TEKNOLOGI SISTEM AKUAKULTUR RESIRKULASI UNTUK

Download Sistem Akuakultur Resirkulasi (Recirculating Aquaculture System). Sistem ini ... umum (sungai, danau, waduk dan rawa-rawa) dan perikanan bu...

0 downloads 370 Views 355KB Size
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/283507828

TEKNOLOGI SISTEM AKUAKULTUR RESIRKULASI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERIKANAN DARAT DI ACEH: SUATU TINJAUAN Conference Paper · March 2010 DOI: 10.13140/RG.2.1.2202.8247

CITATIONS

READS

0

304

4 authors, including: Rahmat Fadhil

Johari Endan

Syiah Kuala University

Universiti Putra Malaysia

26 PUBLICATIONS 6 CITATIONS

22 PUBLICATIONS 62 CITATIONS

SEE PROFILE

SEE PROFILE

Farah Saleena Taip Universiti Putra Malaysia 77 PUBLICATIONS 335 CITATIONS SEE PROFILE

All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.

Available from: Rahmat Fadhil Retrieved on: 08 September 2016

Aceh Development International Conference 2010 Auditorium Hall, Faculty of Engineering, Universiti Putra Malaysia, 26th – 28th March, 2010 ISBN 978-967-5742-00-2

TEKNOLOGI SISTEM AKUAKULTUR RESIRKULASI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERIKANAN DARAT DI ACEH: SUATU TINJAUAN Rahmat Fadhil1,2,*, Johari Endan2, Farah Saleena Taip2 dan Muhammad Salih bin Hj Ja’afar2 1

Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia Fakulti Kejuruteraan, Universiti Putra Malaysia, 43400 UPM Serdang, Selangor, Malaysia

2

*

Email: [email protected] Abstrak

Propinsi Aceh memiliki sumber daya perikanan yang besar dan menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari sub sektor penangkapan, budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Namun kemampuan dan penemuan teknologi yang lebih maju dalam budidaya perikanan, terutama perikanan darat, masih sangat sedikit, apalagi dukungan dan kebijakan pemerintah belum sepenuhnya memberikan efek positif secara maksimal pada bidang perikanan. Salah satu teknologi yang sekarang sedang dikembangkan di dunia dalam bidang perikanan darat adalah Sistem Akuakultur Resirkulasi (Recirculating Aquaculture System). Sistem ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan budidaya ikan secara konvensional, diantaranya adalah dapat menghemat air, mudah dalam pengendalian dan pengawasan, dapat diproduksi sepanjang tahun dan membutuhkan lahan yang lebih sedikit. Sistem resirkulasi merupakan budidaya intensif yang merupakan alternatif menarik untuk menggantikan sistem ekstensif yang selama ini sudah ada di Aceh. Dukungan berbagai pihak terutama pemerintah, peneliti dan masyarakat perikanan sangat diharapkan dapat memajukan perikanan darat Aceh di masa yang akan datang. Kata kunci : sistem akuakultur resirkulasi, perikanan darat, aceh

Potensi Perikanan di Aceh Wilayah pesisir di provinsi Aceh mempunyai panjang garis pantai 1.660 km, dengan luas wilayah perairan laut seluas 295.370 km terdiri dari laut wilayah (perairan teritorial dan perairan kepulauan) 56.563 km dan zona ekonomi eksklusif (ZEE) 238.807 km. Akibat tsunami pada 26 Desember 2004, dari 1660 km panjang garis pantai, 800 km rusak terkena gelombang tsunami. Sektor perikanan dari seri serapan tenaga kerja menyerap 257.300 tenaga kerja atau sekitar 51.460 kepala keluarga atau mencapai 31,68% dari 811.971 total tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian. Tenaga kerja ini terserap dalam 4 (empat) subsektor yaitu : penangkapan, budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Subsektor penangkapan terdiri dari nelayan tetap dan nelayan tidak tetap sebanyak 164.080 jiwa, subsektor budidaya sebanyak 56.300 jiwa, subsektor pengolahan sebanyak 20.670 jiwa dan subsektor pemasaran hasil perikanan melalui penjual ikan (mugee eungkoet) mencapai 16.250 jiwa [1]. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan Aceh terdiri perikanan tangkap di laut dan perairan umum (sungai, danau, waduk dan rawa-rawa) dan perikanan budidaya (ikan air payau di tambak, di kolam, ikan di sawah (mina padi) atau budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung, baik di laut maupun diperairan tawar). Potensi perikanan lainnya adalah budidaya rumput laut, kerapu, kakap, lobster dan kerang mutiara dengan potensi sebaran seluas ±12.014 ha,membentang mulai dari Sabang, Aceh besar, Aceh Barat, Aceh Selatan, Simeleu, sampai Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Pengembangan perikanan ini

826

Aceh Development International Conference 2010 Auditorium Hall, Faculty of Engineering, Universiti Putra Malaysia, 26th – 28th March, 2010 ISBN 978-967-5742-00-2

didukung oleh sebaran luas terumbu karang seluas ±274.841 ha, membentang mulai dari Sabang, Aceh Besar sampai pantai barat selatan Aceh [2]. Namun kemampuan dan penemuan teknologi yang lebih maju dalam budidaya perikanan ini masih sangat sedikit, apalagi dukungan dan kebijakan pemerintah belum sepenuhnya memberikan efek positif secara maksimal pada bidang perikanan. Pemerintah sangat diharapkan dapat mengupayakan peningkatan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan melalui peningkatan industri perikanan tangkap, budidaya, industri pengolahan dan industri kelautan yang bertumpu pada IPTEK dengan memperhatikan kelestariannya sebagai salah satu tulang punggung pembangunan ekonomi Aceh yang berkelanjutan. Upaya upaya untuk mendorong tumbuhnya sektor perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya mesti terus digalakkan. Keasadaran pihak Pemerintah dan masyarakat, dengan berkembangnya sektor perikanan, akan membawa dampak yang berterusan secara positif terhadap pertumbuhan perekonomian Aceh secara keseluruhan. Karena tingkat produksi ikan, tidak terlepas dari para petani perikanan atau nelayan yang melakukan budidaya serta penangkapan ikan, baik di darat maupun di laut. Terlihat bahwa keluarga yang menggantungkan hidupnya dari sektor perikanan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa sektor ini cukup memberikan stimulasi bagi masuknya tenaga kerja baru ke bidang perikanan ini. Perikanan Darat Menurut data yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Aceh, menyatakan, selama ini, lokasi kegiatan budidaya air tawar dilaksanakan pada daerah-daerah di mana sumber air tawar tersedia dengan baik seperti halnya di Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Luwes, Bener Meriah dan Nagan Raya yang diusahakan pada kolam-kolam, karamba dan persawahan. Namun kini perikanan darat sudah berkembang hingga di Aceh Besar. Khusus Aceh Besar, bukan hanya Pemerintah kabupaten sajayang turun tangan, tapi juga pengusahaan oleh rakyat secara mandiri di sepanjang bibir Krueng Aceh, dekat kawasan Montasik dan sekitarnya. Bahkan di beberapa tempat di Banda Aceh, juga dikembangkan budidaya ikan air tawar mencakup, mujair, gurame, nila dan ikan lele. Dengan memanfaatkan aliran sungai eks Krueng Aceh yang kini jadi sungai mati di beberapa kawasan. Budidaya air payau (tambak) memiliki potensi luas tambak sebelum tsunami +44.883 ha (2003) dengan total produksi 22.955,97 ton dan jumlah petani tambak sebanyak 25.837 orang, berarti produktivitas rata-rata per ha/tahun baru mencapai 511,46 kg/ha/tahun dan produktivitas pembudidaya sebesar 888,49 kg/tahun, sementara luas areal tambak yang mengalami kerusakan diperkirakan seluas 20.000 Ha [3]. Pengembangkan sektor ikan darat di Aceh sudah cukup memungkinkan jika dilihat dari sudut peta wilayah dan potensinya. Karenanya, setiap kabupaten/kota di Aceh sudah selayaknya memberikan perhatian pada sektor ini sebagai lahan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Selain itu, sektor ikan darat merupakan potensi yang sejak lama tersedia di Aceh dan belum mendapatkan perhatian serius. Sistem Akuakultur Resirkulasi Salah satu teknologi yang sekarang sedang dikembangkan di dunia dalam bidang perikanan darat adalah Sistem Akuakultur Resirkulasi (Recirculating Aquaculture System). Sistem ini telah banyak di terapkan dibeberapa negara maju, seperti Amerika, Israel, Singapura, German. Sistem Akuakultur Resirkulasi pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat pada awal tahun 1960. Dimana pada masa itu di dapati pencemaran sungai berasal dari pencemaran organic yang bersumber dari tempat827

Aceh Development International Conference 2010 Auditorium Hall, Faculty of Engineering, Universiti Putra Malaysia, 26th – 28th March, 2010 ISBN 978-967-5742-00-2

tempat pembiakan ikan dan udang. Untuk menghindari dari pencemaran ini, beberapa kaidah telah dibuat oleh pemerintah setempat, salah satunya adalah Sistem Akuakultur Resirkulasi. Pada masa yang sama saat itu, permintaan yang tinggi terhadap benih ikan Salmon meningkat dengan mendadak dan perlu disediakan sepanjang waktu. Perikanan beriklim tropik biasanya menghadapi masalah yang diantaranya ikan akan mati pada saat tiba musim dingin/hujan. Dengan kajian-kajian yang dikembangkan, penggunaan system Sistem Akuakultur Resirkulasi didapati dapat menyelesaikan masalah ini. Teknologi Sistem Akuakultur Resirkulasi juga dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan padatan terlarut yang dapat disesuaikan dengan sistem akuakultur. Sistem ini dibuat secara tertutup yang dapat memproduksi ikan dan udang sepanjang tahun. Dengan menggunakan teknologi Sistem Akuakultur Resirkulasi ini, ikan yang diternak akan lebih sehat dan kadar sirkulasi makanan (food circulation rate) lebih rendah daripada perikanan secara konvensional seperti dalam kolam lainnya. Kepadatan ikan dalam Sistem Akuakultur Resirkulasi dapat dibuat sampai 0.350 kg/liter atau lebih, sedangkan kolam biasanya hanya pada kadar 0.0015 kg/liter. Sistem RAS terdapat dalam berbagai bentuk, dari yang paling sederhana sampai yang otomatik dan di kawal sepenuhnya dengan sistem komputer [4]. Akuakultur resirkulasi adalah sebuah sistem sirkulasi air tambak dengan menggunakan kembali (reuse) air untuk budidaya habitat air, sehingga dapat mengurangi penggunaan air dari luar sistem. Dimana air tambak yang telah digunakan untuk budidaya ikan dan telah mengalami penurunan kualitasnya, dapat digunakan kembali setelah mengalami proses filtrasi. Menurut Edhi [5], satu modul sistem resirkulasi akuakultur terdiri dari unit perlakuan, unit budidaya, saluran pasok (supply canal), dan saluran air bersih (clean water canal/sub inlet). Penambahan air ke dalam sistem dilakukan melalui unit karantina (quarantine unit) dalam jumlah yang relatif sedikit, yaitu hanya mengganti volume air yang hilang akibat penguapan, rembesan dan pembersihan dasar tambak (sifon). Selain itu juga sering dibantu dengan aksesoris lainnya, seperti pompa, aerator, dll. Twarowska et. al. [6] menyatakan bahwa dalam desain sistem resirkulasi, hal yang utama untuk dipertimbangkan adalah penyediaan kondisi yang memungkinkan untuk membuang limbah padatan, limbah ammonia, dan pengadaan aerasi. Dalam beberapa literatur Sistem Akuakultur Resirkulasi juga sering disebut dengan “water re-use system”. Sistem Akuakultur Resirkulasi ini merupakan teknik budidaya yang relatif baru dan unik dalam industri perikanan [7]. Sistem resirkulasi merupakan budidaya intensif yang merupakan alternatif menarik untuk menggantikan sistem ekstensif, dan cocok diterapkan didaerah yang memiliki lahan dan air terbatas [8]. Penggunaan sistem ini memiliki beberapa kelebihan [4,9,10,11], diantaranya adalah : a. Penggunaan air lebih hemat b. Fleksibelitas lokasi budidaya c. Lebih Higienis d. Kebutuhan ruang atau lahan relative kecil e. Kemudahan dalam mengendalikan dan memelihara f. Kemudahan dalam mempertahankan suhu dan kualitas air g. Ramah lingkungan h. Aman dari pencemaran yang terjadi di luar lingkungan perairan i. Dapat dilaksanakan sepanjang waktu

828

Aceh Development International Conference 2010 Auditorium Hall, Faculty of Engineering, Universiti Putra Malaysia, 26th – 28th March, 2010 ISBN 978-967-5742-00-2

Sistem Akuakultur Resirkulasi menawarkan sebuah alternatif teknologi tambak budidaya melalui perawatan air dan penggunaan kembali, Biasanya sistem resirkulasi menggunakan tangki untuk produksi akuakultur, secara substansialnya membutuhkan lahan yang sedikit. Meskipun teknologi ini agak mahal, tetapi mengingat keuntungan dan kelebihannya terutama dari segi hasil produksi sepanjang tahun dan dapat dibuat pada lokasi wilayah pemasaran yang utama dengan sangat sedikit pengguanaan air telah menarik minat calon para akuakulkuris. Di beberapa tahun terakhir, produksi ikan dengan berbagai fasilitas yang menggunakan teknologi Sistem Akuakultur Resirkulasi yang telah banyak dikembangkan [12].

Tangki Budidaya

Tangki Budidaya

Tangki Budidaya

Tangki Budidaya

Bak Pengendapan Pompa Air

Filter Biologi

Gambar 1. Diagram Skematik sistem akuakultur resirkulasi [13] Tangki yang biasanya digunakan untuk tambak peternakan ikan dalam sistem ini, bisa terbuat dari plastic, fiberglass, semen polytank dan lainnya. Warna tangki bagian dalam biasanya dicat berwarna gelap atau kelabu untuk menghilangkan stress ikan yang akan di ternak. Diagram skematik sistem akuakultur resirkulasi dapat dilihat pada gambar 1. Komponen dasar system resikulasi aquaculture terdiri dari [14,15]: a. Unit Pemeliharaan (tangki kultur/ growing tank), yaitu tempat pemeliharan ikan dengan ukuran sesuai dengan kapasitas jumlah ikan yang akan di budidayakan. b. Unit Penyaring Partikulat (sump particulate), bertujuan untuk menyaring materi padat terlarut agar tidak menyumbat biofilter atau mengkonsumsi suplai oksigen. c. Unit Biofiltration, merupakan bagian utama dalam sistem resirkulasi. Biofilter merupakan tempat berlansungnya proses nitrifikasi. d. Pompa Resirkulasi (water recirculation pump), berguna untuk mengarahkan, menaikkan dan mengalirkan aliran air sesuai yang diinginkan. Manajemen Sistem Resirkulasi Tiap-tiap unit dalam Sistem Akuakultur Resirkulasi adalah penting, meskipun beberapa sistem resirkulasi air tertutup memiliki desain yang lebih sederhana dengan tanpa adanya tambahan komponen-komponen sekunder. Komponen dapat memisahkan unit atau dapat diatur dalam kombinasi yang membuat sistem kelihatan hanya ada satu atau dua kompartemen. Setiap komponen dapat sangat besar atau relatif kecil, namun masing-masing harus dalam proporsi yang tepat untuk satu dengan yang lainnya sehingga sistem ini dapat bekerja dengan baik. Harga produksi dalam sistem resirkulasidan biasanya sangat bervariasi tergantung pada jenis sistem yang digunakan dan 829

Aceh Development International Conference 2010 Auditorium Hall, Faculty of Engineering, Universiti Putra Malaysia, 26th – 28th March, 2010 ISBN 978-967-5742-00-2

keahlian pengguna. Produsen yang tertarik dengan Sistem Akuakultur Resirkulasi ini, harus membangun sistem dan mengujinya terlebih dahulu pada skala yang lebih kecil sebelum melakukan operasi besar-besaran sistem produksi ini [13].

Gambar 2: Sirkulasi nitrogen dalam air tawar [19]. Sistem Akuakultur Resirkulasi ini adalah sebuah sistem yang dapat diterapkan mengingat keuntungan-keuntungan yang dimilikinya. Pada sistem sirkulasi, hal yang terpenting dan menjadi nadi bagi sistem ini adalah biofilter. Karena biofilter yang akan berfungsi sebagai unit pembersihan dan perbaikan kualitas air kembali [16]. Biofilter besar manfaatnya untuk tempat membiakkan bakteri [17] atau lebih dekenal dengan sebutan ‘chemotropic bacteria’ [4], dalam perikanan air tawar dikenal dengan bakteri nitrosomonas dan nitrosobacter. Tujuan membiakkan bakteri nitrosomonas dan nitrosobakter ini adalah untuk menetralkan kandungan ammonia yang terlarut dalam air hasil dari tambak ikan (lihat gambar 2 dan 3). Sedangkan dalam perikanan air asin, bakteri ini dikenal dengan nama Nitrosoccoccus dan Nitrococcus (lihat gambar 4), yang berfungsi sama seperti pada air tawar yaitu juga untuk menetralkan kandungan ammonia dalam air. Ammonia ini memiliki dua bentuk di dalam sistem akuakultur, yaitu Ionized (NH4+) dan un-ionized (NH3). Bentuk Ammonia unionized sangat beracun bagi ikan, sedangkan ionized tidak [13]. Tingginya kadar ammonia dan nitrit dalam air akan mempengaruhi laju pertumbuhan benih ikan karena ikan mengalami stres dan terganggu fungsi organnya [18]. Medium biofilter yang dapat digunakan sangat bervariasi seperti batu kerikil, batu kapur, pastik, mikro bead, pasir dan lainnya dengan bermacam bentuk dan ukuran.

O2 Ammonia (NH3)

O2 Nitrates (NO3-)

Nitrites (NO2) Nitrosomonas Bacteria

Nitrobacter Bacteria

Gambar 3. Proses Nitrifikasi dalam air tawar

830

Aceh Development International Conference 2010 Auditorium Hall, Faculty of Engineering, Universiti Putra Malaysia, 26th – 28th March, 2010 ISBN 978-967-5742-00-2

O2 Ammonia (NH3) Nitrosoccus Bacteria

O2 Nitrites (NO2) Nitrococcus Bacteria

Nitrates (NO3-)

Gambar 4. Proses Nitrifikasi dalam air asin

Gambar 5. Berbagai unit proses yang dibutuhkan dan jenis-jenis komponen yang digunakan dalam sistem produksi akuakultur resirkulasi [12]. Kunci sukses Sistem Akuakultur Resirkulasi adalah penggunaannya menghemat biaya perawatan komponen sistem air. Semua proses resirkulasi menghapus sistem produksi limbah padat, mengoksidasi amonia dan nitrite-nitrogen, menghapus karbon dioksida, dan aerasi atau mengoksidasi air sebelum kembali ke tangki ikan (lihat gambar 5). Lebih intensif, sistem atau budidaya spesies yang sensitive, memerlukan perawatan tambahan proses seperti mengeluarkan padatan, menghapus larutan organik, atau beberapa bentuk penyucian. Berjalannya sistem resirkulasi dalam mengendalikan, memelihara dan mempertahankan kualitas air menandakan bahwa sistem resirkulasi memiliki hubungan yang erat dengan proses perbaikan kualitas air dalam pengolahan air limbah, baik dalam aspek kimia, fisika maupun biologi. Bila sistem resirkulasi menghasilkan kualitas air sama saja dengan tidak menggunakan sistem resirkulasi atau bahkan lebih membuat kaulitas air tidak baik, maka sistem ini boleh jadi tidak berjalan dengan semestinya. Pemeriksaan, perawatan dan pengendalian perlu selalu dilaksanakan untuk menjamin keberlangsunngan hidup habitat dalam system resirkulasi akuakultur ini.

831

Aceh Development International Conference 2010 Auditorium Hall, Faculty of Engineering, Universiti Putra Malaysia, 26th – 28th March, 2010 ISBN 978-967-5742-00-2

Kesimpulan dan Rekomendasi Potensi perikanan Aceh sangat besar karena didukung oleh sumber daya alam dan kawasan yang potensial untuk produksi ikan dan udang. Penemuan dan pengembangan teknologi maju seperti teknologi Sistem Akuakultur Resirkulasi perlu di terapkan dan di aplikasikan guna mendukung peningkatan produksi dan perbaikan teknologi akuakultur di Aceh. Pembelajaran dan pelatihan kepada masyarakat perikanan perlu di lakukan, agar masyarakat perikanan senantiasa mengikuti perkembangan terbaru dalam budidaya ikan. Mengingat Sistem Akuakultur Resirkulasi adalah sebuah teknologi terkini yang sedang banyak di terapkan di Negara maju, maka tidak salahnya sistem ini dapat di lakukan di Aceh. Sehingga peningkatan produksi perikanan Aceh dari tahun ke tahun akan semakin meningkat dan produktif, baik untuk pasaran lokal, regional, maupun internasional nantinya. Referensi 1. Badan Investasi dan Promosi Aceh, Sumber Daya Alam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, http://bisnisinvestasi.acehprov.go.id/perikanan.php, akses pada 8 Februari 2010. 2. Portal Nasional Republik Indonesia, http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option= com_content&task=view&id=3524&Itemid=1948, akses pada 10 Februari 2010. 3. Protani, Budidaya Ikan Darat Butuh Dukungan Perbankan, Edisi 1 November 2009, http://www.serambinews.com/news/view/16843/budidaya-ikan-darat-butuh-dukunganperbankan, akses pada 9 Februari 2010. 4. Yacob, N., Biofilter di dalam Recirculating Aquaculture System (RAS), Artikel, (2009). 5. Edhi,W.A, Dari Closed Recirculation System ke Closed System, Mitra Bahari No.2, (2001), Thn. VI:51-52. 6. Twarowska, et. al. Waste Treatment and Waste Characterization Evaluation of an Intensive Recirculating Fish Production System. North Carolina: Department of Biological and Agricultural Engineering, North Carolina State University, (1997). 7. Suantika, G., Development of a Recirculation System for the Mass Culturing of the Rotifer Brachionus plicatilis Universiteit Gent, Belhium Ghent, (2001). 8. Suresh, A. V. dan Lin, C.K., Effect of Stocking Density on Water Quality and Production of Red Tilapia in Recirculated Water System, Aquacultural Engineering,(1992),11: 1-22. 9. Lekang, O.I., Aquaculture Engineering. Oxford, UK, Blackwell Publising Ltd., (2008). 10. Tetzlaff,B.L. dan. Heidinger, R.C., Basic Principles of Biofiltration and System Design. SIUC Fisheries Bulletin No.9. Illinois, SIUC Fisheries and Illinois Aquaculture Center. 9.(1990). 11. Yudha, I. G., Application of Closed Recirculation System in the Water Quality Management of Intensive Shrimp Pond, World Water Day Seminar in 2005, Province of Lampung. Lampung, UNILA, (2005). 12. Losordo, T. M., Masser, P.M. and Rakocy, J. Recirculating Aquaculture Tank Production Systems, An Overview of Critical Considerations. Mississipi, US, Southern Regional Aquaculture Center (SRAC) Publiation. 451. (1998). 13. Swann, L., A Basic Overview of Aquaculture; History, Water Quality, Type of Aquaculture, and Production Methods. Technical Bulletin Series # 102. Ames, Iowa, Iowa State University. 102: 10 p.(1992). 14. Hernawati dan Suantika, G., Recirculating System for Gouramy Fish Seed Culture, DiSainTek 1 (1), (2007). 15. Ardiansyah, Hanifah,U., dan Setiawan,B.I., Dynamic of Water Balance Analysis in Recirculating System of Fish Hatchery. The 3rd International Joint Seminar Toward Harmonization Between Development and Environment Conservation in Biological Production, Banten, Indonesia, JSPSDGHE Core University Program in Applied Bioscinces, Bogor Aricultural Institute, (2004). 16. Sudrajat, Y. dan Gunawan, B., Sistem Bakteriofiltrasi sebagai Sarana Pasokan Air pada Penampungan Ikan Hidup, Buletin Teknik Pertanian 7(2) (2002): 48-50. 832

Aceh Development International Conference 2010 Auditorium Hall, Faculty of Engineering, Universiti Putra Malaysia, 26th – 28th March, 2010 ISBN 978-967-5742-00-2

17. Helfrich,L.A. dan Libey.G. Fish Farming in Recirculating Aquaculture System (RAS), Virginia Tech., Department of Fisheries and Wildlife Sciences, (2003). 18. Durborow,M.R., Crosby,M.D., dan Brunson,W.M., Ammonia in Fish Ponds, Southern Regional Aquaculture Center (SRAC): Mississipi. (1997). 19. Pearce,L., Filtration and the Nitrogen Cycle, Aquarticles, http://www.aquarticles.com/ articles/management/Pearce_Les_Filtration_Nitrogen_Cycle.html, akses pada 1 Januari 2010.

Rahmat Fadhil, Dosen pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, sekarang sedang belajar pada Departemen Kejuruteraan Process dan Makanan, Fakulti Kejuruteraan, Universiti Putra Malaysia dalam kajian tentang Water Quality dan Recirculating Aquaculture System (RAS).

833