SPP Peran Ekstrak

10 Nov 2016 ... LAPORAN AKHIR. PENELITIAN DANA DPP/SPP. Peran Ekstrak Daun Sambiloto Terhadap Tingkat Infeksi. Coccidiosis Dan Kadar Immunoglobulin E ...

15 downloads 613 Views 568KB Size
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DANA DPP/SPP

Peran Ekstrak Daun Sambiloto Terhadap Tingkat Infeksi Coccidiosis Dan Kadar Immunoglobulin E (Ig E) Pada Kambing

TIM 1.

Drh. Nurina Titisari, M.Sc

NIDN 0722018602

2.

Drh. Nurprimadita Rosendiani

NIDN 0003058901

3.

Dr. Djoko Winarso, Drh., MS

NIDN 0005065307

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI Judul Kegiatan

: Peran Ekstrak Daun Sambiloto Terhadap Tingkat Infeksi Coccidiosis Dan Kadar Immunoglobulin E (Ig E) Pada Kambing

Ketua Peneliti A. Nama lengkap B. NIDN C. Jabatan Fungsional D. Program Studi E. Nomor HP F. Surel (e-mail) Anggota Peneliti I A. Nama lengkap B. NIDN C. Perguruan tinggi Anggota Peneliti II A. Nama lengkap B. NIDN C. Perguruan tinggi Biaya Keseluruhan Jangka waktu pelaksanaan

: Drh. Nurina Titisari M.Sc : 0722018602 : Asisten Ahli : Parasitologi : 08883236387 : [email protected] : Drh. Nurprimadita Rosendiani : 0003058901 : Universitas Brawijaya :.Dr. Djoko Winarso drh., MS. : 0005065307 : Universitas Brawijaya : Rp 10.000.000,: 10 bulan

Malang, 10 November 2016 Menyetujui, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Ketua Tim Penelitian

Prof. Dr. Aulani’am, drh, DES NIP. 19600903 198802 2001

Drh. Nurina Titisari M.Sc NIP. 19860122 201504 2 001

Mengetahui, Ketua Badan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

drh. Herlina Pratiwi, M.Si NIP 19870518 201012 2 010

2

DAFTAR ISI Halaman

Halaman Judul ...............................................................................................

1

HalamanPengesahan ………………………........………………..................................

2

Daftar

3

Isi .......…………………………………......…................……...…......................... Abstak ………………………………………………………………………………….

4

Bab I. Pendahuluan ........................................................................................

5

Bab II. Tinjauan Pustaka………………………..…..............………….........................

7

Bab III. Metode Penelitian………………….…………..………..….…........................

10

Bab IV. Hasil Dan Pembahasan ……………………………………………………….

17

Bab V. Kesimpulan dan saran ………….. ……………………………………………… 19 Daftar Pustaka …………………………………………………………………………

20

Lampiran 23 ……………………………………………………………………………………………

3

ABSTRAK Peternakan kambing di Indonesia masih berskala kecil sehingga perlu diusahakan secara komersial dan intensif. Mengingat saat ini sistem pemeliharaannya yang masih tradisional dan keadaan iklim (tropis), infeksi endoparasit akan selalu terjadi sepanjang tahun salah satunya adalah coccidiosis. Pemakaian koksidiostat yang diberikan secara terus menerus dapat menimbulkan resistensi dan residu pada susu dan daging yang tidak sesuai dengan kriteria ASUH (aman, sehat utuh dan halal). Sehingga perlu dicari alternatif lain untuk menanggulanginya dengan obat herbal berbahan alami.

Daun

sambiloto mengandung, tannin, saponin, adrographolid yang berpotensi sebagai antiparasit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ekstrak daun sambiloto sehingga dapat menjadi suatu terobosan yang diharapkan mampu menggantikan fungsi obat kimia dalam menanggulangi penyakit coccidiosis pada kambing.

Kata kunci : Kambing, Daun Sambiloto, Coccidiosis

4

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Peternakan kambing di Indonesia masih berskala kecil sehingga perlu diusahakan secara komersial dan intensif. Hal ini diperlukan kerena adanya pertambahan penduduk di Indonesia yang terus meningkat tiap tahunnya sekitar 1,234% dan semakin meningkatnya daya beli masyarakat. Kebutuhan daging selama ini belum mencukupi permintaan, kurang lebih 400.000 ton/tahun, sehingga masih perlu impor daging dengan prinsip k3 (kualitas, kuantitas dan kesehatan). Oleh karena itu

berupaya membantu budidaya

kambing dan domba potong dengan sasaran peningkatan kualitas dan kuantitas daging (Ridhwan, 2010). Mengingat saat ini sistem pemeliharaannya yang masih tradisional dan keadaan iklim (tropis), maka infeksi endoparasit seperti protozoa dapat terjadi sepanjang tahun. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa intraseluler, yaitu Eimeria sp. yang termasuk ke dalam filum Apikompleksa. Eimeria sp. menyebabkan kerusakan pada usus sehingga menurunkan efisiensi penggunaan pakan, pertambahan bobot badan, penurunan daya tahan tubuh, dan penurunan produksi telur (Min et al., 2004). Pemakaian koksidiostat yang diberikan secara terus menerus dapat menimbulkan resistensi dan residu pada susu dan daging yang tidak sesuai dengan kriteria ASUH (aman, sehat utuh dan halal). Sehingga perlu dicari alternatif lain untuk menanggulanginya dengan obat herbal berbahan alami. Strategi alternatif untuk pengendalian infeksi coccidiosis sedang dikembangkan, salah satunya adalah penggunakan tanaman obat sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Daun sambiloto mengandung zat pahit Andrographolid, flavonoid, saponin dan tanin sebagai anti peradangan, anti diare dan sebagai imunostimulan. Andrografolid merupakan senyawa identitas dan senyawa kimia utama tanaman sambiloto. Efek farmakologi yang ditimbulkannya antara lain: antiinflamasi, anti HIV, antibakteri, antioksidan, antiparasit, antispasmodik, antidiabetes, antikarsinogenik, antipiretik, hepatoprotektif, nematosida, dan aktivitas lainnya (Norajan et al., 2010). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun sambiloto dapat menurunan jumlah ookista E. tenella pada tinja ayam (Cahyaningsih et al., 2006), penurunan jumlah skizon pada sekum ayam yang diinfeksi E. tenella dan diberi ekstrak sambiloto (Cahyaningsih et al., 2007). Cahyaningsih et al., (2003) dalam penelitian pemberian ekstrak sambiloto pada ayam yang diinfeksi E.tenella terhadap gambaran diferensial 5

leukosit melaporkan bahwa sambiloto mampu meningkatkan jumlah sel fagosit ayam yang diinfeksi E. tenella. Untuk

mendeteksi

penyakit

coccidiosis

pada

hewan

dapat

dilakukan

pemereiksaan feses. Menurut Hendrix (2014), pemeriksaan feses merupakan langkah yang tepat untuk mendiagnosa adanya infestasi parasit pada hewan. Metode ini tergolong mudah dan ekonomis untuk meneguhkan diagnosa coccidiosis maupun untuk mendeteksi infestasi parasit pada hewan yang tidak menunjukkan gejala klinis. Sedangkan untuk menentukan derajat keparahan penyakit dapat diukur dengan Oosit Per Gram (OPG). Uji OPG

merupakan pemeriksaan ookista dalam feses yang dinyatakan dengan tingkat

infestasi ookista protozoa dalam feses yang dinyatakan dengan tingkat infestasi ookista. Saat ini masih sedikit informasi tentang potensi sambiloto untuk pengobatan koksidiosis terutama pada hewan ternak kambing sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Dari latar belakang permasalahan yang dijabarkan maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ekstrak daun sambiloto sehingga dapat menjadi suatu terobosan yang diharapkan mampu menggantikan fungsi obat kimia dalam menanggulangi obat antikoksidiosis pada kambing.

1.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain: 1. Apakah ekstrak daun sambiloto mampu mengurangi jumlah infestasi parasit eimeria pada kambing berdasarkan jumlah OPG? 2. Apakah ekstrak daun sambiloto dapat menurunkan kadar Immunoglobulin E (Ig E) dalam darah?

6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kambing Menurut Sarwono (2007), nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan lebih lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai 14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per luasan lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak kambing. Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan semakin nyata jika kaidah-kaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah itu antara lain penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari segi gizi dan volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan permintaan dan kebutuhan pasar (Hanum, 2010). Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besar bagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak kambing sangat potensial bila diusahakan secara komersial, hal ini disebabkan ternak kambing memiliki beberapa kelebihan dan potensi ekonomi antara lain tubuhnya relatif kecil, cepat mencapai dewasa kelamin, pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan lahan yang luas, investasi modal usaha relatif kecil, mudah dipasarkan sehingga modal usaha cepat berputar (Atmojo, 2007).

2.2 Tanaman Sambiloto Menurut Winarto (2004), dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Subkelas : Gamopetalae Ordo : Personales Famili : Acanthaceae Subfamili : Acanthoidae Genus : Andrographis Spesies : Andrographis paniculata Nees Sambiloto merupakan tumbuhan berkhasiat obat berupa tanaman tegak yang tingginya bisa mencapai 90 sentimeter. Asalnya diduga dari Asia tropika. Penyebarannya dari India meluas ke selatan sampai di Siam, ke timur sampai semenanjung Malaya, kemudian ditemukan Jawa. Daun sambiloto berukuran kecil, berbentuk lancet (pedang), 7

ujung runcing, tepi rata, tangkai pendek, letaknya saling berhadapan, panjang daun 2-8 cm dan lebar 1-3 cm, permukaan atas daun berwarna hijau tua dan permukaan bawahnya berwarna hijau muda (Gambar 2.1).

Gambar. 2.1 Tanaman Sambiloto (Morad; 2011) Tumbuhan sambiloto ini kaya dengan berbagai kandungan zat yang berguna bagi kesehatan, diantaranya laktone dari cabang dan daun yaitu berupa andrographolid, deoxyandrographolide, neoandrographolide, 14-deoxy-11, 12 didehydroandrographolide dan

hormoandrographolide.

Zat

andrografolid

berfungsi

sebagai

antipiretik,

immunostimulan/imunomodulator, antiinflamasi, dan antibakteri (Suhirman dan Winarti 2007).

2.3 Coccidiosis Coccidiosis merupakan penyakit yang menyerang organ intestinal yang disebabkan oleh protozoa parasit genus Eimeria (Allen dan Fetterer 2002). Parasit ini berlembang biak di saluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan jaringan (Calnel et al 2001). Menurut Levine (1999), Eimeria sp. dapat diidentifikasi berdasarkan sifat-sifat spesifik, yaitu lokasi lesi pada usus, gambaran lesi makroskopis, ukuran, bentuk dan warna ookista, ukuran skizon dan merozoit, lokasi parasit di dalam jaringan (jenis sel sasaran), periode prepaten minimum pada infeksi buatan, waktu minimum untuk sporulasi dan monogenitas terhadap galur Eimeria sp. yang murni. 8

2.3.1 Morfologi Menurut Soulsby (1982), oosit dari Eimeria sp. berukuran panjang 12-22 mikron dan lebar 10-18 mikron. berbentuk ellipsoid sampai subspherical tanpa mikropil. Dinding kista berwarna transparan, kuning pucat sampai kuning kehijauan. Waktu sporulasinya 24-48 jam 2.3.2 Siklus hidup Eimeria sp umumnya mengalami perkembangan siklus hidup secara lengkap di dalam dan di luar tubuh induk semang. siklus hidupnya dapat dibagi menjadi siklus aseksual dan siklus seksual yang terdiri dari 3 stadium. Siklus aseksualnya adalah stadium skizogoni, siklus seksual meliputi stadium gametogoni, sedangkan sporogoni adalah stadium pembentukan spora (Cox, 2004). Daur hidup terdiri dari 3 fase yaitu : a. Sporogoni : Ookista belum sporulasi  sporulasi (dipengaruhi suhu dan lingkungan) b. Skizogoni : Ookista yang sudah sporulasi termakan host definitif  sporozoit keluar (stadium infektif)  menuju usus  tropozoit  skizon 1  pecah mengeluarkan merozoit  membentuk skizon generasi II  merozoit mengandung gamet jantan dan betina c. Gametogoni : Merozoit jantan dan betina kawin  zygot  ookista  keluar kembali bersama feses 2.3.4 Patogenesis Parasit ini menyerang saluran pencernaan dimulai dari usus, halus, sekum hingg kolon. infeksi berat dapat menimbulkan gejala klinis diare bercampur darah, dehidrasi, berat badan menurun dan anemia. Diare berdarah terjadi akibat skizon yang pecah sehingga merozoit keluar dan menyebabkan perdarahan yang hebat karena kerusakan sampai dibawah mukosa (Soulsby, 1982)

9

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan coba dipelihara di kandang UPT BBIB Singsosari sedangkan pemerikasaan EPG dan uji ELISA dilakukan di Laboratorium Epidemiologi Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan MaretOktober 2016.

3.2 Tahapan Penelitian 1. Pembuatan Sediaan ekstrak etanol daun sambiloto 2. Adaptasi dan persiapan hewan coba 3. Perlakuan hewan coba 4. Perubahan yang diamati 5. Koleksi feses 6. Koleksi serum 7. Pengukuran kadar Ig E 8. Analisa data

3.3 Prosedur Kerja 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas enam kelompok perlakuan, yaitu :

Tabel 4.1 Rancangan Kelompok Penelitian Kelompok

Keterangan

Kontrol Positif

Kelompok tanpa perlakuan

Kontrol Negatif

Kelompok dengan pemberian antiparasit

Perlakuan I

Kelompok pemberian ekstrak sambiloto 25 mg/BB

Perlakuan II

Kelompok pemberian ekstrak sambiloto 50 mg/BB

Perlakuan III

Kelompok pemberian ekstrak sambiloto 75 mg/BB

10

Jumlah ulangan ditentukan dengan menggunakan rumus ( Kusriningrum, 2008) : T (n-1) ≥ 15

Keterangan

5 (n-1) ≥ 15

t= jumlah kelompok ( terdiri dari enamt macam perlakuan)

5n-5 ≥ 15 5n

≥ 20

n

≥4

:

n= jumlah ulangan yang diperlukan

Adapun variable dalam penelitian ini adalah : Variabel bebas

= dosis ekstrak daun sambiloto

Variabel terikat

= kadar Ig E dan EPG

Variabel kendali

= jenis kelamin, umur, dan berat badan kambing

Sampel peneltian menggunakan hewan coba berupa kambing muda (cempe) jantan berumur 3-4 bulan berukuran 10 kg/perekor. Penelitian dirancang dengan membagi kambing ke dalam lima kelompok perlakuan.

2. Perlakuan Hewan Coba 2.1 Hewan coba sebanyak 20 ekor cempe jantan dibagi dalam 3 jenis perlakuan dan 2 kontrol, dengan perhitungan setiap kelompok perlakuan dan kontrol terdiri dari 4 ekor. 2.2 Perlakuan terdiri atas 4 tingkatan dosis perasaan daun semanggi : a. Perlakuan I

: Kelompok pemberian ekstrak sambiloto 25 mg/BB

b. Perlakuan II

: Kelompok pemberian ekstrak sambiloto 50 mg/BB

c. Perlakuan III

: Kelompok pemberian ekstrak sambiloto 75 mg/BB

d. Kontrol Negatif e. Kontrol Positif

: Pemberian obat antiparasit : Tidak dilakukan pemberian apapun

11

Metode perlakuan

:

Pada kelompok perlakuan diberikan 1 kali sehari ekstrak sambiloto sesuai dosis, sedangkan pada kontrol negatif diberi obat antiparsit sebanyak satu kali pada sebelum perlakuan, untuk kelompok kontrol positif tidak diberi perlakuan apapun 3. Koleksi Feses Setiap minggu dilakukan pengambilan sampel terhadap semua kelompok perlakuan kemudian dilakukan pengujian EPG dengan metode Mc Master modifikasi 4. Koleksi Serum Darah untuk serum diambil dari vena jugularis kambing sebanyak kurang lebih 23 ml. Sampel darah dimasukkan ke dalam vacumtainer dan dimiringkan pada suhu 45O C selama kurang lebih tiga jam. Setelah itu dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang terbentuk dipisahkan dan dilakukan sentrifugasi lagi selama 15 menit dengan kecepatan yang sama yaitu 3000 rpm. Setelah sentrifugasi kedua, supernatant (serum) dipisahkan dan dipindahkan dan dipindahkan ke tabung ependorf yang baru lalu disimpan di dalam freezer. 5. Perubahan yang diamati Pengukuran kadar hormon Immunoglobulin E (Ig E) Pengambilan darah untuk pengukuran Ig E, dengan metode Elisa indirect, dilakukan pada akhir penelitian, dibandingkan dengan kontrol. Tahapan pada direct ELISA : 1. Coating plate ELISA Coating dicapai melalui absorbs pasif antigen ke plate uji. Metode yang paling umum untuk lapisan plate melibatkan penambahan 2-10 pg/mL dari protein yang dilarutkan dalam buffer basa seperti phosphate-buffered saline (pH 7,4) atau karbonat buffer bikarbonat (pH 9,4). Pertama mikrotiter diisi dengan larutan yang mengandung

12

antigen spesifik, sehingga antigen spesifik tersebut dapat menempel pada bagian dinding lubang mikrotiter selama inkubasi dalam incubator pada 37oC selama semalam. 2.

Washing Selanjutnya mikrotiter dibilas untuk membuang antigen yang tidak menempel

pada dinding lubang mikrotiter dengan cara mengisi dan mengosongkan lubang dengan buffer fosfat salin netral (PBS) yang mengandung 0,05% Tween 20 sebanyak 4 kali pembilasan. 3. Penambahan Buffer Blocked Buffer blocking yang ideal akan mengikat semua lokasi yang potensial untuk interaksi nonspesifik, buffer blocked efektif meningkatkan sensitivitas asay dengan mengurangi sinyal pengganggu dan meningkatkan rasio signal-to-noise. Tween 20 (0,05%) lebih efektif memblokir daripada protein yang diuji. 4. Penambahan Antibodi Primer Langkah ini melibatkan penambahan pendeteksi antibodi (larutan sampel) yang diarahakan terhadap couting antigen. Larutan sampel yang mengandung antibodi yang diinginkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang mikrotiter, sehingga terjadi interaksi antara antigen spesifik dengan antibodi yang diinginkan. Antibodi biasanya diencerkan dalam buffer blocked untuk mencegah penempelan protein nonspesifik. Selanjutnya mikrotiter kembali dibilas untuk membuang antibodi yang tidak berinteraksi dengan antigen spesifik. 5. Penambahan antibodi sekunder (konjugasi enzim antibodi) Langkah selanjutnya adalah penambahan antibodi sekunder, yang diencerkan dalam buffer block dan ditjukan terhadap antibodi primer. Diikuti dengan inkubasi sampai terjadi pengikatan antibodi sekunder dengan enzim terkonjugasi. Pilihan antibodi enzim konjugasi ditentukan oleh tujuan dari pengujian tersebut. Antibodi tersebut diproduksi

13

terhadap immunoglobulin (Ig) spesies dimana antibodi mendeteksi diproduksi dan disebut konjugasi anti-spesies. 6. Langkah pencucian (washing) Selanjutnya mikrotiter dibilas lagi untuk membuang antibodi sekunder tertaut enzim signal yang tidak berinteraksi dengan antibody spesifik dengan buffer fosfat salin netral (PBS) yang mengandung 0,05% Tween 20 sebanyak 4 kali pembilasan. 7. Penambahan substrat Substrat sangat penting untuk deteksi dan visualisasi dalam teknik ELISA. Pada tahap akhir ELISA indirect, ditambahkan substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal, lalu enzim yang tertaut dengan antibodi sekunder spesifik yang telah berinteraksi dengan antibodi yang diinginkan akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang dapat dideteksi. Langkah ini melibatkan penambahan larutan susbtrat yang cocok untuk enzim konjugasi antibodi. Tujuannya adalah untuk memungkinkan pengembangan reaksi warna melalui katalis enzim. Sebuah pilihan susbtrat yang tersedia untuk melakukan ELISA dengan HRP atau AP konjugasi, TMB merupakan susbtrat yang paling umum digunakan untuk horseradish peroksidase enzim (HRP). Subtrat dari alkaline phosphatase (AP), 4-Methylumbelliferyl fosfat (MUP) dan pNPP (p Nitro-fenil-fosfat) tidak beracun dan relative stabil. 8. Larutan penghenti reaksi Reaksi dibiarkan berjalan untuk jangka waktu tertentu setelah reaksi dihentikan dengan mengubah pH sistem. Larutan penghenti digunakan untuk mengakhiri reaksi enzim substrat dalam teknik ELISA setelah mencapai intensitas warna yang diinginkan yang merupakan indikasi dari tingkat analit.

14

Kerangka konsep Infeksi coccidiosis

Kambing/Domba

ekstrak daun sambiloto

alkaloid (tannin), saponin flavanoid

Andrographolide

antiinflamasi

Inflamatori mediator

Aktivasi Sel B

Aktivasi sel T

IL-4, IL-5, Ig E Th2-CD 4 Produksi Antibodi Produksi Antibodi Imun Spesifik

Produksi IFN Ƴ

Th1

MHC-II

Aktifitas Makrofag MHC-II

Imun Spesifik

Imun Non Spesifik

paralisa helmint kematian cacing Aktifitas makrofag

Paralisa parasit

OPG 15

Luaran yang diharapkan Luaran yang akan dihasilkan dari penelitian ini berupa: 1. Mempublikasikan pada seminar nasional 2. Menghasilkan artikel hasil penelitian yang dapat dipublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi dan jurnal international

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan OPG (Oosit Per Gram) Semua hewan coba pada kelompok perlakuan ini mendapatkan infeksi alami dari lingkungan dan pakannya, Kemudian dilakukan pemeriksaan OPG sebelum perlakuan dimulai (minggu ke-0). Hasil pemeriksaan feses ditemukan jumlah ookista yang beragam namun setelah dilakukan uji statistik dengan ANOVA ditemukan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) antar perlakuan (Gambar 1). Hal ini berarti tingkat infeksi ookista yang dialami semua hewan coba pada awal perlakuan mengalami tingkt infeksi yang seragam.

Gambar 1. Diagram Hasil Perhitungan OPG pada pre dan post penellitian Setelah minggu-4 terlihat adanya penurunan jumlah OPG pada semua perlakuan. Hasil tersebut kemudian dianalisa menggunakan one way ANOVA terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa kelompok P1 tidak berbeda nyata dengan kelompok P5, kelompok P1 dan P5 berbeda nyata dengan kelompok P2, P3, dan P4. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sambiloto 75gr/BB menunjukkan hasil yang sama baik dengan pemberian obat kimia antiparasit dalam menurunkan jumlah oosit coccidia pada kambing cempe.

16

Kandungan kimia tanaman sambiloto antara lain: andrografolid, neoandrografolid, homoandrografolid,

14-deoksi-11,12-didehidroandrografolid,

14-deoksi-11-

oksoandrografolid, 14-deoksiandrografolid, andrografin, panikulida A, B dan C, panikulin, 5-hidroksi-2’,7,8-trimetoksiflavon, 2’,5-dihidroksi-7,8- dimetoksiflavon, 4’,7dimetilterapigenin, dan mono-O-metilwigtin (Sudarsono et al 1996). Andrografolid merupakan senyawa identitas dan senyawa kimia utama tanaman sambiloto. Andrografolid juga sebagai antimikroba (Niranjan et al., 2010) sehingga dapat menurunkan jumlah parasit E. tenella pada ayam. Adanya andrographolid dalam sambiloto dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh yaitu meningkatkan respons aktivitas fagositosis oleh makrofag (Rahardjo, 2006) karena itu dapat menghambat proses penggandaan parasit (Misra et al., 1992, Puri et al., 1993).. Pemberian serbuk sambiloto dapat menurunkan jumlah skizon, mikrogamet, makrogamet, dan oosista E. tenella pada sekum ayam lebih baik dibandingkan dengan pemberian koksidiostat. Kandungan flavonoid dalam sambiloto berfungsi sebagai imunostimulan (Mills dan Bone 2000) yang bekerja dalam sistem imunitas melalui pengaturan sistem kekebalan dalam tubuh ayam (Subowo 1996). Apikompleksa parasit mengandalkan Calcium-mediated signaling untuk sekresi protein, pergerakkan, invasi ke sel induk semang ( Nagamune et al ., 2008). Alkaloid yang terdapat dalam ekstrak sambiloto kemungkinan berikatan dengan kanal kalsium parasit, sehingga ikatan senyawa merusak sporozoit sehingga menghambat invasi sporozoit karena terjadi gangguan sekresi kalsium, akibatnya jumlah parasit menjadi turun

17

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Ekstrak daun sambiloto mampu mengurangi jumlah infestasi parasit eimeria pada kambing berdasarkan hasil perhitungan OPG

18

DAFTAR PUSTAKA

Allen, P. C., and Fetterer, R. H., Clinical Microbiology Reviews : Recent advances in Biology and Immunology of Eimeria Species and in Diagnosis and Control of Infection with Theses Coccidian Parsites of Poultry. 1. Sc. Microbiol Vol 15. No. 1:58-65 Atmojo, A, T. 2007. Apa Khasiat Susu dan Daging Kambing. http://triatmojo. wordpress.com/2007/01/15/apa-khasiat-susu-dan-daging-kambing/. Bratawijaya, K. 2009. Imunologi Dasar, Ed. IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Cahyaningsih U, Setiawan K, Ekastuti DR. 2003. Perbandingan gambaran diferensial leukosit ayam setelah pemberian sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dengan dosis bertingkat dan koksidiostst. Prosiding Seminar dan Pameran Nasional Tubuhan Obat Indonesia XXIV. Pusat Studi Biofarmaka LP-IPB. Darmaga Bogor, 19- 20 September 2003. Cahyaningsih, U dan Suryani, A. 2006. Pemberian serbuk daun sambiloto (Andrographis paniculata) dalam pakan terhadap mortalitas, jumlah ookista, pertambahan bobot badan pada ayam yang diinfeksi Eimeria tenella. Proseding Seminar Nasional XXIX Penggalian, Pelestarian, Pengembanagn dan Pemanfaatan Tumbuh Cahyaningsih, U., Iswantini, D., dan Iskandar. 2007. Pemanfaatan Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) sebagai Substitusi Obat Anti Coccidoa dan Anti Peradangan untuk Menanggulangi Diare Berdarah pada Ayam Akibat Infeksi Eimeria tenella. Abstrak Penelitian LPPM IPB Bogor. web.ipb.ac.id Calnek., B. W., Barnes, H.j., Beard, C. w., Mc Dougald, L.R., Saif, Y.M. 2001. Disease of Poultry. 10 Edition. Iowa State University Press, USA : 865-867 Cox, F.E.G. 2004. Modern Parasitology. Blackwell Science. Oxford Hanum, R. 2010. Laporan PKL. http://ridwanhanum.wordpress.com/ Hendrix, Charles M and Ed Robinson, 2014, Diagnostic Parasitology for Veterinary Technicians 4th Edition, Elsevier Mosby, Missouri. Kristine G. K. and Marilyn E.S. 2003. Gastrointestinal Nematodes Trace Elements, and Immunity. The Journal of Trace Elements in Experimental Medicine 16 :237-251 DOI: 10.1002/jtra.10043 Kusumaningrum, R. 2004. Fungsi produksi usaha penggemukan domba lokal sistem koloni di Desa Pesawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Departemen Sosial Ekonomi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Levine, N.D. Parasitology Veteriner. Yogyakarta UGM Press. 19

Min W, Dalloul RA, Lillehoj HS. 2004. Application of biotechnological tools for coccidian vaccine development. J Vet Sci 5: 279-288 Niranjan, A., Tewari, S.K., Lehry, A. 2010. Biological Activities of Kalmegh (A. Paniculata Nees) and Its Active Principles. Indian J. of Nat. Prod. And Res. 1(2): 125135. Partoutomo S. 2004. Pengendalian WARTAZOA vol. 14 No. 4.

Parasit

dengan

Genetic

hostreresistance.

Ridwan. 2010. Petunjuk Praktis Penggemukan Domba, Kambing dan Sapi Potong. www.infodomba.com Roitt, I. 2000. Imunologi Essential Immunology. Edisi 8. Penerbit Widya medika, Jakarta. Sarwono. B. 2007. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta Soulsby, E.J.L. 1982. Helmint, Artropods, and Protozoa of Domestic Animal. New York Sudarmono, A. S. dan Y. B. Sugeng. 2005. Beternak Domba. Cet-17. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Drajad, M., Wibowo, S., dan Ngatidjan. 1996. Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, Pusat Penelitian Obat Tradisional, UGM, Yogyakarta. Suhardono, G dan Yulistiani D. 2002. Infeksi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Domba yang Digembalakan secara Ekstensif di daerah padat ternak di Jawa Barat. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Ciawi, Bogor, 30 Sept-1 Okt. Puslitbangnak.him 370-375 Sugeng, Y. B. 2000. Beternak Domba. Penebar Swadaya. Jakarta. Tizard, I.R. 1995. Veterinary Immunology : An Introduction. 3 ed. W.B. Sanders Company. Philadelpia. London, Toronto, Sidney, Tokyo, Hongkong.

20

LAMPIRAN

21

Lampiran 1. Log book penelitian sambiloto 2016 No 1.

Tanggal Hari : Jumat Tanggal: 19/2/2016

2.

Hari : Jumat Tanggal : 26/2/2016

3.

Hari : Jumat Tanggal : 4/3/2016

4.

Hari : Jumat Tanggal : 11/3/2016

5.

Hari : Jumat Tanggal :

Kegiatan Nama Kegiatan :Persiapan kandang dan hewan coba kambing Tujuan kegiatan : Persiapan kandang dan hewan coba kambing Uraian kegiatan :  memilih 25 kambing jantan (cempe)  melihat lokasi 5 buah kandang penelitian  membicarakan teknis pemeliharaan dengan pegawai kandang Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan :Persiapan kandang dan hewan coba kambing Tujuan kegiatan : Memasukkan hewan coba ke kandang Uraian kegiatan :  persiapan masa adaptasi 1 minggu  mengganti hewan coba yang tidak sesuai kriteria  penyerahan kapsul obat sambiloto  membicarakan tanggal pengambilan sampel  persiapan lab fapet untuk menerima sampel feses Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan : Pengambilan sampel 1(perlakuan hari ke 0) Tujuan kegiatan : uji in vivo kambing Uraian kegiatan :  pengambilan 25 sampel feses utk langsung diperiksa ke lab fapet  pengambilan sampel darah dan serum (15 sampel)  penimbangan 25 ekor cempe Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan : Pengambilan sampel ke 2 (perlakuan hari ke 7) Tujuan kegiatan : uji in vivo kambing Uraian kegiatan :  pengambilan sampel 25 feses  penimbangan BB cempe  perhitungan EPG di lab fapet Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan : Pengambilan sampel ke 3 (perlakuan hari ke 14) Tujuan kegiatan : uji in vivo kambing Uraian kegiatan : 22

18/3/2016

6.

Hari : Jumat Tanggal : 25/3/2016

7.

Hari : Jumat Tanggal : 1/4/2016

8.

Hari : Jumat Tanggal : 8/4/2016

9.

Hari : Jumat Tanggal : 15/4/2016

 pengambilan sampel 25 feses  pengambilan sampel darah dan serum (25 sampel)  penimbangan BB cempe  perhitungan EPG di lab fapet Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan : Pengambilan sampel ke 4 (perlakuan hari ke 21) Tujuan kegiatan : uji in vivo kambing Uraian kegiatan :  pengambilan sampel 25 feses  penimbangan BB cempe  perhitungan EPG di lab fapet Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan : Pengambilan sampel ke 5 (perlakuan hari ke 28) Tujuan kegiatan : uji in vivo kambing Uraian kegiatan :  pengambilan sampel 25 feses  pengambilan sampel darah dan serum (21 sampel)  penimbangan BB cempe  perhitungan EPG di lab fapet Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan : Pengambilan sampel ke 6 (perlakuan hari ke 35) Tujuan kegiatan : uji in vivo kambing Uraian kegiatan :  pengambilan sampel 25 feses  penimbangan BB cempe  perhitungan EPG di lab fapet Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan : Pengambilan sampel ke 7 (perlakuan hari ke 42 ) Tujuan kegiatan : uji in vivo kambing Uraian kegiatan :  pengambilan sampel 25 feses  pengambilan sampel darah dan serum (11 sampel)  penimbangan BB cempe  perhitungan EPG di lab fapet Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : 23

10.

Hari : Jumat Tanggal : 22/4/2016

11.

Hari : Jumat Tanggal : 29/4/2016

12.

Hari : Jumat Tanggal : 12/5/2016

13.

Hari : Jumat Tanggal : 18/5/2016

14.

Hari : Jumat Tanggal : 24/6/2016

Nama Kegiatan : Pengambilan sampel ke 8 (perlakuan hari ke 49) Tujuan kegiatan : uji in vivo kambing Uraian kegiatan :  pengambilan sampel 25 feses  penimbangan BB cempe  perhitungan EPG di lab fapet Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan : Pengambilan sampel ke 9 (perlakuan hari ke 56) Tujuan kegiatan : uji in vivo kambing Uraian kegiatan :  pengambilan sampel 25 feses  pengambilan sampel darah dan serum (15 sampel)  penimbangan BB cempe  perhitungan EPG di lab fapet Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan : Pengambilan sampel ke 10 (perlakuan hari ke 70) Tujuan kegiatan : Nekropsi kambing Uraian kegiatan :  Nekropsi 5 ekor kambing  pengambilan sampel 25 feses  pengambilan sampel darah dan serum (18 sampel)  penimbangan BB cempe  perhitungan EPG di lab fapet Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan : Pembayaran kit ELISA Tujuan kegiatan : Pelunasan pembelian Uraian kegiatan :  Pembelian bahan habis pakai Goat Ig E ELISAKit (kuitansi terlampir) Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan : Pemeriksaan darah Tujuan kegiatan : Pelunasan biaya operasional lab Uraian kegiatan :  Pembayaran pemeriksaan darah RSHP UB (kuitansi terlampir)) Hasil : Hambatan : 24

15.

Hari : Senin Tanggal : 11/7/2016

16.

Hari : Senin Tanggal : 12/9/2016

17.

Hari : Jumat Tanggal : 23/9/2016

Dokumen pendukung : Nama Kegiatan :Pemeriksaan ELISA Ig E Tujuan kegiatan : Melakukan uji ELISA pada sampel serum drah Uraian kegiatan :  Memilih sampel darah yang akan diperiksa  Persiapan Kit ELISA dan alat pendukungnya  Melaksakan pemeriksaan Ig E dengan megikuti prosedur kerja Kit ELISA  Mencatat data kadar Ig E yang didapatkan Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan :Mengerjakan laporan akhir penelitian Tujuan kegiatan : Melaporkan hasil penelitian Uraian kegiatan :  Melakukan laporan akhir penelitian Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Nama Kegiatan :Mengikuti KIVNAS di tangerang Tujuan kegiatan : Mempresentasikan hasil penelitian Uraian kegiatan :  Oral speaker pada sesi 1 Hasil : Hambatan : Dokumen pendukung : Malang, 10 November 2016

Mengetahui, Ketua Badan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

( drh. Herlina Pratiwi, M.Si) NIP 19870518 201012 2 010

Ketua Penelitian

(drh. Nurina Titisari M.Sc) NIP 19860122 201504 2 001

25