan metode cost plus pricing, dimana hasil perhitungan mendekati harga pasar yaitu Rp 210,00/butir. Mekanisme pembentukan harga dari sistem tersebut adalah berdasarkan pengaruh dari azas permintaan dan penawaran antara Agung Quail Farm dengan pedagang pengecer, dan masih di pengaruhi harga telur puyuh dari wilayah Jawa Timur. Kata kunci:Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan, Telur Puyuh,

Harga keseimbangan pasar, harga transaksi ABSTRACT

This research had been conducted from on March to April 2014 at Agung Quail Farm, Soreang-Bandung District. The research aimed to know determination system of selling primary price quail egg and price pattern mechanism of its at Agung Quail Farm. The research used case study method, which there are two persons as key informant, such as owner of farm quail and egg retailer. Analysis model which is used by the research is qualitative description model. Results of the research showed that determination system/method of selling primary price quail egg at Agung Quail Farm used Cost Plus Pricing Method, which calculation result of its is closely similarly to market equilibrium price, namely IDR 210/unit. Mechanism price has been formed by supply and demand between Agung Quail Farm with retailer, and quail egg price still effected by price of Java East territory quail egg.

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra Keyword :Determination system of selling primary price, quail egg,

market equilibrium price, transaction price. PENDAHULUAN Pembangunan peternakan merupakan bagian dari suatu totalitas kinerja agribisnis, khususnya subsistem usahatani ternak dengan output berupa produksi primer ternak. Subsistem ini akan menjadi suatu kesatuan kinerja yang tidak terpisahkan dari subsistem agribisnis hulu (kegiatan ekonomi input, produksi peternakan, informasi, dan teknologi) dan subsistem agribisnis hilir (perdagangan, pengolahan, dan jasa agribisnis). Usaha agribisnis dalam bidang usahatani ternak merupakan salah satu pembangunan usaha peternakan yang berpotensi.Potensi yang dihasilkan dapat berupa sumber protein yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia, maka dari itu usaha agribisnis di bidang peternakan akan mengalami peningkatan dan terus berkembang karena konsumsi akan protein hewani semakin meningkat. Salah satu sumber protein hewani adalah telur puyuh. Telur puyuh merupakan salah satu komoditas peternakan dari jenis produksi telur yang menunjukkan adanya peningkatan permintaan sejak Tahun 2006 dan 2007 bahkan hingga sekarang. Pada Tahun 2006 penduduk Jawa Barat rata–rata mengkonsumsi telur puyuh sebesar 0,07 per kapita per tahun dengan jumlah penduduk 40.371.976 dan meningkat menjadi 0,088 pada Tahun 2007 dengan jumlah penduduk 41.240.707 (Badan Pusat Statistik, 2008). Peternakan puyuh mendapat perhatian besar karena mempunyai beberapa keistimewaan, baik dalam rangka pemerataan pembangunan, maupun perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan petani/peternak karena mempunyai beberapa keunggulan teknis. Keunggulan teknis itu meliputi waktu berproduksi relatif cepat, tidak memerlukan tempat pemeliharaan yang luas, produktivitas telurnya tinggi, hasil telurnya banyak diminati konsumen, mutu gizi dan rasanya cukup tinggi sebanding dengan telur ayam. Agung Quail Farm merupakan salah satu usaha peternakan puyuh di Soreang Kab. Bandung. Agung Quail Farm mulai berdiri sejak awal bulan Mei 2013 dengan komoditas telur puyuh sebagai produk utama. Populasi yang berada di peternakan ini adalah 2.000 ekor pada masa awal produksi dan sekarang telah berkembang hingga 3.000 ekor dengan target populasi yaitu: 5.000

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

ekor, dengan luas kandang 200 m2 di atas lahan seluas 700 m2dan dilengkapi dengan kolam lele sebagai pembuangan limbah puyuh yang mati dan ayam kampung sebagai usaha sampingan. Pesatnya perkembangan potensi ternak puyuh menandakan usaha ini dapat dijadikan sebagai usaha yang kompetitif. Ternak puyuh mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan, tak kalah dibandingkan dengan unggas lain. Produksi telur yang dapat mencapai 200–300 butir/tahun dengan masa penetasan yang singkat ± 16hari/telur menjadikan usaha ternak puyuh ini dapat berkembang dengan cukup baik. Namun, seperti kita ketahui salah satu penunjang perekonomian suatu usaha adalah kesehatan pasar, baik pasar barang jasa, pasar uang, maupun pasar tenaga kerja. Kesehatan pasar sangat tergantung pada makanisme pasar yang mampu menciptakan tingkat harga yang seimbang, yakni tingkat harga yang dihasilkan oleh interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran yang sehat. Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran/marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Penetapan harga pokok penjualan terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh para pelaku usaha. Dalam hal ini penetapan harga pokok penjualan telur puyuh juga menjadi sangat penting bagi peternak. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu usaha karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh peternak dari penjualan produknya. Harga telur puyuh yang berlaku di masyarakat ada dua macam yaitu harga butiran dan harga kiloan, Agung Quail Farm menetapkan secara butiran dengan harga Rp 210,00/butir namun mengharapkan harga pasar sebesar Rp 230,00. Melihat produsen telur puyuh didaerah lainnya seperti di Jawa Timur, para pelaku usaha didaerah setempat menetapkan harga telur puyuh sebesar Rp 190,00/butir. Harga yang berbeda antar wilayah ini dapat dipengaruhi oleh sistem penetapan harga yang berlaku di peternakan tersebut tergantung dari kondisi peternakan itu sendiri.

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

Bertitik tolak dari kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penetapan harga pokok penjualan telur puyuh dengan judul “Sistem Penetapan Harga Pokok Telur Puyuh (Coturnix – coturnix japonica) pada Usaha Ternak Puyuh (Studi Kasus di Peternakan Puyuh Soreang Kab. Bandung). OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek penelitian yang terkait dalam penelitian ini adalah sistem penetapan harga pokok penjualan telur puyuh di Agung Quail Farm dan subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah pemilik peternakan, pekerja kandang sebagai pelaku produsen telur puyuh dan pedagang pengecer (retailer). Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Metode studi kasus adalah penelitian tentang subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930 dalam Nazir, 2005). Metode ini dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat dan karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu yang kemudian dari sifat–sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Penelitian studi kasus karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu ingin mempelajari secara mendalam dan terperinci tentang sistem penetapan harga pokok penjualan telur puyuh di peternakan Agung Quail Farm, Soreang Kab. Bandung serta mengetahui secara mendalam dan mengatahui mekanisme pembentukan harga yang berlaku di Agung Quail Farm. Studi kasus ini mengutamakan teknik pengumpulan data melalui observasi peran sentral atau pelibatan (participant observation), yaitu dengan melakukan observasi pada peternakan puyuh Agung Quail Farm dikarenakan Agung Quail Farm merupakan peternakan puyuh yang menggunakan suatu sistem yang belum teridentifikasi dalam menetapkan suatu harga pokok yakni harga pokok telur puyuh. Informan dalam metode studi kasus ini dapat dijadikan sebagai informan kunci, informasi yang diperoleh dapat luas sehingga analisis dapat dilakukan dengan baik dan benar. Analisis data tersebut dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif adalah

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

suatu analisis penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan hal-hal yang ditanyakan dalam penelitian (Idrus, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan Dan Mekanisme Pembentukan Harga Penetapan harga dapat dilakukan dengan mengadakan perhitungan harga pokok penjualan, yang mana banyak metode dalam hal menetapkan harga pokok penjualan. Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode menurut Basu Swastha (2005) yaitu cost plus pricing method dan mark up pricing method. Metode cost plus pricing merumuskan bahwa harga pokok penjualan merupakan hasil akumulasi dari total biaya produksi dengan margin; dan mark up pricing method merumuskan bahwa harga pokok penjualan merupakan hasil akumulasi harga beli dengan mark up harga. Bertitik tolak dari konsep kedua metode tersebut, maka

metode penetapan harga pokok

penjualan di Agung Quail Farm dapat dianalisis dengan menggunakan data yang diperoleh selama penelitian sebagai berikut: Tabel 1. Rincian Biaya Produksi Selama 1 Tahun (2014)

No

Jenis Biaya

1

Pullet*

2

Peralatan Kandang dan Saung (jetpump, sekop, mesin tetas dll)**

Harga /Satuan Unit (Rp)

Volume Kebutuhan

Jumlah Biaya (Rp)

Jumlah Biaya /ekor/hari (Rp)

10.000

2.000 (ekor)

20.000.000

30,8

50.000.000

1(unit)

5.970 3

Pakan

50.000.000

17.520 104.594.400 (kg/3000 ekor/tahun)

3,42

95,52

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra 4

5

6

7

Vaksin ND Lasota (Medion)

Susu Skim

Bioprima

Egg Pro

20.000

20.000

20.000

15.000

8

Obat -Obatan (Primaflox)

100.000

9

Listrik dan Air

600.000

10

Tenaga Kerja

2.100.000

18 (pack/3000ek or/tahun) *penggunaan untuk 2bln/3pack 18 (pack/3000 ekor/tahun) *penggunaan untuk 2bln/3pack 12 (liter/3000 ekor/tahun) *penggunaan untuk 1bln/liter 60 (pack/3000 ekor/tahun) *penggunaan untuk 1bln/5pack 2 (liter/3000 ekor/tahun) *penggunaan untuk 6bln/liter 12 (3000 ekor/ tahun) 12 (3000 ekor/ tahun)

Jumlah Biaya *1 Tahun = 324 hari **Perhitungan Biaya Penyusutan Terlampir di Tabel 2.

360.000

360.000

240.000

0,33

0,33

0,21

0,82 900.000

200.000

7.200.000 25.200.000

0,18

6,5 23

161,2

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

Tabel 2. Perhitungan Biaya Penyusutan Kandang dan Peralatan Kandang Umur Nilai Awal Nilai Penyusutan NO Komponen Biaya Ekonomis (Rp) /Tahun/3000ekor (Rp) (Tahun) 1 Jet Pump 300.000 1.500.000 5 2 Perkakas 50.000 500.000 10 3 Alat Sprayer 80.000 400.000 5 Mesin Tetas non 4 3.000.000 10 300.000 Otomatis (2) 5

Mesin Tetas Otomatis

6 Kandang dan Saung Jumlah Nilai Penyusutan/Hari /3000ekor

1.300.000

10

130.000

43.300.000

15

2.886.666 3.746.666 3,42

Berdasarkan Tabel 1, hasil perhitungan menunjukkan bahwa total biaya pokok produksi adalah Rp 161.2/ekor/hari. Nilai tersebut diasumsikan sama dengan biaya pokok produksi untuk 1butir/hari, atas dasar pertimbangan bahwa dalam perhitungan 1 ekor puyuh menghasilkan 0.65 butir telur/hari. Namun pada produksi mahluk hidup angka desimal tidak digunakan sehingga nilai 0.65 dibulatkan menjadi 1. Oleh karena itu biaya pokok produksi untuk 1 ekor/hari bernilai sama dengan biaya pokok produksi 1 butir/hari. Total biaya pokok produksi ini diakumulasikan dengan besaran margin akan membentuk harga pokok penjualan sebagaimana yang dipersaratkan dalam Cost plus pricing method. Hasil wawancara menyatakan bahwa margin harga yang diinginkan oleh pemilik usaha ternak ini, yaitu sebesar Rp 50/butir,dengan demikian harga pokok penjualan adalah sebagai berikut: Harga Pokok Penjualan = Total Biaya Produksi + Margin = Rp 161.2 + Rp 50/butir = Rp 211.2/butir Metode yang dibahas selanjutnya yaitu metode mark up pricing, metode ini digunakan untuk memperoleh harga pokok penjualan berdasarkan hasil kalkulasi dari harga beli dan mark up. Berdasarkan hal tersebut jika Agung Quail Farm memposisiskan sebagai pedagang yang

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

mengambil telur puyuh dari Jawa Timur dengan harga beli sebesar Rp 190/butir,dengan mark up harga yang diinginkan yaitu sebesar 25% dari harga beli. Maka akan membentuk hasil akumulasi dari harga beli dengan mark upharga. Berikut hasil perhitungan untuk mark up pricing method: Harga Pokok Penjualan = Harga Beli + Mark Up = Rp 190/butir + (25% x Rp 190) = Rp 190/butir + Rp 47.5 = Rp 237.5/butir Meninjau hasil perhitungan kedua metode tersebut terdapat selisih harga pokok penjualan yang jauh berbeda. Harga yang berlaku di pasar Palasari, yaitu Rp 210/butir, jika membandingkan kedua metode tersebut metode cost plus pricing yang paling mendekati dari harga jual di pasar, yaitu Rp 210/butir dengan Rp 211.2/butir yakni selisih harga Rp 1.2,00/butir. Bertitik tolak dari hasil perhitungan maka hal tersebut dapat menjelaskan bahwa sistem atau metode yang digunakan Agung Quail Farm yaitu metode cost plus pricing method. Perhitungan hasil akumulasi mendekati harga jual yang berlaku di pasar dimana terjadi penawaran dan permintaan sehingga terbentuknya kesepakatan harga antara Agung Quail Farm dan pedagang pengecer. Agung Quail Farm melakukan penetapan harga pokok penjualan berdasarkan metode Cost Plus Pricing, walapun metode tersebut telah digunakan dan telah dihitung jumlah nominal harga telur puyuh tetap saja mekanisme pembentukan harga berperan dalam hal harga pokok penjualan. Harga yang telah ditetapkan dipengaruhi oleh permintaan dari pihak konsumen, sehingga terjadi penawaran harga yang menjadikan harga turun. Namun walapun harga telah ditawar oleh pihak PD Telur Segar, Agung Quail Farm menahan harga agar keuntungan dapat maksimal dengan jaminan telur yang diberikan terjamin kualitasnya. Berikut kurva pembentukan harga keseimbangan berdasarkan posisi tawar-menawar harga:

P

S (Agung Quail Farm)

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

(Agung Quail

212

Farm + Harga

211

E1●

210

Telur Puyuh

E2●

Jatim)

209

D (PD. Telur Segar) Qx

Qx̍

Q

Gambar 2. Kurva permintaan dan penawaran Agung Quail Farm dan PD. Telur Segar (pedagang pengecer) Kurva di atas menggambarkan posisi tarik-menarik harga antara Agung Quail Farm dengan pedagang pengecer, harga pokok penjualan yang ditetapkan Agung Quail Farm Rp 211,2/butir. Namun akibat ada desakan harga telur puyuh dari wilayah Jawa Timur maka harga pokok penjualan yang telah ditetapkan turun menjadi Rp 210/butir. Hal ini terjadi karena wilayah Jawa Timur merupakan pemasok telur puyuh terbesar di pulau Jawa sehingga besar pengaruhnya terhadap harga telur puyuh di Jawa Barat. Profit yang diharapkan Agung Quail Farm tidak serta merta dapat diwujudkan dengan mudah, harga pasar yang lebih dahulu menguasai wilayah Jawa Barat lebih besar pengaruhnya pada hal mekanisme pembentukan harga jual. Mengapa demikian karena masih ada pengaruh patokan harga dari peternak telur puyuh Jawa Timur. Sehingga harga produk lokal masih dipengaruhi harga dari luar wilayah Jawa Barat yaitu wilayah Jawa Timur, karena segmen pasar peternak telur puyuh dari Jawa Timur mengambil andil yang paling besar untuk wilayah Jawa Barat. Hal ini didasari karena harga telur puyuh dari wilayah Jawa Timur lebih murah, ini terjadi karena biaya produksi di wilayah Jawa Timur lebih rendah dibandingkan dengan wilayah Jawa Barat, contohnya upah pegawai kandang yang lebih murah, sewa lahan yang lebih murah dll.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Sistem penetapan harga pokok penjualan telur puyuh yang digunakan Agung Quail Farm yaitu menggunakan metode Cost Plus Pricing. 2. Mekanisme pembentukan harga pokok penjualan telur puyuh dari sistem tersebut dilengkapi dengan adanya azas permintaan dan penawaran, hal ini terkait dengan adanya pengaruh dari tekanan harga telur puyuh dari wilayah Jawa Timur, sehingga peternak lokal yang telah mengeluarkan harga pokok penjualan masih dipengaruhi oleh harga telur puyuh dari Jawa Timur. Saran

Agung Quail Farm sebaiknya memperbaiki sistem manajerial yang berlaku di peternakan ini, baik dalam hal menghitung harga pokok penjualan maupun dalam hal meningkatkan kinerja pegawai kandang agar dapat menjalin kegiatan operasional yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Produksi telur puyuh harus ditingkatkan lagi serta tetap menjaga kualitas telur dan pelayanan agar dapat membuka pangsa pasar baru sehingga sedikit demi sedikit produk telur puyuh lokal akan berkembang dan mengambil alih segmen pasar yang dikuasai oleh peternak dari wilayah Jawa Timur. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. 2008. Ekonomi Manajerial. Edisi Empat. BPFE. Yogyakarta. BadanPusatStatistik 2008. http://bps.go.id/ (diaksespadatanggal 16 Januari 2014) Campbell, J.R. dan J.F Lasley. 1977. The Science of Animal that Serve Mankind. Tata Mcgraw Hill. New Delhi.

Carter, W.K dan Usry, M.F. 2009. Akutansi Biaya. Diterjemahkan oleh Krista. Salemba Empat. Jakarta Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis.Bumi Akasara. Jakarta Handoko, T dan Hani. 2003. Manajemen. Cetakan Kedelapanbelas. J BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra Hansen, Don R dan Mowen, Marryane M. 2006.Management Accounting.Buku 1 dan 2.Edisi 7.Salemba Empat: Jakarta Kotler, P. 1997, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, Dan Kontrol Jilid 1 (Edisi Bahasa Indonesia Dari Principles Of Marketing), PT. Prenhalindo, Jakarta Listiyowati E dan Roospitasari K. 2007. Puyuh Tata Laksana Budi Daya secara Komersial, EdisiRevisi. Penebar swadaya. Jakarta. Manullang, M. 1991. Pengantar Ekonomi Perusahaan. EdisiRevisi. Libeerty. Yogyakarta. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi 3. Salemba Empat: Jakarta. Nafarin. 2004. Akuntansi: Pendekatan Siklus dan Pajak untuk Perusahaan Industri dan Dagang. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Edisi Enam. Ghalia Indonesia. Bogor. Nicholson, Walter. 2002. Mikro ekonomi Intermediate dan Aplikasinya.Erlangga. Jakarta. Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Sastry, N.S.R., C.K Thomas and R.A Singh. 1982. Farm Animal Management and Poultry Pruduction. Vikas Publshingb House PVT LTD. New Delhi Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. EdisiTiga. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Suryabrata, S. 1983. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Swastha, Basu dan Irawan, 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty, Yogyakarta Tim Karya Seni Tani Mandiri, 2009. Beternak Burung Puyuh. Nuansa Aulia. Bandung Tohir, A.K. 1971. Ekonomi Selayang Pandang.Sumur Bandung. Bandung Partadiredja, Ace. 1992. Pengantar Ekonomika. BPFE. Yogyakarta. Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis. Erlangga. Jakarta Woodard, A.E., H Abplanalp., W.O Wilson dan P. Vohra.1972.Japanese Quail Husbandry In The Laboratory. University of California. Davis. Wuryadi, Slamet. 2010. Buku Pintar Beternak Dan Bisnis Puyuh (cetakan 1). Agromedia Pustaka. Jakarta