STUDI KASUS

Download P DENGAN. SUSPEK FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA LUMBAL 2-3 .... Imam, yang telah berbaik hati memberikan journal-journalnya demi melengkapi ...

0 downloads 633 Views 414KB Size
STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN SUSPEK FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA LUMBAL 2-3 DI RUANG CEMPAKA RS PANTI WALUYO SURAKARTA

DI SUSUN OLEH :

AGUSTINA YAYU PURNAMASARI NIM. P. 09062

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN SUSPEK FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA LUMBAL 2-3 DI RUANG CEMPAKA RS. PANTI WALUYO SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

AGUSTINA YAYU PURNAMASARI NIM. P.09062

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 i 

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: Agustina Yayu Purnamasari

NIM

: P.09062

Program Studi

: DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah

: Asuhan Keparawatan Nyeri Akut Pada TN. P Dengan Suspek Fraktur Vertebra Lumbal 2-3 Di Ruang Cempaka RS Panti Waluyo Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 28 April 2012 Yang Membuat Pernyataan

Agustina Yayu Purnamasari NIM . P.09062 ii 

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama

: Agustina Yayu Purnamasari

NIM

: P.09062

Program Studi

: DIII Keperawatan

Judul

: Asuhan Keparawatan Nyeri Akut Pada TN. P Dengan Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3 Di Ruang Cempaka RS Panti Waluyo Surakarta

Telah disetujui untuk dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : Sabtu, 28 April 2012

(...............................)

Pembimbing : Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201.084.050

iii 

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama

: Agustina Yayu Purnamasari

NIM

: P.09062

Program Studi

: DIII Keperawatan

Judul

: Asuhan Keparawatan Nyeri Akut Pada Tn. P Dengan Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3 Di RS Panti Waluyo Surakarta

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Mei 2012

DEWAN PENGUJI Penguji I

: Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201.084.050

(………………………)

Penguji II

: Joko Kismanto, S.Kep.,Ns NIK. 200.670.020

(………………………)

Penguji III

: Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns NIK. 201.186.080

(………………………)

Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201.084.050

iv 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam dan sumber segala pengetahuan atas bimbingan dan penyeraan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN SUSPEK FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA LUMBAL 2-3 DI RUANG CEMPAKA RS PANTI WALUYO SURAKARTA”. Penyusunan karya tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Diploma III Ahli Madya Kesehatan STIKES Kusuma Husada Surakarta. Penulis sangat menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempuranaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis sangat harapkan untuk kesempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga karya tulis ini bisa bermanfaat. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, terkhusus kepada : 1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmudi STIKES Kusuma Husada Surakarta, dan selalu berkenan memberi nasehat dan bimbingan, menanamkan rasa tanggung jawab, sebagai bekal abadi.

v 

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan belajar, juga sebagai dosen atas segala jerih payah dalam mendidik, membimbing dan menanamkan rasa disiplin tinggi selama masa pendidikan di STIKES Kusuma Husada Surakarta. 3. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 4. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah memberi petunjuk, pengarahan dan koreksi masukan-masukan demi sempurnanya studi kasus ini 5. Nurul Devi A, S.Kep.,Ns, sebagai dosen penguji yang telah dengan cermat memberi segala petunjuk, pengajaran, bimbingan dan koreksi-koreksi yang baik demi kesempurnaan studi kasus ini. 6. RS Panti Waluyo dan perawat ruang khususnya ruang cempaka yang telah berkenan memberikan lahan dalam pengambilan studi kasus atas kebersamaan dan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dan membimbing dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 7. Penderita dan keluarganya, atas kerelaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk memeriksa, mengobati dan merawat selama studi kasus.

vi 

8. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 9. dr. Agung Budiawan Sp.OG, yang telah membantu dalam pengumpulan buku dan referensi. 10. dr. Imam, yang telah berbaik hati memberikan journal-journalnya demi melengkapi referensi-referensi untuk mendukung kesempurnaan studi kasus ini. 11. Ayahanda dan ibunda tercinta : Bapak Agus Setyawan dan Ibu Supartini, yang

telah

membesarkan,

selalu

berdoa,

mengasuh,

mendidik,

memberikan teladan dan berkorban dengan tulus ikhlas, sehingga ananda menjadi seorang pelajar bahkan bisa mengikuti pendidikan lanjutan dibidang keperawatan dan selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. Dan adik tercinta atas dorongan moril dalam menyelesaikan pendidikan ini. 12. Seseorang, yang selalu memberikan support dan perhatiannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 13. Teman-teman Gank Bodrex yang selalu memberi keceriaan dan doa dalam dukungan menggapai cita dan masa depan. 14. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

vii 

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan pengorbanan mereka kepada penulis dan melimpah rahmat dan karunia –Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal Al Amin. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, April 2012

Penulis

viii 

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................

i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIARISME .................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................

iv

KATA PENGANTAR ................................................................................

v

DAFTAR ISI ..............................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................

1

B. Tujuan Penulisan..................................................................

3

C. Manfaat Penulisan................................................................

4

BAB II LAPORAN KASUS A. Pengkajian ...........................................................................

6

B. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................

9

C. Perencanaan Keperawatan ....................................................

10

D. Implementasi Keperawatan ..................................................

10

E. Evaluasi Keperawatan ..........................................................

13

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan .........................................................................

15

1. Pengkajian ..................................................................

15

ix 

2. Diagnosa Keperawatan................................................

25

3. Intervensi Keperawatan ...............................................

26

4. Implementasi Keperawatan .........................................

30

5. Evaluasi Keperawatan .................................................

31

B. Simpulan Dan Saran ............................................................

34

1. Simpulan.....................................................................

34

2. Saran...........................................................................

36

Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup

x 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Lampiran 2. Log Book Lampiran 3. Surat Pendelegasian Lampiran 4. Surat keterangan selesai pengambilan kasus Lampiran 5. Asuhan Keperawatan

xi 

ϭ 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada era maju seperti ini angka kecelakaan meningkat pada pekerja, hal ini bisa disebabkan karena kurang hati–hatinya pekerja dalam melakukan tugasnya, selain itu angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya juga semakin meningkat, akibat dari suatu kecelakaan–kecelakaan itu salah satunya dapat menyebabkan trauma atau fraktur (WHO, 2008). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis luasnya (Bruner dan Suddart, 2002 : 2357). Fraktur terjadi jika tulang dikenal stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. Penyebab fraktur yang lain adalah cidera olah raga, malnutrisi, dan osteoporosis. Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan, sedangkan pada usia lanjut prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon (Hilman, 2011). Menurut Bruner dan Suddart, 2002 dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, banyak terdapat jenis fraktur, salah satunya adalah fraktur kompresi. Fraktur kompresi adalah fraktur dimana tulang mengalami kompresi. Fraktur ini biasanya terjadi pada tulang belakang atau vertebra.

ϭ 

Ϯ 

Fraktur kompresi vertebra terjadi jika berat beban melebihi kemampuan vertebra dalam menopang beban tersebut, penyebab lain fraktur kompresi tulang belakang adalah oleh posmenopausal osteoporosis, keganasan, osteoporosis skunder (Hilman, 2011). Prinsip penatalaksanaan dalam kasus ini adalah pengurangan rasa nyeri dengan pembatasan bedrest, penggunaan analgetik, brancing dan latihan fisik (Mezanec, et al 2003). Pada sebagian kasus, pasien tidak menceritakan adanya trauma yang signifikan. Gejala yang sering muncul pada kasus fraktur kompresi vertebra adalah nyeri akut. Nyeri adalah kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan serta mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz, 2009). Menurut NANDA (2003) penyebab nyeri yang dapat dijadikan diagnosis adalah nyeri akut dan nyeri kronis, tetapi yang dominan pada nyeri akut umumnya mempunyai batasan karakteristik sebagai faktor pencetus penyebab nyeri salah satunya adalah efek dari proses penyakit. Biasanya fraktur kompresi bersifat insiden menunjukkan gejala nyeri tulang belakang ringan sampai berat. Rasa nyeri pada fraktur disebabkan oleh banyak gerak dan pasien akan lebih nyaman dengan istirahat (Mazanec, et al, 2003). Prevalensi yang didapat dari data VIHA UOL Symptom Guidelines menunjukkan 90 – 95 % kasus fraktur kompresi vertebra pasien mengalami nyeri. Persepsi nyeri merupakan



ϯ 

penilaian yang subyektif, ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri (Aziz, 2009 : 218). Pada observasi yang dilakukan penulis selama praktik klinik keperawatan menjumpai pasien dengan fraktur yaitu Fraktur Kompresi Vertebra Lumbalis 2-3 dengan keluhan utama nyeri. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan kasus dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn.P Dengan Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbalis 2-3 Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta”.

B. Tujuan Penulisan Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tujuan yang ingin dicapai penulis meliputi tujuan umum dan khusus, yaitu sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Melaporkan Studi Kasus tentang Nyeri Akut Pada Tn. P Dengan Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3 di Ruang Cempaka RS. Panti Waluyo Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.P dengan nyeri akut Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.P dengan nyeri akut Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3.



ϰ 

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan nyeri akut Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn.P dengan nyeri akut Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.P dengan nyeri akut Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3. f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri akut yang terjadi pada Tn.P dengan Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3.

C. Manfaat Penulisan 1. Penulis Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis mengenai kasus nyeri akut pada Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3. 2. Institusi Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi kesehatan khususnya keperawatan agar dapat lebih mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya kasus nyeri akut pada Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3 banyak ditemui di masyarakat sehingga kasus tersebut dapat ditangani secara tepat.



ϱ 

3. Klinik Sebagai masukan untuk lebih memperhatikan kondisi nyeri yang dialami pasien dan upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi pada kasus Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3.



6

BAB II LAPORAN KASUS

A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 April 2012 pukul 07.30 WIB. Pengkajian ini dilakukan dengan metode auto anamnesa dan allo anamnesa serta dengan membaca catatan keperawatan sebelumnya. Pasien bernama Tn.P, umur 51 tahun/8bulan/12hari, agama Islam, pendidikan Sekolah Dasar, pekerjaan sebagai karyawan swasta, alamat Wirogunan ¼ Kartosuro, Sukoharjo, diagnosa medis Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3, nomer register 000xxx serta dokter yang menangani Dr. spOt. Penanggung jawab dari Tn. P adalah Tn. P sendiri. Keluhan utama adalah Tn. P mengatakan nyeri. Tn. P mengeluh pinggang terasa nyeri sejak 9 hari yang lalu karena terpeleset dan terjatuh dilantai dalam posisi duduk, kemudian pasien dibawa ke Rumah Sakit Panti Waluyo pada tanggal 28 Maret 2012. Tanggal 5 April 2012 dilakukan pengkajian Tn. P mengatakan nyeri seperti tertusuk benda tajam didaerah pinggang, skala 7 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu, bertambah berat saat bergerak atau mobilisasi dan nyeri sedikit hilang dengan tirah baring. Tn. P tampak meringis, memegang daerah pinggang dan berhati-hati saat bergerak,. Dari hasil observasi tanda–tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, suhu 36,8°C, nadi 98 kali/menit dan pernapasan 20 kali/menit.

6

7

Tn. P mengatakan sudah pernah mondok dikarenakan terjatuh, yang pertama pada tahun 2001 Tn. P terjatuh terpeleset dan harus mondok selama kurang lebih 10 hari dan didiagnosa dokter fraktur lumbal. Kemudian pada tahun 2005 pasien mengalami kecelakaan yang mengakibatkan leher kaku dan tidak bisa digerakkan sehingga harus mondok kurang lebih 9 hari dan pada tahun 2011 pasien terjatuh lagi dari motor dan dirawat dirumah sakit kurang lebih 6 hari. Penyakit yang pernah diderita flu dan batuk. Tn. P tidak memiliki riwayat penyakit keturunan, seperti Diabetus Militus (DM), hipertensi dan asma dll. Berdasarkan hasil pengkajian pola kognitif dan perseptual, sebelum sakit pasien mengatakan dapat bekomunikasi dengan lancar, mampu berorientasi penuh pada lingkungan, mengidentifikasi keadaan, orang, dan situasi dengan kesadaran penuh dan dapat mempersepsikan tingkat kenyamanan. Selama sakit pasien mengatakan nyeri pada daerah pinggang, dengan rasa seperti tertusuk benda tajam, skala nyeri 7 (0-10), nyeri dirasakan sewaktu-waktu, bertambah berat saat bergerak atau mobilisasi dan hilang sedikit dengan tirah baring. Tn. P tampak meringis, memegang daerah nyeri dan berhati – hati saat bergerak,. Berdasarkan pengkajian yang lain data yang didapat Tn. P mengatakan aktivitas seharihari dibantu keluarga seperti toileting, berpakaian, ambulasi, mobilitas ditempat tidur dan berpindah. Berdasarkan pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Tn. P didapatkan hasil bahwa keadaan umum Tn. P baik dengan tingkat

8

kesadaran composmentis, tanda – tanda vital tekanan darah 130/90 mmHg, suhu 36,8°C, nadi 96 kali/menit dan pernafasan 20 kali/menit. Hasil pemeriksaan punggung sampai pinggang yang dilakukan didapatkan secara inspeksi kulit tampak merah, tulang belakang tidak terdapat kelainan seperti lhordosis, secara palpasi yang dilakukan dari thorakal sampai lumbalis terdapat nyeri tekan pada tulang lumbal dan saat disuruh untuk melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada vertebra Tn. P mengeluh nyeri pada pinggangnya. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 28 Maret 2012 adalah hemoglobin 10,4 gg/dL (12,1–17,6), eritrosit 3,9 x ͳͲ଺ /uL (4,5– 5,9), limfosit 11,3% (22–44) dan monosit 8,9% (0–7). Hasil pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada tanggal 29 Maret 2012 dengan kesan kompresi fraktur korpus VTh 12 dan L.1 dengan sentral bulging disc pada DIV L.4-5 tetapi tidak menyebabkan stenosis canalis spinalis secara bermakna. Central bulging degenatif disc pada DIV L.4-5 tetapi tidak

menyebabkan

stenosis

canalis

spinalis

secara

bermakna.

Intravertebral Herniation (schmort’s node) pada VTh.7 aspek inferior, VTh.8 dan 10, 11 aspek inferior, VL.4 aspek superior. Pada tanggal 28 Maret 2012 Tn. P mendapatkan terapi tirah baring total, cairan parenteral RL 20 tetes per menit, injeksi Methylprednisolone 1x125 mg indikasi untuk pengobatan neurotrauma (luka pada tulang belakang), injeksi Nexium 1x40 mg indikasi untuk penyakit refluks gastroesofageal, injeksi Vit K 3x1ampl untuk membantu mencegah

9

kekurangan kalsium dan memelihara kesehatan tulang, injeksi Ketorolac 2x10 mg indikasi penanganan jangka pendek untuk nyeri akut dan Neurobat drip 1x3 ml vial indikasi untuk defisiensi vitamin B. Pada saat pengkajian terapi Methylprednisolone sudah tidak diberikan.

B. Perumusan Masalah Keperawatan Berdasarkan pengkajian diatas penulis merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada Tn. P yaitu nyeri akut, dengan data subyektif Tn. P mengatakan nyeri seperti tertusuk benda tajam disekitar pinggang, nyeri 7 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu, bertambah berat saat bergerak atau mobilisasi dan hilang sedikit dengan tirah baring. Data obyektif Tn. P tampak meringis, memegang daerah nyeri dan berhati – hati saat bergerak, pada pemeriksaan fisik pinggang terdapat nyeri tekan pada daerah kompresi (Lumbal 2-3). Hasil perumusan masalah keperawatan utama maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan yaitu “Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cidera Fisik”.

C. Intervensi Keperawatan Berdasarkan diagnosa keperawatan utama nyeri akut langkah selanjutnya penulis menyusun intervensi keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah nyeri akut dapat berkurang dengan kriteria hasil

10

pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang, skala 1 (0-10), pasien tidak meringis kesakitan, pasien tidak memegangi daerah sekitar pinggang, nadi normal 80 – 90 kali/menit, tekanan darah 120/80 mmHg. Tindakan keperawatan, observasi tanda tanda vital dan kaji kualitas dan kuantitas nyeri (P,Q,R,S,T) dengan rasional pasien mempengaruhi pilihan atau pengawasan keefektifan intervensi, kenaikan tanda-tanda vital dapat mempengaruhi kualitas nyeri, berikan lingkungan dan posisi nyaman dengan rasional dapat member kenyamanan dan pengurangan rasa nyeri yang dirasakan, ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam dan distraksi seperti mendengarkan musik rasional memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control dan dapat meningkatkan kemampuan koping dan

kolaborasi

pemberian

analgesic

rasional

dibutuhkan

untuk

menghilangkan spasme atau nyeri otot atau untuk menghilangkan ansietas dan meningkatkan istirahat.

D. Implementasi keperawatan Pada tanggal 5 Maret 2012 dilakukan tindakan keperawatan pada masalah keperawatan nyeri akut yaitu pada jam 09.00 WIB mengkaji kualitas dan kuantitas nyeri (P,Q,R,S,T) dengan evaluasi respon subyektif Tn. P mengatakan nyeri pada daerah pinggang seperti tertusuk benda tajam, skala nyeri 7 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu sedikit berkurang dengan tirah baring, respon obyektif Tn. P tampak meringis, memegangi daerah sekitar nyeri, tanda-tanda vital tekanan darah 130/90 mmHg, suhu

11

36,80C, nadi 98 kali/menit, pernafasan 20 kali/menit. Jam 09.15 WIB menciptakan lingkungan yang tenang dengan evaluasi respon subyektif Tn. P mengatakan suasana rumah sakit nyaman, data obyektif suasana rumah sakit tenang dan tidak berisik. Jam 09.30 memberikan posisi nyaman dengan evaluasi respon subyektif Tn. P lebih nyaman dengan posisi berbaring karena nyeri sedikit berkurang, respon obyektif Tn. P tampak nyaman, mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi yaitu nafas dalam dan mendengarkan musik dengan evalusi respon subyektif Tn. P mengatakan fokus terhadap nyeri berkurang, respon obyektif Tn. P tampak tersenyum. Tanggal 6 April 2012 jam 07.30 memberi terapi ketorolac 1 amp dengan evaluasi respon subyektif Tn. P mengatakan nyeri masih terasa seperti tertusuk benda tajam, respon obyektif obat masuk melalui intra vena (IV) ketorolac 1 ampul, tidak mengalami alergi. Jam 08.00 mengobservasi tanda-tanda vital dan mengkaji kualitas dan kuantitas nyeri (P, Q, R, S, T) evaluasi respon subyektif Tn. P mengatakan nyeri pada daerah pinggang seperti tertusuk benda tajam, skala nyeri 7 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu, berkurang jika dibuat berbaring, respon obyektif Tn. P tampak meringis kesakitan, memegangi daerah sekitar nyeri, tandatanda vital : tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,50C, nadi 88 kali/menit, pernafasan 20 kali/menit. Jam 09.00 mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi yaitu mendengarkan musik dengan evalusi respon subyektif Tn. P mengatakan fokus terhadap nyeri berkurang, respon obyektif Tn. P tampak

12

tersenyum, jam 09.10 memberikan posisi nyaman dengan evaluasi respon subyektif Tn. P mengatakan lebih nyaman dengan posisi berbaring karena nyeri sedikit berkurang, respon obyektif Tn. P tampak nyaman. Tanggal 7 April

hari ketiga pada jam 07.30 memberi terapi

ketorolac 1 amp 1x1, nexium 1 vial, vit K 1 amp, neurobat (drip) 1 amp evaluasi respon subyektif Tn. P mengatakan nyeri masih terasa seperti tertusuk benda tajam, respon obyektif obat masuk melalui intra vena (IV), Tn. P tidak mengalami alergi. Jam 08.00 mengobservasi tanda-tanda vital dan mengkaji kualitas dan kuantitas nyeri (P, Q, R, S, T) evaluasi respon subyektif Tn. P mengatakan nyeri pada daerah pinggang seperti tertusuk benda tajam sedikit berkurang, skala nyeri 6 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu, respon obyektif Tn. P tampak meringis, memegangi daerah sekitar nyeri, tantan-tanda vital tekanan darah 130/90 mmHg, suhu 36,50C, nadi 90 kali/menit, pernafasan 20 kali/menit, jam 09.00 mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi yaitu mendengarkan musik dengan evalusi respon subyektif Tn. P mengatakan nyeri berkurang, respon obyektif Tn. P tampak tersenyum, jam 09.10 memberikan posisi nyaman dengan evaluasi respon subyektif Tn. P mengatakan lebih nyaman dengan posisi berbaring karena nyeri sedikit berkurang, respon obyektif Tn. P tampak nyaman. Jam 09.30 menciptakan lingkungan tenang dengan evaluasi respon subyektif Tn. P mengatakan lingkungan sudah cukup tenang, respon obyektif lingkungan rumah sakit tenang, Tn. P tampak nyaman.

13

E. Evaluasi Keperawatan Penulis melakukan evaluasi melalui evaluasi proses dan evaluasi hasil perkembangan. Evaluasi proses dilaksanakan berdasarkan respon pasien dan keberhasilan tindakan dilakukan pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Hasil dari evaluasi respon telah diuraikan pada sub bab sebelumnya (implementasi). Evaluasi hasil dilakukan sesuai dengan tujuan dari masing–masing intervensi pada diagnosa keperawatan yang muncul dengan metode SOAP. Evaluasi hasil perkembangan tanggal 5 April 2012 jam 12.00 evaluasi diagnosa keperawatan nyeri akut, yaitu subyektif Tn. P mengatakan nyeri didaerah pinggang, nyeri seperti ditusuk benda tajam, skala 7 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu, bertambah parah bila dibuat bergerak atau mobilitas, nyeri sedikit hilang dengan tirah baring. Obyektif pasien meringis, pasien memegangi pinggangnya, nadi 98 kali/menit dan tekanan darah 130/90 mmHg. Analisa masalah nyeri akut belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan observasi tanda-tanda vital dan kaji kualitas dan kuantitas nyeri (PQRST), berikan lingkungan yang nyaman dan tenang, ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi pemberian analgesik. Evaluasi tanggal 06 April 2012 data subyektif pasien mengatakan nyeri yang dirasakan masih sama disekitar pinggang, nyeri seperti ditusuk benda tajam, skala 7 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu dan bertambah parah bila dibuat bergerak atau duduk. Obyektif pasien meringis, pasien memegangi pinggangnya, nadi 88 kali/menit dan tekanan darah 120/80

14

mmHg. Analisa masalah nyeri akut belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan observasi tanda-tanda vital kaji kualitas dan kuantitas nyeri (PQRST), berikan lingkungan yang nyaman dan tenang, ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi pemberian obat analgesik. Evaluasi tanggal 07 April 2012, data subyektif pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sedikit berkurang, nyeri seperti ditusuk benda tajam, disekitar pinggang, skala 6 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu dan bertambah parah bila dibuat bergerak atau duduk. Obyektif pasien meringis, pasien memegangi pinggangnya, nadi 90 kali/menit dan tekanan darah 130/80 mmHg. Analisa masalah nyeri akut teratasi sebagian. Planning intervensi dilanjutakn observasi tanda-tanda vital, kaji kualitas dan kuantitas nyeri (PQRST), berikan lingkungan yang nyaman dan tenang ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi pemberian analgesik.

ϭϱ  

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan Setelah penulis memberi asuhan kepetawatan kepada Tn. P dengan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik pada diagnosa Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3 di ruang Cempaka Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dari tanggal 5-7 April 2012, maka penulis juga akan membahas tentang faktor pendukung dan kesenjangankesenjangan yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. 1. Pengkajian Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Arif, 2009) Menurut Suratun, et al, 2006 dalam buku Klien Gangguan System Muskuloskeletal. Pengkajian pada kasus fraktur kompresi vertebra umumnya sama dengan pengkajian fraktur-fraktur yang lain yaitu meliputi biodata, keluhan utama (keterbatasan aktivitas gangguan

ϭϱ

ϭϲ 

sirkulasi, rasa nyaman nyeri, gangguan neurosensori), riwayat perkembangan,

riwayat

kesehatan

masa

lalu

[kelaianan

muskuluskeletal (jatuh, trauma dan fraktur) dan penyakit], riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik (keluhan utama, kesadaran, keadaan integument, kardiovaskukuler, neurologis, keadaan ekstermitas dan hematologi), riwayat psikososial, pemeriksaan diagnostik, pola kesehatan. Pengkajian yang telah dilakukan penulis pada Tn. P dengan Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3, meliputi keluhan utama, riwayat penyakit, pola fungsional, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan penunjang dan terapi yang diberikan. Secara garis besar terdapat kesamaan antara pengkajian secara teori dan yang dilakukan penulis. Fraktur kompresi adalah fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang) (Bruner dan Suddart, 2002). Fraktur kompresi vertebra adalah terjadi jika berat beban melebihi kemampuan vertebra dalam menopang beban tersebut, seperti pada kasus terjadinya trauma. Pada osteoporosis, fraktur kompresi dapat terjadi gerakan yang sederhana, seperti terjatuh pada kamar mandi, bersin atau mengangkat beban yang berat (Hanna, et al, 2007). Pada daerah fraktur biasanya didapat rasa sakit bila digerakkan dan adanya spasme otot paravertebra. Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI) (Bronwyn, 2012). Gejala yang sering muncul pada kasus fraktur kompresi vertebra adalah nyeri

ϭϳ 

akut sehingga prinsip penatalaksanaan dalam kasus ini adalah pengurangan rasa nyeri dengan pembatasan bedrest, penggunaan analgetik, brancing dan latihan fisik (Mezanec, et al, 2003). Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan aktual maupun potensial, yang dirsakan dalam jangka waktu saat kerusakan terjadi (IASP cit Potter & Perry, 2005). Nyeri dibagi menjadi 2 bentuk, nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut ialah nyeri yang timbul secara tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat, waktu berakhirnya dapat diantisipasi atau diperkirakan, dan durasi kurang dari 6 bulan. Nyeri kronis ialah nyeri yang timbul secara tiba-tiba dengan intensitas ringan sampai berat, dapat bersifat menetp atau intermiten, waktu berakhirnya tidak dapat diperkirakan, dan durasi lebih dari 6 bulan (Newfield, et al, 2007). Batasan karakteristik nyeri akut secara subyektif pasien mengungkapkan secara verbal atau melaporkan dengan isyarat, secara obyektif seperti gerakan menghindari nyeri, posisi menghindari nyeri, perubahan autonik dari tonus otot (dapat dalam rentang tidak berenergi sampai kaku), respon-respon autonomik (misalnya, diaphoresis, tekanan darah, pernapasan, atau perubahan nadi, dilatasi pupil), perubahan nafsu makan dan makan, perilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir, mencari orang dan/atau aktivitas lain, aktivitas berulang), perilaku ekspresif (misalnya, kegelisahan, merintih,

ϭϴ 

menangis, kewaspadaan berlebih, peka terhadap rangsang, dan menarik napas panjang), wajah topeng (nyeri), perilaku menjaga atau melindungi, focus menyempit (misalnya, perubahan pada persepsi waktu, perubahan proses piker, pengurangan interaksi dengan orang lain atau lingkungan), bukti yang dapat diamati (nyeri), berfokus pada diri sendiri, gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu, dan menyeringai) (Wilkinson, 2007). Pada keluhan utama Tn. P adalah nyeri, dan secara teori termasuk nyeri akut. Nyeri yang dialami Tn. P disebabkan oleh spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, dan pergerakan pada daerah fraktur yaitu diantara lumbal 2 dan 3 dimana awitannya kurang dari 6 bulan (Newfield et al, 2007). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya nyeri tekan pada saat dilakukan pemeriksaan fisik palpasi yaitu pada daerah lumbal 2-3 dan saat dilakukan pergerakan fleksi atau ekstensi Tn. P mengeluh nyeri pada pinggang, karena pada saat tulang belakang melakukan gaya ekstensi atau fleksi spasme otot atau kekakuan otot dapat terjadi sebagai akibat dari kekuatan otot melawan grafitasi pada bagian anterior dari vertebra (Hanna, et al, 2007). Nyeri akut pada Tn. P juga didukung dengan adanya kenaikan tekanan darah, memegang daerah pinggang berhati- hati saat begerak. Pemeriksaan penunjang MRI juga menunjukkan adanya tanda nyeri dengan hasil kesan kompresi fraktur korpus VTh 12 dan L.1 dengan

ϭϵ 

sentral bulging disc pada DIV L.4-5 tetapi tidak menyebabkan stenosis canalis spinalis secara bermakna. Central bulging degenatif disc pada DIV L.4-5 tetapi tidak menyebabkan stenosis canalis spinalis secara bermakna. Intravertebral Herniation (schmort’s node) pada VTh.7 aspek inferior, VTh.8 dan 10, 11 aspek inferior, VL.4 aspek superior. Serta dari hasil riwayat kesehatan sekarang nyeri pada Tn. P terjadi pada tanggal 28 Maret 2012 terjadi karena Tn. P mengalami kecelakaan terpeleset dilantai dengan posisi duduk, dari riwayat kesehatan dahulu Tn. P mengatakan dulu pernah mondok karena jatuh dan didiagnosa medis sama dengan sekarang, mengeluh rasa nyeri pada daerah pinggang. Rasa nyeri yang dirasakan Tn. P juga bisa terjadi karena ada pengulangan fraktur kompresi (Hilman, 2011). Pola fungsional pasien dengan fraktur kompresi vertebra masalah yang dialami berbeda-beda hal ini tergantung oleh derajat fraktur, apakah termasuk stabil (bila kolumna vertebralis masih mampu menahan beban fisik dan tidak tampak tanda-tanda pergeseran dan tanpa kelainan neurologi) atau tidak stabil (tidak mampu menahan beban normal dengan ada kelainan neurologi). Penilaian terhadap gangguan motorik dan sensorik dipergunakan frankel score yaitu frankel score A (kehilangan fungsi motorik dan sensorik lengkap (complete loss), frankel score B (fungsi motorik hilang, fungsi sensorik), frankel score C (fungsi motorik ada tetapi secara praktis tidak berguna), frankel score D (fungsi motorik terganggu), frankel

ϮϬ 

score E (tidak terdapat gangguan neurologik) (Hafas, 2007). Umumnya fraktur kompresi yang disertai dengan gangguan neurologik atau fraktur tidak stabil pada pola fungsional akan terganggu semua, hal ini disebabkan karena saraf-saraf pada medulla spinalis terganggu (Bronwyn, 2012). Pada pola fungsional Tn. P hanya ditemukan masalah pola aktivitas latihan dan pada pola kognitif perceptual yaitu persepsi sensori nyeri, hal ini dikarenakan kompresi yang terjadi pada Tn. P adalah fraktur stabil tanpa adanya kelainan neurologis (Hafas, 2007), kemudian nyeri dikaji dengan aspek P (Provoking Incident) untuk menentukan faktor atau peristiwa yang mencetuskan keluhan nyeri, Q (Quality of Pain) pengkajian sifat keluhan (karakter), seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien, R (Region, radiation, refered) pengkajian untuk menentukan area atau lokasi keluhan nyeri, apakah nyeri menyebar dan apakah nyeri menjalar ke area yang lain, S (Severity, Skala) pengkajian seberapa jauh nyeri yang dirasakan pasien, T (Time) berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada siang hari atau pada malam hari (Muttaqin, 2011 : 46). Pada pola persespsi kognitif Tn. P didapatkan hasil P adalah kompresi pada lumbal 2-3 disebabkan oleh karena saraf-saraf yang ada pada lumbal tertekan atau terkompresi oleh tulang sehingga menyebabkan nyeri pada daerah lumbal 2-3, dibuktikan adanya nyeri

Ϯϭ 

tekan pada saat dilakukan pemeriksaan fisik. R (Region) didapatkan nyeri pada daerah pinggang atau lumbal 2-3 karena secara anatomis nyeri yang dirasakan pasien terdapat pada daerah lumbal, hal ini didukung dengan pemeriksaan MRI dan pemeriksaan fisik. Pengkajian Q didapatkan rasa nyeri seperti tertusuk benda tajam, S (Scale) skala nyeri 7 (0-10), untuk T (Time) didapatkan hasil nyeri dirasakan sewaktu-waktu, bertambah berat saat bergerak atau mobilisasi dan hilang sedikit dengan tirah baring. Pengukuran intensitas atau nyeri penulis melakukan dengan skala nyeri Hayward yang menggunakan skala longitudinal yang terdiri dari angka 0 sampai 10. Angka 0 menggambarkan tidak adanya nyeri, 1-3 menggambarkan nyeri ringan, 4-6 menggambarkan nyeri sedang, 7-9 menggambarkan nyeri berat yang masih bisa terkontrol dan 10 menggambarkan nyeri yang sangat berat serta tidak bisa dikontrol (Mubarak, 2007). Respon terhadap nyeri tidak mungkin sama ini dikarenakan nyeri merupakan perasaan tidak menyenangkan bersifat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan serta mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz, 2009). Pada pola aktivitas latihan didapatkan sebelum sakit Tn. P dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan selama sakit Aktivity Daylight (ADL) Tn. P terganggu, hal ini dikarenakan dokter memberi terapi tirah baring karena pada penatalaksanaan nyeri pada fraktur

ϮϮ 

kompresi lumbal yang tidak disertai dengan gangguan neurologi hanya pada nyerinya saja dan dengan penatalaksanaan tirah baring untuk mengurangi nyeri dan pengurangan pergerakan (Mezanec, et al, 2003) Berdasarkan pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Tn. P didapatkan hasil bahwa keadaan umum Tn. P baik dengan tingkat kesadaran composmentis, tanda–tanda vital tekanan darah 130/90 mmHg, suhu 36,8°C, nadi 98 kali/menit dan pernafasan 20 kali/menit. Peningkatan tekanan darah dan nadi yang terjadi sebagai respon terhadap nyeri yang dirasakan atau terkait dengan penyakit pasien. Nyeri dapat menjadi suatu stressor bagi pasien (Schell & Puntillo, 2006). Stres dapat merangsang sistem saraf simpatis (respon adrenegik) yang berupa peningkatan konstriksi vaskuler sehingga tekanan darah meningkat, di lain sisi dapat menstimulasi pelepasan katekolamin yang dapat merangsang pelepasan tromboksan A (Udjianti, 2010), yaitu salah satu jenis prostaglandin yang merangsang respon simpatis berupa vasokonstriksi yang berdampak pada peningkatan tekanan darah (Wolff, 2005), dapat disebabkan juga karena karakteristik nyeri yang dirasakan cukup berat yaitu dengan skala 7 (Wilkinson, 2007). Hasil pemeriksaan punggung sampai pinggang yang dilakukan didapatkan secara inspeksi kulit tampak merah, tulang belakang tidak terdapat kelainan seperti lordosis, secara palpasi yang dilakukan dari thorakal sampai lumbalis, pada saat palpasi terdapat nyeri tekan pada

Ϯϯ 

tulang lumbal hal ini terjadi karena pada anatomis fraktur kompresi pada Tn. P terjadi di Lumbal 2-3 atau pada pinggang dan pada saat dipalpasi pada daerah tersebut terjadi perangsangan pada ujung sarafsaraf nyeri (Bronwyn, 2012). Pada saat dilakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada vertebra Tn. P mengeluh nyeri pada pinggangnya dikarenakan spasme otot atau kekakuan otot dapat terjadi sebagai akibat dari kekuatan otot melawan gravitasi pada bagian anterior dari vertebra (Hilman, 2011) Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan dalam kasus ini untuk mengetahui Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang (Mustofa, 2012). Tapi pada kasus Tn. P saat penulis melakukan pengkajian hanya mendapatkan pemeriksaan darah rutin pada Tn. P yaitu pemeriksaan hematology yaitu hemoglobin 10,4 g/dL (12,1–17,6) menurun, eritrosit 3,9 x ͳͲ଺ /uL (4,5–5,9) menurun, limfosit 11,3% (22–44) menurun dan monosit 8,9% (0–7) menurun, untuk indeks eritrosit, masa perdarahan dan pembekuan semua dalam batas normal. Pada teori hemoglobin bisa menurun dikarenakan adanya perdarahan pada fraktur, bila fraktur terdapat pada tulang belakang akan berpengaruh pada nilai normal sel

Ϯϰ 

dalam darah, hal ini disebabkan karena pembentukan sel darah merah itu sendiri terdapat pada sumsum tulang belakang, jadi bila sumsum tulang terganggu maka terganggu pula metabolisme pembentukan sel darah (Putz, 2006). Hasil laboraturium tersebut diatas merupakan pemeriksaan rutin untuk mengetahui kondisi umum pasien, disamping itu pula penulis tidak berhak untuk mengubah atau ikut campur dalam hal ini, karena itu sudah tanggung jawab rumah sakit. Pemeriksaan penunjang yang didapat pada Tn. P adalah MRI hal ini dilakukan untuk mengetahui kerusakan jaringan lunak pada ligament dan discus intervertebralis dan menilai cedera medulla spinalis juga dapat menunjukkan letak nyeri dengan hasil kesan kompresi fraktur korpus VTh 12 dan L.1 dengan sentral bulging disc pada DIV L.4-5 tetapi tidak menyebabkan stenosis canalis spinalis secara bermakna. Central bulging degenatif disc pada DIV L.4-5 tetapi tidak menyebabkan stenosis canalis spinalis secara bermakna. Intravertebral Herniation (schmort’s node) pada VTh.7 aspek inferior, VTh.8 dan 10, 11 aspek inferior, VL.4 aspek superior. Prinsip penatalaksanaan fraktur kompresi vertebra adalah penanganan untuk nyeri akutnya itu sendiri adapun terapi obat yang diberikan adalah obat analgetik hal ini dilakukan untuk mengurangi nyeri biasa diberikan sebagai terapi awal untuk menghindari dari bedrest terlalu lama (Brunton, et al, 2005). Hal ini sama yang ditemukan penulis dalam kasus Tn. P yaitu Tn. P mendapatkan terapi

Ϯϱ 

tirah baring, terapi ini dilakukan karena fraktur yang terjadi pada Tn. P termasuk dalam Frankel E = tidak terdapat gangguan neurologi, jadi hanya dengan berbaring nyeri tersebut bisa berkurang (Mezanec, et al, 2003). Pada teori ketorolac seharusnya diberikan dalam jangka pendek 24-48 jam, karena berfungsi untuk meringankan nyeri jangka pendek, tapi pada kasus Tn. P ketorolac diberikan sejak hari pertama pasien masuk rumah sakit sampai penulis melakukan pengkajian ketorolak masih diberikan, disebabkan karena nyeri yang dirasakan Tn. P tidak hilang dalam jangka waktu pendek (Anonym, 2012).

2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dihasilkan dari pengkajian yang merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan

pendidikan

dan

pengalamannya,

perawat

secara

akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA). Perumusan

diagnosa

keperawatan

didasarkan

pada

beberapa

karakteristik yang muncul pada pasien (Newfield, at al, 2007). Diagnosa keperawatan pada pasien dengan fraktur kompresi vertebra pada teori yang diungkapkan Suratun, et al, 2006 dalam buku Klien

Gangguan

System

Muskoluskeletal

meliputi

diagnosa

Ϯϲ 

prioritasnya adalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot, edema, kerusakan jaringan dan patah tulang. Karena pada teori bahwa 90-95% pasien dengan fraktur kompresi akan mengeluh nyeri (VIHA, 2008). Pada kasus Tn. P penulis merumuskan masalah keperawatan utama adalah nyeri akut, karena nyeri yang dirasakan timbul pada saat terjatuh terpeleset kurang lebih 9 hari sebelum penulis melakukan pengkajian, hal ini didukung dari keluhan utama dan awitan nyeri pada Tn. P kurang dari 6 bulan. Pada etiologi yang ditegakkan dari diagnosa keperawatan utama adalah karena agen cidera fisik yaitu pada riwayat kesehatan pasien yaitu terjatuh. Faktorfaktor yang menghambat dalam menegakkan diagnose keperawatan pada Tn. P tidak ditemukan karena dalam menegakkan diagnosa keperawatan penulis mendapatkan data dari klien dan referensi.

3. Intervensi Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Wilkinson, 2007). Tahapan perencanaan meliputi penentuan prioritas rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang timbul pada kasus dan disesuaikan pula dengan kondisi pasien sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SMART yaitu Spesifik (jelas), Measurable (dapat diukur), Acceptance, Rasional dan Timing.

Ϯϳ 

Intervensi yang dilakukan pada pasien fraktur kompresi vertebra sama dengan yang dilakukan pada pasien dengan kasus fraktur-fraktur lain yaitu pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi dengan rasional mengurangi nyeri dan mencegah malformasi, tinggikan posisi ekstremitas yang terkena untuk meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema atau nyeri, lakukan dan awasi latihan gerak pasif atau aktif untuk mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler, lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi) dengan rasional meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot, ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional) untuk mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama, lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan untuk menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri, kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi untuk menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer dan evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-tanda vital untuk menilai perkembangan masalah klien (Doenges, 2000). Pada kasus fraktur stabil dan tidak terjadi kelainan neurologis yaitu penatalaksanaan pada nyerinya sendiri (Hilman, 2011)

Ϯϴ 

Pada kasus Tn. P tindakan keperawatan yang dilakukan penulis adalah kaji tanda tanda vital dan kaji kualitas dan kuantitas nyeri (P,Q,R,S,T), kenaikan tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan nadi dapat

mengidentifikasikan

bahwa

nyeri

yang dialami

pasien

mengalami peningkatan ini dikarenakan pasien mengalami kecemasan yang meningkat (Doenges, 2000), bila terdapat kenaikan suhu akan terjadi resiko infeksi pada pasien (Wilkinson, 2007). Ciptakan lingkungan tenang, lingkungan dapat berpengaruh pada koping individu terhadap rasa nyaman nyeri, karena bila lingkungan yang dirasakan tidak cukup tenang dan nyaman maka focus pasien akan terganggu sehingga memicu pasien stres dan nyeri yang dirasakan akan terasa bertambah (Doenges, 2000). Beriakan posisi nyaman, kebanyakan pada kasus fraktur kompresi vertebra posisi yang diberikan adalah tirah baring, hal ini akan dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien, karena tidak ada beban pada tulang belakang ataupun pergerakan karena nyeri pada fraktur kompresi akan bertambah parah dengan adanya gerakan atau mobilitas dan juga aliran darah tidak akan terganggu (Hilman, 2011). Ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam dan distraksi seperti mendengarkan musik

rasional memfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan rasa control dan dapat meningkatkan kemampuan koping hal ini dilakukan karena dapat mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung

Ϯϵ 

lama (Doenges, 2000), teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan

oleh

peningkatan

prostaglandin

sehingga

terjadi

vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik dan juga mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin (Smeltzer & Barre, 2002). Kolaborasi pemberian analgesic rasional dibutuhkan untuk menghilangkan spasme atau nyeri otot atau untuk menghilangkan ansietas dan meningkatkan istirahat (Doengoes, 2000). Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat. Setelah pemberian dosis tunggal intravena, volume distribusinya rata-rata 0,25 L/kg. Ketorolac dan metabolitnya (konjugat dan metabolit para-hidroksi) ditemukan dalam urin (rata-rata 91,4%) dan sisanya (rata-rata 6,1%) diekskresi dalam feses. Pemberian Ketorolac secara parenteral tidak mengubah hemodinamik pasien (anonym, 2012).

ϯϬ 

Intervensi yang sudah dituliskan bertujuan untuk setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan agar nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang, skala 1 (0-10), nadi normal 80 – 90 kali/menit, tekanan darah 120/80 mmHg (Wilkinson, 2007). Kriteria hasil yang diharapkan penulis hampir sama dengan teori tetapi ditambahkan dengan data obyektif pasien seperti pasien tidak tampak meringis, tidak memegangi daerah nyeri, pasien tampak rileks, kriteria tersebut ditambahkan karena riteri hasil yang dilakukan hanya untuk mengukur keberhasilan intervensi, karena pada dasarnya nyeri yang dirasakan bersifat subyektif jadi setiap orang berbeda-beda masa dan waktu pemulihannya (Arif, 2009)

4. Implementasi Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya. Tindakan keperawatan tersebut adalah mengkaji tanda-tanda vital dan mengkaji kuantitas dan kualitas nyeri (PQRST), berikan lingkungan dan posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam dan distraksi seperti mendengarkan musik dan kolaborasi pemberian analgesic rasional dibutuhkan. Implementasi yang dilakukan penulis pada kasus Tn. P sama dengan yang sudah direncanakan dalam intervensi keperawatan.

ϯϭ 

5. Evaluasi Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan secara komprehensif dengan acuan Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC (Wilkinson, 2007) serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, untuk memudahkan penilaian hasil implementasi yang telah dilaksanakan penulis menggunakan SOAP. Ada beberapa perbedaan antara evaluasi hari pertama, kedua dan ketiga khususnya pada skala nyeri dan tandatanda vital. Pada hari pertama didapatkan hasil subyektif Tn. P mengatakan nyeri didaerah pinggang, nyeri seperti ditusuk benda tajam, skala 7 (010) dengan durasi sewaktu-waktu, bertambah parah bila dibuat bergerak atau mobilitas, nyeri sedikit hilang dengan tirah baring. Obyektif pasien meringis, pasien memegangi pinggangnya, nadi 98 kali/menit dan tekanan darah 130/90 mmHg, dikarenakan pada saat sebelum dilakukan evaluasi Tn. P mencoba berjalan sendiri kekamar mandi. Kenaikan tekanan darah dan nadi juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas latihan, makin beratnya aktivitas maka nadi juga akan meningkat (Patricia, 2005). Didapatkan data hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil belum tercapai, karena pasien masih mengeluh nyeri. Analisa masalah nyeri akut belum teratasi. Hal ini bisa saja terjadi karena tidak ada keterbatasan waktu untuk seseorang dalam menurunkan rentan nyeri, karena nyeri bersifat subyektif dan

ϯϮ 

masing-masing individu berbeda-beda respon kopingnya (Aziz, 2009). Planning intervensi dilanjutkan observasi tanda-tanda vital dan kaji kualitas dan kuantitas nyeri (PQRST), berikan lingkungan yang nyaman dan tenang, ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi pemberian analgesik. Pada hari kedua data subyektif pasien mengatakan nyeri yang dirasakan masih sama disekitar pinggang, nyeri seperti ditusuk benda tajam, skala 7 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu dan bertambah parah bila dibuat bergerak atau duduk. Obyektif pasien meringis, pasien memegangi pinggangnya, nadi 88 kali/menit dan tekanan darah 120/80 mmHg. terdapat penurunan tekanan darah dan nadi yaitu tekanan darah 120/80mmHg dan nadi 88 kali/menit dengan skala nyeri 7. Pada teori mengatakan bahwa batasan karakteristik nyeri dapat mempengaruhi kenaikan tekanan darah dan nadi, tapi kembali lagi pada koping masing-masing individu berbeda-beda dalam respon nyeri. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, pertama karena masing-masing orang memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri sebab merupakan nyeri suatu hal yang bersifat subjektif (Potter & Perry, 2005). Kedua faktor stressor yang berpengaruh pada tanda-tanda vital (Patricia, 2005). Analisa masalah nyeri akut belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan observasi tanda-tanda vital kaji kualitas dan kuantitas nyeri (PQRST), berikan lingkungan yang

ϯϯ 

nyaman dan tenang, ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi pemberian obat analgesik. Pada hari ketiga data subyektif Tn. P mengatakan nyeri yang dirasakan sedikit berkurang, nyeri seperti ditusuk benda tajam, disekitar pinggang, skala 6 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu dan bertambah parah bila dibuat bergerak atau duduk. Obyektif pasien meringis, pasien memegangi pinggangnya, nadi 90 kali/menit dan tekanan darah 130/80 mmHg. Nyeri yang dirasakan Tn. P sudah sedikit berkurang yaitu skala 6. Hal ini dapat dipengaruhi oleh hal-hal diatas dan juga karena selama di Rumah Sakit Tn. P sudah mendapatkan terapi untuk pengurangan rasa nyeri yaitu pemberian obat analgisik ketorolac. didapatkan data hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil belum tercapai, karena pasien masih mengeluh nyeri, maka nyeri akut pada Tn. P belum teratasi. Pada teori mengatakan bahwa evaluasi hasil pada nyeri dapat teratasi jika pasien melaporkan peredaan pada nyeri ditandai dengan melaporkan penurunan nyeri, tidak mengalami nyeri tekan pada daerah fraktur, menunjukkan perilaku yang lebih rileks, memperagakan ketrampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan (Suratun, et al, 2008). Tetapi pada kenyataan dilapangan untuk seseorang dalam menurunkan rentan nyeri berbeda-beda, Hal ini disebabkan oleh karena masing-masing orang memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri sebab merupakan nyeri suatu hal yang bersifat

ϯϰ 

subjektif (Potter & Perry, 2005). Planning intervensi dilanjutakn observasi tanda-tanda vital, kaji kualitas dan kuantitas nyeri (PQRST), berikan lingkungan yang nyaman dan tenang ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi pemberian analgesik.

B. Simpulan Dan Saran 1. Simpulan Setelah

penulis

melakukan

Pengkajian,

Analisa

Data,

Penentuan Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi tentang Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. P dengan Suspek Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 2-3 di RS Panti Waluyo Surakarta secara metode studi kasus, maka dapat ditarik kesimpulan a. Hasil pengkajian pada Tn. P adalah nyeri yang diakibatkan kompresi pada tulang belakang khususnya lumbal 2-3, hal ini didukung dengan adanya keluhan utama adalah Tn. P mengatakan nyeri. Tn. P mengeluh pinggang terasa nyeri sejak 9 hari yang lalu karena terpeleset dan terjatuh dilantai dalam posisi duduk, Tn. P mengatakan nyeri seperti tertusuk benda tajam didaerah pinggang, skala 7 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu, bertambah berat saat bergerak atau mobilisasi dan nyeri sedikit hilang dengan tirah baring. Tn. P tampak meringis, memegang daerah pinggang dan berhati-hati saat bergerak. Dari hasil observasi tanda–tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, suhu 36,8°C, nadi 98

ϯϱ 

kali/menit dan pernapasan 20 kali/menit juga didukung dengan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang MRI. b. Hasil perumusan masalah keperawatan pada Tn. P adalah nyeri akut dengan data subyektif Tn. P mengatakan nyeri seperti tertusuk benda tajam disekitar pinggang, skala nyeri 7 (0-10) dengan durasi sewaktu-waktu, bertambah berat saat bergerak atau mobilisasi dan hilang sedikit dengan tirah baring. Data obyektif Tn. P tampak meringis, memegang daerah nyeri dan berhati – hati saat bergerak, pada pemeriksaan fisik pinggang terdapat nyeri tekan pada daerah kompresi

(Lumbal

keperawatan

utama

2-3).

Dari

maka

hasil

penulis

perumusan menegakkan

masalah diagnosa

keperawatan yaitu “Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cidera Fisik”. c. Perencanaan asuhan keperawatan pada Tn. P meliputi observasi tanda tanda vital dan kaji kualitas dan kuantitas nyeri (P,Q,R,S,T), ciptakan lingkungan tenang dan posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam dan distraksi seperti mendengarkan kolaborasi pemberian analgesic. d. Hasil implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. P adalah sesuai dengan perencanaan tindakan asuhan keperawatan, tindakan keperawatan dilakukan sesuai kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan konsep keperawatan.

ϯϲ 

e. Evaluasi keperawatan pada Tn. P didapatkan hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil belum tercapai, karena pasien masih mengeluh nyeri, maka nyeri akut pada Tn. P belum teratasi. f. Nyeri akut yang dirasakan Tn. P disebabkan oleh spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, dan pergerakan pada daerah fraktur yaitu diantara lumbal 2 dan 3. Pada pengkajian keluhan utama didapatkan kondisi nyeri pada Tn. P yaitu nyeri tekan pada pinggang di lumbal 2-3 seperti tertusuk-tusuk benda tajam, skala nyeri 7, nyeri bertambah bila dibuat bergerak dan mobilisasi, nyeri dukarenakan terjatuh dalam posisi duduk. Nyeri termasuk nyeri akut karena awitan kurang dari 6 bulan (Wilkinson, 2007) 2. Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Fraktur Kompresi Vertebra, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain : a. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim

kesehatan

maupun

klien

serta

rumah

sakit

mampu

menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien sehingga dapat meningkatkan

ϯϳ 

mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien Fraktur Kompresi Vertebra khususnya. b. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam

memberikan asuhan keperawatan serta memberikan

pelayanan profesional dan komprehensif pada klien agar lebih maksimal, khususnya pada pasien dengan Fraktur Kompresi Vertebra. c. Bagi institusi pendidikan Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas

dan professional sehingga dapat tercipta perawat

profesional, terampil,

inovatif dan bermutu yang mampu

memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.