UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BAWANG DAUN

Download Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 ... karena itu, dikembangkan obat antihiperkolesterolemia dari baha...

0 downloads 505 Views 413KB Size
ISSN 2460-6472

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Bawang Daun (Allium Fistulosum L.) sebagai Antihiperkolesterolemia terhadap Mencit Swiss Webster Jantan 1

1,2,3

Syafitrianti Utami, 2Lanny Mulqie, 3Sri Peni Fitrianingsih Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail : [email protected], [email protected], 3 [email protected]

Abstrak. Hiperkolesterolemia disebabkan karena adanya kadar kolesterol total yang melebihi 239 mg/dL dalam darah. Obat hasil sintesis zat kimia yang dapat mengatasi hiperkolesterolemia telah banyak beredar dipasaran, namun penggunaannya dalam jangka panjang dilaporkan mempunyai efek samping. Oleh karena itu, dikembangkan obat antihiperkolesterolemia dari bahan alam. Salah satu tanaman yang memiliki kandungan senyawa yang dapat menurunkan kadar kolesterol adalah bawang daun (Allium fistulosum L.). Pengujian aktivitas antihiperkolesterolemia bawang daun dilakukan selama 14 hari dengan pemberian secara oral pada dosis 11,2; 7,47; 3,73 g/Kg BB mencit yang telah diinduksi secara eksogen dengan pemberian Diet Tinggi Lemak (DTL) selama 21 hari. Sebagai pembanding, digunakan simvastatin dengan dosis 1,3 mg/Kg BB. Analisa data kadar kolesterol total secara statistika menggunakan metode paired sample t-test dan ANOVA serta uji lanjutan dengan metode LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bawang daun dengan dosis 7,47 dan 3,73 g/Kg BB dapat menurukan kadar kolesterol total berbeda bermakna dengan kontrol positif (p<0,05) dimana ekstrak etanol bawang daun pada dosis 3,73 g/Kg BB lebih efektif dalam menurunkan kadar kolesterol total. Kata kunci: Bawang daun, Allium fistulosum L., antihiperkolesterolemia

A.

Pendahuluan

Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol di dalam darah. Hiperkolesterolemia disebabkan karena adanya kadar kolesterol total yang melebihi 239 mg/dL dalam darah (Katzung, 2002:427). Obat hasil sintesis zat kimia yang dapat mengatasi hiperkolesterolemia telah banyak beredar dipasaran, namun penggunaannya dalam jangka panjang dilaporkan mempunyai efek samping sehingga banyak masyarakat yang beralih pada tumbuh-tumbuhan herbal untuk mengobati penyakit metabolik. Bawang daun (Allium fistulosum L.) merupakan salah satu dari jenis bawang-bawangan yang banyak diapakai sebagai bahan tambahan pada masakan di berbagai negara khususnya Asia, namun penggunaannya sebagai tanaman herbal belum banyak diketahui. Hal-hal tersebut menjadi acuan untuk meneliti aktivitas antihiperkolesterolemia ekstrak etanol bawang daun (Allium fistulosum L.) terhadap mencit Swiss Webster jantan hiperkolesterolemia. Berdasarkan pemaparan di atas maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah apakah ekstrak etanol bawang daun (Allium fistulosum L.) dapat digunakan sebagai antihiperkolesterolemia terhadap mencit Swiss Webster jantan hiperkolesterolemia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui akivitas antihiperkolesterolemia dari ekstrak etanol bawang daun (Allium fistulosum L.) melalui uji aktivitas antihiperkolesterolemia terhadap mencit Swiss Webster jantan hiperkolesterolemia, serta mengetahui dosis yang memberikan efek antihiperkolesterolemia dari ekstrak etanol bawang daun (Allium fistulosum L.). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan lebih banyak informasi dan bukti ilmiah mengenai khasiat bawang daun (Allium fistulosum L.).

568

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Bawang Daun (Allium Fistulosum L.) sebagai Antihiperkolesterolemia ...

B.

| 569

Landasan Teori

a. Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Klasifikasi tanaman bawang daun adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Asparagales Keluarga : Amaryllidaceae Marga : Allium Jenis : Allium fistulosum L. (Cronquist, 1981; dan Backer, 1963) Bawang daun (Allium fistulosum L.) memiliki kandungan senyawa golongan flavonoid. Senyawa flavonoid dalam bawang daun berupa kuersetin, kaempferol, dan antosianin (Yamamoto, 2009:404). Berdasarkan beberapa penelitian, kandungan senyawa yang terdapat dalam bawang daun dapat berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan dalam bawang daun dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor dan sebagai antihiperlipidemia sehingga dapat mengurangi resiko penyakit aterosklerosis serta penyakit jantung koroner (Sadikin, dkk, 2003:115; dan Yamamoto, 2009:404). Selain itu, antioksidan pada bawang daun juga dapat berfungsi sebagai antihipertensi dan dapat menurunkan glukosa darah pada keadaan diabetes mellitus (Yamamoto, 2005:1315; dan Min-jung Kang et al., 2010:490). b. Lipid dan Metabolisme Lipoprotein Plasma Lipoproteinmerupakan makromolekul yang mengandung lipid dan protein yang disebut apolipoprotein atau apoprotein. Lipoprotein adalah konstituen sel yang penting, yang terdapat baik di membran sel maupun mitokondria, dan juga berfungsi sebagai alat pengangkut lipid dalam darah. Apoprotein sangat penting karena menstabilkan struktur lipoprotein. Sejumlah apoprotein berfungsi sebagai ligan dalam interaksi lipoproteinreseptor atau sebagai kofaktor dalam proses enzimatik yang mengatur metabolisme lipoprotein. Unsur pokok lipid meliputi kolesterol bebas dan kolesterol teresterifikasi, trigliserida, dan fosfolipid. Kolesterol mungkin merupakan steroid yang paling banyak dikenal karena keterikatannya dengan ateroklerosis dan penyakit jantung. Namun, secara biokimiawi senyawa ini juga penting karena merupakan prekusor bagi sejumlah besar steroid yang sama pentingnya serta mencakup asam empedu, hormon adrenokorteks, hormon seks, vitamin D, glikosida jantung, sitosterol tumbuhan, dan beberapa alkaloid (Gilman, 2008:944; dan Murray, 2006:133). c. Patofisiologi Hiperlipidemia 1. Hiperlipidemia Genetik Defek gen tungal dalam metabolisme lipid jarang menyebabkan hiperlipidemia hebat. Namun, variabilitas genetik umum atau status heterozigot merupakan penentu kadar kolesterol yang sangat penting pada populasi umum. 1) Hiperkolesterolemia Familial Sekelompok gangguan gen tunggal yang mempengaruhi reseptor LDL dan menyebabkan berkurang atau tidak adanya ambilan partikel LDL, sehingga terakumulasi dalam aliran darah. Homozigot memiliki kadar kolesterol yang sangat tinggi (10-25 mmol/L) dan penyakit jantung koroner pada usia remaja. Heterozigot

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

570 |

Syafitrianti Utami, et al.

memiliki kolesterol yang cukup tinggi (7-12 mmol/L) dan berisiko mengidap penyakit jantung koroner dini (Davey, 2006:140). 2) Hiperkolesterolemia Poligenetik dan Hiperlipidemia Gabungan Familial Keadaan yang diturunkan ditandai oleh kadar kolesterol yang agak meningkat (7-12 mmol/L) dengan atau tanpa kadar trigliserida yang tinggi, tidak disebabkan oleh kelainan gen tunggal, walaupun pada beberapa kasus nampaknya diturunkan secara dominan autosomal. Merupakan penyebab sangat penting pada peningkatan risiko aterosklerosis dalam populasi. Kadar trigliserida yang sangat tinggi dapat menyebabkan pankreatitis (Davey, 2006:140). 2. Hiperlipidemia Sekunder Hiperlipidemia sekunder merupakan penyakit metabolik yang lebih umum seperti diabetes melitus, asupan alkohol yang berlebihan, hipotiroidisme, atau sirosis biliar primer. Strategi pengobatan hiperlipidemia sekunder akibat salah satu gangguan ini termasuk pengaturan diet serta sejumlah obat-obat untuk penyebab utama hiperlipidemia (Mycek, 2001:209). C.

Hasil Penelitian

Pada penelitian ini mencit pada masing-masing kelompok terlebih dahulu diaklimasi selama 7 hari dengan tujuan agar mencit dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Setelah diaklimasi, masing-masing kelompok diinduksi secara eksogen selama 21 hari dengan pemberian DTL untuk meningkatkan kadar kolesterol total pada mencit. Diet lemak yang sangat jenuh dapat meningkatkan kosentrasi kolesterol darah 15 sampai 25 persen (Guyton, 1996: 1088). Peningkatan kadar kolesterol di dalam plasma dapat menyebabkan inhibisi HMG KoA reduktase yang berperan dalam pembentukan kolesterol endogen (Guyton, 2007:987-990). Setelah diinduksi, masing-masing kelompok tetap diberikan pakan mengandung DTL hingga 34 hari. Pada hari ke-21 hingga hari ke-34, kelompok uji 1, 2, dan 3 diberikan ekstrak bawang daun dengan dosis 3,73 g/Kg BB; 7,47 g/Kg BB; 11,2 g/Kg BB, kelompok pembanding diberikan simvastatin dengan dosis 1,3 mg/Kg BB, sedangkan pada kelompok kontrol positif hanya diberikan CMC Na 0,5%. Senyawa dalam bawang daun, yang diduga memiliki aktivitas antihiperkolesterolemia adalah flavonoid. Flavonoid dapat meningkatkan konsentrasi HDL dan menurunkan konsentrasi LDL serta VLDL pada keadaan hiperlipidemia (Fiorentino et al., 2009: 187-192). Flavonoid juga berperan sebagai antioksidan yang dapat mengangkut radikal bebas dan dapat menunda atau menghambat oksidasi lipid serta menghambat sintesis kolesterol melalui inhibitor HMG KoA reduktase (Subasini et al., 2014: 935-940; dan Ekawati, 2010). Simvastatin digunakan sebagai pembanding karena efektif menurunkan kolesterol total dan LDL dengan mekanisme sebagai inhibitor HMG KoA reduktase yang menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan katabolisme LDL maupun prekusor LDL oleh hati (VLDL sisa), sehingga mengurangi simpanan LDL dalam plasma (Katzung, 2002: 441). Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan pada hari ke-0 (sebelum pemberian induksi), lalu pada hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21 setelah induksi, serta pada hari ke-28 (setelah 7 hari pemberian ekstrak bawang daun maupun Simvastatin) dan hari ke35 (setelah 14 hari pemberian ekstrak bawang daun maupun Simvastatin). Sebelum dilakukan pengukuran kadar kolesterol total, mencit pada masing-masing kelompok

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Bawang Daun (Allium Fistulosum L.) sebagai Antihiperkolesterolemia ...

| 571

terlebih dahulu dipuasakan selama 16 jam, dengan tujuan untuk menghilangkan faktor makanan dari luar karena selain dari faktor variasi biologis, faktor ini pun dapat mempengaruhi hasil pengukuran kadar kolesterol total. Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan menggunakan strip test dengan prinsip kerja menggunakan teknologi elektrokimia biosensor dengan metode reaksi enzimatik, dimana sampel darah yang masuk ke dalam strip akan disaring dan bereaksi dengan kolesterol esterase serta kolesterol oksidase yang kemudian dikumpulkan ke elektron mediator. Pada saat penurunan elektron mediator sebanding dengan total kolesterol dalam darah yang bereaksi, terjadi pembacaan kadar kolesterol total yang hasilnya akan muncul pada layar alat yang digunakan. Pada penelitian ini didapatkan hasil pengukuran kadar kolesterol total sebelum induksi, setelah induksi, dan setelah terapi seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut: Rata-rata Kadar Kolesterol Total Kelompok Kontrol Positif Uji 1 Uji 2 Uji 3 Pembanding

x ± SD H0

Kadar Kolesterol Total (mg/dL) x ± SD H21

x ± SD H35

150,33 ± 34,64 160,33 ± 31,78 148,67 ± 18,77 160,33 ± 16,77 157,33 ± 23,24

203,33 ± 65,82 241,33 ± 18,93 258,67 ± 68,16 194,33 ± 38,59 231,33 ± 46,71

275,67 ± 30,66 149,33 ± 32,00* 199,00 ± 40,29* 185,33 ± 49,65 145,67 ± 39,58*

Keterangan : x : Rata-rata kadar kolesterol total SD : Standar deviasi H0 : Kadar kolesterol total sebelum induksi (hari ke-0) H21 : Kadar kolesterol total setelah induksi selama 21 hari (hari ke-21) H35 : Kadar kolesterol total setelah 14 hari terapi (hari ke-35) * : Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) terhadap kontrol positif Berdasarkan hasil pengamatan dapat terlihat bahwa rata-rata kadar kolesterol total pada H21 meningkat hingga berada pada rentang 194,33 mg/dL – 258,67 mg/dL jika dibandingkan dengan rata-rata kadar kolesterol total pada H0 yang hanya berada pada rentang 148,67 mg/dL – 160,33 mg/dL. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa pemberian DTL selama 21 hari secara terus-menerus dapat meningkatkan kadar kolesterol total pada mencit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata kadar kolesterol total kelompok uji 1, uji 2, uji 3, dan pembanding pada H35 mengalami penurunan hingga berada pada rentang 145,67 mg/dL – 199,00 mg/dL jika dibandingkan dengan rata-rata kolesterol total pada H21 yang berada pada rentang 194,33 mg/dL – 258,67 mg/dL. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa adanya pemberian ekstrak bawang daun pada dosis 3,73 g/Kg BB; 7,47 g/Kg BB; 11,2 g/Kg BB dan simvastatin pada dosis 1,3 mg/Kg BB dapat menurunkan kadar kolesterol total pada mencit. Berdasarkan hasil analisa statistika menggunakan ANOVA dan uji lanjutan LSD pada H0 dan H21 kadar kolesterol total pada semua kelompok menunjukkan nilai signifikansi p>0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar kolesterol total antar kelompok pada H0 maupun H21. Hasil analisa statistika menggunakan ANOVA dan uji lanjutan LSD pada H35 menunjukkan bahwa kadar kolesterol total pada kelompok uji 1, uji 2, dan pembanding

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

572 |

Syafitrianti Utami, et al.

signifikan (p<0,05) terhadap kelompok kontrol positif, sedangkan kadar kolesterol total pada kelompok uji 3 tidak signifikan (p>0,05) terhadap kelompok kontrol positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna terhadap kadar kolesterol total antar kelompok pada kelompok uji 1, uji 2, dan pembanding jika dibandingkan dengan kadar kolesterol total pada kelompok kontrol positif. Grafik peningkatan dan penurunan rata-rata kadar kolesterol total dapat dilihat pada grafik berikut: Kadar Kolesterol Total (mg/dL)

300 250 200 Kontrol Positif 150 Uji 1 100 Uji 2 50

Uji 3

0 H0

H21 Waktu (Hari)

H35

Pembanding

Grafik Peningkatan dan Penurunan Rata-rata Kadar Kolesterol Total Dari grafik tersebut dapat terlihat jelas bahwa rata-rata kadar kolesterol total pada semua kelompok meningkat setelah induksi dan rata-rata kadar kolesterol total pada kelompok uji 1, uji 2, uji 3, dan pembanding menurun setelah adanya pemberian ekstrak bawang daun maupun simvastatin. Pada kelompok kontrol positif tidak diberikan perlakuan berupa pemberian ekstrak bawang daun maupun simvastatin, sehingga dapat terlihat bahwa rata-rata kadar kolesterol total pada kelompok tersebut terus meningkat. Dari grafik juga dapat terlihat bahwa penurunan rata-rata kadar kolesterol total pada kelompok uji 1 lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok uji 2 dan kelompok uji 3, yang berarti bahwa ekstrak bawang daun pada dosis 3,73 g/Kg BB memiliki aktivitas antihiperkolesterolemia yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak bawang daun pada dosis 7,47 g/Kg BB dan ekstrak bawang daun pada dosis 11,2 g/Kg BB. Peningkatan dosis seharusnya akan meningkatkan respon yang sebanding dengan dosis yang ditingkatkan, namun dengan meningkatnya dosis peningakatan respon pada akhirnya akan menurun, karena sudah tercapai dosis yang tidak dapat meningkatkan respon lagi (Katzung, 2001: 23). Hal ini sering terjadi pada obat bahan alam, karena senyawa yang dikandungnya tidak tunggal melainkan terdiri dari berbagai macam senyawa kimia, dimana komponen-komponen tersebut saling bekerja sama untuk menimbulkan efek. Namun dengan peningkatan dosis, jumlah senyawa kimia yang terkandung semakin banyak, sehingga dapat terjadi interaksi yang merugikan yang menyebabkan menurunnya efek (Tarigan, 2012: 42).

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Bawang Daun (Allium Fistulosum L.) sebagai Antihiperkolesterolemia ...

D.

| 573

Kesimpulan

Ekstrak etanol bawang daun (Allium fistulosum L.) memiliki aktivitas antihiperkolesterolemia. Ekstrak etanol bawang daun (Allium fistulosum L.) dengan dosis 3,73 g/Kg BB; dan 7,47 g/Kg BB dapat menurunkan kadar kolesterol total berbeda bermakna dengan kontrol positif (p<0,05), dimana ekstrak etanol bawang daun pada dosis 3,73 g/Kg BB lebih efektif dalam menurunkan kadar kolesterol total. Daftar Pustaka Backer, C.A. and Bakkuizen v/d Brink R.C Jr. 1963. Flora of Java, Wolter-Noordhhoff NV, Groningen. Cronquist, Arthur. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants, Columbia Unniversity Press, New York. Davey, Patrick. (2006). At a Glance Medicine, Erlangga, Jakarta. Ekawati, A. dkk. (2010). Pengaruh Teh Hitam (Camellia sinensis L.) Terhadap Kekebalan Dinding Arteri Koronaria Tikus Puith (Rattus novergicus) yang Diberi Diet Tinggi Lemak, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Fiorentino, A. et al. (2009). Δ-Tocomonoenol: A New Vitamin E from Kiwi (Actinidia chinensis) Fruits. Food Chem, 115. Gilman, Alfred. (2008). Dasar Farmakologi Terapi, Ed. 10, Vol. 1, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Guyton, A.C. Hall. (1996). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 7, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Guyton, A.C. Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 9, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Kang, Min-Jung. et.al. (2010). Hypoglycemic Effects of Welsh Onion in a Animal Model of Diabetes Melitus. Nutrition Research and Practice 4 (6). Katzung, B.G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik, Ed. 8, Salemba Medika, Jakarta. Murray, R.K., Granner, D.K., Rodwell, V.W. (2012). Biokimia Harper, Ed. 27, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar, Ed. 2, Widya Medika, Jakarta. Sadikin, Mohammad, Jusman, S.W.A., Harahap, I.P. (2003). Sifat Antioksidan dari Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dan Perlindungan Terhadap Hati dari Keracunan CCl4, Jurnal Bahan Alam Indonesia, Vol.2. Tarigan, Irma M., Bahri, Saiful., Saragih, Awaludin. (2012). Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Herba Suruhan (Peperomia pellucida) (L.) Kunth) Pada Mencit Jantan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, Vol. 1 (1). U. Subasini. et al. (2014). Phytochemical Analysis and Antihyperlipidemic Activity of Nelumba Nucifera in Male Wistar Rats, International Journal of Pharmacy Teaching and Practices, Vol. 5. Yamamoto, Y. et.al. (2005). Antioxidative and Antihypertensive Effects of Welsh Onion on Rats Fed with a High-Fat High-Sucrose Diet, Biosci 69 (7). Yamamoto, Y. and Yasuoka, A. (2009). Welsh Onion Attenuates Hyperlipidemia in Rats Fed on High-Fat High-Sucrose Diet, Biosci 74 (2).

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015