SUMBER, DAMPAK DAN SOLUSI STRES PEKERJAAN

Download Sres pekerjaan dapat memiliki dampak negatif dan positif tergantung bagaimana ... stres kerja dapat dilakukan organisasi dengan merancang k...

0 downloads 358 Views 959KB Size
Sumber, dampak dan solusi Stres Pekerjaan Oleh: Agung Budilaksono – Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstrak Tulisan ini membahas mengenai masalah stres pekerjaan yang banyak menghinggapi kalangan pekerja dan professional baik yang berada di Negara-negara berkembang maupun di Negara maju, dilihat dari sisi pendekatan spiritual, kesehatan dan organisasi. Sres pekerjaan dapat memiliki dampak negatif dan positif tergantung bagaimana orang tersebut mensikapi stres pekerjaan tersebut. Stres kerja dianggap sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana ketika seseorang ingin mengejar harapannya dalam perjalanannya mendapat halangan dan orang tersebut tidak dapat mengatasi hambatannya. Strategi yang terbaik untuk mengatasi stres kerja dapat dilakukan organisasi dengan merancang kembali tuntutan, pengetahuan dan kemampuan, dukungan dan kendali terhadap pekerjaan seorang karyawan sehingga terjadi sinkronisasi ketersediaan dan kemampuan sumber daya dengan tuntutan organisasi. (kata kunci: stres, rancangan organisasi, otak manusia)

Pendahuluan Suatu pagi hari yang cerah duduklah seorang lelaki tua bersama dengan istri dan empat orang anaknya yang masih remaja pada sebuah meja makan tua yang antik. Dalam senda gurau pembicaraan lelaki tua itu di meja tersebut dengan istri dan anaknya, tiba-tiba lelaki tua tersebut mengangkat gelas air minumnya yang disuguhkan oleh istrinya untuk dirinya. Air minum suguhan istrinya tersebut telah ia minum setengahnya. Sambil tersenyum dan mengangkat gelas air minumnya tadi, ia berkata kepada anak-anaknya “kira-kira seberapa berat gelas beserta air di dalamnya ini?” Salah seorang anaknya dengan cekatan menjawab kira-kira 10 ons. Kemudian lelaki tua tersebut dengan senyum khasnya menjawab, anak-anakku berat mutlak itu tidak menjadi masalah, namun masalahnya akan sangat bergantung pada berapa lama Ayah memegangnya. Jika Ayah memegangnya selama satu menit, maka hal itu bukan menjadi masalah buat Ayah. Namun jika Ayah memegangnya selama satu jam, maka Ayah akan mulai merasakan sakit di lengan Ayah. Apalagi jika Ayah memegangnya selama satu hari, pasti lengan Ayah akan merasa mati rasa atau bahkan lumpuh. Demikian pula dengan setiap permasalahan kita, beratnya tidak akan menjadi masalah, tetapi semakin lama kita memegangnya, maka ia akan menjadi semakin lebih berat. Lelaki tua itupun melanjutkan pembicaraannya bahwa stres dalam kehidupan yang sering menghinggapi seseorang yang terkadang sulit untuk dihindari kedatangannya,

dapat

dianalogikan seperti segelas air tadi. Apabila masalah tersebut kita pendam sementara waktu 1

saja, maka tentu tidak banyak yang akan terjadi, namun apabila kita pendam sedikit lebih lama maka kita akan mulai merasakan sakit. Demikian pula apabila kita pendam sepanjang hari atau berhari-hari bahkan bertahun-tahun, maka kita

akan merasa lumpuh dibuatnya bahkan

mungkin kita tidak akan mampu melakukan apa-apa. Sangat penting untuk diingat agar siapapun Anda dapat segera melepaskan stres Anda, apalagi Anda sebagai seorang karyawan, silih berganti masalah akan selalu menghampiri Anda, yang tentunya apabila kita tidak pandai mengelolanya akan menimbulkan stres yang berkepanjangan. Di setiap waktu Anda dapat melepaskannya maka lepaskanlah. Jangan membawa hal tersebut berhari-hari dalam kehidupan Anda. Ingatlah untuk segera meletakkan gelas tersebut, jangan terus menerus Anda memegangnya. Marilah sekarang kita lihat fakta yang ada di lapangan khususnya Negara maju seperti Inggris, atas survey yang dilakukan oleh perusahaan asuransi Canada Life di Negara Inggris baru-baru ini, yang mengungkapkan bahwa lebih dari setengah dari karyawan di negara Inggris pada tahun 2012 mengalami tingkat stres lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Dari mereka yang disurvei yang mengalami masalah dengan stres tahun lalu, 22% mengatakan mereka terlalu takut atau malu untuk meminta bantuan. Dalam survey yang dilakukan pada lebih dari 1.100 karyawan tersebut, seperempatnya bekerja dan hidup miskin.

merasa

mereka terlalu banyak

Hampir setengahnya (48%) setuju bahwa

kekhawatiran dan keprihatinan mereka berdampak negatif pada kehidupan kerja mereka, dengan satu dari 10 harus mengambil cuti kerja sebagai hasilnya. Hanya 20% yang mengatakan bahwa pimpinan mereka memahami tentang kecemasan mereka, sementara 17% nya mengatakan mereka tidak menerima dukungan dari pimpinan mereka meskipun mereka memberitahukan tentang permasalahan mereka. Hampir sepertiganya (31%) dari mereka yang disurvei dilaporkan memiliki tingkat konsentrasi yang lebih rendah dan produktivitas yang lebih rendah pada tahun 2012. Di Indonesia sendiri menurut Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan, seperti dikutip Harian Kompas edisi 29 September 2011 menyatakan, bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi. Walaupun data ini masih belum memisahkan orang yang bekerja dan tidak bekerja, namun paling tidak dapat memberikan gambaran kasar prosentase jumlah orang stres di Indonesia.

2

Dr Rajita Sinha, seorang profesor psikiatri dan neurobiologi dari Yale University School of Medicine dan direktur Pusat Stres Yale, dalam laporannya yang ditulis pada jurnal Biological Psychiatry mengemukakan bahwa peristiwa kehidupan yang menyedihkan yang menghinggapi orang yang sehat dapat menyebabkan terjadinya stres, dan stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya penyusutan pada bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengatur emosi dan metabolisme. Selain itu, ia dan timnya juga menemukan bahwa bukan peristiwa traumatik individu yang memiliki dampak yang paling besar, tetapi efek kumulatif stres yang berkepanjanganlah yang menyebabkan perubahan yang paling dramatis dalam volume otak. Ada beberapa alasan mengapa masalah stres yang berkaitan dengan organisasi perlu diangkat ke permukaan pada saat ini (Nimran, 1999). Di antaranya adalah: 1. Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini

hangat dibicarakan, dan posisinya

sangat penting dalam kaitannya dengan produktifitas kerja karyawan. 2. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi, stress juga banyak

dipengaruhi

oleh

faktor-faktor

yang

berasal

dari

dalam organisasi. Oleh

karenanya perlu disadari dan dipahami keberadaannya. 3. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif. 4. Banyak di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi, baik

sebagai

atasan maupun

sebagai bawahan, pernah mengalami stres

meskipun dalam taraf yang amat rendah. 5. Pada zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia semakin sibuk. Peraiatan kerja semakin modern dan efisien, di lain pihak beban kerja di satuansatuan organisasi juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi pegawai yang lebih besar dari yang sebelumnya, sebagai akibatnya, tekanan stres dalam taraf yang cukup tinggi akan semakin terasa. Kajian Pustaka Gibson (2004) mengemukakan bahwa stress kerja digambarkan dalam beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai stimulusrespon.

Stres

sebagai

stimulus merupakan

lingkungan. Stres sebagai stimulus memandang

pendekatan stres

yang menitikberatkan

sebagai

suatu

kekuatan

pada yang

menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap pemicu stres. Pendekatan ini 3

memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Istilah

stres

sendiri

ditemukan oleh Dr. Hans Selye,

seorang

ahli

fisiologi

dari

Universitas Montreal yang merupakan pelopor dalam bidang penelitian mengenai stres, yang mencoba merumuskan stres dalam bentuk sebuah tanggapan spesifik terhadap sebuah tuntutan aksi.

tubuh yang sifatnya tidak

Tubuh berusaha bereaksi dengan emosi dan fisisnya

untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal, yang oleh Han Seyle disebut sebagai General Adaptation Syndrome (Respon Adaptasi Umum). Konsep ini mencoba membagi respon tubuh terhadap stres menjadi tiga tahapan dasar yaitu tanggapan terhadap bahaya (alarm reaction), tanggapan fisik atau tahap perlawanan (stage of resistance) dan tahap kelelahan (stage of exhaustion). Ketiga tahapan ini tidak selalu terjadi pada setiap manusia yang mengalami stres karena tergantung pada daya tahan mental setiap individu.

Reaksi pertahanan tubuh akibat tekanan stres menurut Selye akan berdampak pada berbagai anggota badan, yang merupakan tanggapan dari adanya rangsangan dari pertahanan yang diciptakan untuk membantu tubuh untuk menyesuaikan diri dengan penyebab stres untuk menghadapi hal-hal yang menimbulkan stres. Sejalan dengan pandangan Dr. Hans Selye tentang masalah stres kerja, Baron dan Greenberg, mencoba mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana ketika seseorang ingin mengejar harapannya dalam perjalanannya mendapat halangan dan orang tersebut tidak dapat mengatasi hambatannya tersebut (Baron dan Greenberg, 1990:226 dalam Margiati, 1999). Stres pada hakekatnya tidak selalu buruk, walaupun kalau kita lihat dimasyarakat sering di bahas dalam konteks negatif, tetapi ia juga memiliki sisi positif ketika di dalamnya terdapat peluang yang menawarkan suatu hasil yang potensial. Sebagai contoh banyak professional memandang

tekanan

beban

kerja

yang

berat

dan

tenggat

waktu

yang

pendek

sebagai tantangan positif untuk menaikkan mutu dan kepuasan hasil kerja mereka. Stres positif lainnya dapat dalam bentuk tekanan untuk mengupayakan mengubah energi potensial yang semula negatif menjadi energy actual yang memiliki nilai positif. Dengan kata lain suatu upaya untuk mengembangkan kapasitas yang ada. Sebagai contoh katakanlah kita gagal sampai menimbulkan stres. Jika kegagalan itu kita terima sebagai kegagalan dan kita biarkan kegagalan itu berlalu begitu saja, umumnya malah menyebabkan kita menjadi tersandra dengan berbagai tekanan dan derita, namun apabila peristiwa buruk itu kita jadikan sebagai upaya untuk memperbaiki diri, maka hasilnya akan menjadi positif meskipun hal itu tidak 4

langsung terasa dan terjadi. Banyak orang yang sanggup melakukan transformasi atas penderitaan berat yang dialaminya menjadi out-put yang menggembirakan di kemudian harinya. Bagi orang yang bekerja, berkarir atau menekuni profesi apa saja, kemampuan mengelola stres itu menjadi penting. Alasannya karena kecil kemungkinan pekerjaan, karir atau profesi yang kita tekuni itu menyediakan sebuah kondisi yang ideal selamanya dan setiap waktu. Justru yang sering muncul adalah kondisi-kondisi yang kurang ideal atau sumber pemicu stres. Orang demikian merupakan orang yang tangguh dalam menghadapi tingkat kesulitan pekerjaan, karena ia mampu merespon pemicu stres dengan sikap terbaiknya. Orang seperti inilah orang yang berpeluang besar mencapai kesuksesan dalam organisasi tersebut di kemudian hari. Sebab dan Dampak Stres Pekerjaan

Seringkali kita melihat ada pekerja di sekitar kita merasa mengalami kebingungan ketika muncul tekanan, tantangan, dan stres pekerjaan, lalu kemudian dengan cepatnya ia menjadikan hal tersebut sebagai alasan terjadinya praktik manajemen organisasi yang buruk. Adanya tekanan, dan tantangan pekerjaan di tempat kerja memang merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, kenapa? Karena adanya tuntutan di lingkungan kerja kita atau pemangku kepentingan kita yang semakin berkembang sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin menuntut seseorang dan organisasi untuk menjadi kompetitif. Tekanan atau tantangan biasanya baru dapat diterima oleh seorang pekerja apabila sumber daya yang dibutuhkannya tersedia secara memadai. Namun, ketika tekanan itu menjadi berlebihan maka kemudian pekerja tersebut mengalami stres, dan stres dapat merusak kesehatan pekerja dan kinerja organisasi Anda. Dalam hubungannya dengan stres, Robbins (2003) membagi tiga kategori

potensi

penyebab stres (stressor) yaitu lingkungan, organisasi, dan individu. Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi dalam perancangan struktur organisasi. Ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres di kalangan para karyawan dalam suatu organisasi. Lebih lanjut Robbins (2003) berpendapat bahwa struktur organisasi tingkat aturan dan peraturan, dan

menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi,

dimana keputusan diambil. Aturan yang berlebihan dan

kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber stres.

Menurut Braham (dalam Handoyo; 2001:68), gejala stres dapat berupa tandatanda berikut ini: 5



Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.



Emosional, yaitu sering marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.



Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya,

daya ingat menurun, sulit untuk

berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. 

Interpersonal, yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain. Ketika sedang stres, orang mengalami kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan

yang sehat antara kerja dan relaks. Pada saat yang sama, juga dapat mengakibatkan melakukan kegiatan yang tidak sehat, seperti minum alkohol, merokok atau menyalahgunakan narkoba. Stres yang ada kemudian masuk ke dalam Cerebral Cortex atau Otak Depan yang merupakan bagian terbesar dari otak manusia. Cerebral Cortex membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. (sumber: aktivasiotak.com) Setelah direspon oleh cerebral cortex respon akan dikirimkan kepada hypothalamus yang merupakan bagian dari sistem limbik dalam otak. Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak. Sistem limbik ini merupakan bagian penting otak yang mengendalikan emosi serta semua fungsi tubuh yang dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan tubuh. Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah hypothalamus yang salah satu fungsinya adalah memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak.

6

Gambar.1 Reaksi Tubuh Apabila Terjadi Stres

Sumber: Modul Manajemen Stres, Dr. Arlina Gunarya, M.Sc, Pusat Bimbingan dan Konseling UNHAS

Gambar.2 Memori dan Otak Manusia

Sumber: http://www.fda.gov/forconsumers/consumerupdates/ucm107783.htm diunduh tgl 28 Maret 2013 jam 14.39 dan aktivasiotak.com diunduh tanggal 28 Maret 2013 jam 17.31

Setelah direspon oleh hypothalamus kemudian dikirimkan ke Sistem saraf simpatik (sympathetic nervous system), yang bertanggung jawab untuk mendorong rangsangan respon apakah akan melawan atau meninggalkan. Pengambilan keputusan untuk melawan atau meningggalkan ini akan memiliki dampak pada perubahan tubuh. Seseorang akan cenderung merasa bahagia ketika sistem limbik berada dalam kondisi relative tidak aktif, sedangkan pada orang yang mengalami depresi khususnya ketika mereka memperoleh informasi negatif maka kondisi sistem limbik berada dalam kondisi yang lebih aktif. Seorang ahli biokimia, William Frey mengatakan ketika seseorang memperoleh informasi negatif, terdapat kecenderungan untuk mengeluarkan air mata dari luapan emosionalnya, secara otomatis sebenarnya ia mengeluarkan racun dari dalam tubuhnya. Hal ini terjadi karena air mata yang dihasilkan dari menangis tersebut mengandung 24% protein albumin yang berguna untuk meregulasi sistem metabolisme tubuh. Menangis juga mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah dan denyut jantung serta membuat respons yang lebih baik terhadap pengobatan. Air mata yang keluar itu mengandung hormon prolaktin yang efektif melawan

7

stres. Setelah menangis, sistem limbik, otak dan jantung akan lancar, sehingga orang tersebut merasa lebih baik.

Solusi Kebijakan Organisasi Dalam Mengurangi Stres Karyawan Strategi yang terbaik untuk mengatasi stres kerja dapat dilakukan organisasi dengan merancang kembali tuntutan, pengetahuan dan kemampuan, dukungan dan kendali terhadap pekerjaan seorang karyawan yang meliputi: 

Mengubah tuntutan pekerjaan (misalnya dengan mengubah cara melakukan pekerjaan atau lingkungan kerja, berbagi beban kerja yang berbeda,dsb).



Memastikan bahwa karyawan memiliki atau dapat mengembangkan pengetahuan yang sesuai dengan kemampuannya untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif (misalnya dengan memilih dan melatih mereka dengan benar, kemudian meninjau kemajuan mereka secara teratur).



Meningkatkan kendali pekerja atas cara mereka melakukan pekerjaan mereka (misalnya merancang waktu yang lebih leluasa, melakukan sharing pekerjaan, memberikan konsultasi lebih lanjut tentang penyelesaian pekerjaan yang baik).



Meningkatkan jumlah dan kualitas dukungan yang mereka terima (misalnya manajemen personalia membuat suatu produk pelatihan untuk pejabat pengawas/penilai yang memungkinkan adanya interaksi yang baik dengan pekerja yang diawasi, serta mendorong adanya kerja sama dan teamwork).



Melibatkan pekerja pada kelas-kelas pelatihan relaksasi, manajemen waktu, atau kegiatankegiatan olahraga.



Memperbaiki kondisi peralatan yang digunakan di tempat kerja dan kondisi fisik di tempat kerja.



Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta keterampilan pimpinan terkait dengan stres kerja pekerja seefektif mungkin.



Menerapkan sistem kerja dan manajemen yang lebih baik, serta mengembangkan budaya yang lebih ramah dan mendukung pekerjaan pekerja.

Pimpinan organisasi dapat mendeteksi masalah awal munculnya stres kerja dan mencegah masalah tersebut berkembang menjadi lebih serius. Deteksi dini dan pencegahan masalah stres kerja dapat dilakukan dengan cara: 

Melakukan monitor kepuasan dan kesehatan staf secara teratur;

8



Memberikan informasi kepada pekerja, kepada siapa ia harus berbicara tentang masalah pekerjaan yang dialaminya.



Memberikan informasi kepada pekerja di mana tempat ia meminta bantuan profesional ketika mereka mengalami kesulitan yang nyata.

Sebagai seorang pimpinan organisasi, penting bagi Anda untuk mengambil langkah-langkah untuk mengkonfirmasi efektivitas kebijakan Anda telah membawa ke stres kerja yang benar. Anda harus dapat menindaklanjuti temuan Anda dan membandingkannya dengan temuan Anda sebelumnya serta menginterpretasikan berdasarkan pada saat awal penilaian. Metode tindak lanjut Anda harus dicatat dan dijelaskan. Jika perlu, dapat direvisi pendekatan Anda untuk mengatasi masalah stres kerja. Semua pimpinan organisasi harus berhati-hati untuk mempertimbangkan sistem yang mereka miliki di tempat kerja untuk menilai, mencegah dan mengelola stres pekerjaan yang ada. Pimpinan organisasi perlu menyadari bahwa sistem organisasi dan sumber daya Anda sangat menentukan keberhasilan dalam pengelolaan stres pekerjaan. Sumber daya internal yang dapat diberikan dapat mencakup layanan kesehatan kerja, pengelolaan sumber daya manusia,

menyediakan

unit

kerja

pelatihan

dan

unit

kerja

terkait

lainnya

yang

bertanggungjawab untuk membantu menangani permasalahan-permasalahan stres pekerjaan dan kesehatan pekerja. Masalah Individu yang sangat kompleks, sulit dan belum dikelola di internal organisasi, sebaiknya ditangani melalui professional di bidangnya seperti psikolog konseling, klinik psikolog, konselor, atau dokter kesehatan kerja yang dapat berkonsultasi dengan dokter umum atau spesialis fungsi lain yang dipandang perlu. Identifikasi atas kelompok-kelompok yang berisiko dalam organisasi juga sangat penting untuk dilakukan dan dapat berjalan berdampingan dengan dilakukannya pemeriksaan sumber daya organisasi yang tersedia untuk mengelola stres kerja. Faktor organisasi yang cukup besar menjadi sumber atau mempengaruhi stress adalah sebagai berikut: 

Ketidakjelasan peran dapat menjadi pembangkit stres sebab ia menghalangi individu untuk melakukan tugasnya dan menyebabkan timbulnya perasaan tidak aman dan tidak menentu. Seseorang dapat dikatakan berada dalam Ketidakjelasan peran apabila ia menunjukkan ciri-ciri antara Iain sebagai berikut: (a) Tidak jelas benar apa tujuan peran yang diinginkannya; (b) tidak jelas kepada siapa ia bertanggung jawab dan siapa yang melapor kepadanya; (c) tidak sepenuhnya mengerti apa yang diharapkan dari padanya dan (d) tidak memahami benar peranan daripada pekerjaannya dalam rangka pencapaian tujuan secara keseluruhan. 9



Manakala

para

pekerja

merasa

bahwa

terlalu

banyak

pekerjaan

yang

harus

dikerjakan, terlalu beragam hal yang harus dilakukan, atau tidak cukup waktu yang tersedia untuk

menyelesaikan lugas yang

dibebankan kepadanya. Pekerja sendiri mensikapi

kondisi tersebut dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: -

Melakukan

pengelolaan waktu yang baik agar dapat menyelesaikan tugas dengan

baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. -

Melakukan latihan fisik untuk dapat meningkatkan kondisi

tubuh agar

lebih prima

sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. -

Melakukan kegiatan-kegiatan santai atau refreshing.

-

Berkumpul dengan para

sahabat,

kolega,

keluarga

yang

dapat

memberikan

dukungan dan saran-saran bagi dirinya. Kesimpulan 1. Stres adalah reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana ketika seseorang ingin mengejar harapannya, namun dalam perjalanannya mendapat halangan dan orang tersebut tidak dapat mengatasi hambatannya tersebut 2. Stres kerja dapat berpengaruh pada kondisi fisik seseorang yang mengakibatkan adanya gangguan-gangguan tertentu pada organ-organ tubuh orang tersebut. 3. Stres pada hakekatnya tidak selalu buruk, walaupun biasanya khalayak umum di masyarakat sering membahasnya dalam konteks negatif, tetapi ia juga memiliki sisi positif ketika di dalamnya terdapat peluang yang menawarkan suatu hasil yang potensial. 4. Strategi yang terbaik untuk mengatasi stres kerja dapat dilakukan organisasi merancang kembali

dengan

tuntutan, pengetahuan dan kemampuan, dukungan dan kendali

terhadap pekerjaan seorang karyawan. Daftar Pustaka Dr. Arlina Gunarya, M.Sc , Modul Manajemen Stres, Pusat Bimbingan dan Konseling UNHAS Gibson, James dkk. 2004. Organizations; Behavior, Structures, Processes. Boston: McGrawhill. Handoyo, S., 2001, Stres pada Masyarakat Surabaya,

Jurnal Insan Media Psikologi 3,

Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Margiati, Lulus (1999), “Stres Kerja: Latarbetakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3, Juli 1999, 71-80 Nimran Umar, (1999), Perilaku Organisasi, Surabaya, penerbit Citra Media Robbins, Stephens P., 2003, Prilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Prentice-Hall, Jakarta

10