1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DEMAM ADALAH

Download 1.1 Latar Belakang. Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian normal sebagai akibat perubahan pada pusat termoregulasi yang...

0 downloads 471 Views 288KB Size
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian normal sebagai akibat perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotamus anterior (Nelwan, 2007). Sebagian orang menganggap demam sebagai gejala biasa yang sering terjadi. Akan tetapi, demam dapat menimbulkan rasa tidak nyaman seperti sakit kepala, anoreksia, lemas, dan nyeri otot, serta kejang demam pada anak-anak (IDAI, 2010). Oleh sebab itu, demam yang menimbulkan beberapa dampak negatif tersebut harus segera diterapi baik terapi farmakologis ataupun terapi non farmakologis. Antipiretik berfungsi menurunkan demam dengan banyak cara, salah satunya dengan menghambat enzim cyclooxygenase (Guyton, 2007). Obat antipiretik yang biasa dikonsumsi masyarakat luas dan beredar bebas dipasaran adalah asetaminofen atau parasetamol. Meskipun relatif aman, parasetamol juga memiliki kontraindikasi dan efek samping obat. Pasien dengan riwayat gangguan fungsi hati dan pasien dengan hipersensitifitas terhadap parasetamol merupakan kontraindikasi untuk obat ini. Selain itu, parasetamol memiliki efek samping berupa hepatotoksik pada dosis tinggi yaitu pada dosis 4000 mg pada orang dewasa dan 140 mg/kg berat badan pada anak-anak (Schilling, 2010). Data dari United States Acute Liver Failure (ALF) Multicenter Prospective Study, melaporkan bahwa pada tahun 1998-2003 terdapat 275 dari 662 (42%) kasus ALF yang disebabkan oleh overdosis parasetamol (Larson, 2005). Dengan adanya

1

2

parasetamol

yang

dijual

secara

bebas

di

pasaran,

masyarakat

dapat

mengkonsumsinya tanpa harus menggunakan resep dokter sehingga potensi terjadinya overdosis dan toksisitas menjadi lebih besar. Oleh karena itu penggunaan obat tradisional sebagai salah satu pengobatan demam dapat dipertimbangkan (Tjay, 2002). Obat tradisional yang berasal dari kekayaan alam dapat menjadi pilihan sebagai antipiretik karena mudah didapatkan, berkhasiat bagi kesehatan serta efek samping obat tradisional relatif kecil sehingga aman digunakan (Karno, 2008). Indonesia sendiri dikenal dengan alamnya yang kaya dengan tanaman berkhasiat sebagai antipiretik, salah satunya adalah kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum). Selama ini pemanfaatan tanaman rambutan masih pada konsumsi daging buah rambutan saja dan belum ada pemanfaatan kulit buahnya. Padahal, kulit buah rambutan memiliki kandungan flavonoid dan saponin paling tinggi daripada daging buah dan biji rambutan itu sendiri. Selain flavonoid dan saponin dalam kult buah rambutan juga terdapat senyawa lain, yakni alkaloid, hydrocyanic acid, tannin, phytate, dan oxalate (Nuraini, 2011; Filla, 2012) Senyawa yang diduga berpotensi memiliki aktivitas sebagai antipiretik adalah flavonoid dan saponin. Pemberian flavonoid pada pasien yang demam terbukti dapat menurunkan kadar Prostaglandin E2 sebesar 13%, hal ini lebih besar dibandingkan aspirin yang menunjukkan penurunan hanya 11% (Gupta, 2008). Selain flavonoid, saponin juga berperan dalam menurunkan demam. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa isolat saponin dari blue cohosh (Caulophyllum thalictroides) dapat menurunkan sitokin pro iflamasi seperti TNFα, IL-1β dan IL-6 (Lee, 2012).

3

Pemilihan bentuk seduhan kulit buah rambutan dan bukan ekstrak, dikarenakan kulit buah rambutan dalam bentuk serbuk mengandung steroid, fenolik, flavonoid, dan terpenoid (jenis saponin yang utama), sedangkan kulit rambutan dalam bentuk ekstrak methanol hanya mengandung senyawa steroid, fenolik, flavonoid, tapi tidak mengandung terpenoid (Oentarini, 2012). Selain itu, pembuatan seduhan kulit buah rambutan lebih sederhana dibandingkan ekstrak methanol maupun ethanol. Induksi demam dalam penelitian ini menggunakan injeksi vaksin Difteri Pertusis Tetanus (DPT) secara intramuscular dengan dosis 0.3ml per-ekor (Yapian, 2014). Pemilihan vaksin DPT sebagai penginduksi demam karena vaksin DPT memiliki onset cepat degan menimbulkan efek demam 3-4 jam setelah pemberian, selain itu sedian vaksin DPT mudah terjangkau. Pertussis toxin dan adenylate cyclase toxin yang dihasilkan Bordettella pertussis merupakan pirogen eksogen yang dapat menginduksi demam dengan cara meningkatkan set point pada hipotalamus (Carbonetti, 2010). Berdasarkan uraian mengenai kandungan dan manfaat yang terdapat pada kulit buah rambutan, maka peneliti ingin membuktikan apakah pemberian seduhan kulit buah rambutan dapat menurunkan suhu tubuh tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi vaksin DPT. 1.2 Rumusan Masalah Adakah pengaruh pemberian seduhan kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum) terhadap penurunan suhu tubuh tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi vaksin DPT?

4

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk membuktikan bahwa pemberian seduhan kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum) dapat menurunkan suhu tubuh tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi vaksin DPT. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk menentukan dosis seduhan kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum) yang paling berpengaruh dalam menurunkan suhu tubuh tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi vaksin DPT. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Akademis Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang manfaat tanaman obat tradisional dalam hal ini kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum) dan dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan penelitian lebih lanjut. 1.4.2 Klinis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan terapi alternatif untuk penanganan demam. 1.4.3 Masyarakat Penelitian ini dapat digunakan masyarakat untuk mengetahui informasi lebih jauh tentang manfaat dari seduhan kulit rambutan (Nephelium lappaceum) terhadap penurunan suhu tubuh.