SOSIALISASI KEDELAI SEBAGAI ”PANGAN FUNGSIONAL”: MENDUKUNG

Makalah berikut mengemukakan kedelai sebagai FF, mencakup ... pangan fungsional diantaranya synbiotik yang merupakan sinergi antara probiotik...

2 downloads 243 Views 88KB Size
Sosialisasi Kedelai sebagai “Pangan Nasional” Mendukung Program Intensifikasi Kedelai

SOSIALISASI KEDELAI SEBAGAI ”PANGAN FUNGSIONAL”: MENDUKUNG PROGRAM INTENSIFIKASI KEDELAI Promoting Soybean as “Functional Food” to Support the Soybean Intensification Program Sri Wahyuni, Cut Rabiatul Adawiyah, dan Rangga Ditya Yofa Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161

ABSTRACT Since 1980 people has been aware of food safety and it generates Green Agriculture and Green Food. People do not only consider food safety but also its function for health or known as functional food. Soybean is an example of functional food with high nutrients content and is useful for health. On the other hand, domestic supply of soybean is only 39 percent compared to its demand even though the soybean intensification program had been implemented. This paper describes soybean nutritional value and its benefit on health. This information is considered as a software useful for motivating soybean producers in increasing production to support the soybean intensification program so far has been dominated by the hardware aspects, such as application use of improved varieties. It is suggested that soybean is promoted as functional food trough various mass media, e.g. television, radio, and news paper, that reach out the farmers in remote areas and the posters easily understood by the illiterates. Key words: soybean, functional food and socialization

ABSTRAK Sejak Tahun 1980 masyarakat menyadari keamanan konsumsi pangan sehingga lahir” Green Agriculture yang menghasilkan Green Food. Masyarakat tidak hanya menginginkan makanan yang aman dikonsumsi tetapi sekaligus berfungsi dalam menjaga kesehatan yang dikenal sebagai makanan fungsional (functional food). Salah satu contoh adalah kedelai yang memiliki potensi tinggi sebagai makanan bergizi , bernutrisi lengkap dan bermanfaat bagi pencegahan berbagai macam penyakit. Namun persediaan kedelai dalam negeri hanya 39 persen dari kebutuhan walaupun telah diimplementasikan program intensifikasi. Makalah ini mengemukakan kandungan nutrisi dan manfaat dalam menjaga kesehatan. Informasi tersebut merupakan software yang penting untuk memotivasi produsen kedelai dalam mendukung program intensifikasi kedelai yang sampai saat ini masih didominasi dalam aspek hardware misalnya pemakaian bibit unggul. Disarankan sosialisasi kedelai sebagai pangan fungsional melalui berbagai media mulai dari televisi, radio sampai koran yang bisa dijangkau petani dan poster yang mudah difahami bagi masyarakat yang buta huruf. Kata kunci : kedelai, pangan fungsional dan sosialisasi

209

Sri Wahyuni, Cut Rabiatul Adawiyah, dan Rangga Ditya Yofa

PENDAHULUAN

Latar Belakang Dengan adanya fakta bahwa produk usahatani hasil program ”Revolusi Hijau” kurang aman dikonsumsi dan kurang ramah lingkungan karena pemakaian pupuk kimia dan pestisida dosis tinggi serta menghasilkan komoditi curah (Bulk commodity) maka sejak Tahun 1980 telah mulai tumbuh pengetahuan masyarakat tentang keamanan konsumsi pangan. Pangan yang aman untuk dikonsumsi tersebut tentu dihasilkan dari menejemen usahatani ”bebas” residu pestisida, ramah lingkungan sekaligus memelihara keberlanjutan usahatani sehingga lahirlah ” Green Agriculture” (Sumarno, 2010). Selanjutnya Green Agriculture didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian modern yang ramah lingkungan, berkelanjutan dan produknya aman dikonsumsi yang sekaligus berfungsi mendeferensiasi produk panen menggunakan brand khusus dengan harga premium. Produk dari Green Agriculture disebut Green Food yang diharapkan meningkatkan daya saing di pasar internasional maupun domistik. Akhir-akhir ini diperoleh fakta bahwa masyarakat tidak hanya menginginkan makanan yang aman untuk dikonsumsi tetapi sekaligus diharapkan berfungsi dalam menjaga kesehatan. Makanan tersebut dikatagorikan sebagai makanan fungsional (functional food) yaitu makanan yang memberi manfaat terhadap kesehatan serta memegang peranan penting terhadap pencegahan penyakit (Geoffrey, 2007). Disamping makanan fungsional, saat ini juga dikenal “Nutraceuticals” dimana perbedaan dengan functional food (FF) secara detail dijelaskan oleh Ekta (2003) seorang pakar di Nagpur College of Farmacy , Maharashtra – India, sebagai berikut: Nutraceuticalls berasal dari kata Nutrisi sedangkan pharmaceutical adalah makanan atau bagian dari makanan yang berfungsi sebagai obat atau bermanfaat terhadap kesehatan termasuk pencegahan maupun pengobatan pada suatu penyakit. Sedangkan FF adalah makanan yang menyediakan kebutuhan tubuh akan jumlah vitamin, mineral, karbohidrat, protein dan nutrisi lain yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup (survive). Jika FF ini diberikan untuk pencegahan atau pengobatan suatu penyakit atau kelainan fungsi tubuh (disorder) selain anemia disebut juga sebagai nutraceuticals. Contohnya kedelai, karena kedelai memiliki potensi tinggi sebagai makanan bergizi yang mengandung nutrisi lengkap dan bermanfaat bagi pencegahan berbagai macam penyakit (Geoffrey, 2007).

Permasalahan Kedelai sebagai salah satu bahan pangan tradisional yang telah dikenal sejak nenek moyang masyarakat Indonesia hingga saat ini Industri pangan berbahan baku kedelai terus berkembang namun produksi kedelai dalam negeri baru mencapai 0,72 juta ton (39%) dari kebutuhan karena diantaranya daya saing kedelai dan keuntungan absolut maupun relative kedelai masih rendah dibanding jagung hibrida dan kacang tanah (Sejati et al., 2009).

210

Sosialisasi Kedelai sebagai “Pangan Nasional” Mendukung Program Intensifikasi Kedelai

Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu dilakukan berbagai terobosan melalui implementasi teknologi. Yang dimaksut teknologi adalah suatu cara untuk mencapai suatu tujuan (Slamet 1986), dimana untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Terkait dengan usahatani kedelai yang dapat digolongkan sebagai pendekatan perangkat keras misalnya upaya Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan produksi kedelai melalui rencana pengembangan pertanian jangka menengah (RPPJM 2005-2010) yaitu intensivikasi dengan sasaran meningkatkan produksi nasional sebesar 7 persen per tahun. Untuk mencapai target tersebut telah dilakukan perluasan areal panen 4 persen per tahun melalui perluasan areal tanam, peningkatan index pertanaman dengan menanam kedelai pada MK-II untuk lahan sawah irigasi dan MK-I pada sawah tadah hujan. Disamping itu juga ditargetkan peningkatan produksitivas 3 persen per tahun yang ditempuh melalui penggunaan varietas unggul baru (VUB) misalnya Sinabung, Anjasmoro, Mahameru, Kaba, Tanggamus, Silenyak dan Seulawah (Ditjentan, 2004). Sedangkan perangkat lunak adalah cara atau trik pendekatan yang dilakukan agar petani mau mengadopsi dan mengimplementasikan perangkat keras yang dicanangkan misalnya dengan memotivasi petani untuk memproduksi kedelai. Namun sejauh ini belum dijumpai pendekatan perangkat lunak untuk meningkatkan daya saing kedelai dengan membangun motivasi yang tinggi dalam diri produsen bahwa kedelai adalah makanan fungsional, yang bernilai ekonomi tinggi yang akan meningkatkan posisi tawar petani sehingga mereka tidak mudah beralih ke komoditas lain.

Tujuan Penulisan Makalah berikut mengemukakan kedelai sebagai FF, mencakup kandungan nutrisi dan manfaat dalam menjaga kesehatan. Informasi tersebut sangat penting sebagai software dalam memotivasi petani dalam mendukung program intensifikasi kedelai.

KANDUNGAN NUTRISI KEDELAI

Kedelai mengandung protein 35 persen (Radiyati, 1992) bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43 persen (Tabel 1). Dikemukakan pula perbandingkan kandungan protein dengan kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam dimana kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering (Tabel 2) bahkan dibanding susu sapi dan asi (Tabel 3).

211

Sri Wahyuni, Cut Rabiatul Adawiyah, dan Rangga Ditya Yofa

Tabel 1. Kandungan Bahan Makanan pada Kedelai Komponen Protein Lemak Karbohidrat Air

Kadar (%) 35-45 18-32 12-30 12-30

Sumber: Radiyati (1992)

Tabel 2. Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan Makanan Lain Bahan Makanan

Protein (% Berat)

Susu skim kering

36,00

Kedelai

35,00

Kacang hijau

22,00

Daging

19,00

Ikan segar

17,00

Telur ayam

13,00

Sumber: Radiyati (1992)

Tabel 3. Perbandingan Komposisi Susu Kedelai dengan Susu Sapi dan ASI: Susu Kedelai (%)

Susu Sapi (%)

Asi (%)

Air

Komposisi

88,60

88,60

88,60

Kalori

52,99

58,00

62,00

Protein

4,40

2,90

1,40

Karbohidrat

3,80

4,50

7,20

Lemak

2,50

0,30

3,10

Vit. B1

0,04

0,04

0,02

Vit. B2

0,02

0,15

0,03

Vit. A

0,02

0,20

0,20

Sumber: Radiyati (1992)

Jika petani lebih memilih menanam jagung dibanding kedelai dengan alasan harga dan keuntungan jagung yang lebih tinggi perlu ditekankan bahwa kedelai mengandung nutrisi yang sangat tinggi dibanding jagung, dimana terdapat 3 (tiga) perbedaan yang nyata yaitu kandungan protein kedelai 4 (empat) kali dibanding jagung (9,4 Vs 36,5 g), kedelai mengandung 200 mg isoflafon sementara tidak dijumpai dalam jagung dan kandungan kalsium dalam kedelai 40 kali dibanding jagung (6,99 Vs 277 mg) per 100 gr (Tabel 4).

212

Sosialisasi Kedelai sebagai “Pangan Nasional” Mendukung Program Intensifikasi Kedelai

Table 4. Nilai Nutrisi jagung VS Kedelai/ 100 gr Nutrisi

jagung 1)

kedelai 2)

Protein

9,4 mg

36,5 mg

Perbandingan Isoflavones Calcium, Ca

6,99

mg

Sodium, Na

200

mg

200X

277

mg

40X

35,00

mg

2

mg

Zinc, Zn

2,23

mg

4,9

mg

Vitamin C (ascorbic acid)

0,00

mg

6

mg

6X

375

µg

375X

2

µg

1,95

mg

Folic acid Vitamin A

213,86

Vitamin E

0,48

IU mg

17X

100X 3X

Sumber: 1) = Anonimous. 2009. Nutrition Fact and Analysis for corn, yellow. (http://data.self.com/fact/cerealgrains-and-pasta/5687/2) 2) = Anonimous. 2010. USDA Nutrient Database for Standard Reference. (http:www.soya.be/nutrirional-values-of-soybeans.php.9 Sept.2010)

MANFAAT KEDELAI BAGI KESEHATAN

Meski istilah makanan fungsional relatif baru di masyarakat, namun sekitar 2000 tahun lalu bapak ilmu kedokteran Barat, Hipocrates, sudah mengatakan, "Let your food be your medicine and medicine be your food." Yang dimaksud Hipocrates adalah, bila kita menerapkan pola makan sehat (kalau sekarang sesuai dengan konsep 4 Sehat 5 Sempurna) perlu dilengkapi dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang agar dapat menunjang kesehatan tubuh secara optimal sekaligus menepis berbagai macam penyakit. Lewat petuah Hipocrates inilah masyarakat moderen menerapkan gaya hidup kembali ke alam (back to nature). Makanan fungsional merupakan pangan masa depan (Widodo, 2009) karena kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan fungsional makin berkembang, terutama di negara maju dimana tingkat pendapatan mereka memungkinkan untuk membeli makanan lebih mahal agar diperoleh tubuh yang sehat bahkan menyembuhkan penyakit dan memperlambat proses penuaan. Di Indonesia telah dijumpai makanan fungsional namun belum menjadi tren masyarakat karena harganya yang cukup mahal. Sebagai contoh beberapa merek yang dijumpai yang mengandung probiotik, produk fitosterol, asam lemak omega-3 dan likopen. Berbagai makanan Balita seperti susu sudah mengandung komponen pangan fungsional diantaranya synbiotik yang merupakan sinergi antara probiotik dan prebiotik , dan juga bahan serat. Namun demikian untuk masyarakat umum di Indonesia harga makanan tersebut belum terjangkau. Tetapi ada pilihan makanan fungsional yang harganya lebih murah diantaranya tempe.

213

Sri Wahyuni, Cut Rabiatul Adawiyah, dan Rangga Ditya Yofa

Salah satu jenis makanan tradisional yang tidak henti-hentinya dibahas khasiatnya bagi kesehatan adalah tempe, suatu produk fermentasi dari kedelai oleh kapang Rhyzopus oligosporus. Khasiat tempe sudah terkenal di mancanegara, khususnya di Jepang, USA, Belanda dan Jerman. Selain karena nilai gizinya yang prima, beberapa khasiat tempe bagi kesehatan antara lain memberikan pengaruh hipokolesterolemik, antidiare khususnya karena bakteri E. coli enteropatogenik dan antioksidan. Tempe telah diketahui masyarakat mengandung protein nabati yang tinggi baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga menjadi pengganti protein daging, telur atau susu. Disamping itu tempe juga mengandung asam lemak esensial, antioksidan yang dapat berfungsi sebagai anti aging (penuaan). Kandungan isoflavon dalam kedelai berfungsi sebagai anti kanker, sedangkan vitamin B 12 yang tinggi dan kaya serat, serta phospor sangat berguna untuk reaksi berbagai metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia, harga tempe sangat murah. Hal inilah yang membuat produksi kedelai sangat dibutuhkan. Saat ini khasiat tempe sudah terkenal di mancanegara, khususnya di Jepang, USA, Belanda dan Jerman. Selain karena nilai gizinya yang prima, beberapa khasiat tempe bagi kesehatan antara lain memberikan pengaruh hipokolesterolemik, antidiare khususnya karena bakteri E. coli enteropatogenik dan antioksidan. Pertama kali dilaporkan kedelai mengandung isoflavon pada tahun 1931. Isoflavon mengalami perubahan sifat-sifat kimia selama proses fermentasi kedelai. Lewat reaksi enzimatis, isoflavon dipecah menjadi daidzein dan genistein. Kacang kedelai menjadi kaya gizi karena selama fermentasi oleh kapang Rhizopus sp, banyak komponen kacang kedelai yang diubah menjadi lebih mudah dicerna.Protein dipecah menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan larut dalam air. Begitu juga kandungan lemak. Jumlah asam lemak bebas meningkat dari satu persen menjadi 30 persen, termasuk di dalamnya asam lemak tak jenuh esensial, yaitu asam linoleat dan linolenat. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata daidzein dan genistein mampu menjinakkan kanker sehingga tidak berkembang dalam tubuh. Dengan mengonsumsi isoflavon sebanyak 30-100 miligram per hari (setara dengan 100200 gram tempe) bisa menampik munculnya kanker payudara. Masyarakat Jepang terkenal jago makan produk olahan kedelai. Setiap hari tak kurang dari 80 miligram genistein dikonsumsi lewat produk olahan kedelai seperti susu kedelai, tahu/tofu, miso dan lain-lain. Terbukti tingkat penderita kanker payudara dan prostat di negeri Sakura ini jauh lebih rendah dibanding orang Amerika yang tingkat konsumsi kedelainya lebih rendah. Beberapa peneliti mengasumsikan genistein dalam tempe dapat membatasi suplai makanan terhadap donor, sehingga pertumbuhan sel yang abnormal atau kanker dapat dicegah (Sibuea, 2009) dalam http://groups.yahoo.com/group/pangrango/message/3440. Uraian diatas membuktikan betapa pentingnya kedelai untuk menjaga kesehatan dimana informasi ini sangat penting disosialisasikan kepada produsen untuk memotivasi meningkatkan produksi serta daya saing kedelai. Untuk

214

Sosialisasi Kedelai sebagai “Pangan Nasional” Mendukung Program Intensifikasi Kedelai

menguatkan informasi dikemukakan manfaat jagung bagi kesehatan sebagai pembanding (Tabel 5), mengingat petani lebih cenderung menanam jagung dibanding kedelai. Tabel 5. Perbandingan Manfaat Kedelai dan Jagung terhadap Berbagai Macam Penyakit

Jenis penyakit Constipasi Penglihatan (Good vision) Menormalkan fungsi ginjal Diabetes Hypertensi Menurunkan gejala menopausal Penyakit jantung Kesehatan tulang Menurunkan tekanan darah Memperbaiki metabolisme tubuh Menurunkan risiko osteoporosis Proteksi terhadap kanker payudara Proteksi terhadap kanker prostat Proteksi terhadap kanker usus Management endometriosis Total manfaat

Manfaat kedelai 2)

X X X X X X X X

Manfaat jagung 3) X X X X X X X

X X 9

8

Sumber: 1) Tsang (2006) ; 2) Hickman (2002)

PROGRAM INTENSIFIKASI KEDELAI

Neraca Produksi dan Konsumsi Intensifikasi kedelai di beberapa daerah pelaksana Intensifikasi Khusus (Insus) dapat meningkatkan produksi dari 1,2 juta ton/ha menjadi 2,0 - 2,5 ton/ha. Pada tahun 1995/1996 Pemerintah sudah menetapkan 10 Propinsi andalan untuk dikembangkan menjadi sentra produksi kedelai di antaranya yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Daerah Istimewa Aceh, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sumatera Selatan. Sasaran areal pertanaman kedelai ditetapkan seluas 1.767.000 ha. Program ekstensifikasi masih memungkinkan pada tanah sawah berpengairan, tadah hujan dan lahan kering. Pemerintah, telah mengupayakan peningkatan produksi kedelai melalui berbagai program seperti Program Pengapuran, Supra Insus, Opsus Kedelai, dan terakhir Program Gema Palagung (Gerakan Mandiri Padi Kedelai Jagung) yaitu melalui salah satu cara dengan Peningkatan Index Pertanaman (IP) 300 Menuju Swasembada Kedelai tahun 2001. Tetapi bahkan

215

Sri Wahyuni, Cut Rabiatul Adawiyah, dan Rangga Ditya Yofa

sampai saat inipun Indonesia belum mampu melakukan swasembada kedelai (Bisnis Indonesia-a, 2000). Pada dasarnya peningkatan produksi belum sebanding dengan peningkatan kebutuhan , bahkan terus meningkat dimana neraca produksi dan konsumsi pada periode 2000-2007 mencapai – 41,90 ton (Tabel 6). Tabel 6. Neraca Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia, Periode Tahun 2000 Tahun 2000 2002 2004 2006 2007 2008 2009 Pertumbuhan 1970-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2007

Produksi (000 ton) 1.018,0 673,0 723,5 808,4 592,5 776,5 922,3

Konsumsi (000 ton) 2.295,2 2.038,1 1.841,3 1.837,2 2.004,1 1.945,5 1.974,7

Neraca (000 ton) - 1.277,2 - 1.365,1 -1.117,8 -1.028,8 1.411,6 1.169,0 1.052,4

Konsumsi /kapita (Kg/kap/th) 10,85 9,39 8,26 8,12 7,59 -

2,75 8,58 - 3,72 -13,77

4,32 10,41 1,24 -2,38

- 13,09 6,94 19,59 - 41,90

2,00 8,29 -0,26 -4,94

Sumber: Ditjen Tanaman Pangan, 2009 (diolah)

Konsumsi kedelai oleh masyarakat Indonesia dipastikan akan terus meningkat setiap tahunnya mengingat beberapa pertimbangan seperti : bertambahnya populasi penduduk, peningkatan pendapatan per kapita, kesadaran masyarakat akan gizi makanan. Dibandingkan protein hewani, maka protein asal kedelai adalah murah dan terjangkau oleh kebanyakan masyarakat. Disamping itu mengacu pada Pola Pangan Harapan (PPH) 2000 konsumsi kacang-kacangan masyarakat dinaikkan menjadi 35,88 gram per hari per kapita dibandingkan 13,00 gram per hari per kapita di tahun 1987 seperti yang juga dianjurkan oleh FAO. Untuk memenuhi kebutuhan diatas, impor kedelai merupakan jalan pintas untuk memasok kekurangan dalam negeri, karena dalam beberapa hal harganya bisa lebih murah dan kualitas lebih baik (lebih besar). Bahkan sampai beberapa waktu lalu, sesuai kesepakatan dengan IMF yang tertuang dalam LoI (Letter of Intent) Pemerintah membebaskan bea masuk kedelai (BM 0%) dan pajak pertambahan nilai (PPN 0%) serta mengenakan pajak penghasilan (PPH 2,5%). Tetapi kepada pihak asing dikenakan restitusi PPH apabila mengalami kerugian. Importasi kedelai di satu pihak merugikan petani karena harga komoditi cenderung melemah, tetapi pada sisi yang lain diharapkan juga bisa memacu petani untuk mengusahakan pertanaman kedelai secara efisien dan menerapkan teknologi tepat guna. Beberapa importir kedelai di antaranya Teluk Intan, Gunung Sewu, Agrokom, Cargill, dan Sekawan Makmur. Pemerintah diharapkan hingga tahun 2003 bisa menerapkan Bea Masuk Kedelai sebesar 27 persen (Bisnis Indonesia-b, 2000) terhadap kedelai jenis HS.1201.000.1000 untuk melindungi petani kedelai

216

Sosialisasi Kedelai sebagai “Pangan Nasional” Mendukung Program Intensifikasi Kedelai

nasional, seperti ditekankan oleh Menperindag beberapa waktu lalu. Beberapa negara ASEAN juga menerapkan bea masuk terhadap kedelai, misalnya Thailand menerapkan bea masuk 5 persen untuk 2 jenis kedelai HS.1201.00.100 dan HS.1201.00.900. Filipina diketahui menetapkan bea masuk atas impor kedelai jenis HS.1201.00.1000.

Permasalahan Berdasarkan berbagai informasi dapat dikemukakan 4 (empat) penyebab utama secara teknis rendahnya produktivitas pertanaman kedelai yaitu: 1. Belum populernya penggunaan benih bermutu dan bersertifikat oleh kebanyakan petani, mempertimbangkan harga benih yang lebih mahal. Benih kedelai asal-asalan berharga Rp 1.400 per kg sebaliknya benih bersertifikat berharga Rp 3.000 - 3.500 / kg. Melalui penggunaan benih unggul ditaksir bisa menggenjot produksi kedelai menjadi 4 ton per ha. 2. Keengganan petani untuk menggunakan hanya benih bersertifikat lebih banyak disebabkan oleh tingkat keuntungan relatif kecil yang dirasakan oleh petani. Sehingga pertanaman kedelai lebih banyak dilakukan secara tradisional. 3. Dari luas total areal pertanaman kedelai, 60 persen ditanam pada lahan sawah (baik sawah tadah hujan, sawah beririgasi semi teknis maupun sawah beririgasi teknis), dan 40 persen ditanam pada lahan tegalan (lahan kering). Kedua jenis areal lahan mempunyai masalah sendiri-sendiri dalam hal ketersediaan air. Kedelai pada stadium awal pertumbuhan, masa berbunga dan pembentukan serta pengisian polong membutuhkan air yang cukup banyak. Masalah kekeringan dapat menurunkan tingkat produktivitas tanaman kedelai sampai 40 - 65 persen. 4. Pengendalian hama penyakit belum baik. Terdapat 5 jenis penyakit utama yang penting yaitu busuk akar dan batang (penyebab Rhizoctonia solani) yang menyerang pada umur 10 HST, karat (penyebab Phakopspora pchyrhizi) yang menyerang pada umur 20 - 30 HST, kerdil kedelai (penyebab soybean stunt virus) menyerang pada umur 10 - 40 HST, Hawar daun bakteri (penyebab Pseudomonas syringae pv. glycinea) menyerang pada umur 40 HST dan bisul bakteri (penyebab Xanthomonas phaseoli) menyerang pada umur 20 - 30 HST. Untuk mengatasi fakta diatas diperlkukan kebijakan khusus yang relevan dan terkini, untuk itu Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP) Badan Litbang- DEPTAN telah melakukan penelitian ” Kebijakan Insentif Usahatani Kedelai untuk Mendorong Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani” , diperoleh hasil bahwa disamping permasalahan diatas juga dijumpai permasalahan berikut (Sejati et al.,2010): 1) Kurangnya alat perontok kedelai; 2) Kesulitan dalam mengantisipasi iklim dan menerapkan pola tanam; 3) Kurangnya sarana transportasi jalan dari lahan yang potensial untuk menanam kedelai; 5) Kurangnya pupuk organik dan 6) Kurangnya tenaga kerja saat tanam dan panen.

217

Sri Wahyuni, Cut Rabiatul Adawiyah, dan Rangga Ditya Yofa

Selanjutnya berdasarkan permasalahan diatas dikemukakan 10 program prioritas dalam rangka peningkatan produksi dan pengembangan kedelai dengan ranking seperti dikemukakan pada (Tabel 7). Tael 7.10. Program Prioritas dalam rangka Peningkatan Pengembangan Kedelai Berdasarkan Ranking

No 1 2 3

4 5 6

7 8 9 10

Program prioritas Kualitas dan ketersediaan benih unggul Pengendalian harga kedelai Penanggulangan banjir dengan perbaikan system irigasi Distribusi pupuk Pengendalian HPT Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan budi daya kedelai Penyediaan alsintan untuk tanam dan pasca panen Pemberdayaan kelembagaan petani Pengembangan jalan usahatani Program pemanfaatan pupuk organik

Produksi

Lahan kering

Lahan Sawah irigasi

1

1

Lahan sawah tadah hujan 1

2

2 3

2 3

II III

3

5 4 6

IV V VI

4

5

6 7

dan

Ranking prioritas I

VII 5

VIII

4

IX

6

X

PENUTUP

Memiliki pengetahuan tentang kandungan nutrisi serta manfaat kedelai terhadap pencegahan berbagai macam penyakit kiranya tidak hanya perlu untuk konsumen tetapi juga untuk produsen. Dengan mengetahui informasi tersebut seorang produsen akan memiliki posisi tawar yang lebih dominan dibanding konsumen yang diharapkan akan menumbuhkan motivasi (software) mereka dalam mengimplementasikan teknologi keras (hardware) untuk menghasilkan produksi yang maksimal sekaligus mendukung sukses program intensifikasi kedelai sebagaimana telah diajukan . Untuk mencapai tujuan diatas maka kebijakan yang perlu diimplementasikan dalam mendukung keberhasilan intensifikasi kedelai diantaranya melalui promosi dan sosialisasi yang intensif tentang fungsi kedelai

218

Sosialisasi Kedelai sebagai “Pangan Nasional” Mendukung Program Intensifikasi Kedelai

sebagai makanan fungsional. Adapun langkah yang hendaknya ditempuh adalah melalui berbagai media mulai dari televisi, radio sampai koran yang bisa dijangkau petani dan poster yang mudah difahami bagi masyarakat yang buta huruf.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2010. Nutrition Fact and Analysis for corn, yellow. data.self.com/fact/cereal-grains-and-pasta/5687/2) Anonimous. 2010. USDA Nutrient Database for Standard (http:www.soya.be/nutrirional-values-of-soybeans.php.9 Sept.2010)

(http://nutrition Reference.

Bisnis Indonesia (a). Swasembada Kedelai Belum Bisa Terwujud. Bisnis Indonesia. 18 Maret 2000. aac Bisnis Indonesia (b) . Kedelai Akan Dikenakan BM 27 persen. Bisnis Indonesia. 1 Nopember 2000. cp. Ditjentan, 2009. Bahan Rapim Bulan Agustus 2009. (21-Agustus 2009). Pertanian.

Departemen

Ekta K. K. 2003. Nutraceutical – Definition and Introduction. AAPS PharmSci: 2003: 5 (3) Article 25 (http://www.pharmsci.org) Geoffrey P. W. 2007. Dietery Suplement and Functional Foods. Blackwell. London. Hickman Associates. 2002 . Health Benefit of Corn ,http://www.the-ibenefits.com/benefitsof-corn.html Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan. 2010. Potensi Makanan Tradisional Sebagai Makanan Fungsional. Dewan Ketahanan Pangan.[ Badan Bimas Ketahanan Pangan . Departemen Pertanian - Republik Indonesia Radiyati , T. 1992..Kandungan Nutrisi Kedelai. BPTTG . Subang .Puslitbang Fisika. Terapan – LIPI, 1992. Hal. 15, http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/ piwp/susu_kedelai.pdf Sejati, W.K., R. Kustiani., R.S. Rivai., A. K. Zakaria dan T. Nurasa. 2010. Kebijakan Insentif Usahatani Kedelai untuk Mendorong Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani. Laporan Akhir. PSE-KP. Badan Litbang- DEPTAN. Bogor. Sibuea, P. 2009. Potensi Makanan Tradisional Sebagai Makanan Fungsional. Unika Santo Thomas, Medan Hangtuah Digital Library. http://groups.yahoo.com/group/ pangrango/message/3440 Sumarno. 2010. Green Agriculture dan Green Food sebagai Strategi Branding dalam Usaha Pertanian. FAE 28(2): Desember. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Tsang, G. 2006. Powerful Benefits of Soy. HealthCastle.com.Published in February 2006. Widodo, R. 2009. Makanan Fungsional. Fakultas Industri Pangan. UNTAG. Surabaya.

219