UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN CEPLUKAN (Physalis minima Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella sp.
e-Jurnal
LUKI ALKAUTSARI NIM. 08010190
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN CEPLUKAN (Physalis minima Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella sp. Luki Alkautsari 1), Rina Widiana 2), Gustina Indriati 3), Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat,
[email protected],
[email protected] Abstact The utilization of medical plants as traditional medicines have done for long time by community, one of them is ceplukan (Physalis minima Linn.) which one of Family Solanaceae. The research obtained ceplukan used by community of Alahan panjang village, West Sumatera for treated diarrhea problem, with traditional processed by boiled ceplukan leaves and drink it. Cause the diarrhea is Salmonella sp. Diarrhea handled by give antibiotic, even though used in long time periode and in imprecise concentrate able to cause resistant to bacteria. In order to search to nature medicine which have not side effect or more less. This research intend to test antibacterial activity of extract ceplukan (Physalis minima Linn.) leaves toward to growth of bacteria Salmonella sp. This research used ceplukan, is Physalis minima Linn. Which have characteristic the long hair around in the front plant bodies. This research was done to August 2015 in Laboratory of Kopertis Wilayah X, Padang. Used the experiment method and Completelly Randomized Design (CRD) with 6 treatment and 2 repeat. The result showed there are antibacterial activity to extract ceplukan leaves toward of growth bacteria Salmonella sp. possessed clear zone in concentrate 10% 10,81 mm, 20% 12,43 mm, 30% 14,29 mm, 40% 20,78 mm and 50% 21,59 mm. The conclude is extract of ceplukan leaves obstruct growth of bacteria Salmonella sp. and concentrate it good to use from 40-50%. Key word: Antibacteria activity, Physalis minima Linn., Salmonella sp. Pendahuluan Penggunaan tumbuhan obat untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan serta pengobatan terus mengalami peningkatan. Ini disebabkan karena sumber daya alam obat tradisional Indonesia mempunyai tingkat keanekaragaman yang tinggi, dimana potensi sumber daya tumbuhan yang ada merupakan suatu aset yang berharga dan juga sebagai modal dasar dalam upaya pemanfaatan dan pengembangannya. Pemerintah telah berupaya untuk mengembangkan dan pemanfaatan obat tradisional. Dalam usaha pembuatan tanaman obat, dipilih tanaman yang bermanfaat bagi pengobatan, mudah didapat dan digunakan. Tanaman yang digunakan oleh masyarakat salah satunya adalah ceplukan. Menurut Pitojo (2002) ceplukan mudah tumbuh di tanah yang gembur, dan tidak tergenang air. Ceplukan berkhasiat sebagai obat gusi berdarah, obat bisul, dan masalah gangguan pencernaan. Masalah gangguan pencernaan bisa berupa penyakit peradangan pada usus besar yang ditandai dengan nyeri pada perut bagian bawah, panas tinggi, hilang nafsu makan, malas, sakit kepala, lemah dan buang air besar encer secara terus menerus yang dikenal dengan diare. Dan diare bisa terjadi pada orang tua dan anak-anak, bahkan semua usia yang berakibat berbahaya karena dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis bahkan dapat menyebabkan kematian (Entjang, 2003).
Bakteri Staphylococcus aureus, Shigella sp., Escherichia coli, Salmonella sp, dan Bacillus cereus, Clostridium perferingens, Vibrio haemolyticus, Clostridium difficile dan Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri penyebab terjadinya penyakit diare. Gejala yang dominan yaitu demam disertai diare (Pratiwi, 2008). Salmonella sp. adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan. Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonelosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonelosis adalah diare, keram perut dan demam. Menurut Entjang (2003) Salmonella sp. merupakan bakteri bentuk batang, gram negatif, bersifat fakultatif aerob, bergerak dengan flagel, tidak mampu membentuk spora dan mengeluarkan endotoksin. Diare biasa diatasi dengan menggunakan obat sintetik seperti antibiotik alternatif yaitu Amoxilin. Penggunaan obat ini dapat menekan pertumbuhan tetapi penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dan konsentrasi yang tidak tepat bisa membuat mikroorganisme resisten atau kurang peka. Disamping itu penggunaan obat sintetik ini bisa menimbulkan efek samping bagi manusia, seperti alergi, iritasi, mual dan sebagainya, karena terjadi penumpukan senyawasenyawa toksin (Aswita, 2011). Oleh sebab itu, perlu dicari cara pengobatan yang bersifat alami, yang tidak memiliki efek samping atau efek
sampingnya sangat kecil dibandingkan obat sintetik. Pemanfaatan tanaman obat dapat mengurangi resistensi terhadap bakteri. Agar peran tanaman obat dapat meningkat maka perlu dilakukan upaya pengenalan, penelitian dan pengujian khasiat (BPOM RI, 2009). Menurut Pitojo (2002) ceplukan (Physalis minima Linn.) merupakan tanaman liar yang tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 1550 m di atas permukaan laut, memiliki buah yang bentuknya bulat dan ditutupi oleh mahkota yang berbentuk seperti lonceng. Penulis juga memperoleh informasi bahwa pemanfaatan ceplukan (Physalis minima Linn.) sudah lama dipergunakan oleh masyarakat di daerah kanagarian Alahan Panjang, Sumatera Barat untuk mengobati masalah pencernaan. Ceplukan diolah secara tradisional dengan merebus daun ceplukan (± 2 atau 3 genggam), air rebusan daun ceplukan diminum 2-3 kali sehari. Tanaman ceplukan (Physalis minima Linn.) bersifat analgetik (penghilang rasa nyeri) dan detoksikan (penetral racun) serta pengaktif fungsi kelenjar tubuh. Hal itu karena, ceplukan (Physalis minima Linn.) yang memiliki banyak kandungan kimia. Di dalam daun ceplukan terkandung senyawa flavonoid yang berkhasiat sebagai antibakteri. Menurut Robinson (1995) flavonoid adalah senyawa polifenol yang sesuai dengan struktur kimianya terdiri dari flavonol, flavanon, isoflavon, katekin, antosianidin dan kalkon. Flavonoid berfungsi merusak susunan dan perubahan mekanisme permeabilitas dari dinding sel bakteri. Dan kandungan yang lain yaitu senyawa alkaloid, saponin, tanin, glikosida dan steroid. Saponin yang terkandung dalam ceplukan memberi rasa pahit dan berkhasiat sebagai anti tumor dan menghambat pertumbuhan kanker usus besar (Anonimus, 2010). Kandungan senyawa flavonoid pada ceplukan (Physalis minima Linn.) yang tinggi yaitu sebesar 4%, dan termasuk kepada polar. Pada penelitian sebelumnya ceplukan mempunyai kandungan air sebesar 7,77%. Kandungan air tesebut cukup rendah (Yulianto, 2009), bila kadar air yang terkandung dalam suatu bahan kurang dari 10% maka kestabilan optimum bahan akan tercapai dan pertumbuhan mikroba dapat dikurangi. Oleh karena itu, ekstrak dari daun ceplukan (Physalis minima Linn.) diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare diantaranya, Shigella sp., Escherichia coli dan Salmonella sp. Berdasarkan hal tersebut maka penulis telah melakukan pengujian untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun ceplukan (Physalis minima Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella sp. Dalam penelitian dibatasi masalah untuk megetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun ceplukan terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella
sp. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan daya hambat antibakteri ekstrak daun ceplukan (Physalis minima Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella sp. Ceplukan merupakan tumbuhan herba atau perdu yang memiliki akar tunggang berewarna putih, percabangan melebar kesamping dan bahkan sebagian mendatar hingga menyentuh tanah. Batang ceplukan bewarna keunguan, berambut panjang, bagian batang berusuk bersegi tajam, berongga. Daun berwarna hijau, menyirip, permukaan berbulu berambut panjang, bentuk helaian daun bulat telur dengan ujung runcing. Buah buni bulat dan biji berwarna coklat (Pitojo, 2002). Ceplukan habitusnya dalah perdu, cocok tumbuh ditanah yang subur, tidak tergenang air. Tumbuhan ceplukan mudah dan banyak ditemukan pada sat musim hujan. Oleh karena itu tanaman ceplukan cocok dibududayakan di daerah yang basah atau lindung. Dengan curah hujan hampir merata. Daun dan batang ceplukan (Physalis minima Linn.) mengandung saponin, flavonoid, alkaloid, tanin, glikosida dan steroid (Sianturi, 2010). Kandungan kimia pada daun ceplukan berperan sebagai antibakteri yang merusak susunan dan mekanisme sel bakteri. Pada penelitian ini daun ceplukan nantinya akan diekstraksi dengan larutan etanol dengan metode maserasi. Mserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar. Bakteri dapat meyebabkan bahaya dan kerusakan. Hal ini tampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan dan tanaman, sehingga menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai pada kematian. Untuk mengatasi penyakit tersebut perlu diusahakan suatu pengobatan yang mengandung senyawa antimikroba yang mampu menghambat atau membunuh bakteri tersebut (Pelczar dan chan, 2007). Salah satu bakteri patogen penyebab penyakit yaitu Salmonella sp. Salmonella sp. adalah bakteri batang, tidak berspora pada perwarnaan gram negatif. Bergerak dengan flagel peritrik (Entjang, 2003). Salmonella mempunyai endotoksin yang berbentuk lopopolisakarida dan protein kompleks. Endotoksin ini tahan dan dapat menimbulkan demam pada manusia dan binatang (Volk, 1989). Salmonella sp. dapat menginfeksi beberapa bagian saluran pencernaan mencakup mulut, usus halus dan usus besar. Setelah makan makanan yang tercemar akan timbul rasa sakit yang diiringi dengan diare (Pelczar dan chan 1988). Penyebab awal penyakit akibat Salmonella sp. yaitu dengan gejala demam tingkat rendah, menggigil, mual, muntah dan diare besar-besaran.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Agustus sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kopertis wilayah X Padang, Sumatera Barat. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, autoklaf, vortex, hot stirer, rotari evaporator, lampu spritus, timbangan analitik, jarum ose, drill glass, pipet tetes, mikropipet, pinset, pelubang kertas, jangka sorong, shaker, labu erlenmeyer dan lamina flow. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah medium NA instan, ekstrak daun ceplukan, biakan murni Salmonella sp., etanol 96%, alkohol 70%, akuades, DMSO (Dimetilsulfooxide), kain kasa, tisu, kapas, kertas cakram, plastic warp, kertas koran, kertas label dan aluminium foild. Prosedur Penelitian 1. Rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 6 perlakuan dan 2 ulangan. Penetapan konsentrasi dapat dituliskan sebagai berikut: a. Kontrol positif (Amoxilin 10%) b. Konsentrasi 10% c. Konsentrasi 20% d. Konsentrasi 30% e. Konsentrasi 40% f. Konsentrasi 50% 2. Persiapan penelitian a. Identifikasi tumbuhan Identifikasi tumbuhan ceplukan dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Padang. b. Pengambilan daun ceplukan Daun ceplukan diperoleh dari daerah kenagarian Alahan panjang, kabupaten Solok ditimbang sebanyak 1 Kg, kemudian daun dicuci sampai bersih dan dikeringkan di tempat teduh terlindung dari sinar matahari langsung dan hujan dalam suhu kamar selama 1 minggu. Daun yang sudah kering diblender hingga menjadi serbuk simplisia. Simplisia daun ceplukan kemudian disimpan diwadah tertutup baik. Hasil simplisia ini yang disebut dengan sampel. Sampel di bawa ke laboratorium. c. Sterilisasi alat
Semua alat yang terbuat dari kaca dicuci bersih dan dikeringkan, setelah itu dibungkus dengan kertas koran. Sterilisasi menggunakan autoklaf pada ˚ temperatur 121 C pada tekanan 15 psi selama 15 menit untuk jarum ose dan pinset disterilkan dengan pemijaran. Alat yang tidak tahan panas disterilkan dengan alkohol 70%. d. Pembuatan medium NA instan Ditimbang NA instan sebanyak 20 g lalu dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambahkan dengan aquades sampai 1000 ml, di panaskan sampai mendidih sambil diaduk hingga merata, kemudian disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 121°C pada tekanan 15 psi selama 15 menit di dalam erlenmeyer kemudian ditutup dengan kapas dan aluminium foild. Suspensi dipanaskan sampai mendidih lalu dimasukan dalam tabung reaksi masing-masing 10 ml, kemudian ditutup dengan kapas. Proses ini dilakukan secara aseptik, kemudian disterilkan dalam autoklaf suhu ˚ 121 C pada tekanan 15 psi selama 15 menit dan diletakkan dalam posisi miring. e. Peremajaan bakteri Biakan murni yang diperoleh, selanjutnya dilakukan peremajaan. Satu ose biakan bakteri Salmonella sp. umur 24 jam diinokulasi dalam tabung reaksi yang diisi medium NA yang dimiringkan, kemudian inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37°C. f. Pembuatan kertas cakram Kertas cakram dibuat dari 4 lapis kertas saring dengan menggunakan pelubang ketas dengan diameter 0,5 cm, lalu disterilkan dengan autoklav pada temperatur 121°C pada tekanan 15 psi selama 15 menit. 3. Pelaksanaan penelitian a. Penyediaan ekstrak Ekstrak dibuat dengan cara maserasi. Timbang semua sampel yang di dapat dari simplisia daun ceplukan (berat yang didapat 85 gram), masukan ke dalam botol gelap tertutup, lalu tambahkan etanol 96% sampai batas sebanyak 600 ml. Rendaman kemudian digoyang dalam shaker dengan kecepatan 160 rpm (Rotation per minute) selama 1 jam agar kontak dengan sampel dan pelarut semakin sering terjadi, sehingga proses ekstraksi lebih sempurna. Kemudian diamkan selama 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diatas diulangi sebanyak 2 kali, dengan jumlah pelarut yang sama. Hasil penyaringan I, II dan III di satukan kemudian diuapkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator untuk mendapat ekstrak pekat daun ceplukan, proses penguapan menggunakan suhu 50°C. b. Penyediaan konsentrasi perlakuan Setelah ekstrak diperoleh berupa ekstrak kental, selanjutnya diencerkan didalam cawan petri sesuai konsentrasi yang dibutuhkan. Kemudian
dilarutkan dengan DMSO (Dimetilsulfooxide). Dijabarkan sebagai berikut: 1) Untuk kontrol positif : 50 mg Amoxilin + 10 ml aquabides 2) Untuk kontrol negatif : aquabides steril 3) Untuk konsentrasi 10 %: 0,5 g ekstrak ceplukan + 5 ml DMSO 4) Untuk konsentrasi 20%: 1 g ekstrak ceplukan + 5 ml DMSO 5) Untuk konsentrasi 30%: 1,5 g ekstrak ceplukan + 5 ml DMSO 6) Untuk konsentrasi 40%: 2 g ekstrak ceplukan + 5 ml DMSO 7) Untuk konsentrasi 50%: 2,5 g ekstrak ceplukan + 5 ml DMSO c. Penyediaan suspensi bakteri Biakan Salmonella sp. yang berumur 24 jam, diambil 1 ose selanjutnya disuspensikan kedalam NaCl 0,9% lalu divortex hingga homogen dan diukur nilai transmitannya dengan menggunakan spektrofotometer, dengan panjang gelombang 500 nm. d. Penentuan daerah bebas kuman dengan metode cakram (difusi) Masing-masing cawan petri diisi medium NA masing-masing 15 ml dan dibiarkan hingga padat, kemudian tuangkan suspensi bakteri pada setiap cawan petri secara merata, ratakan menggunakan drill glass. Rendam kertas cakram ke dalam larutan ekstrak sesuai dengan perlakuan. Ambil kertas cakram dari larutan, tunggu sampai larutan pada kertas cakram berhenti menetes, (dilakukan dengan waktu yang sama tiap perlakuan). Letakan kertas cakram yang mengandung ekstrak daun ceplukan sesuai dengan perlakuan diatas lempeng agar. Kemudian ° diinkubasi pada suhu 37 C selama 48 jam dalam inkubator. e. Pengamatan Parameter yang diamati adalah mengukur diameter zona bening bakteri yang tumbuh pada medium NA. Diameter daerah zona bening yang terbentuk diukur dengan menggunakan jangka sorong. Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analysis Of Variance) dan dilakukan uji lebih lanjut dengan BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf α 5% (Sastrosupadi, 2000). Hasil dan Pembahasan Hasil zona bening perlakuan ekstrak daun ceplukan berpengaruh terhadap pertumbuhan Salmonella sp. Dimana ekstrak daun ceplukan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella sp. Didapatkan pengaruh perlakuan A berbeda nyata dengan pelakuan B, C dan D, serta berbeda tidak nyata dengan perlakuan E dan F.
Perlakuan E dan F berbeda nyata dengan perlakuan B, C dan D.Hasil pengukuran diameter zona bening dari penanaman kertas cakram yang telah direndam pada ekstrak daun ceplukan (Physalis minima Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella sp. dapat dilihat pada gambar histogram berikut ini: 30
22,02
20
20,78 21,59 14,29 11,81 12,43
10 0 A
B
C
D
E
F
Perlakuan
Histogram: Diameter zona bening ekstrak daun ceplukan (Physalis minima Linn.) terhadap bakteri Salmonella sp. Ket: A (Kontrol/Amoxilin); B (ekstrak daun ceplukan konsentrasi 10%), C (Konsentrasi 20%), D (Konsentrasi 30%), E (Konsenrasi 40%), dan F (Konsentrasi 50%). Berdasarkan hasil uji aktivitas ekstrak daun ceplukan (Physalis minima Linn.) yang telah dilakukan menunjukkan pengaruh penghambatan pada pertumbuhan bakteri Salmonella sp. Hal ini dapat dilihat dari diameter zona bening yang diperoleh pada setiap konsentrasi yang diujikan. Adapun pengaruh konsentrasi cenderung meningkat, sejalan dengan peningkatan konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi semakin luas zona bening yang terbentuk.Daun ceplukan yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis Physalis minima Linn. yang memiliki ciri, berambut panjang pada permukaan tubuhnya dan warna batang yang agak keunguan. Berpengaruhnya ekstrak daun ceplukan terhadap bakteri Salmonella sp. disebabkan karena zat aktif yang terkandung pada ceplukan yaitu Alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, glikosida dan steroid. Dalam hal ini kandungan kimia tersebut berfungsi sebagai antibakteri, yang bersifat analgetik. Menurut Kayani (2013) flavonoid adalah bahan utama yang berperan dalam merusak susunan dan mekanisme sel bakteri dengan cara mendenaturasikan protein sel dan merusak membran sel. Selain flavonoid, ekstrak daun ceplukan juga mengandung zat aktif seperti tanin. Tanin dapat mengganggu permeabilitas membran sel bakteri dan dengan terganggunya permeabilitas membran sel, maka sel bakteri tidak dapat mengontrol zat keluar masuk sel sehingga menyebabkan membran sel bakteri menjadi lisis, serta mematikan sel bakteri. Menurut Robinson (1995) tanin mampu mengecilkan selaput lendir sehingga mampu mengganggu permemebilitas
membran sel. Daun ceplukan menurut Sianturi (2010) mengandung kandungan kimia diantaranya Alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, glikosida dan steroid. Pengaruh perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan B, C dan D. Daya hambat yang didapat yaitu sebesar 11,81-14,29 mm. Perlakuan yang menghasilkan zona bening terbesar ekstrak daun ceplukan adalah pada perlakuan E dan F yaitu berkisar 20,78-21,59 mm. Tingginya daya hambat pada perlakuan E dan F disebabkan karena konsentrasi yang digunakan besar yaitu 40-50%. Perlakuan pada daun ceplukan jika dibandingkan dengan Amoxilin hasil zona bening yang didapat masih rendah, yaitu pada perlakuan F (21,59 mm) sedangkan pada Amoxilin (22,02 mm). Kecilnya zona bening yang terbentuk pada ekstrak daun ceplukan dibandingkan dengan Amoxilin, disebabkan karena amoxilin merupakan senyawa penisilin semi sintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisida. Amoxilin efektif terhadap sebagian bakteri gram positif dan gram negatif yang patogen (Anonimus, 2010). Selain itu, efektifnya ekstrak daun ceplukan menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella sp. masih rendah, diduga disebabkan karena pengisolasian bahan aktif antimikroba yang dilakukan pada daun ceplukan yang belum sempurna, terjadi karena waktu maserasi menggunakan yang paling minimal, yaitu direndam selama 24 jam. Hasil rendaman yang baik tergantung waktu perendaman. Semakin lama waktu perendaman, semakin baik hasil yang diperoleh (Ditjen POM, 1995). Rendahnya pengaruh perlakuan ekstrak daun ceplukan dari kontrol adalah, juga disebabkan karena spesies mikroorganisme mempunyai tingkat kerentanan yang berbeda terhadap suatu zat antibakteri (Pelczar dan Chan, 1988). Berdasarkan analisis statistik, daya hambat ektrak daun ceplukan (Physalis minima Linn.) dengan konsentrasi 40-50% sudah sama dengan kontrol (Amoxilin). Hal ini menunjukkan ekstrak daun ceplukan sudah dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti amoxilin sebagai antibakteri.
Kemudian melakukan uji daun ceplukan pada bakteri patogen penyebab diare yang lain.
Kesimpulan dan Saran
Sianturi, N, E. 2010. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun ceplukan terhadap bakteri Escherichia coli, dan Salmonela typhirium. Universitas Sumatera Utara: Medan. Jurnal. Diakses 20 Juni 2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas ekstrak daun ceplukan Physalis minima Linn. memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella sp., sehingga dapat digunakan ebagai alternatif pengganti Amoxilin mulai dari konsentrasi 40-50%. Disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengisolasian bahan aktif masing-masing yang terkandung pada daun ceplukan (Physalis minima Linn.) sebagai antibakteri untuk diare.
DAFTAR PUSTAKA ABD. 2009. Mengembangkan Jenis Tanaman Obat. Artikel BPOM Jambi. Diakses Juli 2013. http://www.BPOM/Jambi.html. Anonimus. 2010. Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Indonesia. Diakses 10 Juli 2012. http://www.kehati.or.id/florakita/browser Aswita. 2011. Pengaruh Rimpang Kunyit Bolai (Zingiber cassumunar Roosurgh.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Entjang. 2003. Mikrobiologi dan Parasit. Bandung : Citra Aditya Bakti. Kayani, W. 2013. Daya Hambat infusa daun bayam ungu (Alternanthdra brasiliana Kuntze.) terhadap pertumbuhan Escherichia coli. Skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat. Pelczar dan Chan. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I. Jakarta : UI Press. Pelczar dan Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid II. Jakarta : UI Press. Pitojo, S. 2002. Ceplukan Herba Berkhasiat Obat. Jakarta : Penerbit Kanisius. Pratiwi, T, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB.
Yulianto, D. 2009. Inhibisi Xiantin Oksidase secara Invitro oleh Ekstrak Rosela (Hibiscus sabdariffa) dan ciplukan (Physalis angulata). Skripsi. Bogor: IPB