TENTANG AKHLAK ( ETIKA ISLAM )

dipelajarinya dari filsafat yunani ajaran Persia dan ... demikian pokok-pokok pandangan ... Islam yang menitik pandangannya pada etika dalam masalah...

46 downloads 821 Views 36KB Size
POKOK-POKOK PIKIRAN AHLI PIKIR ISLAM TENTANG AKHLAK ( ETIKA ISLAM ) 1. Ibnu Maskawaih

Seorang ahli fikir Islam yang terkemuka, asal majusi bernama Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub atau Maskawaih (wafat thn. 241 M), menampilkan tinjauannya tentang akhlak di samping memperkatakan masalah-masalah lainnya yang berhubungan dengan filsafat. Sumber-sumber pemikirannya bercorak Islam dan bahan-bahan yang dipelajarinya dari filsafat yunani ajaran Persia dan pengalamannya sendiri. Uraian-uraian akhlak Ibnu maskawaih diutarakan dalam bukunya “Tahzibul Akhlaq”. Hal-hal yang ditonjolkannya ialah : jiwa manusia mempunyai 3 tingkatan, yaitu: a. Annafsul bahimiyah (nafsu kebinatangan) yang buruk b. Annafsus sabuiayah (nafsu binatang buas) yang sedang c. Annafsun nathiqah (jiwa yang cerdas), yang baik menurut anggapannya Sifat buruk dari jiwa ialah mempunyai kelakuan berani babi, pengecut, ujub (pongoh), sombong, olok-olok, nanar, penipu dan hina dina. Sebagai khususiat dari jiwa yang cerdas ialah mempunyai sifat adil, harga diri, berani, pemurah, benar dan cinta. Kebajikan bagi suatu makhluk yang hidup dan berkemauan ialah apa yang dapat mencapai tujuan dan kesempurnaan wujudnya. Segala yang maujud ini baik jika ia mempunyai persediaan yang cukup guna melaksanakan sesuatu tujuan. Tetapi setiap orang mempunyai tujuan atau memiliki perbedaan yang pokok dalam persediaan bakatnya. Selanjutnya menurut Ibnu Maskawaih, di antara manusia ada yang baik dari asalnya. Golongan ini tidak akan cenderung kepada kejahatan, meski bagaimana juga, karena sesuatu yang memang dari asal tak akan berubah. Golongan ini merupakan minoritas. Golongan yang memang jahat dari asalnya adalah mayoritas, sama sekali tidak akan cenderung kepada kebajikan, dan kejahatan yang ada dalam golongan itu payah beralihnya, karena pendidikan atau pengaruh lingkungan. Dalam kebajikan Ibnu Maskawaih menerangkan bahwa : kebajikan itu adakalanya bersifat umum dan khusus, ada kebajikan mutlak dan ada ilmu pengetahuan yang luhur dimana semua orang yang baik akan berusaha mencapainya. Dalam hubungan ini dibedakan antara kebajikan dan perasaan beruntung. Kebajikan ialah yang dituju setiap orang dengan perasaan beruntung, tak lain daripada semacam kebajikan yang hanya diperuntukkan bagi setiap individu. Kebajikan mempunyai bentuk tertentu, sedang perasaan beruntung bersifat relative, dapat berubah sifat dan bentuknya menurut perasaan orang-orang yang hendak mencapainya, demikian pokok-pokok pandangan etika menurut Ibnu Maskawaih. 2. Ikhwanussafa

Sekelompok ahli-ahli fikir yang tergabung dalam “Ikhwanussafa”, dalam abad X Masehi di Bashrah telah mengadakan diskusi-diskusi rahasia dalam masalah-masalah filsafat umat Islam pada masa itu yang banyak dikacaukan oleh alam fikiran yang datang dari luar Islam, antara lain:

1. 2. 3. 4. 5.

Abu Sulaiman bin Mu’syir al-Busti al-Muqaddasi Abul Hasan Ali Bin Haarun az-Zanjabi Abu Ahmad al-Mihrajjani Aufi Zaid bin Rifa’ah

Mereka lakukan diskusi rahasia itu karena kondisi penguasa pada waktu itu tidak memungkinkan adanya diskusi terbuka. Adapun pokok-pokok pikiran mereka antara lain: a. Bahwa syari’at Islam yang suci, pada zaman mereka telah dimasuki oleh kejahilan dan kekeliruan orang-orang Islam b. Cenderung kepada sifat zuhud dan kerohaniahan c. Manusia menjadi bila bertindak sesuai dengan tabiat aslinya yakni perbuatan yang terbit dari renungan akal dan fikiran d. Perasaan cinta adalah budi pekerti yang paling luhur terutama cinta kepada Allah SWT. Perasaan cinta dalam penghidupan di dunia dalam penghidupan di dunia dalam bentuk harga menghargai dan tasamuh (toleransi) e. Jasad manusia adalah kejadian yang rendah dan hakikat manusia adalah jiwanya. Sekalipun demikian, manusia perlu juga memperhatikan jasadnya agar dapat memperoleh kemajuan. 3. Imam Al-Ghazali

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (1058-1111 M) dengan kitabnya yang masyhur “Ihya Ulumuddin”, mengungkapkan pandangan etikanya antara lain sebagai berikut : a. Akhlak berarti mengubah bentuk jiwa dari sifat-sifat buruk kepada sifat-sifat yang baik sebagaimana perangai ulama, syuhada’, shiddiqin dan Nabi-nabi b. Akhlak yang baik dapat mengadakan perimbangan antara tiga kekuatan dalam diri manusia, yaitu berfikir, hawa nafsu dan kekuatan amarah. Akhlak yang baik acapkali menentang apa yang digemari manusia c. Akhlak itu ialah kebiasaan jiwa yang tetap yang terdapat dalam diri manusia yang dengan mudah dan tidak perlu berfikir menumbuhkan perbuatan-perbuatan dan tingkah laku manusia. Apabila lahir tingkah laku yang indah dan terpuji maka dinamakanlah akhlak yang baik, dan apabila yang lahir itu tingkah laku yang keji, dinamakan akhlak buruk d. Tingkah laku seseorang itu adalah lukisan batinnya e. Berbicara tentang “kebiasaan” Al-Ghazali mengemukakan bahwa kepribadian manusia pada dasarnya dapat menerima suatu pembentukan , tetapi lebih condong kepada kebajikan dibanding dengan kejahatan. Jika kemudian diri manusia membiasakan yang jahat, maka menjadi jahatlah kelakuannya. Demikian juga sebaliknya. Seandainya manusia membiasakan sejak kecil makan tanah, maka tanahlah yang akan menjadi makanannya yang enak. Namun Allah menunjukkan makanan dan minuman yang lebih sedap dan karena membiasakan diri kepada petunjuk itu, maka berpindahlah kelezatan seleranya. f. Berbicara tentang pentingnya latihan dan pentingnya akhlak, Al-Ghazali mengemukakan bahwa jiwa itu dapat di latih, dikuasai dan di ubah kepada akhlak

yang mulia dan terpuji. Tetapi sifat tumbuh dari hati manusia dan memancarkan akibatnya kepada anggotanya. Seseorang yang ingin menulis bagus, pada mulanya harus memaksakan tangannya membiasakan menulis bagus. Apabila kebiasaan itu sudah lama maka paksaan itu tidak diperlukan lagi karena digerakkan oleh jiwa dan hatinya. Demikianlah beberapa cukilan dari pandangan akhlak Imam al-Ghazali. 4. Al-Farabi

Abu Nasher Muhammad bin Quzlaq bin Thurkan al-Farabi (879-950 M), ahli fikir Islam yang menitik pandangannya pada etika dalam masalah kenegaraan dalam bukunya yang berjudul : “Ar-Ra’yu ahlil madinatillah” yang antara lain mengemukakan : a. Negeri yang utama (madinatul fadlilah) ialah negeri yang memperjuangkan kemakmuran dan kebahagiaan warga negerinya b. Untuk kepentingan itu, haruslah berpedoman dengan contoh teraturnya hubungan antara Allah dengan alam semesta dan diantara isi alam satu dengan yang lainnya c. Klasifikasi masyarakat ada dua macam. Pertama, masyarakat sempurna. Dan kedua sebaliknya. Masyarakat sempurna ialah masyarakat yang mengandung keseimbangan yang ada dalam diri manusia d. Timbulnya masyarakat karena tiga macam : pertama karena adanya kekuasaan seseorang yang kuat seperti raja atau panglima yang memimpin dan mempersatukan masyarakat itu. Kedua, karena persamaan keturunan atau perhubungan daerah diantara negaranya. Ketiga, karena hubungan perkawinan antara keluarga e. Setiap keadaan mengandung unsure pertentangan. Sebagai contoh dapat dilihat dalam kehidupan hewani, yaitu bahwa yang kuat menindas yang lemah, yang menang menuntut keadilan 5. Ibnu Bajah

Ibnu Bajah (1095-1137 M) di Eropa lebih masyhur dengan nama AVENPACE. Ahli fikir Islam ini dilahirkan di Saragosa (Spanyol) sebagai filosuf Islam pertama di dunia Barat (Andalusia). Macam-macam ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Khususnya masalah etika ia mempunyai pandangan sebagai berikut : a. Faktor rohaniah yang menggerakkan manusia melakukan perbuatan b. Sebagian akhlak manusia ada yang sama dengan akhlak hewan misalnya sifat beraninya macan, sombongnya merak, sifat rakus, malu dan patuh dari pelbagai binatang. Tetapi sifat akali manusia yang menjadi pangkal ilmunya adalah sifat kesempurnaan yang dapat mengatasi sifat-sifat hewan tersebut c. Manusia yang tidak mengindahkan sifat kesempurnaannya (akalnya) berarti halnya bagaikan dia mencukupkan dirinya pada sifat-sifat hewani saja dan keutamaannya menjadi hilang.