BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebagaimana
tercantum
dalam
Rencana
Pembangunan Kesehatan
menuju Indonesia Sehat 2015, program kesehatan unggulan antara lain adalah program
pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan dari penyakit menular dan mencegah penyebaran serta mengurangi dampak sosial akibat penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan. Penyakit menular saat ini merupakan masalah besar dan menjadi ancaman global, baik dalam bentuk new emerging diseases maupun reemerging diseases. Keberadaan penyakit-penyakit tersebut menjadi masalah karena memiliki tingkat virulensi sangat tinggi, memiliki penyebaran sangat cepat, sehingga perlu
program peningkatan ketersediaan,
pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan. (Depkes, 2009) Kepatuhan petugas rawat jalan terhadap tatalaksana cuci tangan di rumah sakit tahun 2008 masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil observasi terhadap 33 responden, hanya tujuh petugas yang patuh terhadap tatalaksana cuci tangan (laras, 2008). Kejadian phlebitis akibat infeksi saat melaksanakan pemasangan infus di rumah sakit masih tinggi yaitu 52 % (Pasaribu, 2008) Peningkatan kualitas tenaga kesehatan dapat dipenuhi dengan meningkatkan sumber daya manusia di bidang kesehatan (SDM Kesehatan). SDM kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan pendidikan dan
1
pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia atau tenaga kesehatan menjadi kunci pelayanan kesehatan serta mendukung masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat (Isna, 2009) Melihat pentingnya kesehatan bagi semua individu maka perlu digiatkan usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang kesehatan, diantaranya melalui pendidikan di tingkat perguruan tinggi kesehatan. Salah satu mata kuliah yang diberikan berkaitan dengan penyakit adalah mikrobiologi dan mikroorganisme
(bakteri, jamur, virus,
kehidupan
mikroalga dan protozoa). Mahasiswa
diperkenalkan tentang berbagai bentuk, sifat hidup, klasifikasi, dan peranannya baik yang menguntungkan maupun yang merugikan dalam kehidupan manusia melalui kegiatan yang bersifat kognitif dan psikomotorik. Aspek kognitif dan psikomotorik ini mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan, karena mikroorganisme merupakan salah satu agen penyebab timbulnya infeksi penyakit pada manusia. Untuk itu materi mikrobiologi diberikan kepada mahasiswa tidak hanya sebagai suatu informasi, tetapi aplikasi dengan tingkat kognitif dan psikomotorik yang dimiliki. Peserta didik diharapkan mampu bersikap positif terhadap materi perkuliahan sehingga mereka dapat mengembangkan dan membina sikap positif tersebut terhadap profesi di bidang kesehatan. Menurut Nasional Research Council (1996) di abad ke 21 dunia akan dipenuhi dengan produk-produk sains dan teknologi sehingga setiap orang akan
2
membutuhkan pengetahuan tentang sains. Sains merupakan satu cara memperhatikan atau mempelajari tentang kehidupan. Sains memiliki banyak cabang ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya biologi. Sains berdasarkan fenomena yang dapat diamati, baik di alam (alamiah) maupun yang dibuat sendiri (artificial). Fenomena tersebut dapat diobservasi dengan menggunakan alat indera atau perpanjangan indera, seperti mikroskop, teleskop, teropong dan lup. Mikrobiologi merupakan salah satu bidang ilmu yang mengkaji sains, kaitannya dengan kesehatan masyarakat terutama bertitik tolak pada penyakitpenyakit infeksi dan potensial tersebar dalam masyarakat antara lain melalui agen yang berada pada makanan-minuman, udara, air, dan organisme vektor. Sejak penemuan bakteri tuberkulosa oleh Koch perkembangan pengetahuan tentang penyakit infeksi berkembang dengan cepat, berbagai penyakit yang pada abad lampau dianggap sebagai kutukan seperti lepra dan pes, ternyata terbukti disebabkan oleh mikroba. Perhatian kemudian lebih ditekankan pada kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan terjadinya berbagai kasus epidemi. Adapun mikroba yang hidup dan berkembang dalam tubuh inang tanpa menimbulkan penyakit disebut mikroba flora normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran mikroba flora normal, adalah pH, suhu, potensial redoks, oksigen, air, nutrien, dan lain-lain. Penyebaran mikroba flora normal terjadi melalui permukaan kulit, ketiak, sela-sela jari kaki, saluran pencernaan dan lain sebagainya, sedangkan jenis mikrobanya antara lain: Staphylococcus epidermidis, Microccous luteus, Enterobacter cloacae, Salmonella thypimurium, Klebsiella pneumonia, Streptococcus thermophilus dan Escherichia coli (massofa.wordpress.com/2008/02/04/mikrobiologi).
3
Berbagai upaya pencegahan penyebaran penyakit dalam masyarakat perlu dilakukan antara lain dengan perbaikan sarana lingkungan, seperti kebersihan lingkungan rumah, saluran pembuangan yang sehat, sirkulasi udara yang baik. Upaya yang tidak kalah penting yaitu pemberian pendidikan masyarakat mengenai penyakit dan pemberantasan penyakit dari sumbernya. Hal paling utama sebagai kontrol penyakit infeksi, yaitu menghancurkan sumber penularannya. Salah satu upaya di banyak negara yang berusaha melindungi konsumen dari gangguan kesehatan makanan, dengan melakukan uji mikrobiologis terhadap bahan mentah dan olahannya. Globalisasi, keterbukaan, kebebasan demokrasi, rasionalisasi berpikir dan budaya kompetisi/persaingan terjadi dalam dunia pendidikan, perubahan-perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi termasuk di dalamnya adalah penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan di Indonesia. Penyelenggara pendidikan tinggi bidang kesehatan dituntut untuk dengan cepat merespon proses yang kompleks dan berkelanjutan dalam menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan dapat bekerja di bidang ilmu yang sesuai di masyarakat secara baik dan benar dan mempunyai daya saing. Dengan kata lain Perguruan Tinggi Kesehatan harus mampu menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang kompeten berstandar Nasional bahkan Internasional. Dalam rangka mengantisipasi hal tersebut maka perlu dilakukan perubahanperubahan yang bersifat inovatif, reorientasi, reorganisasi, reformasi dalam pengembangan pendidikan kesehatan. Semua perubahan tersebut harus menuju terciptanya dan tercapainya kepuasan stakeholders. Kepuasan ini tercapai apabila penyelenggaraan pendidikan mampu menghasilkan lulusan sesuai standar nasional bahkan
4
standar internasional dengan mengacu pada upaya mencapai Indonesia sehat 2015 (SK Menteri Kesehatan RI No. 1457/MOH/SK/X/2009). Saat ini terjadi kesenjangan dalam proses pendidikan di kampus dengan aktualisasi pelayanan kesehatan. Kesenjangan ini dapat diantisipasi jika para lulusan profesi kesehatan bisa menerapkan materi perkuliahan ketika berada di institusi kesehatan tempat bekerja. Tenaga kesehatan harus memiliki tiga hal yaitu pengetahuan (knowledge), kemampuan praktek (hands on) dan sikap (attitude) ini sudah merupakan standar yang harus dimiliki oleh setiap lulusan perguruan tinggi. Untuk mencapai itu diperlukan perubahan dan penyempurnaan kurikulum pendidikan tenaga kesehatan yang menitikberatkan pada proses pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa dan kompetensi bidang kesehatan. Sekumpulan kompetensi tersebut dalam realitanya dijabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar yang relevan dengan tuntut-an kompetensi program. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan program pembelajaran. Kurikulum pendidikan tenaga kesehatan sebagian sudah mengarah pada competence-based oriented. Sebagai contoh pendidikan kedokteran (profesi) telah dikembangkan oleh asosiasi profesi kedokteran dan mengacu pada standar global pendidikan dokter. Untuk STIKes yang ada di Indonesia kompetensi mengacu pada kompetensi yang disusun oleh asosiasi profesi yang dibentuk, untuk program studi Keperawatan kompetensi oleh AIPNI (Asosiasi Ikatan Perawat Nasional Indonesia), Program studi Kebidanan oleh IBI (Ikatan Bidan Indonesia sedangkan untuk program studi Kesehatan Masyarakat oleh IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia). Beberapa komponen kompetensi yang dituntut oleh asosiasi
5
profesi dan ada hubungannya dengan mikrobiologi yang tercantum dalam kurikulum dan harus dimiliki oleh mahasiswa kesehatan tercantum dalam Tabel 1.1. Proses kegiatan pembelajaran yang diterapkan di tiap Program Studi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung menitik beratkan pada pencapaian kompetensi sesuai yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan pembelajaran yang dilaksanakan program studi. Berbagai metode digunakan dalam penyampaian materi kepada mahasiswa seperti metode ceramah, simulasi, eksperimen, diskusi, studi kasus dan praktek lapangan. Salah satu kendala dalam pembelajaran di STIKes adalah mahasiswanya memiliki latar belakang asal sekolah yang berbeda, ada yang dari SMU, SMK atau Aliyah. Dengan kondisi tersebut dalam pembelajaran perlu upaya-upaya untuk membantu mahasiswa dalam menguasai komponen kompetensi yang diinginkan sesuai standar kompetensi profesinya. Tabel 1.1. Kompetensi yang perlu dimiliki oleh lulusan bidang kesehatan (sumber: AIPNI, IBI, IAKMI, 2009) Program studi Keperawatan
Kebidanan
Kesehatan Masyarakat
Kompetensi profesi no
Keterangan
XV: Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien pre dan post operasi XVI: Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat IV : Lulusan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawat daruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. V : Lulusan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. III: Mampu melakukan praktek kesehatan individu atau komunitas dengan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, klinik, perilaku dan epidemiologi
Berkaitan dengan masalah mikroorganisma Ada hubungan dengan masalah infeksi akibat mikroorganisma
Berkaitan dengan infeksi dan wabah
Saat ini, tuntutan pembelajaran tidak lagi berpusat pada dosen (teachercentered), melainkan berpusat pada mahasiswa (student-centered) dan pembelajaran
6
menekankan pada keterkaitan antara materi yang dipelajari (konten) dan masalahmasalah yang ada dalam kehidupan dunia nyata mahasiswa. Oleh karena itu, setiap dosen semestinya sudah melakukan reorientasi pembelajaran dan hendaknya memperhatikan karakteristik pembelajaran, yaitu: 1) menggunakan permasalahan kontekstual; 2) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi; 3) memberikan kesempatan yang luas untuk penemuan kembali (reinvention); 4) membangun konsep, definisi, dan prosedur secara mandiri; 5) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui
penyelidikan,
eksplorasi,
eksperimen;
6)
meningkatkan
kemampuan berpikir yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan melalui pemikiran divergen dan orisinal; 7) membuat prediksi; 8) menggunakan pemodelan (modelling); dan 9) memperhatikan dan mengakomodasi perbedaan-perbedaan karakteristik individu mahasiswa (Johnson, 2002). Semua butir yang dituliskan di atas harus diperhatikan dosen dalam mengembangkan pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah atau disingkat PBM (Problem-based learning) pada awalnya dikembangkan sebagai metode alternatif untuk pendidikan dokter (Barrows, 1996) yang pertama kali diterapkan di Mc Master University School of Medicine Canada pada tahun 1969. Sejak itu PBM menyebar ke seluruh dunia dalam pendidikan kedokteran dan dalam pendidikan tinggi berbagai disiplin ilmu, juga dalam pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah (Jaramillo, 1999). PBM banyak diterapkan di pendidikan keperawatan di Australia pada seluruh programnya. Menurut laporan Creedy, Horsfall, and Hand (1992) terjadi beberapa pergeseran pada filosofi, struktur dan proses kurikulum dengan pendekatan PBM. Tuntutan akan perubahan dalam kurikulum sekolah keperawatan semakin
7
gencar dalam dekade terakhir. Sudah banyak diakui bahwa kurikulum keperawatan harus secara terbuka dan sistimatis mendorong pengembangan perilaku dan keterampilan yang diperlukan lulusan untuk memenuhi harapan masyarakat terhadap profesionalisme perawat kesehatan. Kurikulum yang berfokus pada materi belum sebanding dengan
informasi dan teknologi, sehingga
perlu terus menerus
mengalami perubahan tajam pada keterampilan yang dibutuhkan untuk praktek professional. Pendidik perlu melakukan inovasi kurikulum yang selama ini menekankan pada pembelajaran yang berfokus pada produk. Perubahan tersebut akan membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan nilai guna menjadi pemikir yang kritis, pengelola informasi, dan pemecah masalah, sekaligus peserta didik akan mandiri dengan
tetap berlandaskan praktik
profesionalnya pada pengkajian kritis terhadap bukti maupun kerja sama dengan klien dan rekan. Meski telah terjadi perubahan dalam pengetahuan dan teknologi keperawatan berlangsung dengan cepat, perawatan tetap menjadi nilai inti dalam praktek keperawatan (Bevis & Waston, 1989). Salah satu mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa STIKes DHB adalah mikrobiologi. Dalam perkuliahan ini kepada mahasiswa disampaikan materi mengenai dunia
mikroba, mikroba yang mempengaruhi kesehatan dan konsep-
konsep mikroba yang berhubungan dengan pencegahan, pengendalian infeksi, sanitasi dan lain-lain. Mikrobiologi merupakan bagian dari biologi. Dalam pendidikan kesehatan, mikrobiologi berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain yang bersifat terapan sebagai ilmu penunjang terutama dalam kasus-kasus klinis yang terjadi di sekitar kita. Dalam dunia kesehatan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan
8
masyarakat, banyak jenis penyakit diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme. Untuk dapat memahami dan menangani penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh mikroorganisme secara menyeluruh tersebut, sebaiknya mahasiswa STIKes baik Keperawatan, Kebidanan maupun Kesehatan Masyarakat mempunyai kemampuan atau kompetensi yang berkaitan dengan bidang mikrobiologi yang akan menunjang keahlian professional di lapangan pekerjaannya. Mata kuliah mikrobiologi diberikan kepada mahasiswa STIKes pada semester III. Setelah menyelesaikan mata kuliah mikrobiologi mahasiswa diharapkan mampu menggunakan prinsip-prinsip mikrobiologi dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan mikroorganisme dalam kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi maupun di lingkungan kerja yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku yang paling sederhana menerapkan teknik aseptik ketika bekerja sangat menentukan pada kebiasaan pola hidup higienis untuk menghindari mikroorganisma patogen menginfeksi tubuh. Untuk meningkatkan kemampuan kompetensi mahasiswa Kebidanan, Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat dalam bidang mikrobiologi, proses pembelajaran mikrobiologi perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebermaknaan belajar (meaningful learning). Oleh karena itu proses pembelajaran mikrobiologi diarahkan pada proses pembelajaran yang didasarkan pada masalah-masalah mikrobiologi (problem-based learning) yang memiliki ciri antara lain berpusat pada mahasiswa (student-centered), pemaparan kasus-kasus klinis yang berkaitan dengan infeksi sejak dini (early clinical exposure), dan pembelajaran yang terpadu-lintas disiplin ilmu (integrated-curriculum), yang meliputi anatomi, fisiologi, epidemiologi, biologi reproduksi, toksikologi, genetika,
9
asuhan kebidanan dan asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian pengembangan sebuah program perkuliahan dengan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah program perkuliahan mikrobiologi dengan pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa STIKes ? Dari rumusan masalah disusun beberapa pertanyaan penelitian. 1) Bagaimanakah karakteristik program perkuliahan mikrobiologi dengan PBM dalam meningkatkan keahlian yang dibutuhkan dalam praktek profesional? 2) Bagaimanakah program perkuliahan mikrobiologi dengan PBM efektif yang dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa STIKes ? 3) Bagaimanakah perkuliahan mikrobiologi dengan PBM yang dapat meningkatkan minat belajar mahasiswa ? 4) Bagaimana tanggapan mahasiswa STIKes DHB tentang pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan ? 5) Apa keunggulan dan kelemahan pengembangan program perkuliahan mikrobiologi berbasis masalah ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan
Umum
pembelajaran
berbasis
masalah
pada
mata
kuliah
Mikrobiologi dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kemampuan lulusan dalam pemahaman konsep mikrobiologi melalui pemecahan masalah terutama yang berkaitan
dengan kasus klinis akibat mikroorganisma dan
yang
berhubungan
10
dengan kompetensi dan keterampilan praktek profesional. Tujuan khusus selain meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan dan praktikum, dapat ditemukan keunggulan dan kelemahan program pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah serta diperoleh gambaran tanggapan, kemampuan,
minat mahasiswa tentang pengembangan program
pembelajaran.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis penelitian ini berkaitan dengan pengembangan program pembelajaran berbasis masalah dalam bidang kesehatan khususnya untuk pengembangan profesi di STIkes. 2. Manfaat Praktis : a. Bagi dosen, khususnya dosen STIKes, hasil penelitian ini memberikan wawasan terhadap perlunya merancang dan mengembangkan program pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi serta dapat meningkatkan keterampilan profesional para lulusannya. b. Bagi institusi pendidikan profesi kesehatan, hasil penelitian ini merupakan karya yang dapat menjadi salah satu program meningkatkan pembelajaran, sebagai masukan ketika kurikulum STIKes dalam menerapkan meningkatkan
kompetensi
dan
untuk
merancang
strategi pembelajaran guna
keterampilan
profesional.
Disain
perkuliahan mikrobiologi berbasis masalah menghasilkan produk berupa: Silabus perkuliahan, Satuan Acara Perkuliahan, dan lembar kerja mahasiswa berbasis masalah. Program PBM ini dapat diadaptasi sebagai salah satu program pembelajaran untuk mata kuliah yang lain.
11
c. Bagi mahasiswa, Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata kuliah mikrobiologi
ini
dapat
meningkatkan
pemahaman
konsep
dan
kemampuan memecahkan masalah kasus klinis akibat mikroba sehingga apabila kelak menghadapi kasus-kasus infeksi sudah dapat mengatasinya.
E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tersusun dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang yang berhubungan dengan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan urutan sistematika. Bab II sebagai kajian pustaka yang berisi teori yang menjadi landasan pengembangan program. Pada bab III dikaji metode penelitian dan pengembangan serta instrumen yang digunakan dalam penelitian. Dibahas pula studi pendahuluan dan perancangan program yang selanjutnya diujicoba. Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan. Dalam Bab V diuraikan Kesimpulan, temuan, implikasi dan rekomendasi. Serta dilengkapi Daftar pustaka dan Lampiran.
12