BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG KANKER

Download aktivitas dan menginduksi apoptosis sel kanker payudara KPL-1 (Nakagawa, 2001). Senyawa SAC dan SAMC juga meningkatkan aktivitas caspase-3-...

0 downloads 491 Views 134KB Size
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang saat ini mendapatkan perhatian serius di dunia. Kanker rongga mulut ditemukan 2-5% dari seluruh keganasan, dan merupakan urutan ke-6 terbanyak dari seluruh keganasan yang terjadi di dunia (Saman, 2009). Diperkirakan insidensi kanker rongga mulut setiap tahunnya sekitar 275.000 dan hampir 75% terjadi di negara berkembang (Ferlay dkk., 2002). Di Indonesia, prevalensi kanker rongga mulut adalah 0,2% dan penderita terbanyak berada di Jawa Tengah (Sirait, 2013). Sekitar 50% dari seluruh kanker rongga mulut merupakan karsinoma sel skuamosa (Chandra, 2008). Karsinoma sel skuamosa lidah adalah kanker yang paling sering terjadi di rongga mulut (Brown dan Kerr, 2007). Karsinoma sel skuamosa lidah merupakan bagian dari kanker yang berasal dari lidah yang secara signifikan menyebabkan kematian (Agustina, 2006). Paparan karsinogen atau infeksi virus pada sel epitel permukaan lidah, akan menginduksi terbentuknya karsinoma. Karsinogen merupakan zat atau bahan yang mampu memicu terjadinya kanker atau keganasan. Salah satu karsinogen yang potensial adalah 7,12-dimetilbenz(a)antrasen (DMBA). DMBA adalah zat kimia yang termasuk dalam polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) yang bersifat mutagenik, teratogenik, karsinogenik, sitotoksik, dan immunosupresif. Menurut

Division of Occupational Health and Safety National Institutes of Health, DMBA mempunyai 7 PAH yang dapat menyebabkan kanker pada manusia (Lukitaningsih dan Noegrohati, 2000; Al-Attar, 2004). Hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa induksi kanker pada hewan uji dapat dilakukan menggunakan DMBA (Izzotti dkk., 2010; Prasad dkk., 2007). Proliferasi terjadi pada sel kanker secara tidak terkendali disertai hilangnya kemampuan untuk melakukan apoptosis (kematian sel secara terprogram). Hal itu terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara faktor protooncogene dan tumor supressor gene, akibatnya sel kanker akan terus berproliferasi, menginvasi jaringan, dan bahkan bermetastasis. Pada sel normal, apabila kerusakan DNA tidak bias diperbaiki lagi, maka sel tersebut akan mengalami apoptosis. Kepekaan terhadap sinyal apoptosis tidak dimiliki oleh sel kanker. Kegagalan sel kanker dalam merespon sinyal apoptosis disebabkan karena mutasi dari gen-gen regulator apoptosis dan gengen sinyal apoptosis (Syaifuddin, 2007). Gen p53 merupakan tumor supressor gene yang akan terakumulasi bila DNA mengalami kerusakan. Fungsi dari gen p53 adalah mencegah replikasi sel pada sel yang rusak secara genetik melalui penghentian siklus sel pada fase G1 atau interfase, sehingga sel mempunyai waktu untuk melakukan perbaikan. Selain itu, gen p53 berfungsi untuk mencetuskan apoptosis apabila kerusakan sel cukup luas dan terjadi kegagalan pada proses perbaikan. Apabila terjadi mutasi pada gen p53, maka akan mengakibatkan disregulasi gen p53 sehingga terjadi kegagalan apoptosis dan sel yang

rusak akan terus mengalami replikasi, hingga menyebabkan terjadinya suatu keganasan (Lumongga, 2008). Terdapat 3 cara dan terapi pada kasus kanker yaitu terapi pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Hanya terapi pembedahan yang mengangkat seluruh jaringan kanker, sedangkan radioterapi dan kemoterapi bekerja dengan menghambat dan merusak pertumbuhan sel kanker. Pengobatan kanker seperti kemoterapi dan radioterapi berpotensi tidak hanya mematikan sel kanker, tetapi juga sel-sel normal (Nurhayati dan Lusiyanti, 2006). Selain itu obat yang digunakan pada kemoterapi, dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan efek samping terhadap mukosa oral dan gastrointestinal, folikel rambut, sistem reproduksi, dan sistem hematopoetik (WHO, 2002). Bahan alam diyakini memiliki efek samping yang minimal jika digunakan sebagai obat. Penggunaan obat-obatan kemoterapi dewasa ini telah bergeser ke penggunaan bahan alam, sebagaimana upaya pemerintah dalam program peningkatan, pengembangan, dan pemanfaaatan tanaman obat masyarakat. Obat dari bahan alam juga dapat digunakan sebagai penunjang terapi kanker, yaitu untuk mengurangi efek sampingnya (Rao, 2007). Terapi kanker menggunakan agen kemopreventif lebih rendah efek sampingnya daripada terapi kanker yang ada saat ini (Hanahan dan Weinberg, 2000). Salah satu tanaman yang menarik untuk ditelusuri aktivitasnya sebagai agen kemopreventif adalah bawang putih (Allium sativum). Bawang putih sangat mudah ditemukan di Indonesia. Tanaman yang merupakan anggota dari famili Alliaceae ini

dikenal sebagai penyedap rasa dan mempunyai keuntungan dalam mencegah dan mengobati penyakit. Bawang putih dapat digunakan dalam bentuk segar, dikeringkan, atau disaring dan diambil minyaknya (Darmadi, 2012). Bawang putih digunakan untuk mencegah gangren pada perang dunia kedua dan ketiga (Ehrlich, 2011). Bawang putih digunakan secara luas dalam mencegah insiden penyakit jantung, termasuk arterosklerosis, hiperkolesterolemia dan hipertensi (Banerjee dan Maulik, 2011). Bawang putih juga dikaitkan dengan antikanker, antijamur (Kemper, 2000), dan antibakteria (Browning, 2000). Bawang putih mengandung lebih dari 100 senyawa organosulfur yang secara biologi sangat berguna. Dua senyawa organosulfur yang paling penting dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino non-volatil γ-glutamil-S-alk(en)il-L-cysteine dan minyak atsiri S-alk(en)il-cysteine sulfoxide atau allin. Dua senyawa tersebut menjadi prekursor sebagian besar senyawa organosulfur lainnya, diantaranya adalah thiosulfinat, S-allylcysteine (SAC), allicin, allyl sulfide, dithiin, ajoene, dan senyawa sulfur lain. Senyawa organosulfur pada bawang putih yang mempunyai aktivitas antikanker adalah allicin, ajoene, diallyl sulfide (DAS), diallyl disulfide (DADS), diallyl trisulfide (DATS), S-allylcysteine (SAC), dan S-allylmercaptocysteine (SAMC) (Knowles dan Milner, 2001). Kandungan allicin pada bawang putih berfungsi sebagai antioksidan untuk melawan radikal bebas (Pratt, 2009). Selain itu, allicin terbukti mampu menghambat pembentukan nitrosamina (karsinogen kuat yang terbentuk di dalam saluran pencernaan) (Pizorno dan Murray, 2000). Allicin juga

dapat menginduksi p53-mediated autophagy pada fase G2 sel kanker liver manusia, dengan meningkatkan ekspresi p53 dan Bcl-2 (Chu, 2012). Ajoene pada bawang putih mampu menginduksi peroksida sel yang akan menyebabkan apoptosis sel kanker leukemia (Dirsch, 1998). Suntikan intraperitoneal dengan DADS dosis 1-2 mg sebanyak 3 kali seminggu secara signifikan menghambat aktivitas dan menginduksi apoptosis sel kanker payudara KPL-1 (Nakagawa, 2001). Senyawa SAC dan SAMC juga meningkatkan aktivitas caspase-3-like, enzim yang berperan sebagai media apoptosis sel (Kaye, 2000). Zat penghambat perkembangan kanker pada bawang putih yang lain adalah berupa selenium dan germanium (Tattelman, 2005). Aktivitas selenium sebagai antikanker ini tidak hanya pada satu atau dua karsinogen dan jaringan tubuh, namun dapat ditemukan pada hampir semua karsinogen pada jaringan tubuh (Milner, 1996). Berbagai

penelitian

mengenai

potensi

bawang putih

sebagai

agen

kemopreventif telah banyak dilakukan, akan tetapi potensi bawang putih sebagai agen kemopreventif pada kanker lidah belum pernah diteliti. Hal ini melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak etanolik bawang putih terhadap apoptosis sel epitel lidah tikus Sprague Dawley yang dipapar DMBA.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh ekstrak etanolik bawang putih terhadap apoptosis sel epitel lidah tikus Sprague Dawley yang dipapar DMBA?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanolik bawang putih terhadap apoptosis sel epitel lidah tikus Sprague Dawley yang dipapar DMBA.

D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kemampuan induksi apoptosis bawang putih terhadap sel karsinoma manusia telah diteliti oleh Park dkk. (2005). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa allicin menginduksi apoptosis sel karsinoma, yaitu dengan dikeluarkannya caspase independent inducing factor dari mitokondria sel setelah perlakuan menggunakan allicin. Selain itu Padilla-Camberos (2010) meneliti tentang aktivitas antitumor allicin pada limfoma. Hasil penelitian menunjukkan allicin mampu menghambat pertumbuhan sel tumor dan menginduksi apoptosis pada sel tumor dengan meningkatkan aktivitas caspase 3. Pada tahun 1998, Dirsch meneliti tentang kemampuan ajoene dalam bawang putih sebagai antileukimia. Hasil penelitian menunjukkan ajoene dapat menginduksi apoptosis sel leukemia manusia melalui stimulasi produksi peroksida dan aktivasi nuclear factor- KB. Sejauh penulis

ketahui, penelitian mengenai pengaruh ekstrak etanolik bawang putih terhadap apoptosis sel epitel tikus Sprague Dawley yang terinduksi DMBA belum pernah dilakukan.

E. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui pengaruh ekstrak etanolik bawang putih terhadap apoptosis sel epitel lidah tikus Sprague Dawley yang dipapar DMBA. 2. Mengetahui potensi bawang putih sebagai agen kemopreventif pada kanker lidah. 3. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti bidang kedokteran gigi untuk terus mengembangkan potensi antikanker dari bawang putih.