TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Kacang Tanah

Pertumbuhan Kacang Tanah . ... Penandaan fase tumbuh kacang tanah penting untuk menetapkan jadwal pengairan, penyiangan, pemanenan dan lainnya. Perlak...

51 downloads 659 Views 453KB Size
TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Kacang Tanah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam

kehidupan

dan

perkembangan

suatu

species.

Pertumbuhan

dan

perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Gardner dkk., 1991). Faktor iklim mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Suhu, cahaya dan curah hujan mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi sehingga berimplikasi pada pertumbuhan kacang tanah yang berpengaruh pada komponen hasil (Andrianto dan Indarto, 2004). Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari metabolisme sel – sel hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah atau kering, isi, panjang atau tinggi. Penandaan fase tumbuh kacang tanah penting untuk menetapkan jadwal pengairan, penyiangan, pemanenan dan lainnya. Perlakuan tersebut bila tidak diberikan pada fase yang tepat akan memberikan respon yang berbeda dengan perlakuan yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman (Trustinah, 1993)

Universitas Sumatera Utara

Fase vegetatife Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru. Fase ini berhubungan dengan 3 proses penting : (1) pembelahan sel, (2) pemanjangan sel, dan (3) tahap awal dari diferensiasi sel (Suketi, 2010). Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan, yang berkisar antara 26 hingga 31 hari setelah tanam, dan selebihnya adalah fase reproduktif. Fase vegetatif tersebut dibagi menjadi 3 stadia, yaitu perkecambahan, pembukaan kotiledon, dan perkembangan daun bertangkai empat (tetrafoliate). Daun kacang tanah muncul dari buku pada batang utama atau cabang (Trustinah, 1993). Fase Reproduktif Fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncupkuncup bunga, buah dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan strutur penyimpanan makanan, akar-akar dan batang (Suketi, 2010). Penandaan fase reproduktif didasarkan atas adanya bunga, buah dan biji. Menurut Boote (1982), fase reproduktif kacang tanah menjadi delapan stadia, yaitu mulai berbunga (R1) pada 27-37 hari setelah tanam (HST), pembentukan ginofor (R2) pada 32-36 HST, pembentukan polong (R3) pada 40-45 HST, polong penuh/maksimum (R4) pada 44-52 HST, pembentukan biji (R5) pada 52-57 HST, biji penuh (R6) pada 60-68 HST, biji mulai masak (R7) pada 68-75 HST, dan masak panen (R8) pada 80-100 HST.

Universitas Sumatera Utara

Lahan Pasang Surut Lahan rawa pasang surut pada awalnya merupakan rawa pantai pasang surut di muara sungai besar, yang dipengaruhi secara langsung oleh aktivitas laut. Dibagian agak ke pedalaman, pengaruh sungai besar makin kuat sehingga wilayah ini memiliki lingkungan air asin (salin) dan air payau. Dengan adanya proses sedimentasi, kini wilayah tersebut berwujud sebagai daratan yang merupakan bagian dari delta sungai. Wilayah tersebut terletak relatif agak jauh dari garis pantai sehingga kurang terjangkau secara langsung oleh air laut pasang. Oleh karena itu wilayah tersebut saat ini dipengaruhi oleh aktivitas sungai disamping pasang surut harian dari laut (Subagjo, 2006). Di Indonesia luas lahan rawa mencapai 39,98 juta ha dan lahan pasang surut mencapai 20,1 juta ha, lahan yang potensial 9.5 juta ha sedangkan yang ditanami baru 729.9 ribu ha (Alihamsyah, 2004). Masih terbuka luas untuk ekstensifikasi pertanian di lahan pasang surut. Di daerah yang risiko salinitasnya sedang sampai tinggi padi dapat ditanam terlebih dahulu sebagai tanaman rehabilitasi diikuti tanaman lainnya yang lebih peka terhadap salinitas, seperti kedelai, kacang tanah, atau sayuran. Hasil kajian di Sumatera Selatan oleh Proyek Pengembangan Sistem Lahan Pasang Surut (P2PSLPS2) memperlihatkan bahwa hasil jagung varietas Arjuna mencapai 4,50 t/ha dan hasil kedelai varietas willis mencapai 2,20 t/ha. Hasil penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa cabai, kacang panjang, tomat,terung, kubis, petsai , bawang merah, semangka, pisang, nenas, nangka,

Universitas Sumatera Utara

rambutan secara teknis dapat diusahakan di lahan pasang surut apabila dikelola berdasarkan karakteristik lahannya ( Suriadikarta dan Mas Teddy, 2007). Lahan pasang surut yang merupakan lahan yang selalu dipengaruhi oleh gerakan arus pasang surutnya air laut sehingga pengaruh salinitas air laut pada lahan tersebut sangat kuat (Najiyati dkk., 2005). Menurut Widjaja Adhi dkk. (1992) lahan salin adalah lahan pasang surut yang mendapat pengaruh atau intrusi air laut (garam) dengan kandungan Na dalam larutan tanah sebesar >8% selama lebih dari 3 bulan dalam setahun. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Follet dkk. (1981) dalam Sipayung (2003) tanah salin memiliki pH <8,5 dengan daya hantar listrik > 4mmhos/cm dan Na-dd <15% dengan kondisi fisik normal. Kandungan garam larutan dalam tanah dapat menghambat perkecambahan, penyerapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman. Lahan pasang surut yang dipengaruhi salinitas atau konsentrasi garamgaram terlarut yang cukup tinggi akan menimbulkan stres dan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan tanaman. Salinitas menekan proses petumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomass tanaman (Sipayung, 2003). Pupuk Ca (Kalsium) Kalsium (Ca) merupakan unsur utama yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan meristem dan menjamin pertumbuhan dan berfungsinya ujung-ujung akar. Unsur kalsium (Ca) dalam tanah memberikan reaksi alkalis(basa) atau akan menaikkan pH tanah ( Mangoensoekarjo, 2007) . Menurut Sutarto, dkk. (1985),

Universitas Sumatera Utara

kalsium penting dalam mencegah kemasaman pada cairan sel, mengatur permeabilitas dinding sel atau daya tembus cairan, mempercepat pembelahan selsel meristem, membantu pengembalian nitrat dan mengatur enzim, berpengaruh baik terhadap pertumbuhan, bulu-bulu akar, polong dan ginofor pada tanaman kacang tanah. Tanah yang mengandung Ca akan menghasilkan kacang tanah berkualitas tinggi. Cukup tersedianya Ca didalam tanah akan memberikan pertumbuhan vegetatif yang baik, pertumbuhan polong yang optimal, putih dan berisi penuh. Kalsium dapat langsung diserap oleh polong yang sedang berkembang dan untuk pertumbuhan biji (Setyamidjaja, 1986). Kompos Jerami Padi Menurut Syarief (1986), kompos merupakan jenis pupuk yang terjadi karena proses penghancuran oleh alam atas bahan-bahan organik terutama daun, tumbuh-tumbuhan seperti jerami, kacang-kacangan, sampah dan lain-lain. Sedangkan menurut Prihandarini (2004) pengomposan atau dekomposisi merupakan peruraian dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologi dalam temperatur yang tinggi dengan hasil akhir bahan yang bagus untuk digunakan ke tanah tanpa merugikan lingkungan. Penggunaan kompos digunakan untuk menyumbang substansi humus dalam tanah, menambah unsur hara mikro dan makro, serta dapat digunakan dalam memperbaiki struktur tanah dan juga menjaga kelembaban tanah.

Universitas Sumatera Utara

Limbah jerami padi sangat mudah didapatkan di areal persawahan sehingga pemanfaatannya dapat mengurangi masalah limbah. Sisa tanaman seperti jerami apabila dikomposkan juga berfungsi sebagai pupuk. Proses fermentasi bahan organik biasanya menggunakan aktivator mikroba. Salah satu fungsi aktivator ini adalah mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan meningkatkan kualitas bahan. Prinsip pembuatan kompos adalah pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai bioaktivator. Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari bakteri inokulan (bacterial inoculant) berupa effective microorganism (EM4). Bioaktivator yang terdapat dalam EM4 adalah Lactobacillus sp, Saccharomyces sp, Actinomycetes serta cendawan pengurai selulosa. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan karbon dan nitrogen yang merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos (Pangaribuan dan Pujisiswanto, 2008). Menurut Kartinaty (2011), manfaat penggunaan kompos jerami antara lain : limbah jerami menjadi tidak terbuang, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, meningkat daya menahan air sehingga mempertahankan dan meningkatkan kelembaban tanah, menyediakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman meskipun dalam jumlah sedikit, serta meningkatkan efisiensi pemupukan (mengurangi penggunaan pupuk kimia), menekan biaya penggunaan pupuk serta meningkatkan produksi. Kandungan beberapa unsur hara untuk 1 ton kompos jerami padi adalah unsur makro Nitrogen (N) 2,11 %, Fosfor (P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta unsur mikro Magnesium (Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm.

Universitas Sumatera Utara

Rhizobium Rhizobium adalah jenis paling terkenal suatu kelompok bakteri simbiosis yang bertindak memfiksasi nitrogen dari udara. Rhizobium adalah bakteri gram negatif, bersifat aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,5-0,9 µm x 1,2-3 µm. Bakteri ini banyak terdapat didaerah perakaran tanaman legum. Rhizobium dengan legum dicirikan oleh pembentukan struktur bintil akar pada tanaman inang (Yuwono, 2008). Pemanfaatan rhizobia sebagai inokulan dapat meningkatkan ketersediaan N bagi tanaman, yang dapat mendukung

peningkatan

produktivitas

tanaman

kacang-kacangan

(Saraswati dan Sumarno, 2008). Menurut Sutanto (2006), koloni bakteri rhizobium bersimbiose dengan akar tanaman legum, membentuk bintil akar yang berperan dalam penyematan nitrogen.

Universitas Sumatera Utara