BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan jenis kanker nomor tiga yang paling sering ditemui baik pada pria maupun wanita, sekaligus merupakan kanker penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat (Fedirko, 2010). Sekitar 60% kasus terjadi di negara maju meskipun telah terjadi peningkatan kejadian yang signifikan di negara berkembang termasuk Indonesia, dimana kanker kolorektal menempati peringkat 3 setelah kanker jenis lain (Ferlay et al., 2010). Insidensi penyakit ini berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 2006 adalah 1,8 per 100.000 penduduk. Data pada tahun 2005 menunjukkan jumlah pasien kanker kolorektal yang menjalani operasi dan perawatan di RSUP Dr. Sardjito sebanyak 60 orang (Kartini, 2006). Gejala utama kanker kolorektal berupa perdarahan terus-menerus pada rektum tanpa gejala pada anus dan perubahan pada kebiasaan buang air besar, umumnya frekuensi yang meningkat atau konsistensinya yang encer maupun keduanya selama lebih dari 6 minggu berturut-turut. Gejala sekunder meliputi anemia defisiensi zat besi yang berat dan tanda yang jelas terdapatnya obstruksi usus (Kerr et al., 2001). Faktor risiko kanker kolorektal meliputi diet tinggi lemak, konsumsi alkohol, merokok, rendahnya aktivitas fisik, dan rendahnya asupan serat. Kejadian kanker kolorektal di negara Barat cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan negara Asia. Hal ini disebakan oleh gaya hidup orang
1
Barat yang cenderung lebih sedenter. Penelitian sebelumnya (Ishihara et al, 2008) yang dilakukan di Jepang menganalisis tentang asupan kalsium dan vitamin D dengan kasus kanker kolorektal. Rancangan penelitian berupa eksperimental dengan besar sampel sebanyak 74.639 subjek. Hasil dari penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
asupan
kalsium
yang
tinggi
mengindikasikan penurunan risiko kanker kolorektal. Sedangkan vitamin D tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian kanker kolorektal. Penelitian kasus-kontrol terhadap pasien kanker kolorektal di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2009 menunjukkan adanya hubungan antara asupan serat dengan kejadian kanker kolorektal. Konsumsi kalsium rata-rata orang Asia tergolong rendah, yaitu 450 mg/hari. Berdasarkan data yang diberikan oleh Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes RI pada tahun 2002 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi masyarakat Indonesia masih jauh dari angka kecukupan kalsium yang dianjurkan, yaitu sebanyak 254 mg/hari. Sedangkan asupan serat harian rata-rata orang Indonesia hanya 10,5 gram. Pada penelitian ini, subjek yang diteliti ialah pasien kanker kolorektal di poli rawat jalan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang terdiagnosis kanker kolon dan rektum selama periode Agustus 2013-Desember 2013. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan asupan kalsium dan serat dengan kejadian kanker kolorektal. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena kejadian kanker kolorektal di Indonesia semakin meningkat dan salah satu permasalahan gizi utama saat ini ialah rendahnya asupan kalsium dan serat sebagian besar penduduk Indonesia.
2
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara asupan kalsium dengan kejadian kanker kolorektal? 2. Apakah terdapat hubungan antara asupan serat dengan kejadian kanker kolorektal? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hubungan asupan kalsium dengan kejadian kanker kolorektal 2. Mengetahui hubungan asupan serat dengan kejadian kanker kolorektal D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti : menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman peneliti mengenai hubungan asupan kalsium dan asupan serat terhadap kejadian kanker kolorektal 2. Bagi masyarakat : menyediakan informasi tentang hubungan asupan kalsium dan asupan serat terhadap kejadian kanker kolorektal sehingga dapat menjadi acuan dalam usaha pencegahan kanker kolorektal 3. Bagi almamater: memberikan pengetahuan mengenai perkembangan dunia kesehatan khususnya dalam bidang onkologi yang berkaitan dengan zat gizi. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Norat dan Riboli (2003) pada jurnal yang berjudul Dairy Products and
Colorectal
Cancer:
A
Review
of
Possible
Mechanisms
and
Epidemiological Evidence. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh asupan produk susu terhadap kejadian kanker kolorektal. Hasilnya yaitu terdapat efek protektif yang moderat dalam susu dan produk olahannya terhadap kanker kolorektal. Persamaan dengan penelitian ini adalah
3
penggunaan variabel asupan kalsium sebagai zat gizi yang terkandung dalam susu. Sedangkan perbedaannya, penelitian tersebut merupakan kajian studi kohort dan cakupannya masih sangat luas sehingga perlu diteliti lebih lanjut dengan studi kasus-kontrol. 2. Ishihara et al (2008) dengan penelitian berjudul Dietary Calcium, Vitamin D, and The Risk of Colorectal Cancer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asupan kalsium dan vitamin D terhadap kejadian kanker kolorektal. Hasilnya yaitu terdapat pengaruh antara asupan kalsium terhadap kanker kolorektal dan tidak ada pengaruh antara vitamin D dengan kejadian kanker kolorektal. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan variabel bebas asupan kalsium. Sedangkan perbedaannya, penelitian tersebut merupakan desain kohort prospektif. 3. Penelitian Zuhan (2009) yang berjudul Hubungan Diet Serat (Dietary Fiber) dengan Kejadian Karsinoma Kolorektal di RSUP Dr. Sardjito. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara diet serat dengan terjadinya kanker kolorektal. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan kejadian karsinoma kolorektal. Persamaan dengan penelitian ini adalah asupan serat sebagai variabel bebas. Sedangkan perbedaannya ialah responden kontrol diambil dari orang yang bertempat tinggal sama dengan responden kasus.
4