TINGKAT KECEMASAN WANITA DEWASA MADYA TIDAK BEKERJA

Download Hasil Analisis Deskriptif Tingkat Kecemasan Mengalami. Empty Nest . ... pasangannya. Periode ketika harus tinggal sendiri tanpa anak – anak...

0 downloads 473 Views 3MB Size
TINGKAT KECEMASAN WANITA DEWASA MADYA TIDAK BEKERJA YANG MENGALAMI EMPTY NEST (Penelitian Deskriptif di Kota Semarang Tahun 2014)

SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Universitas Negeri Semarang

oleh Eriyalita Ristaningtyas .P 1511410077

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

i

ii

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto: A little knowledge that acts is worth infinitely more than much knowledge that is idle. (Kahlil Gibran) Yang membuat hidup ini menarik adalah kemungkinan untuk mewujudkan impian menjadi kenyataan. (Paulo Coelho) Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts. (Winston Churchill) Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki. (Mahatma Gandhi) (Yaitu) orang – orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. 13: 28)

Persembahan : Untuk Papah, Mamah dan Adik.

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karuniaNya yang tidak pernah berhenti kepada penulis serta petunjukNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul ”TINGKAT KECEMASAN WANITA DEWASA MADYA TIDAK BEKERJA YANG MENGALAMI EMPTY NEST”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak - pihak yang telah memberi dukungan materi maupun moril dengan baik. Dengan segenap ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

Bapak Drs. Hardjono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis dan jajaran Pimpinan Fakultas.

2.

Bapak Dr. Edy Purwanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

3.

Ibu Andromeda, S.Psi., M.Si selaku Dosen Wali yang telah membimbing dan mendampingi selama menjalani perkuliahan.

4.

Ibu Sugiariyanti, S.Psi., M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini.

v

5.

Ibu Liftiah, S.Psi., M.Si dan Ibu Andromeda, S.Psi., M.Psi selaku Dosen Penguji yang telah memberi masukan kepada penulis.

6.

Seluruh Dosen Jurusan Psikologi, atas semua ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama penulis menjalani studi.

7.

Seluruh Staf administrasi/ pengajaran, atas bantuan yang diberikan untuk memperlancar studi penulis.

8.

Keluarga tercinta, Papah, Mamah, Adik dan semua keluarga besar terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan yang diberikan selama ini. Terima kasih juga karena telah memberikan kepercayaan yang besar selama ini.

9.

Teman - temanku, dan teman – teman Psikologi Angkatan 2010 terima kasih atas pelajaran hidup, dan kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini. Saat ini akan selalu menjadi suatu kenangan yang tidak akan terlupakan, tetap semangat dan terus berjuang..

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan disini yang turut membantu kelancaran penyusunan skripsi. Penulis menyadari akan kekurangan - kekurangan yang ditemukan dalam penyusunan skripsi ini, maka dengan besar hati penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun guna kemajuan penulis. Akhir kata semoga karunia Tuhan selalu beserta kita semua. Semarang, 12 Agustus 2014

Penulis

vi

ABSTRAK

Pratami, Eriyalita Ristaningtyas. 2014. Tingkat Kecemasan Wanita Dewasa Madya Tidak Bekerja Yang Mengalami Empty Nest (Penelitian Deskriptif di Kota Semarang Tahun 2014). Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Sugiariyanti, S.Psi., M.A. Kata kunci: kecemasan, wanita Dewasa Madya, empty nest. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya fenomena gejala kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja ketika mengalami periode empty nest. Kurangnya aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dalam kesehariannya cenderung membuat mereka merasakan kejenuhan sehingga timbul kecemasan saat anak – anak telah jauh dari kehidupannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest. Penelitian ini melibatkan wanita dewasa madya yang tidak bekerja di Kota Semarang. Sampel yang diambil berjumlah 87 subjek wanita dewasa madya yang sedang menjalani periode empty nest dengan menggunakan teknik purpossive sampling. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala kecemasan. Pada skala kecemasan dihasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,919 dan dari 65 item didapatkan 54 item valid yang digunakan untuk data penelitian dengan nilai validitas item 0,090 – 0,178. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest di Kota Semarang tergolong berada pada kategori sedang dengan perolehan mean empiris sebesar 134, 6092. Hal ini berarti wanita dewasa madya sudah dapat mengelola emosi atau perasaan dengan baik ketika mereka sedang menjalani periode empty nest pada masa perkembangannya. Profil tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest banyak dialami oleh subjek yang berada pada usia dewasa madya awal, memiliki pendidikan terakhir SMA, anak telah meninggalkan rumah selama dua tahun, hanya memiliki dua orang anak, subjek yang tidak memiliki aktivitas, anak meninggalkan rumah dengan alasan pendidikan dan jarak domisili anak masih dalam satu pulau dengan orang tuanya.

vii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.........................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................

ii

HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................

iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................

v

ABSTRAK ........................................................................................................

vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv LAMPIRAN ......................................................................................................

xv

BAB 1.PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang ......................................................................................

1

1.2

Rumusan Masalah .................................................................................

8

1.3

Tujuan Penelitian...................................................................................

8

1.4

Manfaat Penelitian.................................................................................

9

1.4.1

Manfaat Teoritis ....................................................................................

9

1.4.2

Manfaat Praktis .....................................................................................

9

viii

2.

LANDASAN TEORI

2.1

Kecemasan ............................................................................................

10

2.1.1

Pengertian Kecemasan ..........................................................................

10

2.1.2

Macam – macam Kecemasan ................................................................

14

2.1.3

Tipe – tipe Kecemasan ..........................................................................

17

2.1.4

Gejala - gejala Kecemasan ....................................................................

20

2.1.5

Faktor – faktor Kecemasan................................................................

24

2.2Empty Nest ...................................................................................................

28

2.3 Wanita Dewasa Madya ..............................................................................

30

2.4 Wanita Dewasa Madya Tidak Bekerja ........................................................

35

2.5 Kerangka Pikir Penelitian ..........................................................................

36

3. METODE PENELITIAN 3.1

Jenis Penelitian .......................................................................................

40

3.2

Desain Penelitian ....................................................................................

40

3.3

Variabel Penelitian .................................................................................

41

3.3.1 Identifikasi Variabel Peneltitian.............................................................

41

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ................................................................

41

3.4

Populasi dan Sampel .............................................................................

42

3.4.1 Populasi .................................................................................................

42

3.4.2 Sampel ...................................................................................................

43

3.5

Metode dan Alat Pengumpulan Data .....................................................

43

3.5

Validitas dan Reliabilitas ......................................................................

46

ix

3.6.1

Uji Validitas Alat Ukur .........................................................................

46

3.6.2 Uji Reliabilitas Alat Ukur .....................................................................

47

3.7

Analisis Data ........................................................................................

47

3.7.1

Analisis Data Uji Coba (Tryout) .........................................................

48

3.7.2

Analisis Data Hasil Penelitian..............................................................

49

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1

Persiapan Penelitian ..............................................................................

51

4.2

Orientasi Kancah ...................................................................................

52

4.3

Proses Pengambilan Sampel..................................................................

53

4.4

Laporan Hasil Penelitian .......................................................................

53

Hasil Deskripsi Penelitian ...................................................................

53

4.4.1.1 Gambaran Kecemasan ...........................................................................

53

4.4.1.2 Gambaran Data Tambahan ....................................................................

62

4.4.1.3 Data Berdasarkan Tingkat Empty Nest Subjek .....................................

79

4.4.1.4 Kategori Tingkat Empty Nest Tinggi Berdasakan Mean Teoritik.. .......

80

4.5

Pembahasan ..........................................................................................

82

4.6

Keterbatasan Penelitian ........................................................................

89

5.

PENUTUP

5.1

Simpulan...............................................................................................

91

5.2

Saran .....................................................................................................

93

4.4.1

x

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 94 LAMPIRAN........................................................................................................ 97

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Blue Print Skala Tingkat Kecemasan Mengalami Empty Nest ............... 44 3.2 Hasil Uji Reliabilitas dengan SPSS 17.0 ................................................ 47 3.3 Hasil Uji Coba Instrumen Skala Tingkat Kecemasan Mengalami Empty Nest .............................................................................................. 48 4.1 Kriteria Tingkat Kecemasan ................................................................... 54 4.2 Distribusi Frekuensi Kecemasan ............................................................. 55 4.3 Kriteria Tingkat Kecemasan Gejala Fisiologis ....................................... 57 4.4 Distribusi Frekuensi Kecemasan Gejala Fisiologis ................................ 57 4.5 Kriteria Tingkat Kecemasan Gejala Psikologis ...................................... 59 4.6 Distribusi Frekuensi Kecemasan Gejala Psikologis ............................... 59 4.7 Rincian Tingkat Kecemasan dari Beberapa Gejala................................. 60 4.8 Kategori Tingkat Kecemasan Berdasarkan Mean Teoritik dan Mean Empirik.......................................................................................... 62 4.9 Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Usia ........................ 62 4.10 Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................................................................................................. 64 4.11 Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah ........................................................................... 66 4.12 Subjek Dengan Tingkat Kecemasan Kategori Rendah Berdasarkan

xii

Lamanya Anak Meninggalkan Rumah.................................................. 69 4.13 Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki ....................................................................................... 70 4.14 Subjek Dengan Tingkat Kecemasan Kategori Tinggi Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki ................................................................. 72 4.15 Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Aktivitas ................ 74 4.16 Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Alasan Anak Meninggalkan Rumah ........................................................................... 75 4.17 Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Jarak Domisili Anak Dengan Rumah ............................................................................ 77 4.18 Kategori Tingkat Empty Nest Subjek ..................................................... 79 4.19 Kategori Tingkat Empty Nest Tinggi Berdasarkan Mean Teoritik ....... 81

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Skema Kerangka Berpikir ....................................................................... 39 4.1 Diagram Kecemasan ............................................................................... 55 4.2 Diagram Gejala Fisiologis ...................................................................... 58 4.3 Diagram Gejala Psikologis ..................................................................... 60 4.4 Diagram Masing – Masing Gejala Tingkat Kecemasan ......................... 61 4.5 Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Usia .................................... 64 4.6 Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........... 66 4.7 Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah ............................................................................ 68 4.8 Diagram Subjek Kategori Tingkat Kecemasan Rendah Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah................................................... 69 4.9 Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki .................................................................................................. 72 4.10 Diagram Subjek Kategori Tingkat Kecemasan Tinggi Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki ................................................................. 73 4.11 Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Aktivitas ............................ 75 4.12 Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Alasan Anak Meninggalkan Rumah ........................................................................... 77 4.13 Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jarak Domisili Anak Dengan Rumah ...................................................................................... 79 4.14 Diagram Kategori Tingkat Empty Nest Subjek ...................................... 80

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1.

Instrumen Penelitian ............................................................................... 98

2.

Tabulasi Data Skor Instrumen................................................................. 105

3.

Tabulasi Data Skor Instrumen Valid ....................................................... 112

4.

Tabulasi Data Hasil Penelitian Gejala Fisiologis .................................... 121

5.

Tabulasi Data Hasil Penelitian Gejala Psikologis ................................... 126

6.

Total Nilai Data Penelitian Valid ............................................................ 131

7.

Uji Validitas ............................................................................................ 135

8.

Uji Reliabilitas ........................................................................................ 142

9.

Hasil Analisis Deskriptif Tingkat Kecemasan Mengalami Empty Nest .............................................................................................. 144

xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga sebagai salah satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan biasanya memiliki hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya dimana tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga. Setiono (2011: 24) menyatakan bahwa “keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan. Orang – orang yang termasuk keluarga adalah ibu, bapak dan anak – anaknya”. Seorang wanita memiliki peran sebagai istri dan ibu serta pendidik dalam perkembangan anak – anaknya di dalam kehidupan berkeluarga. Wanita selain berkedudukan sebagai ibu rumah tangga, juga memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dengan bekerja serta dapat mengekspresikan dirinya secara kreatif dan produktif untuk menghasilkan sesuatu. Sebagian wanita lebih mementingkan posisi sebagai pekerja atau wanita karir dan melepas tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga di dalam keluarga sehingga tugas dalam mengurus anak diserahkan kepada pihak lain. Di sisi lain, ada wanita dengan peran ganda yang menyeimbangkan kehidupan karir dengan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Terdapat pula wanita yang tidak memiliki karir atau tidak bekerja di luar rumah yang sering disebut sebagai profesi ibu rumah tangga. Wanita tersebut menjalankan perannya secara optimal dalam membina anak – anak dan keluarga. Wanita yang tidak

1

2

bekerja di luar rumah memiliki kegiatan yang cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan yang bekerja karena hanya melakukan pekerjaaan di dalam rumah saja. Aktivitas wanita yang tidak bekerja menjadi berkurang sehingga mudah merasakan kejenuhan atau kebosanan. Gunarsa (1995: 255) menyatakan bahwa “wanita sebagai ibu rumah tangga memiliki bahaya kejenuhan akibat pekerjaan rutin yang monoton”. Wanita menganggap tugas sebagai orang tua akan berakhir setelah anak – anak pergi meninggalkan rumah untuk menjalani kehidupan masing – masing, baik itu karena harus bersekolah, merantau, berkuliah atau bekerja di luar kota maupun negeri, ataupun ketika anak telah menikah untuk tinggal bersama pasangannya. Periode ketika harus tinggal sendiri tanpa anak – anak disebut masa sepi. Ibarat induk burung yang membesarkan anak didalam sarang, pada suatu ketika harus membiarkan anak tersebut untuk terbang meninggalkan sarang. Hurlock (2007: 352) berpendapat bahwa masa ini disebut periode sarang kosong (empty nest), yaitu “masa ketika anak – anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Akibatnya wanita menjadi kesepian dan kehilangan sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan rasa sepi tersebut ketika mereka sudah ditinggalkan oleh anak”. Periode empty nest ini berlangsung ketika seorang wanita menginjak usia dewasa madya yang mana sering dialami sebagai masa sepi. Periode masa sepi pada usia madya lebih bersifat traumatik bagi wanita daripada bagi pria. “Hal tersebut khususnya pada wanita yang telah menghabiskan masa – masa dewasa mereka dengan pekerjaan rumah tangga dan bagi mereka yang kurang memiliki

3

minat atau sumber daya untuk mengisi waktu senggang mereka pada waktu pekerjaan rumah tangga berkurang atau selesai” (Hurlock, 2007: 324). Kondisi semacam ini mengakibatkan wanita dewasa madya merasa kehilangan peran intinya sebagai ibu dari anak – anak, karena anak telah menginjak dewasa dan tidak lagi membutuhkan pengasuhan seorang ibu sehingga muncul rasa kehilangan dibutuhkan oleh orang lain karena masing – masing anak telah memiliki kesibukan sendiri. Satiadarma (dalam Gunarsa, 2009: 411) mengatakan bahwa “ketika anak – anak meninggalkan rumah dan hidup terpisah dari orang tua, para orang tua cenderung merasa cemas bahwa anak – anak para menantu mereka tidak dapat memenuhi harapan mereka, dan identitas mereka sebagai orang tua kian diabaikan, bahkan cenderung ditelantarkan oleh anak – anak serta menantu mereka”. Mengecilnya sebuah keluarga berarti pula mengecilnya waktu untuk mengurus rumah tangga, sehingga waktu luang akan bertambah besar tanpa dapat diisi dengan suatu kegiatan yang dapat memuaskan bagi wanita yang tidak bekerja. Suardiman (2011: 85) menyatakan bahwa “gejala sarang kosong cenderung menjadi masalah pada perempuan yang secara tradisional cenderung feminin yang menghayati dirinya sebagai istri dan ibu. Sebaliknya perempuan yang biasa bekerja di luar rumah, kurang merasakan adanya gangguan psikologis pada saat anak terakhirnya meninggalkan rumah.”. Hal tersebut merupakan suatu sebab yang dapat meningkatkan masalah kecemasan pada wanita ketika harus menghadapi periode empty nest sehingga mudah dikuasai oleh perasaan kesepian karena peran sebagai orang tua mulai semakin berkurang.

4

Semiun (2010: 263) menjelaskan bahwa “Kecemasan adalah suatu perasaan tegang yang berhubungan dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan – perasaan bersalah, perasaan tidak aman, dan kebutuhan akan kepastian”. Kecemasan dapat dirasakan oleh wanita ketika harus ditinggalkan oleh anak – anaknya pergi. Kemampuan individu untuk melakukan penyesuaian psikologis dalam menghadapi kenyataan tanpa kehadiran anak – anaknya dirumah merupakan indikator utama dari empty nest. Wanita seharusnya dapat menjalankan tugas – tugas perkembangan pada usia madya dengan baik, yaitu merasa lebih menikmati kebebasan, memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan yang lebih berkualitas pada pasangan maupun melakukan hal yang disukai atau menyenangkan saat menghadapi fase empty nest.

Wanita yang

ditinggalkan oleh lingkungan sosial pada kenyataannya cenderung merasa dirinya semakin tidak berdaya dan perasaan ketidakberdayaan tersebut yang kemudian juga mempengaruhi untuk lebih bersikap tidak berdaya pula dalam menghadapi tantangan kehidupan selanjutnya. Perasaan tidak dapat lagi untuk mengatur anak atau membuat keputusan untuk anak, merasa sedih ketika akan melepaskan anak merupakan hal yang wajar. Wanita yang merasa tidak berguna, merasa sangat sedih, menangis secara berlebihan, tidak dapat beraktivitas dan mengalami berbagai gejala fisiologis dan psikologis merupakan akibat dari munculnya kecemasan saat mengalami periode empty nest. Raup & Myers (dalam Thiel, 2008: 4) juga menambahkan bahwa “Selain rasa kehilangan, kesedihan dan depresi, perasaan kecemasan juga dapat diperkuat oleh kekhawatiran tentang kesejahteraan anak”.

5

Menurut hasil penelitian Zahro (2012) bahwa “bapak yang mengalami periode empty nest berada pada klasifikasi stres yang cenderung rendah, sedangkan ibu yang mengalami periode empty nest berada pada klasifikasi stres yang cenderung tinggi”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2007) menyatakan bahwa “wanita single parent yang mengalami empty nest memiliki kecemasan yang tinggi, sehingga mengindikasikan kemungkinan bahwa mereka berusaha untuk menekan rasa cemas yang dialami dengan melakukan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri”. Penelitian yang dilakukan oleh Rosa (2011) menunjukkan hasil bahwa “lanjut usia yang mengalami empty nest (sangkar kosong) merasakan perasaan sedih, kesepian, dan rasa bersalah setelah lama tidak bertemu atau berkomunikasi dengan anaknya. Hal ini dikarenakan lansia dan anak memiliki hubungan yang dekat, dan peran orang tua adalah peran utama bagi lanjut usia”. Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu, wanita single parent dan lansia memiliki kecemasan saat menghadapi empty nest. Menurut penelitian Kitson (dalam Mbaeze dan Ukwandu, 2011: 168) wanita yang mengalami sindrom empty nest juga mengalami emosi yang kompleks, antara negatif dan positif. Emosi negatif seperti sedih, bertanya – tanya tentang diri, berurusan dengan rasa kehilangan terhadap seseorang, transisi, kecemasan dan mencari dukungan. Emosi positif seperti merasa lega, mencintai anak – anak dan merasa positif. Hal ini mempengaruhi kesejahteraan subjektif maupun kebermaknaan hidup ibu, seperti yang ditemukan dalam penelitian Hariyanti (2002) bahwa ibu yang memiliki empty nest tinggi, maka kesejahteraan

6

subjektifnya rendah, begitupun sebaliknya dan dalam penelitian Natalia (2009) menunjukkan bahwa tanggapan positif dan sikap aktif ibu dalam menjalani empty nest akan meningkatkan kebermaknaan hidupnya. Sindrom empty nest datang dalam kehidupan pasangan ketika anak – anak mereka menjadi mandiri dan mulai bisa mencari kebutuhannya sendiri serta telah lepas dari keluarga ataupun orang tua. Kondisi semacam itu yang menyebabkan terjadinya kecemasan pada wanita dewasa madya yang tidak bekerja semakin mengalami kehampaan atau kekosongan. Hal tersebut diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Australian Psychological Society (dalam Iswati, 2007: 2) yang mengungkapkan bahwa “orang tua yang mengalami empty nest syndrome sering kali mengalami kesulitan dan perasaaan tidak mengenakkan setelah anak – anak mereka keluar dari rumah”. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui penyebaran angket yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 17 Mei 2013 terhadap 9 orang responden dengan subjek wanita dewasa madya yang tidak bekerja di Kota Semarang menyatakan bahwa semua responden memiliki kecemasan dalam menghadapi periode empty nest (sarang kosong). Lima dari responden tersebut mengemukakan perasaan sedih dan takut ketika telah ditinggalkan anak – anak, karena mereka mengalami perasaan sepi jika harus tinggal sendiri di rumah tanpa anak. Wanita dewasa madya tersebut merasa kehilangan sesuatu ketika anaknya tidak lagi berada di rumah. Rasa dibutuhkan dan dicintai oleh anak menjadi berkurang karena kesendiriannya tersebut. Tiga responden juga mengaku merasa was – was menjalani hidup sendiri tanpa didampingi anak bahkan terkadang juga menangis

7

ketika memikirkan nasib anaknya yang telah berada diluar rumah. Wanita tersebut juga merasa tidak nyenyak saat tidur dan gelisah untuk hidup tanpa didampingi oleh anak. Sedangkan satu dari sembilan responden mengemukakan bahwa kesendiriannya mengakibatkan berkurang konsentrasi ketika suatu saat harus teringat anak. Perasaan yang tidak nyaman itu membuat wanita sulit untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan hidupnya di usia dewasa madya. Hasil wawancara pada tanggal 21 September 2013 dengan 2 responden wanita dewasa madya lain yang tidak bekerja di Kota Semarang juga merasakan cemas ketika harus ditinggalkan oleh anak - anak menikah dan tinggal bersama pasangan di luar kota yang cukup jauh. Rasa khawatir hidupnya akan sangat kesepian tanpa anak apalagi usia yang menginjak semakin mendekati masa usia lanjut semakin besar. Responden berpikir tidak ada lagi yang akan menemani saat tua, sehingga harus menyesuaikan diri secara mandiri terhadap periode yang sedang mereka lalui tersebut. Pada tanggal 16 November 2013 peneliti juga melakukan studi pendahuluan lagi terhadap 8 wanita dewasa madya di Kota Semarang, seluruhnya mengaku khawatir dan cemas tentang kehidupan dirinya dan kehidupan anaknya ketika harus melepaskan anak dari rumah. Kurangnya kegiatan karena profesi sebagai ibu rumah tangga menjadikan wanita – wanita tersebut merasa semakin tidak berdaya. Permasalahan empty nest merupakan permasalahan yang rentan terjadi ketika wanita berada pada usia dewasa madya, terutama bagi wanita dewasa madya yang tidak bekerja. Hurlock (2007: 320) menyatakan bahwa “usia madya

8

merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan. Para wanita menjadi jenuh dengan kegiatan rutin sehari – hari karena hanya menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak – anaknya”. Kurangnya aktivitas yang dilakukan dalam kesehariannya cenderung membuat mereka merasakan kejenuhan ketika ditinggalkan oleh anak – anaknya. Berbagai gejala – gejala kecemasan juga timbul di dalam diri wanita tersebut ketika memikirkan anak - anak yang berada jauh dari kehidupannya. Masalah tersebut jika tidak diselesaikan maka akan dapat mengganggu mereka dalam melewati tugas – tugas pada masa usia dewasa madya menuju tahap perkembangan selanjutnya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “Tingkat Kecemasan Wanita Dewasa Madya Tidak Bekerja Yang Mengalami Empty Nest di Kota Semarang”.

1.2 Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana profil tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest?”

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditentukan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui profil tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

9

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi khususnya psikologi perkembangan. 1.4.2 Manfaat Praktis Berdasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh maka diharapkan penelitian ini akan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut : 1.4.2.1 Bagi wanita dewasa madya yang tidak bekerja Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi wanita dewasa madya yang tidak bekerja. 1.4.2.2 Bagi suami, anak dan kerabat dekat Bagi suami, anak dan kerabat wanita dewasa madya diharapkan dapat memberikan perlakuan yang tepat terhadap wanita dewasa madya yang tidak bekerja ketika sedang mengalami empty nest. 1.4.2.3 Bagi peneliti selanjutnya Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest serta mengkaji hubungannya secara psikologis dengan lingkungan di sekitarnya.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan Istilah kecemasan menurut Freud (dalam Zaviera 2007: 97) yaitu “suatu konflik diantara kekuatan – kekuatan untuk menguasai ego, sehingga ego merasa terjepit dan terancam seolah – olah akan lenyap digilas kekuatan – kekuatan tersebut”. “Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai” (Alwisol, 2010: 22). Nevid, dkk (2005: 179) menyatakan bahwa “kecemasan merupakan suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi”. Chaplin (2009: 32) mendefinisikan bahwa “kecemasan sebagai suatu perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa – masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakuan tersebut”. Davidson & Neale (dalam Liftiah, 2009: 63) menyatakan bahwa “kecemasan merupakan kondisi mood yang negatif yang ditandai dengan simptom – simptom tubuh, ketegangan fisik dan ketakutan pada hal – hal yang akan terjadi”. “Kecemasan juga merupakan suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu” (Corey, 2010: 17). Semiun (2010: 263) menyatakan bahwa “kecemasan

10

11

adalah suatu perasaan tegang yang berhubungan dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan – perasaan bersalah, perasaan tidak aman, dan kebutuhan akan kepastian”. Menurut Maslim (2003: 72) “anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan”. “Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan” (Sundari, 2005: 51). “Kecemasan pada dasarnya adalah suatu reaksi diri untuk menyadari suatu ancaman (threat) yang tidak menentu” (Yusuf dan Nurihsan, 2005: 258). Effendi dan Tjahjono (dalam Sari, 2006: 8) menyatakan bahwa “kecemasan tidak selalu berdasarkan kenyataan tetapi dapat juga berdasarkan imajinasi individu dan kecemasan yang tidak rasional oleh ketakutan individu akan ketidakmampuan diri sendiri”. Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya (Gunarsa, 2003: 27). Nevid, dkk (2005: 163) mengemukakan bahwa “anxietas/kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi”. Suliswati, dkk (2005: 108) menjelaskan bahwa: “kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya”. “Kecemasan merupakan keadaan suasana-hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.

12

Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku, dan responsrespons fisiologis” (Durand dan Barlow, 2006: 159). Definisi lain juga dijelaskan oleh Wade dan Tavris (2007: 330) yaitu bahwa: “kecemasan merupakan perasaan cemas dan takut yang berlangsung terus – menerus serta tidak dapat dikendalikan, perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi, dan rasa ketakutan yang sangat kuat yang muncul pada sebagian besar hari selama periode enam bulan, dan tidak disebabkan oleh sesuatu yang berkaitan dengan fisik, seperti penyakit atau obat – obatan”. Kartono (2002: 129) mengemukakan bahwa “kecemasan ialah semacam kegelisahan-kekhawatiran dan “ketakutan” terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur, dan mempuyai ciri yang mengazab pada seseorang”. “Kecemasan sebagai gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas – batas normal” (Hawari, 2006: 18). Atkinson, dkk (2010: 476) mengungkapkan bahwa “kecemasan merupakan keadaan yang memprihatinkan atau serba salah, yang berkaitan dengan rasa takut. Objek rasa cemas (seperti bahaya samar – samar, kekhawatiran) biasanya tidak begitu spesifik ketimbang objek rasa takut (seperti binatang buas)”. Barbee dan Regier (dalam Boeree, 2010: 466) mengemukakan bahwa “kecemasan umumnya sama – sama abnormal/tidak waras-nya (comorbid) dengan depresi berat. Kira – kira satu setengah dari mereka dengan diagnosis utama depresi berat juga punya gangguan kecemasan”. Menurut Peplau (dalam Suliswati dkk, 2005: 109) ada 3 tingkat kecemasan yang dialami oleh individu, antara lain:

13

1. Kecemasan Rendah Kecemasan rendah biasanya dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari – hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Contohnya yaitu seseorang yang menghadapi ujian akhir, pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan, individu yang akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan individu yang tiba – tiba dikejar anjing menggonggong. 2. Kecemasan Sedang Kecemasan sedang ini biasanya individu hanya terfokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Contohnya yaitu pasangan suamiistri yang sedang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan resiko tinggi dan individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan. 3. Kecemasan Tinggi Kecemasan tinggi ini biasanya lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal – hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/ arahan untuk terfokus pada area lain. Contohnya yaitu individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena bencana alam dan indivu dalam penyanderaan.

14

Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa kecemasan merupakan suatu bentuk emosi atau perasaan tidak menyenangkan yang muncul ketika seseorang dihadapkan pada sesuatu yang mengancam dirinya serta ditandai dengan ketakutan, keadaan khawatir, perasaan tidak aman terhadap suatu hal yang akan terjadi di masa mendatang. 2.1.2 Macam – macam Kecemasan Sunaryo (2005: 159) menjelaskan bahwa macam – macam kecemasan dapat berupa: 1. Kecemasan yang mengambang (free floating anxiety) yaitu tidak ada hubungannya dengan pikiran. 2. Agitasi yaitu kecemasan yang disertai dengan kegelisahan motorik yang hebat. 3. Panik yaitu serangan kecemasan yang hebat dengan kegelisahan, kebingungan, dan hiperaktivitas yang tidak terorganisasi. 4. Eforia yaitu rasa riang, gembira, senang, dan bahagia yang berlebihan. 5. Anhedonia yaitu ketidakmampuan merasakan kesenangan. 6. Kesepian yaitu merasa dirinya ditinggalkan. 7. Kedangkalan yaitu kemiskinan afek dan emosi. 8. Afek dan emosi yang tidak wajar (tak patut atau tak wajar) yaitu terkikih – kikih waktu wawancara. 9. Afek dan emosi yang labil yaitu tiba – tiba marah – marah atau nangis. 10. Variasi afek dan emosi sepanjang hari yaitu perubahan afek dan emosi mulai sejak pagi sampai malam hari.

15

11. Ambivalensi yaitu emosi dan afek yang berlawanan timbul bersama – sama terhadap suatu objek, hal atau orang. 12. Apatis yaitu berkurangnya afek dan emosi terhadap semua hal dengan disertai rasa terpencil dan tidak peduli. Dapat diartikan pula sebagai menurunnya kesadaran. 13. Amarah yaitu kemurkaan atau permusuhan, yang ditandai sifat agresif. Menurut Sundari (2005: 51) ada tiga macam jenis kecemasan yaitu: 1. Kecemasan karena merasa berdosa dan bersalah, misalnya telah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya atau keyakinannya. 2. Kecemasan karena akibat melihat atau mengetahui bahaya yang mengancam dirinya. 3. Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak seimbang, bahkan benda yang ditakuti tidak berbahaya. Kartono (dalam Wahyuningsih, 2006: 14) menyatakan kecemasan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1. Kecemasan Neurotis Erat kaitannya dengan mekanisme pertahanan diri yang negatif. Faktor penyebabnya adalah perasaan bersalah dan berdosa serta mengalami konflik – konflik emosional yang serius dan kronis berkesinambungan, frustasi, dan ketegangan batin.

16

2. Kecemasan Psikotis Kecemasan ini dapat terjadi karena adanya faktor – faktor sebagai berikut; adanya perasaan bahwa hidupnya terancam dan kacau balau, adanya kebingungan yang hebat yang disebabkan oleh depersonalisasi dan disorganisi psikis. Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Freud (dalam Alwisol 2010: 22) mengemukakan tiga jenis kecemasan, antara lain: 1. Realistic Anxiety Merupakan ketakutan pada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan realistik ini menjadi asal-muasal timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral. 2. Neurotic Anxiety Merupakan ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau figur penguasa lainnya jika seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya akan menuai hukuman. 3. Moral Anxiety Merupakan kecemasan yang timbul ketika orang pernah melanggar standar nilai orang tua. Kecemasan ini hampir mirip dengan kecemasan neurotik, tetapi memiliki perbedaan prinsip yakni tingkat kontrol ego. Pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat energi super ego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang yang dalam keadaan distres, terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berpikir jelas dan energi id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan khayalan dengan realita.

17

Berdasarkan pemikiran para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa macam – macam kecemasan meliputi kecemasan realistis, kecemasan neurotis dan kecemasan moral. 2.1.3 Tipe – tipe Kecemasan Hawari (2013: 70) membagi tipe – tipe kecemasan yang di dominasi oleh gejala psikis, antara lain: 1. Gangguan panik Yaitu kecemasan yang datangnya mendadak disertai oleh perasaan takut mati, disebut juga sebagai serangan panik (panic attact). 2. Gangguan Phobik Gangguan phobic adalah salah satu bentuk kecemasan yang didominasi oleh gangguan alam pikir phobia. Phobia adalah ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu objek, aktivitas atau situasi tertentu (spesifik) yang menimbulkan suatu keinginan mendesak untuk menghidarinya. Gangguan phobic meliputi agoraphobia dan phobia sosial. 3. Gangguan Obsesif-Kompulsif Obsesi adalah suatu bentuk kecemasan yang di dominasi oleh pikiran yang terpacu (persistance) dan berulang kali muncul (reccurent). Sedangkan kompulsi adalah perbuatan yang dilakukan berulang – ulang sebagai konsekuensi dari pikiran yang bercorak obsesif. Seseorang yang menderita gangguan obsesifkompulsif akan terganggu dalam fungsi atau peranan sosialnya. Nevid, dkk (2005: 196) membagi tipe – tipe kecemasan atas lima tipe, antara lain:

18

1. Gangguan Panik Terjadinya serangan panik yang berulang, yang merupakan episode teror yang luar biasa disertai dengan simtom fisiologis yang kuat pikiran – pikiran tetang bahaya yang segera datang atau malapetaka yang akan tiba, dan dorongan untuk melarikan diri. 2. Gangguan Kecemasan Menyeluruh Kecemasan yang persisten yang tidak terbatas pada situasi tertentu. 3. Gangguan Fobia Ketakutan yang berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu. 4. Gangguan Obsesif Kompulsif Obsesi berulang – ulang (pikiran intrusif yang berulang) dan/ atau kompulsi (tingkah laku repetitif yang dirasakan sebagai sesuatu yang harus dilakukan). 5. Gangguan Stress Traumatik Reaksi maladaptif akut yang segera timbul setelah peristiwa traumatis (gangguan stress akut) atau reaksi maladaptif berkelanjutan terhadap suatu peristiwa yang traumatis (ganggua stress pasca trauma). Atkinson (2010: 413) menyatakan kecemasan mempunyai tipe – tipe yang mendasarinya, antara lain: 1. Gangguan Kecemasan Umum dan Panik Orang yang menderita kecemasan umum mungkin juga mengalami serangan panik, ketakutan yang berat dan mendadak atau teror. Selama serangan panik, individu merasa bahwa sesuatu yang menakutkan pasti akan terjadi.

19

2. Fobia Orang yang berespon dengan ketakutan yang kuat pada stimulus atau situasi tertentu yang oleh sebagian besar orang tidak dianggap berbahaya dikatakan menderita. Individu biasanya menyadari bahwa rasa takutnya itu tidak rasional tetapi masih merasa cemas, yang dapat dihilangkan hanya dengan menghindari objek atau sitausi yang ditakutinya. 3. Gangguan Obsesif-Kompulsif Gangguan ini didominasi oleh tindakan atau pikiran yang repetitif (berulang). Obsesi adalah intrusi persisten pikiran, bayangan atau impuls yang tidak diundang yang menimbulkan kecemasan. Kompulsi adalah dorongan yang tidak dapat ditahan untuk melakukan tindakan atau ritual tertentu yang menurunkan kecemasan. Wade dan Tavris (2007: 323) juga menjelaskan tipe gangguan kecemasan yang meliputi: 1. Generalized Anxiety Disorder (GAD) Keadaan cemas yang berlangsung secara terus – menerus, ditandai oleh perasaan khawatir dan takut, prihatin, kesulitan berkonsentrasi dan gejala ketegangan motorik. 2. Fobia Ketakutan yang berlebihan dan tidak realistis terhadap sejumlah situasi, aktivitas atau objek tertentu. Beberapa jenis fobia yang umum seperti ketinggian (aerophobia), petir (brantophobia) atau ketakutan untuk berada di tempat tertutup (claustrophobio).

20

3. Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia Ganggun kecemasan dimana seseorang mengalami serangan panik yang berulang – ulang, periode rasa takut yang hebat dan perasaan akan mengalami suatu musibah atau kematian, diikuti oleh gejala – gejala fisiologis seperti peningkatan detak jantung dan rasa pening. 4. Gangguan stress pasca trauma Gangguan kecemasan dimana seseorang yang telah mengalami suatu peristiwa traumatik atau membahayakan dirinya, akan mengalami gejala seperti rasa kaku pada anggota tubuh, menghidupkan kembali peristiwa traumatik yang telah dialami dan meningkatkan stimuli fisiologis. 5. Pikiran – pikiran obsesif atau ritual – ritual kompulsif Gangguan kecemasan dimana seseorang merasa terjebak dalam pikiran – pikiran yang repetitif dan terus menerus (obsesif) dan perilaku ritual repetitif (kompulsi) yang ditunjukkan untuk mengurang rasa cemas. Berdasarkan pemikiran para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tipe – tipe kecemasan meliputi gangguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan fobia, gangguan obsesif kompulsif dan ganguan stress traumatik. 2.1.4 Gejala – gejala Kecemasan Kartono (2000: 120) menyebutkan gejala – gejala khas kecemasan, antara lain: 1. Hampir setiap kejadian meneyebabkan timbulnya rasa takut dan cemas. Takut yaitu rasa gentar, tidak berani terhadap suatu obyek konkrit. Cemas (gentar, ragu-

21

masygul) adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap hal – hal yang tidak jelas. 2. Disertai emosi – emosi kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam keadaan excited (heboh, gempar) yang memuncak. Sangat irritable; akan tetapi juga sering dihinggapi depresi. 3. Diikuti oleh bermacam – macam fantasi, delusi, ilusi dan delusion of persecution (delusi dikejar – kejar). 4. Sering merasa mual dan muntah – muntah. Badan merasa sangat lelah, banyak berkeringat, bergemetaran, dan seringkali menderita diarrhee atau murus. 5. Selalu dipenuhi ketegangan – ketegangan emosional dan bayangan – bayangan kesulitan yang imaginer (yang cuma ada dalam khayalan), walaupun tidak ada perangsang khusus. Nevid, dkk (2005: 164) mengemukakan beberapa ciri kecemasan antara lain: 1. Ciri – ciri Fisik Ciri – ciri fisik meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi, kekencangan pada pori – pori kulit perut atau dada, banyak berkeringat, telapak tangan yang berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari – jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa, sulit menelan, kerongkongan terasa tersekat, leher atau punggung terasa kaku, sensasi seperti

22

tercekik atau tertahan, tangan yang dingin dan lembab, terdapat gangguan sakit perut dan mual, panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa memerah, diare, merasa sensitif atau mudah marah. 2. Ciri – ciri Behavioral Ciri – ciri behavioral meliputi perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, dan perilaku terguncang. 3. Ciri – ciri Kognitif Ciri – ciri kognitif meliputi khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi kebutuhan, sangat waspada tehadap sensasi kebutuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan atau kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal – hal sepele, berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang – ulang, berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian kalau tidak pasti akan pingsan, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran – pikiran terganggu, berpikir akan segera mati meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan ditinggal sendirian, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

23

Yusuf dan Nurihsan (2005: 258) juga mengungkapkan bahwa “gejala kecemasan nampak pada perubahan fisik, seperti gangguan pernafasan, detak jantung meningkat, berkeringat, dan lain – lain”. Daradjat (dalam Sari 2006: 15) mengatakan bahwa kecemasan sulit untuk diketahui dan dideteksi, hanya dapat diamati melalui reaksi – reaksi yang menimbulkannya baik psikologis maupun fisiologis: 1. Gejala Fisiologis Yaitu ujung – ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, jantung berdebar, keringat bercucuran, tidak nyenyak tidur, nafsu makan berkurang, kepala pusing, nafas sesak dan kurang bisa memusatkan perhatian. 2. Gejala Psikologis Yaitu keadaan takut, merasa tertimpa bahaya, kurang dapat berkonsentrasi, tidak berdaya atau hilang kepercayaan diri, dan ingin lari dari kenyataan hidup. Davidson & Neale (dalam Liftiah 2009: 63) mengungkapkan bahwa “kecemasan ditandai dengan munculnya perasaan takut, kehati – hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan”. Liftiah (2009: 64) memaparkan bahwa sifat gangguan kecemasan menghasilkan respon secara fisik maupun psikologis: “respon fisik misalnya: perut seakan diikat, jantung berdebar lebih keras, berkeringat, nafas tersenggal. Orang yang menderita gangguan kecemasan mengalami reaksi ini sering sekali dan lebih berat, menyebabkan seseorang tertekan dan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka sehari – hari”. Gejala – gejala kecemasan juga dikemukakan oleh Semiun (2010: 263) yaitu:

24

“kecemasan yang tidak wajar (tidak sehat) akan memberatkan individu dan menyebabkan kelumpuhan dalam memberikan keputusan dan melakukan tindakan yang secara khas terdapat pada simptom – simptom psikofisiologis, seperti misalnya, keluar keringat yang terlalu banyak, kesulitan bernapas, gangguan – gangguan pada perut (misalnya peptic ulcer), dan denyut jantung sangat cepat”. Berdasarkan pemikiran para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa gejala – gejala kecemasan adalah gejala fisiologis yang meliputi nafsu makan berkurang, pola makan terganggu, gangguan pencernaan, tangan dingin dan berkeringat, detak jantung meningkat, nafas sesak, kepala pusing, pingsan, tidur terganggu, dan gejala psikologis meliputi merasa khawatir, ketakutan, gelisah, sulit berkonsentrasi, tidak berdaya/ hilang kepercayaan diri, tidak dapat mengambil keputusan, mudah marah/ sensitif, merasa tidak nyaman, merasa tertekan.

2.1.5 Faktor – faktor Kecemasan Kecemasan pada umumnya timbul karena disebabkan oleh faktor – faktor tertentu, menurut Freud (dalam Atkinson dkk, 1996: 212) ada lima sumber kecemasan yaitu: 1. Frustasi (tekanan perasaan) Rintangan terhadap aktivitas yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Konflik Ada dua kebutuhan atau lebih yang berlawanan dan harus dipenuhi dalam waktu yang sama.

25

3. Ancaman Adanya bahaya yang harus diperhatikan. 4. Harga diri Harga diri adalah suatu penilaian yang dibuat oleh individu tentang dirinya sendiri dan dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Harga diri ini bukan merupakan faktor sejak lahir tetapi merupakan faktor yang dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman yang dimiliki individu. 5. Tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan pada umumnya berasal dari lingkungan sekitar. Adanya dukungan dari lingkungan membuat kecemasan berkurang. Faktor - faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan menurut Lazarus, dkk (dalam Retnowati, 2002) antara lain: 1. Derajat Ambiguitas Faktor penting yang meninggikan kecemasan saat individu dihadapkan pada bahaya potensional adalah derajat keambiguannya. 2. Informasi Informasi dan instruksi seringkali digunakan untuk membedakan antara situasi yang berbahaya atau tidak. 3. Stressor ekternal yang berat Kemunculan stressor yang berat seperti perginya orang – orang yang dicintai atau kehilangan pekerjaan dapat memunculkan reaksi kecemasan.

26

4. Ekternal yang berkepanjangan dan kronis Stressor yang berlangsung terus – menerus dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi usaha coping pada individu sehingga menjadi lemah. 5. Pengaruh lingkungan Pengaruh lingkungan terhadap kepribadian individu ditunjukkan fakta, disamping bisa memuaskan atau menyenangkan individu, lingkungan bisa tidak menyenangkan, dan bahkan mengancam atau membahayakan individu. Apabila stimulus yang membahayakan itu terus – menerus menghantui atau mengancam individu maka individu ini akan mengalami kecemasan Ramaiah (2003: 11) menjelaskan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pola dasar yang menunjukkan kecemasan, yaitu: 1. Lingkungan Lingkungan atau tempat tinggal sekitar mempengaruhi cara berfikir tentang diri sendiri dan orang lain, pengalaman seseorang dengan keluarga, sahabat, rekan sekerja dan merasa tidak aman terhadap lingkungannya. 2. Emosi yang ditekan Kecemasan dapat terjadi bila tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan dalam hubungan personal, menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang lama sekali. 3. Sebab – sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan, keturunan dan gangguan emosi dalam keluarga tertentu (bukan sebab penting).

27

Nevid, dkk (2005: 180) mengemukakan faktor – faktor dalam gangguan kecemasan antara lain: 1. Faktor Kognitif Faktor kognitif dapat berupa prediksi yang berlebihan terhadap rasa takut, keyakinan yang Self-Defeating atau irasional, sensitivitas berlebihan terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah mengatribusi sinyal – sinyal tubuh, dan self-efficacy yang rendah. 2. Faktor Biologis Faktor biologis dapat berupa hereditas, dan keseimbangan biokomia di otak. Adler dan Rodman (dalam Ghufron & Rini, 2010: 145) menyatakan terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya kecemasan, yaitu: 1. Pengalaman negatif masa lalu Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila individu tersebut menghadapi situasi atau kejadian yang sama dan juga tidak menyenangkan, hal tersebut merupakan pengalaman umum yang menimbulkan kecemasan. 2. Pikiran yang tidak rasional Para psikolog memperdebatkan bahwa kecemasan terjadi bukan karena suatu kejadian, melainkan kepercayaan atau keyakinan tentang kejadian itulah yang menjadi penyebab kecemasan.

28

Berdasarkan pemikiran para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor dalam kecemasan meliputi derajat ambiguitas, informasi, stressor eksternal yang berat, eksternal yang berkepanjangan dan kronis, pengaruh lingkungan.

2.2 Empty Nest Borland (dalam Raup & Myers, 1989: 180) menjelaskan bahwa “The empty nest syndrome is a maladaptive response to the postparental transition, which is stimulated by reactions to loss” “Sindrom sarang kosong adalah respon maladaptif dengan transisi pasca orangtua, yang dirangsang oleh reaksi terhadap kehilangan”. “Sindrom sarang kosong adalah respon maladaptif dengan transisi pasca menjadi orang tua. Orang tua terutama ibu, mungkin menderita dari segala macam gejala ketika anak – anak mereka meninggalkan rumah, seperti rasa kehilangan, kesedihan dan depresi. Perasaan kecemasan juga dapat diperkuat oleh kekhawatiran tentang kesejahteraan anak.” (Raup & Myers, 1989: 180). Iswati (2007: 1) berpendapat bahwa “empty nest syndrome pada usia dewasa madya adalah sidrom yang terjadi pada usia dewasa madya karena anak – anak telah dewasa dan mandiri meninggalkan rumah untuk bekerja, menikah, merantau atau kuliah”. Herarti (dalam Iswati, 2007: 1) mendefinisikan “empty nest syndrome atau sindrom sarang kosong adalah rasa kosong yang biasa terjadi ketika anak – anak sudah mulai keluar rumah dan seorang ibu merasa tidak terlalu dibutuhkan lagi oleh keluarganya”. Hurlock (2007: 352) mengemukakan bahwa “sarang kosong merupakan waktu ketika anak – anak mulai meninggalkan rumah untuk studi di perguruan tinggi, menikah, atau mencari pekerjaan, orangtua harus

29

menghadapi masalah penyesuaian kehidupan”. “Empty nest merupakan fase transisional parenting, mengikuti anak terakhir yang meninggalkan rumah orang tuanya” (Papalia dkk, 2008: 815). Menurut Mbaeze & Ukwandu (2011), empty nest syndrome merupakan suatu gangguan patologis yang muncul ketika anak – anak telah tumbuh menjadi dewasa dan kemudian meninggalkan rumah”. Rosen, dkk (dalam Gunarsa, 2009: 409) mengatakan bahwa: “sindrom sarang hampa (empty nest syndrome) adalah sindrom yang muncul pada sejumlah orang tua akibat adanya perasaan kehilangan dan krisis identitas yang mereka alami setelah anak – anak meninggalkan rumah dan hidup memisahkan diri dari orang tua”. Suardiman (2011: 84) menyatakan bahwa “the empty nest syndrome adalah suatu kondisi di mana perempuan menjadi depresi setelah anak terakhirnya menikah dan meninggalkan rumah”. “Empty nest syndrome is a feeling of grief and loneliness parents or guardians may fell when their children leave home for the first time, such as to live on their own or to attend a college or university”(www.wikipedia.org). “Sindrom sarang kosong adalah perasaan kesedihan dan kesepian orang tua atau wali merasa ketika anak – anak mereka meninggalkan rumah untuk waktu pertama, seperti untuk hidup mereka sendiri atau untuk bekuliah di perguruan tinggi atau universitas” (www.wikipedia.org). Jahja (2011: 261) berpendapat bahwa “ciri usia madya ialah masa sepi (empty nest) yaitu masa ketika anak – anak tidak lagi tinggal bersama orang tua.” “Sarang kosong merupakan masalah serius bagi perempuan pada masa tua yang sering mengidap the empty nest syndrome, yaitu idea di mana perempuan menjadi depresi sesudah anak terakhirnya meninggalkan rumah (membentuk keluarga sendiri). Orang tua, terutama ibu biasanya akan merasa sedih, sepi dan kosong” (Suardiman, 2011: 85).

30

Berdasarkan pemikiran para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa empty nest merupakan fase transisi yang dihadapi orang tua ketika anak – anak mulai meninggalkan rumah untuk bersekolah, berkuliah atau bekerja diluar kota/ negeri, merantau, menikah atau hidup bersama pasangannya sehingga orang tua mengalami perasaan kehilangan yang mendalam dan merasa tidak dibutuhkan oleh anak – anaknya lagi.

2.3 Wanita Dewasa Madya Hurlock (2007: 320) menjelaskan bahwa “usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagibagi ke dalam dua subbagian, yaitu: usia madya dini (40 - 50 tahun) dan usia madya lanjut (50 – 60 tahun)”. Hurlock (2007: 320) mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah karakteristik usia dewasa madya, antara lain: a.

Periode yang sangat ditakuti Semakin mendekati usia tua, periode usia dewasa madya semakin terasa

lebih menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan manusia. b.

Masa transisi Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak

– kanak ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciri – ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri – ciri jasmani dan perilaku baru. c.

Masa stress

31

Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak homeotatis fisik dan psikologi seseorang dan membawa ke masa stres. d.

Usia yang berbahaya Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal

lain juga, yaitu suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurang memperhatikan hidup. e.

Usia canggung (awkward age) Pria dan wanita berusia madya merasa bahwa keberadaan mereka dalam

masyarakat tidak dianggap, orang – orang yang berusia madya sedapat mungkin berusaha untuk tidak dikenal oleh orang lain. f.

Masa berprestasi Menurut Erikson (dalam Hurlock, 2007: 320), selama usia madya, orang

akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti dan tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. g.

Masa evaluasi Usia madya pada umumnya merupakan saat pria dan wanita mencapai

puncak prestasinya, maka logislah apabila masa ini juga merupakan saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi semula dan harapan – harapan orang lain, khususnya anggota keluarga dan teman. h.

Dievaluasi dengan standar ganda

32

Walaupun perkembangan dewasa madya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan, perindustrrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial, namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. i.

Masa sepi (empty nest) Masa ini merupakan masa ketika anak – anak tidak lama lagi tinggal

bersama orang tua. Kecuali dalam beberapa kasus di mana pria dan wanita menikah lebih lambat dibandingkan dengan usia rata – rata, atau menunda kelahiran anak hingga mereka lebih mapan dalam karier, atau mempunyai keluarga

besar sepanjang masa, usia madya merupakan masa sepi dalam

kehidupan perkawinan. j.

Masa jenuh Usia madya merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan. Para pria

menjadi jenuh dengan kegiatan rutin sehari – hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan dan wanita, yang hanya menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak – anaknya. Adapun tugas – tugas perkembangan dewasa madya menurut Hurlock (dalam Hidayati dan Purnami, 2008: 159) dibagi menjadi 4 bagian besar, yaitu: 1. Tugas perkembangan yang berhubungan dengan penyesuaian terhadap keadaan fisiologis. 2. Tugas perkembangan yang berhubungan dengan adanya perubahan minat; berkenaan dengan aktifitas sosial, sebagai warna Negara.

33

3. Tugas perkembangan yang berhubungan dengan pemantapan kehidupan ekonomi. 4. Tugas perkembangan yang berhubungan dengan kehidupan keluarga. Sedangkan Suardiman (dalam Hidayati dan Purnami, 2008: 153) menyatakan bahwa dewasa madya adalah: a. Masa yang ditakuti adanya perubahan yang menuju kemunduran, maka merasa terancam sehingga menimbulkan rasa takut, merasa tersingkir, dan terabaikan, kesehatan dan kariernya merasa terancam juga, bahkan merasa tidak menarik lagi, maka sementara orang berusaha menutupi kekurangannya. b. Masa transisi, yaitu transisi mengalami kemunduran untuk pria; ada perubahan dalam kejantanan, bagi wanita megalami berkurang/ hilangnya kesuburan (fertility). Dengan kemunduran itu timbul usaha mempertahankan pertumbuhan sebelumnya. c. Masa penyesuaian kembali perubahan fisik dan psikis menyebabkan adanya perombakan apa yang telah dimiliki, yaitu pola perilaku yang layak selama masa dewasa dini. Perilaku akan seirama dengan datangnya perubahan – perubahan selanjutnya. d. Masa keseimbangan dan tak keseimbangan, a time equilibrium and disequilibrium. Keseimbangan dialami oleh mereka yang berusia setengah umur, namun masih mengalami kegoncangan dalam penyesuaian diri. “Usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia diantara 40 sampai 60 tahun. Usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi dalam dua subbagian, yaitu usia madya dini yang membentang dari usia 40 hingga 50 tahun dan usia madya

34

lanjut yang terbentang antara usia 50 sampai 60 tahun” (Jahja, 2011: 254). Hurlock (dalam Jahja, 2011) menyatakan bahwa: “ciri – ciri yang menyangkut pribadi dan sosial masa dewasa madya adalah masa dewasa madya merupakan masa transisi, di mana pria dan wanita meninggalkan ciri – ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri – ciri jasmani dan perilaku yang baru”. Perkembangan emosi, sosial dan moral pada dewasa madya (Santrock, 2002 ) berkaitan dengan beberapa hal, yaitu: 1. Pernikahan dan cinta individu berada masa kestabilan. Pada masa ini rasa aman, kesetiaan dan daya tarik emosional antara yang satu dengan yang lain lebih penting seiring menjadi dewasanya hubungan. 2. Sindrom sarang kosong terjadi ketika anak – anak mulai meninggalkan orang tuanya. Pada masa dewasa madya orang tua memperoleh banyak kepuasan dari anak – anaknya. Oleh karena itu, kepergian anak dari keluarga akan meninggalkan orang tua dengan perasaan kosong. 3. Meningkatknya hubungan persaudaraan dan persahabatan. Hubungan ini berlanjut sepanjang hidup. Banyak hubungan saudara kandung pada masa dewasa sangat dekat, terutama jika mereka dekat pada masa anak – anak. Mapiare (1983: 176) menyatakan bahwa ciri – ciri setengah baya dalam garis besarnya meliputi: masa yang ditakuti, masa transisi, masa penyesuaian kembali, masa keseimbangan dan ketidakseimbangan, usia berbahaya, usia kaku/canggung, dan masa berprestasi.

35

Berdasarkan pemikiran ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa wanita dewasa madya merupakan wanita dewasa yang memiliki umur berkisar antara 40 hingga 60 tahun, dan karakteristik usia dewasa madya meliputi periode yang sangat ditakuti, masa transisi, masa stress, usia yang berbahaya, usia canggung (awkward age), masa berprestasi, masa evaluasi, dievaluasi dengan standar ganda, masa sepi (empty nest) dan masa jenuh.

a. Wanita Dewasa Madya Tidak Bekerja Wanita yang tidak bekerja biasanya disebut sebagai ibu rumah tangga. Wanita sebagai ibu rumah tangga menurut Gunarsa (1995: 254) yaitu mengatur seluruh kehidupan dan kelancaran rumah tangga serta mengatur dan mengusahakan suasana rumah yang nyaman. Selain itu kesibukan mengurus rumah tangga, beberapa hal perlu diperhatikan antara lain tetap memperhatikan penampilan diri diantara kesibukan – kesibukan, bahaya kejenuhan akibat pekerjaan rutin yang monoton, dan perlu kreativitas dalam mengatasi keadaan, supaya tetap segar, nyaman. Anoraga (2006: 123) menjelaskan bahwa wanita yang tidak bekerja adalah wanita yang hanya melakukan tugas – tugas sebagai pengelola rumah tangga. Misalnya mengelola urusan keluarga, suami, anak – anak dan hal – hal lain yang menyangkut rumah tangganya. Wanita dewasa madya tidak bekerja adalah wanita dewasa yang memiliki umur berkisar antara 40 hingga 60 tahun yang mengatur waktu dengan suami dan anak hingga mengurus tugas – tugas rumah tangga dan tidak bekerja di luar rumah.

36

2.5 Kerangka Pikir Penelitian Empty nest merupakan salah satu ciri dari perkembangan di usia dewasa madya, dimana terdapat masa ketika anak – anak mulai meninggalkan rumah dan tidak lagi tinggal bersama orang tua. Para wanita dewasa madya mengakui lebih memiliki perasaan sedih, takut dan khawatir daripada pria ketika anak mulai meninggalkan rumah. Hal ini karena mereka menggunakan hampir sebagian besar waktu bersama anaknya sehingga memiliki kelekatan yang kuat. Wanita yang tidak bekerja akan mengalami perasaan kehilangan peran yang lebih besar karena fungsi tunggal sebagai ibu dalam mengasuh dan merawat anak menjadi berkurang. Kekosongan dari wanita dewasa madya itu semakin bertambah karena kegiatan yang minim dalam kesehariannya sehingga dapat menyebabkan kejenuhan atau kebosanan. Peristiwa tersebut memberikan dampak berupa kecemasaan pada wanita dewasa ketika mengalami empty nest dalam tahap perkembangannya. Tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest yaitu tinggi rendahnya suatu bentuk emosi atau perasaan tidak menyenangkan yang muncul ketika wanita dewasa madya (40 – 60 tahun) yang tidak bekerja dihadapkan pada masa empty nest (sarang kosong) yaitu fase transisi yang dihadapi orang tua ketika anak - anak mulai meninggalkan rumah untuk bersekolah, berkuliah atau bekerja diluar kota/ negeri, merantau, menikah atau hidup bersama pasangannya sehingga orang tua mengalami perasaan kehilangan yang mendalam dan merasa tidak dibutuhkan oleh anak – anaknya lagi.

37

Permasalahan empty nest menimbulkan gejala – gejala kecemasan di dalam diri wanita tersebut ketika memikirkan anak - anak yang berada jauh dari kehidupannya. Tingkat kecemasan antara wanita yang satu dengan wanita lainnya berbeda. Wanita yang tidak bekerja cenderung akan mengalami kesepian karena satu persatu anak – anak telah dewasa dan mulai meninggalkan rumah. Wanita akibatnya akan mengalami empty nest yang mendalam karena kurangnya aktivitas yang dilakukan dalam keseharian akibat ketiadaan anak serta fungsi tunggal wanita dewasa madya sebagai ibu menjadi semakin berkurang dalam mengasuh dan merawat anak. Perasaan kekosongan tersebut yang memicu adanya kecemasan wanita dewasa madya yang tidak bekerja saat menjalani periode empty nest. Menurut penelitian Kitson (dalam Mbaeze dan Ukwandu, 2011: 168) wanita yang mengalami sindrom empty nest juga mengalami emosi yang kompleks, antara negatif dan positif. Emosi negatif seperti sedih, bertanya – tanya tentang diri, berurusan dengan rasa kehilangan terhadap seseorang, transisi, kecemasan dan mencari dukungan. Emosi positif seperti merasa lega, mencintai anak – anak dan merasa positif. Hal ini mempengaruhi kesejahteraan subjektif maupun kebermaknaan hidup ibu, seperti yang ditemukan dalam penelitian Hariyanti (2002) bahwa ibu yang memiliki empty nest tinggi, maka kesejahteraan subjektifnya rendah, begitupun sebaliknya dan dalam penelitian Natalia (2009) menunjukkan bahwa tanggapan positif dan sikap aktif ibu dalam menjalani empty nest akan meningkatkan kebermaknaan hidupnya.

38

Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2012: 1) menunjukkan bahwa ibu rumah tangga memiliki empty nest yang tinggi sehingga cenderung menyebabkan tingkat stres yang tinggi dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2007) menunjukkan bahwa wanita single parent yang mengalami empty nest memiliki kecemasan yang tinggi. Berdasarkan penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa wanita single parent dan tidak bekerja memiliki empty nest yang tinggi dan kecemasan yang tinggi pula. Tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Terjadinya kecemasan yang dialami wanita dewasa madya yang tidak bekerja dapat dilihat melalui gejalanya, meliputi gejala fisiologis dan gejala psikologis. Berdasarkan pemikiran dari para ahli, gejala fisiologis dapat berupa nafsu makan berkurang, pola makan terganggu, gangguan pencernaan, tangan dingin dan berkeringat, detak jantung meningkat, nafas sesak, kepala pusing, pingsan dan tidur terganggu, sedangkan gejala psikologis dapat berupa merasa khawatir, ketakutan, gelisah, sulit berkonsentrasi, tidak berdaya/ hilang kepercayaan diri, tidak dapat mengambil keputusan, mudah marah/ sensitif, merasa tidak nyaman, merasa tertekan .

39

Tinggi

Wanita Dewasa Madya Tidak Bekerja Yang Mengalami Empty Nest

Tingkat

Rendah

Kecemasan

Sedang

Gejala Fisiologis:

Gejala Psikologis:

Nafsu makan berkurang

Merasa khawatir

Pola makan terganggu

Ketakutan

Gangguan pencernaan

Gelisah

Tangan dingin dan berkeringat

Sulit berkonsentrasi

Detak jantung meningkat

Tidak berdaya/ hilang kepercayaan diri

Nafas sesak Kepala pusing

Tidak dapat mengambil keputusan

Pingsan

Mudah marah/ sensitif

Tidur terganggu

Merasa tidak nyaman Merasa tertekan

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir

BAB 3 METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan penulis dalam rangka pengungkapan masalah yang penulis teliti. Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan suatu data, mencapai tujuan penelitian dan menjawab rumusan permasalahan. Bagian ini terdiri dari penjelasan mengenai jenis penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, populasi & sampel penelitian, metode & alat pengumpulan data, validitas & reliabilitas, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

3.1 Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif yaitu “penelitian yang menekankan analisisnya pada data – data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika” (Azwar, 2011a: 5).

3.2 Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah “suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena – fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau” (Sukmadinata, 2005: 54). Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu

40

41

menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah utuk difahami dan disimpulkan. Uraian kesimpulan didasari oleh angka yang diolah tidak secara mendalam. “Kebanyakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis presentase dan analisis kecenderungan” (Azwar, 2011a: 6).

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Identifikasi Variabel “Identifikasi variabel penelitian merupakan langkah penetapan variabel – variabel utama dalam penelitian dan penentuan fungsi – fungsinya masing – masing” (Azwar, 2011a: 61). Identifikasi variabel penelitian perlu dilakukan untuk membantu penetapan rancangan penelitian. Pada penelitian ini terdapat satu variabel. Adapun variabel itu adalah tingkat kecemasan mengalami empty nest. 3.3.2 Definisi Operasional Variabel Tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest adalah tinggi rendahnya suatu bentuk emosi atau perasaan tidak menyenangkan yang muncul ketika wanita dewasa madya tidak bekerja sedang menjalani masa empty nest (sarang kosong), yaitu fase transisi yang dihadapi orang tua ketika anak - anaknya mulai meninggalkan rumah untuk bersekolah, berkuliah atau bekerja diluar kota/ negeri, merantau, menikah atau hidup bersama pasangannya sehingga orang tua mengalami perasaan kehilangan yang mendalam dan merasa tidak dibutuhkan oleh anak – anaknya lagi. Hal tersebut diukur menggunakan skala berdasarkan gejala kecemasan yaitu gejala fisiologis dan gejala psikologis. Semakin tinggi skor yang diperoleh

42

subjek penelitian maka semakin tinggi tingkat kecemasannya, dan semakin rendah skornya maka semakin rendah pula tingkat kecemasannya.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi Populasi penelitian merupakan faktor utama yang harus ditentukan sebelum kegiatan penelitian dilakukan. Menurut Azwar (2011a: 77) bahwa “populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi penelitian”. Populasi merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai satu ciri atau sifat yang sama. Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut: 1. Wanita yang berusia pada kelompok dewasa madya (40 – 60 tahun). 2. Wanita yang tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah bersama dengan suaminya saja. 3. Anak terakhir dari wanita tersebut berada pada usia menikah. Hal ini dimaksudkan dengan asumsi jika anak – anak sudah mencapai usia menikah, maka wanita tersebut sudah mencapai periode empty nest. Menurut Subekti dan Tjitrosudibio tentang UU No. 1 tahun 1977 menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. 4. Anak – anak wanita tersebut telah meninggalkan rumah untuk bersekolah, berkuliah atau bekerja diluar kota/negeri, merantau, menikah atau tinggal bersama pasangannya.

43

3.4.2 Sampel Arikunto (2010: 174-183) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling atau sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Penentuan sampel bertujuan ini harus memenuhi beberapa syarat, yaitu : 1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri – ciri, sifat – sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri pokok populasi. 2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar – benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri – ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis). 3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan secara cermat di dalam studi pendahuluan. Pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri sehingga dapat mewakili populasi. Keuntungannya terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti. Sampel pada penelitian ini yaitu wanita dewasa madya di Kota Semarang yang tidak bekerja dan sedang menjalani periode empty nest.

3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data “Metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti” (Azwar, 2011a: 91). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Menurut Azwar

44

(2011a: 99) “skala psikologi digunakan untuk mengungkap data mengenai atribut psikologis yang dapat dikategorikan sebagai variabel kemampuan (kognitif) dan variabel kepribadian (afektif), yang dalam penelitian adalah atribut afektif”. Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala sikap Model Likert. Skala sikap model Likert adalah “skala sikap bersi pernyataan – pernyataan mengenai objek sikap” (Azwar, 2011a: 97). Alat pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.

Skala Tingkat Kecemasan Mengalami Empty Nest Skala ini digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan wanita dewasa

madya tidak bekerja yang mengalami empty nest yang disusun oleh peneliti berdasarkan gejala - gejala kecemasan dari beberapa ahli, yaitu: 1. Gejala Psikologis, dan 2. Gejala Fisiologis Tabel 3.1. Blue Print Skala Tingkat Kecemasan Mengalami Empty Nest No.

Gejala

Indikator

1.

Fisiologis

Nafsu makan berkurang Pola makan terganggu Gangguan pencernaan Tangan dingin dan berkeringat Detak jantung meningkat Nafas sesak Kepala pusing Pingsan Tidur terganggu Merasa khawatir

2.

Psikologis

Respon Favorable Unfavorable 38, 60 21, 64

Jumlah 4

28

1, 57

3

6, 14, 62

43

4

2, 10, 54

41

4

5, 30

12, 53

4

44, 50 9, 63 4 32 24, 56

35, 59 26, 55, 51 47 8, 65 18, 48

4 5 2 3 4

45

Ketakutan Gelisah Sulit berkonsentrasi Tidak berdaya/ hilang kepercayaan diri Tidak dapat mengambil keputusan Mudah marah/ sensitif Merasa tidak nyaman Merasa tertekan JUMLAH

3 7, 40, 61 49

16, 29 33, 58 11, 25

3 5 3

27, 31, 45

19

4

22, 36

17

3

34, 42

13

3

39

15, 46

3

20, 23, 52 35

37 30

4 65

Alternatif pilihan jawaban dalam skala tingkat kecemasan mengalami empty nest yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk rentangan mulai dari yang tertinggi sampai terendah, dan dibedakan menjadi empat yaitu: a. SS : Jawaban yang menyatakan bahwa subyek SANGAT SESUAI dengan pernyataan yang diajukan. b. S : Jawaban yang menyatakan bahwa subyek SESUAI dengan pernyataan yang diajukan. c. TS : Jawaban yang menyatakan bahwa subyek TIDAK SESUAI dengan pernyataan yang diajukan. d. STS : Jawaban yang menyatakan bahwa subyek SANGAT TIDAK SESUAI dengan pernyataan yang diajukan. Sistem penilaian skala tingkat kecemasan mengalami empty nest bergerak dari satu sampai empat. Pernyataan yang tergolong favourable atau sesuai pernyataan, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat sesuai (SS),

46

skor 3 jika menjawab sesuai (S), skor 2 jika menjawab tidak sesuai (TS), skor 1 jika menjawab sangat tidak sesuai (STS). Pernyataan yang tergolong unfavourable atau bertentangan dengan pernyataan, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat tidak sesuai (STS), skor 3 jika menjawab tidak sesuai (TS), skor 2 jika menjawab sesuai (S), dan skor 1 jika menjawab sangat sesuai (SS).

3.6 Validitas dan Reliabilitas 3.6.1 Uji Validitas Alat Ukur Azwar (2011b: 173) mengartikan bahwa “validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”. Sebuah instrumen dikatakan valid jika telah mengukur apa yang seharusnya diukur, instrumen ini dikatakan valid apabila mengungkap data – data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian yang disebut dengan kegiatan uji coba (try-out) instrumen. Adapun untuk mengetahui validitas tingkat kecemasan saat menghadapi empty nest dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson, dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program Statistical Packages for Social Sciences ( SPSS ) Release 17. 0. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak. Azwar (2011b: 175) menyatakan bahwa “validitas konstrak adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana suatu tes mengukur trait atau konstrak teoretik yang hendak diukurnya”. Berdasarkan uji validitas tersebut diperoleh hasil bahwa skala tingkat kecemasan yang terdiri dari 65 item, 54 item dinyatakan

47

valid dan 11 aitem lainnya dinyatakan tidak valid atau gugur. Setelah melalui pengkajian, item – item yang tidak valid dibuang dengan pertimbangan karena setiap indikator masih cukup terwakili oleh item – item yang valid, sehingga ditetapkan sebanyak 54 item untuk analisis dan hasil penelitian. 3.6.2 Uji Reliabilitas Alat Ukur Azwar (2011b: 180) menyatakan bahwa “reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya”. Pendekatan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah “pendekatan konsistensi internal yaitu didasarkan pada data dari sekali pengenaan satu bentuk alat ukur pada sekelompok subjek (single trial administration)” (Azwar, 2011b: 182). Berdasarkan hasil pengujian melalui program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) Release 17. 0. menggunakan teknik Koefisien Alpha dari Cronchbach diperoleh hasil reliabilitas skala tingkat kecemasan mengalami empty nest dengan koefisian reliabilitas sebesar 0,919 yaitu bahwa skala tersebut memiliki tingkat reliabel yang tergolong tinggi. Hasil uji reliabilitas pada skala tingkat kecemasan mengalami empty nest dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2. Hasil uji reliabilitas dengan SPSS 17.0 Cronbach’s Alpha .919

N of items 54

3.7 Analisis Data Setelah data tentang tingkat kecemasan mengalami empty nest terkumpul kemudian disajikan dan diolah menjadi data kuantitatif deskriptif. Data deskriptif ini disajikan dengan teknik statistik deskriptif yang meliputi Mean (rata – rata),

48

Standar Deviasi dan Skor. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif dengan metode statistik deskriptif presentase. Azwar (2011a: 126) menyatakan bahwa “analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis”. 3.7.1 Analisis Data Uji Coba (Tryout) Instrumen yang digunakan dalam peneltian diujicobakan pada sejumlah sampel yang telah ditentukan. Hal ini perlu dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas yang akan digunakan dalam analisis dan pembahasan hasil penelitian. Pelaksanaan uji coba instrumen dilakukan bersama dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dengan metode try out terpakai, yaitu hanya sekali menyebarkan skala pada subjek penelitian dimana semua jawaban atau respon yang diberikan oleh subjek akan diolah dan dianalisis sebagai hasil penelitian. Jumlah sampel yang didapat dalam penelitian ini sebanyak 87 orang, pelaksanaan uji coba dilakukan oleh peneliti selama satu kali. Sebaran data item yang valid dan gugur pada skala tingkat kecemasan mengalami empty nest dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.3. Hasil uji coba instrumen Skala Tingkat Kecemasan Mengalami Empty Nest No.

Gejala

Indikator

1.

Fisiologis

Nafsu makan berkurang Pola makan terganggu Gangguan

Respon Favorable Unfavorable 38, 60 21*, 64

Jumlah 4

28

1, 57*

3

6, 14, 62*

43

4

49

2.

pencernaan Tangan dingin dan berkeringat Detak jantung meningkat Nafas sesak Kepala pusing Pingsan Tidur terganggu Psikologis Merasa khawatir Ketakutan Gelisah Sulit berkonsentrasi Tidak berdaya/ hilang kepercayaan diri Tidak dapat mengambil keputusan Mudah marah/ sensitif Merasa tidak nyaman Merasa tertekan JUMLAH

2, 10, 54

41

4

5, 30

12, 53*

4

44, 50 9, 63 4 32 24*, 56 3 7, 40, 61 49

35*, 59 26, 55, 51* 47* 8, 65 18, 48 16, 29 33, 58* 11, 25*

4 5 2 3 4 3 5 3

27, 31, 45

19

4

22, 36

17

3

34, 42

13

3

39

15*, 46

3

20, 23, 52 35

37 30

4 65

Keterangan: Tanda * : item yang TIDAK valid. 3.7.2 Analisis Data Hasil Penelitian Data penelitian yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk deskriptif agar mudah untuk dipahami. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan penelitian dan mengetahui tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest. Analisis deskriptif data hasil penelitian dilakukan dengan metode statistika. Metode statistika digunakan untuk menghitung besarnya Mean Hipotetik (Mean Teoritik), dan Standar Deviasi dengan mendasarkan pada jumlah item dan skor maksimal pada masing – masing alternatif jawaban. Kriteria

50

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi model distribusi normal (Azwar, 2012: 146). Kemudian untuk menghitung mean empiris keseluruhan data tingkat kecemasan mengalami empty nest yang telah didapatkan diolah dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) Release 17. 0.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil penelitian yang dimaksud adalah data dari instrumen tertentu, kemudian dianalisis dengan teknik dan metode yang telah ditentukan. Dalam bab ini, penulis menguraikan hasil – hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan terhadap hasil penelitian tersebut. Bab ini akan menguraikan proses, hasil dan pembahasan penelitian. Adapun hal – hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah sebagai berikut:

4.1 Persiapan Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun instrumen untuk disebarkan kepada subjek penelitian, peneliti terlebih dahulu menentukan aspek – aspek atau indikator pada atribut psikologis yang akan diteliti yang dalam hal ini adalah tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest. Penentuan indikator – indikator ini dimaksudkan untuk membatasi peneliti serta memudahkan peneliti dalam pembuatan pernyataan skala. Setelah itu akhirnya peneliti menetapkan 65 item pada skala tingkat kecemasan mengalami empty nest untuk disebar kepada subjek penelitian. Pada penelitian ini menggunakan tryout terpakai, yaitu hanya sekali menyebarkan skala pada subjek penelitian dimana semua jawaban atau respon yang diberikan oleh subjek akan diolah dan dianalisis sebagai hasil penelitian.

51

52

Setelah penyebaran dilakukan dengan menggunakan skala psikologis, selanjutnya peneliti melakukan langkah – langkah sebagai berikut: 1. Memberi skor pada masing – masing jawaban yang telah diisi oleh subjek penelitian yang mana telah dipilih oleh peneliti. 2. Mentabulasi data berdasarkan jumlah item per indikator dan mengolahnya menggunakan SPSS 17.0. Setelah dilakukan tabulasi kemudian diketahui item yang valid dan yang tidak valid/ gugur. Skala tingkat kecemasan yang berjumlah 65 item memiliki item yang gugur sebanyak 11 item, sehingga item yang valid berjumlah 54 item. Peneliti kemudian menggunakan item yang valid sejumlah 54 item tersebut sebagai data penelitian yang selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat kecemasan subjek. 3. Menganalisis hasil penelitian dan mendeskripsikannya untuk menentukan tingkat kecemasan subjek secara keselurahan.

4.2 Orientasi Kancah Orientasi kancah penelitian dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Tujuan dilaksanakannya orientasi kancah ini adalah untuk mengetahui kesesuaian karakteristik subjek penelitian dengan lokasi penelitian. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Kota Semarang. Subjek penelitian yang digunakan adalah wanita dewasa madya yang tidak bekerja dan sedang menjalani masa empty nest sesuai dengan karateristik populasi. Penelitian yang berlokasi di Kota Semarang ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest. Pertimbangan untuk melakukan penelitian di Kota

53

Semarang adalah ciri – ciri subjek yang akan diteliti memenuhi syarat tercapainya tujuan penelitian dan lokasi penelitian berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan dalam bab satu.

4.3 Proses Pengambilan Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan di Kota Semarang. Peneliti menyebar skala tingkat kecemasan mengalami empty nest yang berisi 65 item dan dikenakan pada sejumlah responden sebanyak 87 orang yang dipilih berdasarkan karakteristik populasi dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 44 hari mulai pada hari Jumat tanggal 25 April 2014 hingga hari Sabtu tanggal 7 Juni 2014.

4.4 Laporan Hasil Penelitian 4.4.1 Hasil Deskripsi Penelitian Dari data skala yang telah terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat kecemasan saat mengalami empty nest pada wanita dewasa madya yang tidak bekerja. Peneliti menganalisis menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Kemudian untuk mengetahui Mean Teoritik, peneliti menggolongkan subjek ke dalam 3 kategori tingkat kecemasan yaitu rendah, sedang dan tinggi (Azwar, 2012: 149). 4.4.1.1 Gambaran Kecemasan 4.4.1.1.1 Gambaran Umum Kecemasan

54

Tabel 4.1. Kriteria Tingkat Kecemasan Interval X < (M – 1,0 s) (M – 1,0 s) ≤ X < (M + 1,0 s) (M + 1,0 s) < X Keterangan : M = Mean Teoritik S = Standar Deviasi X = Skor

Kategori Rendah Sedang Tinggi

Deskripsi diatas memberikan gambaran penting mengenai distribusi skor skala pada kelompok subjek yang dikenai pengukuran yang berfungsi sebagai informasi mengenai keadaan subjek pada aspek atau variabel yang diteliti (Azwar, 2012: 105). Mengukur kecemasan digunakan skala kecemasan yang terdiri dari 54 item yang valid dengan skor tertinggi 4 dan skor terendah 1, sehingga kecemasan dapat dinyatakan dengan kriteria sebagai berikut : Penggolongan kriteria analisis kecemasan. Skor tertinggi

= 54 x 4 =216

Skor terendah

= 54 x 1 = 54

Mean Teoritik

= Jumlah Item x 2,5 = 54 x 2,5 = 135

Standar Deviasi

= (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6 = (216 – 54) : 6 = 27

55

Gambaran secara umum Kecemasan responden berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 135 dan SD = 27. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : Mean – 1,0 SD = 135 – 27 = 108 Mean + 1,0 SD = 135 + 27 = 162 Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh distribusi Kecemasan responden sebagai berikut : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kecemasan Kriteria Rendah Sedang Tinggi

Interval X < 108 108 ≤ X ≤ 162 162 < X Total

Σ Subjek 4 78 5 87

% 4, 6 % 89, 7 % 5, 7 % 100 %

Gambaran umum Kecemasan responden dilihat dari diagram kecemasan, yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.1. Diagram Kecemasan

56

Tabel dan diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kecemasan yang tergolong sedang. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase responden yang tergolong kriteria rendah berjumlah 4 subjek atau 4, 6 %, tergolong kriteria sedang sebesar 78 subjek atau 89,7 % dan 5 subjek atau 5, 7 % sisanya tergolong tinggi. 4.4.1.1.2 Gambaran Kecemasan Ditinjau dari Tiap Gejala Kecemasan meliputi 2 gejala yaitu Fisiologis dan Psikologis. Berikut ini diuraikan satu persatu gejala Kecemasan : 1.

Fisiologis Gambaran Kecemasan responden berdasarkan gejala Fisiologis dijelaskan

sebagai berikut : Jumlah item dalam gejala Fisiologis = 27 Skor tertinggi

= 27 x 4 = 108

Skor terendah

= 27 x 1 = 27

Mean Teoritik

= Jumlah item x 2,5 = 27 x 2,5 = 67,5

Standar Deviasi

= (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6 = (108 – 27) : 6 = 13,5

Gambaran

Kecemasan

responden

ditinjau

dari

gejala

Fisiologis

berdasarkan perhitungan diatas diperoleh M = 67,5 dan SD = 13,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :

57

Mean – 1,0 SD = 67,5 – 13,5 = 54 Mean + 1,0 SD = 67,5 + 13,5 = 81

Tabel 4.3. Kriteria Tingkat Kecemasan Gejala Fisiologis Interval X < 54 54 ≤ X < 81 81 < X

Kategori Rendah Sedang Tinggi

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui apabila subjek penelitian memperoleh skor lebih kecil dari 54, berarti subjek memiliki gejala fisiologis yang berada dalam kategori rendah. Subjek penelitian yang memperoleh skor antara 54 – 81, berarti subjek memiliki gejala fisiologis yang berada dalam kategori sedang. Jika subjek memperoleh skor lebih dari 81, berarti subjek memiliki gejala fisiologis yang berada dalam kategori tinggi. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kecemasan Gejala Fisiologis Kriteria Rendah Sedang Tinggi

Interval X < 54 54 ≤ X ≤ 81 81 < X Total

Σ Subjek 5 78 4 87

% 5, 8 % 89, 6 % 4,6 % 100 %

Gambaran umum Kecemasan responden pada gejala Fisiologis dilihat dari diagram kecemasan, yaitu sebagai berikut :

58

Gambar 4.2. Diagram Gejala Fisiologis Tabel dan diagram diatas menujukkan bahwa sebagian besar responden memiliki Kecemasan yang ditinjau dari gejala Fisiologis tergolong sedang. Hal tersebut ditujukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria rendah sebesar 5,8 % yaitu sebanyak 5 subjek, tergolong kriteria sedang sebesar 89, 6 % yaitu sebanyak 78 subjek dan sisanya sebesar 4,6 % sebanyak 4 subjek tergolong tinggi. 2.

Psikologis Gambaran Kecemasan responden berdasarkan gejala Psikologis dijelaskan

sebagai berikut : Jumlah item dalam gejala Psikologis = 27 Skor tertinggi

= 27 x 4 = 108

Skor terendah

= 27 x 1 = 27

Mean Teoritik

= Jumlah item x 2,5 = 27 x 2,5 = 67,5

59

= (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

Standar Deviasi

= (108 – 27) : 6 = 13,5 Gambaran

Kecemasan

responden

ditinjau

dari

gejala

Fisiologis

berdasarkan perhitungan diatas diperoleh M = 67,5 dan SD = 13,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : Mean – 1,0 SD = 67,5 – 13,5 = 54 Mean + 1,0 SD = 67,5 + 13,5 = 81 Tabel 4.5. Kriteria Tingkat Kecemasan Gejala Psikologis Interval X < 54 54 ≤ X < 81 81 < X

Kategori Rendah Sedang Tinggi

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui apabila subjek penelitian memperoleh skor lebih kecil dari 54, berarti subjek memiliki gejala psikologis yang berada dalam kategori rendah. Subjek penelitian yag memperoleh skor antara 54 – 81, berarti subjek memiliki gejala psikologis yang berada dalam kategori sedang. Jika subjek memperoleh skor lebih dari 81, berarti subjek memiliki gejala psikologis yang berada dalam kategori tinggi. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kecemasan Gejala Psikologis Kriteria Rendah Sedang Tinggi

Interval X < 54 54 ≤ X ≤ 81 81 < X Total

Σ Subjek 5 75 7 87

% 5,8 % 86, 2 % 8, 0 % 100 %

60

Gambaran umum Kecemasan responden pada gejala Psikologis dilihat dari diagram kecemasan, yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.3. Diagram Gejala Psikologis Tabel dan diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki Kecemasan yang ditinjau dari gejala Psikologis tergolong sedang. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria rendah sebesar 5,8 % yaitu sebanyak 5 subjek, tergolong kriteria sedang sebesar 86, 2 % yaitu sebanyak 75 subjek dan sisanya sebesar 8, 0 % sebanyak 7 subjek tergolong tinggi. Rincian hasil perhitungan tingkat kecemasan yang ditinjau dari beberapa gejala lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Rincian Tingkat Kecemasan dari Beberapa Gejala

61

No. 1.

Gejala Fisiologis

2.

Psikologis

Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah

Frekuensi 5 78 4 5

Persen 5, 8 % 89,6 % 4, 6 % 5, 8 %

Sedang Tinggi

75 7

86, 2 % 8, 0 %

Berdasarkan penjelasan rincian tingkat kecemasan dari tiap – tiap gejala di atas dapat dilihat bahwa gejala Fisiologis dan gejala Psikologis sama – sama berada pada kategori sedang. Masing – masing gejala Kecemasan responden dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.4. Diagram Masing – Masing Gejala Tingkat Kecemasan

4.4.1.1.3 Perbandingan Mean Teoritik dan Mean Empirik pada Tingkat Kecemasan Subjek

62

Tingkat Kecemasan subjek saat menghadapi empty nest tergolong kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara mean teoritik dan mean empirik yang lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.8. Kategori Tingkat Kecemasan Berdasarkan Mean Teoritik dan Mean Empirik Kategori Rendah Sedang Tinggi

Berdasarkan Mean Teoritik X < 108 108 ≤ X ≤ 162 162 < X

Berdasarkan Mean Empirik X < 118, 5 118, 5 ≤ X ≤ 150, 7 150, 7 < X

Mean empirik yang didapatkan dari subjek penelitian menunjukkan bahwa rerata tingkat kecemasan subjek sebesar 134, 6. Apabila dibandingkan dengan kategorisasi pada tabel 4.8 maka rerata tingkat kecemasan subjek penelitian termasuk pada kategori sedang. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest secara umum dari subjek termasuk dalam kategori sedang, baik dilihat dari mean empirik maupun persentase frekuensi kecemasan. 4.4.1.2 Gambaran Data Tambahan 4.4.1.2.1 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Usia Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan usia. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.9. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Usia

63

No. 1.

2.

Usia Dewasa Madya Awal (40 – 50 tahun) Dewasa Madya Akhir (50 – 60 tahun) JUMLAH

Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

Frekuensi 3 54 3 1 24 2 87

Persen 3, 5 % 62, 0 % 3, 5 % 1, 1 % 27, 6 % 2, 3 % 100 %

Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek yang mengalami empty nest berdasarkan usia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu usia dewasa madya awal dan usia dewasa madya akhir. Subjek yang berada pada kriteria usia dewasa madya awal berjumlah 60 subjek (69,0 %) dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 3 subjek (3,5 %), kategori sedang sebanyak 54 subjek (62,0 %) dan kategori tinggi sebanyak 3 subjek (3,5 %). Subjek yang berada pada kriteria usia dewasa madya akhir berjumlah 27 subjek (31 %) dengan perolehan kategori rendah sebanyak 1 subjek (1,1 %), kategori sedang sebanyak 24 subjek (27,6 %) dan kategori tinggi sebanyak 2 subjek (2,3 %). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang berada pada usisa dewasa madya awal sebanyak 60 subjek (69 %) dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 62,0 % sebanyak 54

64

subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan usia dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.5. Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Usia 4.4.1.2.2 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pendidikan Terakhir Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan pendidikan terakhir. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.10. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir No. 1.

Pendidikan Terakhir SMP

2.

SMA/SMK/SMEA

3.

D1/D2/D3

Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah

Frekuensi 0 4 0 3 51 3 1

Persen 0% 4, 6 % 0% 3, 5 % 58, 6 % 3, 5 % 1, 1 %

65

4.

S1/S2

JUMLAH

Sedang Tinggi Rendah Sedang

11 0 0 12

12, 6 % 0% 0% 13, 8 %

Tinggi

2 87

2, 3 % 100 %

Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek yang mengalami empty nest berdasarkan pendidikan terakhir dapat dibedakan menjadi 4 yaitu SMP, SMA/SMK/SMEA, D1/D2/D3 dan S1/S2. Subjek yang memiliki pendidikan terakhir SMP berjumlah 4 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 4 subjek (4,6 %) dan sisanya kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Subjek yang memiliki pendidikan terakhir SMA/SMK/SMEA berjumlah 57 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 3 subjek (3,5 %), kategori sedang sebanyak 51 subjek (58,6 %) dan kategori tinggi sebanyak 3 subjek (3,5 %). Subjek yang memiliki pendidikan terakhir D1/D2 berjumlah 12 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 1 subjek (1,1 %), kategori sedang sebanyak 11 subjek (12,6 %) dan sisanya kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Subjek yang memiliki pendidikan terakhir S1/S2 berjumlah 14 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 12 subjek (13,8 %) dan kategori tinggi sebanyak 2 subjek (2,3 %). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek

66

yang memiliki tingkat kecemasan mengalami empty nest di Kota Semarang banyak

dimiliki

oleh

subjek

yang

memiliki

pendidikan

terakhir

SMA/SMK/SMEA sebanyak 57 subjek (65,6 %) dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 58,6 % sebanyak 51 subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.6. Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pendidikan Terakhir 4.4.1.2.3 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan lamanya anak meninggalkan rumah. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.11. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek

67

Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah No. 1.

Lamanya Anak Meninggalkan Rumah 1 - 3 tahun (33 subjek)

2.

4 – 6 tahun (48 subjek)

3.

7 – 9 tahun (4 subjek)

4.

> 9 tahun (2 subjek) JUMLAH

Kategori

Frekuensi

Persen

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

1 28 4 3 44 1 0 4 0 0 2 0 87

1, 1 % 32, 2 % 4, 6 % 3, 5 % 50, 6 % 1, 1 % 0% 4, 6 % 0% 0% 2, 3 % 0% 100 %

Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek yang mengalami empty nest berdasarkan lamanya anak meninggalkan rumah dapat dibedakan menjadi 4 yaitu 1-3 tahun, 4-6 tahun, 7-9 tahun dan >9 tahun. Subjek yang ditinggalkan oleh anak selama 1-3 tahun berjumlah 33 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 1 subjek (1,1 %), kategori sedang sebanyak 28 subjek (32,2 %) dan sisanya kategori tinggi sebanyak 4 subjek (4,6 %). Subjek yang ditinggalkan oleh anak selama 4-6 tahun berjumlah 48 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 3 subjek (3,5 %), kategori sedang sebanyak 44 subjek (50,6 %) dan kategori tinggi sebanyak 1 subjek (1,1 %). Subjek yang memiliki ditinggalkan oleh anak selama 7-9 tahun berjumlah 4 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 0 subjek,

68

kategori sedang sebanyak 4 subjek (4,6 %) dan sisanya kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Subjek yang ditinggalkan anaknya selama > 9 tahun berjumlah 2 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 2 subjek (2,3 %) dan kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang telah ditinggalkan anaknya selama 4-6 tahun sebanyak 48 subjek (55,2 %) dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 50,6 % sebanyak 44 subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.7. Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah

69

Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat disimpulkan bahwa subjek yang tergolong kecemasannya kategori rendah memiliki anak yang meninggalkan rumah lamanya lebih dari 3 tahun atau 3 hingga 6 tahun. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.12. Subjek Dengan Tingkat Kecemasan Kategori Rendah Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah No. Subjek 14 15 33 80

Lama anak meninggalkan rumah 6 tahun 4 tahun 5 tahun 3 tahun

Masing – masing subjek dengan kategori rendah berdasarkan lamanya anak meninggalkan rumah dapat dilihat dari diagram sebagai berikut:

Gambar 4.8. Diagram Subjek Kategori Tingkat Kecemasan Rendah Berdasarkan Lamanya Anak Meninggalkan Rumah

70

4.4.1.2.4 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jumlah Anak Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan jumlah anak yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.13. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki No. 1.

Jumlah Anak Yang Dimiliki 1 anak (18 subjek)

2.

2 anak (43 subjek)

3.

3 anak (17 subjek)

4.

4 anak (9 subjek) JUMLAH

Kategori

Frekuensi

Persen

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

0 13 5 0 43 0 1 16 0 3 6 0 87

0% 15,0 % 5,7 % 0% 49,4 % 0% 1,1 % 18,4 % 0% 3,5 % 6,9 % 0% 100 %

Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek yang mengalami empty nest berdasarkan jumlah anak yang dimiliki dapat dibedakan menjadi 4 yaitu subjek yang memiliki 1 anak, 2 anak, 3 anak dan 4 anak. Subjek yang memiliki 1 orang anak berjumlah 18 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 13 subjek (15,0 %)

71

dan sisanya kategori tinggi sebanyak 5 subjek (5,7 %). Subjek yang memiliki 2 orang anak berjumlah 43 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 43 subjek (49,4 %) dan kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Subjek yang memiliki 3 orang anak berjumlah 17 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 1 subjek (1,1 %), kategori sedang sebanyak 16 subjek (18,4 %) dan sisanya kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Subjek yang memiliki 4 orang anak berjumlah 9 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 3 subjek (3,5 %), kategori sedang sebanyak 6 subjek (6,9 %) dan kategori tinggi sebanyak 0 subjek. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang memiliki 2 orang anak sebanyak 43 subjek (49,4 %) dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 49,4 % sebanyak 43 subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut:

72

Gambar 4.9. Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki Subjek yang kecemasannya tergolong kategori tinggi seluruhnya hanya memiliki satu orang anak. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.14. Subjek Dengan Tingkat Kecemasan Kategori Tinggi Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki No. Subjek 40 67 73 74 79

Jumlah anak yang dimiliki 1 1 1 1 1

Masing – masing subjek dengan kategori tinggi berdasarkan jumlah anak yang dimiliki dapat dilihat dari diagram sebagai berikut:

73

Gambar 4.10. Diagram Subjek Kategori Tingkat Kecemasan Tinggi Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki

4.4.1.2.5 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Aktivitas Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan aktivitas. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut:

Tabel 4.15. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Aktivitas No. 1.

Aktivitas Memiliki Aktivitas

2.

Tidak Memiliki Aktivitas JUMLAH

Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

Frekuensi 4 37 1 0 41 4 87

Persen 4, 6 % 42, 6 % 1, 1 % 0 % 47, 1 % 4, 6 % 100 %

Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek saat mengalami empty nest berdasarkan aktivitas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu subjek yang

74

memiliki aktivitas dan subjek yang tidak memiliki aktivitas/ kegiatan yang diikuti. Subjek yang memiliki aktivitas berjumlah 42 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 4 subjek (4,6 %), kategori sedang sebanyak 37 subjek (42,6 %) dan sisanya kategori tinggi sebanyak 1 subjek (1,1 %). Subjek yang tidak memiliki aktivitas atau kegiatan yang diikuti berjumlah 45 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 41 subjek (47,1 %) dan kategori tinggi sebanyak 4 subjek (4,6 %). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang tidak memiliki aktivitas yaitu sebanyak 45 subjek (51,7 %) dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 47,1 % sebanyak 41 subjek. Masing – masing subjek dengan kategori kecemasan berdasarkan aktivitas dapat dilihat dari diagram sebagai berikut:

75

Gambar 4.11 Diagram Tingkat Kecemasan Berdasarkan Aktivitas

4.4.1.2.6 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Alasan Anak Meninggalkan Rumah Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan alasan anak meninggalkan rumah. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.16. Kategori Tingkat Kecemasan Subjek Berdasarkan Alasan Anak Meninggalkan Rumah No. 1.

Alasan Anak Meninggalkan Rumah Pendidikan

2.

Pekerjaan

3.

Pernikahan

JUMLAH

Kategori

Frekuensi

Persen

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

0 37 2 0 22 2 4 19 1 87

0% 42, 6 % 2, 3% 0 % 25, 2 % 2, 3 % 4, 6% 21, 9 % 1, 1% 100 %

76

Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek saat mengalami empty nest berdasarkan alasan anak meninggalkan rumah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu karena pendidikan, pekerjaan dan pernikahan. Subjek yang anaknya meninggalkan rumah karena pendidikan berjumlah 39 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 37 subjek (42,6 %) dan sisanya kategori tinggi sebanyak 2 subjek (2,3 %). Subjek yang anaknya meninggalkan rumah karena pekerjaan berjumlah 24 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 22 subjek (25,2 %) dan kategori tinggi sebanyak 2 subjek (2,3 %). Subjek yang anaknya meninggalkan rumah karena pernikahan berjumlah 24 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 4 subjek (4,6 %), kategori sedang sebanyak 19 subjek (21,9 %) dan sisanya kategori tinggi sebanyak 1 subjek (1,1 %). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang anaknya meninggalkan rumah dengan alasan pendidikan yaitu sebanyak 39 subjek (44,9 %) dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang sebesar 42,6 % sebanyak 39 subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan alasan anak

77

meninggalkan rumah dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.12 Diagram Subjek Tingkat Kecemasan Berdasarkan Alasan Anak Meninggalkan Rumah 4.4.1.2.7 Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jarak Domisili Anak Dengan Rumah Berdasarkan data tambahan yang terdapat pada skala tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest, dapat dibedakan tingkat kecemasan subjek berdasarkan jarak domisili anak dengan rumah. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.17. Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jarak Domisili Anak Dengan Rumah No. 1.

Jarak Domisili Anak Dengan Rumah Satu Pulau

2.

Luar Pulau

Kategori

Frekuensi

Persen

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

2 63 2 2 13 2

2, 3 % 72, 4 % 2, 3% 2, 3 % 15, 0 % 2, 3 %

78

3.

Luar Negeri

JUMLAH

Rendah Sedang Tinggi

0 2 1 87

0% 2, 3 % 1, 1% 100 %

Tabel diatas menunjukkan Tingkat Kecemasan subjek saat mengalami empty nest berdasarkan jarak domisili anak dengan rumah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu yang masih berada dalam satu pulau, luar pulau dan luar negeri. Subjek yang jarak domisili anaknya masih dalam satu pulau berjumlah 67 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 2 subjek (2,3 %), kategori sedang sebanyak 63 subjek (72,4 %) dan sisanya kategori tinggi sebanyak 2 subjek (2,3 %). Subjek yang domisili anaknya berada di luar pulau berjumlah 17 subjek dengan perolehan kategori rendah sebanyak 2 subjek (2,3 %), kategori sedang sebanyak 13 subjek (15,0 %) dan kategori tinggi sebanyak 2 subjek (2,3 %). Subjek yang domisili anaknya berada di luar negeri berjumlah 3 subjek dengan perolehan yang tergolong kategori rendah sebanyak 0 subjek, kategori sedang sebanyak 2 subjek (2,3 %) dan sisanya kategori tinggi sebanyak 1 subjek (1,1 %). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat kecemasan saat mengalami empty nest di Kota Semarang banyak dimiliki oleh subjek yang jarak domisili anaknya masih dalam satu pulau yaitu sebanyak 67 subjek (77,0 %) dengan rata – rata tingkat kecemasan yang berada

79

pada kategori sedang sebesar 72,4 % sebanyak 63 subjek. Masing – masing tingkat kecemasan subjek berdasarkan jarak domisili anak dengan rumah dapat dilihat dari diagram tingkat kecemasan, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.13 Diagram Subjek Tingkat Kecemasan Berdasar Jarak Domisili Anak Dengan Rumah 4.4.1.3 Data Berdasarkan Tingkat Empty Nest Subjek Berdasarkan data yang ada, maka dapat dibedakan tingkat empty nest subjek berdasakan perolehan mean teoritik. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.18. Kategori Tingkat Empty Nest Subjek Kategori Empty Nest Tinggi Empty Nest Rendah Jumlah

Frekuensi 40 46 87

Presentase 46, 0 % 52, 9 % 100 %

80

Tabel diatas menunjukkan tingkat empty nest subjek di Kota Semarang dilihat dari perolehan mean teoritik. Subjek yang memiliki tingkat empty nest tinggi atau yang memiliki skor lebih besar dari nilai mean teoritik yaitu berjumlah 40 subjek (46,0%), subjek yang tingkat kecemasannya berada pada nilai mean hipotetik berjumlah 1 orang (1,1%) dan sisanya subjek yang memiliki tingkat empty nest yang rendah atau yang memiliki skor lebih kecil dari nilai mean teoritik yaitu berjumlah 46 subjek (52,9 %). Berdasarkan uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki empty nest kategori tinggi yaitu sebesar 46,0 % sebanyak 40 subjek. Masing – masing kategori tingkat empty nest subjek dapat dilihat dari diagram sebagai berikut:

Gambar 4.14. Diagram Kategori Tingkat Empty Nest Subjek 4.4.1.4 Kategori Tingkat Empty Nest Tinggi Berdasarkan Mean Teoritik Berdasarkan data yang ada, maka terdapat kategori tingkat empty nest tinggi dilihat dari tujuh kriteria yaitu usia, pendidikan terakhir, lamanya anak meninggalkan rumah, jumlah anak, aktivitas, alasan anak meninggalkan rumah

81

dan jarak domisili anak dengan rumah. Hal ini dapat dilihat lebih lanjut pada tabel berikut: Tabel 4.19. Kategori Tingkat Empty Nest Tinggi Berdasarkan Mean Teoritik. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kriteria Usia Pendidikan Terakhir Lamanya Anak Meninggalkan Rumah Jumlah Anak Aktivitas Alasan Anak Meninggalkan Rumah Jarak Domisili Anak Dengan Rumah

Empty Nest Tinggi Dewasa Madya Awal SMA 2 tahun 2 orang anak Tidak Memiliki Aktivitas Pendidikan Satu Pulau

Tabel diatas menunjukkan tingkat empty nest tinggi pada wanita dewasa madya tidak bekerja di Kota Semarang yang ternyata banyak dialami oleh subjek dengan kriteria berusia pada tingkatan dewasa madya awal (72,5 % sebanyak 29 subjek), memiliki pendidikan terakhir SMA (80,0 % sebanyak 32 subjek), anak yang telah meninggalkan rumah selama dua tahun (65,0 % sebanyak 26 subjek), subjek yang hanya memiliki dua orang anak (90,0 % sebanyak 36 subjek), subjek yang tidak memiliki aktivitas atau kegiatan yang diikuti (97,5 % sebanyak 39 subjek), anak meninggalkan rumah dengan alasan pendidikan (75,0 % sebanyak 30 subjek), dan jarak domisili anak yang masih dalam satu pulau (95,0 % sebanyak 38 subjek).

82

4.5 Pembahasan Kecemasan merupakan suatu bentuk emosi atau perasaan tidak menyenangkan yang muncul ketika seseorang dihadapkan pada sesuatu yang mengancam dirinya serta ditandai dengan ketakutan, keadaan khawatir, perasaan tidak aman terhadap suatu hal yang akan terjadi di masa mendatang. Atkinson (2010: 476) mengungkapkan bahwa “kecemasan merupakan keadaan yang memprihatinkan atau serba salah, yang berkaitan dengan rasa takut”. Kecemasan dapat ditunjukkan dengan dua yaitu gejala fisiologis yang disusun berdasarkan indikator nafsu makan berkurang, pola makan terganggu, gangguan pencernaan, tangan dingin dan berkeringat, detak jantung meningkat, nafas sesak, kepala pusing, pingsan, tidur terganggu. Gejala psikologis tersusun berdasarkan indikator merasa khawatir, ketakutan, gelisah, sulit berkonsentrasi, tidak berdaya/ hilang kepercayaan diri, tidak dapat mengambil keputusan, mudah marah/ sensitif, merasa tidak nyaman. Tingkat kecemasan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala kecemasan, semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek maka menunjukkan semakin tinggi tingkat kecemasan yang dimiliki oleh subjek. Sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh subjek maka akan menunjukkan semakin rendah pula tingkat kecemasan yang dimiliki oleh subjek. Berdasarkan gambaran umum tingkat kecemasan dalam hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan subjek saat mengalami empty nest di Kota Semarang tergolong pada kategori sedang, yaitu dengan presentase sebesar 89,7 % sebanyak 78 subjek. Berdasarkan indikator yang menyusunnya dan

83

berdasarkan hasil tersebut maka dapat diartikan bahwa subjek penelitian yaitu wanita dewasa madya yang tidak bekerja sudah cukup mampu untuk mengelola emosi atau perasaan tidak menyenangkan ketika mereka menghadapi periode empty nest. “Kecemasan sedang ini biasanya individu hanya terfokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain” Peplau (dalam Suliswati, 2005: 109). Tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest secara umum dari subjek termasuk kategori sedang, baik dilihat dari mean empirik maupun persentase frekuensi kecemasan. Hal ini berarti wanita dewasa madya tidak mengalami perasaan kehilangan yang mendalam ketika anak – anaknya telah pergi untuk meninggalkan rumah. Wanita dewasa madya yang tidak bekerja menganggap periode empty nest sebagai suatu keberhasilan karena telah selesai menjalankan tugas – tugasnya sebagai orang tua. Kemampuan wanita dewasa madya untuk melakukan penyesuaian psikologis dalam menghadapi kenyataan tanpa kehadiran anak – anak dirumah mampu mereka lewati dengan baik sehingga dapat menjalankan tugas – tugas perkembangan pada usia dewasa madya dengan baik pula. Secara rinci tingkat kecemasan saat mengalami empty nest pada wanita dewasa madya yang tidak bekerja digambarkan dalam dua gejala. Gejala fisiologis dan gejala psikologis sama – sama berada pada tingkat kecemasan kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecemasan menurut gejala fisiologis diperoleh hasil 89, 6 % subjek berada dalam kategori sedang dan menurut gejala

84

psikologis 86, 2 % subjek juga berada dalam kategori sedang. Hal ini berarti menurut peneliti, mereka telah dapat memusatkan sesuatu hal pada masalah penting saja dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun tetap dapat melakukan sesuatu yang terarah ketika sedang menjalani periode empty nest. Kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest di Kota Semarang yang tergolong sedang dapat disebabkan oleh faktor – faktor penyebabnya yaitu karena setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Lazarus (dalam Retnowati, 2002) menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan yaitu derajat ambiguitas, informasi, stressor eksternal yang berat, eksternal yang berkepanjangan dan kronis, dan pengaruh lingkungan. Faktor – faktor tersebut yang kemudian berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kecemasan wanita dewasa madya yang tidak bekerja ketika menjalani periode empty nest dalam tahap perkembangannya. Hasil penelitian secara lebih rinci dalam data tambahan menjelaskan tingkat kecemasan pada subjek di Kota Semarang terbagi oleh tujuh kriteria yaitu berdasarkan usia, pendidikan terakhir, lamanya anak meninggalkan rumah, jumlah anak, aktivitas, alasan anak meninggalkan rumah dan jarak domisili anak dengan rumah. Data tambahan berdasarkan usia terbagi menjadi dua yaitu usia dewasa madya awal dan usia dewasa madya akhir. Keseluruhan subjek usia dewasa madya awal memiliki presentase terbanyak sebesar 69, 0 % dengan kategori tingkat kecemasan sedang sebesar 62,0 % sebanyak 54 subjek. Hal ini menurut

85

peneliti berarti, mereka sudah mampu untuk menyesuaikan diri dengan periode perkembangan yang sedang dihadapinya sehingga kecemasan saat menghadapi periode empty nest lebih stabil. Data tambahan kedua yang ditunjukkan berdasarkan pendidikan terakhir terbagi menjadi empat yaitu SMP, SMA/SMK/SMEA, D1/D2/D3, dan S1/S2. Keseluruhan menempati tingkat kecemasan kategori sedang dengan perolehan terbanyak subjek memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA/SMK/SMEA dengan presentase sebesar 65, 6 % serta tingkat kecemasan berada pada kategori sedang sebesar 58,6 % sebesar 51 subjek. Data tambahan ketiga dalam tingkat kecemasan menghadapi empty nest yaitu berdasarkan lamanya anak meninggalkan rumah yang terbagi menjadi empat yaitu 1-3 tahun, 4-6 tahun, 7-9 tahun dan > 9 tahun. Keseluruhan menempati tingkat kecemasan kategori sedang dengan perolehan terbanyak subjek yang telah ditinggalkan anaknya selama empat hingga enam tahun

dengan presentase

sebesar 55, 2 % serta tingkat kecemasan berada pada kategori sedang sebesar 50,6 % sebesar 44 subjek. Hasil yang diperoleh subjek yang kecemasannya tergolong kategori rendah yaitu sebanyak 4 orang ternyata mereka rata – rata telah ditinggal oleh anak – anaknya lebih dari tiga tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa lamanya anak meninggalkan rumah ternyata juga dapat mempengaruhi tingkat kecemasan saat mengalami empty nest. Semakin lama anak meninggalkan rumah, wanita dewasa madya semakin terbiasa hidup tanpa anak sehingga tidak membuat mereka mengalami kecemasan.

86

Data tambahan keempat yang ditunjukkan berdasarkan jumlah anak yang dimiliki terbagi menjadi empat yaitu subjek yang memiliki satu orang anak, dua orang anak, tiga orang anak dan empat orang anak. Keseluruhan menempati tingkat kecemasan kategori sedang dengan perolehan terbanyak pada subjek yang memiliki dua orang anak dengan presentase sebesar 49, 4 % serta tingkat kecemasan berada pada kategori sedang sebesar 49, 4 sebesar 43 subjek. Berdasarkan gambaran yang diperoleh dari data, lima orang subjek yang tergolong kategori kecemasan tinggi hanya memiliki satu orang anak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ternyata jumlah anak mempengaruhi tingkat kecemasan wanita dewasa madya yang mengalami empty nest. Anak tunggal menjadi pusat inti dari seorang ibu sehingga ketika anaknya telah pergi meninggalkan rumah dapat menjadi stressor karena merasa kehilangan anaknya yang telah menjadi dewasa sehingga tidak lagi membutuhkan pengasuhan. Hal ini sesuai dengan faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan, yaitu stressor eksternal yang berat dimana kemunculan stressor yang berat seperti perginya orang – orang yang dicintai dapat memunculkan reaksi kecemasan (Lazarus, dkk dalam Retnowati: 2002). Data tambahan kelima dalam tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest yaitu berdasarkan aktivitas yang terbagi menjadi dua yaitu subjek yang memiliki aktivitas dan subjek yang tidak memiliki aktivitas. Keseluruhan menempati tingkat kecemasan kategori sedang dengan perolehan terbanyak berada pada subjek yang tidak memiliki aktivitas dengan presentase sebesar 51,7 % serta tingkat kecemasan berada pada kategori sedang sebesar 47,1 % sebesar 41

87

subjek. Dilihat dari hasil, dapat digambarkan bahwa 42 subjek memiliki aktivitas atau kegiatan lain serta perkumpulan – perkumpulan yang mereka ikuti, sedangkan sisanya yaitu 45 subjek tidak memiliki aktivitas lain selain mengurus rumah dan suami. Hal ini sejalan dengan studi longitudinal terhadap wanita menikah yang bekerja dengan multiperan yang dilakukan Wethington & Kessler (dalam Papalia, 2008: 820) yaitu bahwa empty nest tidak memiliki efek atas kesehatan psikologis, bahkan berhenti bekerja justru meningkatkan stres sedangkan bekerja penuh waktu justru menguranginya. Selain itu, jika dilihat dari tingkat kecemasan kategori rendah, dari empat subjek seluruhnya memiliki kegiatan atau perkumpulan yang mereka ikuti seperti Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)/ Arisan, Persekutuan Doa, Dasa Wisma (Dawis), Bhayangkara dan Pengajian. Dilihat dari tingkat kecemasan yang tergolong kategori tinggi yang berjumlah lima subjek, hanya satu subjek yang memiliki aktivitas lain di luar rumah yaitu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)/ Arisan. Hal ini berarti bahwa aktivitas atau kegiatan tambahan yang diikuti oleh subjek memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan subjek ketika sedang menghadapi periode empty nest. Gunarsa (1995: 255) menyatakan bahwa “wanita sebagai ibu rumah tangga memiliki bahaya kejenuhan akibat pekerjaan rutin yang monoton”. Wanita tidak bekerja yang mempunyai banyak aktivitas atau kesibukan dan kegiatan lain di luar rumah mungkin tidak akan mengalami kecemasan ketika dihadapkan pada periode empty nest karena rasa tidak dibutuhkan oleh anak telah tergantikan dengan kegiatan lain yang bermanfaat.

88

Data tambahan keenam yang ditunjukkan berdasarkan alasan anak meninggalkan rumah terbagi menjadi tiga yaitu anak yang meninggalkan rumah dengan alasan pendidikan, pekerjaan dan pernikahan. Keseluruhan menempati tingkat kecemasan kategori sedang dengan perolehan terbanyak pada subjek yang ditinggalkan anaknya karena pendidikan dengan presentase sebesar 44, 9 % serta tingkat kecemasan berada pada kategori sedang sebesar 42, 6 sebesar 37 subjek. Data tambahan ketujuh yang ditunjukkan berdasarkan jarak domisili anak dengan rumah terbagi menjadi tiga yaitu anak yang jarak domisilinya berada satu pulau, luar pulau dan luar negeri. Keseluruhan menempati tingkat kecemasan kategori sedang dengan perolehan terbanyak pada subjek yang anaknya meninggalkan rumah tetapi masih berada dalam satu pulau dengan orang tuanya yaitu dengan presentase sebesar 77, 0 % serta tingkat kecemasan berada pada kategori sedang sebesar 72, 4 sebesar 63 subjek. Berdasarkan data, maka dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat empty nest tinggi di Kota Semarang yaitu subjek yang berada pada usia dewasa madya awal,

memiliki pendidikan terakhir SMA, anak telah

meninggalkan rumah selama dua tahun, subjek yang hanya memiliki dua orang anak, subjek yang tidak memiliki aktivitas atau kegiatan yang diikuti, anak meninggalkan rumah dengan alasan pendidikan dan jarak domisili anak masih dalam satu pulau dengan orang tuanya. Awalnya peneliti menduga bahwa tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest tergolong tinggi, karena fenomena yang terjadi pada studi pendahuluan menunjukkan bahwa tingkat

89

kecemasan tergolong tinggi. Akan tetapi setelah dilakukan penelitian ternyata diketahui bahwa tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest tergolong berada pada kategori sedang. Hal ini disebabkan karena pada studi pendahuluan subjek yang diambil hanya sebagian kecil dari jumlah wanita dewasa madya yang tidak bekerja yaitu sebanyak 19 responden, sehingga hasil studi pendahuluan yang di dapat hanya gambaran kecemasan dari sebagian jumlah wanita dewasa madya yang tidak bekerja di Kota Semarang. Kecemasan dapat bermuara dari dalam diri individu (internal) dan dari luar diri individu (eksternal). Kecemasan juga dapat terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap diri sendiri di dalam lingkungan pada umumnya (Sundari, 2005: 51). Secara umum wanita dewasa madya yang tidak bekerja di Kota Semarang cenderung memiliki kategori tingkat kecemasan yang berada pada kategori sedang saat menjalani empty nest, hal ini berarti bahwa wanita dewasa madya tersebut sudah mampu mengelola kecemasannya dengan baik dan mampu menghadapi periode empty nest dengan optimal sehingga akan mudah untuk melanjutkan ke tahap perkembangannya selanjutnya.

4.6 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan – keterbatasan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya. Keterbatasan – keterbatasan itu antara lain: 1. Pemakaian tryout terpakai yang memiliki kelemahan yaitu item yang valid terkontaminasi oleh item gugur.

90

2. Adanya kemungkinan pada saat mengisi skala, subjek sedang tidak berminat sehingga kurang berkonsentrasi. 3. Peneliti kurang maksimal dalam pendampingan subjek penelitian ketika mengisi skala.

91

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1.

Tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest di Kota Semarang yang dilihat secara umum tergolong berada pada kategori sedang. Ditinjau dari gejala fisiologis dan psikologis tingkat kecemasan subjek yang mengalami empty nest juga tergolong berada pada kategori sedang.

2.

Tingkat kecemasan wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest di Kota Semarang berdasarkan usia, pendidikan terakhir, lamanya anak meninggalkan rumah, jumlah anak, aktivitas, alasan anak meninggalkan rumah dan jarak domisili anak dengan rumah seluruhnya berada pada kategori sedang. Tingkat kecemasan subjek yang memiliki satu orang anak cenderung berada pada kategori tinggi, tingkat kecemasan subjek yang sudah ditinggalkan anaknya selama tiga hingga enam tahun cenderung berada pada kategori rendah dan tingkat kecemasan subjek yang tidak memiliki aktivitas cenderung berada pada kategori tinggi.

3.

Tingkat empty nest tinggi di Kota Semarang dialami oleh subjek yang berada pada usia dewasa madya awal, memiliki pendidikan terakhir SMA, anak telah

92

meninggalkan rumah selama dua tahun, subjek yang hanya memiliki dua orang anak, subjek tidak memiliki aktivitas atau kegiatan yang diikuti, anak meninggalkan rumah dengan alasan pendidikan dan jarak domisili anak masih dalam satu pulau dengan orang tuanya.

5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1.

Bagi wanita dewasa madya tidak bekerja Bagi wanita dewasa madya yang tidak bekerja hendaknya menyadari

bahwa kecemasan merupakan hal yang wajar dialami oleh mereka. Ada baiknya wanita dewasa madya tidak bekerja yang sedang mengalami periode empty nest agar membetuk suatu komunitas agar dapat saling berbagi tentang pengalaman hidup masing – masing sehingga dapat saling mendukung satu sama lain. Selain itu, wanita dewasa madya yang tidak bekerja juga dapat mengikuti berbagai macam kegiatan sehingga dapat mengisi waktu luang mereka. 2. Bagi suami, anak, dan kerabat dekat Meskipun sudah tidak tinggal lagi bersama, komunikasi antaranggota keluarga tetap perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Hal ini akan dapat mencegah munculnya perasaan kesepian pada wanita dewasa madya ketika mengalami empty nest. Selain itu, kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga atau kerabat pada waktu – waktu istimewa juga perlu dilakukan dan diharapkan sedapat mungkin memberi dukungan yang terbaik untuk wanita dewasa madya yang tidak bekerja seperti menyediakan waktu untuk menemani mereka atau

93

sekedar mendengarkan keluh kesahnya sehingga dapat menguatkan dan mendorong hati mereka. 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti lebih lanjut mengenai berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh wanita dewasa madya tidak bekerja yang mengalami empty nest serta lebih mengkaji hubungannya secara psikologis dengan lingkungan disekitarnya.

94

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2011 a. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2011 b. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Azwar, S. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Andriyani, E.W. 2007. Kecemasan Menghadapi Periode Empty Nest pada Wanita Single Parent. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Anoraga, P. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, S. 2010. Prosedur Peneltian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Atkinson, Rita L, Richard C. Atkinson & Ernest R. Hilchard. 1996. Pengantar Psikologi. Jilid 2. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Atkinson, L. Et al. 2010. Pengantar Psikologi Jilid Dua. Tangerang: Interaksara Boeree, G. 2010. General Psychology. Yogyakarta: Prismasophie. Chaplin, J.P 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Corey, G. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Erlangga. Durand, V.M dan Barlow, D.H. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Empty Nest Syndrome. Online at www.wikipedia.org/wiki/Empty_nest_syndrome [accessed 13/12/13]

95

Ghufron, M.N dan Rini, R.S. 2010. Teori – teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Gunarsa, S.D dan Gunarsa, Y.S. 1995. Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia Gunarsa, S.D. 2003 a. Psikologi Perawatan. Jakarta: Gunung Mulia. . 2009 b. Dari Anak sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung Mulia. Hariyanti, N.T. 2012. Hubungan Empty Nest dengan Kesejahteraan Subjektif. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Malang. Hawari, D. 2013. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru. Hidayati, W dan Purnami Sri. 2008. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: TERAS. Hurlock, E.B. 2007. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Iswati, D. 2007. Empty Nest Syndrome pada Wanita pada Wanita Dewasa Madya. Jurnal. Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Jahja, Y. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenada Media Group. Kartono, K. 2000 a. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju. 2002 b. Patologi Sosial 3. Ganguan – gangguan kejiwaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Liftiah. 2009. Psikologi Abnormal. Semarang: Widya Karya. Mapiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa Bagi Penyesuaian dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Maslim, R. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. Mbaeze. I.C and Ukwandu, E. 2011. Empty-Nest Syndrome, Gender and Family Size as Predictors of Aged’s Adjusment Pattern. Journals. Pakistan Journal of Social Science Departement of Psychology. Natalia, D. 2005. Pencarian Kembali Makna Hidup pada Ibu Rumah Tangga yang Melewati Masa Empty Nest. Jurnal. Program Studi Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana.

96

Nevid, J.S, Rathus, S.A, Gienne B. 2005. Psikologi Abnormal Jilid I. Jakarta: Erlangga. Papalia, D, Old, S.W, Feldman, R.D 2008. Human Development. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Ramaiah, S. 2003. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Raup, J.L and Myers, J.E. 1989. The Empty Nest Syndrome: Myth or Reality?. Journal. Journal of Conseling & Development. Vol 68: 180-183. Retnowati, S. Kecemasan Pada Wanita Dewasa Muda Setelah Mengalami Perceraian. Online. www.gunadarma.ac.id/artikel_10504161 [diakses 13/04/14] Rosa, A.S. 2011. Kecenderungan Depresi pada Lansia yang Mengalami Sangkar Kosong di Panti Werdha Hargodedali Surabaya. Jurnal. Fakultas Psikologi Airlangga Surabaya. Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. Sari, D. R. 2006. Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kecemasan dalam menghadapi Lingkungan Baru pada Mahasiswa Baru Kebidanan Panti Wilasa “Citarum” Semarang. Skripsi. (tidak diterbitkan) Semarang Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata. Semiun, Y. 2010. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius. Setiono, K. 2011. Psikologi Keluarga. Bandung: PT. Alumni. Suardiman, S.P. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Subekti, R dan Tjintrosudibio,R. ____. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Sukmadinata, N.S. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Suliswati, Tjie Anita Payopo, Jeremia Maruhawa. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sunaryo. 2005. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Sundari, S. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

97

Thiel, V.S. 2008 The “empty nest” syndrome : Dutch Ministries the Separation of Policy and Administration. Journal. Erasmus University Rotterdam. Utami, P.L. 2012. Perbedaan Tingkat Stres Ditinjau dari Empty Nest Syndrome dan Status Ibu. Jurnal. Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Uniersitas Negeri Surabaya. Wade, C dan Tavris, C. 2007. Psikologi. Edisi ke-9. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Wahyuningsih, A. 2006. Kecemasan Penderita Kanker Payudara Pra Operasional ditinjau dari Dukungan Sosial Keuarga. Skripsi. (tidak diterbitkan) Semarang Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata. Yusuf, S dan Juntika Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Zahro, S. 2012. Perbedaan Stres Antara Bapak dengan Ibu yang Mengalami Periode Empty Nest di Desa Campurejo Kecamatan Bojonegoro. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Zaviera, F. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Jogjakarta: Ar-ruzz Media Group.

98

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

99

SKALA PENELITIAN PSIKOLOGI

IDENTITAS RESPONDEN

Nama / Inisial

:

Usia

:

Alamat

:

Pendidikan terakhir :

100

Sebelum menjawab pernyataan, isilah beberapa pertanyaan di bawah ini terlebih dahulu. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Jumlah anak yang dimiliki : Lamanya anak meninggalkan rumah : Anak meninggalkan rumah karena : Kota tempat tinggal anak sekarang : Usia suami : Pekerjaan suami : Kegiatan / perkumpulan yang Anda ikuti :

PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikut ini terdapat beberapa pernyataan dan Anda diminta untuk memberikan tanggapan atas pernyataan tersebut. 2. Dalam skala ini tidak ada jawaban yang salah atau benar, maka Anda diminta untuk menjawab secara jujur sesuai keadaan diri Anda dan bukan berdasarkan atas apa yang Anda anggap baik. 3. Masing-masing pernyataan terdiri atas empat pilihan jawaban yaitu : SS : apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai pada diri Anda S : apabila pernyataan tersebut Sesuai pada diri Anda TS : apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai pada diri Anda STS : apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai pada diri Anda 4. Pilihlah salah satu jawaban dari empat pilihan jawaban dengan cara memberikan tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan Contoh : Pernyataan SS S TS STS S Saya mudah marah Bila Anda ingin merubah jawaban, berilah tanda sama dengan (=) pada jawaban pertama, kemudian beri tanda silang (X) pada jawaban kedua. Pernyataan

SS

S

TS

STS

S Saya mudah marah 5. Baca dan pahami setiap pernyataan sebelum Anda memberikan jawaban yang sesuai dengan keadaan diri Anda. 6. Setelah selesai mengerjakan periksa kembali jawaban Anda dan pastikan semua pernyataan telah terjawab.

SELAMAT MENGERJAKAN

101

DAN TERIMA KASIH ATAS KERJASAMANYA. No. Pernyataan SS 1. Pola makan saya tidak mengalami gangguan meskipun terbayang kabar anak yang telah jauh dari saya. 2 Tangan saya terasa dingin ketika saya harus tinggal dirumah tanpa di dampingi anak. 3. Saya merasa ketakutan setiap kali membayangkan masa depan anak yang jauh dari saya. 4. Saya jatuh pingsan ketika tiba – tiba memikirkan kabar anak yang jauh dari saya. 5. Detak jantung saya meningkat ketika anak tidak pernah memberi kabar kepada saya ataupun suami. 6. Saya dapat mengalami gangguan pencernaan ketika memikirkan anak – anak yang telah jauh dari saya. 7. Saya merasa gelisah ketika membayangkan siapa yang akan merawat saya kelak saat anak – anak sudah menikah semua. 8. Saya tetap dapat tidur nyenyak walaupun terpikirkan akan anak – anak saya. 9. Kepala saya pusing apabila terpikir tentang kehidupan saya kelak tanpa anak – anak dirumah. 10. Setiap kali terbayang tentang keadaan anak diluar kota membuat tubuh saya berkeringat. 11. Saya tetap dapat berkonsentrasi dengan baik saat mengerjakan sesuatu meskipun tahu bahwa anak – anak telah jauh dari saya. 12. Jantung saya tidak berdebar kencang ketika mengingat anak yang harus merantau diluar kota. 13. Saya tidak marah ketika harus menghadapi masa depan dan kesepian dirumah tanpa anak. 14. Perut saya terasa mulas ketika suami membahas tentang kesehatan anak. 15. Anak yang telah mandiri membuat hidup saya menjadi santai karena tidak memiliki beban untuk mengurus anak lagi. 16. Saya tidak merasa takut untuk menghadapi masalah tanpa adanya anak dirumah. 17. Bayangan tentang masa depan saya ketika harus

S

TS

STS

102

18.

19.

20.

21. 22

23. 24. 25. 26.

27.

28.

29. 30.

31.

32.

tinggal tanpa anak tidak mempengaruhi saya dalam mengambil keputusan untuk mengatur rumah. Saya tidak khawatir akan terlantar karena anak – anak yang telah jauh dari saya. Saya tidak merasa rendah diri ketika berkumpul dengan tetangga yang masih tinggal bersama anak – anaknya. Banyaknya keringat ditangan dan tubuh saya ketika mengingat anak membuat saya tidak nyaman saat melakukan aktivitas. Kepergian anak untuk tinggal bersama pasangan tidak membuat nafsu makan saya berkurang. Saya berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan dan tidak bisa diatasi ketika anak mulai meninggalkan rumah. Saya merasa tertekan saat teman – teman saya membicarakan tentang anak – anaknya dirumah. Saya sering merasa khawatir tentang kesejahteraan anak yang jauh dari saya. Saya tidak dapat memfokuskan pikiran saya dengan baik sejak anak meninggalkan rumah. Saya tidak merasa sakit kepala jika membayangkan tentang siapa yang akan merawat saya ketika anak – anak tidak lagi tinggal bersama saya. Timbul perasaan tidak berdaya di dalam hati saya ketika memikirkan nasib anak yang tinggal diluar kota. Makan saya menjadi tidak teratur karena biasanya selalu makan bersama anak – anak dan suami. Anak meninggalkan rumah untuk bersekolah diluar kota tidak membuat saya merasa takut. Jantung saya berdetak kencang jika terbayang anak – anak meninggalkan rumah dan saya hanya tinggal bersama suami. Saya merasa tidak berdaya ketika anak sudah tidak banyak membutuhkan saya lagi. Tidur saya tergangggu saat terbayang anak yang sudah tidak tinggal lagi bersama saya.

103

33. 34.

35. 36. 37.

38.

39. 40. 41. 42.

43.

44.

45.

46.

47.

48. 49.

50.

Kepergian anak untuk merantau tidak membuat hati saya gelisah. Saya merasa tersinggung ketika ada teman atau tetangga yang membicarakan anak – anaknya yang masih tinggal bersama mereka. Saya tidak merasakan nafas tersenggal ketika anak telah mandiri dan hidup jauh dari saya. Saya merasa ragu – ragu dalam mengambil keputusan tanpa adanya pendapat anak. Kepergian anak – anak dari rumah tidak membuat saya menjadi tertekan meskipun saya harus dirumah hanya bersama suami. Nafsu makan saya berkurang karena memikirkan siapa yang akan merawat saya ketika anak – anak telah pergi meninggalkan rumah. Saya merasa tidak nyaman saat anak – anak meninggalkan rumah untuk berkuliah diluar kota. Pikiran saya selalu dipenuhi keresahan yang berlebih sangat mengingat anak. Tangan saya tidak berkeringat ketika harus mendengar kondisi anak yang jauh dari saya. Saya menjadi mudah marah ketika mengingat sepinya rumah tanpa anak. Gangguan pencernaan tidak saya rasakan meskipun saya sering mengingat anak – anak. Dada saya terasa sesak dan sulit bernafas ketika saya berfikir akan merasa kesepian karena anak telah pergi meninggalkan rumah. Saya menjadi kurang percaya diri ketika tetangga membicarakan tentang keseharian saya di saat anak – anak sudah menikah semua. Anak harus memisahkan diri dari orang tua karena telah menikah membuat saya merasa senang. Saya tidak pernah lemas hingga jatuh pingsan dalam menghadapi penyesuaian hidup tanpa adanya anak. Kekhawatiran saya tentang hari tua tanpa anak tetap membuat saya beraktivitas dengan baik. Konsentrasi saya terganggu ketika terpikirkan anak – anak sudah pergi dari rumah. Nafas saya menjadi sesak ketika mendengar

104

suami membicarakan tentang anak. 51.

52. 53.

54.

55. 56. 57.

58.

59.

60. 61.

62. 63. 64.

65.

Saya tidak merasa pusing lagi karena ada dukungan dari suami ketika harus hidup dirumah tanpa anak. Saya membutuhkan hiburan ketika pikiran mulai terusik karena terlalu memikirkan anak. Detak jantung saya kembali normal ketika mendapat semangat dari orang disekeliling saya meskipun harus hidup tanpa anak – anak. Tubuh saya seketika menjadi panas dingin saat ditanya tetangga tentang kesepian tanpa hadirnya anak dirumah. Saya tidak pusing dengan kepergian anak – anak dari rumah. Muncul kekhawatiran ketika anak telah pergi karena tidak ada orang yang menghibur saya lagi. Saya berusaha menjaga pola makan secara terarur meskipun pikiran saya telah terkuras karena memikirkan anak. Saya tetap tegar menghadapi kenyataan ketika harus hidup tanpa anak dirumah. Pernafasan saya sangat lega karena sudah siap dengan kepergiaan anak. Nafsu makan saya akan berkurang jika tiba – tiba ada teman yang menanyakan kabar tentang anak. Saya merasa tidak tenang setiap terlintas dalam benak saya tentang anak. Saya menjadi diare karena terlalu memikirkan kabar anak – anak. Saya merasakan migrain ketika anak – anak tidak memberikan kabar. Jarak tempat tinggal anak yang jauh dari saya tidak mempengaruhi nafsu makan saya. Hidup berdua dengan suami tanpa adanya anak membuat tidur saya terasa tenang.

105

LAMPIRAN 2 TABULASI DATA SKOR INSTRUMEN

106

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3

3 2 3 3 3 3 4 2 2 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 2 4 3 3 2 3

4 2 2 3 1 2 3 2 2 2 3 4 2 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2

5 3 4 1 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 4 3 2 3 3 2

6 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 1 1 2 2 3 2 2 1 2

7 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 1 2 3 3 2 2 3 4 4 3 2 3

8 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 1 4 2 2 2 2 2

9 4 3 4 3 3 4 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3 2 3

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 3 2 2 1 1 2 2 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 4 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 1 3 4 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 3 2 3 3 4 2 3 3 2 1 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 2 3 1 3 2 3 3 2 1 4 2 3 1 2 2 4 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 1 1 1 2 3 3 2 2 1 1 1 4 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 4 1 1 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 1 2 1 4 1 2 4 2 3 1 1 1 3 1 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 4 3 3 3 2 2 3 1 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 4 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2

24 1 2 1 1 2 2 2 2 3 1 1 2 2 3 3 3 1 2 2 1 3 2 2 3 1

25 26 3 2 3 4 3 2 2 2 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 2 2 4 2 3 2 2 3 3 3 4 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2

27 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 1 2 3 4 2 4 3 3 2 3 3

28 29 30 31 32 33 2 3 2 4 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 4 2 2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 1 3 3 2 2 2 1 4 3 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 1 1 1 2 2 4 1 2 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 2 1 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2

107

26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

3 3 2 1 2 3 2 1 2 2 3 1 2 2 4 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2

3 3 2 1 4 3 3 2 2 2 3 3 2 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2

4 3 2 3 3 4 3 1 2 3 3 3 2 2 4 3 2 2 4 3 2 2 3 3 2

2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2

3 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 2 3 2 4 3

3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 4 2 2 4

4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 2 2 4 3 2

3 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 2 2 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2

4 4 3 2 3 4 3 1 3 4 4 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 2

3 3 2 2 3 3 2 2 1 2 3 3 2 2 3 4 3 2 2 2 3 3 2 2 2

4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 4 2 2

1 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3

3 2 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3

3 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 1 3 2 2 2 2 2 2 4

2 3 1 4 2 3 2 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 4 2 3 2 2 2 3 2

2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 4 1 2 2 2 3 2 3 2 3

3 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 3 2 3 2 3

4 3 2 4 2 2 2 2 1 3 3 3 4 3 3 2 4 2 3 2 2 2 3 2 3

2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2

4 3 2 3 4 4 2 2 1 2 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3

2 2 1 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2

2 3 2 3 3 2 2 1 3 2 4 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2

4 3 3 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2

1 1 1 1 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2

3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3

4 2 2 2 2 1 3 2 1 2 3 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 3 3 2 3

3 4 2 4 2 3 3 2 1 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 4 3 2 3 3 2

3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 1 1 2 2 3 2 3 2 3

3 2 2 3 1 2 2 1 2 3 3 3 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2

2 3 3 3 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 4 2 2 2 3 3 3 3 4 2 2

4 3 2 2 2 3 2 2 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2

3 2 2 3 3 3 2 2 1 3 1 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3

3 1 2 3 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 4 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3

108

51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75

2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2

3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2

3 4 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 4 2 2 1 4 3 2 2 3 3 4 3 2

3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 1 2 3 2

2 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 2 3 3 2 4 3 4 3 4 3

3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 3

3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4

2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2

3 4 2 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3

3 4 3 3 4 2 3 3 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2

1 4 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 4 2

3 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 4 2 4 2 3 2 3 3 2

3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2

3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 4 2 1 2 2 1 3 4 2

3 4 4 2 4 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 4 2 3

2 4 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3 3 2

2 4 2 2 2 3 2 3 1 2 1 2 1 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3 3 3

3 4 4 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 3 3 3 2

2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 4 1 2 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2

3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3

2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 4 4 2 3 2 3 2 2 3 2

3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 3 3 3 4 2

4 4 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2

2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1

3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 1 1 3 3 3 2 3 2 2 3

2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 3 2 3 2 4 3 2 2 3 3 2

3 4 2 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3

4 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 4 2

2 4 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 2

2 1 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 4 2 2 2 2 2 3 3 3

3 3 2 3 3 4 2 4 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3

2 4 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 3 3 2

2 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 1 2 4 4 2

109

76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2

2 3 2 3 1 2 3 2 3 3 3 2

2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2

2 2 1 3 1 3 2 2 2 4 2 2

1 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3

2 2 3 3 1 2 3 2 3 3 3 2

2 4 3 4 2 3 3 2 3 3 3 1

2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3

3 2 2 3 2 3 3 2 4 3 2 2

2 4 2 3 1 2 3 2 3 4 2 2

2 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2

2 2 1 3 3 3 2 2 2 3 1 2

2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2

2 1 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3

3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3

2 3 1 3 1 2 2 2 2 3 2 2

2 2 2 3 1 2 3 3 2 3 3 2

2 3 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2

3 2 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2

2 4 3 3 2 3 3 2 3 4 3 2

2 2 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2

1 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2

2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2

2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 1 3

3 1 3 2 3 3 1 3 3 2 3 3

2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3

2 3 3 4 2 2 2 2 2 4 3 2

2 3 3 3 1 2 2 2 2 3 2 3

3 2 3 4 1 2 3 2 3 2 3 2

2 2 1 3 1 2 3 2 3 4 2 2

3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2

3 2 4 3 2 2 3 2 2 3 2 2

2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2

34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 1 3 3 4 2 2 2 3 2 3 1 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 4 4 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 1 3 2 4 3 3 2 3 2 2 4 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 1 4 3 2 1 1 2 4 3 4 3 1 4 3 2 3 2 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 3 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 4 2 3 2 2 4 2 2 2 4 3 3 1 1 2 3 1 2 1 3 3 1 2 3 3 2 2 2 4 2 2 1 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 1 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 4 2 3 2 1 3 2 3 2 4 3 2 3 2 2 2 3 2 2 4 3 2 4 3 3 4 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 3 4 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 1 2

49 4 3 3 4 2 2 2 2 4 3 4 2 3 2 2 2 1 1 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4

50 51 52 2 1 3 2 2 3 2 2 3 2 2 4 2 2 4 1 3 4 2 2 3 3 2 4 2 2 3 4 2 3 3 4 4 3 4 2 2 2 4 1 2 1 2 2 2 2 2 3 1 3 3 4 3 3 1 2 4 3 2 4 2 3 4 2 2 3 2 2 4 2 2 3 2 2 4 3 2 4 2 3 3 2 2 3 3 2 4 2 2 3 3 2 3

53 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 3 2 4 4 2 3 3 2 1 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2

54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 2 2 4 2 2 2 3 4 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3110 4 3 1 3 2 1 2 1 3 1 3 2 3 2 3 4 1 2 3 2 3 2 4 3 4 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 1 2 4 2 3 3 4 1 4 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 2 2 1 3 2 1 3 2 1 1 3 1 3 2 2 2 2 4 2 2 3 3 2 3 2 4 4 2 3 1 2 3 1 1 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 3 2 3 1 1 1 2 3 3 1 1 2 3 1 2 2 2 1 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 2 1 3 2 1 4 3 2 1 1 2 3 3 1 2 2 2 2 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4 1 2 3 4 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 1 4 2 3 1 2 2 2 2 1 2 3 1 2 2 3 2 3 4 1 2 3 2 3 1 4 2 4 1 2 4 2 2 2 2 3 1 2 1 2 3 2 4 1 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 4 1 1 1 2 3 1 3 2 3 3 3 4 1 2 2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 1 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 4 2 2

155 165 153 160 161 169 135 154 145 156 162 163 165 121 122 158 159 141 153 170 152 160 160 151 156 174 159 141 162 148 177

111

2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 1 2 3 2 2 1 2 2 3 4 2 2 2 2

3 2 1 2 2 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 4 3 2 3

2 2 3 2 4 2 2 2 3 4 2 2 1 3 2 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3

3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 4 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3

2 2 1 2 3 3 2 2 4 2 1 2 2 2 3 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3

2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 2

2 1 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 3

2 2 3 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2 3 2 4 3 3 2 4 2 3 1 1

2 3 3 2 2 4 1 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 1 2 3 3 3

3 1 4 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 1 1 3 2 2

2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 3 3 3

2 2 2 3 3 3 1 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3

2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 4 3 3 2 3

2 1 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 1 2

2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2

2 2 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 2 2 4 3

2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2

2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 1 2 2

3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3

2 2 3 3 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 3 2

2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2

2 2 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3

2 2 1 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2

2 2 2 2 2 3 1 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3

2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3

3 2 2 2 3 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 4 3 2 3 4 2 3 3 2

2 1 1 4 3 2 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2

2 1 3 2 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3

3 2 2 3 3 3 2 2 4 2 1 1 3 4 2 3 3 2 2 1 4 2 3 2 3

3 2 3 2 4 3 2 3 4 3 2 4 1 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3

148 118 145 154 171 170 137 157 204 172 153 155 160 159 156 154 178 157 159 167 177 158 167 161 162

112

3 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 4 3 3 2 2 1 2 2 1 2

3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2

3 4 3 2 4 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 4 3 3 2 2

2 3 3 2 2 2 4 3 2 3 3 2 1 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 1 2

2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 2

3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 2

3 2 3 2 4 3 4 3 4 2 4 3 2 2 3 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3

2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 1 2

2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 1 3 3 2 2 3 3 2 2 2

3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2

2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 3

2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2

3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2

2 3 2 2 1 2 3 2 1 2 2 2 1 1 2 4 2 3 2 2 3 2 3 3 2

2 2 1 2 3 1 3 2 2 2 3 2 1 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2

3 3 3 2 3 2 4 2 3 3 4 2 1 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 2

2 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 3 2 2

2 3 2 2 2 2 4 2 3 2 3 2 2 1 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2

4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3

2 1 3 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 2

2 4 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2

3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 3 2 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 2 2

3 4 4 2 3 3 4 3 4 3 4 2 1 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3

3 3 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2

3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2

2 3 2 2 3 2 4 3 2 2 4 2 1 2 2 3 3 4 2 2 2 4 4 1 2

2 3 4 3 4 3 4 3 2 2 3 3 1 2 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3

2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2

3 3 3 2 4 3 2 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 2 4 3 4 2 2 2 2

2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 1 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3

3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 4 2 3 3 3

159 185 166 141 162 155 186 164 162 147 189 142 137 155 157 166 193 192 150 146 168 160 187 123 153

113

2 2 3 2 2 1

2 2 3 2 2 2

3 2 3 3 2 2

3 2 2 3 3 2

3 2 2 4 2 2

3 2 2 3 2 2

3 2 3 3 2 2

3 2 2 3 2 2

2 2 2 3 3 1

2 2 2 2 3 2

3 2 3 3 2 1

3 2 3 3 2 1

2 2 3 3 3 2

2 2 2 3 2 2

2 2 2 3 2 2

4 2 3 3 2 2

3 2 2 4 2 2

2 2 2 3 2 2

4 3 3 4 4 3

2 2 3 1 2 2

3 2 2 2 2 1

3 2 2 3 3 2

4 2 4 4 4 2

2 2 1 2 2 2

2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 3 2

2 2 2 3 2 2

4 3 3 4 2 2

3 2 2 2 3 2

3 2 4 3 3 2

3 2 3 3 3 2

2 2 4 3 3 3

173 135 163 186 154 134

114

LAMPIRAN 3 TABULASI DATA SKOR INSTRUMEN VALID

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

1 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 3 2

3 2 3 3 3 3 4 2 2 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 2 4 3 3

4 2 2 3 1 2 3 2 2 2 3 4 2 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2

5 3 4 1 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 4 3 2 3

6 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 1 1 2 2 3 2 2

7 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 1 2 3 3 2 2 3 4 4 3

8 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 1 4 2 2 2

9 4 3 4 3 3 4 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3

1 0 3 2 2 4 3 3 2 2 2 2 3 4 2 1 2 3 2 3 3 2 3 2 3

1 1 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 3 1 1 2 3 2 1 3 3 2 3

1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 3 1 2 2 2 2 3

1 3 1 3 4 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

1 4 1 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 3 2 2

1 6 2 4 2 1 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 1 3 2 2 1 3

1 7 1 3 2 3 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 2 2 3 3 1 2 3

1 8 3 3 2 4 2 3 2 2 2 2 4 3 2 1 2 3 3 4 2 2 2 2 3

1 9 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3

2 0 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 2 2 3 3

2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 1 3 3 1 3 4 2 3 3

2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 1 4 3 3 4 3

2 6 2 4 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2

2 7 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 1 2 3 4 2 4 3 3 2

2 8 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 1 1 4 2 2 2

2 9 3 2 2 3 2 4 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2 3 1 2 3 1 2 3

3 0 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 3 2 1 4 3 3 3 2

3 1 4 2 2 2 3 2 2 2 4 2 3 3 3 2 1 2 2 2 3 4 2 2 2

3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2

3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 3 4 3 3 2 2 2

3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 4 3 2 2 3 3

3 6 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 2 2 1 1 2 2 3 2 2 3 3 4

3 7 3 2 1 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 3 2

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48

2 2 3 3 2 1 2 3 2 1 2 2 3 1 2 2 4 2 3 2 2 2 2 3 3

2 3 3 3 2 1 4 3 3 2 2 2 3 3 2 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3

2 3 4 3 2 3 3 4 3 1 2 3 3 3 2 2 4 3 2 2 4 3 2 2 3

2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2

3 2 3 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 2 3 2

1 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 4 2

2 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 2 2 4

2 2 3 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 2 2 4 3 2 3 2 3 2 3 3

2 3 4 4 3 2 3 4 3 1 3 4 4 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3

3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 1 2 3 3 2 2 3 4 3 2 2 2 3 3 2

2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 4

3 2 1 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3

2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2

2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 1 3 2 2 2 2 2

2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 4 1 2 2 2 3 2 3

2 3 3 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 3 2 3

2 3 4 3 2 4 2 2 2 2 1 3 3 3 4 3 3 2 4 2 3 2 2 2 3

3 2 2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2

4 2 4 3 2 3 4 4 2 2 1 2 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3

3 2 2 3 2 3 3 2 2 1 3 2 4 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3

2 2 4 3 3 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3

2 2 4 2 2 2 2 1 3 2 1 2 3 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 3 3

3 3 3 4 2 4 2 3 3 2 1 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 4 3 2 3

2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 1 1 2 2 3 2 3

3 2 3 2 2 3 1 2 2 1 2 3 3 3 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 3

2 2 2 3 3 3 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 4 2 2 2 3 3 3 3 4

3 3 4 3 2 2 2 3 2 2 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3

2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 3 1 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3

2 2 3 1 2 3 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 4 3 2 3 3 3 2 3 4

2 1 4 2 3 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 1 2 3 2 2 1

3 2 2 3 3 2 2 4 2 2 3 2 4 2 2 2 3 4 2 2 1 3 2 2 3

3 3 4 2 4 2 1 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 4 2 2 2 3 3

49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73

2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3

2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3

3 2 3 4 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 4 2 2 1 4 3 2 2 3 3 4

2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 1 2

4 3 2 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 2 3 3 2 4 3 4 3

2 4 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2

3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4

2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2

3 2 3 4 2 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3

2 2 3 4 3 3 4 2 3 3 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3

2 2 1 4 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2

2 3 3 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 4 2 4 2 3 2 3

2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3

2 4 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 4 2 1 2 2 1 3

2 3 2 4 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3

2 3 2 4 2 2 2 3 2 3 1 2 1 2 1 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3

2 3 3 4 4 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 3 3

2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 4 1 2 3 2 2 3 2 2 1 3

2 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3

2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 3 3 3

2 2 4 4 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2

2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 3 2 3 2 4 3 2 2 3

3 2 3 4 2 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3

2 3 4 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3

3 2 2 4 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4

2 2 2 1 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 4 2 2 2 2 2 3

3 2 3 3 2 3 3 4 2 4 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 4

2 3 2 4 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 3

3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 1 2 4

2 2 3 4 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 4 3

2 3 3 4 2 2 3 3 3 4 3 2 4 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3

2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 4 3 2 3 3 2 1 2 2 3 3

74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2

3 2 2 3 2 3 1 2 3 2 3 3 3 2

3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2

3 2 2 2 1 3 1 3 2 2 2 4 2 2

4 3 1 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3

2 3 2 2 3 3 1 2 3 2 3 3 3 2

4 4 2 4 3 4 2 3 3 2 3 3 3 1

3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3

3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 4 3 2 2

3 2 2 4 2 3 1 2 3 2 3 4 2 2

4 2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2

3 2 2 2 1 3 3 3 2 2 2 3 1 2

3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2

4 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3

3 2 2 3 1 3 1 2 2 2 2 3 2 2

3 3 2 2 2 3 1 2 3 3 2 3 3 2

3 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2

2 2 3 2 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2

4 3 2 4 3 3 2 3 3 2 3 4 3 2

4 2 1 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2

2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2

3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3

4 3 2 3 3 4 2 2 2 2 2 4 3 2

4 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 3 2 3

3 2 3 2 3 4 1 2 3 2 3 2 3 2

3 3 2 2 1 3 1 2 3 2 3 4 2 2

4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2

3 2 3 2 4 3 2 2 3 2 2 3 2 2

4 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2

3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1

4 3 2 4 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2

3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 3 3 2

38 39 40 41 42 43 44 45 46 48 49 50 52 54 55 56 59 60 61 63 64 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 4 2 3 2 2 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 1 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 1 3 2 1 3 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 4 3 4 2 4 2 3 4 3 2 3 4 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 4 2 1 2 2 2 2 1 4 1 2 3 4 2 3 4 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 4 2 3 2 2 2 2 2 4 2 3 2 1 3 3 2 1 3 1 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 1 2 4 3 4 3 1 3 4 3 4 4 4 2 2 3 1 3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 1 2 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 2 3 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 4 2 3 2 2 4 2 2 1 1 3 3 3 4 3 3 3 3 2 1 2 3 1 2 1 3 3 1 3 1 4 3 1 1 2 2 1 4 2 1 4 2 2 1 3 2 2 2 3 2 3 1 4 2 3 3 2 2 2 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3

65 3 4 3 4 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4

135 140 132 138 136 141 112 129 121 130 137 133 140 90 94 133 134 113 131 149

2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 2 2 4 2 1 2 2 2

3 3 2 2 4 3 4 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3

2 2 4 3 3 4 2 2 2 3 4 2 1 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3

3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2

2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 4 1 2 3 3 2 3 3 4

2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 1 4 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2

2 3 1 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3

2 2 2 4 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 1 3 3 3 3 2 2 2

2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3

2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2

2 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4 2 2 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3

2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2

4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 2

2 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2

2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 3 2 3 2

3 2 3 2 4 4 4 4 4 3 4 2 2 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 2

2 3 3 1 3 2 3 1 2 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 3 3 3 3 2

2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2

3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 3 4 2 3 3 4 2 3 3 3

3 2 4 2 4 2 2 3 3 3 4 2 1 3 2 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4

3 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 4 2 1 1 3 4

1 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 2 3 4 3 2 4 1 3

129 133 137 126 134 153 138 122 138 126 153 124 98 124 127 146 147 117 131 178 148 129 130 137 132

3 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 1 2

3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2

3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 2 3 2 4 3 4 3 4 2 4 3 2 2

3 2 4 3 3 2 4 2 3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2

3 2 3 3 2 3 1 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2

2 3 2 2 3 3 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2

3 2 2 2 2 1 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3

2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 1 3

3 2 3 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3

2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 1 3 2 2 2 3 2 1 3

3 2 3 2 3 2 4 2 2 4 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 3 4 2 1 3

2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2

3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3

2 2 2 3 2 2 1 1 2 3 2 2 4 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2

2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 3 2 3 3

3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 3 4 2 1 4

2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 3 2 2 2

2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 4 3 2 2 4 2 1 2

3 2 4 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 4 3 4 3 4 3 2 2 3 3 1 2

2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 4 4 4 4 2 3 3

2 3 3 2 2 1 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 1 3

3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3

131 130 156 131 137 142 155 130 144 139 137 133 161 144 117 140 132 158 140 137 125 167 119 113 134

2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 4 2 2

3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2

3 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2

3 2 3 3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 3 2 2

2 1 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 1

2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2

2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 1

2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 1

2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2

2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2

3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 2 4 2 3 3 2 2

2 2 3 3 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 4 2 2

3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3

2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1

3 3 4 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2

3 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3 4 2 4 4 4 2

3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2

2 3 3 4 2 2 2 4 4 1 2 2 2 2 3 2 2

3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 2

3 4 4 2 4 3 4 2 2 2 2 3 2 4 3 3 2

2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2

3 3 4 3 2 3 4 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3

132 141 168 170 128 121 146 136 163 98 130 149 112 139 162 130 109

LAMPIRAN 4 TABULASI DATA HASIL PENELITIAN GEJALA FISIOLOGIS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

1 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 3 2

4 2 2 3 1 2 3 2 2 2 3 4 2 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2

5 3 4 1 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 4 3 2 3

6 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 1 1 2 2 3 2 2

8 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 1 4 2 2 2

9 4 3 4 3 3 4 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3

10 3 2 2 4 3 3 2 2 2 2 3 4 2 1 2 3 2 3 3 2 3 2 3

1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 3 1 2 2 2 2 3

1 4 1 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 3 2 2

2 0 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 2 2 3 3

26 2 4 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2

28 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 1 1 4 2 2 2

3 0 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 3 2 1 4 3 3 3 2

3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2

3 8 2 3 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 4 2 2 3 2

4 1 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2

43 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 1 2 3 2 2 2

4 4 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 4 3 2 1 2 2 2 3 2 3 2 3 1

5 0 2 2 2 2 2 1 2 3 2 4 3 3 2 1 2 2 1 4 1 3 2 2 2

54 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 4 3 3 1 1 2 3 1 2 3 2 2 2

5 5 2 3 1 3 2 2 2 2 1 2 4 3 3 2 1 2 3 1 3 3 2 3 2

59 2 3 2 3 3 4 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3

6 0 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 2 3 1 2 4 2 3 2

6 3 4 2 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 1 2 3 2 4 2 3 2 4

6 4 3 3 2 3 3 1 2 3 1 3 2 3 3 3 2 3 2 1 2 3 3 2 2

65 3 4 3 4 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 1 3 3

63 70 63 64 65 65 54 64 57 63 70 69 66 49 49 67 63 50 63 73 64 65 62

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48

2 2 3 3 2 1 2 3 2 1 2 2 3 1 2 2 4 2 3 2 2 2 2 3 3

2 3 3 3 2 1 4 3 3 2 2 2 3 3 2 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3

2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2

3 2 3 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 2 3 2

1 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 4 2

2 2 3 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 2 2 4 3 2 3 2 3 2 3 3

2 3 4 4 3 2 3 4 3 1 3 4 4 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3

3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 1 2 3 3 2 2 3 4 3 2 2 2 3 3 2

3 2 1 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3

2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 1 3 2 2 2 2 2

4 2 4 3 2 3 4 4 2 2 1 2 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3

2 2 4 2 2 2 2 1 3 2 1 2 3 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 3 3

2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 1 1 2 2 3 2 3

2 2 2 3 3 3 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 4 2 2 2 3 3 3 3 4

2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 3 1 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3

2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 2 2 4 2 1 2 2 2 3 3 4

2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2 3 2 4

3 2 2 2 2 3 2 2 3 1 4 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2

2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2

2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2

1 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2

2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 3 2 3 2 2 3 3

1 3 2 3 1 2 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3

2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2

2 4 2 2 3 3 3 4 2 1 3 2 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4 2 3 3

2 2 1 1 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 4 2 1 1 3 4 2 3 3

3 4 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 2 3 4 3 2 4 1 3 3 3 3

58 62 68 70 57 65 65 74 64 48 62 61 71 70 55 63 92 68 60 63 65 65 64 69 74

49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73

2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3

2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3

2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 1 2

4 3 2 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 2 3 3 2 4 3 4 3

2 4 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2

2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2

3 2 3 4 2 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3

2 2 3 4 3 3 4 2 3 3 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3

2 3 3 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 4 2 4 2 3 2 3

2 4 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 4 2 1 2 2 1 3

2 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3

2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 3 2 3 2 4 3 2 2 3

2 3 4 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3

2 2 2 1 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 4 2 2 2 2 2 3

2 3 2 4 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 3

2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 1 2 2 1 3

3 3 2 4 2 3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 3 2 3

2 3 3 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3

2 2 1 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 1 3

3 3 2 1 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3

3 2 2 1 1 2 3 2 2 4 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3

3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 3 2 3 3 3 3 4

2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 3 2 2 2 3 3 3

2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 4 3 2 2 4 2 1 2 2 3 3

3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4

2 2 1 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 1 3 2 2 3

3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 4

63 69 66 63 61 73 69 65 66 83 71 57 66 64 79 68 67 57 87 58 59 65 66 62 81

74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2

3 2 2 3 2 3 1 2 3 2 3 3 3 2

3 2 2 2 1 3 1 3 2 2 2 4 2 2

4 3 1 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3

2 3 2 2 3 3 1 2 3 2 3 3 3 2

3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3

3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 4 3 2 2

3 2 2 4 2 3 1 2 3 2 3 4 2 2

3 2 2 2 1 3 3 3 2 2 2 3 1 2

4 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3

4 3 2 4 3 3 2 3 3 2 3 4 3 2

3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3

4 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 3 2 3

3 3 2 2 1 3 1 2 3 2 3 4 2 2

3 2 3 2 4 3 2 2 3 2 2 3 2 2

3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 4 2 2

3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 3 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2

3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 1

3 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 4 2 2

3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1

3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2

3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2

4 2 2 2 4 4 1 2 2 2 2 3 2 2

2 4 3 4 2 2 2 2 3 2 4 3 3 2

3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2

3 2 3 4 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3

83 61 58 66 61 77 49 66 73 55 69 81 63 58

LAMPIRAN 5 TABULASI DATA HASIL PENELITIAN GEJALA PSIKOLOGIS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

3 2 3 3 3 3 4 2 2 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 2 4 3 3

7 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 1 2 3 3 2 2 3 4 4 3

1 1 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 3 1 1 2 3 2 1 3 3 2 3

1 3 1 3 4 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

1 6 2 4 2 1 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 1 3 2 2 1 3

1 7 1 3 2 3 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 2 2 3 3 1 2 3

1 8 3 3 2 4 2 3 2 2 2 2 4 3 2 1 2 3 3 4 2 2 2 2 3

1 9 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3

2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 1 3 3 1 3 4 2 3 3

2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 1 4 3 3 4 3

2 7 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 1 2 3 4 2 4 3 3 2

2 9 3 2 2 3 2 4 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2 3 1 2 3 1 2 3

3 1 4 2 2 2 3 2 2 2 4 2 3 3 3 2 1 2 2 2 3 4 2 2 2

33 3 3 3 4 3 4 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 3 4 3 3 2 2 2

3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 4 3 2 2 3 3

3 6 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 2 2 1 1 2 2 3 2 2 3 3 4

3 7 3 2 1 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 3 2

3 9 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2

4 0 2 3 4 3 3 2 2 3 4 3 1 3 3 1 2 3 4 3 2 3 2 2 4

42 2 2 2 2 3 4 2 3 3 3 4 1 3 1 1 2 3 2 3 3 2 3 3

45 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 1 1 2 4 3 2 3 2 2 2

46 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 1 2 2 1 3 2 2 3 2

4 8 2 1 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 1 2 3 2 3 2 2 2 3 2

49 4 3 3 4 2 2 2 2 4 3 4 2 3 2 2 2 1 1 3 3 2 2 3

52 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 2 4 1 2 3 3 3 4 4 4 3 4

56 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 4 2 3 3 3 2 3

6 1 4 3 3 3 3 3 3 4 1 3 1 3 3 1 2 2 3 4 2 4 3 2 3

72 70 69 74 71 76 58 65 64 67 67 64 74 41 45 66 71 63 68 76 65 68 75

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48

2 3 4 3 2 3 3 4 3 1 2 3 3 3 2 2 4 3 2 2 4 3 2 2 3

2 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 2 2 4

2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 4

2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2

2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 4 1 2 2 2 3 2 3

2 3 3 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 3 2 3

2 3 4 3 2 4 2 2 2 2 1 3 3 3 4 3 3 2 4 2 3 2 2 2 3

3 2 2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2

3 2 2 3 2 3 3 2 2 1 3 2 4 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3

2 2 4 3 3 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3

3 3 3 4 2 4 2 3 3 2 1 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 4 3 2 3

3 2 3 2 2 3 1 2 2 1 2 3 3 3 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 3

3 3 4 3 2 2 2 3 2 2 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3

2 2 3 1 2 3 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 4 3 2 3 3 3 2 3 4

2 1 4 2 3 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 1 2 3 2 2 1

3 2 2 3 3 2 2 4 2 2 3 2 4 2 2 2 3 4 2 2 1 3 2 2 3

3 3 4 2 4 2 1 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 4 2 2 2 3 3

2 4 3 4 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3

3 3 4 2 2 2 3 4 2 1 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3

2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 4 1 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3

4 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 1 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3

2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3

4 4 3 3 3 4 3 4 2 2 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3

3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 2 3 3 4

2 4 4 4 4 4 3 4 2 2 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3

3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 3 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 4

68 72 85 68 65 73 61 79 60 50 62 66 75 77 62 68 86 80 69 67 72 67 67 61 82

49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73

3 2 3 4 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 4 2 2 1 4 3 2 2 3 3 4

3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4

2 2 1 4 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2

2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3

2 3 2 4 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3

2 3 2 4 2 2 2 3 2 3 1 2 1 2 1 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3

2 3 3 4 4 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 3 3

2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 4 1 2 3 2 2 3 2 2 1 3

2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 3 3 3

2 2 4 4 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2

3 2 3 4 2 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3

3 2 2 4 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4

3 2 3 3 2 3 3 4 2 4 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 4

3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 1 2 4

2 2 3 4 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 4 3

2 3 3 4 2 2 3 3 3 4 3 2 4 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3

2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 4 3 2 3 3 2 1 2 2 3 3

3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3

3 3 4 4 4 3 2 3 3 2 3 2 4 3 4 3 4 2 4 3 2 2 3 3 4

3 2 3 1 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 1 3

2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2 3

2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2

2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 1 3 2 2 2 3 2 1 3 2 3 2

2 3 2 4 2 2 4 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 3 4 2 1 3 3 4 4

4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4

4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 3 4 2 1 4 3 4 4

3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 4 3 4 3 4 3 2 2 3 3 1 2 3 3 4

68 68 76 92 69 71 70 72 67 78 73 60 74 68 79 72 70 68 80 61 54 69 66 79 87

74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2

4 4 2 4 3 4 2 3 3 2 3 3 3 1

4 2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2

3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2

3 2 2 3 1 3 1 2 2 2 2 3 2 2

3 3 2 2 2 3 1 2 3 3 2 3 3 2

3 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2

2 2 3 2 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2

4 2 1 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2

2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2

4 3 2 3 3 4 2 2 2 2 2 4 3 2

3 2 3 2 3 4 1 2 3 2 3 2 3 2

4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2

4 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2

3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1

4 3 2 4 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2

3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 3 3 2

3 2 3 4 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2

3 3 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2

3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 1

2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 1

3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2

3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2

4 4 3 4 3 4 2 2 4 2 3 3 2 2

4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3

3 4 3 4 3 4 2 3 4 2 4 4 4 2

3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 2

87 67 63 80 75 86 49 64 76 57 70 81 67 51

LAMPIRAN 6 TABULASI DATA HASIL PENELITIAN GEJALA PSIKOLOGIS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

KME 135.0 140.0 132.0 138.0 136.0 141.0 112.0 129.0 121.0 130.0 137.0 133.0 140.0 90.0 94.0 133.0 134.0 113.0 131.0 149.0 129.0 133.0 137.0 126.0 134.0 153.0 138.0 122.0 138.0 126.0 153.0 124.0 98.0 124.0 127.0

36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73

146.0 147.0 117.0 131.0 178.0 148.0 129.0 130.0 137.0 132.0 131.0 130.0 156.0 131.0 137.0 142.0 155.0 130.0 144.0 139.0 137.0 133.0 161.0 144.0 117.0 140.0 132.0 158.0 140.0 137.0 125.0 167.0 119.0 113.0 134.0 132.0 141.0 168.0

74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

170.0 128.0 121.0 146.0 136.0 163.0 98.0 130.0 149.0 112.0 139.0 162.0 130.0 109.0

LAMPIRAN 7 UJI VALIDITAS

Correlations

TOTAL VAR00001

**

Pearson Correlation

,418

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00002

87 **

Pearson Correlation

,504

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00003

87 **

Pearson Correlation

,638

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00004

87 **

Pearson Correlation

,449

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00005

87 **

Pearson Correlation

,310

Sig. (2-tailed)

,003

N VAR00006

87 **

Pearson Correlation

,346

Sig. (2-tailed)

,001

N VAR00007

87 **

Pearson Correlation

,548

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00008

87 **

Pearson Correlation

,366

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00009

87 **

Pearson Correlation

,466

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00010

87 **

Pearson Correlation

,534

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00011

87 **

Pearson Correlation

,529

Sig. (2-tailed)

,000

N

87

VAR00012

**

Pearson Correlation

,300

Sig. (2-tailed)

,005

N VAR00013

87 **

Pearson Correlation

,412

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00014

87 *

Pearson Correlation

,263

Sig. (2-tailed)

,014

N VAR00015

87

Pearson Correlation

,098

Sig. (2-tailed)

,365

N VAR00016

87 **

Pearson Correlation

,525

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00017

87 *

Pearson Correlation

,251

Sig. (2-tailed)

,019

N VAR00018

87 **

Pearson Correlation

,393

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00019

87 *

Pearson Correlation

,251

Sig. (2-tailed)

,019

N VAR00020

87 **

Pearson Correlation

,523

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00021

87

Pearson Correlation

,156

Sig. (2-tailed)

,148

N VAR00022

87 **

Pearson Correlation

,503

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00023

Pearson Correlation

,305

Sig. (2-tailed)

,004

N VAR00024

87 **

Pearson Correlation

87 -,404

**

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00025

Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

87 -,309 ,004

N VAR00026

87 *

Pearson Correlation

,273

Sig. (2-tailed)

,011

N VAR00027

87 **

Pearson Correlation

,504

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00028

87 **

Pearson Correlation

,471

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00029

87 **

Pearson Correlation

,571

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00030

87 **

Pearson Correlation

,530

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00031

87 **

Pearson Correlation

,373

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00032

87 **

Pearson Correlation

,491

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00033

87 **

Pearson Correlation

,550

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00034

87 *

Pearson Correlation

,266

Sig. (2-tailed)

,013

N VAR00035

87

Pearson Correlation

,093

Sig. (2-tailed)

,393

N VAR00036

**

87 **

Pearson Correlation

,551

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00037

87 **

Pearson Correlation

,472

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00038

87 **

Pearson Correlation

,580

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00039

87 **

Pearson Correlation

,425

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00040

87 **

Pearson Correlation

,495

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00041

87 **

Pearson Correlation

,442

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00042

87 **

Pearson Correlation

,343

Sig. (2-tailed)

,001

N VAR00043

87 **

Pearson Correlation

,283

Sig. (2-tailed)

,008

N VAR00044

87 **

Pearson Correlation

,365

Sig. (2-tailed)

,001

N VAR00045

87 **

Pearson Correlation

,435

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00046

87 *

Pearson Correlation

,269

Sig. (2-tailed)

,012

N VAR00047

87

Pearson Correlation

,181

Sig. (2-tailed)

,093

N VAR00048

87 **

Pearson Correlation

,434

Sig. (2-tailed)

,000

N

87

VAR00049

**

Pearson Correlation

,492

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00050

87 *

Pearson Correlation

,258

Sig. (2-tailed)

,016

N VAR00051

87

Pearson Correlation

,131

Sig. (2-tailed)

,226

N VAR00052

87 **

Pearson Correlation

,523

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00053

Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

87 -,418 ,000

N VAR00054

87 **

Pearson Correlation

,408

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00055

87 **

Pearson Correlation

,563

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00056

87 **

Pearson Correlation

,513

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00057

87

Pearson Correlation

,077

Sig. (2-tailed)

,477

N VAR00058

87

Pearson Correlation

,160

Sig. (2-tailed)

,139

N VAR00059

87 **

Pearson Correlation

,423

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00060

87 **

Pearson Correlation

,597

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00061

Pearson Correlation

**

87 ,468

**

Sig. (2-tailed)

,000

N VAR00062

87

Pearson Correlation

,208

Sig. (2-tailed)

,053

N VAR00063

87 **

Pearson Correlation

,307

Sig. (2-tailed)

,004

N VAR00064

87 **

Pearson Correlation

,350

Sig. (2-tailed)

,001

N VAR00065

TOTAL

87 **

Pearson Correlation

,353

Sig. (2-tailed)

,001

N

87

Pearson Correlation

1

Sig. (2-tailed) N

87

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).

LAMPIRAN 8 UJI RELIABILITAS

Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,919

N of Items 54

LAMPIRAN 9 HASIL ANALISIS DESKRIPTIF

Statistics Tingkat Kecemasan Saat Mengalami Empty Nest N

Valid

87

Missing

0

Mean

134,6092

Median

134,0000

Mode

130,00

Std. Deviation

16,13919

Variance

260,473

Minimum

90,00

Maximum

178,00

a

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Tingkat Kecemasan Mengalami Emptynest Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

90,00

1

1,1

1,1

1,1

94,00

1

1,1

1,1

2,3

98,00

2

2,3

2,3

4,6

109,00

1

1,1

1,1

5,7

112,00

2

2,3

2,3

8,0

113,00

2

2,3

2,3

10,3

117,00

2

2,3

2,3

12,6

119,00

1

1,1

1,1

13,8

121,00

2

2,3

2,3

16,1

122,00

1

1,1

1,1

17,2

124,00

2

2,3

2,3

19,5

125,00

1

1,1

1,1

20,7

126,00

2

2,3

2,3

23,0

127,00

1

1,1

1,1

24,1

128,00

1

1,1

1,1

25,3

129,00

3

3,4

3,4

28,7

130,00

6

6,9

6,9

35,6

131,00

4

4,6

4,6

40,2

132,00

4

4,6

4,6

44,8

133,00

4

4,6

4,6

49,4

134,00

3

3,4

3,4

52,9

135,00

1

1,1

1,1

54,0

136,00

2

2,3

2,3

56,3

137,00

6

6,9

6,9

63,2

138,00

3

3,4

3,4

66,7

139,00

2

2,3

2,3

69,0

140,00

4

4,6

4,6

73,6

141,00

2

2,3

2,3

75,9

142,00

1

1,1

1,1

77,0

144,00

2

2,3

2,3

79,3

146,00

2

2,3

2,3

81,6

147,00

1

1,1

1,1

82,8

148,00

1

1,1

1,1

83,9

149,00

2

2,3

2,3

86,2

153,00

2

2,3

2,3

88,5

155,00

1

1,1

1,1

89,7

156,00

1

1,1

1,1

90,8

158,00

1

1,1

1,1

92,0

161,00

1

1,1

1,1

93,1

162,00

1

1,1

1,1

94,3

163,00

1

1,1

1,1

95,4

167,00

1

1,1

1,1

96,6

168,00

1

1,1

1,1

97,7

170,00

1

1,1

1,1

98,9

178,00

1

1,1

1,1

100,0

Total

87

100,0

100,0