TRANSPIRASI BEBERAPA JENIS ANAKAN HUTAN KOTA PADA

Download Jenis Anakan Hutan Kota pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda adalah benar karya saya ... Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh...

0 downloads 498 Views 2MB Size
TRANSPIRASI BEBERAPA JENIS ANAKAN HUTAN KOTA PADA KONDISI LINGKUNGAN YANG BERBEDA

CHRISTINA SEPTIAWATY

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Transpirasi Beberapa Jenis Anakan Hutan Kota pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015 Christina Septiawaty NIM E34100049

ABSTRAK CHRISTINA SEPTIAWATY. Transpirasi Beberapa Jenis Anakan Hutan Kota pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda. Dibimbing oleh RACHMAD HERMAWAN dan PRIJANTO PAMOENGKAS. Kualitas lingkungan kota yang buruk merupakan akibat dari berbagai kegiatan masyarakat kota. Penggenangan air dan peningkatan suhu udara merupakan beberapa bentuk kualitas kota yang buruk. Hutan kota bermanfaat sebagai daerah resapan air dan pendingin alami udara kota melalui proses fisiologi tumbuhan, yaitu transpirasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu udara, kelembaban relatif dan intensitas cahaya terhadap transpirasi anakan pohon trembesi (Samanea saman), kenari (Canarium commune) dan simpur (Dillenia indica) pada dua kondisi lingkungan yang berbeda serta mengetahui kemampuan transpirasi anakan trembesi, kenari dan simpur. Penelitian dilakukan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan di Arboretum KSHE. Penelitian dilakukan selama dua bulan di lapangan dan di laboratorium menggunakan teknik gravimetri untuk mengukur kemampuan transpirasi anakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa transpirasi anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar lebih tinggi daripada di Arboretum KSHE. Transpirasi per daun dan per stomata tertinggi dimiliki oleh anakan kenari, tetapi transpirasi per individu tertinggi dimiliki oleh anakan trembesi. Kata kunci: hutan kota, kenari, transpirasi, trembesi, simpur.

ABSTRACT CHRISTINA SEPTIAWATY. Transpiration of Several Seedlings of Urban Forest Species in Different Environment Condition. Supervised by RACHMAD HERMAWAN and PRIJANTO PAMOENGKAS. Worse quality of city environment is the result of various community activities of the city. Waterlogging and increase in air temperature are some form worse quality of the city. Urban forest beneficial as water catchment area and natural refrigerant the city’s air through a physiology process of trees, namely transpiration. This research aims to know influence of air temperature, relative humidity and light intensity against the transpiration of rain tree (Samanea saman), walnut (Canarium commune), and simpur (Dillenia indica) seedlings in two different environment condition and also to know transpiration ability of rain tree, walnut, and simpur seedlings. Research was done in K. H. Sholeh Iskandar Street and in KSHE Arboretum. Research had been conducted for two months in the field and Laboratory with gravimetric technique to measure transpiration ability of seedlings. The result shows that seedlings transpiration in K. H. Sholeh Iskandar Street were higher than those in Arboretum KSHE. Highest transpiration per leave and per stomata owned by walnut seedling, however the highest transpiration per seedling individu owned by rain tree seedling. Keywords: rain tree, simpur,transpiration, urban forest, walnut.

TRANSPIRASI BEBERAPA JENIS ANAKAN HUTAN KOTA PADA KONDISI LINGKUNGAN YANG BERBEDA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

CHRISTINA SEPTIAWATY

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Judul Skripsi : Transpirasi Beberapa Jenis Anakan Hutan Kota pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda Nama : Christina Septiawaty NIM : E34100049

Disetujui oleh

Dr Ir Rachmad Hermawan, MScF Pembimbing I

Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MScF Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir H Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah transpirasi, dengan judul : Transpirasi Beberapa Jenis Anakan Hutan Kota pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rachmad Hermawan MScF dan Bapak Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MScF selaku pembimbing skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bogor dan Pemerintah Kota Bogor yang telah membantu perijinan penelitian. Terima kasih kepada Bogor International Club yang telah membantu pendanaan penelitian ini. Terima kasih juga kepada seluruh teman-teman Nepenthes 47, Anggi Marstella Pangaribuan, Novrianto Albertino dan Saor Naibaho yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015 Christina Septiawaty

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

3

Lokasi dan Waktu

3

Alat dan Bahan

3

Prosedur Penelitian

3

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Internal Tiap Jenis Anakan

7 7

Kondisi Suhu Udara, Kelembaban Relatif dan Intensitas Cahaya

10

Kemampuan Transpirasi Tiap Jenis Anakan di Tiap Lokasi

13

Perbandingan Kemampuan Transpirasi Tiap Jenis Anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE 16 Perbandingan Kemampuan Transpirasi Tiap Jenis Anakan SIMPULAN DAN SARAN

17 20

Simpulan

20

Saran

20

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

23

DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8

Karakteristik internal anakan trembesi (Samanea saman) Karakteristik internal anakan kenari (Canarium commune) Karakteristik internal anakan simpur (Dillenia indica) Nilai suhu udara, kelembaban relatif dan intensitas cahaya rata-rata per waktu pengamatan Korelasi antara transpirasi anakan dengan kondisi fisik lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar Korelasi antara transpirasi anakan dengan kondisi fisik lokasi Arboretum KSHE Kemampuan transpirasi per individu rata-rata setiap jenis anakan Kemampuan transpirasi setiap jenis anakan

8 9 10 10 14 15 17

DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8

Disain penelitian Suhu udara di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE Kelembaban di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE Intensitas cahaya di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE Transpirasi beberapa jenis anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar Transpirasi beberapa jenis anakan di Arboretum KSHE Transpirasi beberapa jenis anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE Laju transpirasi rata-rata tiap jenis anakan

5 11 12 12 14 15 16 18

DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Suhu udara rata-rata Kelembaban relatif rata-rata Intensitas cahaya rata-rata Bobot rata-rata anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar Bobot rata-rata anakan di Arboretum KSHE Laju transpirasi anakan trembesi, kenari dan simpur Hasil uji anova rancangan acak kelompok Hasil uji korelasi terhadap transpirasi Kondisi lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar Kondisi lokasi Arboretum KSHE Stomata anakan trembesi (Samanea saman) Stomata anakan kenari (Canarium commune) Stomata anakan simpur (Dillenia indica) Kepadatan transportasi di Jalan K. H. Sholeh Iskandar Peta peletakan anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar Peta peletakan anakan di Arboretum KSHE

23 24 25 26 27 28 29 31 33 33 34 35 36 37 38 39

PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas lingkungan kota yang buruk merupakan akibat dari berbagai kegiatan masyarakat kota yang kurang memperhatikan keadaan lingkungannya. Kualitas lingkungan yang buruk mengakibatkan penurunan kualitas hidup masyarakat kota. Menurut IUCN (2001) diacu dalam Sakuntaladewi (2014), diperkirakan pada 2050 korban jiwa akibat bencana iklim bisa mencapai 100 000 orang per tahun dan kerugian ekonomi dunia dapat mencapai US$ 300 miliar per tahun. Dampak negatif perubahan iklim akan dirasakan berbeda bagi negara berkembang dan negara maju. Hal ini semakin mendorong pemerintah kota untuk melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas lingkungan kotanya. Masalah penggenangan air di daerah perkotaan seperti banjir sering terjadi di kota-kota di Indonesia. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2014), sekitar 38 % bencana alam di Indonesia adalah banjir dan 3 % bencana alam di Indonesia adalah banjir disertai longsor. Masalah peningkatan suhu lingkungan saat ini merupakan masalah global dan telah terjadi di berbagai negara. Hasil sidang lingkungan hidup sedunia di Jepang, November 1991 menyatakan bahwa kendaraan bermotor sebagai penghasil CO2 adalah penyebab utama kenaikan suhu di dunia (Ainy 2012). Hal ini menjadikan banjir dan peningkatan suhu lingkungan menjadi masalah yang harus ditanggulangi. Pengembangan hutan kota merupakan salah satu bentuk usaha perbaikan kualitas lingkungan kota dengan berbagai manfaat yang dimiliki hutan kota. Hutan kota menurut Fakuara (1987) diacu dalam Dahlan (1992) didefinisikan sebagai tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetik, rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya. Pendekatan hutan kota melalui definisi tersebut digunakan oleh Indonesia dalam pembangunan hutan kotanya. PP No. 63 Tahun 2002 pasal 1 menyatakan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di wilayah perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Beberapa peranan hutan kota antara lain menyejukkan udara perkotaan, ameliorasi iklim, penyerap karbon dan mengatasi penggenangan. Berdasarkan berbagai fungsi tersebut, hutan kota lebih baik dibandingkan taman dalam memperbaiki lingkungan perkotaan (Dahlan 2004). Menurut Dahlan (2004) daerah bawah yang digenangi perlu ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi tinggi. Evapotranspirasi adalah ukuran total kehilangan air dari suatu luasan lahan melalui evaporasi permukaan tanah dan transpirasi permukaan daun (Handoko 1993). Menurut Koto (1991) diacu dalam Dahlan (2004), hutan kota mampu memodifikasi iklim mikro sebagai akibat dari naungan dan mendinginkan udara melalui evapotranspirasi. Evapotranspirasi merupakan kejadian evaporasi tanah dan transpirasi tumbuhan. Tumbuhan memperoleh air untuk bertranspirasi dari dalam tanah, sehingga air di dalam tanah akan berkurang persentasenya. Kawasan hutan kota di daerah perkotaan memiliki luasan yang sempit bila dibandingkan kawasan peruntukan lainnya. Hasil penelitian Herdiansah (2006) menunjukkan bahwa luas hutan kota di kota Bogor adalah

2 282.58 ha atau hanya sekitar 12.54 % saja dan masih membutuhkan 1970.97 ha lagi untuk memenuhi luas hutan kota optimal sebagai penyerap gas karbondioksida untuk kota Bogor. Pohon terutama jenis pohon dengan transpirasi tinggi akan membantu mengatasi masalah penggenangan di daerah perkotaan dengan mengefektifkan lahan hutan kota yang sempit di daerah perkotaan. Bogor merupakan salah satu kota di Indonesia yang telah banyak berkembang dan padat akan transportasi. Lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar merupakan salah satu lokasi padat transportasi di daerah kota Bogor dan sering mengalami penggenangan saat terjadi hujan. Penanggulangan penggenangan air dapat dilakukan dengan penanaman jenis-jenis pohon dengan transpirasi tinggi (Dahlan 2004). Kondisi lokasi perkotaan yang memiliki suhu tinggi akan mempengaruhi proses transpirasi. Menurut Dwidjoseputro (1980), faktor-faktor luar yang mempengaruhitranspirasi adalah sinar matahari, temperatur, kebasahan udara, angin dan keadaan air di dalam tanah. Reaksi pembakaran pada alat transportasi akan menghasilkan panas (Wardhana 2007). Panas akan mempengaruhi lingkungan sekitar lokasi padat transportasi dengan cenderung meningkatkan suhu udara, sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap kemampuan transpirasi anakan pohon di daerah padat transportasi. Fakuara (1986) menyatakan bahwa pengendalian komposisi jenis merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman hutan kota. Mengingat pentingnya pemilihan jenis dalam pembangunan hutan kota, maka dilakukan penelitian pada tiga jenis pohon yang telah diteliti sebelumnya dan mampu menyerap karbondioksida dengan baik, yaitu trembesi (Samanea saman), kenari (Canarium commune) dan simpur (Dillenia indica). Menurut Lailati (2008) pohon jenis kenari (Canarium asperum) memiliki daya serap CO2 sebesar 106.75 kg per hari per pohon, menurut Purwaningsih (2007) pohon jenis trembesi (Samanea saman) memiliki daya serap CO2 sebesar 66.3 kg per hari per pohon, sedangkan menurut Ardiansyah (2009) pohon jenis simpur (Dillenia indica) memiliki daya serap CO2 sebesar 7.79 kg per hari per pohon. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengetahui pengaruh suhu udara, kelembaban relatif dan intensitas cahaya terhadap transpirasi anakan pohon trembesi (Samanea saman), kenari (Canarium commune) dan simpur (Dillenia indica) pada dua kondisi lingkungan yang berbeda. 2. Mengetahui kemampuan transpirasi anakan pohon trembesi (Samanea saman), kenari (Canarium commune) dan simpur (Dillenia indica) dalam studi pemilihan jenis pohon hutan kota. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan usulan kepada Pemerintah Kota Bogor dalam pemilihan jenis pohon hutan kota untuk mengatasi masalah penggenangan air dan peningkatan suhu lingkungan melalui pembangunan hutan kota.

3

METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan secara bersamaan di dua lokasi yaitu Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE IPB Bogor. Lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar sebagai perwakilan lokasi padat kendaraan dan Arboretum Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Arboretum KSHE) IPB sebagai perwakilan lokasi bervegetasi pepohonan. Titik peletakan anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan di Arboretum KSHE dapat dilihat pada Lampiran 15 dan Lampiran 16. Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan. Waktu penelitian dimulai akhir bulan Mei 2014 sampai dengan awal bulan Juli 2014. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spidol permanen, label, alat tulis, tally sheet, timbangan digital, alat pemotret, polybag, termometer ruangan, kapas, sprayer, mikroskop, kaca objek, kaca preparat dan pengukur intensitas cahaya (Lux meter), sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karton tebal berwarna hitam, bambu, kertas milimeter blok, cat kuku berwarna bening, bambu, kawat, paku, plastik bening, dengan objek penelitian adalah 20 anakan pohon kenari (Canarium commune), 20 anakan pohon trembesi (Samanea saman) dan 20 anakan pohon simpur (Dillenia indica) berumur 4 bulan dari pembibitan di Ciapus, Bogor. Prosedur Penelitian Persiapan anakan Anakan yang akan diteliti diseleksi berdasarkan kesamaan umur, tinggi dan jumlah daun. Anakan tersebut harus sehat, tidak terserang hama dan penyakit. Jumlah anakan yang digunakan adalah 30 sampel anakan untuk masing-masing lokasi. Jumlah anakan yang diambil 30 sampel dengan pengulangan sebanyak 10 kali untuk masing-masing jenis di tiap lokasi. Anakan tersebut diletakkan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar sebagai perwakilan lokasi padat kendaraan, sedangkan 30 anakan lainnya dengan pengulangan 10 kali untuk masing-masing jenis diletakkan di Arboretum Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB Darmaga sebagai perwakilan lokasi bervegetasi. Setiap individu anakan diberi label yang mewakili nomor, jenis dan lokasi peletakan untuk mempermudah pengamatan. Anakan kemudian dibiarkan selama 11 hari mulai tanggal 1 Juni 2014 s.d. 11 Juni 2014 di lokasi penelitian sehingga kondisi anakan dapat stabil dan sudah dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Persiapan lokasi Lokasi dipilih berdasarkan keterwakilan lokasi yang padat transportasi yaitu Jalan K. H. Sholeh Iskandar serta keterwakilan lokasi yang bervegetasi yaitu Arboretum Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata sebagai pembanding. Titik peletakan anakan yang akan dipilih memiliki luasan yang cukup

4 untuk peletakan 30 buah anakan, terkena cahaya matahari secara langsung dan lokasi terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran yang ada. Pemeliharaan anakan selama waktu perlakuan Pemeliharaan anakan dilakukan selama pengamatan dengan penyiraman dan penyiangan. Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pagi hari sebelum dilakukan pengamatan dan sore hari setelah pengamatan selesai. Penyiraman dilakukan dengan menyiram seluruh bagian tubuh anakan termasuk tanahnya. Penyiangan dilakukan saat ada gulma yang tumbuh di polybag sehingga tidak ada persaingan nutrisi yang terjadi. Parameter yang diamati Parameter utama yang diamati adalah besarnya kehilangan bobot tiap anakan dalam polybag dalam interval waktu dua jam. Parameter lainnya yang diamati adalah suhu udara, kelembaban relatif, intensitas cahaya di sekitar anakan, jumlah stomata dan luas permukaan daun. Berikut metode pengambilan data parameter tersebut: 1. Transpirasi Metode pengukuran trnaspirasi adalah metode gravimetrik dan pengukuran gasometrik dari transpirasi. Metode gravimetrik mengukur transpirasi melalui perubahan bobot, sedangkan metode gasometrik mengukur transpirasi dengan mengamati uap air yang dihasilkan oleh daun pada lingkungan yang terkendali (Moore dan Chapman 1986). Pengukuran transpirasi ketiga jenis anakan ini dilakukan dengan teknik gravimetrik, yaitu mengukur perubahan bobot setiap anakan. Pengukuran dilakukan setelah media tanah ditutup rapat dengan lembaran karton hitam tebal, sehingga tanah tidak mengalami evaporasi. Metode pengukuran transpirasi dilakukan menggunakan timbangan digital. Interval waktu pengukuran dilakukan selama 2 (dua) jam berturut-turut mulai dari pukul 08.00, 10.00, 12.00, 14.00 hingga pukul 16.00 WIB. Cara demikian dimaksudkan agar kehilangan bobot anakan bisa diketahui dan hal tersebut menunjukkan besarnya transpirasi anakan (Fakuara dan Soekotjo 1986). Pengukuran transpirasi dilakukan satu hari sekali dengan pengambilan data secara bersamaan di kedua lokasi penelitian. Pengukuran dilakukan sebanyak 15 kali dalam satu bulan di kedua lokasi tersebut. 2. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan yang diukur adalah data suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya di lokasi penelitian, yaitu di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan di Arboretum Fakultas Kehutanan. Pengukuran suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya dilakukan setelah pengambilan data transpirasi untuk melihat perubahan transpirasi terhadap parameter-parameter tersebut. Pengukuran dilakukan pukul 08.30, 10.30, 12.30, 14.30 dan 16.30 WIB setelah pengukuran bobot dilakukan. 3. Kerapatan stomata Penghitungan jumlah stomata dilakukan di akhir penelitian sehingga tidak mengganggu proses transpirasi anakan selama pengamatan dilakukan. Penghitungan jumlah stomata dilakukan dengan menggunakan cara berikut :

5 1. Memilih daun contoh dari masing-masing jenis yang akan diamati lalu dibersihkan. 2. Kuteks bening dioleskan pada bagian tengah permukaan atas dan permukaan bawah daun searah dengan tulang daun. Hal tersebut dimaksudkan agar bentuk permukaan stomata dapat tertempel pada kuteks bening. 3. Daun yang telah diolesi kuteks bening dipetik dan biarkan mengering serta disimpan di dalam plastik. 4. Kuteks bening yang telah mengering dikupas secara halus dengan menggunakan pisau cutter dan hasil kupasan diletakkan pada kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup (cover glass). 5. Preparat diamati di bawah mikroskop binokuler pada perbesaran 10 x 10 dengan mengamati lima bidang pandang untuk tiap sampel. 6. Hitung jumlah stomata rata-rata per milimeter persegi. 4. Luas daun Penghitungan luas daun dilakukan setelah pengambilan data transpirasi, yaitu di akhir penelitian. Penghitungan luas daun menggunakan kertas milimeter. Metode kertas milimeter sangat sederhana dan hanya memerlukan kertas milimeter dan peralatan untuk menggambar (Sitompul dan Guritno 1995). Pada dasarnya daun digambar yaitu dengan menggambar pola daun di atas kertas milimeter blok lalu menghitung luasan daun dengan menghitung jumlah kotak yang masuk dalam pola daun. Pelaksanaan penelitian Penelitian dilakukan di dua lokasi yang mewakili lokasi padat transportasi dan lokasi bervegetasi, yaitu Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Anakan berjumlah 30 buah, dengan 10 buah anakan dengan jenis sama diletakkan dalam satu blok yang sama untuk memudahkan pengamatan. Pengambilan data akan dilakukan setiap satu hari sekali dengan lima kali pengambilan data transpirasi, suhu udara, kelembaban dan intensitas cahaya. Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini seperti pada Gambar 1. Lokasi padat transportasi Jalan KHSI (I)

Trembesi (a) Kenari (b) Simpur (c)

Lokasi bervegetasi Arboretum KSHE (II)

Gambar 1 Disain penelitian Analisis Data Laju transpirasi Laju transpirasi diukur per individu anakan pohon dengan menghitung kehilangan bobot dari anakan lalu dibagi dengan lama waktu interval pengukuran. Hasil pengukuran terhadap bobot rata-rata anakan di kedua lokasi dapat dilihat pada

6 Lampiran 4 dan Lampiran 5. Rumus untuk mengukur laju transpirasi dapat dilihat sebagai berikut. 𝑋 −𝑋 Tji = 𝑖 𝐼 𝑖−1 Tj =

∑ 𝑇𝑗 ∑𝑖

Keterangan : T = Laju transpirasi rata-rata (g H20/ jam) X = Bobot anakan dan media (g) I = Interval waktu pengukuran (jam) j = jenis anakan pohon (j=1,2,3) i = Ulangan pengukuran (i=1,2,3,4) Laju transpirasi juga dihitung berdasarkan luas permukaan daun dan jumlah stomata untuk melihat pengaruhnya terhadap laju transpirasi anakan pohon. Kerapatan stomata Kerapatan stomata menunjukkan banyaknya stomata dalam tiap satuan luas yang digunakan, yaitu mm2. Kerapatan stomata dapat diukur dengan persamaan berikut : Jumlah Stomata Rata−rata Kerapatan stomata = Luas Bidang Pandang 1

Luas bidang pandang = π 4 D2 Keterangan : D = diameter bidang pandang (D=0,25 mm) Perbandingan kemampuan transpirasi tiap jenis anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE Data transpirasi dianalisis dengan cara statistik melalui rancangan percobaan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dan dihitung menggunakan software SAS 9.1.3 Por1 Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Keterangan : I = 1, 2, 3, 4; j = 1, 2, 3, 4 dan k = 1, 2, 3, 4 Yijk = nilai pengamatan kombinasi perlakuan ij pada satuan percobaan ke-k μ = rataan umum αI = pengaruh perlakuan ke-i dari faktor jenis anakan pohon βj = pengaruh perlakuan ke-j dari faktor lokasi anakan pohon (αβ)ij = pengaruh interaksi taraf ke-i dan taraf ke-j εijk = pengaruh acak kombinasi perlakuan ij dari satuan percobaan ke-k. Bentuk hipotesis yang diuji dalam rancangan dua faktor dalam rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut. Pengaruh utama jenis anakan pohon: H0 : α1 = α2 = α3 = 0 H1 : paling sedikit ada satu i dengan αi≠ 0 Pengaruh utama lokasi : H0 : β1 = β2 = 0

7 H1 : paling sedikit ada satu j dengan β ≠ 0 Pengaruh sederhana (interaksi) jenis anakan pohon dengan lingkungan: H0 : αβ11 = αβ12 = ... = (βα)32 H1 : paling sedikit ada sepasang (i,j) dengan (αβ)ij ≠ 0 Rumus perhitungan Uji t yang digunakan untuk adalah : 𝑦1 − 𝑦2 1. Thitung = 𝑆𝑦1−𝑆𝑦2 = √2 S2/n

2. Sy1 - y2 3. S2

=

(n1−1)S12 + (n2−1)S22 (n1−1) + (n2−1) 2 2 (𝛴𝑦1)

4. (n1-1)s12 = Σy1 – 5. (n2-1)s22 = Σy22 –

𝑛1 (𝛴𝑦2)2 𝑛2

Keterangan : y1, y2 : Transpirasi y1, y2 : Rata-rata transpirasi Sy1 – y2 : Simpangan baku beda nilai tengah contoh dari populasi 2 S : Ragam contoh n1, n2 : Jumlah pengamatan (n1-1),(n2-1) : Derajat bebas Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah : Jika thitung> ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak : H0 : Diduga tidak ada pengaruh lokasi padat transportasi terhadap transpirasi anakan. H1 : Diduga ada pengaruh lokasi padat transportasi terhadap transpirasi anakan. Bila thitung> ttabel, maka menunjukkan adanya perbedan antara parameter tanaman perlakuan dengan parameter tanaman kontrol, berarti perlakuan lokasi padat transportasi berpengaruh nyata terhadap tanaman. Sebaliknya, apabila thitung< ttabel, maka perlakuan lokasi padat transportasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap tanaman. Hasil perhitungan rancang acak kelompok menggunakan software SAS 9.1.3 Portable dapat dilihat pada Lampiran 7. Hubungan kemampuan transpirasi tiap jenis anakan dan pengaruh faktor ekternal terhadap transpirasi Data transpirasi tiap jenis anakan diuji dengan uji korelasi. Uji korelasi bertujuan untuk melihat hubungan suhu udara, kelembaban relatif dan intensitas cahaya terhadap kemampuan transpirasi tiap jenis anakan pohon. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan software Minitab 15. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Internal Anakan Trembesi, Kenari dan Simpur Trembesi (Samanea saman) Trembesi (Samanea saman) merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih lama di daerah yang

8 mempunyai curah hujan 40 mm/bulan (dry season) atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan tanah. Trembesi berbentuk melebar seperti payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub famili Mimosaceae dan famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa menutup seperti daun putri malu, yaitu 1,5 jam sebelum matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah matahari terbit serta ketika hujan. Daun trembesi merupakan daun majemuk yang tumbuh melebar seperti pohon beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip dengan biji kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar bunga berwarna merah. Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa gugur ketika sehabis matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya berukuran 7-10 sentimeter. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar di seluruh daerah tropika. Di Indonesia, orang menjuluki tanaman ini dengan sebutan Ki Hujan atau trembesi, sementara dalam bahasa Inggris dinamai rain tree (pohon hujan), monkeypod atau saman. Asal muasalnya dari Hawaii, tetapi banyak tersebar di kepulauan Samoa, daratan Mikronesia, Guam, Fiji, Papua Nugini dan Indonesia (Munir dan Swasono 2013). Manfaat trembesi diantaranya mampu menyerap air tanah yang kuat, polong buahnya dapat dimakan oleh hewan ternak di areal padang penggembalaan, makanan bagi semut dan lebah, humus dari daun dan buahnya merupakan media yang baik untuk mikroorganisme tanah dan penyerap gas CO2 yang tinggi (Dachlan 2013). Pengamatan terhadap anakan trembesi terdapat pada Tabel 1 dengan jumlah daun rata-rata 14 daun per anakan, kerapatan stomata di permukaan atas daun sebesar 3123 per mm2, kerapatan stomata di permukaan bawah daun sebesar 22 384 per mm2 dan luas daun rata-rata adalah 1048 mm2 per daun. Tabel 1 Karakteristik internal anakan trembesi (Samanea saman) Kerapatan stomata Jumlah daun (stomata/mm2) Luas daun Lokasi (daun/ Permukaan Permukaan (mm2/daun) individu) atas daun bawah daun Jl K. H. Sholeh 16 1029 Iskandar 3123 19 261 Arboretum KSHE 11 1067 Rata-rata 14 11 192 1048 Kenari (Canarium commune) Kenari (Canarium commune) adalah tanaman asli Indonesia. Penyebaran jenis ini meliputi Bawean, Kangean, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Irian Jaya, Papua Nugini, Filipina, Sarawak, Sabah dan Kepulauan Solomon. Jenis ini tumbuh di tanah rendah pada ketinggian 500 mdpl, kadangkadang juga pada ketinggian di atas 1000 m dpl, dalam hutan primer hutan sekunder savana dan hutan berawa (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 1977). Kenari digolongkan dalam famili Burseraceae (Sastrapradja et al. 1977 diacu dalam Purnamasari 2003). Prana (1973) diacu dalam Punamasari (2003) mengemukakan bahwa kenari mudah dikenali bila sudah cukup besar. Kenari memiliki akar papan

9 yang berliku-liku, tingginya dapat mencapai 30 meter dengan kulit batang berwarna keabu-abuan. Buah yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna kebiru-biruan diliputi dengan lapisan lilin. Jumlah pohon kenari sebagai pohon tepi jalan di Bogor lebih banyak dibandingkan pohon jenis lain dan cenderung dominan di beberapa jalan (Cahyono 1993) diacu dalam Purnamasari (2003). Dominannya kenari pada beberapa ruas jalan di kota Bogor merupakan replikasi dari penanaman kenari yang berada di jalan Kenari, Kebun Raya Bogor pada masa kolonial Belanda tahun 1896. Kenari di kota Bogor termasuk tumbuhan yang banyak digunakan oleh masyarakat. Biji kenari untuk konsumsi masyarakat, kulit atau tempurung buahnya dibuat menjadi bahan kerajinan, kayu kenari dapat digunakan untuk bahan bangunan, damar dari batangnya digunakan untuk bahan bakar lampu, dempul ka kapal dan cat. Kenari dapat juga berfungsi sebagai pohon pelindung dan pohon tepi jalan dari segi lanskap. Menurut Setiawati (2000) pohon kenari termasuk jenis pohon yang tahan terhadap pencemaran udara dan dapat disarankan menjadi pohon peneduh pada lanskap jalan raya yang padat lalu lintasnya. Pengamatan terhadap anakan kenari terdapat pada Tabel 2 dengan jumlah daun rata-rata 6 anak daun per anakan, kerapatan stomata di permukaan bawah daun sebesar 5385 per mm2 sedangkan pada permukaan atas daun kenari tidak ada stomata dan luas daun rata-rata adalah 3039 mm2 per anak daun. Menurut Dwidjoseputro (1980) pada umumnya stomata terletak di permukaan daun bagian bawah, sehingga ketidakadaan stomata pada permukaan atas daun kenari adalah normal. Tabel 2 Karakteristik internal anakan kenari (Canarium commune) Kerapatan stomata Jumlah anak Luas anak (stomata/mm2) daun daun Lokasi (anak daun/ Permukaan Permukaaan (mm2/anak individu) daun) atas daun bawah daun Jl K. H. Sholeh 7 2864 Iskandar 0 5385 Arboretum KSHE 5 2554 Rata-rata 6 2693 2351 Simpur (Dillenia indica) Simpur (Dillenia indica) termasuk dalam famili Dilleniaceae dan memiliki nama lokal pohon sempur. Pohon simpur berbatang tegak, daun tunggal dengan tepi daun bergerigi dan bersayap pada tangkai batang. Buah berupa buah buni dengan warna putih kehijauan. Manfaat simpur sebagian besar adalah sebagai obat. Beberapa manfaat simpur diantaranya sebagai obat sariawan dan penyegar badan, yaitu bagian buahnya. Daun simpur bermanfaat untuk mencegah pendarahan saat melahirkan dan penyubur rambut (Yayasan Titian 2014). Pengamatan terhadap anakan simpur terdapat pada Tabel 3 dengan jumlah daun rata-rata 10 daun per anakan, kerapatan stomata di permukaan atas daun sebesar 224 per mm2, kerapatan stomata di permukaan bawah daun sebesar 6172 per mm2 dan luas daun rata-rata adalah 2351 mm2 per daun. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa berdasarkan jumlah daun per individu dan kerapatan stomata,

10 dari yang terbesar hingga ke yang terkecil nilainya adalah trembesi, simpur, lalu kenari. Berdasarkan luas daun, nilai dari yang terbesar ke yang terkecil adalah kenari, simpur dan trembesi. Tabel 3 Karakteristik internal anakan simpur (Dillenia indica) Kerapatan stomata Jumlah (stomata/mm2) daun Luas daun Lokasi (daun/ Permukaan Permukaan (mm2/daun) individu) atas daun bawah daun Jl K. H. Sholeh 9 2148 Iskandar 224 6172 Arboretum KSHE 10 2554 Rata-rata 10 3198 2351 Kondisi Suhu Udara, Kelembaban Relatif dan Intensitas Cahaya di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE Suhu udara, kelembaban relatif dan intensitas cahaya merupakan faktor eksternal dari transpirasi yang diukur di lokasi penelitian. Hasil pengukuran terdapat pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai suhu udara, kelembaban relatif dan intensitas cahaya rata-rata per waktu pengamatan Intensitas cahaya Suhu udara (oC) Kelembaban (%) (lux) Waktu Arboretum Jl Arboretum Jl Arboretum Jl KHSI KSHE KHSI KSHE KHSI KSHE 08.30 32 26 67 89 192 41 10.30 34 29 60 74 280 123 12.30 34 31 61 67 302 132 14.30 32 30 65 70 100 90 16.30 28 27 77 78 42 18 * Jl KHSI : Jalan K. H. Sholeh Iskandar

Suhu udara Suhu udara merupakan salah satu faktor internal yang berpengaruh secara langsung pada kemampuan transpirasi. Suhu yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah akan mengganggu kenyamanan. Pada daerah tropis kondisi kenyamanan relatif yang dirasakan manusia bila berada pada suhu 27-28 oC (Laurie 1990). Suhu udara perkotaan dipengaruhi oleh kegiatan manusia di dalamnya. Pengaruh suhu udara terhadap makhluk hidup sangat besar dimana tanaman memerlukan suhu tertentu untuk bertumbuh dengan baik (Kartaspoetra 2004). Suhu udara yang diperoleh merupakan suhu ambien sekitar anakan yang diamati, sehingga nilai suhu adalah suhu udara yang diterima oleh anakan. Nilai suhu udara yang diambil kemudian dirata-ratakan dan grafik suhu udara dapat dilihat pada Gambar 2.

11

40,000

Celcius (oC)

32

34

34

32 28

30,000 29 20,000

31

30

26

10,000

27

Arboretum KSHE Jl K.H. Sholeh Iskandar

0,000 08.30

10.30

12.30

14.30

16.30

Waktu

Gambar 2 Suhu udara di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE Gambar 2 menunjukkan bahwa di Jalan K. H. Sholeh Iskandar suhu rataan tertinggi terdapat pada pukul 10.30 WIB dan 12.30 WIB yaitu 34 oC, sedangkan suhu terendah pada pukul 16.30 WIB yaitu sebesar 28 oC. Pada Arboretum KSHE, suhu tertinggi pada pukul 12.30 WIB yaitu 31 oC, sedangkan suhu terendah pada pukul 08.30 WIB yaitu sebesar 26 oC. Secara keseluruhan, suhu udara rataan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar lebih tinggi dibandingkan suhu udara rataan di Arboretum KSHE. Hal ini sesuai dengan Kartasapoetra (2004) yang menyatakan bahwa penutupan tanah, yaitu yang ditutupi vegetasi mempunyai temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah tanpa vegetasi. Kondisi Arboretum KSHE dengan tutupan vegetasi yang lebih banyak menghasilkan suhu yang lebih rendah dibandingkan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar. Hasil pengukuran terhadap suhu udara di kedua lokasi dapat dilihat pada Lampiran 1. Kondisi suhu udara yang berbeda tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap transpirasi anakan yang diteliti. Menurut Dwidjoseputro (1980), salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi adalah suhu udara. Suhu udara mempengaruhi suhu permukaan daun, semakin tinggi suhu udara, maka panas yang terpapar ke permukaan daun akan semakin tinggi sehingga perlu dilakukan penurunan suhu permukaan daun melalui aktivitas transpirasi. Semakin tinggi suhu udara, maka semakin tinggi pula transpirasi yang terjadi. Kelembaban relatif Kelembaban relatif merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung udara pada temperatur tertentu, yang dinyatakan dalam persen (%). Kelembaban relatif diperoleh dari tabel kelembaban dengan mencocokkan selisih suhu bola basah dan bola kering dengan suhu bola kering. Nilai kelembaban relatif yang diambil kemudian dirata-ratakan dan grafik suhu udara dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa di lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar kelembaban relatif tertinggi terdapat pada pukul 16.30 WIB yaitu sebesar 77 %, sedangkan kelembaban relatif terendah pada pukul 10.30 WIB yaitu sebesar 60 %. Pada Arboretum KSHE, kelembaban relatif tertinggi terdapat pada pukul 08.30 WIB yaitu sebesar 89 %, sedangkan kelembaban relatif terendah terdapat pada pukul 12.30 WIB yaitu sebesar 67 %. Hasil pengukuran terhadap kelembaban udara

12 di kedua lokasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Secara keseluruhan, kelembaban relatif Arboretum KSHE di lebih tinggi dibandingkan kelembaban relatif di Jalan K. H. Sholeh Iskandar. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi yang berbeda tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap transpirasi anakan yang diteliti. Menurut Dwidjoseputro (1980), faktor eksternal lain yang mempengaruhi transpirasi selain suhu adalah kelembaban relatif. 100,000

89 74

80,000

70

78 77

60,000

Persen (%)

67

67

40,000

60

61

20,000

65

Jl K.H. Sholeh Iskandar Arboretum KSHE

0,000 08.30

10.30

12.30

Waktu

14.30

16.30

Gambar 3 Kelembaban relatif di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE Intensitas cahaya Intensitas cahaya yang diambil merupakan nilai yang diperoleh dari alat yang bernama luxmeter. Intensitas cahaya merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi karena intensitas cahaya sangat mempengaruhi pembukaan stomata. Stomata yang terbuka merupakan tempat keluarnya uap air untuk proses transpirasi. Hasil pengukuran terhadap intensitas cahaya terdapat pada Gambar 4. 350 280

300

302

Jl K.H. Sholeh Iskandar arboretum KSHE

250

192

Lux

200 150

100

100

123

132 90

50 0

41 08.30

42 18

10.30

12.30

Waktu

14.30

16.30

Gambar 4 Intensitas cahaya di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE Gambar 4 menunjukkan bahwa di Jalan K. H. Sholeh Iskandar Intensitas cahaya tertinggi terdapat pada pukul 12.30 WIB yaitu sebesar 302 lux, sedangkan intensitas cahaya terendah pada pukul 16.30 WIB yaitu sebesar 42 lux. Hasil pengukuran intensitas cahaya di kedua lokasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Pada Arboretum KSHE, intensitas cahaya tertinggi terdapat pada pukul 12.30 WIB yaitu sebesar 132 lux, sedangkan intensitas cahaya terendah terdapat pada pukul 16.30

13 WIB yaitu sebesar 18 lux. Secara keseluruhan, intensitas cahaya di Jalan K. H. Sholeh Iskandar lebih tinggi dibandingkan intensitas cahaya di Arboretum KSHE. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi yang berbeda tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap transpirasi anakan yang diteliti. Menurut Dwidjoseputro (1980), faktor eksternal lain yang mempengaruhi transpirasi selain suhu dan kelembaban relatif adalah intensitas cahaya. Kemampuan Transpirasi Anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE Transpirasi merupakan proses kehilangan air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan 2008). Hasil transpirasi pada kenyataannya tidak hanya dikeluarkan oleh stomata, namun juga kutikula dan lentisel, tetapi transpirasi yang umum dibicarakan adalah melalui daun karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh tumbuhan itu sebagian besar adalah lewat daun. Transpirasi memiliki manfaat bagi tubuh tumbuhan itu sendiri, yaitu mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xilem, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap berada pada kondisi optimal dan sebagai salah satu cara untuk menjaga suhu permukaan daun. Pencegahan kenaikan temperatur yang membahayakan juga dapat dilakukan karena sebagian besar dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air. Suhu permukaan daun yang tinggi akan didinginkan dengan air yang dialirkan menuju daun sehingga panas dari permukaan daun terbawa ke udara melalui uap air hasil transpirasi. Transpirasi vegetasi bagi lingkungan memiliki manfaat dalam menanggulangi penggenangan air. Transpirasi mempengaruhi kecepatan pengangkutan garamgaram mineral terutama melalui xilem dari akar ke daun (Dwidjoseputro 1980). Kemampuan transpirasi di Jalan K. H. Sholeh Iskandar Jalan K. H. Sholeh Iskandar merupakan lokasi yang mewakili kondisi lingkungan yang padat transportasi. Hasil pengamatan terhadap kepadatan transportasi selama dua hari di lokasi tersebut terdapat pada Lampiran 14. Kendaraan yang melintasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar setiap harinya mencapai 7761 kendaraan bermotor per jam atau 2-3 kendaraan bermotor per detik. Sepeda motor menjadi kendaraan bermotor yang paling banyak melintasi lokasi tersebut kemudian disusul oleh mobil pribadi dan pick up, truk dan bus, kemudian angkutan umum. Hasil pengukuran terhadap kemampuan transpirasi anakan terdapat dalam tabel pada Lampiran 6. Tabel tersebut menunjukkan transpirasi di Jalan K. H. Sholeh Iskandar untuk jenis trembesi yaitu sebesar 3.64 gram per jam per individu, sedangkan untuk jenis kenari adalah sebesar 2.27 gram per jam per individu dan untuk jenis simpur adalah sebesar 2.91 gram per jam per individu. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan transpirasi anakan jenis yang diteliti dari yang terbesar hingga terkecil adalah trembesi, simpur, kemudian kenari. Data transpirasi tiap jenis anakan per dua jam pengambilan data dapat terlihat pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa transpirasi tiap jenis anakan meningkat pada pukul 10.00 WIB-12.00 WIB lalu menurun pada pukul 12.00 WIB-16.00 WIB. Pola yang terlihat pada grafik hampir sama untuk semua jenis anakan. Hal ini sesuai

14 dengan penelitian Chen et al. (2011) yang menyatakan bahwa transpirasi pohon menunjukkan pola yang sama baik jenis yang berbeda, maupun umur dan diameter anakan pohon yang berbeda. 5,000

Gram/jam

4,000 3,000

4.45 3.51 3.01 2.35

3.54

4.03

2.55

3,103 2.41

2.56 1.98 1.76

12.00-14.00

14.00-16.00

2,000 Trembesi 1,000 0,000

Kenari Simpur 08.00-10.00

10.00-12.00

Waktu

Gambar 5 Transpirasi beberapa jenis anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar Berdasarkan pengamatan kondisi fisik lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar pada Tabel 4, terdapat perbedaan kondisi suhu udara, kelembaban relatif dan intensitas cahaya setiap dua jam pengamatan. Uji korelasi kemudian dilakukan untuk melihat pengaruh suhu udara, kelembaban relatif dan intensitas cahaya di lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar terhadap transpirasi anakan yang diamati. Uji korelasi juga menunjukkan besar kekuatan pengaruh suhu udara, kelembaban relatif dan intensitas cahaya di kedua lokasi dan ditunjukkan oleh Tabel 5. Tabel 5 Korelasi antara transpirasi anakan dengan kondisi fisik lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar Kelembaban Jenis Suhu Udara Intensitas Cahaya Relatif Trembesi 0.635 -0.628 0.427 Kenari 0.493 -0.492 0.446 Simpur 0.690 -0.639 0.595 Hasil korelasi tersebut menunjukkan bahwa kelembaban relatif memiliki pengaruh negatif terhadap transpirasi, artinya transpirasi akan meningkat dengan menurunnya nilai kelembaban relatif. Suhu udara dan intensitas cahaya memiliki korelasi yang positif terhadap transpirasi, artinya transpirasi akan meningkat dengan meningkatnya nilai suhu udara dan intensitas cahaya. Kekuatan korelasi terbesar untuk transpirasi anakan trembesi dan simpur adalah suhu udara, sedangkan untuk anakan kenari adalah kelembaban relatif. Hasil perhitungan korelasi faktor eksternal terhadap transpirasi dapat dilihat pada Lampiran 8. Kemampuan transpirasi di Arboretum KSHE Arboretum KSHE merupakan lokasi yang mewakili lingkungan bervegetasi pepohonan dan juga sebagai pembanding dengan lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar. Arboretum KSHE terletak di tengah-tengah kampus IPB Darmaga yang merupakan kampus biodiversitas. Tabel pada Lampiran 6 menunjukkan transpirasi di

15 Arboretum KSHE untuk jenis trembesi yaitu sebesar 1.89 gram per jam per individu, sedangkan untuk jenis kenari adalah sebesar 1.60 gram per jam per individu dan untuk jenis simpur adalah sebesar 2.19 gram per jam per individu. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan transpirasi anakan jenis yang diteliti dari yang terbesar hingga terkecil adalah simpur, trembesi, lalu kenari. Hasil ini berbeda dengan transpirasi anakan di lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar. Faktor internal yang mempengaruhi kemampuan transpirasi anakan dapat menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan tersebut. Anakan simpur pada Jalan K. H. Sholeh Iskandar memiliki jumlah daun dan luas daun lebih besar bila dibandingkan dengan anakan simpur pada Arboretum KSHE, walaupun jika dibandingkan dengan anakan trembesi, anakan simpur memiliki jumlah daun dan luas daun yang lebih kecil. Data transpirasi tiap jenis anakan per dua jam pengambilan data dapat terlihat pada Gambar 6. 3,000

2.72 2.38

2,500

Gram/jam

2,000 1,500 1,000

1.83 1.78

2.12

2.09

1.92

1.79

1.43

1.71 1.33 1.36

0,500 0,000

Trembesi 08.00-10.00

Kenari

10.00-12.00

12.00-14.00

Simpur 14.00-16.00

Waktu

Gambar 6 Transpirasi beberapa jenis anakan di Arboretum KSHE Gambar 6 menunjukkan bahwa hal yang sama dengan lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar, yaitu transpirasi terbesar ada terjadi pada pukul 10.00-12.00 WIB dan transpirasi terkecil terjadi pada pukul 14.00-16.00 WIB untuk tiap jenis anakan. Gambar 5 menunjukkan bahwa transpirasi tiap jenis anakan meningkat pada pukul 10.00 WIB-12.00 WIB lalu menurun pada pukul 12.00 WIB-16.00 WIB. Uji korelasi dilakukan untuk melihat pengaruh suhu udara, kelembaban relatif dan intensitas cahaya di lokasi Arboretum KSHE terhadap anakan yang diamati. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Korelasi antara transpirasi anakan dengan kondisi fisik lokasi Arboretum KSHE Kelembaban Jenis Suhu Udara Intensitas Cahaya Relatif Trembesi 0.378 -0.327 0.357 Kenari 0.368 -0.303 0.374 Simpur 0.468 -0.422 0.413 Hasil korelasi tersebut menunjukkan hal yang sama pada lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar, bahwa kelembaban relatif memiliki pengaruh negatif terhadap transpirasi, artinya transpirasi akan meningkat dengan menurunnya nilai

16 kelembaban relatif. Suhu udara dan intensitas cahaya memiliki korelasi yang positif terhadap transpirasi, artinya transpirasi akan meningkat dengan meningkatnya nilai suhu udara dan intensitas cahaya. Suhu udara lokasi Arboretum yang rendah disebabkan oleh naungan pohon pada lokasi tersebut, hal ini sesuai dengan pernyataan Dimoudi dan Nikolopoulou (2003) diacu dalam Harti (2004) dimana efek tanaman dalam lingkungan dapat menurunkan suhu udara dengan adanya naungan pohon dan evapotranspirasi tanaman. Kondisi suhu udara yang rendah kemudian mengakibatkan transpirasi anakan menjadi lebih rendah di lokasi tersebut. Kekuatan korelasi terbesar untuk transpirasi anakan trembesi dan simpur adalah suhu udara, sedangkan untuk anakan kenari adalah intensitas cahaya. Nilai korelasi faktor lain yang lebih rendah bukan berarti faktor tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap transprasi tiap jenis anakan, namun pengaruh yang diberikan terhadap jenis anakan tersebut lebih kecil. Perbandingan Kemampuan Transpirasi Tiap Jenis Anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE Hasil pengamatan akan transpirasi pada Lampiran 6 dan Gambar 7 menunjukkan bahwa transpirasi setiap jenis anakan di lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar selalu lebih tinggi dibandingkan dengan transpirasi setiap jenis anakan di Arboretum KSHE. Trembesi

5,00

Jl K.H. Sholeh Iskandar

Arboretum KSHE

4,45 4,03

gram/jam

4,00

3,51

3,00

2,56 2,21

2,12

1,83

2,00

1,42

1,00 0,00 08.00-10.00

10.00-12.00

Waktu

12.00-14.00

Kenari

14.00-16.00

Jl K.H. Sholeh Iskandar

Arboretum KSHE

3,00 2,55

gram/jam

2,50

2,41

2,35 2,00

1,82

2,00

1,76

1,45

1,50

1,42

1,00 0,50 0,00

08.00-10.00

10.00-12.00

Waktu

12.00-14.00

Simpur 4,00

3,50

gram/jam

Jl K.H. Sholeh Iskandar

Arboretum KSHE

3,54 3,01

3,10

2,97

3,00

2,70

2,50 2,00

14.00-16.00

1,98

1,93

1,89

1,50 1,00 0,50 0,00

08.00-10.00

10.00-12.00

Waktu

12.00-14.00

14.00-16.00

Gambar 7 Transpirasi beberapa jenis anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar dan Arboretum KSHE

17 Berdasarkan uji anova dengan rancangan acak kelompok, diperoleh nilai Pvl < α yang menunjukkan bahwa kemampuan transpirasi anakan trembesi dan simpur berbeda nyata di keseluruhan waktu pengamatan pada kedua lokasi tersebut. Sedangkan kemampuan transpirasi anakan kenari tidak berbeda nyata di antara kedua lokasi tersebut pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB dan berbeda nyata mulai dari pukul 12.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Hasil penghitungan uji anova dapat dilihat pada Lampiran 7. Kemampuan transpirasi anakan kenari yang tidak berbeda nyata di antara kedua lokasi menunjukkan anakan jenis kenari memiliki ketahanan yang baik dengan lingkungan yang berbeda. Menurut Setiawati (2000) pohon kenari termasuk jenis pohon yang tahan terhadap pencemaran udara dan dapat disarankan menjadi pohon peneduh pada lanskap jalan raya yang padat lalu lintasnya. Kemampuan transpirasi anakan trembesi dan simpur yang berbeda nyata di kedua lokasi menunjukkan bahwa faktor lingkungan sangat mempengaruhi transpirasi jenis ini. Kondisi lingkungan Jalan K. H. Sholeh Iskandar sangat berbeda dengan kondisi lingkungan di Arboretum KSHE. Kondisi lokasi Jalan K. H. Sholeh Iskandar dapat dilihat pada Lampiran 9 dan kondisi lingkungan Arboretum KSHE dapat dilihat pada Lampiran 10. Lingkungan yang padat akan transportasi dan lebih terbuka menyebabkan faktor-faktor eksternal seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang mempengaruhi transpirasi juga akan sangat berbeda di kedua lokasi. Perbandingan Kemampuan Transpirasi Tiap Jenis Anakan Kemampuan transpirasi rata-rata dari tiap jenis anakan ditunjukkan pada Tabel 7. Kemampuan transpirasi anakan trembesi adalah sebesar 2.77 gram per jam per anakan, sedangkan untuk jenis kenari adalah sebesar 1.93 gram per jam per anakan dan untuk jenis simpur adalah sebesar 2.55 gram per jam per anakan. Hasil lebih lengkap tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Kemampuan transpirasi rata-rata per individu setiap jenis anakan Jenis Trembesi (a)

Kenari (b)

Simpur (c)

Waktu 08.00-10.00 10.00-12.00 12.00-14.00 14.00-16.00 08.00-10.00 10.00-12.00 12.00-14.00 14.00-16.00 08.00-10.00 10.00-12.00 12.00-14.00 14.00-16.00

Transpirasi (gram/jam) 2.67 3.33 3.07 1.99 1.89 2.24 2.07 1.53 2.43 3.18 2.80 1.80

Rata-rata (gram/jam) 2.77

1.93

2.55

18 Gambar 8 juga menunjukkan perbandingan kemampuan transpirasi tiap jenis anakan secara keseluruhan. Kemampuan transpirasi rata-rata per individu berturutturut dari yang terbesar hingga terkecil adalah trembesi, simpur lalu kenari.

Gram/jam

4,000

2,000

3,638

1,892

Jalan Baru Arboretum 2,267

2,911 2,188

1,598

0,000 Trembesi

Kenari

Simpur

Gambar 8 Laju transpirasi rata-rata tiap jenis anakan Berdasarkan jumlah daun, kerapatan stomata dan luas daun, dapat dilihat faktor internal yang sangat mempengaruhi kemampuan transpirasi anakan jenis trembesi, kenari dan simpur. Hasil pengamatan terhadap kerapatan stomata dapat dilihat pada Lampiran 11 untuk anakan jenis trembesi, Lampiran 12 untuk anakan jenis kenari dan Lampiran 13 untuk anakan jenis simpur. Jumlah daun rata-rata per anakan jenis trembesi adalah yang terbanyak yaitu sebanyak 14 daun per individu anakan, disusul oleh anakan jenis simpursebanyak 10 daun per individu anakan dan jumlah daun terkecil dimiliki oleh jenis kenari sebanyak 6 daun per anakan. Hal ini sesuai dengan kemampuan transpirasi per individu tiap jenis anakan dari terbesar ke terkecil yaitu trembesi, simpur, lalu kenari, sehingga kemampuan transpirasi anakan dipengaruhi oleh jumlah daun. Semakin banyak jumlah daun, maka semakin tinggi pula kemampuan transpirasi individu anakan, sedangkan hasil pengukuran terhadap transpirasi anakan per dan per luas daun dan per stomata ditunjukkan dalam Tabel 8. Tabel 8 Kemampuan transpirasi setiap jenis anakan Kemampuan transpirasi Jenis anakan individu Trembesi Kenari Simpur -3 -3 Per daun (g/daun) 206.043x10 325.267x10 264.071x10-3 -8 -8 Per stomata (g/stomata) 1.33963x10 3.83279x10 3.7226x10-8 Per luas daun (g/mm2) 14.993x10-5 10.320x10-5 11.905x10-5 Tabel 8 menunjukkan bahwa kemampuan transpirasi per daun anakan trembesi adalah sebesar 0.206 gram per daun, kenari sebesar 0.325 gram per daun dan simpur sebesar 0.264 gram per daun. Kenari memiliki kemampuan transpirasi per daun yang tertinggi dan trembesi yang terendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh luasan daun kenari yang lebih luas dari daun trembesi. Kerapatan stomata permukaan atas dan permukaan bawah daun terbesar dimiliki anakan jenis trembesi yaitu sebesar 11 192 stomata per mm2 daun, kerapatan stomata kedua terbesar dimiliki anakan jenissimpur yaitu sebesar 3198 stomata per mm2 daun dan kerapatan stomata terkecil dimiliki anakan jenis kenari yaitu sebesar 2692 stomata per mm2 daun. Hal ini sesuai dengan kemampuan

19 transpirasi per individu tiap jenis anakan dari terbesar ke terkecil yaitu trembesi, simpur, lalu kenari, sehingga kemampuan transpirasi anakan dipengaruhi oleh jumlah daun. Semakin tinggi kerapatan stomata daun, maka semakin tinggi pula kemampuan transpirasi individu anakan. Hal ini sesuai dengan Dwidsejoputro (1980) yang menyatakan bahwa yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam dari transpirasi salah satu diantaranya adalah banyak sedikitnya stomata. Sedangkan Tabel 8 menunjukkan bahwa kenari memiliki kemampuan transpirasi per stomata yang tertinggi dan trembesi yang terendah, namun kemampuan per stomata tersebut sangat kecil perbedaan antar jenisnya. Mekanisme menutup dan membukanya stomata tergantung dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat (Lakitan 1996), sehingga stomata merupakan faktor internal penting dari tanaman yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan transpirasi tanaman. Luas daun total per anakan dan luas daun rata-rata untuk jenis trembesi adalah 177 196 mm2 dan 1048 mm2 per daun. Luas daun total per anakan dan luas daun rata-rata untuk jenis kenari adalah 187 222 mm2 dan 3039 mm2 per daun. Luas daun total per anakan dan luas daun rata-rata untuk jenis simpur adalah 214 130 mm2 dan 2351 mm2 per daun. Luas total daun per anakan dan luas daun rata-rata pada Tabel 3 untuk ketiga jenis anakan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah kenari, simpur dan trembesi. Hal ini tidak sama dengan kemampuan transpirasi per individu tiap jenis anakan dari terbesar ke terkecil yaitu trembesi, simpur dan kenari sehingga dapat disimpulkan bahwa luas permukaan daun memiiki pengaruh yang kecil terhadap kemampuan transpirasi anakan. Tabel 7 menunjukan bahwa kemampuan transpirasi per luas daun anakan trembesi adalah yang tertinggi dan kenari yang terendah. Data menunjukkan bahwa trembesi memiliki jumlah daun rata-rata dan nilai kerapatan stomata yang paling tinggi. Secara keseluruhan, transpirasi per individu tertinggi juga dimiliki oleh anakan jenis trembesi. Sedangkan kemampuan transpirasi per daun dan kemampuan transpirasi per stomata terbesar dimiliki oleh anakan jenis kenari. Jumlah daun terbanyak dan nilai kerapatan stomata terbesar yang dimiliki oleh trembesi dapat menjadi faktor yang mengakibatkan kemampuan transpirasi jenis trembesi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kenari dan simpur. Tiga fungsi secara umum dari hutan kota adalah fungsi lansekap, fungsi pelestarian lingkungan (ekologi) dan fungsi estetika (Irwan 2005). Penanggulangan penggenangan air dan pendinginan udara merupakan salah satu dari fungsi pelestarian lingkungan (ekologi) dari hutan kota. Kemampuan transpirasi yang tinggi yang dimiliki oleh trembesi dan kenari tersebut dapat mendukung fungsi pelestarian lingkungan oleh hutan kota.

20

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kelembaban relatif memiliki pengaruh negatif terhadap transpirasi, sedangkan suhu udara dan intensitas cahaya memiliki pengaruh positif terhadap transpirasi anakan. Kemampuan transpirasi anakan jenis trembesi dan simpur sangat dipengaruhi oleh faktor suhu udara, sedangkan kemampuan transpirasi anakan jenis kenari sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari Kemampuan transpirasi per individu dari yang terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah anakan trembesi (Samanea saman), simpur (Dillenia indica), kemudian kenari (Canarium commune). Kemampuan transpirasi per daun dan kemampuan transpirasi per stomata terbesar dimiliki oleh jenis Kenari (Canarium commune). Saran Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan menambah frekuensi pengambilan data per hari dari suhu, kelembaban relatif dan intensitas cahaya pada lokasi penelitian. Penelitian selanjutnya perlu menambahkan faktor eksternal yang diamati seperti polusi udara untuk mengakuratkan hasil yang diperoleh. Pengambilan data sebaiknya dilakukan oleh pengamat yang sama sehingga terjadi konsistensi pengambilan data. Penelitian selanjutnya perlu mengukur kemampuan transpirasi pada tiap kelas umur anakan yaitu semai, pancang dan tiang, serta mengetahui korelasi transpirasi antara senai, pancang dan tiang. Pemerintah Kota Bogor dan kota lain yang mengalami masalah penggenangan air sebaiknya menggunakan jenis trembesi dan simpur untuk menganggulangi masalah penggenangan air di kotanya.

21

DAFTAR PUSTAKA Ainy CH. 2012. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Iklim Mikro di Kawasan Kota Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ardiansyah. 2009. Daya Rosot Karbondioksida Oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota Di Kampus IPB Darmaga. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Becana. 2014. Data dan Informasi Bencana di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2014 Mei 14]. Tersedia pada : http://dibi.bnpb.go.id/DesInventar/dashboard.jsp?countrycode=id. Chen L, Zhang Z, Li Z, Tang J, Caldwell P, dan Zhang W. 2011. Biophysical control of whole tree transpiration under an urban environment in Northern China. Journal of Hydrology 402: 388–400 Dahlan EN. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Jakarta (ID): Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI). Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. Bogor (ID): IPB Press. Dachlan EN. 2013. Kota Hijau Hutan Kota. Bogor (ID): Hak cipta ada pada penulis Dwidjoseputro D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Gramedia. Fakuara Y. 1986. Hutan Kota Peranan dan Masalahnya. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Fakuara Y, Soekoetjo W. 1986. Penentuan Jumlah Transpirasi Pada Berbagai Jenis Pohon yang Tumbuh di Perkotaan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Handoko (ed). 1993. Klimatologi Dasar. Jakarta (ID): Pustaka Jaya. Harti CI. 2004. Pengaruh Taman Lingkungan Terhadap Suhu Udara Sekitarnya. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Herdiansah. 2006. Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota sebagai Rosot Gas Karbondioksida. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Irwan ZD. 2005. Tantangan Lingkungan & Lansekap Hutan Kota. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Kartasapoetra AG. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Lailati M. 2008. Kemampuan Rosot Karbondioksida 15 Jenis Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lakitan B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Laurie M. 1990. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung (ID): Intermata. Terjemahan dari: Introduction to Landscape Architecture. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1977. Jenis Jenis Kayu Indonesia 6. [Internet]. [diunduh 2014 September 26]. Tersedia pada: http://digilib.biologi.lipi.go.id/mybox/31918-01977_GL_jenis_jenis__kayu__indonesia__58-117.PDF Moore PD, Chapman SB. 1986. Methods in Plant Ecology. Oxford(US): The Alden Press. Munir M, Swasono MAH. 2013. Potensi Pupuk Hijau Organik (Daun Trembesi, Daun Paitan, Daun Lantoro) sebagai Unsur Kestabilan Kesuburan Tanah.

22 [Internet]. [diunduh 2014 Maret 29]. Tersedia pada: http://jurnal.yudharta.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/1-Misbach-MunirPOTENSI-PUPUK-HIJAU-ORGANIKDaun-Trembesi-Daun-PaitanDaun-Lantoro-SEBAGAI-UNSUR-KESTABILAN-KESUBURANTANAH.pdf Purwaningsih S. 2007. Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Purnamasari E. 2003. Studi Keberadaan dan Kondisi Fisik Pohon Kenari (Canarium commune L.) sebagai Pohon Tepi Jalan di Jalan Pemuda dan Jalan Ahmad Yani, Kota Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Sakuntaladewi N. 2014. REDD: Solusi atau Beban. [Internet]. [diunduh 1 Desember 2014]. Tersedia pada: http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=9116&coid=1&caid=56 &gid=5 Setiawati K. 2000. Studi Tingkat Toleransi Pohon Tepi Jalan Terhadap Pencemaran Udara Emisi Kendaraan Bermotor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press Wardhana WA. 2007. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi). Yogyakarta (ID): Andi [Yayasan Titian]. 2014. Mengapa Harus Melestarikan Hutan?. [Internet]. [diunduh 2014 September 23]. Tersedia pada: http://www.rareplanet.org/sites/rareplanet.org/files/Leaflet_seri1.pdf

Lampiran 1 Suhu udara rata-rata Waktu

Suhu udara Jalan K. H. Sholeh Iskandar (oC) 12-Jun 13-Jun 14-Jun 15-Jun 16-Jun 17-Jun 18-Jun 19-Jun 22-Jun 23-Jun 24-Jun 25-Jun 26-Jun 27-Jun 28-Jun

08.30

33.1

28

32.27

31.7

35.23

26.5

32.5

28.77

35.5

33.13

30.9

32.9

32.3

31.5

31.67

10.30

34.07

32

33.67

27.67

37

32.67

35.07

32.4

37.17

34.67

34.9

37.27

33.5

33

34.6

12.30

35.17

37

37.67

29.07

34.67

36.07

35.33

33.57

37

27.33

36.17 34.83

34.83

28.5

33.33

14.30

34.23

31

33.43

28.1

32

32.7

35.43

28.33

34.17

31.5

31.93

29.5

32.27

26.5

31

16.30

27.07

28.4

26.33

27.57

29.5

29

28.93

27

32.5

30

29.6

26.5

31.33

24

28.5

Waktu

Suhu udara Arboretum KSHE (oC) 12-Jun 13-Jun 14-Jun 15-Jun 16-Jun 17-Jun 18-Jun 19-Jun 22-Jun 23-Jun 24-Jun 25-Jun 26-Jun 27-Jun 28-Jun

08.30

26

25

27.5

25

25

25.33

25

25.5

20.6

26.33

26

33

25.67

23

25.33

10.30

28.17

28

32.83

26

31.17

25.33

31

27

31.67

30.33

30

33.33

27.17

25

30

12.30

32.67

29.5

36

27.67

34.33

28.67

33

29

37

27

32.17

33

28

25

29.17

14.30

32

26.83

35.33

26

32

31.17

33

28

35

27

30

30.33

27.33

26.83

29

16.30

29

25

25

25.33

30.17

28.33

28

26.17

31.5

29

30

25.83

26

23.5

26

23

Waktu 08.30 10.30 12.30 14.30 16.30 Waktu 08.30 10.30 12.30 14.30 16.30

24

Lampiran 2 Kelembaban relatif rata-rata

Kelembaban relatif Jalan K. H. Sholeh Iskandar (%) 12-Jun 13-Jun 14-Jun 15-Jun 16-Jun 17-Jun 18-Jun 19-Jun 22-Jun 23-Jun 24-Jun 25-Jun 26-Jun 27-Jun 28-Jun 62 87 70 70 56 91 62 75 47 60 70 62 65 64 56 58 67 62 87 51 67 58 62 54 58 58 54 57 57 55 52 56 54 76 58 53 52 62 49 87 53 63 54 83 55 58 64 57 83 59 65 56 72 54 64 64 76 59 82 67 95 75 91 79 76 76 75 79 57 70 72 78 61 95 69 Kelembaban relatif Arboretum KSHE (%) 12-Jun 13-Jun 14-Jun 15-Jun 16-Jun 17-Jun 18-Jun 19-Jun 22-Jun 23-Jun 24-Jun 25-Jun 26-Jun 27-Jun 28-Jun 91 95 83 90 91 95 90 95 95 91 82 71 86 87 86 83 76 65 91 61 95 62 91 59 70 61 60 79 87 64 57 77 53 83 54 79 60 69 44 82 57 57 83 83 69 70 73 52 91 59 67 60 69 56 91 67 70 83 82 66 76 79 78 90 64 87 72 78 59 83 64 82 82 90 91

Lampiran 3 Intensitas cahaya matahari rata-rata Waktu 08.30 10.30 12.30 14.30 16.30

Waktu 08.30 10.30 12.30 14.30 16.30

12Jun 358 430 432 159 22

12Jun 52 379 329 216 33

13Jun 104 198 534 96 40

13Jun 125 128 80 31 95

14Jun 308 289 497 185 9

14Jun 20 63 205 106 5

Intensitas cahaya matahari rata-rata Jalan K. H. Sholeh Iskandar (lux) 151617181922232425Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jun 187 421 74 294 124 322 121 39 148 136 4901 264 152 208 410 245 208 286 40 415 556 116 185 601 25 354 334 55 42 124 115 50 197 178 78 69 78 3 6 11 10 188 11 28 60

15Jun 23 39 67 60 18

Intensitas cahaya matahari rata-rata Arboretrum KSHE (lux) 1617181922232425Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jun 18 35 30 28 31 72 21 32 79 49 77 52 227 63 85 21 117 146 394 58 153 24 76 13 87 129 56 23 139 291 50 8 16 6 13 4 28 21 0 2

26Jun 181 210 249 86 70

26Jun 32 60 51 28 12

27Jun 127 431 52 17 76

27Jun 39 44 92 12 3

28Jun 67 237 141 49 23

28-Jun 59 475 180 114 15

25

26

Lampiran 4 Bobot rata-rata anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar

08.00

12Jun 714.8

13Jun 713.8

14Jun 710.1

15Jun 698

16Jun 705.4

17Jun 703.9

18Jun 701.3

19Jun 696.2

22Jun 663.8

23Jun 679.3

24Jun 677

25Jun 670.9

26Jun 668.6

27Jun 650.9

28Jun 671.8

Ratarata 688.39

10.00

711.9

711.3

700.8

693.6

696.9

699.5

692.2

692.2

656.4

671.9

668.9

662.3

657.8

642.7

661.6

681.33

12.00

705.4

701.1

693.9

689.6

688

691.2

683.9

683.1

646.2

665.1

657.4

650.9

646.5

632.4

651.9

672.44

14.00

697.4

695.3

686.2

685.9

679.2

683.2

674.2

675.5

634.9

659

646

644.6

634.7

627.5

642.1

664.38

16.00

687.9

692.4

680.5

681.3

673

677.9

668.5

673.7

629.3

653.2

639.9

640.5

628.4

625.2

636.3

659.20

08.00

709.9

711.7

709.1

702.7

705.7

705.7

708.3

706.6

692.1

696.2

698.5

698

695.7

684.1

693.1

701.16

10.00

709

710.1

702.3

698.8

697.9

702

701.4

702.9

687.5

690.7

693.7

692.3

690.2

679.5

688.6

696.46

12.00

704.5

702.8

697.1

697.2

692.8

698.6

694.5

695.2

681.6

688.8

688.4

685.9

684.1

674.6

684.4

691.37

14.00

696.5

698.2

692.3

693.5

687.5

691.5

690.4

691.2

675.8

685.7

682.9

682.6

679

672.6

678.6

686.55

16.00

692.9

695.5

688.7

689.8

684.1

688.2

686.1

690.1

671.6

677.1

679.8

680.2

675

670.4

675.9

683.03

08.00

635.2

630.4

627.9

618.7

626.3

626.5

629.5

629.7

615.8

620.9

627.5

623.4

623.9

604.2

622.1

624.13

10.00

627.1

626.2

620.5

614.5

615.9

623.4

623.6

625.5

609

615.1

620.8

617.6

617.5

598.6

616.3

618.11

12.00

622.4

621.4

612.1

611.5

609.3

615.8

614.3

616.5

600.3

610.6

611.8

608.2

609.8

591.1

610.2

611.02

14.00

612.8

613.2

605.8

608.6

601.9

608.1

606.7

612.4

592.2

606.6

606.8

604.4

602.1

588.3

602.3

604.81

16.00

608.2

609.3

601.3

605.5

598.6

604.4

601.9

611.8

584.8

602.3

599.7

601.5

597.4

587

599

600.85

Bobot rata-rata

a

b

c

Ket : a = trembesi; b = kenari; c = simpur

Lampiran 5 Bobot rata-rata anakan di Arboretum KSHE Bobot rata-rata 12-Jun 13-Jun 14-Jun 15-Jun 16-Jun 17-Jun 18-Jun 19-Jun 22-Jun 23-Jun 24-Jun 25-Jun 26-Jun 27-Jun 28-Jun Rata-rata

a

b

c

08.00

677.9

690.0

691.3

674.3

677.9

671.4

658.5

655.6

638.9

619.4

626.3

636.4

641.0

619.0

639.8

647.85

10.00

674.9

686.9

686.2

671.1

672.3

667.6

655.5

654.2

634.8

618.3

621.3

630.6

639.0

615.3

634.2

644.28

12.00

668.3

681.0

679.7

669.0

667.7

663.7

650.6

651.6

630.7

616.1

618.1

623.7

636.1

610.7

628.2

645.23

14.00

663.9

678.0

673.8

666.9

660.1

656.8

646.1

650.7

624.1

613.7

612.7

619.8

633.2

607.1

624.1

640.96

16.00

659.6

675.6

671.5

663.7

657.4

654.5

642.1

648.1

619.4

609.1

610.3

616.8

630.9

606.7

621.4

638.09

08.00

723.2

711.3

740.0

722.4

725.9

722.8

713.0

711.3

696.9

682.3

688.3

697.1

699.7

701.9

712.1

709.88

10.00

720.8

708.9

735.9

719.1

721.6

719.9

710.7

710.5

695.2

681.8

684.8

692.0

698.7

698.2

706.5

707.08

12.00

712.8

700.9

729.7

717.0

716.9

716.3

706.9

708.2

692.7

680.2

681.4

687.1

696.0

695.2

703.3

703.81

14.00

707.8

695.9

725.3

715.1

711.6

710.8

703.0

707.1

686.0

677.9

678.9

683.9

694.2

691.7

700.7

700.34

16.00

702.6

690.7

721.9

711.7

709.3

708.8

700.3

705.3

683.3

674.7

675.9

681.7

692.2

690.5

698.4

697.75

08.00

642.5

631.8

662.9

645.2

651.1

647.7

632.9

631.8

610.5

588.3

586.4

597.3

609.7

612.7

624.3

625.01

10.00

639.8

629.1

657.7

642.3

647.5

643.4

629.1

630.1

607.4

585.9

581.7

591.0

607.3

607.4

618.8

621.30

12.00

632.7

622.0

650.6

639.6

639.8

637.0

623.0

626.0

599.9

582.9

577.1

584.1

603.9

601.4

612.9

616.03

14.00

627.3

616.6

646.3

637.2

631.8

629.6

617.2

623.0

590.4

579.3

571.8

579.4

601.5

598.0

609.0

611.05

16.00

621.4

610.7

643.2

634.5

628.4

625.2

613.3

621.5

584.8

573.7

568.5

577.3

599.6

597.1

606.5

607.84

Ket : a = trembesi; b = kenari; c = simpur

27

28

Lampiran 6 Laju transpirasi anakan trembesi, kenari dan simpur Jenis

Trembesi (a)

Kenari (b)

Simpur (c)

Waktu

Transpirasi (gram/jam) Jalan K. H. Sholeh Iskandar

Arboretum KSHE

Rata-rata

08.00-10.00

3.51

1.82

2.67

10.00-12.00

4.45

2.21

3.33

12.00-14.00

4.03

2.12

3.07

14.00-16.00

2.56

1.42

1.99

rata-rata

3.64

1.89

2.77

08.00-10.00

2.35

1.43

1.89

10.00-12.00

2.55

1.94

2.24

12.00-14.00

2.41

1.73

2.07

14.00-16.00

1.76

1.29

1.53

rata-rata

2.27

1.60

1.93

08.00-10.00

3.01

1.84

2.43

10.00-12.00

3.54

2.81

3.18

12.00-14.00

3.10

2.49

2.80

14.00-16.00

1.98

1.61

1.80

rata-rata

2.91

2.19

2.55

29 Lampiran 7 Hasil uji anova rancangan acak kelompok Uji ANOVA transpirasi anakan trembesi (08.00-10.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

15

4.26304768

0.28420318

3.15

0.0191

Error

14

1.26295750

0.09021125

Corrected Total

29

5.52600518

Uji ANOVA transpirasi anakan trembesi (10.00-12.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

15

4.29400858

0.28626724

4.81

0.0027

Error

14

0.83330818

0.05952201

Corrected Total

29

5.12731676

Uji ANOVA transpirasi anakan trembesi (12.00-14.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

15

4.61827043

0.30788470

4.69

0.0031

Error

14

0.91927527

0.06566252

Corrected Total

29

5.53754569

Uji ANOVA transpirasi anakan trembesi (14.00-16.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Perlakuan

15

3.09659717

0.20643981

5.87

0.0010

Error

14

0.49257852

0.03518418

Total

29

3.58917570

Uji ANOVA transpirasi anakan kenari (08.00-10.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

15

3.03117154

0.20207810

2.14

0.0818

Error

14

1.32296130

0.09449724

Corrected Total

29

4.35413284

Uji ANOVA transpirasi anakan kenari (10.00-12.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

15

2.16271670

0.14418111

2.36

0.0579

Error

14

0.85358274

0.06097020

Corrected Total

29

3.01629944

30 Lampiran 7 Hasil uji anova rancangan acak kelompok (lanjutan) Uji ANOVA transpirasi anakan kenari (12.00-14.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

15

2.07917890

0.13861193

3.04

0.0221

Error

14

0.63824162

0.04558869

Corrected Total

29

2.71742052

Uji ANOVA transpirasi anakan kenari (14.00-16.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

15

1.50270630

0.10018042

2.92

0.0260

Error

14

0.48036402

0.03431172

Corrected Total

29

1.98307032

Uji ANOVA transpirasi anakan simpur (08.00-10.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

15

2.34402749

0.15626850

2.69

0.0361

Error

14

0.81396042

0.05814003

Corrected Total

29

3.15798791

Uji ANOVA transpirasi anakan simpur (10.00-12.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

15

1.83575325

0.12238355

2.68

0.0363

Error

14

0.63847705

0.04560550

Corrected Total

29

2.47423030

Uji ANOVA transpirasi anakan simpur (12.00-14.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

15

2.60094911

0.17339661

3.73

0.0092

Error

14

0.65147963

0.04653426

Corrected Total

29

3.25242874

Uji ANOVA transpirasi anakan simpur (14.00-16.00) Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

15

2.76069492

0.18404633

4.54

0.0036

Error

14

0.56738218

0.04052730

Corrected Total

29

3.32807709

31 Lampiran 8 Hasil uji korelasi terhadap transpirasi Lokasi : Jalan K. H. Sholeh Iskandar Korelasi suhu udara, kelembaban relatif (RH) dan intensitas cahaya terhadap anakan trembesi suhu -0,918 0,000

RH

intensitas_chy

0,742 0,000

-0,601 0,000

transpirasi

0,635 0,000

-0,628 0,000

RH

intensitas_chy

0,427 0,001

Korelasi suhu udara, kelembaban relatif (RH) dan intensitas cahaya terhadap anakan kenari RH_1

suhu_1 -0,918 0,000

RH_1

intensitas_chy_1

intensitas_chy_1

0,742 0,000

-0,601 0,000

transpirasi_1

0,493 0,000

-0,492 0,000

0,446 0,000

Korelasi suhu udara, kelembaban relatif (RH) dan intensitas cahaya terhadap anakan simpur suhu_2 -0,918 0,000

RH_2

intensitas_chy_2

0,742 0,000

-0,601 0,000

transpirasi_2

0,690 0,000

-0,639 0,000

RH_2

intensitas_chy_2

0,595 0,000

Lokasi : Arboretum KSHE Korelasi suhu udara, kelembaban relatif (RH) dan intensitas cahaya terhadap anakan trembesi suhu_3 -0,922 0,000

RH_3

intensitas_chy_3

0,345 0,007

-0,323 0,012

transpirasi_3

0,378 0,003

-0,327 0,011

RH_3

intensitas_chy_3

0,357 0,005

32 Lampiran 8 Hasil uji korelasi terhadap transpirasi (lanjutan) Korelasi suhu udara, kelembaban relatif (RH) dan intensitas cahaya terhadap anakan kenari suhu_4 -0,922 0,000

RH_4

intensitas_chy_4

0,345 0,007

-0,323 0,012

transpirasi_4

0,368 0,004

-0,303 0,019

RH_4

intensitas_chy_4

0,374 0,003

Korelasi suhu udara, kelembaban relatif (RH) dan intensitas cahaya terhadap anakan simpur suhu_5 -0,922 0,000

RH_5

intensitas_chy_5

0,345 0,007

-0,323 0,012

transpirasi_5

0,468 0,000

-0,422 0,001

RH_5

intensitas_chy_5

0,413 0,001

Lampiran 9 Kondisi lokasi peletakan anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar

Lampiran 10 Kondisi lokasi peletakan anakan di Arboretum KSHE

33

Permukaan atas daun : perbesaran 10 x 10 (kiri), perbesaran 40 x 10 (kanan)

Permukaan bawah daun : perbesaran 10 x 10 (kiri), perbesaran 40 x 10 (kanan)

34

Lampiran 11 Stomata anakan jenis trembesi (Samanea saman)

Lampiran 12 Stomata anakan jenis kenari (Canarium asperum)

Permukaan atas daun : perbesaran 10 x 10 (kiri), perbesaran 40 x 10 (kanan)

Permukaan bawah daun : perbesaran 10 x 10 (kiri), perbesaran 40 x 10 (kanan) 35

Permukaan atas daun : perbesaran 10 x 10 (kiri), perbesaran 40 x 10 (kanan)

Permukaan bawah daun : perbesaran 10 x 10 (kiri), perbesaran 40 x 10 (kanan)

36

Lampiran 13 Stomata anakan jenis simpur (Dillenis indica)

Lampiran 14 Kepadatan transportasi di Jalan K. H. Sholeh Iskandar Kepadatan kendaraan per jam Jenis kendaraan Minggu (30/11/14) Selasa (2/12/14) Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Sepeda motor 4468 4176 4488 5558 4342 4274 5013 Mobil pribadi/ pick up 2133 2815 3087 2382 2351 2560 2258 Angkutan umum 326 259 270 332 337 314 329 Truk/ bus 219 217 194 480 546 434 350 Total 7146 7467 8039 8752 7576 7582 7950

Rata-rata Siang 4259 2583 298 382 7522

Total rata-rata Sore 4381 2824 292 314 7811

4551 2555 306 348 7761

Ket : pagi = 08.00-09.00 WIB; siang = 12.00-13.00 WIB; sore = 15.00-16.00 WIB

37

38

Lampiran 15 Peta peletakan anakan di Jalan K. H. Sholeh Iskandar

Lampiran 16 Peta peletakan anakan di Arboretum KSHE

39

40

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Porsea, Sumatera Utara pada 1 September 1992 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Christoffel Sinaga dan Ibu Ronna Darvida. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikannya di SMA Negri 1 Matauli Pandan dan masuk IPB pada tahun yang sama melalui jalur PMDK pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis pernah mengikuti praktek lapang diantaranya Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Sancang Barat-Kamojang tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2013, dan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan tahun 2014. Penulis juga aktif di beberapa lembaga kemahasiswaan, antara lain sebagai Ketua Divisi Dana dan Usaha pada acara Ret-reat Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB, anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) Divisi Kewirausahaan tahun 2012/2013, anggota Kelompok Pemerhati Flora. Penulis juga pernah menjadi volunteer di acara yang diadakan oleh CIFOR yaitu Forests Asia Summit 2014 dan volunteer di acara Nestle Family Gathering 2014. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana, penulis melakukan penelitian dan membuat karya ilmiah dengan judul “Transpirasi Beberapa Jenis Anakan Hutan Kota pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda”.