SUKU TORAJA
Rangga Wijaya (14148117) Putri Raudya Sofyana (14148140)
Geografis dan Wilayah
Letak suku Toraja : 1190-1200 BT dan 20-30 LS
Terletak di sekitar pegunungan Latimojong dan Quarles.
Berada di antara 150 - 2000 meter dari permukaan air laut
Sungai yang mengalirinya :
Sungai Saddang, Karama, Rongkong,
Massuppu dan Mamasa (Ditjen Kebudayaan, 1985/1986:76).
Letak geografis etnis Toraja
Gambar 1.1 Geografis Tana Toraja (Sumber : http://allindonesiatravel.com/tanatoraja-south-sulawesi/)
Kependudukan
Penduduk suku Toraja sekitar 1 juta jiwa,
500.000 di antaranya tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, dan Mamasa.
Mayoritas memeluk agama Kristen, sebagian Islam dan kepercayaan
animisme (Aluk To Dolo)
Pengaruh Agama
Awal Mula Masuknya Belanda
Belanda
masuk
Sulawesi
abad
ke-17
dan
ambil
alih
kekuasaan
perdagangan serta politik via VOC.
Akhir abad ke-19, Belanda meng-Kristen-kan rakyat Toraja >> masyarakat suku Toraja (masih animisme).
Itu cara Belanda cegah penyebaran Islam di Sulawesi
Penyebaran Agama Kristen
Tahun 1900-an, penyebaran agama Kristen dibantu Belanda. Namun sedikit
yang menjadi Kristen.
Tahun 1930-an, muslim menyerang Toraja. Akibatnya, banyak yang berpindah ke agama Kristen.
Tahun
1951-1965,
banyak
yang
pemberontakan dari Darul Islam.
pindah
ke
agama
Kristen
karena
Kepercayaan Aluk Todolo
Leluhur orang Toraja adalah manusia yang berasal dari nirwana.
Sebelum adanya agama Kristen dan Islam, masyarakat Toraja menganut kepercayaan leluhur yang dikenal sebagai Aluk Todolo.
Aluk Todolo adalah aturan atau ajaran kepercayaan masyarakat Toraja.
Berisi paham – paham yang dibawa Tamboro Langi’ (leluhur) ke bumi.
Aluk Todolo bukan hanya kepercayaan, melainkan gabungan
dari hukum, agama, dan kebiasaan.
Kelas Sosial
Masyarakat Toraja awal, keluarga berkaitan dengan penggolongan sosial atau kelas sosial. Ada tiga tingkatan kelas sosial yaitu:
Kelas Sosial Etnis Toraja
Bangsawan
Orang Biasa
Budak
Rambu Tuka’ Upacara adat yang berhubungan dengan kegembiraan dan bersyukur dengan apa yang dia punya. Upacara Rambu Tuka’ ini misalnya acara : Perkawinan masyarakat toraja, Syukuran atas hasil panen padi, dan Peresmian rumah adat tongkonan (di bangun atau direnovasi) Manfaatnya mempererat ikatan masyarakat Toraja.
Rambu Tuka’ Gambar 2.2.1.a Perkawinan Toraja (Sumber: https://tianlinting.files.wordpress.com/2008/12/r002-069.jpg )
Rambu Solo’ Upacara pemakaman adat yang mewajibkan keluarga almarhum membuat pesta sebagai tanda penghormatan terakhir. Dilaksanakan pada siang hari, saat matahari mulai condong ke barat Waktunya selama dua sampai tiga hari. Bahkan bisa sampai dua minggu bagi bangsawan
Tujuannya menghormati, mengantarakan, menyempurnakan orang yang telah meninggal menuju Puya(surga)
Rambu Solo’ Gambar 2.2.1.b Upacara Rambu Solo’ ( Sumber : http://www.jalanjalanyuk.com/wp-content/uploads/2011/01/Rambu-Solo.jpg )
Berdasarkan status sosial masyarakat Toraja, upacara Rambu Solo’ dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu : (1) Silli, (2) Pasangbongi, (3) Di batang atau di doya tedong, (4) Rapasan.
Bahasa Bahasa yang dominan di Tana Toraja adalah bahasa Toraja, Dialek Sa’dan Toraja sebagai bahasa yang utama. Bahasa Indonesia disana juga menjadi bahasa nasional yang resmi dan digunakan oleh masyarakat Toraja. Bahasa Toraja menjadi bahan yang diajarkan di semua sekolah dasar di Tana Toraja. Ciri-ciri bahasa toraja berhubungan dengan kematian.
"tongkonan" berasal dari bahasa Toraja tongkon yang berarti
duduk. Maksudnya duduk bermusyawarah, mendengarkan perintah, atau menyelesaikan masalah-masalah adat.
Semua rumah tongkonan menghadap ke utara. Hal ini melambangkan leluhur mereka berasal dari utara dan setelah meninggal mereka akan berkumpul dengan leluhur
play video
Gambar 2.6 Tongkonan ( Sumber : https://c2.staticflickr.com/6/5479/1059 8939633_3c91f88937_b.jpg )
Di Toraja juga terdapat lumbung padi yang berhadapan
dengan rumah Tongkonan. Lumbung padi sering disebut Alang oleh masyarakat Etnis Toraja.
Alang berhadapan dengan tongkonan, Penempatan mencerminkan keagungan dan martabat keluarga yang menempati tongkonan.
Gambar 2.7 Alang ( Sumber : http://fotografi.blog.gunadarma.ac.id/wpcontent/uploads/2010/11/55409571_Alanglumbung-padi-Toraja.jpg )
Beberapa alat musik tradisional etnis Toraja yaitu:
• Passuling • Pa'pelle'/Pa'barrung • Pa'geso'geso'
Passuling
• Suling tradisional toraja yang digunakan untuk semua lagu-lagu hiburan dan duka.
• Suling ini sering juga disebut suling lembang.
Gambar 2.3.2.a Passuling ( Sumber : http://3.bp.blogspot.com/SMNHTdTNQDY/T0TuvFWcoT I/AAAAAAAAAJc/tJXIWF5NrB k/s1600/flute.jpeg )
Pa'pelle'/Pa'barrung
• Terompet yang khas daripada daerah lain.
• Musik tradisional ini seperti terompet, tetapi musik ini terbuat dari batang padi dan disambungkan dengan daun kelapa yang besar.
Gambar 2.3.2.b Pa’pelle ( terompet Toraja) ( Sumber : http://budayaindonesia.org/f/7110/roby08darisandi_papelle.jpg )
Pa’geso’geso’
• Musik
tradisional ini termasuk alat musik gesek.
• Alat ini terbuat dari kayu dan batok kelapa, dan diberi dawai.
Gambar 2.3.2.c Pa'geso'geso' ( sumber : http://budayaindonesia.org/f/7108/roby08darisandi_page so2.jpg )
Tempat dan Benda pemakanan
Lemo
Lemo adalah kuburan alam yang dipahat.
Berisikan banyak peti dan boneka para leluhur.
Jumlah liang batu kuno ada 75 buah
40 buah boneka tau – tau.
(Rotua Tresna Nurhayati Manurung, 2009)
Gambar 3.1 Lemo ( Sumber : http://assetsa1.kompasiana.com/statics/crawl/555d cb4c0423bd0f458b4567.jpeg?t=o&v=1 200 )
play video
To’ Doyan
To’ Doyan adalah kuburan khusus untuk seorang bayi (anak yang belum tumbuh gigi).
Orang
Toraja
menggunakan
tempat pemakamannya.
pohon
tara
sebagai
Gambar 3.2 To’Doyan ( Sumber : http://www.kompasiana.com/miramar sellia/catatan-perjalanan-ke-negeri-toriaja_551820faa333119306b66545 )
play video
Tau-tau
Tau-Tau merupakan boneka khas suku Toraja
Tau artinya adalah orang.
Boneka ini mirip dengan orang yang telah meninggal.
Hal ini melambangkan status, peran dan kedudukan para bangsawan.
Gambar 3.3 Tau-Tau ( Sumber : http://kebudayaanindonesia.net/media /images/upload/culture/SUKU%20TOR AJA_BANGSAWAN%20YANG%20BERDI AM%20DI%20NEGERI%20ATAS3.jpg )
play video
Erong
Erong merupakan sebuah peti mayat khas masyarakat Toraja.
Peti ini terbuat dari kayu yang telah diukir.
Ada 3 bentuk Erong :
Erong berbentuk kerbau (untuk laki – laki)
Erong berbentuk babi (untuk perempuan)
Erong berbentuk Rumah (untuk bangsawan)
play video
Gambar 3.4 Erong kerbau dan Erong babi. ( Sumber : https://s-media-cacheak0.pinimg.com/736x/d1/d2/47/d1d247c35a3241d92af636ae11b0730e.jpg dan https://iffocus.files.wordpress.com/2012/07/dsc_0352.jpg )
Daftar Pustaka o
Abdul Azis Said. 2004. Skripsi: Simbolisme Unsur Visual Rumah Tradisional Toraja Dan Perubahan Aplikasinya Pada Desain Modern. Yogyakarta: Ombak.
o
Andi Karina Deapati. 2009. Skripsi: Ruang dan Ritual Kematian, Universitas Indonesia.
o
Ariyanto Bakti Pangala. 2012. Makalah: Adat dan Budaya Toraja. Sma Kristen Barana’.
o
Ditjen Kebudayaan. 1985/1986. Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Selatan. Makassar: Proyek Inventarisasi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan.
o
Fiola Panggalo. 2013. Skripsi: Perilaku Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dan Etnik Bugis Makassar di Kota Makassar. Universitas Hasanudin.
o
Mashuri. 2010. Jurnal: Perwujudan Konsep dan Nilai-Nilai Kosmologi Pada Bangunan Rumah Tradisional Toraja. Universitas Tadulako.
o
Rotua Tresna Nurhayati Manurung. 2009. Skripsi: Upacara kematian di tana Toraja : Rambu Solo. Universitas Sumatera Utara.
o
Shandra Stephany. 2009. Jurnal: Tranformasi Tatanan Ruang dan Bentuk Pada Interior Tongkonan di Tana Toraja Sulawesi Selatan. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
o
Yulia Sumalyo. 2001. Jurnal: Kosmologi Dalam Arsitektur Toraja. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
Sumber Internet : o Dewi Fadhilah Soemanagara. 2014. Lumbung Padi Ala Tana Toraja. Kebudayaanindonesia.net. 24 September 2015. o
Editor. 2014. Tongkonan, Rumah Adat Sulawesi Selatan. Kebudayaanindonesia.net. 24 September 2015.
o
Gidion Yuris Triawin. 2014. Orang Toraja dan Makna Tongkonan. Torajaparadise.com. 24 September 2015.
o
Marisa. 2015. Tau-Tau, Boneka Kayu Mirip Manusia. Kidnesia.com. 24 September 2015.
o
Wacana Nusantara. 2013. Makna Tongkonan (Rumah Adat) di Tana Toraja. Wacananusantara.org. 24 September 2015.
TERIMA KASIH
Atas perhatian kawan – kawan