STUDI IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN REKOMENDASI

Kata kunci: Empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO, ... kesempatan bagi pebelajar untuk mengalami 4 pilar pendidikan, yaitu learning to know, learn...

21 downloads 720 Views 559KB Size
Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

STUDI IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN REKOMENDASI UNESCO DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA STANDAR KOMPETENSI DASAR MEMASANG INSTALASI PENERANGAN LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA DI SMK NEGERI 7 SURABAYA Rohman Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya. [email protected],

Supari Muslim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya. [email protected]

Abstrak Latar belakang diadakannya penelitian ini adalah: (1) kurangnya interaksi antara guru dan siswa, (2) metode pembelajaran ceramah, (3) siswa pasif, (4) siswa tidak terlibat dalam kelompok, dan (5) ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai KKM sebesar 70%. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, peneliti mengimplementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kualitas perangkat pembelajaran, (2) Mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan (3) Meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah “pre-test and post-test one group” yaitu hanya satu kelas yang dikenai perlakuan tertentu (tanpa adanya kelas control) yaitu siswa kelas X TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya. Penilitian menyimpulkan: (1) kualitas perangkat pembelajaran memperoleh nilai rata-rata sebesar 72,18%, yang berarti perangkat pembelajaran sudah memenuhi criteria, sehingga dikategorikan baik dan layak untuk digunakan dengan rincian: silabus memperoleh nilai rata-rata sebesar 80.10%, RPP memperoleh nilai rata-rata sebesar 81.87%, LKS memperoleh nilai sebesar 80.74%, modul memperoleh nilai rata-rata sebesar 78.20%, dan lembar evaluasi memperoleh nilai rata-rata sebesar 82%. Berdasarkan analisis butir soal, reliabilitas memperoleh nilai sebesar 0,73; (2) aktivitas siswa dalam belajar memperoleh nilai rata-rata sebesar 85; dan (3) Ketuntasan hasil belajar setelah implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan MPBM memperoleh ketuntasan hasil belajar dengan skor ratarata 90,58%. Kata kunci: Empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO, model pembelajaran berdasarkan masalah, perangkat pembelajaran, aktivitas siswa, dan ketuntasan hasil belajar siswa Abstract Background of conducting this research were: (1) less interaction between teacher and students, (2) speech method learning, (3) passive student, (4) student not involved in group, and (5) students learning completeness that achieved KKM was 70%. In order to overcome those problems, researcher implemented four pillars of education recommendation of UNESCO with problem based instruction model. This research aims to: (1) knowing learning set quality, (2) observing student activity along teaching and learning process, and (3) increases the completeness of student learning achievement. Research method used was “pre-test and post-test one group” which is just one classroom obtained certain treatment with (no control classroom) is students of classroom X TITL 3 State SMK 7 of Surabaya. This research concluded: (1) quality of learning set obtained mean 72.18%, the mean learning set was meet criteria and categorized good and proper to be used with detail: Syllabus obtained mean 80.10%, Lesson Plan obtained mean 81.87%, Work Sheet obtained 80.74%, Module obtained mean 78.20, and Evaluation Sheet obtained mean 82%. Based on item analysis, reliability of obtained mean 0.73; (2) student activity in student learning obtained mean 85; and (3) the completeness of student learning achievement after the implementation of four pillars of education recommendation of UNESCO with MPBM obtained mean 90.58%. Keyword: four pillars of education recommend of UNESCO, problem based instruction, learning set, student activity, and completeness of student learning achievement.

45

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 45-54

nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) instalasi penerangan bangunan sederhana adalah sebesar 75. Kenyatan di lapangan didapat 70% nilai siswa dinyatakan mencapai KKM sedangkan 30% nilai siswa belum mencapai KKM.

PENDAHULUAN Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas, 2006:22). Kecakapan hidup terdiri dari kecakapan hidup yang bersifat umum (General live skills) dan kecakapan hidup yang bersifat khusus (Specific live skills). Menurut Fadjar dalam Mamat (2005) kecakapan hidup yang bersifat umum terdiri dari kecakapan personal dan sosial, sedangkan kecakapan hidup yang bersifat spesifik terdiri dari kecakapan akademik dan vokasional. Kecakapan hidup tersebut sesuai dengan empat pilar pendidikan yang direkomendasikan oleh UNESCO. Empat pilar pendidikan yang direkomendasikan oleh UNESCO apabila diterapkan dengan baik di sekolah akan mampu membekali siswa dengan kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa untuk bekal hidup di masyarakat. Empat pilar pendidikan tersebut adalah belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi manusia mandiri yang utuh (learning to be) dan belajar untuk bekerjasama (learning to live together). Hasil survei dan wawancara dengan guru produktif dan pengisian angket respon siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada bulan Maret tahun 2013 di SMK Negeri 7 Surabaya terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh siswa kelas X TITL 3. Beberapa permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut: (1) kurangnya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga menyebabkan siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) metode pembelajaran yang digunakan mayoritas metode ceramah dengan alasan metode ini mudah untuk diterapkan, sehingga daya kreatif siswa kurang; (3) siswa kurang mengerti karena malu bertanya sehingga kurang termotivasi untuk aktif dalam mencari informasi sendiri; (4) siswa merasa kurang bisa mengemukakan pendapat, tidak bekerjasama, dan tidak terlibat dalam kelompok; dan (5) standar

Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada penyajian materi dalam kehidupan sehari-hari adalah model pembelajaran berdasarkan masalah. Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah, disajikan suatu masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari atau dapat disebut juga sebagai masalah autentik (Ibrahim, 2005). Ciri Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah siswa dilatih untuk memecahkan masalah aktual dalam kehidupan sehari-hari. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dilakukan dengan menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk memperoleh pengetahuan baru. Model pembelajaran berdasarkan masalah sangat sesuai dengan empat pilar pendidikan yang direkomendasikan oleh UNESCO. Kesesuaian tersebut antara lain belajar untuk mengetahui (learning to know) mereka dapat berfikir kreatif untuk mengetahui akar permasalahan tersebut. Belajar untuk melakukan (learning to do) merupakan keterampilan memecahkan masalah dalam bertindak, belajar untuk menjadi manusia mandiri yang utuh (learning to be) dan belajar untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil (learning to live together). Empat pilar pendidikan tersebut merupakan prinsip yang perlu dijadikan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian dengan judul ”Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Standar Kompetensi Dasar Memasang Instalasi Penerangan Listrik Bangunan Sederhana Di SMK Negeri 7 Surabaya” untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar, khususnya pada standar kompetensi dasar memasang instalasi penerangan listrik bangunan sederhana. Berdasarkan paparan di atas, dapat digambarkan latar belakang penelitian seperti tampak pada Gambar 1.

46

Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

pada standar kompetensi memasang instalasi penerangan bangunan sederhana pada kelas X TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya; dan (3) untuk menganalisis ketuntasan hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada standar kompetensi memasang instalasi penerangan bangunan sederhana pada kelas TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya. Pada tataran dunia, The International Bureau of Education UNESCO (United Nation Educational Scientific and Cultural Organization), menetapkan ketentuan mengenai tujuan pendidikan untuk abad 21. Menurut UNESCO pendidikan diharapkan dapat memberi kesempatan bagi pebelajar untuk mengalami 4 pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be (Mustafa, 2008). Sedangkan menurut Mahjuro (2007) perubahan kehidupan yang tidak bisa dielakkan dan pendidikan yang harus ditata sebagai pengarah. UNESCO sebagai salah satu badan organisasi dunia yang berkiprah dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya telah meneliti perubahan kehidupan itu semua dan mengantisipasinya melalui perubahan visi atau cara pandang pendidikan yang dituang dalam sebuah buku: “Belajar: Harta Karun di dalamnya” laporan UNESCO dari komisi internasional tentang Pendidikan di abad XXI. Buku tersebut merekomendasikan empat pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be. Empat pilar pendidikan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Belajar untuk mengetahui (learning to know) Pilar ini berpotensi untuk mencetak generasi muda yang memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi. Secara implisit, learning to know bermakna belajar sepanjang hayat (live long education) (Djamal, 2007). Belajar untuk melakukan (learning to do) Menurut Triyanto (2013) bahwa learning to do secara umum berarti belajar berkarya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Belajar untuk melakukan (learning to do) adalah hasil belajar psikomotorik yang harus diperoleh peserta

LATAR BELAKANG PENELITIAN

Gambar 1. Latar belakang penelitian

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada standar kompetensi memasang instalasi penerangan bangunan sederhana pada kelas TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya?; (2) Bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada standar kompetensi memasang instalasi penerangan bangunan sederhana pada kelas TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya?; dan (3) Bagaimana ketuntasan hasil belajar setalah dilaksanakannya studi implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada standar kompetensi memasang instalasi penerangan bangunan sederhana pada kelas TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya?. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk menganalisis kualitas perangkat pembelajaran implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada standar kompetensi memasang instalasi penerangan bangunan sederhana pada kelas TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya; (2) untuk menganalisis aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah

47

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 45-54

didik. Ranah psikomorik ini dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran dalam konsep learning to do adalah peserta didik harus mampu mengaktualisasi minat dan bakatnya. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengajarkan peserta didik tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan saja, tetapi juga mengembangkan keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa. Belajar untuk bekerjasama (learning to live together) Menurut Santyasa (2005) belajar bekerjasama adalah memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya. Terjadinya proses belajar untuk menjalani kehidupan bekerjasama (learning to live together), pada pilar ketiga ini adalah kebiasaan hidup bekerjasama (kelompok), saling menghargai, saling terbuka, saling memberi dan menerima perlu dikembangkan di sekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama. Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together). Belajar menjadi manusia yang utuh (learning to be) Menutut Atika (2010) konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi manusia yang utuh (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses aktualisasi diri. Menurut (Arsyad, 2006) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang

dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap. Menurut Annurahman (2009) bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan dan dipelajari, diantaranya meliputi: tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Menurut Trianto (2008: 68) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran siswa dalam rangka mencari solusi permasalahan yang actual, dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa memiliki peran sebagai problem-sovers sedangkan guru memiliki peranan sebagai tutor atau pelatih. Dalam artikel tentang pembelajaran berdasarkan masalah yang ditulis di website IMSA (Illinois Mathematics and Science Academy) PBM adalah: “to makes students engaged in learning because they are hard wired to respond to dissonance and because they feel they are empowered to have an impact on the outcome of the investigation” (Abbas, 2000). Menurut Ibrahim (2005) sintaks pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah seperti tampak pada Tabel 1. Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Langkah Perilaku Guru Guru menjelaskan tujuan Langkah 1: pembelajaran, menjelaskan Orientasi siswa logistik yang dibutuhkan, kepada masalah mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Langkah 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Langkah 3: Membimbing penyelidikan

48

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas pembelajaran yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,

Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Langkah individual maupun kelompok Langkah 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Langkah 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Empat Pilar Pendidikan Rekomedasi UNESCO

Perilaku Guru untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Ciri-ciri Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah bertindak mengembangkan diskusi serta berfikir kritis (Nur, 2002); dan

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti poster, laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

c. Kemauan melakukan evaluasi Learning to be

Sumber: Ibrahim (2005)

Seperti yang dijelaskan di muka, bahwa UNESCO merekomendasikan empat pilar yang berpengaruh dalam dunia pendidikan yaitu: Belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk bekerjasama (learning to live together), dan belajar untuk menjadi manusia mandiri yang utuh (learning to be). Untuk mengimplementasikan empat pilar tersebut dapat diterapkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Keterkaitan empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) seperti tampak Tabel 2.

siswa yang konstruktif dan kinerja kelompok (Nur, 2002). a. Menampilkan hasil kinerja siswa selama proses pembelajaran; b. Menghasilkan suatu produk (Ibrahim, 2005); dan c. Melakukan pengujian hasil pemecahan masalah (Forgaty, 2009).

Sumber: Atika (2010)

Dari pernyataan empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dan ciri-ciri pembelajaran berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas, dapat diimplementasikan empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Secara bagan keterkaitan empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah seperti tampak pada Gambar 2.

Tabel 2. Keterkaitan Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan MPBM Empat Pilar Ciri-ciri Model Pembelajaran Pendidikan Berdasarkan Masalah Rekomedasi UNESCO

Learning to know

Learning to do

Learning to live together

a. Pembelajaran dimulai dengan suatu permasalahan; b. Permasalahan yang diberikan dekat dengan kehidupan seharihari siswa (Ibrahim, 2005); dan c. Memiliki pengetahuan tentang proses belajar mengajar (Nur, 2002). a. Mengorganisasikan pembelajaran untuk menyelesaikan masalah; b. Memberikan kebebasan dan tanggungjawab siswa dalam memecahkan permasalahan (Ibrahim, 2005); dan c. Memiliki komitmen terhadap pembelajaran berpusat pada siswa atau pembelajaran yang diarahkan oleh siswa (Nur, 2002). a. Menggunakan kelompokkelompok kecil (Ibrahim, 2005); b. Kemampuan membangkitkan lingkungan yang santai dan

Gambar 2. Keterkaitan Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan MPBM

Menurut Sardiman (2010) aktivitas siswa merupakan syarat utama berlangsungnya proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh kegiatan mangajar guru. Menurut Kusuma (2012) bahwa belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan agar siswa dapat menguasai tujuan pengajaran umum, yaitu suatu unit atau satuan pelajaran secara tuntas. Tuntas berarti mencapai

49

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 45-54

suatu tingkat penguasaan tertentu mengenai tujuan pengajaran sesuai dengan standar dan norma tertentu pula. Standar tingkat penguasaan tertentu itu mengandung pengertian berapa persen pula dari populasi siswa (dalam kelas) dapat menguasai tujuan pembelajaran itu. Penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian model pembelajaran berdasarkan masalah adalah: (1) Cahyono (2011) tentang “Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction pada standar kompetensi memperbaiki compact cassette recorder di SMK Negeri 3 Surabaya” diperoleh ketuntasan hasil belajar dengan nilai rata-rata sebesar 80,38% dari keseluruhan siswa yang dinyatakan tuntas, dengan sebanyak 82,85% siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran ini, dan perhitungan hasil uji t adalah thitung = 3.50 dan tTabel = 1,67. Dengan demikian model PBI menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan ketuntasan hasil belajar; dan (2) Fachrudin (2009) tentang “Pengaruh penerapan pola pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X TPTL di SMK YPM 1 Taman pada Kompetensi melakukan pekerjaan dasar perbaikan alat rumah tangga” diperoleh ketuntasan hasil belajar dengan nilai rata-rata sebesar 85,71% dari keseluruhan siswa yang dinyatakan tuntas, dengan nili rata-rata sebesar 81,97% siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran ini, dan perhitungan hasil uji t adalah thitung = 3.18 dan tTabel = 2,00. Dengan demikian model Problem Based Instruction menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan ketuntasan hasil belajar. Kerangka berfikir proses penelitian ini berawal dari pengamatan terhadap beberapa guru di SMK Negeri 7 Surabaya yang masih sering menggunakan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung satu arah dengan menggunakan metode ceramah, membawa kecenderungan guru terlibat aktif dalam menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa terlihat pasif, karena kurangnya interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran, dan siswa juga tidak terlibat dalam kelompok. Dengan demikian ketuntasan hasil belajar hanya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 70%.

Ketuntasan hasil belajar siswa kelas X TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 pada Standar Kompetensi Dasar Memasang Instalasi Penerangan Listrik Bangunan Sederhana kurang dari KKM. Karena itu perlu adanya alternatif penerapan metode pembelajaran yang lebih efektif dan perlu upaya untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar. Dari beberapa permasalahan di atas, perlu diterapkannya model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa sehingga meningkatkan ketuntasan hasil belajar. Model pembelajaran berdasarkan masalah yang diimplementasikan dengan empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO siswa lebih aktif, sehingga aktivitas siswa meningkat sehingga meningkatkan ketuntasan hasil belajar. Berdasarkan kajian pustaka, hasil-hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini adalah Ketuntasan hasil belajar meningkat secara signifikan setelah dibelajarkan implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang menggunakan satu kelas tanpa kelas kontrol. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan keadaan suatu objek penelitian setelah diberikan perlakuan. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 7 Surabaya pada semester ganjil tahun ajaran 20132014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya. Rancangan penelitian ini menggunakan desain “pre-test and post-test one group” yaitu hanya satu kelas saja yang dikenai perlakuan tertentu tanpa adanya kelas kontrol. Desain penelitian ini seperti tampak sebagai berikut.

01

X

02

(Arikunto, 2010) Keterangan: X = Perlakuan berupa implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah.

50

Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

01

=

02 =

Pre-test sebelum perlakuan implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Post-test sesudah perlakuan implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah.

Surabaya untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran sebelum dilaksanakan penelitian. Ringkasan hasil rata-rata keseluruhan validasi perangkat pembelajaran seperti tampak pada Tabel 3 dengan hasil valid sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian .

Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu: (1) variabel bebas; (2) variabel terikat; (3) variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah implementasi empat pilar rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh dari hasil post-test. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru, waktu pembelajaran, soal pre-test dan post-test yang sama. Prosedur dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu: (1) tahap persiapan dan perencanaan penelitian; (2) tahap pengambilan data; dan (3) tahap penyajian hasil penelitian dan menganalisis hasil penelitian. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002: 160). Instrumen dalam penelitian ini meliputi: (1) lembar validitas perangkat pembelajaran; (2) lembar penilaian aktivitas siswa; dan (3) lembar penilaian hasil belajar siswa. Kualitas Perangkat pembelajaran dianalisis berdasarkan lembar validitas perangkat pembelajaran yang divalidasi oleh para ahli. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian meliputi: (1) silabus; (2) RPP; (3) LKS; 4) modul siswa dan 5) lembar evaluasi. Data aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan lembar penilaian aktivitas siswa yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung yang diamati oleh seorang pengamat. Hasil belajar diperoleh dengan menggunakan lembar penilaian hasil belajar yang meliputi tiga ranah hasil belajar meliputi: hasil belajar ranah kognitif, hasil belajar ranah afektif dan hasil belajar ranah psikomotor. HASIL DAN PEMBAHASAN Lembar validitas perangkat pembelajaran dilakukan uji validasi oleh validator yang terdiri dari dua Dosen Teknik Elektro dan dua Guru mata pelajaran instalasi listrik di SMK Negeri 7

Tabel 3. Ringkasan hasil rata-rata validasi Perangkat Pembelajaran secara keseluruhan No 1 2 3 4 5

Jenis Instrumen Silabus RPP LKS Modul Lembar Evaluasi Rata-rata

Hasil Rating (%) 81,76 81,87 80,74 78,20 82

Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid

72,18

Valid

Uji coba soal dilakukan di kelas X TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya dengan jumlah responden 34 siswa. Kriteria yang harus dipenuhi yaitu validitas, reliabilitas, daya beda, dan taraf kesukaran tiap butir soal. Analisis hasil ujicoba menggunakan Anates V4. Hasil analisis tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. Hasil analisis validitas soal seperti tampak pada Tabel 4. Ket

Valid

Tidak Valid

Tabel 4. Validitas soal Butir soal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, 11,12,13,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30 Jumlah

Jumlah 30

0 30

Hasil reliabilitas soal berdasarkan tabel Rxy product moment didapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,73, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk soal pre-test dan post-test dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai penelitian. Hasil analisis taraf kesukaran butir soal seperti tampak pada Tabel 5. P P≤0,30 0,31≤P≤0,70

P>0,70

Tabel 5. Taraf kesukaran butir Penafsir Butir Soal an Sukar 10,24,27 Sedang 2,3,5,6,7,8,11,12,13, 14,15,18,19,20,21,22 ,23,24,25,29,30 Mudah 1,4,9,16,17,28 Jumlah

Jmlh 3 21

6 30

Hasil analisis daya beda butir seperti tampak pada Tabel 6.

51

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 45-54

Tabel 6. Daya beda butir Penafsiran Butir Soal Bagus 2,4,5,6,7,8,9,10,13, sekali 14,15,16,17,20,22,2 3,24,25,26,27,28, 29,30, Cukup 1,2,11,12,18,19 bagus Kurang bagus Jelek Jumlah

D D≤0,40

0,30≤D<0,40 0,20≤D≤0,30 D≤0,20

Jmlh 24

6 0 0 30

Gambar 4. Histogram nilai post-test

Analisis hasil belajar ranah afektif digunakan untuk memperoleh data afektif siswa selama kegiatan pembelajaran implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Ringkasan penilaian hasil belajar ranah afektif seperti tampak pada Tabel 8.

Analisis aktivitas siswa merupakan data yang menunjukkan kegiatan siswa selama proses pembelajaran implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan MPBM. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung diamati dengan menggunakan instrumen lembar penilaian aktivitas siswa. Ringkasan penilaian aktivitas siswa seperti tampak pada Tabel 7.

Tabel 8. Ringkasan penilaian hasil belajar ranah afektif

Tabel 7. Ringkasan penilaian aktivitas siswa

Rerata

Pert I

Pert II

94

91

Pert III

Pert IV

95

96

Pert V

Nilai Ratarata pert I-V

94

94

Rerata

78

83

Pert III

85

Pert IV

88

Pert V

Nilai Ratarata pert I-V

89

85

Tabel 9. Ringkasan penilaian hasil belajar ranah psikomotor

Rerata

Pert I 94

Pert II 92

Pert III 95

Pert IV 96

Pert V 96

Nilai Rata-rata pert I-V 94

Hal ini dapat disimpulkan bahwa imlpementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar ranah psikomotor. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan uji paired sample test. Sebelum melakukan uji t terdapat 2 syarat yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas menggunakan uji

Gambar 3. Histogram nilai pre-test

Pada penelitian ini hasil posttest diperoleh dari hasil tes siswa setelah diberi perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar hasil

Pert II

Hal ini dapat disimpulkan bahwa imlpementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar ranah afektif. Analisis hasil belajar ranah psikomotor digunakan untuk memperoleh data hasil belajar ranah psikomotor selama kegiatan pembelajaran implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Ringkasan penilaian hasil belajar ranah psikomotor seperti tampak pada Tabel 9.

Hasil analisis aktivitas siswa selama proses pembelajaran dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa meningkat dan terkondisikan dengan baik ketika implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Pada penelitian ini, sebelum melakukan pembelajaran sesuai metode yang akan diteliti, dilakukan pretes untuk mengetahui tingkat kemampuan dan pemahaman awal siswa terhadap materi yang akan dibelajarkan. Histogram ratarata hasil pretes seperti tampak pada Gambar 3.

siswa. Histogram rata-rata ditunjukkan pada Gambar 4. .

Pert I

posttest

52

Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Kolmogolov-Smirnov (software SPSS versi 20.0) seperti tampak pada Tabel 10.

95% Confiden Interval of the Difference adalah rentang nilai yang ditoleransi. Pada kasus ini, toleransi menggunakan taraf toleransi sebesar 95%, rentang selisih nilai pre-test dan post-test dari 36,79 menjadi 43,03. selanjutnya melihat taraf signifikan sebesar 5% dengan membandingkan thitung dan tTabel. Menunjukkan thitung analisis SPSS sebesar 26,01, sedangkan tTabel sebesar 2,03, maka nilai thitung > tTabel . Berdasarkan hasil perhitungan uji-t menggunakan SPSS didapatkan hasil t sebesar 26,01. Untuk membuat keputusan, apakah perbedaan signifikansi atau tidak, peneliti membandingkan t hitung yang didapat dengan tTabel dengan df sebesar 33. Berdasarkan Tabel distribusi t, bila dk sebesar 33, harga tTabel sebesar 2,03. Hasil perhitungan thitung sebesar 26,01, maka thitung jatuh pada daerah penerimaan H1 atau penolakan H0. Dengan demikian H1 yang berbunyi ”terdapat perbedaan rerata hasil belajar siswa dari sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan pada standar kompetensi memasang instalasi listrik bangunan rumah sederhana” diterima. Sehingga disimpulkan bahwa hasil belajar siswa SMK Negari 7 Surabaya pada Standar Kompetensi memasang instalasi bangunan sederhana mengalami peningkatan dari sebelum implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah diperoleh nilai rata-rata sebesar 48,38 meningkat menjadi sebesar 83,47 setelah implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah.

Tabel 10. Hasil uji normalitas data hasil belajar ranah kognitif N Normal Parameters

Mean Std. Deviation Most Extreme Difference Absolute Positive Negative Kolmogorov Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Sebelum pembelajaran 34 48,38 12.415 .140 .137 -140 .817 .517

Sesudah pembelajaran 34 83,47 5,142 .199 .125 -199 1.159 .136

Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 10, dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest berdistribusi normal dibuktikan dengan nilai signifikansi hasil uji Kolmogorov-Smirnov sebelum pembelajaran diperoleh nilai rata-rata sebesar 0,51 dan sesudah pembelajaran diperoleh nilai rata-rata sebesar 0,136, nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kedua sampel yang digunakan memiliki nilai varian yang sama atau tidak. Pada penelitian ini penulis menggunakan uji Levene Statistic (menggunakan software SPSS versi 20.0). Pengujian homogenitas separti tampak pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil uji homogenitas data hasil belajar ranah kognitif Test og homogeneity of variences Nilai Post-test Leveve Statistic 1.013

df1 7

df2 26

Sig. .445

Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi pada uji Levene Statistic adalah 0,445. Karena signifikansi lebih dari 0,05, maka data dapat dinyatakan homogen. Karena data hasil belajar ranah kognitif normal dan homogen, selanjutnya dapat dilakukan uji-t untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa. Hasil analisis uji-t data pre-test menggunakan bantuan software SPSS 20.0 tampak pada Tabel 12.

PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, didapatkan simpulan sebagai berikut: (1) Berdasarkan hasil validasi terhadap instrumen perangkat pembelajaran memperoleh nilai ratarata secara keseluruhan sebesar 72,18% dengan rincian sebagai berikut: silabus memperoleh nilai rata-rata sebesar 80,10%, RPP memperoleh nilai rata-rata sebesar 81,87%, LKS memperoleh nilai rata-rata sebesar 80,74%, modul memperoleh nilai rata-rata sebesar 78,20%, dan lembar evaluasi memperoleh nilai rata-rata sebesar 82%. Berdasarkan analisis butir soal, reliabilitas memperoleh nilai sebesar 0,73. Dapat disimpulkan

Tabel 12 Hasil uji-t hasil belajar ranah kognitif Paired Differences Mean Paie 1

.39.9

Std.Deviati on 8.94

95% Confidence Interval Std.Error of the Difference Mean Lower Upper 1.53

.43.03

.36.79

t .26.01

df

Sig.(2-tailed) 33

.000

Sedangkan penjelasan seperti tampak pada Tabel 12 Paired Sampel Test sebagai berikut:

53

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 45-54

bahwa perangkat pembelajaran dinyatakan memiliki kualitas yang baik dan layak untuk diterapkan pada penelitian di SMK Negeri 7 Surabaya. (2) Aktivitas siswa saat implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO memperoleh nilai rata-rata sebesar 85 dengan rincian sebagai berikut: pertemuan pertama memperoleh nilai rata-rata sebesar 78, pertemuan kedua memperoleh nilai rata-rata sebesar 83, pertemuan ketiga memperoleh nilai rata-rata sebesar 85, pertemuan keempat memperoleh nilai rata-rata sebesar 88, dan pertemuan kelima memperoleh nilai rata-rata sebesar 89. Penilitian menyimpulkan bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran implementasi rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, adalah meningkat dan terkondisikan dengan baik. (3) Peningkatan ketuntasan hasil belajar dengan rincian: hasil belajar ranah kognitif yang menggunakan pre-test dan post-test memperoleh nilai rata-rata sebesar 42,85 menjadi sebesar 82,76, hasil belajar ranah afektif memperoleh nilai rata-rata sebesar 94,14, dan hasil belajar ranah psikomotor memperoleh nilai rata-rata sebesar 94,14. Hasil analisis hasil belajar secara keseluruhan telah mencapai nilai rata-rata sebesar 90,58%. Tingginya ketuntasan hasil belajar yang dicapai tersebut, sejalan dengan keunggulan empat pilar pendidikan yang direkomendasikan oleh UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Penelitian menyimpulkan bahwa implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO sangat layak diterapkan karena dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran antara lain: (1) Perangkat pembelajaran implementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model pembelajaran berdasarkan masalah hendaknya diujicobakan untuk standar kompetensi yang lain. (2) Penelitian ini hanya mencakup kompetensi dasar memasang instalasi penerangan listrik bangunan sederhana, oleh karena itu penelitian ini dapat dikembangkan pada kompetensi dasar yang lebih menyeluruh. (3) Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian lanjutan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA Abbas, Nurhayati. 2000. Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Sebagai Upaya Menuntaskan Hasil Belajar Siswa Kelas 1-A MA Masroatul Ulum Paciran Lamongan Pokok Bahasan Suhu Dan Kalor. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada. Atika, Aziz. 2010. 4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO. (online), (http://Atikaaziz.Blogspot.com.2010/09/ 4pilar pendidikan menurut unesco.html diakses tanggal 17 Februari 2013). Djamal. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press. Kusuma. Dita. 2012. “Internalisasi Pendidikan Karakter melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student TeamsAchievement Divisions (STAD) pada Materi Pokok Larutan Penyangga (Buffer) Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 14 Surabaya”. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Mahjuro. Khijron. 2007. Pilar-Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dalam Perspektif Islam. Semarang: Fakultas Tarbiyah Mustafa,

Nur,

54

Dina. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah yang dipresentasikan pada pelatihan penyusunan KBK di KOPERTIS 3. Bandung.

Muhamad. 2002. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah. Disampaikan pada Pelatihan Pembelajaran yang Berkaitan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi kepada para Guru SMU Negeri Kabupaten Sidoarjo. Unesa: Pascasarjana.