Strategi Pemasaran Perguruan Tinggi Swasta (PTAIS) Studi Kasus STAI Al-Musaddadiyah Garut Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Dampak dari globalisasi yang berimbas pada dunia pendidikan tinggi dan perguruan tinggi
di Indonesia gejala tersebut semakin kuat dan tidak terbendungkan lagi. Pergerakan bebas ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan salah satu aspek penting dalam globalisasi khususnya di bidang pendidikan tinggi. Dengan demikian kita perlu mengantisipasi tantangan yang dihadapi paling tidak ada tiga bidang persaingan yaitu dalam pengelolaan perguruan tinggi, proses belajar mengajar dan pendidikan nilai. Tantangan lain harus dipikirkan oleh perguruan tinggi yang sudah maju maupun berkembang adalah mengenai struktur institusi dan kebiasaan cara berpikir misalnya yang berkenaan dengan akreditasi, milik intelektual dan universitas sebagai suatu komunitas yaitu : 1.
Teknologi yang mungkin menjadikan universitas bersifat global dalam jangkauannya, akreditasi dapat dilakukan universitas secara global tidak hanya menyangkut peraturan tetapi juga menyangkut kepercayaan dan reputasi.
2.
Pembelajaran berbasis internet yang memang menjajikan cara baru menguasi ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus menciptakan hambatan baru. Dimana era internet para dosen ahli menjadi ajang perebutan antara univeristas, hak intelektual sangat menonjol sehingga menjurus pada privatisasi ilmu pengetahuan
3.
Universitas sebagai komunitas akademis dengan segala kegiatannya memberikan suasana akademisi yang menunjang hasrat belajar dan meneliti. Interaksi antar mahasiswa dan dosen memberi sumbangan dalam pembentukan watak dan pribadi mahasiswa. Sebagian besar tantangan di atas memang hanya dapat disampaikan dalam bentuk
pertanyaan karena jawabannya memang belum dapat dipastikan secara pasti. 1.2. Permasalahan Jumlah Perguruan Tinggi Islam Swasta di Wilayah Kopertais II Jabar dan Banten lebih dari 95 Perguruan Tinggi yang penyebarannya meliputi 12 Universitas, 5 Institut dan 78 Sekolah Tinggi. Sementara di Garut jumlah perguruan tinggi sebanyak 14 buah dengan klasifikasi 9 buah program umum dan 5 STAI dan FAI. Sedangkan jumlah lulusan SMA/MA/sederajat berkisar 19.258 siswa. Menghadapi persaingan jasa pendidikan tinggi dari dalam dan luar negeri perlu mengelola 1
Dosen Tetap Prodi. PAI STAI Al-Musaddadiyah Garut
organisasinya layak seperti suatu bisnis dengan tidak meninggalkan aspek Idiilnya, melalui penerapan konsep pemasaran dan itu tidaklah mencukupi, setiap individu dalam organisasi harus mampu melihat visi, misi yang kemudian ditunjang dengan penyusunan strategi maupun taktik yang tepat sehingga mampu menciptakan sustainable competitive advantge bagi perguruan tinggi. STAI Al-Musaddadiyah Garut sebagai salah satu Perguruan Tinggi Swasta tidak terlepas dri pengaruh persaingan ketat (Hiperkompetitif) baik dari aspek lembaga maupun sumber daya manusia (dosen dan staf) sebuah lembaga pendidikan dapat berkembang dan disegani sekaligus dicintai oleh civitas akademika dan masyarakat dapat selalu menyesuaikan diri dan mampu berkompetisi dan bila mungkin menjadi pemimpin pasar (Leader) pada bidangnya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahannya adalah ”Bagaimana menyusun Strategi Pemasaran agar bisa bersaingan dengan Peguruan Tinggi lainnya yang posisioningnya sama dengan STAI Al-Musaddadiyah Garut” 1.3.
Tinjauan Teoritis Salah satu dari strategi pemasaran yang sering dilakukan adalah dengan cara melakukan
penyebaran
pemasaran
itu
sendiri,
atau
lebih
sering
dikenal
dengan
istilah
bauran
pemasaran.bauran pemasaran didefinsikan sebagai suatu strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang dapat meliputi menentukan master plan dan mengetahui serta menghasilkan pelayanan (penyajian) produk yang memuaskan pada suatu segmen pasar tertentu yang mana segmen pasar tersebut telah di jadikan sasaran pasar untuk produk yang telah diluncurkan untuk menarik konsumen sehingga terjadi pembelian. Dalam melakukan dan merencanakan pemasaran strategi, beberapa perusahaan telah menggunakan berbagai cara yang kemudian dikombinasikan menjadi satu, untuk jenis strategi pemasaran dalam hal ini lebih akrab dikenal dengan istilah ‘Marketing mix’. Marketing mix dapat didefinisikan sebagai perpaduan berbagai strategi yang berupa kegiatan atau faktor-faktor penting yang merupakan hal-hal yang menjadi inti dari strategi pemasaran itu sendiri. Berikut beberapa hal penting yang sangat mempengaruhi keberhasilan marketing mix, dalam memasarkan suatu produk: A.
Produk sebagai Objek Pemasaran Produk adalah objek yang sangat vital yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam
mendatangkan keuntungan atau laba yang akan tetap menjaga operasional dan kesehatan suatu perusahaan. Dengan melalui produk, produsen dapat memanjakan konsumen. Karena dari produk akan dapat diketahui, seberapa besar kepuasan dan kebutuhan akan produk itu sendiri dalam kehidupan konsumen. Sedangkan produk itu sendiri memilki sifat dan karakteristik yang amat beragam, dan suatu produk yang potensial adalah suatu produk yang sering diburu konsumen, bahkan tidak perlu
melakukan promosi dalam manjemen pemasaran. Berikut beberapa hal karakterisitik dari produk yang berupa jasa yang mungkin harus Anda ketahui dalam menetapkan strategi pemasaran: 1.
Produk jasa adalah produk yang dipasarkan di pasaran yang memiliki sifat yang tidak berwujud. Karena biasanya produk jasa adalah tidak bisa dilihat, namun dapat dirasakan. Selain itu, produk jasa juga tidak bisa diraba, dicium namun bisa sangat dirasakan manfaatnya dalam menunjang aktivitas konsumen.
2.
Produk jasa yang ditawarkan ke konsumen sifatnya tidak bisa dipisahkan dari perihal faktor yang mendukung dari terciptanya produk berupa jasa itu sendiri. Sebagai contoh produk dari jasa penginapan yang ditawarkan dari suatu wisma, maka produk jasa itu sendiri tidak akan bisa dipisahkan dari bangunan wisma itu sendiri, tempat produk jasa itu dipasarkan.
3.
Produk jasa juga memiliki sifat yang dinamis yang mengikuti perkembangan pola hidup konsumen yang menjadi target pemasaran. Karena mengikuti tuntutan update dari strategi pemasaran itu sendiri, maka produk jasa yang ditawarkan juga akan mengalami perubahan untuk menunjang pemasaran dengan hasil yang maksimal yang akan didapatkan oleh perusahaan. Perubahan dari produk jasa ini akan menciptakan persaingan usaha baik dari segi kualitas maupun dari segi harga. Sebagai contoh harga penginapan dari suatu wisma akan berbeda tarifnya dengan jasa produk yang ditawarkan oleh hotel dengan kelas berbintang
4.
Produk jasa biasanya memilki dan bersaing dengan berpacunya waktu, sehingga memiliki daya tahan tertentu. Dalam hal ini dapat juga dibilang produk jasa tidak dapat disimpan, oleh karena itu manfaatnya biasanya hanya dapat dirasakan pada saat melakukan transaksi pembelian dari produk jasa itu sendiri. Pendidikan merupakan produk jasa (tidak berwujud) yang barang tentu pola pemasarannya
akan berbeda dengan produk berwujud, Pemasaran jasa berbeda dengan good (produk) karena secara kasat mata tidak dapat dilihat menimbulkan berbagai permasalahan dalam mengembangkan strategi pemasaran. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler bahwa jasa merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Ada enam karakteristik jasa yang perlu diperhatikan oleh penyedia jasa yaitu intangibility (tidak nampak), Perishability (tidak dapat disimpan), Heteroginity (bervariasi), inseparability (tidak dapat dipisahkan antara produksi dan konsumsi), people based (sangat tergantung pada kinerja karyawan) dan contact customer (hubungan dengan konsumen secara langsung). Karakteristik unik yang dimiliki oleh jasa memiliki esensi utama yaitu perlunya keterlibatan secara langsung karyawan dalam delivery process, sehingga karyawan menjadi ujung tombak keberhasilan jasa. Tetapi dengan perkembangan teknologi ketergantungan terhadap karyawan dapat
dieliminasi dan direct customer contact yang sangat costly dapat dikurangi. Misalnya di Dunia Kampus sekarang mahasiswa dapat dengan mudah melihat jadwal kuliah, melihat hasil studi Perilaku Pelanggan dalam Jasa Keputusan konsumen memilih atau membeli jasa sangat tergantung pada bagaimana penyedia jasa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam setiap tahapan proses keputusan konsumen. Proses keputusan konsumen tidaklah sesederhana yang dibayangkan, tetapi melalui berbagai tahapan yang dimulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan keputusan sesudah pembelian. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh faktor budaya. Penyesuaian terhadap budaya ini menjadi sangat penting karena munculnya peluang pasar di era globalisasi. Untuk ini penyedia jasa harus memperhatikan dan mulai melakukan penyesuaian terhadap perbedaan budaya across border market. Segmentasi dan Target Pasar Treat as individual, not as a number, itu merupakan kata hati pelanggan dimanapun. Dengan kata lain perlakukan konsumen dengan cara baik dan benar sehingga dapat memenuhi kebutuhan dengan baik. Jika itu dapat dilakukan penyedia jasa maka hati pelanggan akan menjadi terpikat, maka profit dan keuntungan tinggal soal waktu. vJika demikian maka penyedia jasa harus mulai memperhatikan arti penting segmentasi dalam upaya memikat hati konsumen melalui pemenuhan kebutuhan secara baik. Untuk memperkuat segmentasi pasar, perlu dilakukan targeting untuk dapat membidik kelompok konsumen yang lebih spesifik. Positioning dan Differensiasi Produk Jasa Banyak perusahaan jasa mengenalkan satu atau beberapa diferensiasi namun gagal karena positioningnya kurang kuat. Oleh karena itu perusahaan jasa perlu mengembangkan satu positioning. yang membedakan tawarannya (offering) kepada pasarnya Harapan Konsumen Terhadap Jasa Memahami harapan konsumen menjadi salah satu kunci keberhasilan bagi penyedia jasa. Harapan sering dinyatakan sebagai titik acuan (point of reference) Perbandingan antara apa yang dirasakan dengan yang diharapkan. Jika harapan tidak sesuai, maka konsumen akan kecewa dan kemungkinan pindah ke produk jasa pesaing. Sampai dimana perusahaan dapat memenuhi harapan pelanggan akan berpengaruh terhadap persepsi kualitas jasa. Oleh karena sangat penting artinya bagi perusahaan untuk mengetahui harapan pelanggan dalam penyampaian pelayanan berkualitas. Harapan konsumen terdiri dari dua tingkatan yaitu harapan tertinggi (desired service) dan harapan minimum (adequacy service). Di antara tingkatan itu ada zona toleransi yaitu konsumen mau menerima variasi dan heteoginitas produk jasa.
Persepsi Pelanggan Terhadap Jasa vAspek intangibility yang menyebabkan produk jasa hanya dapat dirasakan telah menyebabkan kualitas pelayanan (service quality) sangat menentukan. Keunggulan suatu produk jasa tergantung keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, Jasa secara spesifikasi harus market oriented serta memperhatikan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Untuk mengukur seberapa jauh konsumen dapat merasakan kualitas jasa maka Parasuraman dan Zeithalm, mengemukakan 5 dimensi yaitu reliability, assurance, empati, tangible dan responsiveness. Peningkatan Kualitas Jasa Melalui Sistem Informasi Pelanggan-Riset Pemasaran Sistem informasi kualitas pelayanan membantu perusahaan meningkatkan penyampaian kualitas jasa yang optimal. Sistem ini membantu memperbaiki pelayanan dalam organisasi sangat komplek, melibatkan pengetahuan tentang apa yang dilakukan pada banyak bidang seperti tekhnologi, sistem pelayanan, seleksi pegawai, training dan pelatihan, dan sistem penggajian. Dengan mengembangkan sistem informasi kualitas pelayanan yang efektif maka perusahaan dapat memperoleh manfaat yaitu: mendorong dan memungkinkan manajemen untuk menyatukan suarasuara
konsumen
dalam
membuat
keputusan;
menemukan
prioritas
pelayanan
konsumen,
mengidentifikasikan prioritas perbaikan pelayanan dan memberikan pedoman dalam mengambil keputusan alokasi sumber daya; memperhatikan pengaruh dari langkah awal kualitas pelayanan dan investas dan menawarkan pekerjaan berdasarkan data untuk pelayanan utama yang baik dan pelayanan sederhana yang benar. Produk Jasa Konsep produk jasa harus dilihat sebagai suatu bundle of activities antara produk jasa inti dan jasa-jasa pendukung, untuk dapat menghasilkan total offering secara optimal, sehingga dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen. Dengan mengembangkan jasa-jasa pendukung suatu produk jasa akan mempunyai keunggulan bersaing sebagai senjata untuk survive. Selain itu penyedia jasa dapat memilih alternatif strategi produk jasa yaitu: melakukan penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk jasa dan diverifikasi. Strategi mana yang dipilih sangat tergantung pada situasi masing-masing perusahaan. Bagi penyedia jasa yang akan melakukan diversifikasi harus memanfaatkan teknologi dan melakukan inovasi, sehingga dapat menghasilkan produk jasa yang mampu memberikan solusi bagi pelanggan. Strategi Harga Jasa Penentuan harga produk jasa harus melihat dari perspektif konsumen dan pasar, yaitu dengan melihat 3 (tiga) komponen yang dapat menjadi pertimbangan yaitu biaya, nilai dan kompetisi. Penentuan produk jasa dapat dikaitkan dengan konsep net value, semakin besar manfaat yang dirasakan dibanding biaya yang dikeluarkan akan dinilai konsumen sebagai positif value.
Ada 3 (tiga) faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan harga yaitu persaingan, elastisitas dan struktur biaya. Penyedia jasa dapat memilih banyak alternatif dalam menentukan harga yang tepat sesuai dengan produk jasa yang ditawarkan. B.
Analisis terhadap Harga untuk Sebuah Produk
Penentuan dari harga dari suatu produk adalah suatu hal yang juga sangat krusial. Penentuan harga dari suatu produk akan sangat mempengaruhi dari keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang akan didapatkan oleh suatu perusahaan. Penentapan dari suatu produk, akan sangant dipengaruhi dari seberapa besar pengorbanan yang telah dilakukan dalam memproduksi produk itu sendiri. Semakin besar pengorbanan yang dilakukan maka akan semakin besar dan tinggi harga yang dibandrol dari produk itu sendiri! Kebijakan dalam menentukan harga dari suatu produk, maka kelak akan sangat mempengaruhi dari pelayanan
harus
dilakukan
oleh
perusahaan
terhadap
konsumen.
Dan
ini
tentunya
juga
membutuhkan biaya budget yang juga harus diperhitungkan dengan menentukan nilai harga dari produk itu sendiri yang sangat diharapkan dan telah dirancang agar dari harga produk itu sendiri dapat menutupi semua biaya produksi sehingga akan menghasilkan profit bagi perusahaan. Harga sangat mempengaruhi penjual dari suatu produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Penentuan harga sangat dibutuhkan strategi pemasaran yang amatlah matang agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Menetapkan harga yang murah adalah bukan solusi diatas segalanya. Namun penetapan harga dengan cerdas akan sangat membatu untuk mendobrak penjualan. Strategi dalam menetapkan harga produk dapat dilakukan dengan menganalsis kelebihan, keunggulan dan kekurangan dari produk yang dimiliki. Dengan jalan ini maka kelak dikemudian hari tidak akan ditemukan istilah harga yang seharusnya lebih mahal atau lebih murah dari kualitas barang yang dimiliki. Penentuan harga barang juga dapat dianalisis dengan melihat persaingan dan seberapa besar kebutuhan produk yang akan dicari oleh konsumen. C.
Kegiatan Distribusi yang Dijalankan
Distribusi adalah juga merupakan bagian yang vital dari bagian strategi pemasaran itu sendiri. Pemilihan strategi dengan tepat akan dapat membantu produk sampai ke konsumen dengan harga yang sesuai dengan yang telah ditentukan oleh perusahaan. Karena tak jarang suatu produk yang telah dibandrol dengan harga sekian, namun karena kesalahan ditribusi ketika sampai ke tangan konsumen, harga yang terjadi ketika transaksi jual beli adalah lebih mahal dari harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang sebelumnya. Salah satu strategi pemasaran yang sebaiknya harus diperhatikan agar aktivitas jalannya distribusi dapat berjalan dengan lancer, adalah dengan memperhatikan perihal channel of ditribusi atau jika diterjemahkan mengandung arti saluran distribusi. Saluran ditribusi dapat membantu perusahaan dalam proses pemasaran terutama untuk menganalisis berbagai kendala yang terjadi di lapangan, sehingga dapat diambil kebijakan strategi yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dan distibusi kembali akan dapat berjalan dengan normal dan baik demi tercapainya kepuasan konsumen. Salah satu unit yang sangat membantu dalam jalannya proses distribusi adalah unit distributor. Distributor sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam membantu pemasaran objek produksi. Dalam menunjuk distributor yang tepat dan juga menetapkan kebijkan yang benar tentang saluran distribusi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1.
Melakukan riset dan analisis yang lebih mendalam terhadap pihak-pihak lembaga yang terkait dalam menunjang proses pemasaran, terutama seabagai contoh adalah pihakpihak terkait seperti pedagang perantara antara pihak perusahaan dengan konsumen di daerah tertentu.
2.
Mempertimbangkan karakteristisk dari segmen pasar yang telah dibidik, dan secara geografis bagaimana lokasi pembali, apakah mudah dijangkau atau keadaan yang terjadi adalah sebaliknya.
3.
Memperhitungkan seberapa besar persediaan produk yang dipasok yang disesuaikan dengan seberapa besar dengan kebutuhan konsumen. Hal ini bertujuan untuk menganailisis efektifitas proses distribusi yang akan dilakukan dalam jangka panjang.
4.
Memikirkan dengan segala jaringan pemasaran yang dimiliki agar dapat didaya upayakan secara maksimal sehingga hasil pemasaran yang disokong dari proses distribusi dapat memberikan hasil yang optimal.
Pola distribusi yang harus dipertimbangkan dan selalu diamati adalah dengan melakukan penyesuaian dengan perkembangan pola dinamika gaya hidup masyarakat. Jika hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka proses distibusi dapat berjalan dengan baik dan akan mensuport untuk menghasilkan nilai penjualan yang memuaskan. D.
Melakukan Kegiatan Promosi
Kegiatan promosi biasanya merupaka komponen prioritas dari kegiatan pemasaran. Dengan adanya promosi maka konsumen akan mengetahui bahwa perusahaan meluncurkan produk baru yang akan menggoda konsumen untuk melakukan kegiatan pembelian. Kegiatan promosi banyak yang mengatakan identik dengan dana yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka umumnya akan menghasilkan tingkatan promosi yang juga sangat gencar untuk dapat dilakukan. Namun dana bukan diatas segala-galanya. Dana yang terbatas dapat diatasi dengan inovasi yang lebih pintar dan tepat. Salah satu solusi yang dapat dilakukan dengan menganalisis keungulan produk, modal lain yang dimiliki oleh perusahaan, dan segmen pasar yang dibidik. Dengan mempertimbangkan faktor strategi pemsaran diatas, maka promosi dapat dilakukan lebih pintar dan efisien serta tepat sasaran.
Kegiatasn promosi sangat erat kaitannya dengan penyebaran informasi untuk disampaikan ke konsumen. Dalam penyampaian strategi informasi ini ada beberapa hal penting yang hendaknya diperhatikan, yaitu sebagai berikut: 1.
Program periklanan yang dijalankan, kegiatan periklanan merupakan sebagai media utama bagi perusahaan untuk menunjangan kegiatan promosi dimana promosi memiliki tujuan utama untuk menarik konsumen agar mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan. Saat ini periklanan yang sering digalakan adalah melalui kegiatan media cetak dan elektronik. Dunia iklan sendiri telah mengalami perkembangan yang amat pesat. Salah satunya adalah dengan mulai maraknya iklan dengan melalui media internet.
2.
Promosi dengan mengutamakan penjualan yang dilakukan secara pribadi atau lebih dikenal dengan istilah ‘Personal Selling’. Kegiatan promosi yang satu ini bisa dikatakan sebagai ujung tombak dari kegiatan promosi. Karena kegiatan personal selling adalah kegiatan promosi yang mengharuskan berhadapan dengan konsumen dengan secara langsung. Melalui kegiatan promosi personal selling secara professional akan sangat membantu untuk tercaipanya penjualan yang secara fantastis. Personal selling yang dilakukan secara besar meruapakan salah satu alternative solusi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan jika memilki modal yang cukup besar.
3.
Promosi yang dilakukan dengan mengedepankan kualitas promosi penjualan. Promosi penjualan
mengedepankan
aspek
penambahan
intensitas
terhadap
strategi
dalam
pemasaran produk. Penambahan intensitas disini dalam meliputi berbagai aspek manajemen pemasaran, meliputi peningkatan kualitas produk, kualitas pelayanan distribusi, menambah kualitas pelayanan agar menjadi lebih baik dan masih banyak aspek lainnya yang dapat ditingkatkan demi tercapainya kepuasan pelanggan atas produk yang telah dipasarkan. 4.
Promosi dengan cara meningkatkan publisitas, cara ini lebih condong untuk membentuk sebuah image yang lebih positif terhadap produk yang ditawarkan. Pembentukan image positif ini dapat dilakukan dengan iklan atau promosi yang memiliki karakteristik tertentu yang tidak dapat dimiliki oleh strategi pemasaran produk lainnya. Bisa saja dapat dilakukan dengan cara menciptakan suatu produk yang memiliki poin lebih, karakteristik unik, dan mempunyai manfaat lebih yang dapat menjadi pemikiran positif dihadapan konsumen. Jika hal ini dapat dilakukan maka image atau gambaran positif yang berkembang di masyarakat akan terbentuk dan mendatangkan beberapa faktor positif untuk mendongkrak penjualan.
Keempat komponen pemasaran yang telah dipaparkan diatas harus dapat dilakukan secara singkron agar menghasilkan strategi pemasaran yang baik dalam jangka panjang, sehingga keuangan perusahaan dapat berjalan dengan sehat dan kesejahteraan dapat ditingkatkan baik bagi perusahaan itu sendiri atau bagi karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Analisa SWOT
Perencanaan keputusan strategi pemasaran didukung oleh analisa SWOT (strength, weakness, opputunity, threat) yaitu membandingkan konidisi lingkungan internal lembaga dalam hal ini adalah STAI Al-Musaddadiyah Garut(kekuatan dan kelemahan) dengan konidisi lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) dengan tujuan untuk posisi lembaga dalam suatu industri pendidikan. Analisa SWOT dalam konteks pendidikan Meskipun awalnya analisa SWOT ditujukan untuk bisnis, ide penggunaannya dalam lingkungan pendidikan bukan sesuatu yang murni baru. Faktor-faktor lingkungan yang umumnya melekat pada institusi pendidikan yaitu pertama lingkungan internal institusi yang terdiri dari fakultas kalau di STAI Al-Musaddadiyah Garutadalah Program Studi, lingkungan pembelajaran (ruang
kelas,
laboratorium dan fasilitas), mahasiswa, anggaran operasional dan program penelitian. Sedangkan lingkungan eksternal institusi antara lain prospek pekerjaan lulusan, orang tua dan keluarga mahasiswa, perguruan tinggi (PT) pesaing, SMU asal mahasiswa, demografi penduduk. BAB II PEMBAHASAN Untuk mencapai keunggulan kompetitif pada persaingan perguruan tinggi STAI Al-Musaddadiyah Garutmenggunakan pemikirian Porter yang mengemukaan 5 kekuatan pemicu persaingan industri yang harus dihadapi oleh industri pendidikan. 1. Pendatang Baru Potensial (news entrans) Pendatang baru yang menjadikan ancaman bagi STAI Al-Musaddadiyah Garut akan tetapi saat ini di Kopertis Wilayah II sudah tidak memberikan ijin untuk mendirikan Perguruan Tinggi lagi. Jadi cukup aman tidak ada pendatang baru dalam industri pendidikan di Garut 2. Pemasok (Suppliers) Kemampuan Manajemen
STAI Al-Musaddadiyah Garut mendapatkan akses ke pemasok
dengan membuka jaringan kerjasama dengan pihak lembaga pendidikan misalkan dengan SMU-SMU yang ada di Jakarta, bekerja sama dengan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim lainnya sehingga memberikan daya minat bagi masuknya calon mahasiswa. 3. Pembeli (Buyers) Pembeli atau penguna jasa pendidikan STAI Al-Musaddadiyah Garut merupakan hal penting untuk melihat sejauhmana kemampuan lembaga serta output yang dihasilkan berupa alumni dapat memberikan kontribusi atau nilai tambah bagi penggina hal ini diukur dengan melihat penyebaran output (lulusan STAI Al-Musaddadiyah Garut) dalam dunia kerja. 4. Produk Substitusi Produk substitusi adalah produk alternatif menjalankan fungsi yang sama seperti STAI AlMusaddadiyah Garut Bila produk alternatif ini relatif sedikit maka peluang kita untuk market share semakin besar. 5. Pesaing Industri (industry competitors)
Persaingan akan semakin ketat dengan banyaknya PTS yang ada di di Kopertis Wilayah III khususnya di JABODETABEK sekitar 325 PTS, kondisi seperti ini akan memunculkan lembaga pendidikan harus mampu untuk bersaing apalagi STAI Al-Musaddadiyah Garut pada posisi sebagai follower menguasi pasar relatif kecil. Dari alternatif-alaternatif strtategi tersebut maka arah kebijakan strategi pemasaran adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar dan differensiasi produk. 1.
Penetrasi pasar
Kesempatan menjual produk kepada pasar saat ini terus menjaga dan mempertahankan segmen pasar, target pasar dan posisi pasar a.
Segmentasi pasar berdasarkan geografis dimana siswa SMU, SMK, MA dan PKBM di wilayah Garut (pasar potensial) cukup banyak lebih dari 60 sekolah SMU dan SMK dan diluar Garut selatan merupakan pasar pendukung dan tetap harus kita perhatikan.
b.
Target market berdasarkan target market maka sekolah-sekolah yang radius kurang dari 50 KM dan yang jalur transportasinya mudah (hanya satu kali naik kendaraan).
c.
Posisi pasar yang dimaksudkan adalah tindakan menawarkan dan merancang citra lembaga pada posisi yang jelas dan disukai bagi pemasaran produk sehingga menempati suatu posisi kompetitif dibank konsumen dalam hal ini adalah mahasiswa
2.
Pengembangan pasar
Kesempatan bagi pihak STAI Al-Musaddadiyah Garut memasarkan produk yang ada di pasar baru sangat mungkin dan terbuka. 3. Differensiasi produk Saat ini Program Studi
STAI Al-Musaddadiyah Garutmempunyai keunggulan yaitu ketrampilan
manajemen, pengetahuan tentang ilmu asuransi sebagai yang ada pada kurikulum. BAB III KESIMPULAN Kesimpulan STAI Al-Musaddadiyah Garut Program Studi Strata I harus lebih fokus dalam mengambil strategi pemasaran yang tepat sehingga arah dan kebijakan akan lebih mudah diimplementasikan apakah akan mengambil strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk. Persaingan-persaingan di tingkat lokal, regional membawa dampak perubahan semakin cepat dan sulit untuk di prediksi. Untuk itu peran pemasaran akan menjadi semakin dominan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Dimulai dengan kemampuan pemimpin dalam hal ini seorang Ketua
STAI Al-Musaddadiyah Garutmenetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran
organisasi, penyusunan strategi, dan kemauan dari para pelaku institusi
pendidikan untuk
menerapkan bauran pemasaran 7P (Price, Product, Promotion, Place, Personal traits, Process, Physical evidence) secara benar. Saran
STAI
Al-Musaddadiyah
Garutdalam
menjalankan
lembaganya
harus
senantiasa
mengikuti
perkembangan dan perubahan lingkungan dengan tetap mempertahankan keunggulannya serta membangun keunggulan-keunggulan yang mampu menempatkannya pada posisi yang diinginkan dan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
STAI Al-Musaddadiyah Garutsebaiknya memilih strategi Penetrasi pasar dan pengembangan pasar khususnya di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Depok dan sebagian Jakarta Pusat. Strategi Pemasaran Institusi Pendidikan Telah menjadi realitas, bahwa persaingan antar sekolah di Kota Garut dewasa ini semakin atraktif. Hal ini tentunya menjadi sinyal positif dalam hal peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Kebijakan pemerintah kota yang memberikan perhatian besar di sektor pendidikan, membuka peluang lebih berinovasinya institusi pendidikan. Sekolah-sekolah kini telah mengubah mindset-nya dengan mulai merevisi beberapa programnya. Konsep input, proses dan output menjadi obyek kajian yang telah dimantapkan. Tidak mengherankan, jika inovasi-inovasi tersebut menjadi sebuah telaahan marketing yang menarik. Marketing dewasa ini bukan hanya monopoli institusi pendidikan yang profit oriented, namun pula trennya telah diadopsi institusi pendidikan negeri. Upaya untuk menggaet input yang lebih capable dan matang (calon siswa potensial), telah menjadi tuntutan yang wajib dipenuhi, dalam rangka mendukung proses pembelajaran dan kompetisi antar sekolah. Dengan input yang qualified tersebut,
maka
guru
akan
lebih
mampu
untuk
melakukan
akselerasi,
bukan
malah
menggampangkan proses belajar mengajar. Konsep pemasaran pendidikan dewasa ini memang telah berevolusi menjadi sebuah kajian yang lebih dewasa. Beberapa sekolah di Jakarta dan Bekasi, misalnya, telah mempekerjakan karyawan khusus di bidang marketing. Inovasi pemasaran lembaga pendidikan (sekolah) memang lagi kreatif-kreatifnya. Panitia penerimaan siswa baru tidak hanya difungsikan sekadar mengurusi hal administrasi dan seleksi ketat semata, namun mereka diefektifkan jauh-jauh hari sebelum tahun ajaran baru untuk mengedukasi dan melakukan kampanye terhadap target-targetnya (calon siswa potensial). Dalam hal ini, tentunya mereka awali dengan melakukan riset mengenai tren masyarakat konsumen pendidikan. Dan pada tahap selanjutnya adalah berinovasi untuk mengedukasi pasar dan menghasilkan input yang sesuai standar target yang telah ditetapkan sebelumnya. Kini sekolah-sekolah memang harus lebih aktif untuk menggaet input-input yang berkualitas. Hal ini dalam rangka kompetisi tadi. Tak heran jika pilihan berinovasi dengan memajukan waktu perekrutan
calon siswa dan membuka jalur khusus siswa berprestasi, menjadi strategi baru bagi sekolahsekolah sekelas Al Azhar, dalam konteks pemasaran lembaganya. Strategi komunikasi pemasaran dibeberapa sekolah swasta di Bekasi, bahkan telah dilakukan secara profesional dengan memasang artikel satu halaman full di harian lokal. Suatu terobosan unik untuk mengedukasi calon konsumennya. Tentunya strategi ini memerlukan budget yang tidak sedikit. Namun untuk sebuah kemenangan kompetisi, akselerasi peningkatan kualitas dan profesionalisme manajemen sekolah, bukankah ini sesuatu yang patut untuk dicoba ? Perilaku konsumen pendidikan (siswa) di Kota Bekasi memang masih cenderung loyal atau masih primordial
dalam
konteks
pemasaranbrand lembaga
pendidikan pendidikan
menengah. lokal.
Ini
adalah
Ditunjang
kekuatan
tersendiri
dengan interland yang
untuk belum
terlalu valuable kualitas pendidikannya, pasar pendidikan di Kota Bekasi cenderung masih sangat prospektif. Anak usia sekolah menengah masih senang bersekolah di Kota Bekasi ketimbang harus hijrah ke Jakarta. Hal ini sangat memberi akses, untuk goal Kota Bekasi. Tujuan Pendidikan, sebagaimana sering dikampanyekan oleh Pemkot Bekasi. Berbeda dengan peserta pendidikan tinggi (mahasiswa) yang cenderung menjadikan Jakarta sebagai target utama. Siswa (termasuk orangtuanya) tidak lagi hanya sekadar melihat pertimbangan lamanya sekolah berdiri, jarak dari rumah ke sekolah dan guru-gurunya saja, melainkan ada faktor-faktor motivasi lain dalam hal memutuskan target sekolah yang dipilih. Dalam konteks ini, positioning sebuah institusi pendidikan merupakan aspek perhatian besar dari konsumennya (siswa). Sekolah-sekolah yang memposisikan dirinya sebagai sekolah unggulan, andalan ataupun favorit yang diregulasi pemerintah kota Bekasi tentu memiliki bargaining position yang lebih baik. Namun tren siswa dewasa ini ternyata tidak hanya melihat positioning sekolah unggulan, andalan dan favorit sebagai satu-satunya pertimbangan untuk memutuskan bersekolah di lembaga tersebut. Pertimbangan positioning sekolah
gaul
dan bonafide ternyata
menjadi
fenomena
baru
dalam
pemasaran lembaga pendidikan. Hal ini penting mendapat respon manajemen sekolah. Berkualitas, disiplin namun tetap gaul cenderung pula menjadi idealisme remaja. Sekolah bonafide, dengan infrastruktur yang lebih mendukung, ruangan ber-AC, fasilitas teknologi yang memadai, kini memang suatu tuntutan pasar yang menjadi kewajiban untuk dieksekusi oleh sekolah, dalam rangka memasarkan lembaganya. Hal ini karena ternyata perilaku konsumen pendidikan (siswa) yang merupakan usia remaja, relatif ingin suasana dinamis dalam lingkungan sekolahnya. Remaja ingin tahu banyak tentang teknologi pendidikan mutakhir, sehingga sekolah lagi-lagi dituntut menawarkan inovasi dalam content of
product yang ditawarkannya. Content tersebut termasuk pula seberapa besar apresiasi manajemen sekolah terhadap aktifitas kesiswaan yang kreatif dan dinamis. Namun demikian, tulisan ini bukan berarti ingin memasuki area
kapitalisasi pendidikan di Kota Bekasi, namun lebih beroientasi pada analisis tren pemasaran pendidikan mutakhir. Jadi, intinya adalah bagaimana menciptakan qualistyle di sekolah, bukan sekadar lifestyle. Kepuasan konsumen pendidikan terhadap kinerja sekolah menjadi keniscayaan untuk menjadi telaah evaluasi. Over promise and under delivery adalah kesalahan pemasaran. Ketidak sesuaian ekspektasi konsumen dan realitas yang ada, akan membentuk citra buruk sekolah. Hal ini patut diwaspadai karena masyarakat kita juga memiliki kemampuan socializing yang kuat. Komunikasi negatif melalui word of mouth dalam event dan forum sosial akan sangat efektif memberikan pencitraan buruk kepada sekolah, jika memang terjadi ketidakpuasan tadi. Oleh karena itu, harus ada quality assurance dari sekolah untuk siswa dan calon siswa (terutama siswa potensial) terhadap produk yang ditawarkan oleh sekolah itu