TRANSFER NITROGEN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) KEPADA TANAMAN JAGUNG (Zea Mays L.) YANG DI BUDIDAYAKAN SECARA TUMPANGSARI DI LAHAN KERING UNGARAN
MAKALAH SEMINAR
Pemakalah : Dharend Lingga Wibisana 20120210119 Program studi Agroteknologi
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP. 2. Ir. Titiek Widyastuti, M.S.
Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2015
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Di Indonesia, Jagung merupakan bahan pangan/pakan yang mencakup kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Tanaman jagung dalam pertumbuhan pada fase awal sampai masak fisiologis (30-45 hari setelah berkecambah) membutuhkan nitrogen sekitar 120-180 kg/ha sedangkan N yang terangkut ke tanaman jagung hingga panen sekitar 129-165 kg N/hektar dengan tingkat hasil 9,5 ton/hektar. Nitrogen yang diserap pada tanaman tersebut merupakan hara esensial yang berfungsi sebagai bahan penyusun asamasam amino, protein dan khlorofil yang penting dalam proses fotosintesis serta bahan penyusun komponen inti sel (Suwardi dan Roy Efendi, 2009). Berikut data produksi jagung dan kacang tanah dari tahun 2013 sampai dengan 2015: Tabel 1. data produksi jagung dan kacang tanah dalam 3 tahun. Produksi (Ton) Provinsi Jagung Kacang tanah 2015 2014 2013 2015 2014 2013 INDONESIA 20,666,702 19,008,426 18,511,853 657,595 638,896 701,680 Sumber : bps.go.id, diakses 1 Juli 2015. Kacang tanah memiliki peranan besar dalam mencukupi kebutuhan bahan pangan jenis kacang-kacangan di Indonesia. Kacang tanah merupakan bahan pangan yang sehat karena mengandung protein, niacin, magnesium, vitamin C, mangan, krom, kolesterol yang rendah nilainya, asam lemak tidak jenuh hingga 80%, dan juga mengandung asam linoleat sebanyak 40-45% (Kasno, 2005). Tanaman ini memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu primadona diantara tanaman pangan lainnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, tanaman ini banyak pula digunakan untuk pakan dan bahan baku industri. Menurut data BPS (2015), produksi kacang tanah pada tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan produksi dan akan di perkirakan dalam tahun 2015 akan mengalami peningkatan produksi menjadi 657,595 ton (Tabel 1).
2
3
Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan, yang berkisar antara 26 hingga 31 hari setelah tanam, dan selebihnya adalah fase reproduktif. Penandaan fase reproduktif didasarkan atas adanya bunga, buah dan biji (Trustinah, 1993). Dalam fase vegetatif tersebut bintil akar sudah mulai terbentuk dan sudah memasuki fase fiksasi N dari udara. Tanaman kacang tanah apabila selama pertumbuhan ternaungi mengganggu efektifitas fiksasi N dalam bakteroid bintil akar, hal ini disebabkan berkurangnya suplai fotosintat ke akar sebagai akibat rendahnya fotosintesis tanaman. Apabila tanaman ternaungi sejak awal fase reproduksi hingga menjelang panen dapat berdampak pada penurunan hasil biji sebesar 45%. Sehingga apabila tanaman kacang tanah ditumpangsarikan dengan tanaman jagung, pertumbuhan tanaman kacang tanah dapat tereduksi akibat berkurangnya radiasi yang diterima tanaman kacang tanah ( Zuhri, Amin., 2007). Bakteri bintil akar dan mikoriza vesikula-arbuskula merupakan organisme yang telah diketahui dapat mengadakan simbiosis dengan akar tanaman. Sismbiosis bintil akar dengan akar tanaman akan menambat N dari udara. Jumlah penambatan N melalui leguminosa di laporkan sebesar 80 – 140 kilogram/ hektar/ tahun (Rao, 1979). Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman sebab merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleik, dan dengan demikian merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan. Pada umumnya nitrogen diambil oleh tanaman dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-), tetapi nitrat yang terserap segera tereduksi menjadi ammonium melalui enzim yang mengandung molybdenum. Fiksasi Nitrogen adalah proses dimana unsur nitrogen dari atmosfer diubah menjadi amonium, bentuk ionik nitrogen yang tersedia bagi tumbuhan tingkat tinggi. Fiksasi N pada tanaman legum yang ditanam bersamaan dengan non legum dapat berguna sebagai sumber N bagi tanaman non legum. Hal ini sesuai dengan pendapat Reeves (1990) yang menyatakan bahwa transfer N sering dapat terlihat dan penting pada kondisi ketersediaan N tanah yang rendah. Fujita et al., (1992) menyatakan bahwa 24,9% dari N terfiksasi oleh Cowpea (Vigna unguiculata L.) ditransfer ke jagung dan 10,4% N yang terfiksasi oleh kedelai ditransfer ke jagung. Penanaman kacang tanah di antara dua baris jagung pada jarak 100 cm ternyata masih mampu memberikan hasil sebesar 2,93 ton ha-1 polong kering. Penanaman kacang tanah yang ditumpangsarikan dengan jagung dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk dan lahan, bila jarak dan waktu tanam diatur secara tepat (Buhaira, 2007). Sarman dan Ardiyaningsih (2000) melaporkan bahwa dengan model tanam jagung baris ganda dengan jarak tanam 140 cm antar baris ganda jagung x 40 cm dalam baris berpengaruh nyata terhadap hasil biji
4
jagung, luas daun tanaman kedelai dan bobot kering tanaman jagung. Sedangkan selama periode pertumbuhan sampai panen, tanaman jagung lebih mampu bersaing atau agresif dibandingkan dengan tanaman kedelai dengan model jarak tanam baris tunggal (100 cm x 40 cm). Tanaman jagung dan kacang tanah merupakan dua jenis tanaman yang sesuai untuk ditumpangsarikan, karena kedua tanaman ini mampu beradaptasi pada lingkungan secara luas dan relative mempunyai syarat tumbuh yang sama. Pertanaman tumpangsari sebagai salah satu usaha intensifikasi yang memanfaatkan ruang dan waktu, banyak dilakukan terutama pada pertanian lahan sempit, lahan kering atau lahan tadah hujan. Sistem tanam tumpangsari adalah salah satu sistem tanam di mana terdapat dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda ditanam secara bersamaan dalam waktu relatif sama atau berbeda dengan penanaman berselang-seling dan jarak tanam teratur pada sebidang tanah yang sama (Sarman, 2001). Pada umumnya petani melakukan penanaman serentak antara jagung dan kacang tanah yang menimbulkan persaingan dua tanaman tersebut, sehingga di perlukannya pengaturan waktu tanam dalam sistem tumpangsari dengan ruang tanam optimal agar kedua tanaman tersebut dapat tumbuh dengan optimal dan petani mendapatkan peningkatkan hasil dari tanaman tersebut. B. Perumusan Masalah Tanaman kacang tanah merupakan tanaman legum yang dapat terinfeksi bakteri Rhizobium dan mikoriza vesikula arbuskula pada bagian akar. Infeksi akar ini dapat meningkatkan nodulasi akar pada tanaman kacang tanah dan fiksasi N dari udara. Menurut Rao (1979), jumlah penambatan N melalui leguminosa di laporkan sebesar 80 – 140 kilogram/ hektar/ tahun. Fiksasi N oleh tanaman legum (kacang tanah) dalam kondisi tanah yang miskin ketersediaan unsur N dan P (lahan kering) dapat meningkatkan kandungan N dalam tanah yang berguna bagi tanaman lain (tanaman pangan). Selain itu pengaturan waktu tanam diperlukan untuk mengurangi persaingan cahaya dan dapat meningkatkan hasil tanaman. Dalam penanaman secara tumpangsari antara jagung dan kacang tanah pada tanah miskin unsur N dan P (lahan kering), penyediaan unsur N bagi tanaman jagung berasal dari proses fiksasi N dari udara oleh tanaman kacang tanah. Dari uraian tersebut permasalahan paling utama yang ingin di selesaikan adalah : 1. Adakah pengaruh transfer nitrogen tanaman kacang tanah kepada tanaman jagung ? 2. Berapakah jarak waktu tanam yang tepat antara tanaman kacang tanah dan tanaman jagung yang dibudidayakan secara tumpangsari ?
5
C. Tujuan Penelitian Menurut permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui adanya pengaruh transfer nitrogen tanaman kacang tanah kepada tanaman jagung. 2. Mendapatkan jarak waktu tanam yang tepat antara tanaman kacang tanah dan tanaman jagung yang dibudidayakan secara tumpangsari. D. Hipotesis Perlakuan TS 1 : Tumpangsari jagung dengan kacang tanah ditanam lebih awal menghasilkan pengaruh transfer nitrogen dari kacang tanah ke jagung dan waktu tanam yang terbaik, karena tanaman kacang tanah dapat menyuplai unsur nitrogen dari hasil fiksasi N kepada tanaman jagung pada saat pertumbuhan vegetatif maksimal.
II.
TATA CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di laboratorium milik fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tinggi tempat lokasi penelitian lebih kurang 250 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah Latosol. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan November 2015 sampai Maret 2016. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan adalah benih kacang tanah varietas Gajah, benih jagung varietas Hibrida, pupuk kandang, Urea, SP-36, KCl, pestisida dan air. Alatalat yang digunakan adalah meteran, parang, cangkul, tugal, garu, tali plastik, ember, gembor, oven, timbangan, timbangan analitik, kantong kain/plastik, ajir/patok, label, hand sprayer / sprayer semi otomatis, dan alat tulis. C. Metode Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan rancangan percobaan faktor tunggal yaitu pengaturan waktu tanam yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 3 blok sebagai ulangan. Perlakuan yang diujikan : J : Jagung monokultur T : Kacang tanah monokultur TS 1 : Tumpangsari Jagung dengan Kc. Tanah ditanam 2 minggu lebih awal TS 2 : Tumpangsari Jagung ditanam 2 minggu lebih awal dengam Kc. Tanah TS 3 : Tumpangsari Jagung dan Kc. Tanah ditanam bersamaan D. Cara Penelitian 1. Persiapan Lahan Persiapan lahan dilakukan 1 minggu sebelum penanaman dilakukan dengan cara mencangkul sampai kedalaman 30 cm. Selanjutnya lahan di bagi menjadi 3 blok dengan jarak antar blok 60 cm. Selanjutnya dibuat petak-petak perlakuan dangan ukuran petak 4,0 meter x 3,0 meter sebanyak 5 petak setiap blok, dengan jarak antar petak 30 centimeter.
6
7
2. Penanaman Penanaman Jagung dan kacang tanah dilakukan dengan menggunakan tugal 1 minggu setelah persiapan lahan selesai. Penanaman perlakuan TS 1 yaitu kacang tanah ditanam 2 minggu lebih awal dari jagung. Selanjutnya TS 2, jagung ditanam 2 minggu lebih awal dari kacang tanah dan yang TS 3, jagung dan kacang tanah ditanam bersamaan (Lampiran 2, 3 dan 4). Kedalaman penanaman benih 3-5 centimeter dan setiap lubang tanam diberi 2 butir benih. Ruang tanam jagung 75 cm x 40 cm sedangkan kacang tanah menggunakan ruang tanam 25 cm x 40 cm namun dimulai dari baris jagung yang pertama. 3. Penyulaman dan Penjarangan Penyulaman tanaman yang mati dan kerdil dilakukan 1 minggu setelah tanam, begitu juga dengan penjarangan tanaman dilakukan saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam 4. Pemupukan Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan. Pemupukan dasar dilakukan setelah pengolahan lahan dilakukan dan di bentuk petak perlakuan dan pemupukan susulan dilakukan setelah tanaman berumur 4 minggu dengan cara membuat lubang tanam didekat tanaman jagung. Dosis yang diberikan pemupukan susulan yaitu 2/3 bagian dari total kebutuhan pupuk. 5. Pengendalian OPT Pengendalian OPT yang dilakukan berupa pengendalian hama, gulma dan penyakit. Pengendalian terhadap hama dilakukan dengan cara teknis dan juga secara kimiawi bergantung pada serangan hama dan besar kerusakannya. Apabila serangan dan kerusakan tanaman telah melebihi ambang batas ekonomi maka dilakukan pengendalian secara kimiawi. Pengendalian terhadap gulma dilakukan dengan cara penyiangan (pengendalian secara teknis). Pengendalian terhadap penyakit dilakukan apabila tanaman terserang penyakit dengan cara pengendalian secara kimiawi yang menyesuaikan dengan jenis penyakit yang menyerangnya. 6. Panen Tongkol Jagung dipanen pada umur 85 – 95 hari, ketika ujung daun bagian bawah tampak kuning, rambut jagung berubah menjadi coklat kering dan tongkol sudah terisi penuh. Kacang tanah dapat dipanen pada umur 90 hari, yaitu setelah sebagian besar daun telah menguning dan rontok serta polong sudah terisi penuh dengan kenampakan kulit biji mengkilat.
8
E. Parameter yang Diamati Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan pada tanaman sampel dan tanaman korban. Pengamatan yang diamati yaitu : 1. Tanaman Sampel Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman sampel (setiap jenis tanaman) per petak perlakuan, dimulai sejak tanaman barumur 1 minggu di lapangan sampai panen. a. Jagung i. Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali mulai umur 1 minggu setelah tanam sampai tanaman berumur 90 hari dengan cara mengukur tinggi dari leher akar sampai ujung daun yang tertinggi dan dinyatakan dalam satuan cm. ii.
Jumlah daun Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap 2 minggu sekali mulai dari umur 1 minggu setelah tanam sampai tanaman berumur 90 hari dengan cara menghitung jumlah semua daun hijau dan kering yang sudah membuka pada setiap tanaman dan dinyatakan dalam satuan helai.
iii.
Jumlah tongkol per tanaman Pengamatan jumlah tongkol pertanaman dilakukan pada umur 90 hari dengan cara mengitung jumlah semua tongkol yang ada pada setiap tanaman dan dinyatakan dalam satuan buah.
iv.
Bobot tongkol berklobot Pengamatan berat tongkol berkelobot per tanaman dilakukan pada umur 90 hari (setelah panen) dengan cara menimbang berat tongkol yang sudah dipisahkan dari tanaman sampel dan masih terbungkus klobot serta dinyatakan dalam satuan garam.
v.
Bobot tongkol ekonomi Pengamatan berat tongkol ekonomi dilakukan setelah panen dengan cara menimbang tongkol yang hanya terbungkus 3 helai klobot dan dipotong pada bagian ujung serta bagian pangkalnya dan dinyatakan dalam satuan gram.
vi.
Hasil Tanaman Hasil jagung hibrida diperoleh dengan memanen semua tongkol yang ada dalam petak hasil dan dibersihkan kelobotnya dengan
9
menyisakan 3 klobot, yang selanjutnya dikonversi ke satuan ton per hektar dengan rumus (Fatkhiyah, 2004): Lh J Y = ------ x ------Lj 1000 Y Lh Lj J 1000
: Hasil Jagung Hibrida (ton per hektar) : luasan 1 hektar (m2) : luasan petak hasil (m2) : bobot jagung hibrida dari petak hasil (Kg) : Faktor konversi / peubah dari kilogram ke ton
b. Kacang Tanah i. Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali di mulai dari umur 1 minggu setelah tanam sampai umur 90 hari dengan cara mengukur tinggi dari leher akar sampai titik tumbuh maksimal menggunakan penggaris dan dinyatakan dalam satuan cm. ii.
Jumlah Daun Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap 2 minggu sekali di mulai dari umur 1 minggu setelah tanam sampai umur 90 hari dengan cara penghitungan jumlah semua daun hijau dan kering yang sudah membuka pada setiap tanaman dan dinyatakan dalam satuan helai.
iii.
Jumlah Polong Per Tanaman Pengamatan jumlah polong per tanaman dilakukan pada saat tanaman mancapai pertumbuhan generatif maksimum (panen) dengan cara menghitung jumlah semua polong yang ada setiap tanaman dan dinyatakan dalam satuan butir.
iv.
Bobot 100 Biji Pengamatan berat 100 biji dilakukan setelah dilakukan penga matan jumlah polong per tanaman dengan cara menghitung 100 biji kacang tanah kemudian di timbang menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan dalam satuan gram.
v.
Hasil Tanaman Hasil kacang tanah diperoleh dari memanen semua biji yang ada dalam petak hasil dan selanjutnya akan dikonversikan ke satuan ton per hektar pada kadar air 14 % dengan rumus (Fatkhiyah, 2004):
10
100 – ka B W = ---------- x ----- x 10 100 – 14 L W : berat biji kering kadar air 14 % (ton per hektar) Ka : Kadar air pada saat pengukuran (%) B : Berat biji per petak hasil pada saat pengukuran (kg) L : luas petak hasil (m2) 10 : faktor peubah dari kilogram per meter2 ke ton per hektar 2. Tanaman korban Pengamatan dilakukan terhadap 2 tanaman korban (setiap jenis tanaman) per petak perlakuan, dimulai pada tanaman berumur 3 mst, 7 mst dan 12 mst (bersamaan dengan pengamatan akhir tanaman sampel). a. Luas daun Pengamatan luas daun dilakukan pada umur 3 minggu, 7 minggu dan 12 minggu setalah tanam untuk mengetahui pengaruh waktu tanam yang di lakukan dengan cara mengukur luas daun menggunakan alat LAM (Leaf Area Meter) dan dinyatakan dalam satuan centimeter persegi (cm2). b. Bobot Segar Tanaman Pengamatan bobot segar tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu, 7 minggu dan 12 minggu setalah tanam dengan cara menimbang semua bagian tanaman sampel menggunakan timbangan analitik dan di nyatakan dalam satuan gram. c. Bobot Kering Tanaman Pengamatan bobot kering tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu, 7 minggu dan 12 minggu setalah tanam dengan cara menimbang semua bagian tanaman kacang tanah yang telah dijemur di bawah sinar matahari terlebih dahulu kemudian setelah kering, dioven hingga mencapai bobot konstan. Selanjutnya tanaman yang telah dioven tersebut ditimbang menggunakan timbangan analitik dan di nyatakan dalam satuan gram. 3. Analisis Pertumbuhan a. ILD (Indeks Luas Daun) Pengamatan Indeks Luas Daun (ILD) dilakukan dengan cara memanen tanaman korban pada saat tanaman berumur 3 mst (awal Vegetatif), 7 mst (Vegetatif Maksimum), 12 mst (fase blister/pengisian biji). Pengukuran diambil dari tiga tanaman sampel lalu dihitung luas daunnya menggunakan leaf areameter, kemudian di hitung dengan rumus ILD.
11
b. LPT (Laju Petumbuhan Tanaman) Pengamatan Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT) dilakukan dengan cara memanen tanaman korban pada saat tanaman berumur 3 mst (awal Vegetatif), 7 mst (Vegetatif Maksimum), 12 mst (fase Blister/Pengisisan biji). Kemudian tanaman korban dioven pada suhu 105 C selama 48 jam sampai bobotnya konstan, kemudian di hitung dengan rumus LPT. c. LAB (Laju Asimilasi Bersih) Pengamatan Laju Asimilasi Bersih (LAB) dilakukan dengan cara memanen tanaman korban pada saat tanaman berumur 3 mst (awal Vegetatif), 7 mst (Vegetatif Maksimum), 12 mst (fase Blister/Pengisisan biji). Kemudian tanaman korban dioven pada suhu 105C selama 48 jam sampai bobotnya konstan, dihitung dengan rumus LAB. d. NKL (Nilai Kesetaraan Lahan) Menurut Beets (1982), data hasil pengamatan juga dihitung Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) yang merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengetahui keuntungan sistem bertanam secara tumpangsari dengan menggunakan persamaan berikut: Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) :
Yab Yba ---- + ---Yaa Ybb
di mana: Yab = hasil jagung pada sistem tumpangsari Yba = hasil kacang tanah pada sistem tumpangsari Yaa = hasil jagung dalam sistem monokultur Ybb = hasil kacang tanah pada sistem monokultur
F. Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan sidik ragam Analisis of Variance (ANOVA) dengan taraf nyata α=5%. Apabila terdapat pengaruh yang signifikan dari perlakuan yang dicobakan, maka dilakukan uji lanjutan menggunkan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α=5%. Hasil analisis ditampilkan dalam bentuk grafik atau histogram.
12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2015. Survei Pertanian : Produksi Kacang Tanah dan Jagung di Indonesia Tahun 2013 – 2015. bps.go.id. diakses pada 1 juli 2015. Beets, W.C. 1982. Multiple Cropping and tropical Farming System. The Asian Development Bank. Manila. 136p. Buhaira. 2007. Respons Kacang Tanah dan Jagung Terhadap Beberapa Pengaturan Jarak Tanam Jagung pada Sistem Tanam Tumpangsari. Fakultas pertanian universitas jambi. Jurnal agronomi, 11(1)-. Fatkhiyah, S. 2004. Pengaruh Saat Tanam Kacang Hijau Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis Pada Pola Tumpangsari. Skripsi Mahasiswa Fakultas Pertanian UMY (Tidak Dipublikasikan). Fujita K, Ofusu-budu, and Ogata. 1992. Biological Nitrogen Fixation in Mixed Legume-Cereal Croping Systems. Plant and Soil. 141 : 155-175. Kluwer Academic. Netherland. Kasno, A. 2005. Profil dan Perkembangan Teknik Produksi Kacang Tanah di Indonesia. Makalah Seminar. Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan Bogor. Reeves M. 1990. The Role of VAM Fungi in Nitrogen Dynamics in Maize-Bean Intercrops. Plant and Soil 144 : 85-92. Rao S. 1979. Chemichallycand Biogically Fixed Nitrogen Potentials and Prospecty. New Delhy. India. Sarman, S. 2001. Kajian tentang kompetisi tanaman dalam sistem tumpangsari di lahan kering. Jurnal Agronomi 5: -. Sarman, S. dan Ardiyaningsih. 2000. Analisis pertumbuhan dan produktivitas tiga varietas kedelai pada pola penanaman sistem tumpangsari. Jurnal Agronomi 4: -. Suwardi dan Roy Efendi. 2009. Efisiensi Penggunaan Pupuk N Pada Jagung Komposit Menggunakan Bagan Warna Daun. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Trustinah. 1993. Biologi Kacang Tanah. Hal 9-30. Dalam: A. Kasno, A. Winarto dan Sunardi (Eds.). Kacang Tanah : Monograf Balittan Malang No 12. Malang. Zuhri, Amin. 2007. Optimalisasi hasil tanaman kacang tanah dan jagung dalam tumpangsari melalui pengaturan baris tanam dan perompesan daun jagung. Fakultas Pertanian Unijoyo. Jurnal embryo, 4(2)-.