Document not found! Please try again

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENINGKATAN JUMLAH

Download ke-3 sebesar 1.102 jiwa per km. 2 setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat ( Kemenkes ... penggunaan alat kontrasepsi hormonal seperti kontrasepsi...

0 downloads 351 Views 63KB Size
1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang terus menerus apabila tidak dikendalikan akan membawa dampak yang kurang baik, di antaranya menjadi beban pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan. Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai propinsi dengan tingkat kepadatan tertinggi ke-3 sebesar 1.102 jiwa per km2 setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat (Kemenkes RI, 2011). Kebijakan yang dapat diterapkan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah anak ideal, jarak kelahiran anak yang ideal dan usia ideal untuk melahirkan (Wilopo, 2008). Pada tahun 2008, terjadi epidemi global kehamilan yang tidak diinginkan. Dari 208 juta kehamilan di seluruh dunia, 86 juta yang tidak diinginkan, mengakibatkan sekitar 33 juta direncanakan kelahirannya, 41 juta aborsi dan 11 juta keguguran. Kehamilan yang tidak diinginkan meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan bayi yang dikandungnya (Shaw and Edelman, 2012). Penelitian menunjukkan bahwa penghentian kontrasepsi hormonal dikarenakan efek samping yang dirasakan merupakan peran utama yang menyebabkan tingginya angka kehamilan yang tidak direncanakan (Edelman, 2009). Pembangunan KB masih memerlukan kerja keras untuk meningkatkan jumlah akseptor, ini terbukti dengan jumlah pengguna KB di Indonesia sebesar 55,8% sedangkan di Propinsi DIY sebesar 55,3%. Dari keseluruhan pengguna KB di Propinsi DIY sebesar 60,8% terdapat pada kelompok umur produktif 20-34 tahun. Dari jumlah tersebut yang menggunakan pil sebesar 36,4% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, 2010). Sedangkan dari penggunaan pil tadi yang mengalami putus Keluarga Berencana (KB) sebanyak 38%, dan 10% dari angka tersebut karena alasan adanya efek samping (Curtis et al., 2009). Dari data-data ini dapat dilihat bahwa pil merupakan alat kontrasepsi yang cukup banyak diminati di Propinsi D. I. Yogyakarta namun banyak juga yang

2

memutuskan untuk berhenti menggunakan dengan alasan salah satunya karena efek samping. Efek samping dari penggunaan pil adalah perubahan berat badan (Mainwaring and Hales, 1994). Sebuah studi di Amerika Serikat telah menemukan bahwa kontrasepsi oral dirasakan telah meningkatkan berat badan pada penggunanya, dan ini menjadi alasan utama untuk penghentian pemakaian meskipun mereka masih beresiko untuk kehamilan yang tidak diinginkan (Edelman, 2009). Dalam berbagai penelitian yang sudah dilakukan, baik penambahan, penurunan ataupun tidak adanya perubahan berat badan bisa dipengaruhi oleh penggunaan alat kontrasepsi hormonal seperti kontrasepsi oral, injeksi dan implan yang mengandung progesteron. Pengaruh penggunaan kontrasepsi pil terhadap perubahan berat badan melibatkan banyak faktor seperti: nutrisi, aktifitas fisik, usia, body image, depresi dan faktor genetik (Sule and Shittu, 2005). Keberhasilan kontrasepsi oral tergantung pada penggunaan yang tepat dan berkelanjutan. Kenyamanan dalam penerimaan pil tersebut menjadi salah satu faktor penting dalam keberlangsungan penggunaannya. Faktor-faktor yang diperkirakan menyebabkan penghentian dini kontrasepsi oral adalah efek samping mual, perdarahan, nyeri payudara, perubahan mood dan perubahan berat badan. Sebanyak 51% wanita dilaporkan memiliki setidaknya satu efek samping saat menggunakan kontrasepsi oral. Hampir seperempat wanita mengatakan bahwa mereka mengalami kenaikan berat badan (Rosenberg and Waugh, 1995). Pengguna kontrasepsi progesterone sering mengeluhkan kenaikan berat badan sebagai efek samping dan alasan untuk menghentikan metode kontrasepsi. Wanita gemuk yang menggunakan kontrasepsi progesteron memiliki risiko lebih besar bertambahnya berat badan yang berdampak merugikan terhadap kesehatannya terkait kenaikan berat badan, seperti penyakit kardiovaskular atau masalah endokrin (Curtis et al., 2009). Penurunan berat badan pada ibu menyusui lebih signifikan daripada ibu yang tidak menyusui, ini dikarenakan kebutuhan energi selama menyusui sangat tinggi. Pemeberian ASI eksklusif dapat membantu ibu lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil dan menurunkan tingkat kelebihan berat badan (WHO

3

et al., 2010). Ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif lebih banyak mengalami penurunan berat badan di enam bulan pertama postpartum dari pada yang tidak menyusui. Untuk menghasilkan ASI ibu membutuhkan 500 kalori setiap hari, sehingga selama seminggu ibu membutuhkan 3.500 kalori atau 0,45 kg berat badannya untuk menyediakan ASI sebagai makanan bayinya. Apabila ibu menyusui bayinya secara eksklusif, maka selama enam bulan dia akan kehilangan sekitar 11 kg berat badan (Christian, 2007). Ibu postpartum akan mempertahankan berat badan 3-7 kg dari kenaikan berat badan selama kehamilan dalam 6 minggu pertama postpartum (Walker et al., 2005). Menyusui dapat dijadikan sebagai metode kontrasepsi dalam 6 bulan postpartum, dimana periode ASI eksklusif berlangsung. Namun efektivitasnya dipengaruhi banyak faktor, sehingga metode amenore laktasi tidak lagi sebagai metode kontrasepsi yang efektif dan banyak wanita yang menginginkan tambahan perlindungan kontrasepsi saat menyusui. Levonorgestrel (LNG) adalah salah satu progesterone dosis rendah yang paling populer, yang tidak memiliki efek buruk pada menyusui, sehingga banyak ditawarkan penggunaannya bagi ibu menyusui yang membutuhkan perlindungan kontrasepsi paska melahirkan (Toddywalla et al., 1995). Data menyusui eksklusif hingga 6 bulan di Indonesia adalah 15,3% dan yang menyusui hingga usia 23 bulan sebesar 94% (Kemenkes RI, 2011). Beberapa penelitian mengenai pengaruh kontrasepsi pil oral terhadap berat badan menunjukkan kesimpulan yang hanya dapat digunakan untuk jenis kontrasepsi pil oral yang digunakan dalam penelitian tersebut dan tidak dapat digeneralisasi untuk jenis kontrasepsi pil oral yang lain (Berenson and Rahman, 2009). Hasil penelitian di Amerika Serikat, setengah dari semua penghentian implan terkait dengan efek samping sakit kepala, perubahan berat badan dan perubahan emosi (Lopez et al., 2011). Pil Lynestrenol dan Levonogestrel merupakan alat kontrasepsi baru mengandung progestin, yang diharapkan dapat digunakan secara aman oleh ibu menyusui dan tumbuh kembang bayi. Aman bagi ibu dalam arti mempunyai efek samping minimal sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Untuk mengetahui efektifitas, keamanan dan efek samping pil ini, dilaksanakan uji coba

4

penggunaannya di Yogyakarta. Dalam uji coba ini diharapkan dapat diketahui keamanan dan efek samping yang dialami pengguna pil. Salah satu efek samping yang ingin diketahui adalah perubahan berat badan pada ibu menyusui postpartum pengguna kontrasepsi pil ini.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat perubahan berat badan ibu menyusui postpartum yang menggunakan kontrasepsi hormonal?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perubahan berat badan pada ibu menyusui postpartum yang menggunakan kontrasepsi hormonal. 2. Tujuan Khusus a. Membandingkan perbedaan perubahan berat badan antara ibu menyusui postpartum yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non hormonal. b. Menganalisis faktor-faktor luar yang mempengaruhi perubahan berat badan pada ibu menyusui postpartum selama 6 bulan setelah melahirkan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi penentu kebijakan program KB, untuk memberikan gambaran efek samping yang berupa perubahan berat badan pada penggunaaan pil kontrasepsi yang mengandung lynestrenol dan levonorgestrel. b. Bagi masyarakat pengguna pil kontrasepsi terutama yang mengandung lynestrenol dan levonorgestrel agar dapat memberikan tambahan informasi

5

sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan metode kontrasepsi yang efektif dan rasional. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi ilmu pengetahuan, sebagai proses pengembangan pengetahuan yang berkaitan dalam bidang kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi, khususnya penggunaan pil mengandung levonorgestrel dan lynestrenol yang aman bagi ibu menyusui dan dapat mengurangi efek samping yang berupa penambahan berat badan. b. Bagi peneliti, merupakan media pembelajaran dan menjadi motivasi untuk mengadakan penelitian di kemudian hari.

E. Keaslian Penelitian Ada

beberapa

penelitian

sebelumnya

yang

membahas

pengaruh

progesterone terhadap berat badan, sebagai berikut: a. Trussell et al. (2009) meneliti tentang “Obesity and oral contraceptive pill failure”. Tujuan dari studi literatur ini adalah untuk menyimpulkan dan mengevaluasi literatur yang berisi tentang perbandingan peningkatan kegagalan pil kontrasepsi oral antara wanita yang berat badannya meningkat atau obesitas dengan wanita yang berat badannya normal. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada subyek dan sebagian variabel penelitian Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi, tujuan dan metode penelitian. b. Westhoff et al. (2010) meneliti tentang “Pharmacokinetics of a combined oral contraceptive in obese and normal-weight women”. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan farmakokinetik kontrasepsi oral antara wanita dengan berat badan lebih dengan wanita dengan berat badan normal. Hasilnya pada wanita obesitas penggunaan pil kontrasepsi tidak mampu untuk menekan ovarium sehingga ovulasi tetap terjadi. Efektifitas pil kontrasepsi mungkin berbeda sesuai dengan kondisi fisik wanita seperti: berat badan, variasi penyerapan, distribusi, pengikatan, metabolisme dalam tubuh. Persamaan

6

dengan penelitian ini adalah pada subyek penelitian Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi, tujuan dan metode penelitian c. Curtis et al. (2009) meneliti tentang “Progestogen-only contraceptive use in obese women”. Tujuan penelitian ini adalah menentukan apakah wanita gemuk yang menggunakan kontrasepsi progesterone saja lebih mungkin untuk mengalami kenaikan berat badan dibandingkan wanita dengan berat badan normal. Hasilnya adalah pengguna kontrasepsi progesterone pada wanita gemuk secara bermakna lebih mungkin mengalami penambahan berat badan bila dibanding wanita dengan berat badan normal. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada sebagian variabel dan subyek penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada tujuan, lokasi dan metode penelitian. d. Shaw and Edelman (2012) meneliti tentang "Obesity and oral contraceptives : A clinician's guide". Tujuan penelitian ini adalah menentukan apakah wanita dengan obesitas yang menggunakan pil kontrasepsi lebih mungkin untuk mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dibandingkan wanita dengan berat badan normal. Hasilnya adalah pengguna pil kontrasepsi pada wanita gemuk secara bermakna lebih mungkin mengalami kegagalan penggunaan pil kontrasepsi bila dibanding wanita dengan berat badan normal. Persamaan dalam penelitian ini adalah pada subyek penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi, tujuan dan metode. e. Berenson and Rahman (2009) meneliti tentang “Changes in weight, total fat, percent body fat, and central to peripheral fat ratio associated with injectable and oral contraceptive use”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan komposisi berat badan yang dihasilkan karena penggunaan kontrasepsi hormonal. Hasilnya selama 36 bulan pengamatan, pengguna Depo Medroksin Progesteron Asetat (DMPA) meningkatkan berat badan sebesar 5,1 kg, lemak tubuh 4,1 kg, persen lemak tubuh 3,4%. Setelah penghentian penggunaan kontrasepsi pengguna DMPA dan Non Hormonal mengalami penurunan berat badan 0,42 kg dalam 6 bulan, pengguna kontrasepsi pil kombinasi mengalami peningkatan 0,43 kg dalam 6 bulan. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada tujuan, subyek dan variabel

7

penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi dan metode penelitian. f. Setiadi (2013) meneliti tentang “Perbandingan Kenaikan Berat Badan Akseptor Kontrasepsi Suntik Depot Medroksiprogesterone Asetat Dengan Akseptor Kontrasepsi Non Hormonal”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kenaikan berat badan pada akseptor kontrasepsi suntik DMPA tiap 3 bulan dibandingkan dengan akseptor kontrasepsi non hormonal. Hasilnya kontrasepsi suntik DMPA meningkatkan berat badan secara bermakna dibanding kontrasepsi non hormonal pada 3 bulan, 6 bulan dan 9 bulan dengan rerata kenaikan berturut-turut 0,46 kg, 1,04 kg dan 1,62 kg. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada tujuan, subyek dan variabel penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi dan metode penelitian.