1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENINGKATAN JUMLAH

Download lansia seperti perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat. Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2005-...

0 downloads 354 Views 129KB Size
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Peningkatan jumlah lanjut usia dapat berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan lansia seperti perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk (Maryam, 2008). Tahun 2000 jumlah lansia di indonesia diproyeksikan sebesar 14,440% pada tahun 2010 23,993% dan pada tahun 2014 menjadi sebesar 28,823% (BPS, 1992). Berdasarkan Susenas 2012, separuh lansia (52,12%) mengalami keluhan kesehatan sebulan terakhir, dan tidak ada perbedaan lansia yang mengalami keluhan kesehatan berdasarkan jenis kelamin (laki-laki 50,22%; perempuan 53,74%). Secara umum derajat kesehatan penduduk lansia masih rendah, yang dapat dilihat melalui persentase tersebut. Menjadi lansia merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari. Semakin bertambahnya usia, fungsi tubuh mengalami kemunduran. Sehingga lansia lebih mudah terganggu kesehatannya, baik kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa. Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001). Menurut World Health Organization (WHO) dalam jangka beberapa tahun terakhir ini jumlah penduduk dunia yang sudah lanjut usia mengalami peningkatan yakni pada tahun 2010 penduduk lansia mencapai 350 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 20%. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah penduduk dunia yang sudah lanjut usia hanya sekitar 250 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 19%. Sementara pada tahun 2012 1

penduduk lansia mencapai 680 juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 32%. Perkembangan lansia sangat dirasakan oleh negara-negar a berkembang disebanding dengan negara-negara maju di dunia. Di Sulawesi selatan, jumlah penduduk lansia pada tahun 2009 mencapai 179 ribu jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 15%, tahun 2010 sebanyak 183 ribu jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 10%, dan pada tahun 2011 jumlah penduduk lanjut usia sebanyak 198 ribu jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 12% yang tersebar dibeberapa Kabupaten. Khusus di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2010 penduduk lanjut usia sebanyak 27 ribu jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 42% dan pada tahun 2011 mencapai 48 ribu jiwa dan yang mengalami depresi sekitar 30% (Depsos, 2010). Depresi merupakan perasaan sedih, ketidakberdayaan, dan pesimis, yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam. Secara umum depresi ditandai dengan suasana perasaan yang murung, hilang minat terhadap kegiatan, hilang semangat, letih, lesu, dan rasa tidak berdaya. Pada pasien usia lanjut tampilan yang paling umum adalah keluhan somatis, hilang selera makan dan gangguan pola tidur (Nugroho, 2008). Depresi dapat timbul secara spontan ataupun sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan dalam kehidupan (Siti Maryam, 2008). Menurut Marchira et al. (2007) depresi merupakan salah satu gangguan jiwa yang dipengaruhi oleh stress psikososial. Dapresi dapat berupa gejala, sindrom dan diagnosis, tergantung sejauh mana stresor psikososial yang dialami oleh seseorang mempengaruhi diri orang tersebut. Orang-orang yang menderita depresi memiliki kecenderungan tidak memperhatikan pola makan dan aktifitas fisiknya berkurang sehingga mengakibatkan berat badan menjadi naik dan gemuk (Surilena & Agus, 2006). Sedangkan menurut Lubis (2009) depresi dan gangguan pola makan memiliki hubungan 2 arah, depresi mempengaruhi pola makan dan pola makan dapat mengakibatkan depresi. Orang dengan depresi memiliki 2 2

kecenderungan gangguan pola makan yaitu tidak nafsu makan sehingga menjadi kurus ataupun bertambah makan terutama yang manis sehingga menjadi gemuk. Keadaan depresi pada lansia sulit di diagnosis atau bahkan diabaikan, sejumlah faktor yang menyebabkan ini mencakup fakta bahwa pada lansia depresi dapat tersamarkan atau disamarkan oleh gangguan sakit fisik atau gejala medis dimensia/kepikunan. Selain hal tersebut juga disebabkan karena lansia sering tidak mengeluhkan perasaan depresinya. Gangguan alam perasaan atau depresi ini dapat menurunkan kualitas pekerjaan dan hidup penderitanya. Ia dapat pula mencetuskan, memperlambat atau memperberat penyakit fisik bagi penderitanya. Dampak terbesarnya adalah angka bunuh diri yang tinggi menjadi konsekuensi yang serius dari depresi yang tidak ditangani. (Beare, 2006). Depresi sering sekali tidak terdeteksi karena pasien depresi datang dengan keluhan lain. Penyakit fisik yang menyertai atau masalah penyalahgunaan zat harus diatasi. Rujukan psikiatri di indikasikan bila risiko bunuh diri tinggi atau depresi berat. Penatalaksanaan depresi secara farmakologi sering sekali menggunakan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti sitalopram, fluoksamin, fluoksetin, setralin, dan parokserin. Tetapi pengobatan ini sering gagal karena dosis, durasi, ataupun kepatuhan yang inadekuat. Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy, ECT) sangat efektif pada kasus yang berat, terutama apabila terdapat psikosis atau stupor dan dapat menyelamatkan nyawa pasien menolak makanan dan minuman.Penatalaksanaan psikoterapi interpersonal dan terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy, CBT) memiliki tingkat kesuksesan yang sama dengan antidepresan pada depresi nonpsikotik. Psikoterapi interpersonal dan terapi perilaku kognitif direkomendasikan sebagai pilihan dibandingkan antidepresan untuk terapi pilihan utama pada depresi ringan, dan diberikan bersamaan dengan antidepresan pada depresi berat (Cornelius, 2008). Keunggulan nonfarmakologi lain salah satunya adalah dengan coklat hitam sebagai minuman alternatif tambahan untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia. 3

Manfaat coklat hitam sebagai minuman alternatif untuk menurunkan depresi telah diteliti oleh Susanti (2009) Coklat dengan kandungan kakao (biji coklat) lebih dari 70% memiliki manfaat untuk kesehatan, karena coklat kaya akan kandungan antioksidan yaitu fenol dan flavonoid yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh sangat besar. Kakao mengandung total fenol dan kapasitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan anggur maupun teh sehingga dapat menangkap radikal bebas dalam tubuh (Lee et al, 2003). Eksplorasi potensi coklat dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja otak. Coklat mengandung komponen-komponen flavonoid yang tinggi, coklat juga mengandung efek farmakologis yang dapat memberikan sensasi fisiologis dan psikologis. Zat-zat tersebut diantaranya senyawa amin biogenik, metilxantin, dan asam-asam lemak yang menyerupai kanabinoid. Terdapat juga senyawa amin biogenik yang terdapat pada coklat yaitu tiramin dan feniletilamin (FEA). Itu merupakan neuromodulator yang secara struktural dan farmakologis sama dengan katekolamin dan amfetamin. Keduanya merupakan stimulan otak. Secara alami FEA terdapat di otak dan didistribusi di dalam sistem syaraf pusat. Senyawa tersebut berfungsi untuk menguatkan transmisi dopaminergis dan noradrenergis dan sebagai modulator mood yang penting. Efek psikologis yang didapat biasanya meningkatkan aktivitas mental (Departemen Kesehatan, 2010). Hasil studi pendahuluan dilaksanakan oleh peneliti di Panti Werdha Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. Berdasarkan rekam medis pada bulan Maret hingga Oktober 2012 terdapat 11 dari 24 pasien yang terdiagnosa depresi, hasil studi pendahuluan Januari hingga Desember tahun 2013 menjadi 23 pasien (Devi, 2014). Menurut pengurus panti penelitian dengan menggunakan coklat hitam untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia belum pernah dilakukan. Pada Desember 2011 lalu telah dilakukan penelitian keefektifan coklat hitam untuk mengurangi kecemasan, depresi dan stress pada siswa pelatihan keperawatan usia 19-22 tahun. Dimana hasil yang didapat 3 hari konsumsi coklat hitam dipercaya dapat 4

memperbaiki emosional dan mood secara menyeluruh pada siswa pelatihan keperawatan (Pei Lin et al, 2011). Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti pengaruh coklat hitam dalam bentuk minuman hangat untuk menurunkan tingkat depresi pada lasia. Dalam hal ini, penelitian ini dikaitkan dengan peran perawat sebagai edukator yaitu mengurangi tingkat depresi pada lansia dapat menggunakan coklat hitam sebagai alternatif pengobatan nonfarmakologis yang mudah. Akan tetapi perawat harus mengukur tingkat depresi lansia sebelum dan setelah pemberian minuman coklat hitam agar perawat dapat mengetahui penurunan tingkat depresi secara signifikan. 1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah “Apakah pemberian minuman coklat hitam dapat berpengaruh dalam menurunkan tingkat depresi pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang?”

1.3

Tujuan Penelitian 1.3.1

Tujuan Umum Menganalisis pengaruh pemberian coklat hitam terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

1.3.2 1.

Tujuan Khusus Mengidentifikasi tingkat depresi lansia sebelum diberikan coklat hitam di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

2.

Mengidentifikasi tingkat depresi setelah diberikan coklat hitam pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

3.

Mengidentifikasi pengaruh pemberian coklat hitam terhadap penurunan depresi pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

5

1.4

Manfaat Penelitian 1.

Bagi Ilmu Keperawatan Sebagai dokumentasi, pengembangan kualitas, dan pengembangan bahan ajar keperawatan gerontologi, intervensi asuhan keperawatan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang pengaruh penggunaan coklat hitam dalam menurunkan depresi pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

2.

Bagi Responden/Lansia Hasil penelitian akan menjadi informasi bagi responden sebagai alternatif dalam menurunkan depresi pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

3.

Bagi peneliti Menambah dan memperluas pengalaman penulis tentang penggunaan coklat hitam dalam menurunkan depresi pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.

4.

Bagi Pengembangan Keperawatan Gerontologi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahanuntuk memperkaya referensi, rekomendasi untuk diaplikasikansebagai rujukan dan pengembangan instansi keperawatan pada Asuhan Keperawatangerontik dalam menurunkan tingkat depresi pada lansia.

1.5

Keaslian Penelitian Berdasakan dari hasil kajian pustaka, belum ada penelitian yang telah dilakukan berkaitan tentang pengaruh penggunaan coklat hitam sebagai minuman sehat bagi lansia penderita depresi di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang, namun penelitian yang memiliki kemiripan pernah dilakukan seperti tercantum sebagai berikut :

6

1.

Pei Lin et al. (2011), “Can Dark Chocolate Alleviate Anxiety, Depressive And Stress Symptoms Among Trainee Nurses? A Parallel, Open-Label Study” Penelitian keefektivan coklat hitam untuk mengurangi kecemasan, depresi dan stress pada siswa pelatihan keperawatan usia 19-22 tahun. Metode yang digunakan membagi kelompok menjadi dua yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan diberikan coklat hitam sedangkan kelompok kontrol diberikan air putih atau air mineral untuk 3 hari berurut-urut yang sebelumnya kecemasan, depresi dan stress diukur dengan menggunakan skala depresi. Hasil yang didapat 3 hari konsumsi coklat hitam dipercaya dapat memperbaiki emosional dan mood secara menyeluruh pada siswa pelatihan keperawatan.

2.

Sabtiyani (2013), “Efektifitas pemberian coklat hitam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Panti Werdha Pangesti Kecamatan Lawang.” Coklat hitam memiliki kandungan kakao sebesar 70% dan terdapat kandungan polifenol yang tinggi. Polifenol pada coklat hitam yang mempunyai efek terhadap kesehatan adalah flavanol. Mekanisme flavanol dalam menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan nitrit oksida endotel, memperbaiki keelastisitasan pembuluh darah, dan sirkulasi darah yang menyebabkan vasodilatasi kemudian menurunkan tekanan darah. Pada lansia terjadi perubahan struktural normal pada jantung dan sistem vaskular sehingga mengakibatkan kemampuan fungsinya menurun. Pemberian coklat hitam diharapkan mampu menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Penelitian eksperimen ini menggunakan desain penelitian pretest-posttest control group. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2013 di Panti Werdha Pengesti Kecamatan Lawang. Hasil yang di dapat dalam waktu 15 hari coklat hitam efektif dalam menurunkan hipertensi pada penderita hipertensi di Panti Werdha Pengesti Kecamatan Lawang.

7