Volume 18, Nomor 1, Hal.80-90 ISSN:0852-8349 ... - Journal unja

progresivitas sel tumor. Mekanisme serta regulasi yang mengatur hal tersebut sampai dengan saat ini belum dapat dijelaskan secara pasti. Penelitian in...

6 downloads 508 Views 83KB Size
Volume 18, Nomor 1, Hal.80-90 Januari – Juni 2016

ISSN:0852-8349

PENGARUH AKTIVITAS SIKLUS SEL PADA FASE G2-M TERHADAP PROGRESIVITAS SARKOMA JARINGAN LUNAK MELALUI PENGUKURAN EKSPRESI mRNA GEN AURKA DAN ASCL2 Humaryanto1, M. Nurhalim Shahib2 1 Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Jambi, Indonesia 2 Bagian Biokimia & Biologi Molekuler, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia ABSTRAK Kejadian sarkoma jaringan lunak relatif rendah, insidensinya hanya sekitar 1-2% dari semua kanker dewasa, sedang pada anak 6.5%, namun sarkoma jaringan lunak memiliki lebih dari 70 sub tipe histologik. Gradasi histologi dari sarkoma merupakan indikator penting guna menilai agresivitas dan prognosis yang baik untuk perkembangan sarcoma serta kemungkinan/resiko metastasis. Gradasi menggambarkan suatu proses translasi morfologi molekul yang menggambarkan progresivitas sel tumor. Mekanisme serta regulasi yang mengatur hal tersebut sampai dengan saat ini belum dapat dijelaskan secara pasti. Penelitian ini bertujuan menganalisa kaitan antara perbedaan ekspresi gen aurora kinase Adan Ascl2, pada sarcoma jaringan lunak gradasi ringan, sedang dan berat pada sediaan Formalin Fixed Paraffin Embedded (FFPE). Pengukuran tingkat ekspresi mRNA dilakukan menggunakan teknik Real-time PCR kemudian dianalisis perubahannya secara kuantifikasi relatif dengan metode2-ΔΔCt. Penelitian telah dilakukan terhadap 23 sampel jaringan sarcoma jaringan lunak dari RSU H. Abdul Manap Kota Jambi selama kurun waktu 2007-2013, terdiri dari gradasi ringan 7 sampel, gradasi sedang 9 sampel dan gradasi berat 7 sampel. Terdapat perbedaan perubahan yang bermakna secara statistik ekspresi Aurka pada jaringan tumor sarkoma jaringan lunak gradasi ringan, sedang dan berat (p=0.034, p=0.024, Kruskall Wallis). Terdapat hubungan korelasi antara perubahan ekspresi aurora kinase dan Ascl2 dengan jaringan tumor sarkoma jaringan lunak grada siringan, sedang dan berat (p<0.05, Spearman). Disimpulkan bahwa terdapat perubahan ekspresi gen mRNA Aurka pada sarcoma jaringan lunak gradasi ringan, sedang dan berat dan terdapat korelasi perubahan ekspresi aurora kinase A, dan Ascl2, antara jaringan tumor sarkoma jaringan lunak gradasi ringan, sedang dan berat. Kata kunci: Sarcoma jaringanlunak – gradasi – Aurka – cMyc - Ascl2 - KLF4 miR302b -Mdm2 - NFKB PENDAHULUAN Sarkoma jaringan lunak mencakup kelompok besar tumor ganas pada jaringan lunak, meliputi tulang rawan, otot, lemak, saraf, pembuluh darah

dan jaringan ikat lainnya. Kelompok ini mempunyai banyak variasi subtipe histologik, lebih dari 50-70 subtipe. Secara embriologi, sebagian besar berasal dari mesoderm, dengan kontribusi neuroectodermal dalam 80

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

kasus saraf perifer. Sejauh ini masih belum dapat dipastikan penyebab sarcoma jaringan lunak, faktor penyebabnya tidak hanya oleh satu faktor tunggal, tetapi banyak faktor seperti faktor kelainan bawaan, faktor genetik familial, faktor stimulasi asing, faktor rangsangan zat kimia, serta faktor adanya trauma/luka/cedera. Walau kejadian sarkoma jaringan lunak relatif rendah,dilaporkan insidensinya hanya sekitar sekitar 12% dari semua kanker dewasa, sedang pada anak 6.5%, dan ditemukan pada semua kelompok umur. Namun kelainan ini memiliki angka morbiditas serta mortalitas yang tinggi. Disamping itu, khususnya di Indonesia, penderita datang dalam kondisi stadium akhir sehingga memberikan dampak angka mortalitas yang semakin tinggi. Sampai saat ini masih ada kontroversi dalam menentukan diagnosis, gradasi dan stadium disebabkan beberapa jenis sarcoma dari penilaian histologi tidak dapat memberikan informasi guna prediksi penyakit, agresifitasnya berkaitan dengan metastase. Gradasi histologi dari sarkoma merupakan indikator penting guna menilai agresivitas dan prognosis yang baik untuk perkembangan sarcoma serta kemungkinan/resiko metastasis. Gradasi menggambarkan suatu proses translasi morfologi molekul yang dapat menentukan agresivitas sel tumor. Gradasi menentukan progresivitas sel tumor melalui penilaian proses diferensiasi sel, mitosis, dan nekrosis mikroskopis, adapula yang menilai invasi vaskuler. Gradasi sarkoma terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu derajat 1/rendah (low 89

grade), 2/sedang (intermediate grade) dan 3/tinggi (high grade). Semakin berat gradasinya maka sel tumor tampak lebih heterogen, tampak sangat berbeda dari sel normal, tidak terdiferensiasi sehingga sulit diidentifikasi sel asalnya dan dapat tumbuh lebih cepat. Sarkoma derajat berat menunjukkan prognosis buruk serta tingginya angka kejadian metastasis. Sebagaimana telah diketahui bahwa dasar kelainan yang timbul pada kanker adalah adanya proliferasi sel yang terus menerus yang terjadi akibat adanya gangguan siklus sel dan regulasinya. Pada kelaian kanker proses pembelahan seltidakterkendali dan kemampuan sel menyerang jaringan biologislainnya, baik pertumbuhan langsung di jaringan tetangganya (invasif) maupun migrasi sel ke tempat yang lebih jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA yang menyebabkan mutasi di genvital yang mengontrol pembelahan sel. Sel kanker kehilangan fungsi kontrolnya terhadap regulasi daur sel maupun fungsi homeostasis sel pada organisme multiseluler sehingga sel tidak dapat berproliferasi secara normal. Akibatnya, sel akan berproliferasi terus-menerus sehingga menimbulkan pertumbuhan jaringan yang abnormal Penelitian guna menganalisa gen yang berperan dalan masing-masing fase pada carcinogenesis sudah banyak dilakukan. Beberapa gen diketahui memiliki peran dalam regulasi siklus sel seperti pada fase G1, G2-M dan seterusnya. Pada penelitian ini akan diteliti aktivitas fase G2-M melalui ekspresi

Humaryanto., dkk: Pengaruh Aktifitas Siklus Sel pada Fase G2-M Terhadap Progresivitas Sarkoma Jaringan Lunak Melalui Pengukuran Ekspresi mRNA Gen Aurka dan ASCL 2

gen Aurka dan Ascl2. Hal ini didasari dugaan bahwa sarcoma tidak saja terjadi gangguan pada fase G1, namun juga diduga terjadi kelainan pada fase lainnya, yaitu fase G2-M. Proses mitosis dalam siklus sel dapat terjadi karena adanya aktivasi mitotic kinase, seperti kinesin spindle protein (KSP) dan centromic protein E (CENPE), aurora kinase (AK) seperti aurora A (AKA) dan aurora B (AKB), dan polo-like kinase (PLks). AK, PLK, dan KSP diekspresikan terutama di Mfase dari siklus sel dan, pada tingkat lebih rendah, di G2. Selama G1-, G0-, dan S-fase, tingkat ekspresinya sangat rendah7,8.Adanya peningkatan ekspresi aurora kinase ditemukan pada lebih dari 50% kasus tumor colorectal, ovarium dan gaster, serta sekitar 94% kasus invasive ductus adenocarcinoma mamae. Sehingga Aurora A menjadi salah satu parameter proliferasi yang merupakan faktor prognostik independen untuk pasien invasif dini kanker payudara. Wang, dkk melaporkan adanya peningkatan ekspresi aurora kinase A pada metastases kanker payudara. Gen lain yang berperan juga dalam fase G2-M siklus sel adalah gen achaete-scute like2 (Ascl2). Penurunan ekspresi ascl2 terjadi akibat berhentinya fungsi pos pemeriksaan (checkpoint) G2/M pada siklus sel. Data pendahuluan menunjukkan bahwa secara in vitro ascl2 dapat mengontrol pos pemeriksaan G2/M pada siklus sel melalui regulasi ekspresi dari survivin dan cdc25b. Baik survivin maupun cdc25b dilaporkan secara klinis mempunyai peran penting pada kanker colorectal. Sedang survivin diketahui merupakan target dari sinyal

Wnt dan diduga merupakan faktor radiosensitif pada kanker rektal, serta dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan lokal dari kemoradioterapi dan reseksi pembedahan pada kasus malignansi rektal. METODE PENELITIAN Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, semua sampel diseleksi berdasarkan kelengkapan data, blok paraffin dan jenis tumor. Objek penelitian yang digunakan adalah sediaan paraffin blok (FFPE, fixed formalin paraffin embedded) penderita yang telah didiagnosis fibrosarcoma melalui pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin, yang berasal dari biopsi dan/atau operasi yang diterima di bagian Patologi Anatomi RSU H. Abdul Manaf Kota Jambi selama kurun waktu 2007-2013. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 23 sampel sarcoma jaringanlunak yang terdiri dari 7 sampel sarcoma jaringan lunak gradari ringan, 9 sampel jaringan gradasi sedang dan 7 kasus jaringan gradasi berat. Pengerjaan sampel dan mulai isolasi RNA sampai tahap RealTime-PCR dilakukan di laboratorium Biologi Molekuler Unit Penelitian Kedokteran (UPK) di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Isolasi RNA Sebelum dilakukan isolasi RNA, maka sediaan paraffin (FFPE) dilakukan tindakan deparaffinisasi, yaitu dengan menambahkan 800µl Hemo-De/xylol pada 5-20µl potongan jaringan (0,5 cm3) ke dalam tabung 90

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

reaksi1.5ml. Kemudian dicampurkan 400µl ethanol absolut dan dilanjutkan melakukan sentrifuga 12000-14000 rpm. Palet jaringan dikeringkan pada suhu +55oC selama 10 menit kemudian ditambahkan100µl larutan buffer paraffin homogenisasi (botol 9b), 16µl larutan 10% SDS dan 40µl larutan enzim paraffin homogenisasi. Setelah itu dilakukan vortex segera secara selaan dan intermiten dan inkubasi semalam pada suhu +55oC. Isolasi RNA dari sampel yang telah diinkubasi diprosesmenggunakan protokol KAPA SYBR FAST OneStep qRT-PCR kit. Amplifikasi qRT-PCR Proses amplifikasi qPCR ® menggunakan KAPA SYBR FAST One-step qPCR Kits yang didisainmenurut NCBI sequence untukmengaplikasi gen MDM2, KL4 dan C-Myc dengan desain primer sebagai berikut, Aurka Forward: 5′GAATGCTGTGTGTCTGTCCG3′ Reverse: 5′GCCTCTTCTGTATCCCAAGC3′ Ascl2Forward: 5’CGGGCTCCAGACGACCTAGG AC-3’ Reverse: 5’ CTCATAGGTCGAGGGCGCTCA GTA-3’ GAPDH forward 5’TGCACCACCAACTGCTTAGC3’, reverse 5’GGCATGGACTGTGGTCATGAG3’. Pada tahapan ini dilakukan pencampuran KAPA SYBR® FAST 89

master mix (2x), KAPA RT Mix (50x), dUTP (10mM), ROX reference Dye High/Low, template RNA dan primer. Pemeriksaan qPCR menggunakan alat mesin merk RotorGene (Qiagen) dengan Protokoler cycling dimulai dengan sintesis cDNA pada suhu 42 oC selama 5 menit, inaktifasi RT pada suhu 95oC selama 2-5 menit, denaturasi pada suhu 95oC selama 3detik, annealing pada suhu 60oC, dan terakhir fase disosiasi sesuai buku petunjuk. Secara kualitatif, ekspresi gen dinilai berdasarkan Ct value, yaitu nilai kuantifikasi jumlah copy ekspresi gen yang melewati garis ambang (threshold) yang telah ditetapkan, digradasikan menjadi overekspresi (<15), terekspresi sangat tinggi (1520), tinggi (20-25), sedang (25-30), lemah (30-35) dan terekspresi sangat lemah (35-40). Sedang nilai ekspresi ditentukan mulai dari 1 sampai dengan 5, yaitu ekspresi ringan sampai dengan terekspresi sangat tinggi. Setelah proses amplifikasi selesai, diperoleh kurva disosiasi yang kemudian dianalisa ekspresi relatifnya dengan menggunakanmetode yang membandingkan target Ct dengan nilai referensi yang dipilih, yaitu level ekspresi house keeping gene yang pada penelitian ini menggunakan gen GAPDH, dengan perhitungan ΔCt= Ct target gen – Ct housekeeping gene. Bila nilai ΔCt memiliki nilai positif maka nilai Ct target gen lebih besar dari nilai GADPH (+ΔCt) dan sebaliknya nilai negatif bila Ct target gen lebih rendah dari GADPH (-ΔCt). Kemudian perbandingan level ekspresi didapat dengan menggunakan rumus metode 2-ΔΔCt18.

Humaryanto., dkk: Pengaruh Aktifitas Siklus Sel pada Fase G2-M Terhadap Progresivitas Sarkoma Jaringan Lunak Melalui Pengukuran Ekspresi mRNA Gen Aurka dan ASCL 2

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian inididapat sampel sebanyak 23 buah jaringan yang

sesuai dengan kriteria inklusi penelitian ini, dan berikut adalah data yang diperoleh.

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian (n=23) Variabel

Gradasi Ringan (n=7)

Gradasi Sedang (n=9)

Gradasi Berat (n=7)

Usia Rerata±SD Median Range (min-max)

43,00±7,14 44,00 (30,00-52,00)

46,55±16,98 44,00 (19,00-75,00)

63,00±19,68 70,00 (27,00-80,00)

Jenis Kelamn Laki-laki Perempuan

3 (42,9%) 4 (57,1%)

7 (77,8%) 2 (22,2%)

3 (42,9%) 4 (57,1%)

Lokasi Femur Pectrolaris Scapua Cruris Parietoksipital Lainnya

2 (28,6%) 1 (14,3%) 1 (14,3%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 3 (42,9%)

6 (66,7%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 1 (11,1%) 2 (22,2%)

0 (0,0%) 1 (14,3%) 0 (0,0%) 1 (14,3%) 0 (0,0%) 5 (71,4%)

Diagnosis Fibrosarcoma Liposarcoma Dermafibrosarcoma Lainnya

2 (28,6%) 2 (28,6%) 2 (28,6%) 1 (14,3%)

5 (55,6%) 0 (0,0%) 2 (22,2%) 2 (22,2%)

3 (42,9%) 1 (14,3%) 0 (0,0%) 3 (42,9)

Pengukuran tingkat ekspresi mRNA dilakukan secara kuantitatif menggunakan real-time PCR pada suhu yang didapat dari hasil optimasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode kuantifikasi relatif metode 2ΔΔCt (Livak, Shcimttgen) dengan perbandingan delta delta threshold

(ΔΔCt). Metode ini membandingkan target dengan nilai referensi yang dipilih, yaitu level ekspresi housekeeping gene, yaitu GAPDH. Adapun hasil Ct housekeeping gene ini pada sarcoma jaringan lunak berdasarkan gradasi ringan, sedang dan berat adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai Ct Housekeeping Gene (GAPDH) Berdasarkan Gradasi Sarkoma Jaringan Lunak Ct GAPDH Gradasi Ringan Gradasi Sedang Gradasi Berat

Aurka

Ascl2 28.80+2.46 29.90+1.94 28.36+1.62

90

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

yang

Data ΔCt masing-masing gen telah diperoleh dianalisis

menggunakan kajian statistik sesuai metode yang telah ditentukan

Tabel 3. Perbandingan Rerata Ct gen target Aurka dan Ascl2 Pada Ketiga Kelompok Penelitian Kelompok Gradasi Nilai Variabel Gradasi sedang Gradasi ringan berat P n=7 n=9 n=7 ΔCt Aurka

0,034* *

Rerata±Std Devitation Median Range (min-max)

3,541±2,219 2,630 1,41-7,56

3,092±3,750 4,160 -2,18-9,98

0,168±1,523 0,550 -0,37-1,30

ΔCt Ascl2 Rerata±Std Devitation Median Range (min-max)

6,258±1,970 6,370 2,78-9,38

4,762±3,032 4,760 0,20-10,13

3,557±2,217

0,157

3,560 0,75-6,42

Dalam penelitian ini diperoleh gen pada sarcoma jaringan lunak nilai ΔCt, ΔΔCt serta perbandingan gradasi ringan, gradasi sedang dan level ekspresi masing-masing target gradasi berat sebagai berikut: Tabel 4. Perbandingan Nilai ΔCt, ΔΔCt serta Perbandingan Level Ekspresi Gen yang Berperan pada Aktivitas Siklus Sel (fase G2-M)pada Kelompok Sarkoma Jaringan Lunak Gradasi Ringan, Sedang dan Berat Targeting Genes

gradasi

GAPDH Ct

ΔCt genes*) genes Ct

ΔΔCt +ΔCt

Aurka

Ascl2

Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat

28.80+2.46 29.90+1.94 28.36+1.62 28.80+2.46 29.90+1.94 28.36+1.62

29.76+1.23 32.99+3.23 31.90+1.70 32.50+1.55 34.73+2.76 34.06+2.49

Dalam penelitian ini dianalisis pula korelasi antara perbedaan ΔCt target gen dengan gradasi dari

89

0.168+1.52 3.092+3.75 3.54+2.22 3.56+2.43 4.76+3.03 5.70+2.61

ΔCt 0.168 3.092 3.54 3.56 4.76 5.7

Normalized target gene relative to GAPDH 2-ΔΔCt 0.41 0.12 0.09 0.08 0.04 0.01

sarcoma jaringan lunak dengan kajian statistic sebagai berikut:

Humaryanto., dkk: Pengaruh Aktifitas Siklus Sel pada Fase G2-M Terhadap Progresivitas Sarkoma Jaringan Lunak Melalui Pengukuran Ekspresi mRNA Gen Aurka dan ASCL 2

Tabel 5. Kolerasi Antara Aurka, dan Ascl2, dengan Sarkoma Jaringan Lunak Gradasi Berat, Sedang dan Ringan. Variabel R P Kolerasi antara Aurka 0,521 0,011** dengan Gradasi Kolerasi antara Ascl2 0,420 0,046** dengan Gradasi Keterangan: Korelasi antara ordinal dengan numerik menggunakan analisis korelasi Spearman; nilai kemaknaan p < 0,05. Tanda ** menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistika. r: koefisien korelasi

Jumlah sampel dalam penelitian ini relatif sedikit, yaitu 23 sampel dari 30 kasus sarcoma jaringan lunak di RSU H. Abdul Manaf kota Jambi selama tahun 2007-2013. Menurut laporan registrasi kanker berbasis rumah sakit di RS Kanker Dharmais Jakarta pada tahun 2003-2007, dilaporkan dari 10.195 kasus kanker ditemukan kasus sarcoma jaringan lunak hanya sebanyak 202 kasus. Bila merujuk pada pustaka hal ini menunjukkan bahwa benar kasus sarcoma relatif jarang ditemukan, insidennya sekitar 2 dari 100.000, mendekati angka 1%, namun hampir 50% meninggal akibat penyakit tersebut. Pada tabel 1 diatas tampak bahwa umur terbanyak pada kelompok pasien berumur antara 19 tahun hingga 80 tahun dengan rata rata usia 50, 47 tahun. Hal ini sesuai dengan laporan lainnya dalam pustaka bahwa distribusi terbanyak penderita sarcoma jaringan lunak terdapat pada kelompok umur dekade ke 2, 3, dan 4. Diestimasi bahwa sedikitnya ada 100 tumor jinak untuk setiap 1 tumor ganas pada jaringan lunak. Sarkoma jaringan lunak didapatkan sekitar 0,7% dari keganasan pada pria dan 0,6% dari keganasan pada wanita. Sedang dari jenis kelamin diperoleh data terdiri dari pasien laki-laki

sebanyak 13 orang (56,6%) dan sebanyak 10 orang (43,5%) adalah pasien perempuan. Dalam pustaka dilaporkan bahwa perbandingan angka kejadian sarkoma jaringan lunak ini pada pria danwanita 1,15:1. Sedang berdasar lokasi sarcoma jaringan lunak sebagian besar terletak pada ektremitas bawah, yaitu sebanyak 8 orang pasien (34,8%) terletak pada femur. Kemudian 2 orang (8,7%) terdapat pada pectoralis dan masing-masing sebanyak 1 orang (4,3%) terdapat pada scapula, kruris serta parietook sipital. Hasil ini menunjukkan kemiripan dengan data penelitian lain serta referensi bahwa hampir 50% kasusterjadi di ekstremitas terutama ekstremitas bawah dan 30% kasus terjadi di viseral dan retroperitoneal. Adapun tabel 4di atas memperlihatkan bahwa ekspresi Aurka pada sarkoma jaringan lunak gradasi ringan menunjukkan ΔCt value = 0.168+1.52, kemudian meningkat secara signifikan pada gradari sedang (3.09+3.75), kemudian relatif menetap serta gradasi berat 3.54+2.22. Kemudian analisis data perbandingan level ekspresinya dengan menggunakan metode metode 2-ΔΔCt, menunjukkan bahwa gen Aurka pada gradasi ringan diekspresikan 2-2.5 kali lebih 90

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

rendah daripada GAPDH dan pada gradasi berat diekspresikan paling rendah, yaitu mendekati seratus kali lebih rendah dari GAPDH. Ekspresi relatif yang rendah pada gradasi sedang dan berat menggambarkan bahwa gen Aurka disupresi lebih kuat dibanding pada gradasi ringan dan pada sarkoma jaringan lunak gradasi berat disupresi paling kuat. Pada Tabel 3 menunjukkan secara statistik terdapat perbedaan rerata Aurka antara kelompok sarcoma jaringan lunak gradasi rendah, sedang dan tinggi yang signifikan dan dengan nilai kemaknaan atau nilai p sebesar 0.034 (p<0.05), kemudian pada tabel 5 hasil uji korelasi (Spearman) p=0.011 (p<0.05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi Aurka dengan gradasi sarcoma jaringan lunak. Hal ini menunjukkan bahwa Aurka dapat membedakan sarkoma jaringan lunak gradasi ringan dan berat, tetapi tidak dapat membedakan antara sedang dan berat. Hal ini mendukung bahwa Aurka dapat digunakan untuk diagnosis awal, tetapi tidak dapat menunjukkan progresivitas se tumor. Hal ini berbeda dari Ascl2, seperti pada tabel 4, tampak bahwa semakin berat gradasinya maka semakin besar ekspresinya, yaitu ΔCt value Ascl2 pada gradasi ringan = 3.56+2.43, gradasi sedang = 4.76+3.03 dan gradasi berat = 5.70+2.61. Pada tabel 3 uji statistika menggunakan uji analisis ANOVA diperoleh nilai p value = 0.157 (P value> 0,05), maka dapat dikatakan tidak ada perbedaan rerata antara variabel Ascl2 antara ketiga kelompok penelitian berdasarkan gradasi ringan, sedang dan berat. Pada tabel 5 hasil uji 89

korelasi (Spearman) p=0.046 (p<0.05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi Ascl2 dengan gradasi sarcoma jaringan lunak. Kemudian pada tabel 4, menggunakan metode kuantifikasi relatif (relative quantification) berdasarkan metode 2-ΔΔCt (Livak, Shcimttgen) terdapat hubungan antara gradasi sarkoma jaringan lunak dengan ekspresi Ascl2, dimana pada gradasi berat gen Ascl2 diekspresikan sangat rendah, mencapai 100 kali lebih rendah dibanding GAPDH. Dari metode ini tampak bahwa semakin berat gradasinya tampak gen Ascl2 semakin disupresi. Hal ini berarti Ascl2 dapat digunakan untuk mengetahui progresivitas sel tumor. Hal ini diduga peran Aurk yang dapat menekan induksi apoptosis Myc pada fase G2-M dari siklus sel. Meskipun belum diketahui secara pasti mekanismenya, diduga hal ini melibatkan bypass mitosis pos pemeriksaan dan/atau inhibisi Aurkb juga memblok fungsi antiapoptotic Survivin.Proses apoptosis yang merupakan respon terhadap inhibisi Aurk mengakibatkan ekspresi berlebih sel Myc secara selektif, sejalan dengan adanya efek yang jelas lebih kuat dari inhibisi Aurka/Aurkb dalam sel yang sedang berproliferatif yang didorong oleh Myc dibandingkan onkogen lainnya. Adanya peningkatan ekspresi aurora kinase ditemukan pada lebih dari 50% kasus tumor colorectal, ovarium dan gaster, serta sekitar 94% kasus invasive ductus adenocarcinoma mamae. Aurka dan Aurkb meningkatkan transformasi yang diinduksi oleh Ras. Meskipun,

Humaryanto., dkk: Pengaruh Aktifitas Siklus Sel pada Fase G2-M Terhadap Progresivitas Sarkoma Jaringan Lunak Melalui Pengukuran Ekspresi mRNA Gen Aurka dan ASCL 2

Aurka juga terlihat mengekang turmogenesis, sebagaimana Aurka heterozigot meningkatkan angka perkembangan tumor; dan tidak adanya p53, inhibisi Aurka dapat memberikan pertumbuhan yang menguntungkan. Aurora A menjadi salah satu parameter proliferasi yang merupakan faktor prognostik independen untuk pasien invasif dini kanker payudara. Wang, dkk melaporkan adanya peningkatan ekspresi aurora kinase A pada metastases kanker payudara. Ekspresi berlebih aurora kinase A telah ditemukan berkorelasi dengan fosforilasi penekan tumor seperti p53, sehingga terjadi modulasi aktivitasnya dan menunjukkan peran dalam proliferasi yang tidak diatur dan kerusakan DNA yang diinduksi apoptosis pada kanker payudara. Ascl2 merupakan salah satu faktor transkripsi basic helix-loop-helix (bHLH) yang pada awalnya ditemukan bertanggung jawab pada sifat yang diturunkan oleh trofoblas pada jaringan normal plasenta. Pada kasus neoplasia kolorektal ditemukan meningkat ekspresinya dibandingkan yang diekspresikan pada jaringan normal manusia. Ekspresi Ascl2 berlebih diakibatkan dari adanya disregulasi penyandian Wnt pada tahap awal neoplasia intestin. Survivin dan cdc25b dilaporkan menjadi target dari sinyal Wnt, yang banyak ditunjukkan pada kanker colorectal dibandingkan dengan kolon normal dan progresi melalui G2/M. Secara in vitro data menunjukkan bahwa ekspresi Ascl2 yang menurun diakibatkan arrest dari checkpoint siklus sel G2/M. Oleh Karena itu diberi hipotesis bahwa G2/M yang

tampak pada penurunan ascl2 kemungkinan sekunder dari regulasi transkripsi dari survivin dan/atau cdc25b oleh ascl2. Survivin diketahui merupakan target dari penyandian Wnt, diduga menjadi faktor radioresisten kanker rektum serta dapat memprediksi kegagalan lokal pada keganasan rektum setelah kemoradioterapi dan reseksi bedah, sedang cdc25b diketahui diekspresikan berlebih pada 56% kanker kolorektal serta ekspresinya dapat memprediksi angka survival. Adanya blokade secara selektif terhadap ekspresi Ascl2 dapat menyebabkan arrest pertumbuhan tumor, baik secara in vitro maupun in vivo yang kemungkinan melalui inhibisi yang berkaitan dengan miR302b pada sel progenitor kanker kolon.20 Ekspresi Ascl2 diduga secara in vitro berperan menurunkan proses proliferasi seluler, kemampuan invasi sel tumor serta kemampuannya bermigrasi, serta potensi menjadi keganasan secara in vivo. Beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah jumlah sampel yang kurang, dengan keberagaman maupun jumlah masing-masing subtype sarcoma jaringan lunak yang terbatas. Kemudian jenis sampel penelitian berupa FPPE membuat hasil pemeriksaan PCR terbatas, ekspresi target gen menjadi tidak optimal sehingga ada beberapa sampel harus dilakukan penilaian berulang kali. KESIMPULAN Dari penelitian ini diperoleh simpulan bahwa terdapat perbedaan 90

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

ekspresi aurora kinase Adan Ascl2 pada jaringan tumor sarkoma jaringan lunak gradasi ringan, sedang dan berat melalui jalur siklus sel fase G2M. Walaupun secara kajian statistik pada gen Ascl2 tidak terdapat perbedaan pada jaringan tumor sarkoma jaringan lunak gradasi ringan, sedang dan berat. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun dengan kajian statistik tidak terdapat hubungan bermakna untuk membedakan sel sarkoma dari sel normal, atau progresivitas sel tumornya, namun untuk menetapkan deteksi dini dalam penelitian ini dengan menggunakan penilaian dengan metode livak. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti dalam kesempatan ini menyampaikan banyak terima kasih serta penghargaan kepada semua pihak, terutama kepada tim promotor, Unit Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Program Pascasarjana S3 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, serta pihak lain yang turut serta membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Weiss SW, Goldblum JR, Folpe AL. Enzinger and Weiss's Soft Tissue Tumors.Elsevier Health Sciences; 2007. Gilbert NF, Cannon CP, Lin PP, Lewis VO. Soft-tissue Sarcoma. Journal of the American Academy of 89

Orthopaedic Surgeons. 2009;17(1):40-7. Cormier JN, Pollock RE. Soft Tissue Sarcomas. CA: A Cancer Journal for Clinicians. 2004;54(2):94-109. Fletcher CDM UK, Mertens F. Pathology and Genetics of Tumours of Soft Tissue and Bone. Organization WH, Pathology IAo. 2002. Coindre J-M. Grading of Soft Tissue Sarcomas: Review and Update. Archives of Pathology & Laboratory Medicine. 2006;130(10):1448-53. Chintamani. Soft Tissue SarcomasThe Pitfalls in Diagnosis and Management!! Indian Journal of Surgical Oncology. 2011;2(4):261-4. Gritsko TM, Coppola D, Paciga JE, Yang L, Sun M, Shelley SA, et al. Activation and Overexpression of Centrosome Kinase BTAK/Aurora-A in Human Ovarian Cancer. Clinical Cancer Research. 2003;9(4):1420-6. Madhu Kollareddya PD, Daniella Zhelevab, Marian Hajducha. Aurora Kinases: Structure, Function and their Association with Cancer. Biomed Pap Med Fac Univ Palacky Olomouc Czech Repub. 2008;52(1):27-33. Lam AK-Y, Ong K, Ho Y-H. Aurora kinase expression in colorectal adenocarcinoma: correlations with clinicopathological features, p16 expression, and telomerase activity. Human

Humaryanto., dkk: Pengaruh Aktifitas Siklus Sel pada Fase G2-M Terhadap Progresivitas Sarkoma Jaringan Lunak Melalui Pengukuran Ekspresi mRNA Gen Aurka dan ASCL 2

pathology. 2008;39(4): 599604. Blay P, Astudillo A, Buesa JM, Campo E, Abad M, GarcíaGarcía J, et al. Protein Kinase C θ Is Highly Expressed in Gastrointestinal Stromal Tumors But Not in Other Mesenchymal Neoplasias. Clinical Cancer Research. 2004;10(12): 4089-95. Mountzios G, Terpos E, Dimopoulos M-A. Aurora Kinases as Targets for Cancer Therapy. Cancer Treatment Reviews. 2008;34(2):175-82. Katayama H, Brinkley W, Sen S. The Aurora kinases: Role in cell transformation and tumorigenesis. Cancer Metastasis Rev. 2003;22(4):451-64. Yamamoto S, Yamamoto-Ibusuki M, Yamamoto Y, Fujiwara S, Iwase H. A comprehensive analysis of Aurora A; transcript levels are the most reliable in association with proliferation and prognosis in breast cancer. BMC Cancer. 2013;13(1):217. Wang L-h, Xiang J, Yan M, Zhang Y, Zhao Y, Yue C-f, et al. The Mitotic Kinase Aurora-A Induces Mammary Cell Migration and Breast Cancer Metastasis by Activating the Cofilin-F-actin Pathway. Cancer Research. 2010;70(22):9118-28. Jubb AM, Chalasani S, Frantz GD, Smits R, Grabsch HI, Kavi V, et al. Achaete-scute like 2 (ascl2) is a target of Wnt signalling and is upregulated

in intestinal neoplasia. Oncogene. 2006;25(24):344557. Rodel F, Hoffmann J, Distel L, Herrmann M, Noisternig T, Papadopoulos T, et al. Survivin as a radioresistance factor, and prognostic and therapeutic target for radiotherapy in rectal cancer. Cancer Res. 2005;65(11):4881-7. M. nurhalim Shahib B, Zoraya A.Feranty. Studies on Gene Expression at the RNA level Associated with the Senile Lens Change in Human Lens Cataract. Donnish Journal of Medicine and Medical Sciences. 2015; 2(3). Livak KJ, Schmittgen TD. Analysis of Relative Gene Expression Data Using Real-Time Quantitative PCR and the 2−ΔΔCT Method. Methods. 2001;25(4):402-8. den Hollander J, Rimpi S, Doherty JR, Rudelius M, Buck A, Hoellein A, et al. Aurora kinases A and B are upregulated by Myc and are essential for maintenance of the malignant state. Blood. 2010;116(9):1498-505. Zhu R, Yang Y, Tian Y, Bai J, Zhang X, Li X, et al. Ascl2 Knockdown Results in Tumor Growth Arrest by miRNA302b-Related Inhibition of Colon Cancer Progenitor Cells. PLoS ONE. 2012;7(2):e32170.

90