STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL

Download merumuskan strategi pemasaran usaha pengolahan wortel oleh KWT Kartini, dan ...... usaha agribisnis hulu (pengadaan sarana pertanian), agri...

0 downloads 388 Views 355KB Size
STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN DESTI FURI PURNAMA. Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)(Di Bawah Bimbingan Burhanuddin). Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok sayuran yang potensial untuk dikembangkan adalah wortel. Wortel merupakan bahan pangan yang digemari, bergizi tinggi, dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah utama penghasil wortel. Salah satu sentra produksi wortel di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur. Salah satu sentra produksi wortel di Kabupaten Cianjur adalah Kawasan Rintisan Agropolitan yang berada di wilayah Kecamatan Cipanas. Komoditi wortel ini tidak hanya dijual dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan. Produk olahan tersebut antara lain berupa manisan atau dodol, kerupuk, sirup, dan stick. Kegiatan pengolahan terhadap wortel ini telah dilakukan sejak tahun 2002 oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur. KWT Kartini ini berada di Kawasan Rintisan Agropolitan. Produk olahan ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Namun demikian, dalam kegiatannya tersebut terdapat beberapa permasalahan dalam aspek pemasaran. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran usaha pengolahan wortel KWT Kartini, merumuskan strategi pemasaran usaha pengolahan wortel oleh KWT Kartini, dan menentukan strategi pemasaran prioritas usaha pengolahan wortel oleh KWT Kartini. Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai dan berdasarkan pembatasan yang dihadapi, maka penelitian dibataskan pada produk olahan wortel berupa manisan atau dodol, kerupuk, sirup, dan stick. Adapun campuran bahanbahan pendukung seperti gula, vanila, asam sitrat, terigu, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng. Kegiatan usaha yang dijalankan terbatas pada cakupan industri rumah tangga yang dilihat berdasarkan modal dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis lingkungan internal dan eksternal. Formulasi strategi pada analisis lingkungan internal dan eksternal digunakan metode yang bersumber dari buku David (2003). Pada Tahap Pemasukkan (The Input Stage) digunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Dalam Tahap Pemaduan (The Matching Stage) digunakan alat analisis Matriks IE dan Matriks SWOT. Tahap terakhir adalah Tahap Keputusan (The Decision Stage) digunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Analisis lingkungan internal yang dilakukan yaitu terhadap faktor-faktor strategis internal antara lain kualitas produk, lokasi produksi, kapasitas produksi, variasi produk, penelitian dan pelatihan, merek produk, kemasan produk, kegiatan promosi, harga jual produk, dan saluran distribusi. Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan mikro. Faktor lingkungan makro yang paling berpengaruh dalam kegiatan pemasaran KWT Kartini adalah faktor demografi, alam, ekonomi, teknologi, dan sosial budaya. Faktor-faktor lingkungan mikro yang berpengaruh dalam aspek

pemasaran KWT Kartini yaitu adanya pesaing industri, pendatang baru, adanya produk substitusi, kekuatan tawar pembeli, dan kekuatan tawar pemasok. Adapun faktor-faktor strategis eksternal tersebut yaitu ketersediaan bahan baku, perkembangan teknologi, dukungan dari pemerintah daerah setempat, gaya hidup, peran agropolitan, menurunnya daya beli masyarakat, naiknya harga kebutuhan pokok, biaya energi yang meningkat, tingkat persaingan industri, dan adanya produk substitusi. Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis internal, skor total hasil analisis internal adalah 2,7443 yang menandakan bahwa KWT Kartini tersebut berada pada posisi internal “rata-rata”, dalam memanfaatkam kekuatan untuk menghadapi kelemahan yang dihadapi kelemahan yang dihadapi KWT Kartini. Kekuatan utama dari KWT Katini terdapat pada faktor variasi produk dengan skor internal 0,46 dan faktor kualitas produk dengan skor internal 0,4240. Adapun kelemahan utama KWT Kartini terletak pada kemasan produk dan kegiatan promosi dengan skor eksternal berturut-turut 0,2052 dan 0,1940. Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis eksternal tersebut, skor total analisis eksternal adalah 2,7929 yang menandakan bahwa KWT Kartini tersebut berada pada posisi eksternal “sedang” dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang dihadapi KWT Kartini. Peluang utama KWT Kartini terdapat pada faktor ketersediaan bahan baku dan adanya dukungan dari Pemerintah Daerah setempat dengan skor eksternal berturut-turut 0,4864 dan 0,3762. Ancaman utama KWT Kartini adalah adanya produk substitusi dan daya beli masyarakat yang menurun dengan skor eksternal 0,2120 dan 0,1890. Pada sumbu-x matriks IE, skor total IFE adalah 2,7443 yang menunjukkan posisi internal rata-rata. Demikian pula pada sumbu-y matriks IE, skor total EFE adalah 2,7929 yang menunjukkan posisi eksternal menengah. Berdasarkan pemetaan matriks IE di atas, maka KWT Kartini berada pada sel V. bidang usaha yang masuk dalam sel V dapat diterapkan dengan tepat melalui strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain strategy). Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi terbaik yang dapat dilakukan untuk bidang usaha yang masuk dalam sel V dalam matriks IE. Berdasarkan Matriks SWOT diperoleh strategi SO atau strategi kekuatanpeluang, strategi yang dihasilkan adalah membuka peluang investasi bagi pihak lain. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang, strategi yang dihasilkan antara lain peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk, memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan, dan mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi. Strategi ST atau strategi kekuatanancaman, strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengolahan produk.Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman, strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemasaran produk. Hasil kuesioner yang diisi oleh responden mengenai kemenarikan alternatif strategi menunjukkan bahwa strategi WO (memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan) mendapat total nilai kemenarikan terbesar yaitu 7,628. Selain itu, KWT Kartini juga perlu berusaha untuk melakukan peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk dengan total nilai kemenarikan 6,991.

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN AGRIBISNIS Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa

: Desti Furi Purnama

Nomor Registrasi Pokok

: H34066032

Program Mayor

: Agribisnis

Judul

: Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Burhanuddin, MM NIP 132 232 454

Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 131 415 082

Tanggal Kelulusan :

PERNYATAAN

DENGAN

INI

SAYA

MENYATAKAN

BAHWA

SKRIPSI

YANG

BERJUDUL STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (STUDI KASUS KELOMPOK WANITA TANI KARTINI DI KAWASAN RINTISAN AGROPOLITAN KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR) ADALAH BENAR-BENAR HASIL PENELITIAN SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2009

Desti Furi Purnama H34066032

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 4 Desember 1985 sebagai anak dari Bapak A. Suparyat (Alm.) dan Ibu Imas. Penulis adalah anak ke tujuh dari tujuh bersaudara. Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN 2 Pacet dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 2000 di SLTPN 1 Pacet. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2003 di SMUN I Sukaresmi. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dengan jalur USMI pada Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian dan selesai pada tahun 2006. setelah lulus, pada akhir 2006 penulis langsung melanjutkan pendidikannya di institut yang sama di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel (Studi Kasus Kelompok Wanita Kartini di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)”. Skripsi ini berupaya untuk menggambarkan bagaimana kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dihadapai usaha pengolahan wortel yang dilakukan oleh KWT Kartini dilihat dari kondisi internal dan eksternal. Sehingga diharapkan dapat memberi informasi dan bahan pertimbangan bagi KWT Kartini dalam membuat keputusan tentang strategi pemasaran. Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini, untuk itu penulis berharap mendapatkan masukan dan kritikan guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2009 Penulis

Desti Furi Purnama

UCAPAN TERIMA KASIH Skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan berbagi pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa memberikan keyakinan yang tinggi atas Kekuasaan-Nya. 2. Orang tua dan keluarga atas dukungan dan do’anya yang senantiasa mengiringi langkah dan dorongan semangat dalam pembuatan skripsi ini. 3. Ir. Burhanuddin, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan pada pembuatan skripsi ini. 4. Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen penguji utama dan Etriya, SP, MM sebagai dosen penguji komisi pendidikan. 5. Ketua dan anggota KWT Kartini atas yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan masukan serta kerja samanya. 6. Bapak Wahyu dan Ibu Nia selaku pembimbing lapang atas bimbingan dan arahannya selama penelitian. 7. Seluruh staf di Agropolitan yang telah membantu selama kegiatan penelitian. 8. Seluruh staf pengajar dan sekretariat Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. 9. Meiga Hendrayana atas segala bentuk dukungannya. 10. Rekan-rekan semua yang telah memberikan bantuan serta dorongan kepada penulis saat penyusunan skripsi ini. 11. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas informasi dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, Januari 2009 Penulis

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

xi xii xiii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................... 1.5. Ruang Lingkup ......................................................................

1 5 11 11 12

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Wortel ...................................................... 2.2. Pengertian Industri................................................................. 2.3. Konsep Agropolitan............................................................... 2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ............................................

13 15 15 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. 3.1.1. Pengolahan ................................................................ 3.1.2. Pemasaran.................................................................. 3.1.3. Konsep Pemasaran .................................................... 3.1.4. Strategi Pemasaran .................................................... 3.1.5. Perumusan Strategi.................................................... 3.1.6. Analisis Lingkungan Pemasaran ............................... 3.1.6.1. Lingkungan Internal ........................................ 3.1.6.2. Lingkungan Eksternal...................................... 3.1.7. Matriks IFE dan EFE ................................................ 3.1.8. Matriks IE dan SWOT .............................................. 3.1.9. Matriks QSPM ...................................................................

27 27 27 28 28 30 32 32 35 40 41 42

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 4.2. Data dan Sumber Data ........................................................... 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 4.3.1. Penentuan Bobot ....................................................... 4.3.2. Matriks IFE dan EFE ................................................. 4.3.3. Matriks IE .................................................................. 4.3.4. Matriks SWOT .......................................................... 4.3.5. Matriks QSPM ...........................................................

45 45 46 47 48 51 53 54

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1. Kawasan Agropolitan Ciamjur ............................................. 5.2. Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan Cianjur ............................................................... 5.3. Keadaan Umum KWT Kartini ............................................... 5.4. Pengaruh Penyuluh Pembimbing Lapang Bagi Kelompok Tani ............................................................. 5.5. Proses Produksi .....................................................................

57 57 60 62 62

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Lingkungan Internal ................................................ 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal.............................................. 6.3. Perumusan Strategi ................................................................

66 73 79

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ............................................................................ 7.2. Saran ......................................................................................

92 93

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

94

LAMPIRAN ..............................................................................................

96

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Jumlah Produksi dan Luas Panen Tanaman Hortikultura Tahun 2007 ...........................................................................................

2

2. Kandungan Nilai Gizi dan Kalori dalam Umbi Wortel per 100 gram Bahan Segar .........................................................................................

3

3. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Wortel Kabupaten Cianjur Tahun 2002 – 2007................................................

4

4. Jumlah Produksi Komoditi Sayuran di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2004 - 2007 ...............................

5

5. Daftar Harga Wortel di Stasiun Agribisnis Cigombong Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Bulan Juli 2007 – Juli 2008 .....

8

6. Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian.................................................................................

26

7. Variabel-Variabel Bauran Pemasaran ..................................................

30

8. Penilaian Bobot Faktor Internal-Eksternal Perusahaan ........................

48

9. Matriks IFE...........................................................................................

49

10. Matriks EFE..........................................................................................

50

11. Matriks SWOT .....................................................................................

54

12. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ....................

56

13. Jumlah Penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian Desa Sindangjaya Tahun 2007............................................................

59

14. Aset KWT Kartini ................................................................................

61

15. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)............................................

82

16. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ........................................

83

17. Matriks SWOT KWT Kartini ...............................................................

86

18. Matriks QSPM ......................................................................................

90

DAFTAR GAMBAR Nomor

Halaman

1. Grafik Harga Wortel di Kecamatan Cipanas Bulan Juli 2007 – Juli 2008 ..............................................................................................

7

2. Kerangka Kerja Analitis Perumusan Strategi ......................................

31

3. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ...........

40

4. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian .......................................

44

5. Matriks IE ............................................................................................

52

6. Matriks IE KWT Kartini......................................................................

85

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2003 – 2007* .........

95

2. Kuisioner Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal......................

96

3. Matriks Perbandingan Strategis Internal dan Eksternal .....................

109

4. Penilaian Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal ...................

112

5. Rata-rata Pembobotan Faktor Strategis Internal dan Eksternal KWT Kartini.....................................................................

113

6. Hasil Kuisioner Matriks QSPM..........................................................

114

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena dari sektor inilah sebagian besar kebutuhan manusia dipenuhi. Oleh karena itu, pertanian perlu ditangani secara sungguh-sungguh sehingga dapat memberikan manfaat sesuai dengan kebutuhan manusia. Sebagai negara agraris, pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia. Secara umum pertanian terdiri dari pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan tanaman hortikultura. Hortikultura terdiri atas buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka. Karena hortikultura mempunyai sifat yang unik, yaitu mudah rusak dan pada umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar, maka diperlukan perlakuan khusus dalam penanganannya. Pengembangan usaha di bidang hortikultura merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian. Hal ini dikarenakan hortikultura merupakan sumber pertumbuhan yang masih potensial dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pengembangan komoditas hortikultura

merupakan

penggerak

program

diversifikasi,

ekstensifikasi,

intensifikasi, dan rehabilitasi pertanian yang merupakan inti dari kegiatan pembangunan pertanian. Berbagai komoditas hortikultura diproduksi luas di Indonesia khususnya di daerah dataran tinggi. Jumlah produksi dan luas panen tanaman hortikultura tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

2

Tabel 1. No 1.

Jumlah Produksi dan Luas Panen Tanaman Hortikultura Tahun 2007 Angka Tetap 2007 Komoditas Satuan Produksi Luas Panen Satuan Buah-buahan 17.116.622 756.766 Ton Ha

2.

Sayuran

3.

Tanaman Hias Tanaman Hias Potong Dracaena Melati Pohon Palem

4.

Tanaman Biofarmaka

Ton Tangkai Batang Kg Pohon Kg

9.455.464

1.001.606

-

-

179.374.218

9.189.976

m2

2.041.962

98.107

m2

474.911.940

1.427.534

m2

1.171.768

250.549.792

m2

15.775.751

749.869

Ha -

Pohon

Sumber : Laporan RAPIM Ditjen Hortikultura Tahun 2008 Sebagai salah satu komoditas hortikultura, sayuran mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi, karena sayuran merupakan produk pertanian yang dikonsumsi setiap saat. Kebutuhan pasar akan sayuran terus mengalami peningkatan dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dengan mengurangi konsumsi makanan berlemak tinggi dari bahan hewani ke bahan nabati. Tingginya permintaan terhadap sayuran juga dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran gizi sejalan dengan peningkatan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, meningkatnya industri pengolahan dan industri pariwisata dan restoran, hotel serta pasar yang menginginkan jenis sayuran yang lebih beragam dengan mutu yang baik. Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok sayuran yang potensial untuk dikembangkan adalah wortel. Wortel banyak ditanam di dataran tinggi. Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian Tahun

3

2007, produksi wortel dibandingkan dengan produksi sayuran lainnya di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1. Wortel merupakan bahan pangan yang digemari, bergizi tinggi, dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kandungan zat-zat gizi yang terdapat pada umbi wortel secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. No.

Kandungan Nilai Gizi dan Kalori dalam Umbi Wortel per 100 gram Bahan Segar Jenis Zat Gizi Jumlah

1

Kalori (kal.)

42,00

2

Protein (g)

1,20

3

Lemak (g)

0,30

4

Karbohidrat (g)

9,30

5

Kalsium (mg)

39,00

6

Fosfor (mg)

37,00

7

Besi (mg)

8

Natrium (mg)

9

Serat (g)

0,90

10

Abu (g)

0,80

11

Vitamin A (SI)

12

Vitamin B-1 (mg)

0,06

13

Vitamin B-2 (mg)

0,04

14

Vitamin C (mg)

6,00

15

Niacin (mg)

0,60

16

Air (g)

0,80 32,00

12.000,00

88,20

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1981) dan Food and Nutrition Research Center Handbook No 1, Manila (1964) dalam Rahmat Rukamana (1995)

4

Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah utama penghasil wortel. Salah satu sentra produksi wortel di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur. Pada tahun 2005 – 2006 produksi mengalami penurunan karena berbagai faktor. Faktorfaktor tersebut antara lain lahan yang digunakan untuk penanaman, kualitas benih yang digunakan, teknik budidaya, dan kondisi agroklimat. Besarnya luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas wortel di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3.

Tahun

Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Wortel di Kabupaten Cianjur Tahun 2002 - 2007 Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Produksi (Ton) (Ha) (Ha) (Ku/Ha)

2002

2.153

2.233

311,01

69.448

2003

2.316

2.392

267,67

64.027

2004

2.930

2.800

311,13

87.115

2005

3.162

3.164

304,08

96.211

2006

2.989

3.125

256,51

80.160

2007

3.238

2.544

190,36

48.429

Sumber : Subdin Bina Usaha, Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur Tahun 2008 Salah satu sentra produksi wortel di Kabupaten Cianjur adalah Kawasan Rintisan Agropolitan yang berada di wilayah Kecamatan Cipanas. Dilihat dari jumlah produksi beberapa komoditi sayuran di Kawasan Rintisan Agropolitan wilayah Kecamatan Cipanas tahun 2005 - 2007, produksi wortel menduduki peringkat pertama dibanding dengan jumlah produksi sayuran lainnya. Dengan demikian wortel termasuk ke dalam komoditi unggulan selain bawang daun.

5

Jumlah produksi beberapa komoditi sayuran di Kawasan Agropolitan wilayah Kecamatan Cipanas tahun 2005 – 2007 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Produksi Komoditi Sayuran di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2005 – 2007 Produksi (ton) Jenis Komoditi Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Wortel

25.547,1

13.813,5

12.469

7.774,5

7.392,2

8.644

Kubis

5.682

2.401,1

1.640

Sawi

1.544

1.619

332

Lobak

1.558

3.264

4.498

Bawang daun

Sumber : Programa Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Pengembangan usahatani wortel di kecamatan Cipanas meliputi semua kegiatan, mulai dari pengadaan sarana produksi (input), budidaya, penanganan dan pengolahan produk, distribusi dan pemasaran hasil serta berbagai kegiatankegiatan lain yang mendukung. Dalam pelaksanaannya seluruh kegiatan tesebut harus saling terkait satu sama lainnya.

1.2. Perumusan Masalah Salah satu komoditi unggulan di Kawasan Agropolitan Kabupaten Cianjur yaitu wortel. Komoditi wortel ini tidak hanya dijual dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan. Produk olahan tersebut antara lain berupa dodol, kerupuk, sirup, dan stick. Kegiatan pengolahan wortel ini telah dilakukan sejak tahun 2002 oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas

6

Kabupaten Cianjur. KWT Kartini ini berada di Kawasan Rintisan Agropolitan sehingga dalam kegiatannya selalu memperoleh bimbingan dari para penyuluh lapang Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Produk olahan ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Potensi pertama yaitu adanya ketersediaan bahan baku utama. Wortel sebagai bahan baku utama dari produk olahan ini, mudah diperoleh di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas. Hal ini dikarenakan wortel merupakan komoditas unggulan di Kawasan Rintisan tersebut. Potensi kedua yaitu tanggapan positif dari masyarakat terhadap produk olahan wortel. Tanggapan tersebut banyak muncul dari para tamu berasal dari luar Kabupaten Cianjur yang datang ke Kawasan Rintisan Agropolitan. Tanggapan positif ini menunjukkan bahwa produk olahan wortel tersebut bisa dijadikan sebagai makanan khas Kabupaten Cianjur. Kualitas produk yang cukup baik yang dibuktikan dengan telah diperolehnya ijin dari Departemen Kesehatan, merupakan potensi lain yang menjadi salah satu faktor kekuatan untuk dapat berkembang. Dengan adanya ijin ini, akan membuat konsumen lebih merasa aman untuk mengkonsumsi produk olahan wortel tersebut. Di sisi lain, adanya kegiatan pengolahan ini ternyata mampu memberdayakan masyarakat setempat khususnya ibu rumah tangga di Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas. Ibu-ibu tersebut dapat bekerja dan memperoleh penghasilan tanpa menggangu aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Artinya kegiatan pengolahan ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

7

Selain itu, kegiatan pengolahan ini juga mampu meningkatkan nilai tambah bagi petani. Pada saat harga wortel rendah karena terjadi peningkatan produksi, maka kegiatan pengolahan akan lebih baik untuk dilakukan. Nilai tambah akan diperoleh oleh petani jika dibandingkan hanya menjual wortel dalam bentuk segar. Oleh karena itu, kegiatan pengolahan perlu dilakukan mengingat harga wortel yang mengalami fluktuasi seperti yang terlihat pada Gambar 1 berikut, yaitu dalam kurun waktu satu tahun dengan harga rata-rata per bulannya mulai bulan Juli 2007 sampai Juli 2008.

Harga per kilogram

2500 2000 1500 Harga Rata-rata 1000 500

Ju lAu 07 gSe 07 p0 O 7 ct -0 N 7 ov D 07 ec -0 Ja 7 nFe 08 b0 M 8 ar Ap 08 r-0 M 8 ay Ju 08 n0 Ju 8 l-0 8

0

Bulan

Gambar 1. Grafik Harga Wortel di Kecamatan Cipanas Bulan Juni 2007 – Juli 2008 Dari Gambar 1. tersebut dapat diketahui tingkat harga terendah terjadi pada bulan Mei 2008 dan harga tertinggi pada bulan Januari 2008. pada bulan Mei 2008, luas panen di beberapa daerah seperti Ciwidey, Lembang, Pangalengan, dan Bogor meningkat, sedangkan permintaan terhadap wortel rendah. Hal ini dikarenakan arus penawaran dari daerah lain sentra produksi wortel tinggi yaitu seperti dari daerah Malang dan Majalengka. Kondisi penawaran yang tinggi diakibatkan karena penanaman pada bulan Februari 2008 tinggi sebagai akibat

8

curah hujan yang tinggi sehingga wortel ditanam di banyak daerah pegunungan. Oleh sebab itu, harga menjadi rendah pada bulan Mei 2008. Hal sebaliknya terjadi pada bulan Januari 2008, harga wortel tinggi. Kondisi ini dikarenakan luas tanam di beberapa daerah sentra produksi wortel menurun. Penurunan ini diakibatkan curah hujan yang berkurang sementara di sisi lain permintaan tinggi dan arus penawaran rendah dari berbagai daerah sentra produksi wortel. Besarnya harga terendah, tertinggi, dan harga rata-rata wortel pada bulan Juli 2007 – Juli 2008 tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Daftar Harga Wortel di Sub Terminal Agribisnis Cigombong Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Bulan Juli 2007 – Juli 2008 Jenis Harga Harga (Rp/Kg) Harga Terendah

452,5

Harga Tertinggi

2.063,5

Harga Rata-rata

1.182,029

Sumber : Sub Terminal Agribisnis (STA) Cigombong Sebagai contoh harga wortel bulan Juli 2008 adalah Rp 1.000 per kilogram. Petani akan memperoleh harga yang lebih tinggi dari harga per kilogram wortel tersebut jika petani melakukan pengolahan terlebih dahulu, artinya akan diperoleh nilai tambah dari kegiatan pengolahan. Produk olahan yang dihasilkan dapat berupa dodol, kerupuk, sirup, dan stick wortel. Jika satu kilogram wortel diolah untuk dijadikan dodol, maka akan menghasilkan lima pack dodol dengan harga Rp 4.000 per pack. Jika diolah menjadi kerupuk maka akan menghasilkan 1,5 kilogram kerupuk mentah dengan harga Rp 5.000 per ¼ kilogram. Untuk menghasilkan satu botol sirup ukuran 625 mililiter, digunakan sekitar tiga kilogram wortel dengan harga Rp 20.000 per

9

botol. Adapun jika diolah menjadi stick, satu kilogram wortel akan menghasilkan 10 bungkus dan masing-masing bungkus dua ons dengan harga Rp 5.000 per bungkus. Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan harga yang akan diperoleh oleh petani jika dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian kegiatan pengolahan akan memberikan nilai tambah bagi petani, dibandingkan jika hanya menjual wortel dalam bentuk segar. Mulai bulan November 2006 sampai tahun 2008 ini, kegiatan pengolahan wortel mulai menghadapi permasalahan dalam aspek pemasaran. Indikasi yang menunjukkan adanya permasalahan itu yakni kegiatan penjualan produk yang dilakukan masih terbatas. Penjualan ini hanya dilakukan kepada tamu yang berkunjung ke kawasan Rintisan Agropolitan. Tamu-tamu tersebut datang dari kawasan agropolitan di wilayah lain untuk melakukan studi banding di Agropolitan Kabupaten Cianjur. Dengan adanya keterbatasan lokasi penjualan produk olahan ini, maka dapat dikatakan penjualan belum mampu dijual keluar jauh dari tempat produksi. Hal ini terkait dengan keterbatasan informasi pasar yang dimiliki oleh KWT Kartini. Masalah lainnya yaitu dalam hal kemasan produk. Kemasan produk yang masih belum menarik menunjukkan bahwa teknologi pengemasan belum diterapkan. Dengan demikian pasar belum bisa menerima produk olahan ini karena kondisi kemasan yang masih sederhana. Kondisi produk olahan yang tidak tahan lama juga merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh KWT Kartini. Dodol dapat bertahan selama satu

10

bulan, kerupuk mentah dua bulan, kerupuk siap makan satu bulan, sirup dua sampai tiga bulan, dan stick dapat bertahan selama dua bulan. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan siklus yang pendek untuk produk dapat sampai ke konsumen. Jika produk tidak cepat sampai ke konsumen maka akan muncul barang sisa dan itulah yang akan menjadi masalah bagi KWT Kartini. Menghadapi masalah-masalah tersebut, maka manfaat yang seharusya dapat diperoleh dari kegiatan pengolahan ini belum dapat dirasakan khususnya oleh KWT Kartini. Kegiatan pemasaran yang belum mampu dilakukan dengan baik oleh KWT Kartini mengakibatkan penjualan produk olahan wortel yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi berkaitan dengan aspek pemasaran untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh KWT Kartini tersebut. Strategi yang sebaiknya digunakan KWT Kartini dalam kaitannya dengan usaha pemasaran adalah strategi yang disusun dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal. Tantangan utama yang dihadapi KWT Kartini saat ini adalah bagaimana membangun dan mempertahankan usaha yang sehat dalam pasar dan lingkungan usaha yang cepat berubah sehingga mempengaruhi organisasi dan manajemen. Dengan menggunakan analisis terhadap lingkungan, diharapkan KWT Kartini dapat melakukan strategi pemasaran tepat yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan industri makanan. Dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1. Apa saja faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran yang dihadapi oleh usaha pengolahan wortel KWT Kartini?

11

2. Mengidentifikasi strategi pemasaran apa saja yang dapat diterapkan oleh usaha pengolahan wortel KWT Kartini? 3. Strategi pemasaran mana yang dapat dilakukan oleh KWT Kartini dalam kaitannya dengan aspek pemasaran sehingga dapat mengembangkan kegiatan usaha pengolahan wortel tersebut ?

1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merumuskan strategi pemasaran bagi produk olahan wortel di Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka secara rinci penelitian ini ditujukan untuk : 1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran usaha pengolahan wortel KWT Kartini. 2. Merumuskan strategi pemasaran usaha pengolahan wortel oleh KWT Kartini. 3. Menentukan strategi pemasaran prioritas usaha pengolahan wortel oleh KWT Kartini.

1.4. Kegunaan Penelitian Untuk itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. Penelitian ini berguna bagi : 1. Kelompok tani yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam penentuan proses pengolahan dan penetapan strategi pemasaran.

12

2. Pemerintah dan instansi terkait, yang dapat berfungsi sebagai sumber informasi dan tambahan masukan dalam melihat sejauh mana industri wortel dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan menciptakan nilai tambah bagi suatu usaha, terutama industri kecil. 3. Peneliti yang menjadi pengalaman berharga dan sebagai langkah awal dalam penerapan ilmu pengetahuan. Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.

1.5. Ruang Lingkup Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai dan berdasarkan pembatasan yang dihadapi, maka penelitian dibataskan pada produk olahan wortel berupa dodol, kerupuk, sirup, dan stick. Adapun campuran bahan-bahan pendukung seperti gula,vanila, asam sitrat, sagu, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng. Kegiatan usaha yang dijalankan terbatas pada cakupan industri rumah tangga.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Wortel Tanaman wortel (Daucus carota L.) berasal dari daerah yang beriklim sedang (subtropis). Tanaman ini ditemukan sekitar 6.500 tahun yang lalu, tumbuh secara liar di kawasan kepulauan Asia Tengah (Punjab, Kasmir, Afganistan, Tajikistan, dan bagian barat Tiam San) dan kawasan Timur Dekat (Asia Kecil, Dataran Tinggi Turkmenistan, Transcaucasia, dan Iran). Dari kawasan Asia, mulamula tanaman wortel dibudidayakan di sekitar Laut Tengah. Selanjutnya, menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Amerika, dan akhirnya menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia yang beriklim panas (tropis) (Cahyono, 2002). Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor (Rukmana, 1995). Budidaya wortel di Indonesia pada mulanya hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, dimana propinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi wortel. Di Jawa Barat pada mulanya sentra produksi wortel hanya terkonsentrasi di daerah Lembang dan Cipanas. Wortel merupakan bahan pangan (sayuran) yang digemari, bergizi tinggi, harga murah dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Mengkonsumsi wortel sangat dianjurkan, terutama untuk menghadapi masalah kekurangan

14

vitamin A. Selain sebagai sumber vitamin A serta nutrisi, wortel juga berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit dan memelihara kecantikan. Tanaman wortel merupakan sayuran dataran tinggi, dimana pada permulaan tumbuh menghendaki cuaca dingin dan lembab. Keunggulan dari tanaman ini adalah dapat ditanam sepanjang tahun baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Yang perlu diperhatikan untuk suhu udara bagi wortel adalah, jika suhu udara terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi kecilkecil (abnormal) dan berwarna pucat atau kusam dan apabila suhu udara terlalu rendah (sangat dingin) maka umbi yang terbentuk menjadi panjang kecil. Keadaan tanah yang cocok untuk wortel adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang). Umumnya jenis tanah yang baik adalah andosol yang terdapat di daerah dataran tinggi (pegunungan). Wortel dapat tumbuh baik pada keasaman tanah (pH) antara 5,5 - 6,5 dan untuk hasil optimal diperlukan pH 6,06,8. Di Indonesia wortel umumnya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian 1000-2000 m dpl, tetapi dapat pula ditanam di dataran tinggi medium (>500 m dpl), namun produksi dan kualitas kurang memuaskan. Usaha tani wortel secara intensif sistem agribisnis memberikan keuntungan yang memadai. Potensi daya hasil wortel varietas unggul dapat mencapai antara 20-25 ton per ha. Bila harga jual rata-rata Rp. 500 per kg, keuntungan bersih usaha tani wortel selama + 3 bulan dapat mencapai lebih dari Rp 5 juta per hektar. Bahkan akhir-akhir ini peluang pasar wortel makin luas dan beragam, selain dalam bentuk segar diantaranya adalah bentuk umbi segar, umbi

15

beku segar dan umbi muda segar juga dapat dijual dalam bentuk olahan. Produk olahan tersebut diantaranya dodol, kerupuk, sirup, dan stick wortel.

2.2. Pengertian Industri Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, dan atau mengubah barang dasar yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir. Menurut Badan Pusat Statistik (1999) dalam Patria (2005), perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) perusahaan atau usaha yang terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produk dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.

2.3. Konsep Agropolitan Agropolitan terdiri dari dua kata yaitu agro dan politan (polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Definisi agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya (Dinas Pertanian Cianjur, 2003).

16

Sistem dan usaha agribisnis merupakan pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu. Artinya, tidak saja dalam usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi usaha penyediaan sarana prasarana produksi pertanian, pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil pertanian dan usaha jasa seperti bank, penyuluhan, penelitian, dan atau pengkajian (off-farm) (Dinas Pertanian Cianjur, 2003). Agropolitan merupakan pemerataan spasial yang akan menyumbang pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan Agropolitan merupakan pembangunan pusat-pusat pelayanan pada kota-kota kecil yang dilengkapi dengan infrastruktur fasilitas perkotaan antara lain : jaringan jalan, lembaga pasar, lembaga keuangan, perkantoran, lembaga penyuluhan, lembaga pendidikan, prasarana dan sarana umum lainnya, transportasi, telekomunikasi, listrik, air bersih, lembaga petani dan lembaga kesehatan. Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten) tetapi ditentukan dengan memperlihatkan skala ekonomi (Dinas Pertanian Cianjur, 2003). Program pengembangan agropolitan adalah program pengembangan yang berbasis pertanian di kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan

mensinergiskan

berbagai

potensi

yang

ada

untuk

mendorong,

berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah (Dinas Pertanian Cianjur, 2003).

17

Tujuan utama program ini adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota yang mendorong berkembangnya sistem usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan dan berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) (Dinas Pertanian Cianjur, 2003). Adapun sasarannya adalah sebagai berikut (Dinas Pertanian Cianjur, 2003) : 1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan; 2. Membuat master plan kawasan pengembangan agropolitan; 3. Membangun dan memelihara sarana dan prasarana guna menunjang kegiatan usaha agribisnis; 4. Membangun dan menguatkan kelembagaan pendukung; 5. Membangun sistem monitoring dan evaluasi. Suatu kawasan dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agropolitan bila (Dinas Pertanian Cianjur, 2003) : 1. Memiliki lahan yang memadai dan terdapat komoditi unggulan. 2. Memiliki sarana dan prasarana agribisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis seperti pasar, lembaga keuangan, kelembagan petani, balai penyuluhan pertanian, percobaan teknologi agribisnis, jaringan jalan, aksessibilitas dengan daerah lain dan sarana irigasi. 3. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat yang memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dan lain-lain.

18

4. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai, seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain. 5. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin. Suatu kawasan agropolitan yang sudah berkembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Dinas Pertanian Cianjur, 2003) : 1. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian (agribisnis). 2. Kegiatan di kawasan tersebut sebagian besar didominasi oleh kegiatan pertanian atau agribisnis, termasuk di dalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk perdagangan untuk ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan. 3. Hubungan kota dan desa di kawasan agropolitan bersifat timbal balik yang harmonis

dan

saling

membutuhkan,

dimana

kawasan

pertanian

mengembangkan usaha budidaya (on-farm) dan produk olahan skala rumah tangga

(off-farm),

sebaliknya

kota

menyediakan

fasilitas

untuk

berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian, modal, teknologi, informasi pengolahan dan pemasaran hasil produksi pertanian. 4. Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan mirip dengan suasana kota karena keadaan sarana yang ada di kawasan agropolitan tidak jauh berbeda dengan perkotaan.

19

Berkembangnya sistem dan usaha agribisnis di kawasan agropolitan tidak hanya membangun usaha budidaya (on-farm) saja tetapi juga off-farmnya, yaitu usaha agribisnis hulu (pengadaan sarana pertanian), agribisnis hilir (pengolahan hasil pertanian dan pemasaran) dan jasa penunjangnya, sehingga akan mengurangi kesenjangan pendapatan antar masyarakat, mengurangi kemiskinan dan mencegah terjadinya urbanisasi tenaga produktif, serta akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Rivai, 2003) dalam Mulyahati (2005). Dengan demikian dalam suatu kawasan agropolitan menjalankan sistem agribisnis. Peranan agropolitan dalam mengembangkan sistem agribisnis terutama agribisnis hilir (pengolahan hasil dan pemasaran) diharapkan memiliki dan mampu bersaing, bersifat kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Mampu berdaya saing dicirikan antara lain berorientasi pasar, mampu meningkatkan pangsa pasar baik nasional maupun internasional, meningkatkan produktivitas dan nilai tambah melalui : 1. Pemanfaatan modal (capital driven); 2. Pemanfaatan inovasi teknologi (innovation driven); 3. Kreativitas sumberdaya manusia (skill driven), dan bukan lagi mengandalkan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tidak terdidik. Berkerakyatan artinya mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki oleh rakyat banyak, menjadikan rakyat banyak sebagai pelaku utama pembangunan agribisnis dan menumbuhkembangkan organisasi ekonomi dan jaringannya menjadi milik rakyat banyak, sehingga nilai tambah yang tercipta dinikmati secara nyata oleh rakyat banyak. Berkelanjutan artinya memiliki kemampuan merespon perubahan pasar yang cepat dan efisien, berorientasi kepentingan jangka panjang,

20

mengadopsi teknologi yang terus-menerus, menggunanakan teknologi ramah lingkungan dan mengupayakan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Terdesentralisasi artinya adalah berbasis pada pendayagunaan keragaman sumberdaya lokal, berkembangnya kreativitas pelaku ekonomi lokal dan memampukan Pemerintah Daerah sebagai fasilitator pembangunan (pendamping dan pemberdaya masyarakat) (Dinas Pertanian Cianjur, 2003).

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu Mulyahati (2005) melakukan penelitian tentang saluran pemasaran wortel di kawasan Agropolitan Cianjur. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa saluran pemasaran yang dominan dilakukan di kawasan Agropolitan Cianjur adalah melalui petani, pedagang pengumpul, supplier, dan pedagang pengecer (supermarket), Pasar TU. Kemang Bogor dan Pasar Bekasi. Sebagian besar petani lebih memilih untuk menjual hasil panennya melalui petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer di pasar TU. Kemang Bogor. Seluruh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam setiap saluran pemasaran melakukan fungsi pemasaran berdasarkan dengan kegiatan pemasarannya. Struktur pasar yang dihadapi petani di kawasan Agropolitan Cianjur adalah struktur pasar persaingan sempurna. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul dan pedagang pengecer di Pasar TU. Kemang Bogor dan Pasar Bekasi adalah pasar persaingan sempurna, sedangkan struktur pasar yang dihadapi supplier dan pedagang pengecer (supermarket) adalah pasar ologopoli. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul yang menjual produknya ke supplier adalah struktur pasar oligopsoni.

21

Kegiatan penjualan dan pembelian pada tingkat lembaga pemasaran untuk setiap saluran berjalan dengan baik, dimana harga ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dan mekanisme pasar. Terdapat dua sistem pembayaran anatara lain tunai dan dibayarkan jika barang telah habis terjual. Sistem pembayaran dari pedagang pengecer (supermarket) kepada supplier pada saluran pemasaran I dilakukan dua minggu sekali atau satu bulansekali jika terjadi keterlambatan. Kerja sama yang terjalin antar lembaga pemasaran sangat baik dan berdasarkan rasa kekeluargaan dan saling percaya yang tinggi. Berdasarkan perhitungan marjin pemasaran dan farmer’s share, saluran pemasaran wortel yang paling efisien dan memberikan bagian terbesar untuk petani adalah saluran pemasaran II (petani-pedagang pengumpul-pedagang pengecer (Pasar TU. Kemang Bogor)). Rasio keuntungan biaya tertinggi pada pemasaran wortel terdapat pada saluran pemasaran III (petani-pedagang pengecer (Pasar Bekasi)), maka saluran pemasaran III dapat menjadi alternatif saluran pemasaran yang dapat digunakan jika prioritas yang ingin dicapai adalah peningkatan pendapatan petani. Persamaan dengan penelitian Mulyahati adalah tempat penelitian yaitu di kawasan rintisan Agropolitan. Perbedaannya adalah objek yang diteliti dan metode analisis yang digunakan. Adriyani (2004) melakukan penelitian tentang strategi pengembangan kawasan Agropolitan, (study kasus : Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat). Berdasarkan hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa penetapan komoditi unggulan dalam pengembangan Kawasan Agropolitan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah. Kawasan Agropolitan

22

Kecamatan Pacet merupakan wilayah pertanian, khususnya hortikultura. Komoditi yang dijadikan komoditi unggulan pada kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet adalah wortel, bawang daun dan kembang kol. Ketiga komoditi tersebut memberikan surplus pendapatan bagi Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet. Komoditi unggulan tersebut memberikan multiplier effect terhadap pendapatan Kecamatan Pacet sebesar 1,0348 berdasarkan harga konstan. Keragaan sistem agribisnis komoditi unggulan (wortel, bawang daun dan kembang kol) terdiri dari subsistem penyediaan sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan hasil dan subsistem pemasaran. Lembaga penunjang yang membantu kegiatan agribisnis yang terdapat di Kawasan Agropolitan ini antara lain : kelompok tani, koperasi, lembaga penyuluh (Balai Penyuluhan Pertanian/BPP), lembaga keuangan, STA dan lain-lain. Pusat pelayanan dan pertumbuhan di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet menunjukan bahwa Desa Cipanas menempati hirarki pusat pelayanan tertinggi. Sedangkan desa dengan hirarki pusat pelayanan terendah adalah Desa Ciherang. Hirarki pusat pertumbuhan dan pelayanan tidak tergantung dari besarnya penduduk yang dapat dilayani. Strategi

pengembangan

Kawasan

Agropolitan

Kecamatan

Pacet

Kabupaten Cianjur secara umum sebagai berikut : 1. Pengembangan

Kawasan

Agropolitan

disesuaikan

dengan

kondisi,

karakteristik dan peluang yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Oleh karena itu, kegiatan basis dari kawasan tersebut harus diketahui terlebih dahulu. Setelah mengetahui kegiatan basisnya, maka dilakukan penetapan komoditi unggulan untuk dikembangkan secara instensif dan terarah.

23

2. Pengembangan agribisnis yang terdapat dalam pengembangan Kawasan Agopolitan dapat menimbulkan kegiatan ekonomi baru. Kegiatan ekonomi yang baru ini juga disesuaikan dengan kondisi, kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh kawasan. 3. Meningkatnya peran serta masyarakat, khususnya pelaku agribisnis dalam menunjang kegiatan pengembangan Kawasan Agropolitan dapat berbentuk kegiatan usaha bersama. 4. Pengembangan sarana dan prasarana sosial ekonomi guna menunjang kegiatan pertanian

dan

pemenuhan

kebutuhan

masyarakat

akan

pelayanan.

Pengembangan sarana dan prasarana tersebut seperti jaringan jalan, transportasi, irigasi, pasar untuk komoditi, telekomunikasi dan lain-lain. 5. Strategi yang disusun dalam pengembangan Kawasan Agropolitan harus sesuai dengan kondisi, karakteristik dan peluang yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Akan tetapi strategi tersebut harus berwawasan lingkungan dan melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya. Strategi yang diterapkan juga disesuaikan dengan komoditi unggulan yang akan dikembangkan dan yang dibutuhkan oleh Kawasan Agropolitan. Persamaan dengan penelitian Adriyani adalah metode analisis yang digunakan dan tempat penelitian di kawasan rintisan Agropolitan. Adapun perbedaannya adalah objek yang diteliti. Jati (2006) melakukan penelitian tentang analisis nilai tambah dan strategi pemasaran kopi bubuk Arabika Kelompok Tani Manunggal VI Kecamatan Jambu Semarang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut perhitungan nilai tambah pada bulan Desember 2006, nilai tambah kotor yang dihasilkan adalah sebesar Rp.

24

8.800 per kilogram dengan rasio nilai tambah sebesar 41,89 persen dari nilai produk. Imbalan tenaga kerja sebesar Rp. 1.600. Hal ini berarti bahwa 17,97 persen dari nilai tambah pemasaran merupakan imbalan yang diterima tenaga kerja. Sedangkan nilai tambah bersih sebesar Rp. 7.200 atau 34,32 persen dari harga jual yang merupakan keuntungan yang diterima kelompok tani. Marjin yang diperoleh dari setiap penjualan satu kilogram kopi bubuk adalah Rp. 12.000. Marjin yang didistribusikan untuk tenaga kerja adalah sebesar Rp. 1.600 per kilogram atau sebesar 13,25 persen. Marjin untuk sumbangan input lain sebesar Rp. 3.200 per kilogram atau sebesar 26,69 persen. Sedangkan marjin yang merupakan keuntungan usaha adalah Rp. 7.200 per kilogram atau sebesar 60,06 persen, yang merupakan imbalan bagi perusahaan yang lebih besar daripada marjin imbalan tenaga kerja menunjukkan bahwa Kelompok Tani Manunggal IV merupakan usaha yang padat modal. Berdasarkan analisis SWOT, strategi SO terpilih adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengolahan dan pemasaran produk kopi. Strategi WO terpilih adalah penngkatan jumlah produksi dan memperluas jaringan pemasaran. Strategi ST terpilih adalah memproduksi jenis kopi racikan. Strategi WT terpilih adalah mengikutsertakan anggota kelompok tani dalam programprogram pemerintah yang berkaitan dengan perkebunan, pengembangan usaha, dan pelatihan. Hasil penentuan prioritas utama strategi berdasarkan matriks QSPM adalah membuka peluang investasi kepada pihak lain. Persamaan dengan penelitian Jati adalah metode analisis yang digunakan. Adapun perbedaannya adalah objek yang diteliti dan tempat penelitian.

25

Patria (2005), melakukan penelitian tentang strategi pengembangan bisnis di PT Supra Sari Pratama (SSP) Bogor. Dalam penelitiannya menggunakan alat analisis berupa Matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM. Setelah dilakukan analisa ternyata nilai matriks internal PT SSP adalah sebesar 1.680 maka perusahaan ini memiliki faktor internal yang tergolong rendah. Kekuatan yang dimiliki perusahaan harga jual produk yang selalu diusahakan selalu lebih rendah dari produk-produk yang telah dikenal oleh masyarakat. Kelemahannya adalah biaya produksi yang rendah masih sulit dicapai. Di sisi lain nilai matriks eksternalnya adalah 2.157, ini menunjukkan respon PT SSP kepada lingkungan eksternal tergolong sedang. Peluang terbesar yang dimanfaatkan adalah kepercayaan masyarakat. Ancaman terbesar yang dihadapi adalah daya beli masyarakat. Hal ini menempatkan posisi PT SSP berada pada posisi kuadran keenam, dimana strategi yang dapat dilakukan penekanan pada produk bermutu tinggi dengan harga sedang, penekanan biaya dan pengendalian biaya yang ketat, serta periklanan yang terbatas. Berdasarkan urutan kemenarikan, strategi yang disarankan untuk diterapkan oleh perusahaan adalah : 1. Mengefisienkan penggunaan bahan baku dan sumber energi pabrik. 2. Berusaha mempertahankan kualitas produk dan harga jual yang lebih rendah dari pesaing. 3. Memperluas pasar dengan memproduksi produk yang lebih bervariasi. 4. Mengoptimalkan kerja R&D agar didapat produk yang sesuai dengan keinginan konsumen.

26

5. Menjalin kerjasama dengan distributor yang telah ada untuk melakukan promosi. Persamaan dengan penelitian Patria adalah metode analisis yang digunakan. Adapun perbedaannya adalah objek penelitian dan lokasi penelitian. Penelitian tentang strategi pemasaran produk olahan wortel di kawasan rintisan Agropolitan Kabupaten Cianjur belum pernah dilakukan. Ringkasan penelitianpenelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian. dapat dilihat padaa Tabel 6 berikut. Tabel 6. Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Tahun Judul Metode Analisis Penulis Mulyahati Saluran Pemasaran Wortel Marjin Pemasaran, di Kawasan Agropolitan Farmer’s Share, dan 2005 Cianjur Rasio Keuntngan Biaya Adriyani Strategi Pengembangan LQ, Sistem Kawasan Agropolitan Agribisnis, 2004 (Studi Kasus: Kecamatan Skalogram, Matriks Pacet, Kabupaten Cianjur, IFE, EFE, SWOT, Propinsi Jawa Barat) QSPM. Jati Analisis Nilai Tambah dan Metode Hayami, Strategi Pemasaran Kopi Matriks 2006 Bubuk Arabika Kelompok IFE,EFE,IE,SWOT, Manunggal VI Kecamatan dan QSPM jambu Semarang Patria Strategi Pengembangan Matriks 2005 Bisnis di PT Supra Sari IFE,EFE,IE,SWOT, Pratama Bogor dan QSPM

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengolahan Kegiatan pengolahan bertujuan memberikan nilai tambah terhadap suatu produk, mengatasi kelebihan produksi, serta dapat meningkatkan harga jual produk. Begitu pun halnya pada komoditi wortel dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis makanan maupun minuman. Pengolahan yang bertujuan memberikan nilai tambah ini telah dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini yang berada di Dusun Kemang, Desa Sindangjaya yang juga masih termasuk ke dalam kelompok tani di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas. Kegiatan ini mulai dilakukan pada bulan April 2004. Komoditi wortel telah diolah menjadi dodol, kerupuk, sirup, dan stick. Bahan baku utama yaitu wortel diperoleh dari para petani wortel di Kawasan Rintisan Agropolitan. Wortel mudah diperoleh karena merupakan komoditi unggulan. Adapun campuran bahan-bahan pendukung lainnya seperti gula, vanila, asam sitrat, sagu, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng banyak tersedia di pasar. 3.1.2. Pemasaran Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Adapun manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan, pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang, dan

28

jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. 3.1.3. Konsep Pemasaran Kotler (2000) menjelaskan bahwa pekerjaan pemasaran bukan untuk menemukan pelanggan yang tepat bagi produk, melainkan menemukan produk yang tepat bagi pelanggan. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Konsep pemasaran berdiri di atas empat pilar ; pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu, dan kemampuan menghasilkan laba. Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang

ditujukan

untuk

merencanakan,

menentukan

harga,

mempromosikan,

mendistribusikan barang dan jasa, yang memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Swasta dan Handoko, 1987) dalam (Jati, 2006). 3.1.4. Strategi Pemasaran Perencanaan strategi pemasaran merupakan langkah yang memegang peranan penting bagi organisasi atau perusahaan karena keberhasilan pemasaran pada dasarnya akan dapat menentukan standar, harkat, dan martabat hidup perusahaan. Dengan demikian pencapaian kinerja pemasaran yang unggul akan menjadi cita-cita setiap eksekutif perusahaan. Strategi pemasaran menjabarkan rencana permainan untuk mencapai sasaran perusahaan.

29

Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan atas logika itu unit bisnis diharapkan bisa mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran dapat didefinisikan sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melaui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi. Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dan hubungannya dengan keadaan lingkungan yang diharapkan, dan kondisi persaingan yang dihadapi (Kotler, 2000). Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat dapat berubah dengan cepat, sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman, baik yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan dalam internal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Strategi pemasaran dapat dilakukan melalui penetapan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Marketing mix merupakan sekelompok variabel yang sering dijalankan

30

oleh suatu perusahaan dengan tujuan meningkatkan jumlah penjualan produknya di pasar. Adapun variabel-variabel bauran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 7. Variabel-variabel Bauran Pemasaran Produk

Distribusi

Promosi

Harga

Kualitas

Saluran

Periklanan

Harga

Fasilitas

Cakupan

Penjualan personal

Potongan harga

Pilihan

Lokasi

Promosi penjualan

Allowances

Model

Persediaan

Publisitas

Periode

Nama merek

Pembayaran

Transportasi

Syarat kredit

Kemasan Ukuran Layanan Jaminan Pengembalian Sumber : David Tahun 2003 3.1.5. Perumusan Strategi Menurut Rangkuti (2000), teknik perumusan strategi dapat diintegrasikan ke dalam tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yaitu tahap pengumpulan input (the input stage), tahap pemaduan (the matching stage), dan tahap penetapan strategi (the decision stage). Alat yang disajikan dalam kerangka perumusan strategi tersebut dapat digunakan untuk semua ukuran dan tipe organisasi, serta dapat membantu ahli strategi mengenali, mengevaluasi, dan memilih strategi. Tahap pertama dalam kerangka formulasi strategi terdiri dari matriks EFE, matriks IFE, dan matriks profil persaingan. Tahap ini disebut tahap input karena karena meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk menentukan strategi.

31

Tahap kedua disebut tahap pemaduan atau pencocokan yang difokuskan untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor internal dengan eksternal. Teknik tahap kedua ini termasuk matriks SWOT, matriks IE, matriks Grand Strategy, matriks SPACE, dan matriks BCG. Tahap ketiga disebut tahap keputusan, yaitu proses pengambilan keputusan strategi apa yang menjadi prioritas dengan menggunakan matriks QSPM. Matriks QSPM menggunakan informasi input dari tahap pertama untuk dijadikan sasaran guna mengevaluasi strategi alternatif yang akan diidentifikasi pada tahap kedua. QSPM mengungkapkan daya tarik relatif dari strategi alternatif sehingga menjadi dasar sasaran untuk memilih strategi spesifik. Ketiga tahapan dalam perumusan strategi tersebut seperti yang disajikan pada Gambar 2 berikut. Stage 1 : The Input Stage Matriks EFE

Matriks IFE

Matriks Profil Persaingan

Stage 2 : The Matching Stage

Matriks SWOT

Matriks IE

Matriks SPACE

Matriks Grand Strategy

Matriks BCG

Stage 3 : The Decision Stage (Matriks QSPM) Gambar 2. Kerangka Kerja Analitis Perumusan Strategi Sumber : Rangkuti (2000)

32

3.1.6. Analisis Lingkungan Pemasaran Dalam menetapkan suatu strategi pemasaran, perusahaan harus memperhatikan lingkungan yang mempengaruhinya. Agar sukses dalam jangka waktu lama, perusahaan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan (David, 2003). Lingkungan ini dibedakan menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Analisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perlu diketahui oleh suatu perusahaan untuk menentukan strategi yang dijalankan guna memasarkan produk yang dihasilkan. Nurhayatie dan Mutamimah (2005) dalam Jati (2006), tiga alasan perusahaan perlu melakukan analisis lingkungan, yaitu (1) Lingkungan dapat berubah dengan cepat sehingga perlu melakukan analisis secara sistematis, (2) Perusahaan perlu mencari informasi dari sekelilingnya guna menentukan faktor-faktor yang ada di lingkungan sekarang yang menjadi ancaman maupun faktor-faktor apa saja yang menjadi peluang, (3) Perusahaan secara sistematis melakukan analisis dan mengenali lingkungan akan dapat bekerja lebih efektif dan efisien. 3.1.6.1. Lingkungan Internal Lingkungan internal dapat dianalisis dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi informasi-informasi karakteristik perusahaan (Nurhayatie dan Mutamimah, 2005) dalam Jati (2006) . (David, 2003), menjelaskan bahwa sebuah variabel merupakan kekuatan apabila menyediakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yang dilakukan perusahaan atau berpotensi untuk dilakukan dengan lebih baik secara relatif terhadap kecakapan pesaing lain yang sudah ada ataupun potensial. Sebuah variabel merupakan kelemahan apabila berupa sesuatu yang tidak dilakukan dengan baik oleh perusahaan atau perusahaan tidak memiliki kepastian untuk melakukannya, sementara para pesaingnya memiliki kapasitas tersebut.

33

Lingkungan internal meliputi bagian dalam perusahaan yang merupakan sumberdaya perusahaan yang dapat menjadi kekuatan perusahaan jika dikelola secara efektif dan efesien, dan apabila sebaliknya menjadi kelemahan perusahaan. Lingkungan internal terdiri dari faktor pemasaran, keuangan, produksi, administrasi, riset dan pengembangan. Pada akhirnya, analisis terhadap lingkungan internal perusahaan akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan yang dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam menerapkan strategi pemasarannya (David, 2003). Disebut kekuatan jika variabel internal yang dievaluasi mampu menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu. Perusahaan mampu mengerjakan sesuatu dengan lebih baik atau lebih murah dibandingkan pesaingnya. Paling tidak variabel tersebut menjadi pembeda utama untuk mempertahankan lebih baik jika mampu mengembangkan kinerja masa lalu. Disebut kelemahan jika perusahaan tidak mampu mengerjakan sesuatu yang ternyata dapat dikerjakan dengan baik atau lebih murah oleh pesaingnya. Paling tidak, variabel tersebut dievaluasi sebagai penyebab pokok penurunan kerja. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel yang terkait dengan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Kunci sukses organisasi adalah kerjasama efektif dan saling pengertian antar manajer dari semua bidang fungsional dari bisnis. Berikut beberapa contoh bidang fungsional (David, 2003) : 1. Manajemen Fungsi

manajemen

terdiri

dari

lima

aktivitas

dasar,

yaitu

pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf, dan pengendalian.

perencanaan,

34

2. Pemasaran Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi menciptakan, dan memenuhi kebutuhan pelanggan akan produk dan jasa. Terdapat sembilan dasar fungsi pemasaran, yaitu : (1) analisis pelanggan, (2) membeli sediaan, (3) menjual produk atau jasa, (4) merencanakan produk atau jasa, (5) menetapkan harga, (6) distribusi, (7) riset pemasaran, (8) analisis peluang, dan (9) tanggung jawab sosial. 3. Keuangan Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing prusahaan dan daya tarik keseluruhan bagi keseluruhan bagi investor. Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan organisasi sangat penting dalam merumuskan strategi secara efektif. Faktor-faktor keuangan seperti likuiditas, solvabilitas, modal kerja, profitabilitas, pemanfaatan harta, arus kas, dan modal, sering mengubah strategi yang ada dan mengubah rencana implementasi. 4. Produksi dan Operasi Fungsi produksi dan operasi terdiri dari aktifitas yang mengubah masukan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi dan operasi terdari dari lima bidang keputusan : proses, kapasitas, sediaan, tenaga kerja, dan mutu. 5. Sumberdaya Manusia (SDM) Faktor sumberdaya manusia dapat menambah kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Berhubungan dengan penerimaan, penyeleksian, penilaian motivasi serta mempertahankan jumlah dan tipe pekerja yang dibutuhkan. 6. Penelitian dan Pengembangan Investasi pada litbang mengarah pada produk dan jasa yang superior dan keunggulan bersaing. Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum

35

pesaing, memperbaiki mutu produk, atau memperbaiki proses manufaktur untuk menekan biaya. 3.1.6.2. Lingkungan Eksternal Perusahaan tidak bisa memusatkan pehatian pada lingkungan internal saja, tetapi juga harus menyadari pentingnya pengaruh eksternal pada perusahaan (Swasta dan Handoko, 1986) dalam (Jati, 2006). Analisis lingkungan eksternal merupakan proses mengidentifikasi dan mengevaluasi informasi-informasi dari luar perusahaan, sehingga dapat mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Menurut David (2003), faktor eksternal perusahaan adalah isu-isu lingkungan yang dianggap memiliki probabilitas tinggi untuk terjadi dan probabilitas tinggi untuk mempengaruhi perusahaan. Kotler

(2000), mendefinisikan peluang pemasaran sebagai suatu daerah

kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan. Sedangkan ancaman lingkungan adalah tantangan akibat kecenderungan atau perkembangan yang kurang menguntungkan, yang akan mengurangi penjualan dan laba jika tidak dilakukan tindakan pemasaran defensif. Kotler (2000), membagi lingkungan eksternal menjadi dua macam, yaitu lingkungan eksternal makro (tidak langsung), terdiri dari demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik-hukum, dan sosial budaya. Adapun lingkugan eksternal mikro (langsung), yang terdiri dari para pesaing, penyedia (pemasok), pelanggan, produk substitusi, dan pendatang baru. a. Lingkungan Makro Lingkungan makro menggambarkan suatu situasi di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Terdapat tiga karakteristik khas lingkungan makro. Pertama, lingkungan makro tidak memiliki batas (boundlessness) dan memiliki

36

intensitas pengaruh yang berbeda terhadap berbagai aspek manajemen. Kedua, lingkungan makro hanya memberikan sinyal lemah pada manajemen, karena perubahan yang ditimbulkan hanya dapat dilihat dalam jangka panjang. Ketiga, lingkungan makro mempunyai sifat tidak dapat dikendalikan. Dalam situasi global, perusahaan harus memantau enam kekuatan utama : demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum, serta sosial budaya. Mengenali dan mengevaluasi eksternal makro membuat organisasi mampu mendesain strategis untuk mencapai sasran jangka panjang. 1. Demografi Lingkungan demografi dapat dianalisis dengan menggunakan informasi mengenai jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, umur, level pendidikan, pendapatan, pekerjaan, ukuran keluarga, tempat tinggal, pola rumah tangga, dan ukuran kota. Data mengenai demografi merupakan salah satu data yang mudah ditemukan, sehingga jangan sampai suatu perusahaan gagal hanya karena kurangnya informasi mengenai faktor-faktor demografi. 2. Ekonomi Selain orang, pasar juga mensyaratkan adanya daya beli. Daya beli yang ada di suatu perekonomian bergantung pada pendapatan, harga, tabungan, utang, dan ketersediaan kredit saat ini. Pemasar juga harus memperhatikan dengan cermat kecenderungan utama pendapatan dan pola pembelanjaan konsumen. Faktor ekonomi lainnya (David, 2003) adalah suku bunga, kecenderungan nilai mata uang, dan inflasi. 3. Alam Salah satu permasalahan global yang utama adalah kerusakan alam. Di banyak kota di dunia, polusi udara, tanah, dan air, telah mencapai tingkat yang

37

membahayakan. Saat ini konsumen lebih menyukai produk-produk yang melestarikan lingkungan dan mau membayar lebih mahal untuk produk-produk “hijau”. Demikian pula dengan pemerintah yang mengatur pemanfaatan sumberdaya alam dengan sistem dan teknologi ramah lingkungan. Pemasar harus mewaspadai ancaman dan peluang yang berhubungan dengan keempat kecenderungan dalam lingkungan alam, yaitu kekurangan bahan baku, peningkatan biaya energi, tekanan anti polusi, dan perubahan peran pemerintah. 4. Teknologi Teknologi kini menjadi salah satu sumber utama perubahan dunia. Banyak ditemukan berbagai macam penemuan baru di berbagai bidang. Dalam waktu singkat, penemuan-penemuan tersebut sudah terlihat efek ekonominya. Teknologi mampu menjadi kekuatan bagi suatu perusahaan apabila digunakan dengan semaksimal mungkin. Akan tetapi menjadi kelemahan apabila teknologi pesaing lebih baik dan lebih efisien. Pemasar harus mengamati tren teknologi berikut ini : percepatan perubahan, peluang inovasi, anggaran litbang yang beragam, dan peningkatan peraturan perundang-undangan atas perubahan teknologi. 5. Politik dan Hukum Lingkungan politik dan hukum memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap keberhasilan dan kegagalan perusahaan melalui peluang dan ancaman bisnis yang ditimbulkannya. Lingkungan ini dibentuk oleh hukum, badan pemerintah, dan kelompok penekan. Para pemasar harus tunduk terhadap beragam kelompok yang mempunyai kepentingan khusus dan berbagai perundang-undangan yang mengatur praktek bisnis.

38

6. Sosial Budaya Masyarakat membentuk keyakinan, nilai, dan norma. Manusia menyerap hampir secara tidak sadar, pandangan dunia, yang merumuskan hubungan mereka dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya, dengan organisasi, dengan masyarakat, dan dengan alam sekitarnya. Mereka harus memasarkan produk yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar dan nilai-nilai sekunder masyarakat, serta memikirkan dan mencari solusi atas kebutuhan-kebutuhan yang berbeda di dalam suatu masyarakat. b. Lingkungan Mikro Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik pasar atau segmen pasar tertentu (Kotler, 1997). Lima kekuatan tersebut adalah pesaing industri, pendatang baru, produk substitusi, pembeli, dan pemasok (Gambar 3). Lima ancaman yang ditimbulkan kekuatan tersebut adalah : 1. Ancaman Pesaing Industri Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika ia memiliki pesaing yang paling banyak, kuat, dan agresif. Segmen ini menjadi tidak menarik lagi jika pertumbuhannya stabil atau menurun, penambahan kapasitas dilakukan secara besar-besaran, biaya tetap tinggi, hambatan untuk keluar besar, atau pesaing mempunyai kepentingan yang besar terhadap segmen tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan sering terjadinnya perang harga, perang iklan, dan pengenalan produk baru. 2. Ancaman Pendatang Baru Daya tarik segmen berbeda-beda menurut tingginya hambatan masuk dan keluar. Segmen yang paling menarik adalah memiliki hambatan untuk masuk yang

39

tinggi dan hambatan untuk keluar yang rendah. Sedangkan tidak menarik apabila hambatan masuk rendah tetapi hambatan keluar tinggi. Semakin menarik segmen tersebut, akan mengkokohkan posisi perusahaan lama, karena pendatang baru tidak mudah memasuki segmen tersebut dan begitu sebaliknya. 3. Ancaman Produk Substitusi Segmen tertentu menjadi tidak menguntungkan jika terdapat substitusi produk yang aktual dan potensial. Konsumen akan segera berpikir untuk berpindah mengkonsumsi suatu produk ke produk substitusinya, apabila produk tersebut tidak mampu memuaskan kebutuhan konsumen. 4. Ancaman Kekuatan Posisi Tawar Pembeli Sebagian pembeli memiliki kekuatan tawar (bargaining power) yang tinggi. Kekuatan tawar pembeli berkembang apabila mereka menjadi lebih terorganisasi, produk tersebut merupakan bagian yang signifikan dari biaya pembeli, produk tersebut tidak terdeferensiasi, pembeli peka terhadap harga, atau pembeli dapat melakukan integrasi ke hulu. 5. Ancaman Kekuatan Posisi Tawar Pemasok Pemasok yang mempunyai bargaining power yang tinggi, dapat memaksakan kehendaknya kepada perusahaan. Pemasok mampu berbuat sesuai keinginannya, seperti menaikkan harga atau mengurangi kuantitas input yang mereka pasok. Kekuatan pemasok yang besar dapat mempengaruhi biaya dan investasi, sehingga akan mengurangi potensi laba perusahaan.

40

Pendatang baru potensial Ancaman Masukanya Pendatang Baru Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Para pesaing industri

Pemasok

Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Pembeli

Pesaing di suatu perusahaan Ancaman Produk atau Jasa Pengganti

Produk pengganti

Gambar 3. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri Sumber : Michael E. Porter Tahun 1987

3.1.7. Matriks IFE dan EFE Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk mengetahui faktorfaktor strategis internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal dapat digali dari beberapa aspek fungsional, misalnya dari aspek manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, SDM, serta Riset dan Pengembangan (David, 2003). Matriks External Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor strategis eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik - hukum, sosial dan budaya, dan persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada serta data eksternal relavan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal

41

berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan (David, 2003). 3.1.8. Matriks IE dan SWOT Matriks IE (Internal-External Matrix) adalah gabungan dari matriks IFE dan EFE yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks IFE dan EFE. Setelah mengetahui posisi perusahaan saat ini dengan menggunakan matriks IE, maka langkah selanjutnya adalah menyusun faktorfaktor strategi bagi perusahaan yaitu dengan menggunakan matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats). Matriks ini dapat menggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. 3.1.9. Matriks QSPM QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) menggunakan informasi input untuk secara sasaran mengevaluasi strategi alternatif layak yang diidentifikasikan dalam tahap pencocokan. QSPM menggunakan daya tarik relatif dari strategi alternatif dan oleh karena itu menjadi dasar sasaran untuk memilih strategi spesifik. QSPM adalah alat yang memungkinkan untuk mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan pada faktor-faktor kritis untuk sukses internal dan eksternal yang dikenali sebelumnya. Seperti alat analisis perumusan strategi yang lain, QSPM memerlukan penilaian intuitif yang baik. QSPM dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak, berdasarkan pada sejauh mana faktor-faktor sukses kritis internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki.

42

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Setelah mengidentifikasi berbagai potensi dari kegiatan pengolahan wortel yang telah dilakukan oleh KWT Kartini, maka ditemukan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan subsistem pengolahan wortel yaitu mengenai pemasaran produk. Subsistem pengolahan dalam suatu sistem agribisnis memiliki tujuan untuk menciptakan bentuk yang lebih baik. Selain itu, kemudahan dalam konsumsi oleh konsumen, produk yang tahan lama, kemudahan distribusi dan pemasaran, pemeliharaan citarasa, dan peningkatan pendapatan melalui nilai tambah juga merupakan tujuan dari pengolahan. Perusahaan melakukan serangkaian kegiatan seperti pengadaan bahan baku, produksi atau pengolahan, dan pemasaran. Ketiga kegiatan ini saling berkaitan satu sama lain. Kegagalan dalam kegiatan awal, akan mengakibatkan kegagalan pada kegiatan selanjutnya. Untuk itu dalam pelaksanaanya perlu direncanakan sebaik-baiknya. Dalam kegiatan pengolahan wortel menjadi berbagai produk olahannya

yaitu

dodol, kerupuk, sirup, dan stick akan sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan perusahaan. Analisis lingkungan mengidentifikasikan dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Identifikasi faktor internal dilakukan dengan analisis lingkungan internal sehingga didapat faktor-faktor sukses kritis internal yang kemudian dirangkum ke dalam matriks IFE. Adapun identifikasi faktor eksternal dilakukan dengan analisis lingkungan eksternal sehingga didapat faktor-faktor sukses kritis eksternal yang kemudian dirangkum dalam matriks EFE. Hasil penggabungan dari matriks IFE dan EFE ini adalah matriks IE yang akan menghasilkan beberapa alternatif strategi. Faktor-faktor sukses kritis internal dan eksternal dicocokkan dalam matriks IE. Tujuan dari matriks ini adalah untuk memperoleh strategi yang lebih rinci dan terarah, sehingga pada tahap ini diharapkan dapat ditentukan posisi perusahaan. Matriks IE dapat

43

dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak berbeda, yaitu tumbuh dan bina, pertahankan dan pelihara, panen atau divestasi. Selain itu, Matriks IE ini akan membantu analisis menuju tahapan berikutnya, yaitu analisis SWOT. Melalui analisis ini, peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan akan dicocokkan satu dengan lainnya sehingga akan didapatkan empat strategi, yaitu Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST, dan Strategi WT. Tahap akhir adalah tahap keputusan perumusan strategi dengan menggunakan Matriks QSPM. Gambar 4 berikut.

Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada

44

Kawasan Agropolitan KWT Kartini Produk olahan wortel

Potensi : 1. Tersedianya bahan baku utama 2. Tanggapan positif terhadap produk 3. Kualitas produk yang baik 4. Memberikan nilai tambah 5. Meningkatkan pendapatan masyarakat

Permasalahan : 1. Penjualan produk masih terbatas 2. Pasar belum menerima produk karena belum menggunakan teknologi pengemasan 3. Kemungkinan muncul barang sisa karena produk merupakan barang konsumsi yang tidak tahan lama

Merumuskan Strategi Pemasaran

Analisis Lingkungan Internal

Analisis Lingkungan Eksternal

Matriks IFE

Matriks EFE

Matriks IE dan Matriks SWOT

Alternatif Strategi Pemasaran

Matriks QSPM

Prioritas Strategi Pemasaran

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis strategi pemasaran produk olahan wortel ini dilakukan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa KWT merupakan satu-satunya kelompok tani wanita yang melakukan pengolahan wortel sebagai komoditi unggulan di daerah tersebut. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga November 2008.

4.2. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua kelompok yaitu data primer dan data skunder. Data primer terdiri dari dua sumber yaitu internal (KWT Kartini) dan eksternal. Data primer tersebut mengenai profil Agropolitan, profil KWT Kartini, fasilitas dan peralatan, kegiatan produksi dan operasi. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, wawancara langsung dan pengisian kuesioner (Lampiran 2) yang diajukan kepada responden. Responden yang terlibat dalam pengumpulan data untuk penentuan faktorfaktor strategis internal dan eksternal dilakukan oleh 10 orang anggota KWT Kartini, satu orang PPL, dan dua orang petani wortel di kawasan Rintisan Agropolitan sebagai pemasok bahan baku. Responden yang terlibat dalam proses penentuan dan pembobotan faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang

46

akan digunakan pada matriks IFE, matriks EFE, dan matriks IE, adalah sebagai berikut : a. Ketua KWT Kartini b. Kepala Cabang Dinas (KCD) Pertanian Kabupaten Cianjur c. Ketua Unit Pendampig Langsung (UPL) Dinas Prindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur d. Petugas Penyuluh Lapang (PPL) Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Adapun responden yang terlibat dalam proses penentuan prioritas dan pembobotan strategi pada Matriks QSPM adalah ketua KWT Kartini. Beliau dipilih karena dianggap memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kapasitas dalam pengembangan usaha pengolahan wortel KWT Kartini di masa depan. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan tahunan serta literaturliteratur yang berkenaan dengan masalah yang dipelajari. Sebagai data penunjang dikumpulkan informasi dari instansi terkait seperti literatur Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, dan Perpustakaan IPB.

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis lingkungan internal dan eksternal pemasaran. Formulasi strategi pada analisis lingkungan internal dan eksternal digunakan metode yang bersumber dari buku David (2003). Pada Tahap Pemasukkan (The Input Stage) digunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Dalam Tahap Pemaduan (The Matching Stage) digunakan alat analisis Matriks IE dan Matriks SWOT. Matriks IE digunakan untuk menentukan posisi

47

usaha. Matriks SWOT digunakan untuk menghasilkan strategi-strategi yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal pemasaran perusahaan. Tahap terakhir adalah Tahap Keputusan (The Decision Stage). Matriks QSPM digunakan dalam penentuan prioritas dari beberapa alternatif strategi pemasaran yang dihasilkan dari Tahap Pemaduan. 4.3.1. Penentuan Bobot Penentuan bobot setiap variabel yang telah didaftar, dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak manajemen dan para pakar dengan menggunakan “Paired Comparison”, penggunaan metode tersebut bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap setiap faktor penentu eksternal dan internal pemasaran. Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 kriteria skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah sebagai berikut : 1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal. 2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal. 3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal. Indikator horisontal adalah variabel-variabel atau faktor-faktor eksternal atau internal pada laju horisontal. Sedangkan indikator vertikal adalah variabelvariabel atau faktor-faktor eksternal atau internal pada laju vertikal. Hasil penilaian masing-masing pakar pada setiap variabel atau faktor dibobot terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam tabel penilaian bobot seperti ditunjukkan pada Tabel 8. Kemudian bobot masing-masing pakar dirata-ratakan untuk menentukan bobot setiap faktor yang digunakan dalam Matriks IFE, EFE,

48

dan Matriks IE. Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus

αi =

Xi n



Xi

i =1

αi = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel X ke-i n = Jumlah data i = 1, 2, 3, ..., n Sumber : Kinnear and Taylor (1991) Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Internal-Eksternal Pemasaran Perusahaan Faktor Internal atau A B C D ....... Total Eksternal A B C D ...... Total

∑ xi

4.3.2. Matriks IFE dan EFE Alat analisis pada tahap masukan yang merupakan tahap awal dari perumusan strategi pemasaran akan digunakan sebagai masukan informasi dalam tahap selanjutnya. Analisis internal pemasaran perusahaan merupakan perumusan

49

kekuatan dan kelemahan pemasaran perusahaan. Analisis eksternal merupakan perumusan peluang dan ancaman pemasaran perusahaan. Untuk matriks IFE (Tabel 9), skala nilai peringkat (rating) untuk kekuatan dan kelemahan yang digunakan adalah : 1 = Kekuatan yang kecil

1 = Kelemahan yang sangat berarti

2 = Kekuatan yang sedang

2 = Kelemahan yang cukup berarti

3 = Kekuatan yang besar

3 = Kelemahan yang kurang berarti

4 = Kekuatan yang sangat besar

4 = Kelemahan yang tidak berarti

Tabel 9. Matriks IFE Faktor-faktor Bobot

Rating

Bobot x Rating

Internal Kekuatan 1 2 ...... Kelemahan 1 2 ..... Total

1,00

Sumber : David (2003) Untuk matriks EFE (Tabel 9), skala nilai peringkat (rating) untuk peluang dan ancaman yang digunakan adalah : 1 = Peluang kecil

1 = Ancaman sangat besar

2 = Peluang sedang

2 = Ancaman besar

50

3 = Peluang besar

3 = Ancaman sedang

4 = Peluang sangat besar

4 = Ancaman sedikit

Tabel 10. Matriks EFE Faktor-faktor Bobot

Rating

Bobot x Rating

Internal Peluang 1 2 ...... Ancaman 1 2 ..... Total

1,00

Sumber : David (2003) Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal eksternal dalam matriks IFE dan Matriks EFE adalah sebagai berikut : 1.

Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada matriks IFE serta peluang dan ancaman pada matriks EFE pada kolom 1.

2.

Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,00 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) semua bobot tersebut jumlahnya harus sama dengan skor total 1,00. Pada tabel 7 dapat dilihat bentuk penilaian pembobotan faktor internal-eksternal perusahaan penentuan peringkat oleh manajemen atau pakar dari perusahaan dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis perusahaan. Untuk mengukur pengaruh

51

masing-masing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat dengan menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini menjawab faktor-faktor strategis tersebut. 3.

Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.

4.

Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5.

Jumlahkan skor pembobotan (dalam kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan internalnya.

4.3.3. Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks IE memposisikan organisasi dalam tampilan sembilan sel seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5. Matriks ini berdasarkan pada dua kunci dimensi, yaitu total pembobotan faktor-faktor internal (IFE) pada sumbu X dan total pembobotan faktor-faktor eksternal (EFE) pada sumbu Y.

52

Kuat 3,0-4,0 Tinggi 3,0-4,0

Rata-rata 2,0-2,9 Lemah1,0-1,99

I

II

III

Menengah 2,0-2,99

IV

V

VI

Rendah 1,0-1,99

VII

VIII

IX

Gambar 5. Matriks IE

Pada sumbu X dari matriks IE, pembobotan total IFE yang bernilai 1,00 sampai dengan 1,99 menggambarkan posisi internal yang lemah, skor 2,00 sampai dengan 2,99 menggambarkan posisi internal rata-rata, dan skor 3,00 sampai 4,00 menggambarkan posisi internal perusahaan kuat. Pada sumbu Y, total pembobotan EFE dengan nilai 1,00 sampai dengan 1,99 menunjukkan posisi eksternal yang rendah. Skor dari 2,00 sampai dengan 2,99 menunjukkan posisi eksternal yang sedang, dan skor dari 3,00 sampai dengan 4,00 menunjukkan posisi eksternal yang tinggi. Matriks

Internal-Eksternal

dapat

dikelompokkan

menjadi

tiga

kelompok, yaitu : 1. Grow and build strategies (pertumbuhan dan pembangunan), yang terletak pada sel I, II, atau IV. Strategi yang layak diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, perkembangan pasar, perkembangan produk) dan strategi integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horisontal).

53

2. Hold and maintain strategies (mempertahankan dan memelihara), jika hasil pembobotan terletak pada sel III, V, atau VII. Strategi yang layak digunakan adalah strategi penetrasi pasar dan perkembangan produk. 3. Harvest or divest strategies (mengambil hasil atau melepaskan), terletak pada sel VI, VIII, atau IX adalah usaha untuk memperkecil atau menutup usaha yang dilakukan perusahaan. 4.3.4. Matriks SWOT Matriks SWOT (Tabel 11) digunakan untuk menyusun strategi pemasaran perusahaan dengan memadukan atau menyesuaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan. Dalam menyusun matriks SWOT, terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan. Delapan tahapan dalam penentuan strategi pemasaran melalui analisis matriks SWOT adalah sebagai berikut : 1. Membuat daftar kekuatan kunci internal perusahaan 2. Membuat daftar kelemahan kunci internal perusahaan 3. Membuat daftar peluang eksternal perusahaan 4. Membuat daftar ancaman eksternal perusahaan 5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal, kemudian catat hasilnya dalam sel strategis S-O 6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal, lalu catat hasilnya dalam sel strategi W-O 7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal, kemudian cata hasilnya dalam straegi S-T

54

8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal, lalu catat hasilnya dalam sel strategi W-T Tabel 11. Matriks SWOT KEKUATAN (S) Daftar Kekuatan Internal PELUANG (O) STRATEGI SO Daftar Peluang Buat strategi yang Eksternal menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang ANCAMAN (T) STRATEGI ST Daftar Ancaman Buat strategi yang Eksternal menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Sumber : David (2003)

KELEMAHAN (W) Daftar Kelemahan Internal STRATEGI WO Buat strategi yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan STRATEGI WT Buat strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Hasil dari matriks SWOT ini diharapkan dapat memberikan beberapa alternatif strategi pemasaran yang dapat dipilih oleh pihak manajemn perusahaan agar tujuan awal dari organisasi tercapai dan kegiatan pemasaran perusahaan mampu memberikan hasil yang maksimal. 4.3.5. Matriks QSPM Quantitative Strategic Planning Matrix adalah suatu teknik analisis yang dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak dengan membuat peringkat strategi pemasaran untuk memperoleh daftar prioritas. QSPM adalah alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif pemasaran secara objektif. Strategi ini dapat diperoleh dari matriks SWOT. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 12. Langkah untuk mengembangkan matriks ini antara lain, sebagai berikut (David, 2003) :

55

1. Mendaftar kekuatan dan kelemahan internal organisasi, serta peluang dan ancaman kunci eksternal, yang informasinya diambil dari matriks IFE dan EFE. 2. Memberikan bobot untuk setiap faktor kritis internal dan eksternal, yang datanya identik dengan yang digunakan dalam matriks IFE dan EFE. 3. Memeriksa tahap pencocokkan strategi dan menidentifikasi strategi alternatif yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan (organisasi) untuk diterapkan atau dilaksanakan. 4. Menetapkan daya tarik (Attractiveness Score) yang menunjukkan daya tarik relatif dari setiap strategi yang lain. Alternatif pemberian nilai daya tarik terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi strategi terpilih, dilakukan sebagai berikut : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik. 5. Menghitung nilai total daya tarik (Total Attractiveness Score) yang merupakan hasil perkalian bobot dengan nilai daya tarik. 6. Menghitung jumlah nilai TAS (Total Attractiveness Score) yang menunjukkan atau mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari alternatif strategi yang ada atau yang ditawarkan. Semakin tinggi nilai TAS, maka strategi tersebut semakin menarik untuk diimplementasikan.

56

Tabel 12. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Alternatif Strategi Faktor-faktor Sukses Kritis

Bobot

Strategi 1 AS

TAS

Strategi 2 AS

TAS

Strategi 3 AS

TAS

Faktor-faktor Kunci Internal Total Bobot Faktor-faktor

1,0 Kunci

Eksternal Total Bobot

1,0

Jumlah nilai TAS Sumber : David (2003) Keterangan : AS : Nilai Daya Tarik Penilaian ini berdasarkan skala : 1 = tidak menarik 2= agak menarik 3 = cukup menarik 4 = sangat menarik Jika faktor sukses kritis tidak memberikan pengaruh pada pilihan spesifik yang akan dibuat, maka tidak perlu memberikan Nilai Daya Tarik pada strategi sel tersebut TAS : Total Nilai Daya Tarik

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1. Kawasan Agropolitan Cianjur Kawasan Agropolitan adalah kawasan agribisnis yang memiliki fasilitas perkotaan. Kawasan Agropolitan ini terdiri dari kota pertanian dan desa-desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Kabupaten Cianjur merupakan daerah contoh pengembangan program agropolitan bagi daerah lain. Program agropolitan ini berjalan mulai tahun 2002 yang

bertujuan

untuk

meningkatkan

percepatan

pembangunan

wilayah

perencanaan dan peningkatan keterkaitan desa dan kota serta mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis berdasarkan pertimbangan utama fungsi wilayah perencanaan sebagai kawasan konversi tanah dan air.

5.2. Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan Cianjur Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur menetapkan dua desa yang terbagi dalam dua kecamatan sebagai desa inti dari program agropolitan yaitu Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani Kecamatan Pacet. Kedua desa tersebut dipilih karena sesuai dengan persyaratan dikembangkannya suatu wilayah sebagai kawasan agropolitan dan termasuk ke dalam desa dengan tingkat produksi sayuran yang tinggi (Master Plan Agropolitan Cianjur, 2003). Penetapan kedua desa tersebut sebagai daerah pengembangan kawasan agropolitan juga didasarkan pada beberapa kebijakan yaitu :

58

1. Keputusan Bupati Cianjur No. 521.3 Kep. 175-Pc2002, tentang Penentuan Desa

Inti

Pusat

Rintisan

Pengembangan

Kawasan

Agropolitan,

menetapkan Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya sebagai desa inti pusat rintisan. 2. Surat Bupati Cianjur Nomor 900/0313/Bappeda perihal kesediaan menyediakan Cost Sharing Proyek P2SDPP dalam mendukung kegiatan pengembangan Kawasan Agropolitan di Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya. 3. Keputusan Bupati Nomor 521.3/Kep.148-Pe/2002 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Kawsan Agropolitan. 4. Keputusan

POKJA

Program

Pengembangan

Agropolitan

Nomor

800.05/2281/Distan tentang Pembentukan Korlap dan Pemandu Program Pengembangan Kawsan Agropolitan POKJA Cianjur. Kawasan rintisan Agropolitan Cianjur terdiri dari dua desa yaitu desa Sukatani dan desa Sindangjaya. Kedua desa tersebut dipilih sebagai Daerah Inti Pusat Rintisan Agropolitan karena memiliki keunggulan di sektor pertanian khususnya hortikultura. Dengan luas lahan pertanian di Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya masing-masing 3 Ha dan 321 Ha mampu menghasilkan 85 ton dan 4.815.000 ton pada tahun 2007. Komoditi utama yang dihasilkan di kedua desa adalah wortel. Menanam wortel sudah menjadi kebiasaan turun-temurun di kedua desa di kawsan agropolitan. Dalam setahun umumnya petani melakukan tiga kali penanaman, sehingga dalam setahun diasumsikan terdapat tiga kali musim tanam. Pola tanaman yang digunakan adalah tumpangsari atau multiple cropping artinya

59

penanaman lebih dari satu jenis tanaman. Wortel sebagai

tanaman utama

digabungkan penanamannya dengan beberapa jenis tanaman, seperti bawang daun, lobak, caisin, pakchoi, horinso, dan tanaman sayuran lainnya. KWT Kartini sebagai kelompok tani yang melakukan pengolahan terhadap wortel, berada di wilayah desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas. Luas daerah Desa Sindangjaya adalah 512 ha. Batas wilayah sebelah utara desa Cimacan, sebelah selatan desa Sukatani, sebelah barat Kabupaten Sukabumi, dan sebelah timur desa Sindanglaya. Ketinggian tanah Desa Sindangjaya adalah 800 – 1.400 m dari muka laut. Banyak curah hujan 3.000 Mm dan suhu udara rata-rata 25 – 300C. Topografi wilayah yaitu pegunungan dan berbukit-bukit. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 2 km, dari ibu kota propinsi kabupaten 18 km, dari ibukota propinsi 100 km. Sedangkan jarak dari ibukota negara 90 km. Jumlah penduduk desa Sindangjaya adalah 11.387 orang terdiri dari 5.922 orang laki-laki dan 5.465 orang perempuan. Jumlah kepala keluarga 2.702 KK, jumlah kepala keluarga petani 1.933 KK dan sisanya 769 KK non petani. Dengan demikian mata pencaharian yang mendominasi penduduk Desa Sindangjaya adalah sebagai petani. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah Penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian Desa Sindangjaya Tahun 2007 Mata pencaharian Jumlah (orang) Karyawan 149 Wiraswata 1.297 Petani 1.943 Pertukangan 48 Buruh tani 598 Pensiunan 52 Sumber : Laporan Tahunan Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas

60

Kondisi sumberdaya di kawasan agropolitan pada saat ini sangat potensial, karena didukung oleh keanekaragaman komoditas sayuran dataran tinggi yang bernilai komersial, sumberdaya manusia (petani) yang relatif dinamis dan terbuka dalam menerima teknologi, serta ditunjang oleh kedekatan geografis terhadap sentra-sentra pasar (konsumen) di kota-kota Jakarta, Bogor, dan Bekasi. Dengan adanya

dukungan sumberdaya yang potrensial tersebut akan membantu

mendoong pengembangan agribisnis. Secara ekonomi produk-produk yang dihasilkan di kawasan rintisan agropolitan sebagian besar masih belum memberikan tambahan manfaat dari potensi pengembangan produk itu sendiri. Dengan kata lain belum banyak yang melakukan pengolahan terhadap komoditi yang dihasilkan untuk bisa memenuhi permintaan pasar. Kondisi ini tercermin dari belum adanya kelompok tani yang melakukan pengolahan selain KWT Kartini yang telah mencoba mengolah wortel.

5.3. Keadaan Umum KWT Kartini Di Desa Sindangjaya kampung Kemang Rt 03/06 terdapat satu kelompok wanita tani yaitu Kartini. Kelompok tani ini terbentuk pada 21 April 2002 dan mulai saat inilah kelompok tani memperoleh penyuluhan dari para PPL. KWT Kartini merupakan kelompok tani lanjut karena telah sering mengikuti pameran dan pelatihan. Kelompok tani ini melakukan pengolahan hasil pertanian komoditi wortel. Hasil dari produk olahan tersebut yaitu dodol, kerupuk, sirup, dan stick wortel. Jumlah anggota terdiri dari 10 orang yang berfungsi sebagai pemilik sekaligus sebagai pengelola dari kegiatan pengolahan tersebut. KWT Pengurus

61

kelompok tani terdiri dari, ketua : Ibu Rina yang dibantu oleh sekretaris dan bendahara yaitu Ibu Neneng dan Ibu Cici. KWT Kartini tidak memiliki visi dan misi yang tertulis. Namun demikian, KWT Kartini memiliki target untuk meningkatkan penjualannya dengan memperluas daerah pemasaran. Selain itu, KWT Kartini juga akan berusaha untuk mempromosikan

produk

olahannya

tersebut

ke

pasar

sehingga

dapat

menjadikannnya sebagai salah satu makanan khas Cianjur. KWT Kartini merupakan kelompok tani yang menjalankan kegiatan pengolahan dalam skala rumah tangga. Dengan demikian asset atau peralatan yang digunakan pun masih manggunakan peralatan sederhana dengan jumlah yang terbatas. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur pernah memberikan bantuan berupa peralatan, namun tidak dapat dimanfaatkan seluruhnya karena peralatan tersebut bukan untuk skala rumah tangga. Peralatan yang tidak dapat dimanfaatkan tersebut diambil kembali oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur untuk diberikan kepada kelompok tani lain yang membutuhkannya. Berikut adalah jumlah aset yang dimiliki oleh KWT Kartini yang digunakan untuk kegiatan pengolahan wortel disajikan dalam Tabel 14. Tabel 14. Aset KWT Kartini Nama Aset Kompor Wajan Juicer Blender Slicer Siller Panci Pisau Nampan

Jumlah 3 3 1 2 1 1 3 5 4

Jangka waktu pemakaian (tahun) 5 5 8 8 10 10 5 1 2

62

Peralatan tersebut di atas digunakan dalam kegiatan pengolahan wortel menjadi berbagai produk olahannya. Wortel dikupas menggunakan pisau. Pemotongan menggunakan slicer dan penghancuran menggunakan blender. Pembuatan adonan digunakn panci. Wajan dan kompor digunakan untuk memasak. Nampan biasa digunakan untuk menjemur pada proses pembuatan kerupuk. Selanjutnya dalam proses pengemasan digunakan siller.

5.4. Pengaruh Penyuluh Pembimbing Lapang bagi Kelompok Tani KWT Kartini merupakan kelompok tani yang berada di kawasan rintisan agropolitan, sehingga dalam segala kegiatannya memperoleh bimbingan dan pengarahan dari para Penyuluh Pembimbing Lapang (PPL) yang berasal dari Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Dengan adanya peran dari PPL ini diperoleh transfer teknologi yang dapat diterapkan oleh KWT Kartini. Adanya transfer teknologi tersebut mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari anggota KWT Kartini. Peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ini dapat tercapai jika ada peran aktif dari anggota itu sendiri untuk ikut mengalami, mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan, dan menerapkan segala bentuk pengarahan dan bimbingan yang diberikan oleh PPL. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengakibatkan kelompok tani sangat memperhatikan kualitas pengolahan wortel. Dengan kualitas yang baik, hasil yang diterima oleh kelompok tani juga semakin baik.

63

5.5. Proses Produksi KWT Kartini telah mampu memproduksi empat jenis produk olahan wortel. Produk-produk tersebut yaitu dodol, kerupuk, sirup, dan stick wortel. Berikut proses produksi keempat jenis produk olahan wortel tersebut :

1. Dodol wortel Bahan yang digunakan untuk membuat dodol wortel yaitu wortel, gula, vanilla, dan asam sitrat. Banyaknya wortel dan gula yang digunakan adalah satu berbanding satu sedangkan asam sitrat dan vanila digunakan secukupnya untuk penambah rasa dan bertujuan untuk mengurangi bau wortel. Wortel terlebih dahulu dikupas kulitnya dan dicuci sampai bersih. Wortel tersebut kemudian diiris tipis untuyk memudahkan dalam proses penghancuran. Wortel dihancurkan dengan menggunakan blender untuk diambil sari wortelnya. Kemudian sari wortel dicampur dengan gula, vanilla, dan asam sitrat. Semua bahan tersebut dimasak dengan cara diaduk-aduk hingga adonan menjadi liat seperti dodol. Setelah masak manisan tersebut didinginkan terlebih dahulu sebelum dibungkus. Dodol wortel tersebut siap dijual setelah dibungkus dan diberi label. Harga manisan wortel adalah Rp. 4.000 per pack isi 10 bungkus. 2. Kerupuk wortel Wortel juga dapat diolah menjadi kerupuk wortel. Bahan yang digunakan antara lain wortel, sagu, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng.

64

Wortel diambil sarinya dengan menggunakan metode yang sama seperti pada pembuatan dodol wortel. Sari wortel tersebut dicampur dengan sagu, air, penyedap rasa, dan ketumbar. Setelah dicampur rata, adonan tersebut dimasukkan ke dalam plastik putih yang berukuran 10 x 3 cm dengan tujuan untuk membentuk adonan kerupuk. Adonan selanjutnya dikukus hingga matang. Setelah matang, adonan tersebut didinginkan dan dimasukkan sebentar ke dalam lemari es agar adonan tersebut menjadi keras sehingga mudah mengirisnya. Tahapan

selanjutnya

adalah

proses

pengirisan

adonan,

plastik

pembungkusnya dibuang terlebih dahulu. Setelah diiris tipis, kerupuk yang masih basah dijemur dengan menggunakan bantuan sinar matahari. Sinar matahari ini sangat membantu dalam proses pengeringan kerupuk wortel ini. Penjemuran dilakukan sampai kerupuk wortel benar-benar kering. Setelah benar-benar kering, kerupuk wortel tersebut digoreng. Kerupuk wortel yang telah digoreng didinginkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalm plastik pembungkus yang berukuran 15 x 20 cm. Kerupuk wortel ini dijual dengan harga Rp. 5.000 per ¼ kilogram. 3. Sirup wortel Sirup wortel yang dijual dengan harga Rp. 20.000 per botol dalam pembuatannya menggunakan bahan-bahan seperti wortel, gula, air, vanilla, dan asam sitrat. Untuk 1 kilogram wortel digunakan gula sebanyak 700 gram, air sebanyak 1 liter, vanilla, dan asam sitrat secukupnya.

65

Tahap pertama wortel dikupas kulitnya, dicuci, dan diiris tipis. Lalu irisan wortel itu dihaluskan dengan menggunakan blender untuk diambil sarinya. Sari wortel tersebut dicampur dengan air, gula, vanila, dan asam sitrat. Kemudian dimasak hingga mendidih dengan cara diaduk-aduk hingga mendidih dan agak

mengental. Setelah didinginkan sirup tersebut

dimasukkan ke dalam botol. 4. Stick wortel Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan stick wortel ini adalah wortel, terigu, bawang merah, bawang putih, penyedap rasa, dan garam. Cara membuatnya yaitu wortel yang sudah dibersihkan kemudian diparut, dicampurkan dengan bawang merah, bawang putih yang telah dihaluskan terlebih dahulu. Selanjutnya dicampurkan dengan bahan-bahan lain. Setelah adonan tercampur, cetak adonan sesuai dengan selera. Proses terakhir adalah proses penggorengan.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Lingkungan Internal KWT Kartini merupakan suatu kelompok wanita yang bergabung dalam suatu komunitas tani yang melakukan suatu kegiatan pengolahan wortel. Struktur organisasi masih sederhana hanya terdiri dari ketua kelompok, sekretaris, bendahara, dan anggota. Hubungan dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan bersifat kekeluargaan. Produk-produk olahan yang dihasilkan oleh KWT Kartini terdiri dari empat jenis yaitu dodol, kerupuk, sirup, dan stick wortel. Kualitas produk olahan yang dihasilkan termasuk berkualitas baik. Hal ini dibuktikan dengan telah diperolehnya ijin dari Departemen Kesehatan. Dengan adanya ijin ini membuat konsumen akan merasa lebih aman untuk mengkonsumsi produk olahan tersebut. Kegiatan produksi dilakukan oleh KWT Kartini jika ada tamu yang berkunjung ke Kawasan Rintisan Agropolitan dan jika ada pesanan untuk tamu yang berkunjung ke Kecamatan Cipanas atau Kabupaten Cianjur. Padahal telah ada permintaan dari pasar modern yaitu Indomart di Kecamatan Cinengah Kabupaten, namun KWT Kartini belum dapat memenuhinya. Hal ini dikarenakan Indomart meminta agar kemasan produk diperbaiki sehingga tampilannnya lebih menarik. Adapun pasar sasaran dari produk olahan wortel yang diproduksi oleh KWT Kartini adalah semua golongan masyarakat. Namun demikian, hingga saat ini KWT Kartini masih menemui kesulitan untuk dapat memasarkan produknya.

67

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua KWT Kartini, sumber keuangan berasal dari iuran dari para anggota. Besarnya iuran ini tidak tentu jumlahnya karena disesuaikan dengan jumlah biaya yang akan dikeluarkan dalam kegiatan produksi. Namun demikian, iuran ini tidak dapat menjadi sumber keuangan selamanya bagi KWT Kartini, karena anggota tidak sanggup saat jumlah biaya produksi tinggi. Oleh karena itu diperlukan hubungan kerjasama dengan pihak luar untuk mendapatkan tambahan biaya dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas produk. Analisis lingkungan internal yang dilakukan yaitu terhadap faktor-faktor strategis internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan dalam pemasaran produk olahan wortel yang dilakukan oleh KWT Kartini. Adapun faktor-faktor strategis internal tersebut antara lain : a. Kualitas Produk Produk olahan wortel ini bermanfaat bagi kesehatan karena bahan baku utamanya yaitu wortel yang mengandung vitamin A tinggi. Selain itu, wortel juga berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit dan memelihara kecantikan. Produk olahan KWT Kartini merupakan produk olahan yang telah memperoleh ijin dari Departemen Kesehatan. Tidak semua produk olahan memperoleh ijin dari Departemen Kesehatan. Dengan adanya ijin tersebut menandakan bahwa produk tersebut telah melalui serangkaian pengujian produk yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Artinya produk olahan wortel ini merupakan produk yang higienis sehingga dapat dikatakan sebagai produk yang berkualitas baik.

68

Selain itu, adanya permintaan dari pasar modern yaitu Indomart menunjukkan produk tersebut berkualitas baik, karena tidak semua produk olahan dapat masuk ke pasar modern seperti Indomart. Pasar modern seperti Indomart biasanya memiliki ketentuan untuk suatu produk dapat masuk dan dipasarkan. Dengan demikian kondisi produk yang berkualitas baik ini menjadi kekuatan bagi KWT Kartini. b. Lokasi Produksi Kecamatan Sindangjaya memiliki lokasi yang strategis yaitu berada dekat dengan jalur lalu lintas utama, yaitu jalan yang menghubungkan ibu kota negara (Jakarta) dan ibu kota propinsi (Bandung). Hal ini merupakan faktor yang sangat esensial dalam proses pemasaran produk. Lokasi produksi KWT Kartini tidak jauh dari lokasi bahan baku berasal. Bahan baku dapat dengan mudah diperoleh dan tidak memerlukan biaya transportasi yang tinggi. Rendahnya biaya transportasi ini akan berpengaruh terhadap biaya produksi. Jika biaya produksi dapat ditekan, maka akan berdampak pada peningkatan keuntungan. Kondisi ini menjadi kekuatan bagi KWT Kartini. c. Kapasitas produksi KWT Kartini dapat memproduksi setiap jumlah pesanan yang diminta oleh konsumennya selama ini. Berapa pun besarnya jumlah pesanan tersebut dapat dipenuhinya. Hal ini dikarenakan segala kondisi produksi yang mendukung seperti bahan baku dan tenaga kerja yang memadai. Dengan demikian kegiatan produksi untuk mencapai kapasitas yang

69

diinginkan dapat tercapai. Oleh karena itu, kondisi ini menjadi kekuatan bagi KWT Kartini. d. Variasi Produk Terdapat empat jenis produk olahan yang dihasilkan oleh KWT Kartini. Produk olahan tersebut yaitu dodol, kerupuk, sirup, dan stick wortel. Dengan demikian konsumen bisa memilih jenis olahan yang lebih disukai.. Hal ini menjadi kekuatan bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya. Tidak semua orang menyukai wortel meskipun dikatakn bahwa mengkonsmsinya baik untuk kesehatan. Dengan adanya pengolahan terhadap wortel, maka wortel akan lebih menarik untuk dikonsumsi mengingat manfaatnya yang cukup besar. Apalagi KWT Kartini telah mampu mengolahnya menjadi empat jenis produk olahan wortel, sehingga konsumen bisa lebih variatif dalam memilih. e. Kemampuan Bermitra dengan Stakeholder KWT Kartini berada dalam lingkungan kawasan Rintisan Agropolitan yang sering dijadikan tempat penelitian dari Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP). Selain itu, KWT Kartini juga mendapatkan pengarahan dan pembinaan dari pemerintah daerah setempat dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Dalam kegiatannya di lapangan Dinas Pertanian Kabupaten Cinjur mengirimkan PPL untuk memberikan pelatihan kepada kelompok tani. Selain itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur juga memberikan pelatihan kepada KWT Kartini.

70

Penelitian dan pelatihan ini mencakup kegiatan pengolahan produk, sampai

pada

pemasaran

produk,

sehingga

keberadaanya

sangat

berpengaruh positif dalam pengembangan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani. Kondisi ini membuktikan bahwa KWT Kartini mampu bermitra dengan stakeholder nya. Hal tersebut membuat KWT Kartini dapat meningkatkan keterampilannya. Dengan peningkatan keterampilan ini diharapkan KWT Kartini mampu memperbaiki produksinya sampai pada pemasaran produknya sehingga lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, kondisi ini menjadi kekuatan bagi KWT kartini dalam melakukan kegiatan pengolahannya yang selanjutnya berdampak pada kegiatan pemasaran. f. Merek Produk Sampai saat ini produk hasil olahan KWT Kartini belum mempunyai merek dagang. Dengan demikian konsumen belum mengenal dengan baik produk olahan ini. Hal ini menjadi kelemahan bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya. g. Kemasan Produk Kemasan yang masih sangat sederhana menunjukkan bahwa belum diterapkannnya teknologi pengemasan. Kondisi ini menghambat kegiatan pemasaran

selain

melihat

kualitas

produknya,

konsumen

juga

memperhatikan kemasan dari produk tersebut. Produk yang telah memiliki kualitas baik sebaiknya ditunjang dengan kemasan yang menarik.

71

Kondisi ini menjadi kelemahan bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya dikarenakan tampilan produk menjadi kurang menarik. Padahal bagaimana produk itu dikemas akan sangat menentukan pemasaran produk. Kemasan produk pada akhirnya akan menentukan besarnya harga jual produk tersebut. Selain tampilan produk menjadi kurang menarik, akibat lain karena belum menggunakan teknologi pengemasan yang baik yaitu berpengaruh terhadap umur simpan produk yang lebih pendek. Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian bagi KWT Kartini jika produk tidak cepat terjual. h. Kegiatan Promosi Kegiatan pemasaran produk juga ditentukan oleh kegiatan promosi. KWT Kartini melakukan kegiatan promosi melaui kegiatan pameran yang biasa diselenggarakan di Kabupaten Cianjur. Kegiatan pameran yang diikuti jangka waktunya terlalu lama sehingga dinilai kurang efektif untuk bisa mempromosikan produk olahan tersebut. Selebihnya kegiatan promosi hanya dilakukan mulut ke mulut. Kegiatan promosi ini juga tidak efektif karena sangat terbatas jangkauannya sehingga informasi produk tidak dapat menyebar dengan luas. Kegiatan promosi ini dirasakan belum optimal, sehingga masih menjadi kelemahan bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya. i. Harga Jual Produk Harga jual produk dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi yang dikeluarkan. Jika biaya produksi dapat ditekan diharapkan harga jual relatif lebih rendah. Biaya untuk bahan-bahan yang digunakan dalam

72

kegiatan produksi produk olahan ini dinilai cukup tinggi. Komponen seperti minyak, gula, dan terigu memberikan komposisi yang tinggi dalam proses produksi. Dengan tingginya harga komponen-komponen tersebut maka menimbulkan peningkatan terhadap biaya produksi. Hal ini akan berdampak pada harga jual produk yang tinggi.

Kondisi ini menjadi

kelemahan bagi KWT Kartini untuk memasarkan produknya karena konsumen cenderung untuk memilih produk dengan harga yang relatif rendah. j. Saluran Distribusi Distribusi adalah proses sampainya barang dari produsen ke konsumen. Saat ini KWT Kartini masih merasa kesulitan untuk dapat menyalurkan produknya hingga sampai ke tangan konsumen. Produk diolah masih menggunakan teknologi sederhana, sehingga umur simpan produk menjadi lebih pendek. Oleh karena itu, diperlukan saluran distribusi yang tepat agar produk bisa cepat sampai ke tangan konsumen. Produk yang sudah terlalu lama menjadi tengik dan tentunya tidak dapat dijual lagi yang pada akhirnya menimbulkan barang sisa. Barang sisa inilah yang akan menjadi masalah karena dapat menimbulkan kerugian. Dengan demikian kondisi saluran distribusi yang ada saat ini menjadi kelemahan bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya.

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil memberikan iklim yang kurang kondusif bagi perkembangan industri makanan. Apalagi saat

73

ini naiknya harga bahan bakar minyak dan gas serta tarif angkutan yang tinggi, akan mempengaruhi kenaikan harga-harga secara umum. Kenaikan harga ini tidak terkecuali dengan harga bahan baku penunjang industri pengolahan wortel yang dilakukan oleh KWT Kartini seperti minyak, gula, dan terigu. Hal ini menjadi suatu ancaman bagi KWT Kartini dalam melakukan kegiatan produksi yang selanjutnya berdampak pada semakin sulitnya KWT Kartini dalam memasarkan produknya. Namun demikian, di sisi lain kondisi pertambahan jumlah penduduk memberikan peluang bagi KWT Kartini untuk semakin memperluas daerah pemasarannya. Produk olahan wortel ini adalah produk untuk semua umur. Dengan demikian, semakin bertambahnya jumlah penduduk akan semakin membuka peluang dalam memasarkan produknya Selain itu, saat ini pola konsumsi masyarakat cenderung untuk lebih memilih makanan yang sehat untuk dikonsumsi. Bahan baku produk ini yaitu wortel yang bermanfaat untuk kesehatan dan menyembuhkan banyak penyakit. Pada periode awal produksi, produk olahan wortel yang ditawarkan adalah tiga jenis produk olahan saja yaitu dodol, kerupuk, dan sirup. Namun dalam perkembangannya, KWT Kartini mencoba memproduksi olahan lainnya yaitu stick wortel. Ternyata produk ini lebih banyak disukai oleh konsumen dan selalu habis terjual dibanding dengan produk olahan wortel lainnya. Dengan demikian KWT Kartini selalu memproduksi stick wortel dalam setiap kegiatan produksinya. Pemasok bahan baku utama produk olahan ini adalah berasal dari kelompok tani yang berada di Kawasan Rintisan Agropolitan itu sendiri. Dengan demikian KWT Kartini sudah menguasai kendali atas pemasok bahan baku utama.

74

Bahan baku tersedia berapa pun jumlahnya karena wortel merupakan produk unggulan di Kawasan Rintisan Agropolitan. Oleh karena itu, posisi tawar pemasok menjadi lemah dalam kaitannya dengan penggunaan bahan baku yang dilakukan oleh KWT Kartini. Hambatan masuk dalam industri ini sangat kecil. Hal ini dikarenakan diperlukan keterampilan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Pendatang baru

yang masuk seperti dari kelompok tani lain yang mencoba

memproduksi produk sejenis, namun tidak dapat bertahan karena kesulitan untuk memasarkan produknya. Analisis lingkungan eksternal yang dilakukan yaitu terhadap faktor-faktor strategis eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman dalam pemasaran produk olahan wortel yang dilakukan oleh KWT Kartini. Adapun faktor-faktor strategis eksternal tersebut antara lain : a. Ketersediaan Bahan Baku Ketersediaan

bahan

baku

merupakan

faktor

yang

penting

bagi

keberlanjutan suatu usaha. Kemudahan distribusi dan letak bahan baku yang tidak jauh dari lokasi usaha dapat mengurangi biaya produksi. Apabila melihat topografi Kecamatan Cipanas, sebagian besar merupakan dataran tinggi yang cocok untuk ditanami wortel sebagai komoditas dataran tinggi. Bahan baku utama dalam kegiatan pengolahan ini adalah wortel. Wortel menjadi komoditi unggulan di kawasan Rintisan Agropolitan. Dengan demikian bahan baku akan selalu tersedia untuk diproduksi berapa pun jumlahnya. Hal ini menjadi peluang bagi KWT Kartini untuk tetap dapat

75

berproduksi,

sehingga

diharapkan

akan

selalu

dapat

memenuhi

permintaan. Dengan terpenuhinya permintaan, maka ketersediaan bahan baku ini menjadi peluang bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya. b. Perkembangan Teknologi Adanya perkembangan teknologi semakin memudahkan dalam kegiatan produksi. Contohnya dalam hal penggunaan peralatan seperti adanya juicer, blender, slicer, dan siller akan lebih memudahkan dalam proses produksi. Kegiatan produksi yang lebih mudah dapat membantu tahap selanjutnya yaitu pemasaran produk. Selain adanya peralatan yang dapat memudahkan kegiatan produksi, kemajuan teknologi juga memudahkan dalam pencarian informasi yang berkenaan dengan kegiatan pemasaran produk. Misalnya pencarian informasi melalui media cetak, media elektronik, dan internet. Di samping itu, kemajuan dalam sektor transportasi juga memudahkan dalam memasarkan produk. Oleh karena itu, adanya perkembangan teknologi menjadi peluang bagi KWT Kartini dalam memasarkan produk. c. Dukungan dari Pemerintah Daerah setempat Pemerintah Daerah yang turut memberikan dukungan kepada kegiatan usaha KWT Kartini ini adalah Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Cianjur dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cianjur. Dispertan memberikan dukungan dalam bentuk pemberian pengarahan dan pembinaan kepada KWT Kartini dalam segala bentuk kegiatannya. Disperindag memberikan dukungan dalam bentuk

76

pemberian pelatihan dalam kegiatan produksi sampai pemasaran produk serta pemberian bantuan peralatan. d. Gaya Hidup Sehat Saat ini konsumen semakin cerdas dalam memilih suatu produk. Tren healty life telah menjadi semakin memasyarakat. Konsumen cenderung lebih memilih produk yang sehat dan aman untuk dikonsumsi. Salah satu indikator produk yang aman adalah tanpa bahan pengawet. Produk olahan KWT Kartini ini diproduksi tanpa menggunakan bahan pengawet. Dengan demikian konsumen akan merasa aman untuk mengkonsumsi produk ini. Selain itu, kandungan gizi dan manfaat yang terdapat dalam wortel pun akan menjadi pilihan makanan yang baik untuk dikosumsi oleh semua umur. Kondisi ini akan menjadi peluang bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya. e. Peran Agropolitan Lokasi produksi KWT Kartini yang berada di Kawasan Rintisan Agropolitan, membuat KWT

Kartini memperoleh pengarahan dan

pembinaan dari Penyuluh Pembimbing Lapang (PPL) yang berasal dari Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Pengarahan dan pembinaan ini mulai dari masalah produksi sampai pada pemasaran produk. Selain itu, Agropolitan juga berperan dalam lokasi pemasaran produk karena sampai saat ini penjualan produk masih terbatas. Penjualan produk sebagian besar dilakukan kepada tamu yang berkunjung ke Kawasan Rintisan Agropolitan . Dengan demikian, peran dari Agropolitan ini menjadi peluang bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya.

77

f. Menurunnya Daya Beli Masyarakat Naiknya harga bahan bakar minyak berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat. Penurunan daya beli ini langsung dapat dirasakan dalam semua bidang terutama dalam industri makanan. Tidak sedikit industri makanan yang tidak dapat meneruskan kegiatn produksinya akibat dari adanya peningkatan biaya produksi yang diikuti penurunan daya beli masyarakat. Adanya penurunan daya beli ini, maka masyarakat akan cenderung untuk lebih memenuhi kebutuhan pokok dibanding membeli yang lainnya termasuk untuk membeli produk olahan wortel ini yang tergolong sebagai camilan. Kondisi ini menjadi ancaman bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya. Dengan demikian KWT Kartini perlu memiliki stretegi pemasaran yang tepat untuk menghadapi kondisi tersebut agar dapat bertahan dalam menjalankan kegiatan usahanya. g. Naiknya Harga Kebutuhan Pokok Selain menimbulkan penurunan daya beli masyarakat, naiknya harga bahanbakar minyak yang masih berdampak sampai saat ini juga menimbulkan kenaikan harga kebutuhan pokok. Begitu pun halnya dengan harga bahan baku penunjang produksi seperti minyak, gula, dan terigu yang turut meningkat. Komponen seperti minyak, gula, dan terigu memberikan komposisi yang tinggi dalam proses produksi produk olahan wortel. Dengan demikian jika harga komponen tersebut meningkat, maka akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan biaya produksi. Hal ini berdampak pada kenaikan

78

harga jual produk yang sekaligus akan berakibat pada kegiatan pemasaran. Kondisi ini menjadi ancaman bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya, karena dengan harga yang lebih tinggi konsumen akan berpikir kembali untuk memutuskan proses pembelian. h. Biaya Energi yang Meningkat Harga bahan bakar yang terus meningkat akan berdampak pada kegiatan produksi. Peningkatan ini juga berdampak pada kegiatan produksi yang dilakukan oleh KWT Kartini, seperti penggunaan minyak tanah dan gas elpiji. Sulitnya bahan bakar saat ini membuat harganya meningkat sehingga menambah biaya produksi yang selanjutnya berdampak pada peningkatan harga jual produk. Dengan harga jual produk yang meningkat ini membuat KWT Kartini akan lebih sulit untuk memasarkan produknya, karena konsumen cenderung lebih menyukai produk dengan harga relatif murah. Oleh karena itu, kondisi ini menjadi ancaman bagi KWT Kartini dalam kegiatan memasarkan produknya. i. Tingkat Persaingan Industri Terdapat pesaing di Kelompok tani lain di wilayah Kecamatan Pacet yang melakukan pengolahan wortel. Produk yang dihasilkan tidak jauh berbeda, begitu pun dengan skala usahanya yaitu skala rumah tangga. Kelebihannya dalam segi kualitas, kualitas produk KWT Kartini lebih unggul. Disamping itu, kelompok tani di Kecamatan Pacet masih merupakan kelompok tani pemula yang memerlukan pembinaan lebih lanjut dari PPL. Keberadaan kelompok tani ini menjadi ancaman bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya karena akan menimbulkan persaingan dalam

79

industri pengolahan wortel. Kelompok tani ini sebenarnya masih berada dalam kawasan Rintisan Agropolitan, namun mereka tidak bergabung untuk melakukan kerja sama sehingga kondisi ini akan mengancam pula kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh KWT Kartini. j. Adanya Produk Substitusi Produk olahan wortel ini dapat dijadikan sebagai oleh-oleh makanan khas Cianjur. Namun demikian, terdapat jenis makanan khas Cianjur lainnya yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh seperti tauco dan manisan Cianjur. Tauco dan manisan Cianjur lebih dikenal oleh masyarakat di dalam maupun luar Kabupaten Cianjur. Dua jenis produk tersebut merupakan produk substitusi dari produk olahan wortel. Karena kondisi produk substistusi tersebut lebih dikenal oleh masyarakat sehingga keberadaanya dapat lebih menguasai pasar dibanding produk olahan wortel. Oleh karena itu, adanya produk substitusi ini menjadi ancaman bagi KWT Kartini dalam memasarkan produknya.

6.3. Perumusan Strategi Perumusan strategi diharapkan dapat membantu pengambil keputusan untuk dapat mengenali, mengevaluasi, sehingga pada akhirnya dapat memilih strategi tepat yang dapat diterapkan dalam kegiatan pemasaran. Terdapat tiga tahapan perumusan strategi yaitu tahap masukan, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Dalam analisis internal matriks IFE dilakukan pengidentifikasian faktorfaktor strategis internal yang memiliki pengaruh terhadap strategi pemasaran

80

KWT Kartini yang terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Dalam analisis tersebut dilakukan pembobotan (Lampiran 3) dan pemberian rating (Lampiran 4) terhadap faktor-faktor strategis internal KWT Kartini. Perhitungan rata-rata pembobotan faktor-faktor strategis internal dari keempat responden dapat dilihat pada Lampiran 5. Adapun hasil perkalian rata-rata bobot dan rating dari keempat responden digabungkan dalam matiks IFE seperti ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Penilaian Faktor Strategis Internal

Bobot

Rating

Skor

Kualitas produk

0.106

4

0.4240

Lokasi produksi

0.100

3.8

0.3800

Kapasitas produksi

0.093

3.3

0.3069

Stakeholder

0.090

4

0.3600

Variasi produk

0.115

4

0.4600

Kemasan produk

0.114

1.8

0.2052

Merek produk

0.113

1.5

0.1695

Kegiatan promosi

0.097

2

0.1940

Harga jual produk

0.074

1.3

0.0962

Saluran distribusi

0.099

1.5

0.1485

Kekuatan

Kemampuan bermitra dengan

Kelemahan

Jumlah

1

2.7443

Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis internal, skor total hasil analisis internal adalah 2,7443 yang menandakan bahwa KWT Kartini tersebut berada pada posisi internal “rata-rata”, dalam memanfaatkam kekuatan untuk

81

menghadapi kelemahan yang dihadapi KWT Kartini. Artinya KWT Kartini telah mampu mengatasi kelemahannya dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki, karena berada pada posisi di atas rata-rata (2,50). Kekuatan utama dari KWT Katini terdapat pada faktor variasi produk dengan skor internal 0,46. Produk olahan wortel ini merupakan produk yang belum dikenal banyak oleh masyarakat luas. Dengan demikian semakin banyak pilihan yang ditawarkan maka akan semakin mempermudah konsumen untuk menentukan pilihannya. Adapun kelemahan utama KWT Kartini terletak pada harga jual produk dengan skor internal 0,0962. Sebagai produk yang belum banyak dikenal oleh masyarakat, harga produk yang ditawarkan saat ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk-produk sejenis yang telah lebih dikenal masyarakat. Dalam analisis eksternal matriks EFE dilakukan pengidentifikasian faktorfaktor strategis eksternal yang memiliki pengaruh terhadap strategi KWT Kartini. Faktor-faktor strategis eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Dalam analisis tersebut dilakukan pembobotan (Lampiran 3) dan pemberian rating (Lampiran 4) terhadap faktor-faktor strategis eksternal KWT Kartini. Perhitungan rata-rata pembobotan faktor-faktor strategis eksternal dari keempat responden dapat dilihat pada Lampiran 5. Adapun hasil perkalian antara rata-rata bobot dan rating dari keempat responden digabungkan dalam matriks EFE ditunjukkan pada Tabel 16.

82

Tabel 16. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Penilaian Faktor Strategis Eksternal

Bobot

Rating

Skor

Ketersediaan bahan baku

0.128

3.8

0.4864

Perkembangan teknologi

0.107

3.3

0.3531

Dukungan Pemda setempat

0.099

3.8

0.3762

Gaya hidup

0.09

3.8

0.3420

Peran Agropolitan

0.094

3.5

0.3290

Menurunnya daya beli masyarakat

0.105

1.8

0.1890

Naiknya harga kebutuhan pokok

0.097

1.8

0.1746

Biaya energi yang meningkat

0.087

1.8

0.1566

Tingkat persaingan industri

0.087

2

0.1740

Adanya produk substitusi

0.106

2

0.2120

Peluang

Ancaman

Jumlah

1

2.7929

Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis eksternal tersebut, skor total analisis eksternal adalah 2,7929 yang menandakan bahwa KWT Kartini tersebut berada pada posisi eksternal “sedang” dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang dihadapi KWT Kartini. Artinya KWT Kartini merespon dengan baik terhadap peluang dan mampu mengatasi ancaman, sehingga dapat meminimalkan dampak dari ancaman yang mungkin timbul. Peluang utama KWT Kartini terdapat pada faktor ketersediaan bahan baku dengan skor eksternal 0,4864. Wortel sebagai bahan baku utama merupakan faktor yang penting dalam kegiatan produksi. Kegiatan produksi tidak dapat berjalan tanpa adanya ketersediaan bahan baku dalam jumlah yang cukup. Wortel menjadi komoditi unggulan di Kawasan Rintisan Agropolitan, sehingga berapa

83

pun jumlah yang diperlukan untuk diproduksi, KWT Kartini tidak akan kesulitan. Oleh karena itu, ketersediaan bahan baku menjadi faktor eksternal yang paling mendukung sehingga dikatakan sebagai peluang utama bagi kegiatan pengolahan yang dilakukan oleh KWT Kartini. Ancaman utama KWT Kartini adalah biaya energi yang meningkat dengan skor eksternal 0,1566.

Harga bahan bakar yang meningkat akan

berdampak pada peningkatan biaya produksi. Dengan meningkatnya biaya produksi maka harga jual akan turut meningkat. Harga jual saat ini dikatakan relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk sejenis yang telah lebih dikenal oleh masyrakat. Jika harga jual produk lebih meningkat lagi seiring dengan meningkatnnya biaya produksi, maka kondisi ini tentu akan semakin mengancam KWT Kartini dalam berproduksi. Selanjutnya hal ini tentu akan berdampak pada kegiatan pemasaran yang akan dilakukan oleh KWT Kartini. KWT Kartini perlu menemukan daerah pemasaran yang tepat untuk memasarkan produk olahannya tersebut. Berdasarakan Matriks IE dimana terdapat dua dimensi kunci, yaitu total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu-X dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu-Y. Pada sumbu-X matriks IE, skor total IFE adalah 2,7443 yang menunjukkan posisi internal rata-rata. Demikian pula pada sumbu-y matriks IE, skor total EFE adalah 2,7929 yang menunjukkan posisi eksternal menengah. Matriks IE ditunjukkan pada Gambar 6.

84

Kuat 3,0-4,0 Tinggi 3,0-4,0

Rata-rata 2,0-2,9 Lemah 1,0-1,99

I

II

III

Menengah 2,0-2,99

IV

V

VI

Rendah 1,0-1,99

VII

VIII

IX

Gambar 6. Matriks IE KWT Kartini

Hasil pemetaan matriks IE di atas, menunjukkan bahwa KWT Kartini berada pada sel V. Penetrasi pasar merupakan strategi pemasaran terbaik yang dapat dilakukan oleh KWT Kartini dalam memasarkan produk olahan wortel. Strategi penetrasi pasar merupakan strategi pemasaran yang berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk yang sudah ada di pasar melalui peningkatan usaha pemasaran. Strategi ini perlu dilakukan mengingat daerah pemasaran KWT Kartini yang masih terbatas. Dengan strategi pemasaran ini diharapkan KWT Kartini mampu meningkatkan penjualan produknya. Berdasarkan

Matriks

SWOT

dihasilkan

Strategi

SO

(Strengths-

Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), strategi WO (WeaknessOpportunities), dan strategi WT (Weakness-Threats). Strategi pemasaran produk olahan wortel KWT Kartini yang dihasilkan dalam Matriks SWOT merupakan strategi aplikatif dari strategi penetrasi pasar sebagai hasil dari Matriks IE. Diperoleh enam strategi pemasaran dalam Matriks SWOT, dimana keenam strategi ini terkait dengan penetapan strategi bauran pemasaran yaitu produk, distribusi, promosi, dan harga. Matriks SWOT ditunjukkan pada Tabel 17.

85

Tabel 17. Matriks SWOT KWT Kartini KELEMAHAN (W) 1. Kemasan produk 2. Merek produk 3. Kegiatan promosi 4. Harga jual produk 5. Saluran distribusi

KEKUATAN (S) 1. Kualitas produk 2. Lokasi produksi 3. Kapasitas produksi 4. Kemampuan bermitra dengan Stakeholder 5. Variasi produk PELUANG (O) 1. Ketersediaan bahan baku 2. Perkembangan teknologi 3. Dukungan dari Pemda setempat 4. Gaya hidup 5. Peran Agropolitan

Strategi WO Strategi SO 1.Membuka peluang 2. Peningkatan promosi penjualan atau kerjasama dengan pihak penyebaran informasi lain terkait dengan produk (W2, W3, W5, pendistribusian produk O2, O3, O4, O5). (S1, S3, S4, S5, O1, O3, 3. Memperbaiki O5). tampilan produk melalui perbaikan kemasan (W1, O2, O3). 4. Mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi (W3, W5, O2, O3, O5).

Strategi WT ANCAMAN (T) Strategi ST 1. Menurunnya daya beli 5.Berusaha mempertahankan 6.Meningkatkan efisiensi masyarakat dan efektivitas dalam kualitas produk (S1, S4, 2. Naiknya harga kebutuhan pemasaran produk S5, T4, T5) pokok (W3, W4, W5, T1, 3. Biaya energi yang meningkat T4, T5) 4. Tingkat persaingan industri 5. Adanya produk substitusi

Keenam strategi pemasaran dari hasil Matriks SWOT di atas dijabarkan sebagai berikut : 1. Membuka

peluang

kerja

sama

dengan

pihak

lain

terkait

dengan

pendistribusian produk. (S1, S3, S4, S5, O1, O3, O5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang distribusi produk. Kerja sama yang dapat dilakukan misalnya dengan toko-toko yang menjual makanan khas Cianjur. KWT Kartini dapat menitipkan produk olahannya di

86

toko-toko tersebut untuk kemudian dijual dengan sistem konsinyasi. Kerja sama lainnya dapat dilakukan dengan tempat-tempat wisata di wilayah Kabupaten Cianjur seperti Kebun Raya Cibodas. KWT Kartini dapat menjual produk olahannya tersebut dengan membuka lapak setiap akhir pekan atau musim liburan sekolah. Hal ini dikarenakan Kebun Raya Cibodas biasa dikunjungi wisatawan pada akhir pekan dan musim liburan sekolah. Dua bentuk kerja sama dengan pihak lain tersebut dapat membantu KWT Kartini dalam pendistribusian produk. Dengan pendistribusian produk ke dua tempat yang berbeda diharapkan penjualan produk akan meningkat dan masyarakat akan lebih mengenal produk olahan wortel yang diproduksi oleh KWT Kartini. 2. Peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk (W2, W3, W5, O2, O3, O4, O5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang promosi produk.Promosi terhadap produk yang dilakukan saat ini belum optimal dilakukan oleh KWT Kartini untuk memasarkan produknya. Oleh karena itu, strategi promosi lainnya perlu dilakukan guna lebih mengenalkan produk terhadap masyarakat. Promosi yang dapat dilakukan yaitu melalui pemasaran langsung dengan pemberian contoh makanan untuk dicoba langsung oleh konsumen. Dengan begitu diharapkan konsumen akan tertarik untuk mencoba produk tersebut dan kemungkinan untuk melakukan pembelian. Pemasaran langsung dirasa paling efektif karena KWT Kartini dapat langsung berhubungan secara intensif dengan konsumen dalam mempengaruhi pembelian.

87

3. Memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan (W1, O2, O3). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang produk. Kemasan produk sirup dan dodol wortel yang kurang menarik saat ini perlu diperbaiki, sehingga dapat meningkatkan harga jual produk tersebut. Dengan kemasan produk sirup dan dodol wortel yang menarik, KWT Kartini juga dapat memasarkan produknya tersebut di pasar modern (Indomart) seperti yang telah diminta oleh Indomart selama ini. Oleh karena itu, memperbaiki kemasan ini menjadi penting untuk dilakukan karena dapat meningkatkan harga jual produk dan dapat memperluas daerah pemasaran yang tentunya akan berdampak pada peningkatan penjualan produk. Saat ini harga sirup wortel yaitu Rp 20.000 per botol, jika kemasan sirup wortel tersebut diperbaiki maka dapat meningkatkan harga sirup tersebut. Begitu pun halnya dengan dodol wortel akan turut meningkat jika dilakukan perbaikan terhadap kemasan, harganya saat ini yaitu Rp 4.000 per pack 4. Mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi (W3, W5, O2, O3, O5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang distribusi produk. Daerah pemasaran KWT Kartini saat ini masih sangat terbatas yaitu di Kawasan Rintisan Agropolitan yang terdiri dari dua desa inti yaitu Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya. Pencarian informasi pasar tentang daerah pemasaran lain yang tepat untuk memasarkan produk perlu dilakukan. Dengan penggunaan teknologi informasi seperti media cetak dan media elektronik dapat membantu KWT Kartini dalam memperluas daerah pemasaraannya. Informasi yang diperoleh dapat berupa informasi mengenai jangkauan pasar. Hal ini perlu dilakukan karena semakin luas daerah

88

pemasaran yang dimiliki, maka akan semakin meningkatkan penjualan produk. 5. Berusaha mempertahankan kualitas produk (S1, S4, S5, T4, T5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang harga produk. Produk olahan wortel terutama sirup dan dodol wortel yang telah memiliki kualitas produk yang baik ini perlu dipertahankan. Dengan kualitas produk sirup dan dodol wortel yang tetap dapat dijaga maka akan dapat menimbulkan kepercayaan konsumen terhadap produk ini. Diharapkan loyalitas konsumen terhadap produk tersebut akan terpelihara dengan baik, sehingga pasar yang sudah ada tetap dapat dipertahankan. Selain pasar yang sudah ada tersebut, pasar yang baru dapat diraih yang akan berakibat pada peningkatan penjualan dengan tetap mempertahankan kualitas yang telah ada. 6. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemasaran produk (W3, W4, W5, T1, T4, T5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang promosi produk.Mengingat kegiatan promosi dan saluran distribusi produk sirup, dodol, kerupuk, dan stick wortel yang belum optimal dilakukan oleh KWT Kartini saat ini yang diikuti dengan harga masing-masing produk yang dinilai relatif mahal, maka strategi pemasaran yang efisien dan efektif perlu dilakukan. Dengan pemasaran yang lebih efisien dan efektif diharapkan KWT Kartini dapat mengatasi kelemahan yang ada, sehingga dapat memasarkan produknya ke tempat yang sesuai dengan kondisi harga produknya saat ini. Tahap terakhir dalam perumusan strategi pemasaran adalah tahap keputusan dengan menggunakan Matriks QSPM. Hasil kuesioner yang diisi oleh responden mengenai kemenarikan alternatif strategi pemasaran produk olahan

89

wortel KWT Kartini dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan Matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi 3 mendapat total nilai kemenarikan terbesar yaitu 7,628 yaitu memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan terutama kemasan untuk produk sirup dan dodol wortel. Adapun hasil perhitungan matriks QSPM yaitu perkalian antara rata-rata bobot faktor-faktor strategis internal dan eksternal dengan nilai daya tarik (AS) dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Matriks QSPM Faktor Strategis

Bobot

Strategi 1

Strategi 2

Strategi 3

Strategi 4

Strategi 5

Strategi 6

TAS

TAS

TAS

TAS

TAS

TAS

Internal

A

0,106

0,424

0,424

0,424

0,424

0,424

0,424

B

0,100

0,300

0,300

0,300

0,300

0,300

0,300

C

0,093

0,279

0,372

0,372

0,372

0,372

0,372

D

0,090

0,360

0,360

0,360

0,360

0,360

0,360

E

0,115

0,460

0,460

0,460

0,460

0,460

0,460

F

0,114

0,456

0,456

0,456

0,456

0,000

0,456

G

0,113

0,452

0,113

0,452

0,339

0,000

0,452

H

0,097

0,388

0,388

0,388

0,388

0,097

0,388

I

0,074

0,296

0,074

0,296

0,148

0,222

0,074

J

0,099

0,099

0,099

0,297

0,297

0,000

0,396

A

0,128

0,256

0,512

0,512

0,128

0,512

0,128

B

0,107

0,428

0,428

0,428

0,428

0,428

0,428

C

0,099

0,396

0,396

0,396

0,396

0,396

0,396

D

0,09

0,180

0,090

0,270

0,360

0,090

0,180

E

0,094

0,376

0,376

0,376

0,376

0,188

0,094

F

0,105

0,420

0,420

0,420

0,420

0,210

0,420

G

0,097

0,388

0,388

0,388

0,388

0,388

0,194

H

0,087

0,261

0,261

0,261

0,087

0,348

0,348

I

0,087

0,348

0,348

0,348

0,348

0,348

0,348

J

0,106

0,424

0,424

0,424

0,424

0,424

0,424

6,991

6,689

7,628

6,899

5,567

6,642

Eksternal

Total

90

Berdasarkan Tabel 18 di atas, urutan pemilihan strategi berdasarkan angka kemenarikannya adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan. 2. Membuka peluang kerjasama dengan pihak lain terkait dengan pendistribusian produk. 3. Mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi. 4. Peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk. 5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemasaran produk. 6. Berusaha mempertahankan kualitas produk. Strategi tiga menjadi strategi pemasaran prioritas dikarenakan perbaikan tampilan produk melalui perbaikan kemasan adalah merupakan strategi pemasaran yang paling mungkin untuk dilakukan oleh KWT Kartini saat ini. Dengan memperbaiki kemasan produk, maka peluang kerja sama dengan pihak lain terkait dengan masalah distribusi akan lebih mudah untuk dilakukan. Selain itu, pencarian informasi untuk memperluas daerah pemasaran yang tepat juga akan lebih terarah karena KWT Kartini telah memiliki produk yang berkualitas dengan tampilan produk yang sudah menarik. Artinya strategi pemasaran yang lain dapat dilaksanakan setelah strategi tiga dilakukan. Perbaikan kemasan ini dapat dilakukan dengan berkoordinasi dengan pihak Disperindag Kabupaten Cianjur yang akan membuat desain kemasan untuk produk olahan wortel yang dihasilkan oleh KWT Kartini terutama untuk produk sirup dan dodol wortel. Selain desain kemasan, Disperindag juga akan memberikan sejumlah kemasan untuk dijadikan contoh yang selanjutnya dapat diperbanyak oleh KWT Kartini.

91

Strategi lima yaitu berusaha mempertahankan kualitas produk menjadi prioritas pemasaran terakir berdasarkan hasil Matriks QSPM. Produk olahan KWT Kartini saat ini dikatakan memiliki kualitas yang baik terutama produk sirup dan dodol wortel. Oleh karena itu, strategi ini menjadi prioritas terakhir dari enam strategi aplikatif yang ada. Setelah KWT Kartini mampu melaksanakan kelima strategi aplikatif lainnya, selanjutnya KWT Kartini perlu tetap berusaha untuk mempertahankan kualitas produk yang sudah baik tersebut.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis lingkungan internal pemasaran, usaha pengolahan wortel KWT Kartini berada pada posisi rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan kelemahan usaha yang ada. Kekuatan utama KWT Kartini terdapat pada variasi produk. Adapun yang menjadi kelemahan utama KWT Kartini adalah harga jual produk. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal pemasaran, usaha pengolahan wortel KWT Kartini berada pada posisi sedang dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang dihadapi KWT Kartini. Peluang utama KWT Kartini yaitu ketersediaan bahan baku. Adapun yang menjadi ancaman utama KWT Kartini adalah biaya energi yang meningkat. 2. Hasil perumusan strategi pemasaran berdasarkan Matriks IE, KWT Kartini berada pada kelompok usaha hold and maintain strategy (strategi mempertahankan dan memelihara), sehingga strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar. Dengan demikian diperoleh enam strategi aplikatif dari strategi penetrasi pasar yang merupakan hasil dari Matriks SWOT. 3. Berdasarkan Matriks QSPM, diperoleh strategi pemasaran prioritas usaha pengolahan wortel KWT Kartini yaitu memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan.

93

7.2. Saran Saran yang dapat diusulkan dari penelitian ini adalah : 1. Mempertahankan posisi usaha yang ada dengan meningkatkan produksi dan promosi produk. 2. Memperbaiki desain kemasan produk yang disesuaikan dengan tampilan produk dari setiap jenis produk yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Adriyani, Farida. 2004. Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan (Studi Kasus : Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Cahyono, Bambang. 2002. Wortel Tekhnik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. Data Harga Rata-rata Harian di Sentra Produksi PIP Cipanas. Sub Terminal Agribisnis Cigombong. David, F.R. 2003. Manajemen Strategis Terjemahan : Konsep. Edisi 10. Buku 1 Salemba. Jakarta. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. 2003. Cianjur. Jati, Yodhy Purwoko. 2006. Analisis Nilai Tabel dan Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Arabika Kelompok Tani Manunggal VI Kecamatan Jambu Semarang. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kotler, Philip dan Armstrong. 2000. Manajemen Pemasaran Terjemahan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kinnear, Thomas C and James R. Taylor. 1991. Marketing Research An Applied Approach. Fifth Edition. McGraw-Hill, Inc. USA. Laporan Rapim Ditjen Hortikultura. Tahun 2008. Mulyahati, Atti. 2005 Saluran Pemasaran Wortel di Kawasan Agropolitan Cianjur. Skripsi. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Patria, Fenny. 2005. Strategi Pengembangan Bisnis di PT Supra Sari Pratama Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Porter, Michael E. 1987. Stategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing Terjemahan. Penerbit Erlangga. Jakarta Selatan.. Programa Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun 2008. 2008. Pemerintah Kabupaten Cianjur. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian. Tahun 2008.

95

Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rukmana, Rahmat. 1995. Bertanam Wortel. Kanisius. Yogyakarta. Subdin Bina Usaha. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Tahun 2008.

95

Lampiran

97

Lampiran 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2003 – 2007*

NO

KOMODITAS 2003

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Bawang Merah Bawang Putih Bawang Daun Kentang Lobak Kol/Kubis Petsai/Sawi Wortel Kacang Merah Kembang Kol Cabe Besar Cabe Rawit Tomat Terung Buncis Ketimun Labu Siam Kangkung Bayam Kacang Panjang Jamur Melinjo Petai Total sayuran

Keterangan Sumber

762,795 38,957 345,720 1,009,979 26,340 1,348,433 459,253 355,802 90,281 86,222 774,408 292,314 657,459 301,030 247,782 514,210 103,451 208,450 109,423 432,365 31,233 244,864 134,099 8,574,870

2004 757,399 28,851 475,571 1,072,040 30,625 1,432,814 534,964 423,722 107,281 99,994 714,705 385,809 626,872 312,354 267,619 477,716 179,845 212,870 107,737 454,999 10,544 209,630 135,715 9,059,676

Produksi ( Ton ) 2005 732,610 20,733 501,437 1,009,619 54,226 1,292,984 548,453 440,001 132,218 127,320 661,730 396,293 647,020 333,328 283,649 552,891 180,029 229,997 123,785 466,387 30,854 210,836 125,587 9,101,987

2006 794,929 21,052 571,264 1,011,911 49,344 1,267,745 590,400 391,370 125,251 135,517 736,019 449,040 629,744 358,095 269,533 598,892 212,697 292,950 149,435 461,239 23,559 239,209 148,268 9,527,463

: *) Angka sementara : Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian Tahun 2007

2007*) 745,270 17,200 427,711 1,034,490 38,900 1,254,856 544,126 347,686 106,074 128,366 641,558 436,982 618,000 371,602 236,858 510,928 244,733 299,685 135,589 453,609 46,837 194,349 166,305 9,001,714

98

Lampiran 2. Kuisioner Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal PROGRAM SARJANA EKSTENSI AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Jl. Raya Pajajaran Bogor Jawa Barat Telpon / Fax (0251) 8323496

Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Dalam rangka penelitian skripsi dengan judul :

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENENTUAN FAKTOR INTERNAL

99

Tujuan: Menemtukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok Kekuatan dan Kelemahan dalam strategi pemasaran produk olahan wortel Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur yang dilakukan oleh para responden. Petunjuk Pengisian: 1. Berikan tanda (√) pada kolom Kekuatan pada Tabel 1 berikut ini, faktor-faktor tersebut menjadi Kekuatan dalam strategi pemasaran olahan wortel KWT Kartini. 2. Berikan tanda (√) pada kolom Kelemahan pada Tabel 1 berikut ini, faktor-faktor tersebut menjadi Kelemahan dalam strategi pemasaran olahan wortel KWT Kartini.

apabila produk apabila produk

Tabel 1. Faktor-faktor Strategis Internal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Faktor-faktor Strategis Internal Kualitas produk Lokasi produksi Kapasitas produksi Kemampuan bermitra dengan Stakeholder Variasi produk Kemasan produk Merek produk Kegiatan promosi Harga jual produk Saluran distribusi

Kekuatan Kelemahan

100

PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL Tujuan: Menemtukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok Peluang dan Ancaman dalam strategi pemasaran produk olahan wortel KWT Kartini di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur yang dilakukan oleh para responden. Petunjuk Pengisian: 1. Berikan tanda (√) pada kolom Peluang pada Tabel 2 berikut ini, faktor-faktor tersebut menjadi Peluang dalam strategi pemasaran olahan wortel KWT Kartini. 2. Berikan tanda (√) pada kolom Ancaman pada Tabel 2 berikut ini, faktor-faktor tersebut menjadi Ancaman dalam strategi pemasaran olahan wortel KWT Kartini.

apabila produk apabila produk

Tabel 2. Faktor-faktor Strategis Eksternal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Faktor-faktor Strategis Eksternal Ketersediaan bahan baku Perkembangan teknologi Dukungan Pemda setempat Gaya hidup Peran Agropolitan Daya beli masyarakat Naiknya harga kebutuhan pokok Biaya energi yang meningkat Tingkat persaingan industri Adanya produk substitusi

Peluang

Ancaman

101

PENENTUAN RATING FAKTOR-FAKTOR INTERNAL Petunjuk Umum: 1. Dalam pengisisan kuesioner ini, responden diharapkan melakukan secara langsung (tidak menunda) untuk menghindari terjadinya inkonsistensi jawaban. 2. Penentuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor internal, baik faktor kekuatan dan kelemahan harus konsisten dengan tabel sebelumnya (Tabel 1.) Tujuan: Penentuan tingkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor internal ini terdiri dari faktor Kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor Kelemahan yang mungkin dapat diatasi dalam upaya Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel KWT Kartini. Petunjuk Pengisian: 1. Pemberian nilai pada seberapa besar pengaruh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalam strategi pemasaran produk olahan wortel KWT Kartini. 2. Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dalam strategi pemasaran produk olahan wortel KWT Kartini (Tabel 3.) berikut ini dengan menggunakan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu. 3. Penentuan nilai rating berdasar pada keterangan berikut: Identitas Kepentingan 4* 3* 2** 1* *) **)

Definisi nilai Jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/kekuatan utama bagi perusahaan Jika faktor tersebut berpengaruh besar/kekuatan kecil bagi perusahaan Jika faktor tersebut kurang berpengaruh /kelemahan kecil bagi perusahaan Jika faktor tersebut sangat kurang berpengaruh /kelemahan besar bagi perusahaan

nilai untuk faktor-faktor kekuatan nilai untuk faktor-faktor kelemahan

102

Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel KWT Kartini, terhadap faktor-faktor berikut ini: Tabel 3. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis Faktor Internal Strategis Kualitas produk Lokasi produksi Kapasitas produksi Kemampuan bermitra dengan Stakeholder Variasi produk Kemasan produk Merek produk Kegiatan promosi Harga jual produk Saluran distribusi

Peringkat (rating) 4 3 2 1

103

PENENTUAN RATING FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL Petunjuk Umum: 1. Dalam pengisisan kuesioner ini, responden diharapkan melakukan secara langsung (tidak menunda) untuk menghindari terjadinya inkonsistensi jawaban. 2. Penentuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor eksternal, baik faktor peluang dan ancaman harus konsisten dengan tabel sebelumnya (Tabel 2) Tujuan: Penentuan tingkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor eksternal ini terdiri dari faktor Peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor Ancaman yang mungkin dapat dihindari dalam upaya Strategi Petunjuk Pengisian: 4. Pemberian nilai pada seberapa besar pengaruh faktor Peluang yang dapat dimanfaatkan dalam strategi pemasaran produk olahan Wortel KWT Kartini 5. Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor Peluang dan Ancaman dalam strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel KWT Kartini (Tabel 4.) berikut ini dengan menggunakan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu. 6. Penentuan nilai rating berdasar pada keterangan berikut: Identitas Kepentingan 4* 3* 2** 1* *) **)

Definisi nilai Jika faktor tersebut berpengaruh sangat baik/respon perusahaan sangat baik Jika faktor tersebut berpengaruh baik/respon perusahaan baik Jika faktor tersebut berpengaruh sedang/ respon perusahaan umum Jika faktor tersebut kurang berpengaruh bagi perusahaan/respon perusahaan buruk

nilai untuk faktor-faktor peluang nilai untuk faktor-faktor ancaman

104

Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel KWT Kartini, terhadap faktor-faktor berikut ini: Tabel 4. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis Faktor Eksternal Strategis Ketersediaan bahan baku Perkembangan teknologi Dukungan Pemda setempat Gaya hidup Peran Agropolitan Daya beli masyarakat Naiknya harga kebutuhan pokok Biaya energi yang meningkat Tingkat persaingan industri Adanya produk substitusi

Peringkat (rating) 4 3 2 1

105

PEMBOBOTAN FAKTOR INTERNAL (KEKUATAN dan KELEMAHAN) Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal mengenai tingkat kepentingan suatu faktor-faktor strategis dalam strategi pemasaran produk olahan wortel KWT Kartini. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategi tersebut menentukan strategi pemasaran produk olahan wortel KWT Kartini.

Petunjuk Pengisian: 1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap strategi pemasaran produk olahan wortel KWT Kartini. 2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal

Catatan : Matriks perbandingan berpasangan untuk faktor internal yang akan diisi oleh Bapak/Ibu responden ada pada halaman berikutnya.

106

Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Faktor Internal Faktor-Faktor Strategis Internal a. Kualitas produk b. Lokasi produksi c. Kapasitas produksi d. Kemampuan bermitra dengan Stakeholder e. Variasi produk f. Kemasan produk g. Merek produk h. Kegiatan promosi i. Harga jual produk j. Saluran distribusi Total

a

b

c

d

e

f

g

h

i

j

Total Xi

Bobot

107

PEMBOBOTAN FAKTOR EKSTERNAL (PELUANG dan ANCAMAN) Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor eksternal mengenai tingkat kepentingan suatu faktor-faktor strategis dalam strategi pemasaran produk olahan wortel KWT Kartini. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategi tersebut menentukan strategi pemasaran produk olahan wortel KWT Kartini.

Petunjuk Pengisian: 1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap strategi pemasaran produk olahan wortel KWT Kartini. 2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal

Catatan : Matriks perbandingan berpasangan untuk faktor internal yang akan diisi oleh Bapak/Ibu responden ada pada halaman berikutnya.

108

Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Faktor Eksternal Faktor-Faktor Strategis Eksternal a. Ketersediaan bahan baku b. Perkembangan teknologi c. Dukungan Pemda setempat d. Gaya hidup e. Peran Agropolitan f. Daya beli masyarakat g. Naiknya harga kebutuhan pokok h. Biaya energi yang meningkat i. Tingkat persaingan industri j. Adanya produk substitusi Total

a b

c

d

e

f

g

h

i

j

Total Xi

Bobot

109

PENENTUAN ALTERNATIF STRATEGI DENGAN QSPM Tujuan : Untuk menetapkan kemenarikan relatif dari alternatif-alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT, guna menetapkan strategi mana yang paling tepat untuk dilaksanakan terlebih dahulu oleh perusahaan. Alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT : 1. Membuka peluang investasi bagi pihak lain. 2. Peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk. 3. Mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi. 4. Memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan. 5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengolahan produk. 6. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemasaran produk. Petunjuk pengisian : Tentukan AS atau daya tarik dari masing-masing faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) untuk masing-masing strategi sebagaimana tersebut di atas dengan cara memberikan nilai daya tarik itu adalah : 1 = Faktor tersebut tidak mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih 2 = Faktor tersebut agak mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih 3 = Faktor tersebut cukup mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih 4 = Faktor tersebut sangat mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih Nilai daya tarik (AS) ditetapkan dengan memeriksa setiap faktor penentu internal dan eksternal, satu per satu dengan mengajukan pertanyaan ”apakah faktor ini mempengaruhi strategi pilihan yang akan dibuat ? ” jika jawabannya ya, maka nilai daya tarik harus diberikan pada masing-masing strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif suatu strategi dengan yang lain dengan mempertimbangkan faktor penentu. Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tidak, hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing faktor kunci tidak mempunyai pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat. Oleh karena itu, jangan memberi nilai daya tarik pada strategi-strategi dalam rangkaian tersebut.

110

Faktor Strategis Kekuatan Kualitas produk Lokasi produksi Kapasitas produksi Kemampuan bermitra dengan Stakeholder Variasi produk Kelemahan Kemasan produk Merek produk Kegiatan promosi Saluran distribusi Harga jual produk Peluang Ketersediaan bahan baku Perkembangan teknologi Dukungan Pemda setempat Gaya hidup Peran Agropolitan Ancaman Menurunnya daya beli masyarakat Naiknya harga kebutuhan pokok Biaya energi yang meningkat Tingkat persaingan industri Adanya produk substitusi

S1

S2

S3

S4

S5

S6

111

Lampiran 3. Matriks Perbandingan Strategis Internal dan Eksternal Responden 1 Faktor Internal A B C D E F G H I J

A B 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 3 3 1 2 1 2

C D E F G H I 2 2 2 1 3 1 3 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 1 3 2 2 1 1 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2

J 3 2 3 2 2 2 2 2 2

Responden 2 Faktor Internal A B C D E F G H I J

A B 1 3 2 3 1 1 1 3 1 3 3 1 3 1 1 1 3 1

C D E F G H I 2 3 3 3 1 1 3 1 3 1 1 3 3 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 3 2 1 2 2 3 3

J 1 3 1 2 3 2 2 1 1

Responden 3 Faktor Internal A B C D E F G H I J

A B 2 2 2 1 2 2 3 1 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2

C D E F G H I 3 2 1 1 1 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2

J 2 2 2 2 2 2 2 2 2

112

Lampiran 3. (Lanjutan) Matriks Perbandingan Strategis Internal dan Eksternal Responden 4 Faktor Internal A B C D E F G H I J

A B 3 1 1 1 1 1 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 1 2

C D E F G H I 3 3 1 3 1 3 3 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 1 1 1 1 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 2

J 3 2 2 2 2 2 2 2 2

Responden 1 Faktor Eksternal A B C D E F G H I J

A B C D E 2 1 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 1 1 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3 2 2 1

F G H I 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 1 1 1 3 1 1 3 3 2 3 3 3

J 2 1 2 2 3 2 1 1 1

Responden 2 Faktor Eksternal A B C D E F G H I J

A B C D E 2 3 3 3 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 3 3 3 2

F G H I 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3 3 3 3 2 2

J 2 1 1 1 2 1 1 2 2

113

Lampiran 3. (Lanjutan) Matriks Perbandingan Strategis Internal dan Eksternal Responden 3 Faktor Eksternal A B C D E F G H I J

A B C D E 3 3 3 3 1 3 2 2 1 3 1 2 1 2 3 2 1 2 2 2 1 1 2 3 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 3 2 2

F G H I 3 2 2 3 3 3 3 3 1 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 1 1 2 1 1 2 1 1 3 3

J 2 2 1 2 2 3 3 1 1

Responden 4 Faktor Eksternal A B C D E F G H I J

A B C D E 3 3 3 3 1 1 2 2 1 3 3 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 1 2 3 3 3 1 3 3 3 3 1 2 1 3 2

F G H I 2 2 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 3 2 2 1 2 2 3 1 3 1 1 1 1 1

J 3 2 3 1 2 3 3 3 3

114

Lampiran 4. Penilaian Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal Nilai Rata-rata Rating Faktor Strategis Internal Faktor Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Rata-rata 4 4 4 4 4 A 4 4 3 4 3,8 B 4 3 3 3 3,3 C 4 4 4 4 4 D 4 4 4 4 4 E 1 2 2 2 1,8 F 1 2 2 1 1,5 G 1 3 2 2 2 H 1 1 2 1 1,3 I 2 1 2 1 1,5 J

Nilai Rata-rata Rating Faktor Strategis Eksternal Faktor Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Rata-rata 3 4 4 4 3,8 A 3 4 3 3 3,3 B 3 4 4 4 3,8 C 3 4 4 4 3,8 D 3 4 4 3 3,5 E 1 2 2 2 1,8 F 1 2 2 2 1,8 G 1 2 2 2 1,8 H 2 2 2 2 2 I 2 2 2 2 2 J

115

Lampiran 5. Rata-rata Pembobotan Faktor Strategis Internal dan Eksternal KWT Kartini

Faktor Strategis Internal Kualitas produk Lokasi produksi Kapasitas produksi Kemampuan bermitra dengan Stakeholder Variasi produk Kemasan produk Merek produk Kegiatan promosi Saluran distribusi Harga jual produk

Bobot Pakar Pakar Pakar Pakar 1 2 3 4 A 0,106 0,1 0,089 0,128 B 0,089 0,117 0,117 0,078 C 0,083 0,094 0,094 0,1 D E F G H I J

Faktor Strategis Eksternal Ketersediaan bahan baku Perkembangan teknologi Dukungan Pemda setempat Gaya hidup Peran Agropolitan Menurunnya daya beli masyarakat Naiknya harga kebutuhan pokok Biaya energi yang meningkat Tingkat persaingan industri Adanya produk substitusi

A B C D E F G H I J

0,1 0,1 0,1 0,111 0,122 0,1 0,089

0,094 0,122 0,117 0,106 0,083 0,056 0,111

0,094 0,111 0,122 0,106 0,094 0,072 0,1

0,072 0,128 0,117 0,128 0,089 0,067 0,094

Bobot Pakar Pakar Pakar Pakar 1 2 3 4 0,111 0,128 0,133 0,139 0,117 0,106 0,122 0,083 0,128 0,089 0,083 0,094 0,1 0,089 0,11 0,061 0,094 0,094 0,11 0,078 0,111 0,083 0,067 0,072 0,117

0,089 0,089 0,094 0,094 0,128

0,099 0,105 0,066 0,066 0,105

0,122 0,111 0,122 0,117 0,072

Ratarata 0,106 0,100 0,093 0,090 0,115 0,114 0,113 0,097 0,074 0,099

Ratarata 0,128 0,107 0,099 0,090 0,094 0,105 0,097 0,087 0,087 0,106

116

Lampiran 6. Hasil Kuisioner Matriks QSPM Faktor Strategis Kekuatan A B C D E Kelemahan F G H I J Peluang A B C D E Ancaman F G H I J

S1

S2

S3

S4

S5

S6

4 3 3 4 4

4 3 4 4 4

4 3 4 4 4

4 3 4 4 4

4 3 4 4 4

4 3 4 4 4

4 4 4 4 1

4 1 4 1 1

4 4 4 4 3

4 3 4 2 3

2 4 4 2 4

4 4 4 1 4

4 4 4 3 4

1 4 4 4 4

4 4 4 1 2

1 4 4 2 1

4 4 3 4 4

4 4 3 4 4

4 4 3 4 4

4 4 1 4 4

2 4 4 4 4

4 2 4 4 4

1 3

4 4 4 1 4

Lampiran 4. Matriks QSPM Faktor Strategis Kekuatan A B C D E Kelemahan F G H I J Peluang A B C D E Ancaman F G H I J TOTAL

Bobot

Strategi 1 AS TAS

Strategi 2 AS TAS

Strategi 3 AS TAS

Strategi 4 AS TAS

0,106 0,100 0,093 0,090 0,115

4 3 4 4 4

0,424 0,300 0,372 0,360 0,460

4 3 3 4 4

0,424 0,300 0,279 0,360 0,460

4 3 4 4 4

0,424 0,300 0,372 0,360 0,460

4 3 4 4 4

0,424 0,300 0,372 0,360 0,460

0,114 0,113 0,097 0,074 0,099

4 1 4 1 1

0,456 0,113 0,388 0,074 0,099

4 4 4 4 1

0,456 0,452 0,388 0,296 0,099

4 3 4 2 3

0,456 0,339 0,388 0,148 0,297

4 4 4 4 3

0,456 0,452 0,388 0,296 0,297

0,128 0,107 0,099 0,09 0,094

4 4 4 1 4

0,512 0,428 0,396 0,090 0,376

2 4 4 2 4

0,256 0,428 0,396 0,180 0,376

1 4 4 4 4

0,128 0,428 0,396 0,360 0,376

4 4 4 3 4

0,512 0,428 0,396 0,270 0,376

0,105 0,097 0,087 0,087 0,106

4 4 3 4 4

0,420 0,388 0,261 0,348 0,424 6,689

4 4 3 4 4

0,420 0,388 0,261 0,348 0,424 6,991

4 4 1 4 4

0,420 0,388 0,087 0,348 0,424 6,899

4 4 3 4 4

0,420 0,388 0,261 0,348 0,424 7,628

Strategi 5 AS TAS 4 3 4 4 4

Strategi 6 AS TAS

0,424 0,300 0,372 0,360 0,460

4 3 4 4 4

0,424 0,300 0,372 0,360 0,460

0,000 0,000 0,097 0,222 0,000

4 4 4 1 4

0,456 0,452 0,388 0,074 0,396

4 4 4 1 2

0,512 0,428 0,396 0,090 0,188

1 4 4 2 1

0,128 0,428 0,396 0,180 0,094

2 4 4 4 4

0,210 0,388 0,348 0,348 0,424 5,567

4 2 4 4 4

0,420 0,194 0,348 0,348 0,424 6,642

1 3

15