HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI DESA KALINAUN KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA Christy Tampi*, Nancy S.H Malonda*, Budi T. Ratag* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gizi seperti kegagalan pertumbuhan, berat badan lahir rendah, pendek, kekurangan gizi dan kelebihan gizi masih menjadi persoalan yang perlu ditangani dengan serius. Pemberian ASI eksklusif merupakan faktor penting dalam pemenuhan status gizi anak. Pemberian ASI eksklusif di Sulawesi Utara hanya 40,2%, di daerah Kabupaten Minahasa Utara hanya 39,6%, dan khususnya di wilayah pesisir Desa Kalinaun hanya 40,0%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi baduta di Desa Kalinaun Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Observasional analitik dengan desain cross sectional study. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling dan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 43 baduta usia 6-<24 bulan. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri. Hasil analisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Fisher’ Exact Test. Hasil penelitian menunjukan, balita yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 13 balita dengan persentase 30,2% dan berdasarkan indeks BB/U diperoleh nilai p=0,049 sehingga nilai p lebih kecil dari nilai α (0,05), PB/U diperoleh nilai p=0,009 sehingga nilai p lebih kecil dari nilai α (0,05) dan BB/PB diperoleh nilai p=0,542 sehingga nilai p lebih besar dari nilai α (0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi baduta berdasarkan indeks BB/U dan PB/U. Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita berdasarkan indeks BB/PB di Desa Kalinaun Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Kata Kunci: Pemberian ASI Eksklusif, Status Gizi ABSTRACT Health problem which associated with nutrition such as failure growth, low birth weight, short, malnourished and overweight still being a problem that needs to be handled. Exclusive breastfeeding is important factors for adequacy child nutritional status. Exclusive breastfeeding in North Sulawesi is only 40,2%, in the North Minahasa District is only 39,6%, and in coastal areas especially Kalinaun Village is only 40,0%. The purpose of this research is to know the correlation between exclusive breastfeeding with nutritional status of children undertwo years in Kalinaun Village of East Likupang North Minahasa Regency. This research uses an Observational analitic with cross sectional study. Sampling in this research taken by total sampling and the number of sample in this research as much 43 children who are ages 6-<24 months. Data were collected with interview by using questionnaire and antropometric measurement. Univariate and bivariate analysis result using fisher’ exact test. The result shows that children undertwo years who got exclusive breastfeeding as much 13 children with percentage 30,2% and based on index BB/U obtained p value=0,049 so the p value less than α value (0,05), PB/U obtained p value=0,009 so the p value less than α value (0,05) and BB/PB obtained p value=0,542 so the p value more than α value (0,05). The conclusion of this research is there is a associated between exclusive breastfeeding with nutritional status of children undertow years based on index BB/U and PB/U. There is no associated between exclusive breastfeeding with nutritional status of children undertwo years based on index BB/PB in Kalinaun Village of East Likupang North Minahasa Regency. Keywords: Exclusive breastfeeding, Nutritional status
1
Berdasarkan data dari Puskesmas
PENDAHULUAN Masalah
kesehatan
yang
berhubungan
Likupang
Timur
tahun
2016,
cakupan
dengan gizi sampai saat ini masih merupakan
pemberian ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan
masalah yang kompleks. Masalah seperti
hanya 32,7%. Khususnya untuk wilayah
kegagalan pertumbuhan, berat badan lahir
pesisir Desa Kalinaun cakupan pemberian
rendah, pendek serta kekurangan gizi dan
ASI ekslusif juga belum mencapai target
kelebihan gizi masih menjadi persoalan yang
hanya 40,0%. Oleh karena itu, berdasarkan
perlu ditangani dengan serius. Permasalahan
latar
gizi ini erat kaitannya dengan perilaku gizi
melakukan
serta pola hidup masyarakat. Status gizi baik
antara pemberian ASI eksklusif dengan status
merupakan faktor penentu dalam setiap tahap
gizi baduta di Desa Kalinaun Kecamatan
kehidupan
Likunpang
serta
keberhasilan
tumbuh
kembang optimal pada balita (Kemenkes,
belakang
tersebut
penelitian
Timur
penulis
tentang
Kabupaten
ingin
hubungan
Minahasa
Utara.
2015). Pemerintah mengeluarkan Peraturan
METODE PENELITIAN
Presiden No 42 Tahun 2013 tentang Gerakan
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang
bersifat
berfokus pada 1000 hari pertama kehidupan.
desain cross sectional study. Penelitian ini
Salah satu sasaran yaitu meningkatkan
dilaksanakan di Desa Kalinaun Kecamatan
persentase
ASI
Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara
eksklusif selama 6 bulan sebesar 50% dalam
pada bulan Maret - Juni 2017. Pengambilan
upaya percepatan perbaikan gizi. (Depkes,
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
2016).
total sampling yaitu seluruh baduta khusunya
ibu
yang
memberikan
Riskesdas Indonesia tahun 2013
Observasional
analitik
dengan
6-<24 bulan sebanyak 43 balita yang
menunjukan prevalensi bayi yang diberikan
memenuhi
ASI (Air Susu Ibu) eksklusif masih rendah
Pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu hanya 30,6%. Selain itu, menurut data
dengan
dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
pengukuran antropometri. Analisis univariat
Utara tahun 2016 menunjukan bahwa capaian
dilakukan pada tiap variabel dari dan analisis
pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan di
data bivariat digunakan untuk memperoleh
Sulawesi Utara belum mencapai target
atau mencari hubungan antara pemberian
nasional sebesar 42%
pemberian ASI
ASI eksklusif dengan status gizi baduta.
eksklusif hanya 40,2%. Selain itu juga data
Penelitian ini menggunakan uji fisher exact
pemberian ASI eksklusif di daerah Minahasa
test.
Utara hanya 39,6% (Dinkes Provinsi Sulut, 2016).
2
kriteria inklusi
wawancara
dan ekslusi.
kuesioner
dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
baduta berdasarkan indeks antropometri BB/U
Tabel 1. Pemberian ASI Eksklusif
diperoleh
7,0% yang tidak diberikan ASI
eksklusif memiliki status gizi kurang dan 23,0% Kategori Tidak Ya Total
n 30 13 43
% 69,8 30,2 100
memiliki status gizi baik. Semua baduta yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 13 baduta (10,0%) memiliki status gizi baik. Berdasarkan hasil uji statistik fisher exact test diperoleh nilai
Tabel 1. Menunjukan bahwa dari 43 responden,
p=0,049 sehingga nilai p lebih kecil dari nilai α
sebagian besar responden (ibu) sebanyak 69,8%
(0,05). Hasil uji statistik menunjukan terdapat
tidak memberikan ASI eksklusif kepada anaknya
hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
dan 30,2% memberikan ASI eksklusif kepada
status
anaknya.
gizi
baduta
berdasarkan
indeks
antropometri BB/U. Tabel 2. Status Gizi Baduta Status Gizi Baduta (BB/U) Gizi Kurang Gizi Baik Status Gizi Baduta (PB/U) Pendek Normal Status Gizi Baduta (BB/PB) Kurus Normal Total
n 10 33 n 25 18 n 3 40 43
Tabel 4. Hubungan Pemberian ASI
% 23,3 76,7 % 58,1 41,9 % 7,0 93,0 100
Dengan Status Gizi (PB/U) Pemberian ASI Eksklusif Tidak Ya Total
Tabel 4. Menunjukan bahwa status gizi baduta
baduta
berdasarkan
Pendek
Normal
Total
n
%
n
%
n
%
22
17,4
8
12,6
30
30,0
-
-
13
13,0
13
13,0
22
17,4
21
25,6
43
43,0
antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
kategori gizi kurang 23,3% dan gizi baik 76,7%. gizi
Status Gizi (PB/U)
Tabel 4. Menunjukan bahwa hasil hubungan
berdasarkan indeks antropometri BB/U dengan
Status
Eksklusif
baduta berdasarkan indeks antropometri PB/U
indeks
diperoleh 17,4% memiliki status pendek, 12,6%
antropometri PB/U dengan kategori pendek
memiliki status normal. Sedangkan 13,0% yang
11,6% dan normal 41,9%. Status gizi baduta
diberikan ASI eksklusif memiliki status normal.
berdasarkan indeks antropometri BB/PB dengan
Berdasarkan hasil uji statistik fisher exact test
kategori kurus 7,0% dan kategori normal 93,0%.
diperoleh nilai p=0,009 sehingga nilai p lebih kecil dari nilai α (0,05). Hasil uji statistik
Tabel 3. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
menunjukan terdapat hubungan antara pemberian
Dengan Status Gizi (BB/U) Pemberian ASI Eksklusif Tidak Ya Total
ASI
Status Gizi (BB/U) Kurang
eksklusif
dengan
status
gizi
berdasarkan indeks antropometri PB/U.
Baik
Total
n
%
n
%
n
%
10
7,0
20
23,0
30
30,0
-
-
13
13,0
13
13,0
10
7,0
33
33,0
43
43,0
p
0,049
Tabel 3. Menunjukan bahwa hasil hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
3
baduta
p
0,009
Tabel 5. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
dari beberapa penelitian lain dapat disimpulkan
Dengan Status Gizi (BB/PB) Pemberian
bahwa pemberian ASI eksklusif masih rendah. Alasan responden tidak memberikan ASI
Status Gizi (BB/PB)
ASI
Pendek
Normal
n
%
n
%
n
%
Tidak
3
2,1
27
27,9
30
30,0
Ya
-
-
13
13,0
13
13,0
Total
3
2,1
40
33,0
43
43,0
Eksklusif
Total
eksklusif kepada anaknya sebagian besar karena
p
persepsi ASI tidak mencukupi, nasihat orang tua dan beberapa bayi tidak mau karena sudah 0,542
diberikan susu formula terlebih dahulu. Menurut (Prabasiwi et al, 2014) Ibu yang berpengetahuan rendah berisiko 12,4% lebih besar mengalami
Tabel 5. Menunjukan bahwa hasil hubungan
persepsi
antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
dengan ibu yang berpengetahuan baik.
ketidakcukupan
ASI
dibandingkan
baduta berdasarkan indeks antropometri BB/PB diperoleh semua baduta yang diberikan ASI
Status Gizi Baduta
eksklusif sebanyak 13 baduta 12,1% memiliki
Status gizi baduta berdasarkan BB/U dengan
status normal. Sedangkan dari 30 baduta yang
kategori gizi kurang 23,3% dan gizi baik 76,7%.
tidak ASI ekslusif 2,1% memiliki status kurus dan
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
27,9% memiliki status normal. Berdasarkan hasil
(Sartika, 2010) sebagian besar balita berstatus gizi
uji statistik fisher exact test diperoleh nilai
normal berdasarkan indeks BB/U, sebagian besar
p=0,542 sehingga nilai p lebih besar dari nilai α
balita ditemukan mempunyai status gizi normal
(0,05). Hasil uji statistik menunjukan tidak
(77,9%), pendek (14,6%). Indeks BB/U berguna
terdapat
untuk mendeteksi secara dini balita dengan gizi
hubungan
antara
pemberian
ASI
eksklusif dengan status gizi baduta berdasarkan
kurang
indeks antropometri BB/PB.
berdasarkan
(underweight). PB/U
Status
dengan
gizi
kategori
balita pendek
sebanyak 58,1% dan normal sebanyak 41,9%. Pemberian ASI Ekslusif
Dampak atau outcome dari PB/U adalah pendek
Penelitian dilapangan didapati sebanyak 30,2%
(stunting). Status gizi balita berdasarkan BB/PB
responden
memberikan
dan
dengan kategori kurus 7,0% dan kategori normal
sebagian
besar
tidak
93,0%. Dampak atau outcome dari BB/PB ini
memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.
adalah wasting. Menurut (Sartika, 2010) BB/TB
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
menggambarkan status gizi yang akut akibat
(Rahmadhanny, 2012) pemberian ASI eksklusif
suatu keadaan atau kejadian yang berlangsung
di
dalam waktu singkat misalnya menurunnya nafsu
Puskesmas
ASI
responden
Rumbai
eksklusif 69,8%
menunjukan
bahwa
sebagian besar ibu tidak memberikan ASI
makan akibat mengalami diare atau sakit lainnya.
eksklusif sebanyak 62,5% sedangkan ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada anaknya hanya
Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif
37,5%.
Dengan Status Gizi Baduta Berdasarkan
Hasil
yang
serupa
diperoleh
dari
penelitian (Ridzal dkk, 2013) untuk presentase
Indeks BB/U
anak yang mendapat ASI Esklusif lebih rendah
Hasil
yaitu hanya 34,7 % dibandingkan anak yang tidak
berdasarkan hasil uji statistik fisher exact test
mendapatkan ASI Esklusif
menunjukan terdapat hubungan antara pemberian
sebesar 65,3 %.
Pemberian ASI eksklusif dari penelitian ini dan
4
penelitiaan
ini
menunjukan
bahwa
ASI
eksklusif
dengan
status
gizi
baduta
Pertumbuhan
berdasarkan indeks antropometri BB/U. Sejalan
kecukupan
dengan
oleh
lingkungan yang diterima amak. Pertumbuhan
(Normayanti dan Susanti, 2013) hasil analisis
yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal
yang menggunakan uji Chi Square bahwa
seperti kurangnya asupan gizi, praktek pemberian
terdapat hubungan antara status pemberian ASI
ASI parsial, penyakit dan lingkungan yang buruk.
ekslusif dengan status gizi bayi (p<0,05).
Anak yang mengonsumsi ASI eksklusif atau
penelitian
yang
Penelitian
dilakukan
kesehatan
dan
pengaruh
ditemukan
predominan mempunyai status gizi yang lebih
beberapa faktor yang menyebabkan terganggunya
baik dari pada ASI parsial atau yang diberi
BB/U
makanan/minuman tambahan dan yang non-ASI
yaitu
dilapangan
gizi,
menggambarkan
sebagian
besar
baduta
sudah
diberikan MP-ASI dini, sanitasi rumah yang tidak
(Fikawati dkk, 2015).
memenuhi syarat, selain itu juga beberapa baduta sering sakit. Pemberian MP-ASI sebelum berusia
Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif
6 bulan, membuka peluang membuka peluang
Dengan Status Gizi Baduta Berdasarkan
bagi kuman untuk masuk kedalam tubuh apabila
Indeks BB/PB
makanan
Hasil
yang
diberikan
tidak
terjamin
penelitian
ini
menunjukan
terdapat
kebersihannya. Oleh karena itu, karena beberapa
hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
hal tersebut anak mudah terserang penyakit
status gizi balita berdasarkan indeks antropometri
infeksi yang
BB/PB. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
dapat menyebabkan status gizi
kurang pada anak.
oleh (Serviani, 2016). Berdasarkan hasil uji statistik fisher exact test diperoleh hasil tidak
Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif
terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusi
Dengan Status Gizi Baduta Berdasarkan
dengan status gizi berdasarkan indeks BB/PB. Indikator BB/PB dapat menggambarkan
Indeks PB/U Hasil
penelitian
bahwa
status gizi saat ini. Hasil penelitian dilapangan
berdasarkan hasil uji statistik fisher exact test
menunjukan sebagian besar baduta memiliki gizi
menunjukan terdapat hubungan antara pemberian
normal walaupun tidak mendapat ASI eksklusif.
ASI
baduta
Hal ini dikarenakan pemberian MP-ASI dini
berdasarkan indeks antropometri PB/U. Hasil
sebelum baduta berusia 6 bulan selain itu juga
penelitian ini sejalan dengan penelitian (Ni’mah
dikarenakan sebagian besar pekerjakan orang tua
dan Nodhiro, 2015)
hasil uji Chi Square
adalah nelayan, sehingga sebagian besar baduta
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
sering mengonsumsi ikan yang mengandung
bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan
banyak protein.
kejadian stunting. Penelitian tersebut tidak sejalan
diperlukan
dengan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh
penambahan berat badan dan tinggi badan serta
(Serviani, 2016) hasil uji fisher exact test
perkembangan motorik.
eksklusif
ini
dengan
menunjukan
status
gizi
menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan
untuk
Pada
anak protein sangat
tumbuh
kembang
seperti
Menurut (Soetjiningsih dan Gde, 2013)
antara pemberian ASI eksklusi dengan status gizi
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
tumbuh
berdasarkan indeks PB/U.
kembang balita berdasarkan indeks BB/PB adalah faktor genetik dan faktor lingkungan yang secara
5
garis besar di bagi menjadi faktor prenatal,
pemberian
ASI
dengan
perinatal dan pascanatal. Faktor genetik ada
eksklusif kepada anaknya.
memberikan
ASI
kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh kurus, gemuk, pendek ataupun tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Faktor lingkungan pascanatal seperti budaya, jenis
kelamin,
umur,
asupan
gizi,
Agam I, Aminuddin S dan Citra K. 2011. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian
pola
pengasuhan, penyakit
ASI Eksklusif di Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakkukang Kota Makassar.
KESIMPULAN
Makassar.
Baduta usia 6-24 bulan di Desa Kalinaun
Universitas Hasanuddin. Asnani
Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa
T.
Jurnal.
2013.
Ilmu
Faktor
Gizi
-
Dengan
FKM
Faktor
Pemberian
-
yang
Utara yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak
Berhubungan
ASI
30,2% dan yang tidak mendapat ASI eksklusif
Eksklusif Pada Ibu Menyusui. Depok.
sebanyak 69,8%. Status gizi baduta usia 6-<24
Jurnal. FKM - UI.
bulan di menurut indeks antropometri BB/U
Desi. 2011. Faktor – Faktor Yang Berhubungan
kategori gizi kurang 23,3% dan gizi baik 76,7%.
Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 59 Bulan
Menurut indeks antopometri PB/U kategori
Di Sumatera Tahun 2010. Depok. Skripsi.
pendek 58,1% dan normal 41,9%. Menurut indeks
FKM - UI.
antropometri BB/PB kategori kurus 7,0% dan
Fikawati S, Ahmad S dan Khaula K. 2015. Gizi
kategori normal 93,0%. Hasil penelitian ini
Ibu dan Bayi. Jakarta: PT Rajagrafindo
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara
Persada.
pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Republik
baduta di Desa Kalinaun Kecamatan Likupang
Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Timur Kabupaten Minahasa Utara berdasarkan
RI.
indeks
Ni’mah K dan Siti R. N. 2015. Faktor Yang
antropometri BB/PB tidak terdapat hubungan
Berhubungan Dengan Kejadian Stunting
yang signifikan.
Pada Balita. Surabaya. Jurnal. FKM -
indeks antropometri BB/U dan PB/U,
Universitas Airlangga. Normayanti dan Nila S. 2013. Status Pemberian
SARAN dan
ASI Terhadap Status Gizi Bayi Usia 6-12
posyandu sebagai instansi terkait yang merupakan
Bulan. Palangkaraya. Jurnal Gizi Klinik
tempat pelayanan kesehatan yang Desa Kalinaun
Indonesia Vol. 9, No. 4, April 2013: 155-
termasuk dalam wilayah kerjanya agar dapat
161
Kepada
petugas
kesehatan
puskesmas
kesehatan terutama
Prabasiwi A, Sandra F dan Ahmad S. 2014. ASI
melakukan penyuluhan tentang pemberian ASI
Eksklusif dan Persepsi Ketidakcukupan ASI.
eksklusif sebagai salah satu tindakan untuk
Depok. Jurnal. Pusat Kajian Gizi dan
mencegah terjadinya gizi kurang, gizi buruk,
Kesehatan FKM - UI.
meningkatkan pelayanan
pendek maupun kurus dan kepada ibu menyusui
Proverawati A. dan Wati E. K. 2011. Ilmu Gizi
dan calon ibu menyusui agar memperhatikan pola
untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
6
Rahmadhanny
R.
2012.
Faktor
Penyebab
Putusnya ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui di Puskesmas Rumbai Kecamatan Rumbai Pesisir Tahun 2011. Depok. Skripsi. FKM UI. Ridzal M, Veni H dan Rochimiwati. 2013. Hubungan Pola Pemberian ASI Dengan Status Gizi Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013. Makassar: Ilmu Gizi Fakultas FKM - Universitas Hasanuddin. Sartika R.A.D. 2010. Analisis Pemanfaatan Program Pelayanan Kesehatan Status Gizi Balita. Depok. Jurnal Departemen Gizi FKM-UI. Serviani A. 2016. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Pada Bayi Usia
6-12
Bulan
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas Ranotana Weru. Skripsi. FKMUNSRAT Seotjiningsih, Gde R. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EDC
7