UNTITLED - JOURNAL | UNAIR

Download Surabaya : Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 6. Dinkes Kota Surabaya, ( 2013). Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan...

0 downloads 474 Views 309KB Size
Table of Contents No.

Title

Page

1

ANALYSIS OF PATIENT ASSESSMENT AND PERCEPTION ON DENTISTRY MEDICAL SCHOOL’S HOSPITAL UNIVERSITAS AIRLANGGA

200 - 207

2

CLINIC MANAGEMENT IN TERM OF PREPARING COOPERATION WITH SOCIAL HEALTH INSURANCE PROVIDER

208 - 216

3

PERFORMANCE ANALYSIS OF PEDIATRIC WARD PAMEKASAN GENERAL HOSPITALUSING BALANCED SCORECARD

217 - 224

4

JOB SATISFACTION AND PERFORMANCE OF NURSE BASED ON WORKLOAD IN BHAYANGKARA HOSPITAL LUMAJANG

225 - 233

5

EFFORTS IN INCREASING UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) COVERAGE OF KALIRUNGKUT PRIMARY HEALTH CENTER SURABAYA

234 - 243

6

DETERMINANTS FACTOR OF LOW COVERAGE IN HEALTH SERCTOR MINIMUM SERVICE STANDARDS ACHIEVEMENT OF MOJO PRIMARY HEALTH CARE SURABAYA

244 - 251

7

FACTORS AFFECTING OBEDIENCE IN NURSING DOCUMENTATION BASED ON MILGRAM’S THEORY

252 - 262

8

CROSS SELLING IMPLEMENTATION FROM OUTPATIENT UNIT TO RADIOLOGY UNIT IN SEMEN GRESIK HOSPITAL

263 - 271

9

PENYEBAB TURNOVER INTENTION PADA PEGAWAI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA

272 - 279

10

DETERMINANT FACTOR IN STAGNANT AND STOCKOUT OF DRY FOOD INVENTORY IN NUTRITION UNIT OF BHAKTI DHARMA HUSADA GENERAL HOSPITAL SURABAYA

280 - 290

Vol. 1 - No. 3 / 2014-03 TOC : 6, and page : 244 - 251 DETERMINANTS FACTOR OF LOW COVERAGE IN HEALTH SERCTOR MINIMUM SERVICE STANDARDS ACHIEVEMENT OF MOJO PRIMARY HEALTH CARE SURABAYA FAKTOR DETERMINAN RENDAHNYA PENCAPAIAN CAKUPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI PUSKESMAS MOJO KOTA SURABAYA Author : Irenius Siriyei | [email protected] Fakultas Kesehatan Masyarakat Ratna Dwi Wulandari | [email protected] Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstract ABSTRACT

Achievement of the Minimum Service Standards (MSS) coverage for the Health Sector in Mojo Primary Health Center in 2011–2012 showed that many indicators did not meet the targets. In 2012, it still could not meet 13 MSS national indicators, 12 MSS East Java Province indicators, and 9 MSS Surabaya District indicators. This study aimed to identify the determinant factors of determinants factor of low coverage in health serctor minimum service standards achievement of Mojo Primary Health Care. This was an observational study with by cross sectional approach. Data was obtained from direct interviews with respondents using questionnaires. This study showed that characteristics of human resources (HR) of Training and Teamwork indicated percentage coverage of more than 50%, categorized as good; while that for Workload was less than 50%, categorized as good. The percentage coverage of Availability of funds was 50%, categorized as poor; Planning Management Functions (P1) was less than 50%, categorized as good; Implementation (P2) was 50%, categorized as good; Monitoring, Control, and Assessment (P3) was 75 %, categorized as good. The determining factors of the low achievement of the Minimum Service Standards for Health Sector in the PHC Mojo, Surabaya, were the factors of Training, Workload, and Planning Process (P1).

Keywords:

determining factors, indicators of minimum service standards, management functions, program management

Keyword : , determining, factors, , indicators, of, minimum, service, standards, , management, functions, program, , Daftar Pustaka : 1. Gde Munijaya, (2010). Manajemen Kesehatan. Edisi.3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 2. Depkes. R.I, (2006). Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Jakarta : Dirjen Bina Kesmas 3. Depkes. R.I, (2008). Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Kepmenkes RI. No. 741/Menkes/Per/VII/2008. Jakarta : Departemen Kesehatan RI 4. Depkes RI, (2009). Pedoman Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Puskesmas. Kepmenkes RI. No.857/Menkes/SK/IX/2009. Jakarta : Departemen Kesehatan RI 5. Dinkes Provinsi Jawa Timur, (2011). Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Surabaya : Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur 6. Dinkes Kota Surabaya, (2013). Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kota Surabaya. Surabaya : Dinas Kesehatan Kota Surabaya 7. James A.F. Stoner, R. Edward Freeman, Daniel R. Gilbert, (1996). Manajemen. Jilid 2. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Prenhallindo 8. Lijan P. Sinambela, (2012). Kinerja Pegawai, Teori Kinerja dan Implikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu

9. Philip Kotler, Kevin L. Keller, (2009). Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1. Jakarta : Erlangga 10. Menpan RI, (2011). Pedoman Analisis Jabatan. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 33 Tahun 2011. Jakarta : Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi 11. Stephen P. Robbins., Timothy A. Judge, (2008). Perilaku Organisasi . Edisi 12., Buku 2. Jakarta : Salemba Empat 12. Stephen P. Robbins., Mary Coulter, (2010). Manajemen. Edisi 10., Jilid 1. Jakarta : Erlangga 13. Wibowo, (2013). Manajemen Kinerja. Edisi.3, Cetakan 7. Jakarta : Rajawali Pers

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

244

FAKTOR DETERMINAN RENDAHNYA PENCAPAIAN CAKUPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI PUSKESMAS MOJO KOTA SURABAYA DETERMINANTS FACTOR OF LOW COVERAGE IN HEALTH SERCTOR MINIMUM SERVICE STANDARDS ACHIEVEMENT OF MOJO PRIMARY HEALTH CARE SURABAYA Irenius Siriyei, Ratna Dwi Wulandari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: [email protected]

ABSTRACT Achievement of the Minimum Service Standards (MSS) coverage for the Health Sector in Mojo Primary Health Center in 2011–2012 showed that many indicators did not meet the targets. In 2012, it still could not meet 13 MSS national indicators, 12 MSS East Java Province indicators, and 9 MSS Surabaya District indicators. This study aimed to identify the determinant factors of determinants factor of low coverage in health serctor minimum service standards achievement of Mojo Primary Health Care. This was an observational study with by cross sectional approach. Data was obtained from direct interviews with respondents using questionnaires. This study showed that characteristics of human resources (HR) of Training and Teamwork indicated percentage coverage of more than 50%, categorized as good; while that for Workload was less than 50%, categorized as good. The percentage coverage of Availability of funds was 50%, categorized as poor; Planning Management Functions (P1) was less than 50%, categorized as good; Implementation (P2) was 50%, categorized as good; Monitoring, Control, and Assessment (P3) was 75 %, categorized as good. The determining factors of the low achievement of the Minimum Service Standards for Health Sector in the PHC Mojo, Surabaya, were the factors of Training, Workload, and Planning Process (P1). Keywords:

determining factors, indicators of minimum service standards, management functions, program management

PENDAHULUAN Pencapaian

dari 12 indikator (54,5%) pada tahun 2011, turun cakupan

Standar

Pelayanan

menjadi 10 indikator (45,5%) pada tahun 2012.

Minimal Bidang Kesehatan di Puskesmas Mojo pada

Berdasarkan data tersebut di atas, diketahui

tahun 2010 sampai 2012 secara keseluruhan belum

bahwa cakupan indikator SPM di Puskesmas Mojo

memenuhi target. Bila dibandingkan dengan target

yang tidak memenuhi target indikator SPM Nasional

SPM Nasional (Depkes), cakupan indikator SPM

(Depkes) dan target indikator SPM Provinsi Jawa

Puskesmas Mojo yang tidak memenuhi target

Timur,

mengalami kenaikan dari 12 Indikator (54,5%) di

Sedangkan cakupan indikator SPM yang tidak

tahun 2011, menjadi 14 indikator (63,6%) pada

memenuhi target indikator SPM Kota Surabaya

tahun 2012. Bila dibandingkan dengan target SPM

mengalami penurunan. Walaupun terjadi penurunan,

Provinsi

SPM

namun jumlah indikator SPM yang belum memenuhi

Puskesmas Mojo yang tidak memenuhi target

target tersebut masih cukup tinggi. Tingginya jumlah

mengalami kenaikan dari 10 indikator (45,5%) pada

indikator

tahun 2011, naik menjadi 13 indikator (59,0%) di

menunjukkan rendahnya pencapaian cakupan SPM.

tahun 2012. Bila dibandingkan dengan target SPM

Tingginya

Kota Surabaya, cakupan SPM Puskesmas Mojo

memenuhi target di Puskesmas Mojo Surabaya

yang tidak memenuhi target mengalami penurunan

perlu

Jawa

Timur,

cakupan

indikator

cenderung

SPM

mengalami

yang

angka

mendapatkan

tidak

indikator

memenuhi

SPM

perhatian,

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

peningkatan.

yang

karena

target

tidak

seperti

245

dijelaskan

dalam

Permenkes

741/Menkes/Per/VII/2008 Pelayanan

Minimal

Kabupaten/Kota,

RI

tentang Bidang

Freeman, dan Gilbert, 1996). Manajemen adalah

Standar

aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan

Kesehatan

pencapaian

Di

pengawasan

terhadap

pekerjaan

orang

lain,

cakupan

sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah tolok ukur

secara efisien dan efektif (Robbins, dan Coulter,

kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

2010).

Daerah

memberikan

kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau

keperluan

pengarahan suatu kelompok orang ke arah tujuan-

kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan

tujuan organisasional atau maksud-maksud yang

taraf kesejahteraan rakyat (Departemen Kesehatan,

nyata.

2008).

pelaksanaannya adalah managing (pengelolaan).

Pelayanan

bahwa

Nomor

Kabupaten/Kota, dasar

untuk

dan

mengurus

Manajemen

adalah

Manajemen

suatu

adalah

proses

suatu

atau

kegiatan,

latar

George Terry merumuskan fungsi manajemen yang

atau

terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan

kesenjangan antara target cakupan indikator SPM

Controlling (POAC), fungsi manajemen ini kemudian

dan hasil pencapaian cakupan indikator SPM tahun

diadopsi juga oleh Kementerian Kesehatan RI

2010-2012

(Munijaya, 2012). Fungsi manajemen tersebut di

Berdasarkan data dan uraian dalam belakang,

diketahui

di

bahwa

Puskesmas

terdapat

Mojo

gap

Surabaya.

Pencapaian cakupan SPM Bidang Kesehatan di

atas dapat dijabarkan sebagai berikut.

Puskesmas Mojo Surabaya secara keseluruhan

Planning(perencanaan)

belum memenuhi target cakupan indikator SPM Bidang ditetapkan Kesehatan

Kesehatan oleh

di

Kabupaten/Kotayang

Departemen

Provinsi

Jawa

Kesehatan, Timur,

dan

Adalah proses perumusan tujuan organisasi sampai

penetapan

alternatif

kegiatan

untuk

Dinas

mencapainya. Tanpa fungsi perencanaan, tidak

Dinas

akan ada kejelasan urutan kegiatan untuk mencapai

Kesehatan Kota Surabaya. Penelitian ini bertujuan

tujuan

organisasi.

untuk menganalisis faktor determinan rendahnya

ditetapkan

pencapaian cakupan SPM di Puskesmas Mojo

digunakan oleh pimpinan untuk melakukan supervisi,

Surabaya.

dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan staf

tugas

Melalui

fungsi

pokok

staf

perencanaan,

yang

kemudian

untuk menjalankan tugasnya. TINJAUAN PUSTAKA

Organizing(pengorganisasian)

Manajemen Puskesmas Manajemen

Adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk

adalah

proses

merencanakan,

menghimpun dan mengatur semua sumber daya

mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan

(potensi)

yang

dimiliki

pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan

memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai

semua sumber daya organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi.

sasaran organisasi yang sudah ditetapkan (Stoner,

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

oleh

organisasi

dan

246

Actuating(Pelaksanaan) Actuating pelaksanaan

digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran

atau

meliputi,

fungsi

penggerakan

yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM

directing,

commanding,

tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau

motivating, staffing, coordinating. Actuating atau fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses

manfaat pelayanan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

bimbingan kepada staf agar mereka menjalankan

741/Menkes/Per/VII/2008

tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten

yang dimiliki (quality of care) dan dukungan sumber

Kota, yang dimaksud dengan Standar Pelayanan

daya yang tersedia (quality of service). Kejelasan

Minimal Bidang Kesehatan atau SPM Kesehatan

komunikasi,

adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang

pengembangan

motivasi,

dan

Tentang

Standar

penerapan kepemimpinan yang efektif akan sangat

diselenggarakan

membantu suksesnya manajer melaksanaan fungsi

(Departemen Kesehatan, 2008). Standar Pelayanan

manajemen ini.

Minimal Bidang Kesehatan atau SPM Kesehatan

Controlling(Monitoring)

disusun berdasarkan amanat dari Pasal 4 ayat (1)

Monitoring pengendalian

atau

(wasdal)

pengawasan

adalah

proses

dan untuk

Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor tentang

Pedoman

Penyusunan

Kabupaten/Kota

65

Tahun

dan

2005

Penerapan

mengawasi secara terus menerus kegiatan staf

Standar Pelayanan Minimal. Dengan adanya SPM

dalam melaksanakan rencana kerja yang sudah

Bidang Kesehatan, diharapkan pelayanan kesehatan

disusun

terjadi

yang paling mendasar dan esensial dapat dipenuhi

pribadi

pada tingkat yang paling minimal secara nasional,

(interpersonal role), peran penyambung informasi

sehingga dapat mengurangi kesenjangan pelayanan

(information transfer role), dan peran pengambil

kesehatan.

dan

mengadakan

penyimpangan.peran

koreksi

jembatan

jika

antar

keputusan (decision-making role). Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/prestasi Kesehatan Puskesmas. Pelaksanaan penilaian dimulai dari Menurut

Peraturan

Pemerintah

Republik tingkat Puskesmas sebagai instrumen mawas diri,

Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman karena setiap

Puskesmas melakukan

penilaian

penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan kinerja seara mandiri, kemudian Dinas Kesehatan Minimal, yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Kabupaten / Kota melakukan verifikasi hasilnya. Minimal (SPM) adalah, adalah ketentuan tentang Aspek

yang

dinilai

meliputi

hasil

pencapaian

jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap pelayanan khusus (khusus bagi Puskesmas yang warga secara minimal. Indikator SPM adalah tolok mengembangkan mutu pelayanan khusus) atas ukur

prestasi

kuantitatif

dan

kualitatif

yang

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

247

perhitungan seluruh Puskesmas. Berdasarkan hasil

diketahui bahwa dari usia responden yang paling tua

verifikasi,

Kabupaten/Kota

berusia 54 tahun dan yang paling muda berusia 29

bersama Puskesmas dapat menetapkan Puskesmas

tahun. Karakteristik umur koordinator program pada

ke dalam kelompok (I, II, III) sesuai dengan

Puskesmas

pencapaian kinerjanya (Departemen Kesehatan,

berusia di atas 40 tahun yaitu 60,0%, sedangkan

2006).

responden yang berusia kurang dari 40 tahun

Dinas

Kesehatan

Mojo.

Sebagian besar

responden

memiliki presentase 40%. Mayoritas responden METODE

adalah perempuan (66,7%). Masa kerja mayoritas

Penelitian

ini

observasional

yang

merupakan bersifat

responden di Puskesmas Mojo Surabaya adalah

penelitian

deskriptif.

sebagai koordinator program adalah kurang dari 10

Data

tahun (55%).

dikumpulkan secara cross sectional pada satu waktu. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Mojo Surabaya.

Penelitian

dilaksanakan

selama

Keunggulan suatu organisasi ditentukan

Juli

oleh cara bagaimana manajemen mengelola dan

sampai dengan Agustus. Sampel dalam penelitian

memberdayakan sumber daya sebagai masukan

ini adalah seluruh koordinator program Puskesmas

(input) organisasi. Input adalah semua jenis sumber

Mojo yang dipilih dengan teknik non probability

daya

sampling menggunakan cara purposive sampling.

transformasi maupun konversi untuk menghasilkan

Ada 20 program yang termasuk dalam SPM dipilih

keluaran (output). Sumber daya (resources) adalah

koordinatornya untuk menjadi responden dalam

segala sesuatu yang dibutuhkan dan digunakan

penelitian ini

manajemen

masukan

yang

untuk

digunakan

mencapai

dalam

tujuan

proses

organisasi.

Sumber daya yang diperlukan manajemen dapat dibedakan atas sumber daya manusia (human

HASIL DAN PEMBAHASAN

resources) dan sumber daya non manusia (non

Sebagian besar responden berpendidikan lain

human resources). Sumber daya manusia adalah

memiliki pendidikan S1 sebesar 30,0% dan S2

aset penting organisasi dan motor penggerak proses

sebesar

15%.

manajemen.

Tabel 1

Distribusi Pencapaian Cakupan SPM dan Variabel Sumber Daya Manusia di Puskesmas Mojo Surabaya Tahun 2013

D3

sebesar

55%.

Sedangkan

Berdasarkan

responden

hasil

wawancara,

Pencapaian Indikator Tercapai n Kerjasama Tim Baik Cukup Pelatihan Baik

Tidak Tercapai n

%

%

7 0

38,88 0

11 2

61,11 100,00

6

42,86

8

57,14

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

248

Pencapaian Indikator Tercapai n Kurang Beban Kerja Berat Sedang Ringan

Pelatihan

%

1

16,67

5

83,33

2 3 2

33,33 33,33 40,00

4 6 3

66,67 66,67 60,00

adalah

Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau

merupakan investasi organisasi yang penting dalam

target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan

sumber daya manusia (SDM). Pelatihan melibatkan

waktu tertentu. Penelitian ini menunjukkan bahwa

segenap sumber daya manusia untuk mendapatkan

semakin tinggi beban kerja

pengetahuan

peluangnya

sehingga

dan

Tidak Tercapai n

%

pengembangan

dan

keterampilan

mereka

segera

pembelajaran

mampu

mencapai

cakupan

dapat

indikator SPM. Untuk itu beban kerja merupakan

menggunakannya dalam pekerjaan (Wibowo, 2013).

aspek pokok yang menjadi dasar untuk menyusun

Hasil semakin

penelitian

baik

responden,

menunjukkan

pelatihan

maka

akan

untuk

maka semakin rendah

yang

semakin

bahwa

sebuah program. Tingginya beban kerja sebenarnya

oleh

dapat disiasati dengan meningkatkan kerjasama

diterima tinggi

dalam

peluang

tim.

Penelitian

ini

membuktikan

bahwa

pencapaian cakupan indikator SPM. Sedangkan

semakin baik kerjasama tim maka semakin tinggi

semakin kurangnya pelatihan, maka semakin tinggi

pula kemungkinan tim tersebut menapai target SPM

Indikator yang tidak mencapai target cakupan SPM.

yang sudah ditentukan.

Tabel 2

Distribusi Pencapaian Cakupan SPM dan Variabel Non Sumber Daya Manusia di Puskesmas Mojo Surabaya Tahun 2013

Pencapaian Indikator Tercapai n Ketersediaan Sumber Dana Baik Cukup Kurang Sarana Prasarana Baik Cukup Kurang

Tidak Tercapai n

%

%

2 4 1

40,00 28,57 100,00

3 10 0

60,00 71,43 0

5 2 0

50,00 28,57 0

5 5 3

50,00 71,43 100,00

Variabel non sumber daya manusia dalam

Sebaliknya,

semakin

penelitian ini adalah ketersediaan sumber dana dan

kekurangan

biaya

keberadaan sarana

semakin rendah peluangnya memenuhi target SPM.

dalam

prasarana.

menunjukkan

penelitian

cenderung

memiliki untuk

Begitu pula dengan keberadaan sarana prasarana

ketersediaan dana, pencapaian cakupan Indikator

penunjang program juga berpengaruh terhadap

SPM

pencapaian target SPM. Semakin baik sarana

nampaknya

akan

semakin

biasanya

yang

baik

juga

bahwa

Hasil

program

semakin

baik.

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

249

prasarana

(peralatan

medis

dan

non

medis),

dapat

diselesaikan

secara

efisien

dan

efektif

berdampak pada semakin tingginya pencapaian

(Robbins, dan Coulter, 2010). Pencapaian output

cakupan indikator SPM.

berupa capaian target SPM tentu melalui proses

Pencapaian Cakupan Indikator SPM dan

manajemen. Sumber daya baik human maupun non human yang melalui proses manajemen yang baik

Manajemen Puskesmas

akan membawa program tersebut pada kinerja yang

Manajemen adalah aktivitas kerja yang

baik.

melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut Tabel 3

Distribusi Pencapaian Cakupan SPM dan Manajemen Puskesmas Mojo Surabaya Tahun 2013 Pencapaian Indikator Tercapai n

Perencanaan (P1) Baik Cukup Kurang Pelaksanaan (P2) Baik Cukup Kurang Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3) Baik Cukup Kurang

Perencanaan mencakup

adalah

mendefinisikan

Tidak Tercapai n

%

%

3 1 3

60,00 25,00 27,27

2 3 8

40,00 75,00 72,72

6 1 0

42,86 25,00 0

8 3 2

57,14 75,00 100

4 3 0

30,77 50 0

9 3 1

69,23 50 100

proses

sasaran

yang

organisasi,

menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai

sesuai dengan tahapan perencanaan yang baik dan benar. Menurut Terry (2012), pelaksanaan (actuating)

sasaran itu, dan menyusun serangkaian rencana

merupakan

yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan dan

pelaksanaan yang meliputi beberapa proses seperti

mengoordinasikan pekerjaan organisasi (Robbins,

directing, commanding, motivating, staffing, dan

dan Coulter, 2009). Penelitian ini membuktikan

coordinating. Actuating atau fungsi penggerakan

bahwa semakin baik proses perencanaan (P1),

pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staf

maka semakin tinggi pencapaian cakupan indikator

agar mereka menjalankan tugas pokoknya sesuai

SPM

kurangnya

dengan keterampilan yang dimiliki (quality of care)

tingginya

dan dukungan sumber daya yang tersedia (quality of

yang

perencanaan

diperoleh. (P1)

Sedangkan

berdampak

pada

sebuah

fungsi

penggerakan

indikator SPM yang tidak mencapai target cakupan.

service).

Kurangnnya proses perencanaan (P1) disebabkan

motivasi, dan penerapan kepemimpinan yang efektif

antara lain karena,masih ada koordinator program

akan

yang

melaksanaan fungsi manajemen ini.

membuat (menyusun) perencanaan tidak

Kejelasan

sangat

komunikasi,

membantu

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

pengembangan

suksesnya

manajer

Berdasarkan

250

hasil penelitian diketahui bahwa semakin baik

Mojo

proses pelaksanaan (P2), maka semakin tinggi

perencanaan (P1).

pencapaian

indikator

SPM

yang

Kota

Surabaya

adalah

faktor

proses

diperoleh. Untuk

meningkatkan kinerja program dalam

Sedangkan semakin lemahnya proses pelaksanaan pencapain (P2)

berdampak

pada

semakin

SPM,

koordinator

program

perlu

rendahnya mengusulkan pelatihan ke Dinas Kesehatan Kota

pencapaian cakupan indikator SPM. sesuai dengan kebutuhan masing-masing program. Monitoring atau pengawasan dan pengendalian Kepala

Puskesmas

juga

perlu

mengusulkan

(wasdal) adalah proses untuk mengawasi secara peninjauan ulang atau mengurangi tugas tambahan terus menerus kegiatan staf dalam melaksanakan di luar dari tugas pokok yang diterima oleh rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koordinator program untuk mengurangi beban kerja koreksi jika terjadi penyimpangan. Semakin baik mereka

sehingga

mampu

meningkatkan

fokus

proses pengawasan, pengendalian, dan penilaian kerjanya. Perencanaan program harus dilakukan (P3), maka semakin tinggi pencapaian cakupan sesuai

dengan

tahapan

dan

langkah-langkah

indikator yang memenuhi target. Rendahnya proses pembuatan (penyusunan) program yang baik dan pengawasan, pengendalian, dan penilaian (P3) akan benar. Rencana capaian setiap periode juga harus berdampak pada kinerja program dalam memenuhi dibuat untuk memudahkan dalam proses monitoring target cakupan SPM. Dengan demikian diduga kuat program. yang

menjadi

faktor

determinan

rendahnya

pencapaian cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

bidang

kesehatan

di

Puskesmas

Mojo

Surabaya adalah faktor pelatihan, faktor beban kerja, dan perencanaan (P1).

SIMPULAN Faktor Input

yang menjadi determinan

rendahnya pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang

kesehatan

di

Puskesmas

Mojo

Kota

Surabaya yaitu faktor pelatihan dan faktor beban kerja.

Sedangkan faktor kerjasama

ketersediaan prasana

(alat

dana

(biaya),

medis

dan

tim, faktor

dan

faktor

sarana

non

medis)

bukan

merupakan faktor determinan. Faktor proses yang menjadi determinan rendahnya pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di Puskemas

DAFTAR PUSTAKA Gde Munijaya, 2010. Manajemen Kesehatan. Edisi.3. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta, 2010. Depkes. R.I. 2006. Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Jakarta; Dirjen Bina Kesmas, 2008. Depkes R.I. 2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Kepmenkes RI. No. 741/Menkes/Per/VII/2008. Jakarta; Departemen Kesehatan RI. 2008. Depkes RI. 2009. Pedoman Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Puskesmas. Kepmenkes RI. No.857/Menkes/SK/IX/2009. Jakarta, Departemen Kesehatan RI, 2009. Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2011. Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2011. Dinkes Kota Surabaya. 2013. Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kota Surabaya. Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2013. Endang S. Sulaeman, 2009. Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktik di Puskesmas. Suarakarta, 2009. James A.F. Stoner, R. Edward Freeman, Daniel R. Gilbert, 1996. Manajemen. Jilid 2. Edisi

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

251

Bahasa Indonesia. Prenhallindo; Jakarta, 1996. Lijan P. Sinambela, 2012. Kinerja Pegawai, Teori Kinerja dan Implikasi. Edisi Pertama. Graha Ilmu; Yogyakarta, 2012. Philip Kotler, Kevin L. Keller, 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1. Penerbit Erlangga; Jakarta, 2009. Menpan RI. 2011. Pedoman Analisis Jabatan. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 33 Tahun 2011. Jakartan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi, 2011. Stephen P. Robbins., Timothy A. Judge, 2008. Perilaku Organisasi. Edisi 12., Buku 2. Salemba Empat. Jakarta, 2008. Stephen P. Robbins., Mary Coulter, 2010. Manajemen. Edisi 10., Jilid 1. Penerbit Erlangga; Jakarta, 2010. Wibowo, 2013. Manajemen Kinerja. Edisi.3, Cetakan 7. Rajawali Pers; Jakarta, 2013.

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013