TRANSFORMASI BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN NON FORMAL (Studi pada Masyarakat Pembuat Kapal Phinisi di Kabupaten Bulukumba) Rudi Amir (Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Makassar) E-mail:
[email protected]/
[email protected] ABSTRAK. Masyarakat pembuat kapal Phinisi merupakan masyarakat yang bangga akan nilai-nilai budaya mereka yang memiliki sejarah panjang dan menjadi ciri khas di wilayah tempat mereka bermukim serta merupakan sumber penghasilan ekonomi bagi keluarga. Pola pewarisan budaya dengan cara belajar bertukar belajar dan pemodelan, dilakukan dengan lebih menekankan pada keaktifan warga belajar dalam proses pembelajaran, yaitu memperhatikan karakteristik warga belajar, penentuan tutor oleh warga belajar berdasar kemampuan dan kedekatan, tujuan dan materi pembelajaran selalu berdasarkan kebutuhan belajar warga belajar, materi pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan praktek daripada teori, jadwal pembelajaran menyesuaikan dengan situasi dan kondisi warga belajar, pemanfaatan media pembelajaran disesuaikan dengan materi pembelajaran, penilaian hasil dilakukan pada saat proses belajar berlangsung dan hasil unjuk kerja warga belajar. Kata Kunci: Transformasi Budaya, Pemodelan, Tukar Belajar, Tukar Pengalaman
ABSTRACT.The fiber craftsmen society are the examples of the societies which feel very proud of their cultural values with long history and being unique signatures in their populations and also become the source of family incomes. The pattern of culture inheritance by learning exchange learning and direct modeling conducted by emphasizing onthe active involvement of the learners, which are: highlighting the learners’ characteristic, tutor selection by the learners based on tutor capabilities and psychological proximity, learning material and purposed selected based on the learners’ needs, learning materials put more emphasize on practical activities than theory, the learning schedules are adjusted with the learners’ situation and condition, the use of learning media is adjusted with the learning materials, the assessment of learning conducted while the learning process taken place and from the learners’ work performance. Keywords:Culture Transformation, Direct Modeling, Learning Exchange, Experience Exhcange
Ketika berada di pusat pembuatan Kapal
PENDAHULUAN Kabupaten sebagai
Bulukumba
kagum melihat kepiawaian para pembuat
pengrajinnya tetap mempertahankan tradisi
kapal Phinisi. Mereka mampu membuat
dalam
kapal Phinisi dengan sangat kuat dan megah
pembuatan
kapal
Phinisi,
Phinisi, para pengunjung akan berdecak
para
46
produsen
dikenal
kapal
tersebut.
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
hanya berdasarkan pada pengalaman dan
Berdasarkan pernyataan tersebut di
pengetahuan yang diperoleh dari nenek
atas dapat disimpulkan bahwa proses
moyang
transformasi budaya hanya bisa dilakukan
mereka,
tanpa menggunakan
gambar atau peralatan canggih.
melalui proses pendidikan yang di dalamnya
Ciri khas kapal Phinisi yaitu memiliki
terjadi proses belajar yang terjadi secara
dua tiang layar utama dan tujuh buah layar,
terus menerus. Dalam hal ini, Sadulloh
yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan
(2007:
dua di belakang. Kapal Phinisi adalah
“Pendidikan dalam arti luas berarti suatu
sebuah kapal layar yang menggunakan jenis
proses untuk mengembangkan semua aspek
layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh
kepribadian manusia, nilai dan sikapnya,
helai layaryang mempunyai makna bahwa
serta keterampilannya”. Ini berarti bahwa
nenek moyang bangsa Indonesia mampu
proses
mengarungi tujuh samudera besar di dunia.
kehidupan manusia merupakan suatu proses
Pada awalnya Kapal Phinisi pada umumnya
untuk
digunakan untuk pengangkutan barang
kehidupannya,
antarpulau. Namun saat ini, kapal Phinisi
masyarakatnya. Proses pendidikan akan
sudah dimanfatkan sebagai kapal pesiar
berlangsung secara terus menerus seiring
untuk kegiatan wisata bahari.
dengan
57)
mengemukakan
pendidikan
bahwa
berlangsung
menjaga
dalam
keberlangsungan
eksistensi
kehidupan
diri
manusia
dan
dalam
Wessler, dkk. dalam Kontjaraningrat
bermasyarakat. Tidak ada proses pendidikan
(2009) mengemukakan bahwa Kebudayaan
dalam diri manusia tanpa adanya proses
merupakan hasil karya manusia dan dapat
interaksi
diwariskan dari
kepada
masyarakatnya, baik itu interaksi dengan
generasi berikutnya melaui suatu proses
lingkungan sosialnya maupun inetarkasi
belajar”.
dengan lingkungan alam sekitarnya.
satu
generasi
Kebudayaan
merupakan
di
dalam
lingkungan
keseluruhan dari kelakuan manusia dan hasil
Proses pembelajaran yang dilakukan
kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan
pengrajin kapal Phinisi merupakan proses
yang harus didapatnya dengan belajar dan
belajar dalam jalur Pendidikan Nonformal.
yang semuanya tersusun dan kehidupan
Hal tersebut diperkuat oleh Joesoef (2004)
masyarakat, dan kebudayaan itu tidak
yang
diwarsikan
Pendidikan nonformal bersifat fleksibel,
secara
generatif
(biologis)
mengemukakan
bahwa
melainkan hanya mungkin diperoleh melalui
penyelenggaraan
belajar.
mengutamakan partisipasi dari semua pihak
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
program
program
lebih
47
yang terkait dengan kepentingan orang
Berdasarkan
latar
belakang
dan
banyak. Ruang lingkup dan sifat pendidikan
identifikasi permasalahan tersebut di atas,
yang dilakukan memberi ruang dan waktu
maka masalah utama penelitian ini adalah
yang lebih luas bagi pendidik dan peserta
“Bagaimana proses transformasi budaya
didik untuk melibatkan diri dalam kegiatan
yang
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
masyarakat
kegiatan
Kabupaten Bulukumba provinsi Sulawesi
pembelajaran.
Keterlibatan
berlangsung
dalam
pembuat
tetap
Phinisi
Selatan
apabila secara bersama-sama aktif dalam
kehidupan masyarakat di era modernisasi?”.
tahapan perencanaan pembelajaran sebab
Adapun sub masalahanya
pada tahapan perencanaan pembelajaran
Bagaimana bentuk pembelajaran dalam
sangat menentukan keberhasilan tahapan
proses transformasi budaya masyarakat
pelaksanaan kegiatan program pembelajaran
pembuat Kapal Phinisi?, (2). Apakah proses
yang akan dilakukan.
transformasi
budaya
lestari
di
pendidik dan peserta didik akan efektif
Proses transformasi kebudayaan dari
sehingga
kapal
kelompok
dalam
adalah (1).
Kapal
Phinisi
menyesuaikan konteks masyarakat saat ini?.
suatu generasi ke generasi oleh masyarakat pembuat kapal Phinisi terjadi melalui dua bentuk pertukaran pengalaman, yaitu (1) pertukaran pengalaman dari generasi tua
KAJIAN PUSTAKA Model Tukar Exchange)
Belajar
(Learning
kepada generasi muda (proses pemodelan)
Model tukar belajar merupakan suatu
yang berlangsung secara vertikal. Proses
proses saling belajar dan menata diri dalam
pertukaran secara vertikal bertujuan untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan yang
mentransfer budaya agar budaya dapat tetap
dihadapi warga belajar. Pembelajaran terjadi
lestari, (2) Proses pertukaran pengalaman
dalam model tukar belajar apabila terjadi
dalam satu generasi yang sama
(proses
suatu permasalahan yang dihadapi oleh
bertukar belajar) yang berlangsung secara
warga belajar dan mereka bersama-sama
horisontal.
mencari solusi alternatif dalam menghadapi
Proses
pertukaran
secara
horisontal bertujuan untuk menyesuaikan
permasalahan
dan mengembangkan budaya yang diperoleh
dilakukan
dari generasi tua berdasarkan konteks
menemukan solusi alternatif pemecahan
sosialnya.
masalah adalah melakukan kegiatan diskusi
oleh
tersebut.
Upaya
yang
warga
belajar
dalam
pemecahan masalah. Diskusi yang dibangun
48
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
berdasarkan
saling
dan
(2) Dalam kondisi terdapat persamaan dan
kesetaran untuk saling belajar. Warga
perbedaan, maka prinsip yang harus
belajar yang terlibat dalam diskusi, masing-
dibangun oleh Warga belajar dalam
masing dapat bertindak sebagai sumber
proses belajar tukar belajar dapat
belajar sekaligus sebagai sasaran belajar.
berjalan dengan baik adalah self-
Kedua posisi tersebut dilakoni dalam waktu
awareness
bersamaan. Karena dalam diskusi saling
motivation (motivasi diri), self-renewel
belajar tidak ada sasaran belajar dan sumber
dan high self-actualization (aktualisasi
belajar permanen melainkan semua dapat
diri
berubah posisi berdasarkan peran yang
dikarenakan warga belajar dituntut
dilakukan pada saat itu, yakni menerima dan
untuk memiliki kesadaran untuk dapat
memberi saran, masukan dan kritikan, serta
saling mengevaluasi, saling memberi,
mengajukan pertanyaan dalam diskusi,
saling
dengan bertujuan menemukan solusi atas
memotivasi. Dengan demikian dapat
permasalahan yang dihadapi bersama.
terbangun
Mulyana beberapa
pemahaman
(2008)
mengemukakan
asumsi-asumsi
yang
(kesadaran
yang
tinggi).
diri),
Hal
mengarahkan
konsep
self-
tersebut
dan
saling
diri,
inisiatif,
kapasitas dan keberanian untuk dapat
perlu
belajar bersama dan menata diri serta
diperhatikan untuk dapat dijadikan sebagai
mampu memikul tanggunjawab yang
dasar pijakan terhadap upaya penerapan
lebih besar dalam kehidupan mereka.
model belajar tukar belajar yang efektif,
(3) Agar proses belajar tukar belajar dapat
yaitu:
lebih terkatualisasi, maka warga belajar
(1) Warga belajar sebagai sasaran tukar
diharapkan
memiliki
evaluatif,
sama dan berbeda. Kesamaannya adalah
melakukan
warga belajar tukar belajar sama-sama
disovery
bisa bertindak sebagai penerima pesan
dengan kemampuan dan keterampilan
dan pemberi pesan, atau sama-sama
memecahkan masalah-masalah yang
sebagai sumber belajar dan sama-sama
ditemui serta berani mencoba dan
sebagai sasaran belajar. Perbedaaannya
memperbaiki kekurangan dan kesalahan
terletak
dan
yang dialaminya. Dengan demikian,
masing-
pengalaman-pengalaman tersebut dapat
pengalaman
yang
pengetahuan dibawa
masing.
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
eksploratif
kritis,
belajar, memiliki dua karakter yang
pada
dan
sikap
kegiatan terutama
dalam
inquiry yang
dan
berkaitan
dievaluasi, direvisi dan dikonstruksi
49
secara sustinable dalam menghadapi
tradisional. Bandura dalam Dahar (2011: 22)
tugas-tugas dalam kehidupan.
mengungkapkan bahwa dalam pandangan
(4) Antara warga belajar dan sumber belajar dapat
membangun
kolaborasi
sinergi
dalam
dan
kerangka
belajar sosial manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak
dipukul
oleh
meningkatkan kualitas pembelajaran,
lingkungan.
oleh
belajar
diterangkan sebagai interaksi yang continue
arahan.
dan timbal balik dari determinan pribadi dan
karena
memerlukan
itu
warga
tuntunan
dan
Namun,
stimulus-stimulus fungsi
Sehingga hubungan saling membantu,
determinan
komunikasi
(interaktif),
Bandura dalam Hergenhahn & Olson (2011:
experience sharing diantara keduanya
361) menyatakan bahwa model adalah apa
(warga belajar dan sumber belajar) akan
saja yang menyampaikan informasi, seperti
terjadi
orang, film, televisi, pameran, gambar, atau
dialogis
dalam
suasana
akrab
dan
harmonis (Srinivasan dalam Enceng,
lingkungan.
psikologi
Selanjutnya
instruksi.
2008).
Pemodelan
merupakan
peniruan
(5) Tukar belajar bukanlah suatu model
terhada perilaku orang lain dan pengalaman
yang kaku akan tetapi memerlukan
“vicarious” yaitu belajar dari keberhasilan
jaringan
and
dan kegagalan orang lain. Sebagian besar
relationship) antara warga belajar dan
belajar yang dialami manusia tidak terbentuk
sumber
bersama
dari konsekuensi-konsekuensi, melainkan
lingkungannya. Oleh karena itu pada
manusia itu belajar dari suatu model. Tidak
prosesnya belajar tukar belajar perlu
ada proses “trial learning” sebab para peserta
ditumbuhkan
didik
hubungan
belajar
(web
serta
suasana
saling
tidak
harus
proses
dapat
segera
membutuhkan, saling belajar, suasana
pembentukan,
aman,
menghasilkan respons yang benar.
hangat,
menghargai mempercayai
dan
suasana saling
saling
tetapi
melalui
percaya
Dalam studinya tentang pemodelan,
dalam
Bandura dan Menlove melakukan penelitian
(Kindervartter
Enceng, 2008)
simbolic modeling (modeling simbolis) dengan menggunakan tiga kelompok anak
Teori Belajar Sosial (Social Learning) Model belajar sosial merupakan perluasan
50
teori
belajar
perilaku
yang
yang fobia terhadap anjing. Mereka disuruh menonton film dalam tiga kondisi berbeda: single modeling (modeling tunggal) dimana
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
anak melihat seorang model berinteraksi dengan
seekor
keintiman
anjing
dengan
yang makin kuat;
tingkat
Peran Pendidikan Non Formal dalam Proses Transformasi Budaya
multiple
Ihromi
(2013)
mengemukakan
modeling (modeling banyak), dimana anak
bahwa kebudayaan ada akibat dari hasil
berbagai macam model berinteraksi dengan
proses belajar. Kebudayaan merupakan cara
sejumlah anjing tanpa rasa takut; dan ketiga
berlaku yang dipelajari, kebudayaan tidak
adalah control condition (kondisi kontrol),
tergantung dari transmisi biologi atau
di mana anak melihat film yang tidak
pewarisan melalui unsur genetis. Rasa lapar
menampilkan anjing sama sekali. Setelah
yang dimiliki manusia mendorong insting
anak tersebut menonton filim, kemudian
makan, tetapi bagaimana kebutuhan makan
diadakan pengukuran terhadap kemauan
itu dapat terpenuhi, apa yang akan dimakan,
anak untuk mendekati anjing. Ditemukan
dan
bahwa modeling tunggal maupun banyak
merupakan kebiasaan yang dipelajari dan itu
dapat mereduksi rasa takut anak pada anjing
merupakan bagian dari kebudayaan.
bagaimana
secara signifikan, sedangkan rasa takut pada anak
dalam
berkurang.
kelompok
Tetapi
hanya
kontrol
tidak
anak
dalam
cara
makan
adalah
Kebudayaan sebagai hasil belajar, dikemukakan pula oleh Rajgopalacharya dalam
Liliweri,
(2014:
6)
bahwa
kelompok modeling banyak yang mampu
“Kebudayaan sebagai ekpresi kolektif dari
mereduksi rasa takutnya sampai pada titik
apa yang dipikirkan, percakapan atau
berni bermain sendiri bersama anjing.
perbuatan
belajar
dari
para
anggota
Dari
studi
tersebut
dapat
masyarakat atau bangsa yang dianggap
disimpulkan
bahwa
walaupun
direct
berbakat atau kreatif”. Dari pengertian
modeling (melihat model secara langsung)
inipula
maupun
(modeling
perkembangan suatu kebudayaan akibat dari
simbolis) cukup efektif dalam mengurangi
hasil kreatifitas manusia yang didukung oleh
rasa takut anak pada anjing, namun
bakat yang dimiliki untuk mencapai tingkat
tampaknya modeling langsung masih lebih
kehidupan yang lebih baik.
simbolic
modeling
efektif dari pada simbolis modeling. Namun
dapat
ditarik
makna
bahwa
Memperkuat kedua pendapat di atas,
simblosi modeling yang terkesan masih
McCurdy
dalam
kurang, dapat diatasi dengan menggunakan
mengemukakan bahwa kebudayaan sama
berbagai macam model.
dengan
belajar.
lingkungan
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
alam
Liliweri,
Manusia dan
A.
(2014)
menghadapi
sosial
melalui
51
pengetahuan tradisional mereka. Dengan
sehingga
kata lain, kebudayaan merupakan sesuatu
didasarkan atas kewibawaan. Hubungan
yang diwariskan dalam bentuk pengetahuan
yang terjadi antara pendidik dan peserta
“tradisional”,
didik
kemudian
dikembangkan
dalam spasial, temporal, atau “konteks”, atau “lingkungan” tertentu. Dan Panjaitan,
terjadi
hubungan
merupakan
hubungan
yang
antara
subjek dengan subjek. b) Adanya metode pendidikan yang sesuai,
A.P (2014: 4) dengan tegas mengatakan
yaitu
bahwa
suatu
pendidik, materi, kondisi peserta didik,
kebiasaan yang harus dipelajari, learning
tujuan yang akan dicapai dan kondisi
behavior.
lingkungan dimana
kebudayaan
merupakan
Hanya manusia yang menciptakan dan membangun kebudayaannya, berbeda dengan
hewan
yang
dengan
kemampuan
pendidikan itu
berlangsung. c)
Adanya
sarana
dan
perlengkapan
karena
pendidikan
yang
sesuai
dorongan insting saja. Kelakuan yang
kebutuhan.
Sarana
tersebut
harus
instingtif tidak dipelajari sehingga tidak bisa
didasarkan
atas
pengabdian
pada
disebut
peserta didik, harus sesuai dengan setiap
sebagai
perilaku
sesuai
hasil
kebudayaan.
Kebudayaan tidak bersifat statis melainkan dinamis, berkembang sesuai dengan konteks
dengan
nilai yang ditransformasikan. d) Adanya
suasana
yang
memadai
sosial di mana kebudayaan itu berlangsung
sehingga proses transformasi nilai-nilai
(Roseberry dalam Liliweri, 2014)
tersebut berjalan dengan wajar, serta
Pewarisan pendidikan,
budaya
(2007:
dalam suasana yang menyenangkan. Penyelengaraan pendidikan luar sekolah
mengemukakan bahwa proses transformasi
merupakan bagian dari upaya mewariskan
nilai-nilai budaya, nilai keterampilan, dan
nilai-nilai kebudayaan lokal atau sering
nilai religi dapat berjalan lancar, apabila
disebut sebagai proses transformasi budaya,
memenuhi beberapa syarat-syarat dalam
harus memperhatikan bahwa masyarakat
melaksanakan proses pendidikan, antara
memiliki
lain:
berdasarkan konteks sosial yang dihadapi
52
U.
konteks 58)
a)
Sadulloh,
dalam
cara-cara
belajar
sendiri
Adanya hubungan edukatif yang baik
dalam upaya mewariskan budaya mereka
antara pendidik dan terdidik. Hubungan
dan tujuan dari pendidikan tersebut adalah
edukatif ini dapat diartikan sebagai
agar masyarakat dapat hidup lebih sejahtera.
hubungan yang diliputi kasih sayang,
Tujuan pendidikan yang diharapkan tersebut
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sadulloh (2007) bahwa tujuan pendidikan
METODE PENELITIAN Eksplorasi
secara
harus mengandung (1) nilai keadilan, yaitu
fenomena
tujuan pendidikan tersebut harus memberi
masyarakat pembuat kapal Phinisi, akan
kesempatan
mengungkap
kepada
masyarakat
untuk
sosial
yang
mendalam terjadi
dalam
pengalaman-pengalaman
berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya,
pembelajaran yang dialami oleh individu
(2) nilai survive, yaitu pendidikan menjamin
maupun
pewarisan budaya.
masyarakat.
Proses pewarisan budaya dikatakan
kelompok
di
dalam
suatu
Pengalaman-pengalaman
pembelajaran
yang
diungkap
melalui
berlangsung melalui proses pendidikan
eksplorasi secara mendalam, luas dan
nonformal,
yang
komprehensif ini merupakan pengalaman
dikemukakan oleh Joesoef (2008: 50) bahwa
yang terjadi melalui suatu proses pertukaran
“Pendidikan luar sekolah adalah setiap
pengalaman.
sesuai
dengan
kesempatan dimana terdapat komunikasi
Untuk dapat mengungkap proses
yang teratur dan terarah diluar sekolah, dan
belajar
seseorang
dilakukan,
memperoleh
informasi
dan
pertukaran maka
pengalaman
yang
dianggap
perlu
pengetahuan, latihan maupun bimbingan
menggunakan
pendekatan
penelitian
yang sesuai dengan usia dan kebutuhan
kualitatif,
dimana
melalui
kehidupan, dengan tujuan mengembangkan
kualitatif,
peneliti
dapat
tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai”.
fenomena sosial berdasarkan latar dan
penelitian mengungkap
Pendidikan yang berlangsung melalui
konteks sosial yang ingin dipotret tersebut.
jalur pendidikan nonformal tidak dibagi atas
dalam penelitian ini, kajian dilakukan secara
jenjang pendidikan, lebih berorientasi pada
mendalam terhadap fenomena transformasi
kebutuhan belajar (yang berkaitan erat
budaya melalui suatu proses bertukar belajar
dengan
dan
dengan melihat setiap bagian kecil sebagai
kebutuhan hidup), sumber dan potensi yang
sesuatu yang menarik untuk diungkap ke
tersedia,
hambatan
permukaan secara jelas dan mendalam.
dalam kegiatan pembelajaran. Program-
Penggunaan metode penelitian kualitatif,
program pembelajaran menekankan pada
dapat membuat peneliti memotret fenomena
kepentingan
secara luas dan mendalami sesuai dengan
kebutuhan
serta
pendidikan
kemungkinan
masyarakat
dan
daerah
setempat.
apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial. “Gejala yang diteliti bersifat
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
53
holistik berdasarkan keseluruhan situasi
buatan masyarakat Desa Ara sangat tangguh
sosial yang diteliti meliputi aspek tempat
di lautan. Sampai saat ini, masyarakat yang
(space), pelaku (actor), dan aktivitas
memiliki keahlian membuat kapal Phinisi
(activity) yang berinteraksi secara sinergis”
adalah masyarakat desa Ara dan diikuti oleh
(Sugiyono 2013, hlm. 206).
desa di sekitarnya seperti Desa Lemo-lemo
Melalui
pendidikan
ini
dan Desa Tana Beru. Saat ini Lokasi
strategi
penelitian
pembuatan kapal Phinisi berada di sekitar
dan
wawancara
pantai Tana Beru dan Lemo-Lemo dan
mendalam, yang bertujuan untuk memahami
pembuat kapal Phinisi masih didominasi
aktivitas yang diselidiki dan memungkinkan
oleh masyarakat Desa Ara.
mengacu
kepada
observasi
partisipan
kualitatif
peneliti memperoleh data dan informasi dari
Peminat kapal Phinisi berasal dari
tangan pertama mengenai proses belajar
dalam negeri maupun dari luar negeri,
bertukar belajar yang berlangsung dalam
peminat kapal Phinisi dari dalam negeri atau
masyarakat penganyam serat lontar dan
masyarakat
pembuat kapal Phinisi.
Phinisi
Studi
mendalam
sebagai
menggunakan kapal
kargo
kapal untuk
tingkat
mengangkut barang dagangan dari satu
masyarakat digunakan sebagai strategi untuk
pulau ke pulau lainnya di seluruh Indonesia,
menggambarkan secara mendalam proses
dan peminat kapal Phinisi yang berasal dari
belajar
budaya.
luar negeri, menggunakan kapal Phinisi
Penelitian eksploratif ini bertujuan untuk
sebagai kapal pesiar bagi wisatawan dalam
mempelajari secara mendalam keadaan
negeri maupun wisatawan dari mancanegara
kehidupan
yang ingin menikmati keindahan bahari
dalam
belakangnya
pada
lokal,
transformasi
sekarang dalam
dengan interaksi
latar dengan
lingkungannya dari suatu unit sosial seperti
bangsa Indonesia. Pemasaran
kapal
Phinisi
sudah
individu, kelembagaan, komunitas atau
menembus pasar internasional, penggunaan
masyarakat.
kapal Phinisi sebagai kapal pesiar sudah menembus pasar Eropa, Amerika dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Afrika.
Pada
mempromosikan
tahun
1986
kapal
Phinisi
Para
pembuat
kapal
Phinisi
kapal
Phinisi
dengan
nusantara mampu mengarungi lautan 10.000
menggunakan tenaga marketing dan melalui
km selama 62 hari dari Jakarta sampai
jaringan
Kanada, ini membuktikan bahwa kapal kayu
promosi juga sering dilakukan oleh orang
54
internet
(website).
Kegiatan
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
lain, dengan perjanjian tidak tertulis, apabila
sampai 10 orang yang terdiri dari 3 orang
menemukan
memperoleh
yang bertugas sebagai Tukang Kayu, 6 orang
imbalan berupa fee dari pengusaha kapal
bertugas sebagai buruh, dan 1 orang bertugas
tersebut, yang jumlahnya sesuai kesepakatan
sebagai pengawas atau mandor. Masing-
mereka.
masing jenis pekerjaan memiliki gaji yang
konsumen,
Pada umumnya, pembuatan satu unit kapal Phinisi membutuhkan tenaga kerja
berbeda, sebagaimana digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 1. Estimasi Gaji Pembuat Kapal Phinisi Jumlah gaji Total Jenis Pekerjaan Frekuensi Gaji/bulan Harian Bulanan Pengawas atau 1 Orang Rp. 200.000 Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000 mandor Tukang kayu 3 Orang Rp. 150.000 Rp. 4.500.000 Rp.13.500.000 Pembantu/Buruh 6 Orang Rp. 100.000 Rp. 3.000.000 Rp. 9.000.000 Jumlah total gaji Rp.28.500.000 /bulan Sumber: Hasil wawancara dengan pengusaha kapal Phinisi tahun 2015
No 1 2 3
Pengeluaran
gaji
pekerja
dalam
sampai pada proses pemasaran, yaitu:(1)
sebulan totalnya sebesar Rp. 28.500.000
tahap
penyiapan
dan lama pekerjaan dalam satu kapal 18
pengolahan
bulan, total gaji yang harus dikeluarkan
perakitan.
bahan
baku,
baku,
(3)
bahan
(2)
proses
dalam menyelesaikan satu buah kapal Phinisi sebesar Rp. 28.500.000 x 18 bulan = Rp.
513.000.000.
Jenis
Proses Penyiapan Bahan Baku
pekerjaan
Pada saat penyiapan bahan baku,
pengawas mendapat fee apabila kapal sudah
punggawa (pengusaha kapal) yang bertugas
terjual, jumlah fee yang diperoleh pengawas
menentukan bahan baku yang akan dipakai.
atau mandor sebesar 2.5% dari total laba.
Penyiapan bahan baku dilakukan dengan
Pembuatan kapal Phinisi merupakan
mencari kayu di hutan. Sebelum berangkat
suatu proses transformasi budaya dari
ke hutan untuk menebang kayu, ukuran tiap
generasi ke generasi. Dalam transformasi
komponen
perahu
budaya
punggawa.
Dahulu,
tersebut,
pembelajaran
yang
terdapat berlangsung
proses
sudah ukuran
ditetapkan perahu
pada
menggunakan ukuran taradisional yaitu
beberapa tahapan pembuatan kapal Phinisi,
hanya dengan tapak kaki, jengkal atau hasta
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
55
tetapi
sekarang
sudah
bahan baku oleh Punggawa diamati oleh
menggunakan ukuran standar atau meter.
warga belajar, setelah itu warga belajar
Komponen pertama yang ditebang adalah
(sawi) menirukan apa yang dilakukan
kale biseang (Lunas). Penebangan pertama
punggawa setelah mendapat instruksi dari
dilakukan dengan upacara ritual dan
punggawa.
dilakukan sendiri oleh Punggawa. Sesudah
pembelajaran yang diterapkan berdasarkan
beberapa
menetakkan
teori social learning oleh Albert Bandura
kapaknya barulah dibantu oleh beberapa
(Dahar, 2011), yaitu menggunakan metode
orang sawi sampai pohon itu roboh,
direct modeling (melihat model secara
kemudian penebangan pohon lainnya untuk
langsung).
kali
para
tukang
punggawa
melengkapi beberapa komponen perahu
Dalam
hal
ini,
metode
Beberapa materi yang diajarkan oleh
lainnya, mulai dari pangepek kanjai,
narasumber
urusangkara, papan terasa dan seterusnya.
belajar (sawi) adalah syarat-syarat yang
Walaupun pada saat ini, proses
harus dilakukan sebelum mengambil bahan
pencarian
bahan
baku
sudah
jarang
(pungawa)
kepada
warga
baku, penentuan jenis kayu yang baik
dilakukan di dalam hutan, tetapi bahan baku
sebagai
bahan
baku
perahu
kayu didatangkan dari daerah lain dan
cara/teknik
dikumpulkan di pengumpulan kayu yang
pembelajaran tersebut dapat dilihat pada
disebut “bantilang”. Pada tahap ini, terjadi
skema pembelajaran berikut ini:
pengukuran.
Phinisi, Proses
proses pembelajaran yang dilakukan oleh narasumber (punggawa) kepada warga belajar (sawi). Kegiatan pengumpulan Demonstrasi & Penugasan Sumberbelajar (Punggawa)
Sawi (WB)
Komunikasi pembelajaran satu arah Pengamatan, Praktek & bimbingan
Gambar 1: Proses Pembelajaran antara Narasumber (Punggawa) dan Sawi (Warga Belajar)
56
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
Proses Phinisi
Pembuatan/Produksi
Kapal
minyak kelapa atau dempul khusus papan yang sudah tersedia di toko-toko bangunan.
Pembuatan kapal dimulai dengan penyiapan
Lunas
(kalebiseang)
yang
Pada proses pembuatan kapal Phinisi, proses pembelajaran berlangsung dalam
dilakukan oleh tukang (pekerja terampil)
dua bentuk, yaitu:
dengan melakukan acara ritual yang disebut
a)
Annattara yang mengandung pengertian memotong/meratakan ujung lunas untuk disambung dengan kedua penyambung muka
dan
belakang.
Kegiatan
ritual
Annattara dilakukan oleh Panrita (orang pintar). Sebelum upacara dimulai, pemilik perahu menyiapkan beberapa kelengkapan upacara antara lain; kain putih 2 meter, ayam satu pasang, 2 sisir pisang ambon, kelapa dengan pedupaan.
depan dan linggi belakang, disusul dengan pemasangan papan diding lambung. Secara berurut juga dipasang tulang dan gading perahu. Setelah proses pemasangan gading ini selesai, selanjutnya pemasangan balokbalok dinding dan dek. Jika semuanya rampung menyusul kamar perahu yang akan dikerjakan. Proses pembuatan dan beberapa
Pada tahap ini proses belajar bertukar pengalaman terjadi antara tukang (sumber belajar) dengan sawi (warga belajar). Posisi tukang sebagai narasumber dan sawi berposisi sebagai warga belajar. Tukang (sumber belajar) membelajarkan sawinya (warga
belajar)
pada
setiap
bagian
pekerjaan yang akan dikerjakan oleh sawi dalam pengerjaan satu unit kapal Phinisi.
Selanjutnya mempersiapkan linggi
pemasangan
Proses pembelajaran antara tukang (tenaga terampil) dan sawi (tenaga pembantu)
bagian
perahu,
dilakukan perekatan antara bagian yang menjadi komponen perahu. Perekatan ini bertujuan agar air tidak masuk pada bagian lambung lewat celah papan lambung. Jenis perekat menggunakan kulit pohon Barru dan dempul yang terbuat dari kapur dan
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
Materi pembelajaran yang diberikan kepada warga belajar antara lain, yaitu: teknik memotong kayu kecil sampai yang berukuran besar, membuat pasak dan pemasangan pasak pada papan lambung kapal, teknik membuat dan memasangan rangka/tulang
kapal,
teknik
membuat
membuat dan memasang gading perahu, memasang balok-balok dinding dan dek kapal. Materi ini diberikan oleh narasumber (tukang) kepada warga belajar (sawi) berdasarkan urutan membuat kapal. Pemberian materi tersebut dilakukan dengan teknik demostrasi yaitu tukang (narasumber)
mendemonstrasikan
cara
mengerjakan dan warga belajar mengamati. 57
Setelah itu warga belajar melakukan
terjadi apabila ada hal-hal yang perlu
percobaan berdasarkan hasil pengamatan.
ditanyakan oleh sawi (warga belajar), untuk
Dalam hal ini, metode pembelajaran yang
memperjelas bagian-bagian materi yang
diterapkan
membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
berdasarkan
teori
social
learning oleh Albert Bandura (Dahar,
Posisi
tukang
sebagai
2011), yaitu menggunakan metode direct
penanggungjawab pembuatan kapal, selalu
modeling (melihat model secara langsung).
mengawasi dan terus membimbing sawi
Apabila sudah warga belajar sudah dapat
(warga
melakukan sendiri dengan baik tugas
pekerjaan. Pengawasan dan bimbingan
tersebut, warga belajar dapat melanjutkan
sangat penting dilakukan oleh tukang sebab
pekerjaan tersebut sampai selesai. Untuk
kesalahan yang dilakukan oleh warga
memastikan tugas yang dilaksanakan oleh
belajar
sawi (warga belajar) berjalan lancar, tukang
tugasnya, dapat berakibat fatal terhadap
(sumber
kualitas kapal yang dikerjakan. Berikut,
belajar)
sesekali
melakukan
belajar)
(sawi)
dalam
dalam
pengamatan dan bimbingan bila diperlukan.
ilustrasi pembelajaran
Komunikasi dua arah atau tanya jawab
antara tukang dan sawi.
melakukan
melaksanakan
yang dilakukan
Demonstrasi dan Penugasan
Evaluasi proses dan akhir Tukang (sumber belajar)
Sawi/Pembantu (Warga Belajar)
Komunikasi pembelajaran dua arah Bimbingan dan praktek
Gambar 2: Proses pembelajaran antara tukang (tenaga terampil) dan sawi (pembantu)
b) Proses pembelajaran (tenaga terampil)
antartukang
Pada saat pembuatan satu unit kapal,
kanan kapal. Proses belajar dapat terjadi antara tukang yang satu dengan tukang lainnya, sebab pada saat pembuatan kapal
tukang terdiri dari 2 orang yang masing-
berlangsung,
masing mengambil bagian sisi kiri dan sisi
berkoordinasi untuk keseimbangan sisi kiri
58
keduanya
saling
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
dan sisi kanan kapal. Proses pembelajaran
berposisi sebagai narasumber sekaligus
adanya saling koordinasi antara kedua
sebagai warga belajar, sama-sama bisa
tukang. Keduanya memiliki posisi sejajar,
bertindak sebagai penerima pesan dan
saling
yang
pemberi pesan sesuai dengan kebutuhan.
digunakan pada saat itu menggunakan
Ilustrasi skemapembelajaran dapat dilihat
learning exchange (tukar belajar) oleh
sebagaimana berikut ini:
membelajarkan.
Metode
Enceng (2008). Peran keduanya sama,
Sumber belajar saling membelajarkan dan evaluasi proses dan hasil bersama
Tukang I
Tukang II
Komunikasi pembelajaran dua arah
Warga belajar
Gambar 3: Proses pembelajaran antartukang (tenaga terampil)
c) Pertukaran pengalaman (pembantu tukang)
antarsawi
dengan
kebutuhan.
Dengan
demikian
metode yang mereka gunakan adalah
Pada saat mengerjakan pekerjaan
metode learning exchange (tukar belajar)
masing-masing, terjadi saling komunikasi
oleh Enceng, M (2008), yaitu warga belajar
sawi
mendiskusikan
tukar belajar sama-sama bisa bertindak
pekerjaan mereka, apabila terdapat hal-hal
sebagai penerima pesan dan pemberi pesan,
yang perlu didiskusikan oleh mereka.
atau sama-sama sebagai sumber belajar dan
Bahkan, pembahasan tentang pekerjaan
sama-sama sebagai sasaran belajar. Dalam
juga sering dilakukan pada saat santai
kondisi seperti itu, agar pembelajaran dapat
beristirahat,
sajian
berlangsung dengan baik, maka prinsip
istirahat minum kopi atau teh, mereka
yang harus dibangun oleh warga belajar
memanfaatkan
tersebut
(sawi) adalah self-awareness (kesadaran
membahas pengalaman yang meraka saat
diri), self-motivation (motivasi diri), self-
bekerja.
renewel
(warga
belajar)
sambil
menikmati
situasi
Proses belajar
santai
yang mereka
lakukan berlangsung setiap saat sesuai Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
dan
high
self-actualization
(aktualisasi diri yang tinggi). Ilustrasi 59
skema
pembelajaran
dapat
dilihat
sebagaimana berikut ini:
Saling membelajarkan dan evaluasi proses dan hasil bersama
Warga Belajar I
Sumber belajar Warga Belajar IV
Warga Belajar II
Warga belajar Warga Belajar III
Komunikasi pembelajaran dua arah
Gambar 4: Pertukaran pengalaman antarwarga belajar melalui diskusi dan tanya jawab
Konstruksi Model Transformasi Budaya Pembuatan Kapal Phinisi
itu pula pekerja kapal harus belajar untuk
Konsumen yang ingin membeli kapal
Konsumen yang membawa model
Phinisi, terutama konsumen mancanegara
baru tetap menyesuaikan dengan model asli
selalu membawa konstruksi model kapal
kapal Phinisi yaitu dengan 2 tiang layar dan
berdasarkan keinginan mereka. Permintaan
7 layar. Perubahan pada dek, kamar dan
Model kapal sesuai dengan keinginan
interior kapal menyesuaikan permintaan
konsumen menuntut punggawa (pengusaha
konsumen.
kapal)
beberapa
dan
tukang
(tenaga
terampil)
memenuhi permintaan konsumen.
Adanya bagian
perubahan konstruksi
dari kapal
maupun sawi (pembantu) untuk dapat
dikoordinasikan antara konsumen dan
membuat
punggawa untuk menemukan model baru
model
sesuai
permintaan
konsumen. Model baru yang dibawa
yang
ditawarkan.
Setelah
punggawa
konsumen merupakan tantangan belajar
berdiskusi dengan para tukang (tenaga
bagi para punggawa dan tukang maupun
terampil) mengenai rancangan model baru
sawi agar dapat memenuhi permintaan
tersebut, dan tugas sawi (tenaga pembantu)
konsumen. Setiap konsumen yang datang
melakukan pekerjaan berdasarkan instruksi
membawa permintaan model tertentu, saat
dari tukang tenaga. Proses belajar terjadi melalui proses kegiatan diskusi antara konsumen dan
60
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
punggawa (pengusaha kapal), selanjutnya
exchange) antara konsumen dan punggawa,
proses pembelajaran terjadi pada saat
dan antara punggawa dan tukang, dan
terjadi diskusi antara punggawa (pengusaha
penerapan
kapal) dan Tukang (tenaga terampil), dan
diterapkan antara tukang dan sawi, tetapi
proses pembelajaran terjadi antara tukang
metode tukar belajar (learning exchange)
dan Sawi (tenaga pembantu) pada saat kapal
terjadi antara sawi dengan sawi. Skema
dalam
pembelajaran dapat dilihat sebagaimana
tahap
pengerjaan.
Metode
pembelajaran yang diterapkan pada proses
metode
(modeling
direct)
berikut:
ini adalah metode tukar belajar (learning Koordinasi & kombinasi model
Komunikasi dua arah Komunikasi satu arah
Punggawa (pengusaha)
Konsumen
Tukang
Sawi (tenaga
(tenaga Terampil)
pembantu)
Komunikasi dua arah
Sawi (tenaga pembantu)
Komunikasi dua arah Komunikasi pembelajaran satu arah
Gambar 5: Konstruksi Model Transformasi Budaya Pembuatan Kapal Phinisi
Proses belajar dalam pembuatan kapal Phinisi pada dasarnya berlangsung
KESIMPULAN Beberapa
yang
penekanan
ruang dan waktu. Pembelajaran tidak
budaya dalam bentuk pembelajaran yang
membatasi narasumber dan warga belajar
dilakukan oleh masyarakat pembuat kapal
serta metode yang akan digunakan dalam
Phinisi, yaitu:
pembelajaran. Sumber belajar dan warga
1. Keinginan belajar pada diri warga
dapat
belajar karena ada dorongan yang
masing-masing.
bersumber dari faktor eksternal maupun
Metode atau strategi pembelajaran yang
faktor internal. Dorongan dari faktor
diterapkan disesuaikan dengan situasi dan
eksternal yaitu (1) harapan orang tua
kondisi
atau keluarga, (2) desakan kebutuhan
keahlian
pada
saat
berganti
transformasi
peran
berdasarkan
saling
proses
menjadi
secara terus menerus tidak dibatasi oleh
belajar
dalam
hal
pembelajaran
berlangsung.
ekonomi. Sedangkan faktor internal, yaitu (1) Menjaga nilai dan eksistensi
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
61
diri dalam kehidupan bermasyarakat,
DAFTAR PUSTAKA
(2) Rasa tanggung jawab terhadap
Basleman, A & Mappa, S. 2011. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung. Remaja Rosdakarya.
kehidupan masa depan yang lebih baik. 2. Kesadaran atas masalah yang dihadapi mendorong warga belajar, mencari solusi alternatif untuk dapat mengatasi masalah jangka pendek dan pemenuhan kebutuhan hidup jangka panjang. Jalan menemukan solusi alternatif tersebut adalah belajar. 3. Warga
belajar
yang
sadar
akan
pentingnya belajar dengan sukarela mengikuti pembelajaran dan warga belajar yang terpaksa harus mengikuti pembelajaran
harus
memperoleh
perlakuan khusus dengan mendesain secara ketat kondisi pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya
proses
belajar, seperti penetapan narasumber, materi, waktu dan tempat pembelajaran. Proses
penyesuaian
budaya
Berg, B. L. & Lune, H. 2012. Qualitative Research Methods for The Social Sciences. Eight Edition. United States Of America: Pearsion Education. Creswell, J. W. 2010. Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. EdisiKetiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daryanto & Tasrial. 2012. Komsep Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: Gava Media. Enceng, M. 2008. Model Tukar Belajar (Learning Exchange) dalam perspektif Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Bandung: Alfabeta. Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. 2010. Theories of Learning, edisi ketujuh. Jakarta: Kencana.
wirausaha kapal Phinisi dari generasi pendahulu pada konteks sosial saat ini, merupakan cara yang dilakukan oleh komunitas mereka untuk tetap survive melestarikan ciri khas budayanya tanpa harus ditinggalkan oleh zaman di mana mereka
berada.
Transformasi
budaya
tersebut sudah dilakukan sejak dahulu dan telah melewati beberapa generasi, sampai saat ini kapal Phinisi masih tetap eksis dinikmati oleh konsumennya.
62
Djajat, S.A., dkk. 2001. Menuju Masyarakat Pembelajar; Refleksi Hasil Kajian Rintisan Balai Belajar Bersama Tahun 2010 dalam Program Peningkatan Mutu Program Dikmas. Bandung: Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat dan Jurusan PLS FIP UPI. Kamil, M. 2012. Model Pendidikan dan Pelatihan; Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Knowles, M.S., Holton, E.F., and Swanson, R.A. 1998. The Adult Learner: The Defenitive Classic In Adult Education Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
and Human Resource Development. Sixth Edition. Houston: Guft. Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antopologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mc. Millan, J.H & Schumacher, S. 2006. Research in Education; a Conceptual Introduction. New York & London: Longman. Moleong, L. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyadi, S. 2009. Pengembangan Model Program Pelatihan Kewirausahaan Kriya Keramik Bagi Warga Belajar Tuna Rungu dalam Upaya Memperoleh Kecakapan Hidup. Disertasi: Tidak Diterbitkan. Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Panjaitan, A. P., dkk. 2014. Korelasi Kebudayan dan Pendidikan; Membangun Pendidikan Berbasis Budaya Lokal. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Rogers, A. 2005. Non-Formal Education; Flexible schooling or Participatory Education?. United Kingdom: Kluwer Academic Publisher. Schunk, D.H. 2012. Learning Theori an Educational Perpective. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016
Silberman M. & Auerbach C. 2013. Active Training: Pedoman Praktis tentang Teknis, Desain, Contoh Kasus, dan Kiat. Bandung: Nusa Media. Sudjana, H. D. Pembelajaran. Production.
2010. Strategi Bandung: Falah
-----------------2010. Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production. Suprijanto, H. 2008. Pendidikan Orang Dewasa: dari Teori hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. Suryadi, A. 2009. Mewujudkan Masyarakat Pembelajar; Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Bandung: Widya Aksara Press. Tirtarahardja, U & La Sulo. S. L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-Undang Republik Indoensia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Upe, A. 2010. Tradisi Aliran dalam Sosiologi; dari Filosofi Positivistik ke Post Posivistik. Jakarta: Rajawali Pers. Wilis Dahar, R. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
63