1 I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BUDIDAYA

Download Latar Belakang. Budidaya perikanan atau akuakultur merupakan kegiatan produksi biota akuatik dalam suatu lingkungan yang terkontrol guna me...

0 downloads 470 Views 18KB Size
I.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Budidaya perikanan atau akuakultur merupakan kegiatan produksi biota akuatik dalam suatu lingkungan yang terkontrol guna mencapai suatu tujuan. Kegiataan produksi tersebut adalah kegiatan pemeliharaan dengan tujuan memperbanyak, menumbuhkan, dan meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan. Akuakultur merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan ikan sebagai sumber protein, selain dari hasil penangkapan di alam Kegiatan pemeliharaan ikan dilakukan pada wadah buatan yang telah dibuat menyerupai tempat hidup di alam dan dalam lingkungan yang terkontrol. Ruang lingkup budidaya perikanan dibedakan berdasarkan sumber airnya menjadi 3 yaitu, budidaya air tawar budidaya air payau, dan budidaya air laut. Nila merah merupakan komoditas unggulan budidaya air tawar. Menurut Hapsari (2010), Ikan nila merah merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan karena banyak digemari oleh masyarakat. Nila merah nilasa memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya. Nila merah mudah dibudidayakan karena memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, oksigen terlarut, dan salinitas (Rukmana, 1997). Nila merah nilasa tahan terhadap salinitas hingga 18 ppt, oksigen rendah hingga 0,127 ppm, dan suhu hingga 38 °C. Nila merah nilasa juga memiliki ketahanan terhadap serangan bakteri Streptococcus sp. dan A.hydrophila (KKP, 2012). Nila merah juga memiliki pertumbuhan yang cepat dan mudah dikembangbiakan. Nila merah digemari konsumen karena memiliki daging yang tebal dan kandungan duri yang sedikit sehingga dapat diolah menjadi berbagai produk olahan (Hapsari, 2010). Nila merah berada diurutan ketiga setelah udang dan salmon sebagai contoh sukses perikanan budidaya dunia menurut Food and Agriculture Organization (FAO) . Usaha budidaya nila merah terkendala oleh mahalnya harga pakan. Tingginya harga pakan berdampak langsung terhadap kegiatan produksi budidaya nila merah. Pakan memberikan kontribusi terbesar yaitu mencapai 60-70 % dari total biaya produksi. Biaya pakan yang tinggi menyebabkan pembudidaya nila merah memerlukan modal produksi tambahan untuk memenuhi kebutuhan pakan dan melangsungkan

1

kegiatan produksi. Pembudidaya yang tidak memiliki modal tambahan akan mengurangi jumlah produksi atau menghentikan kegiatan produksi. Pakan ikan merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan hidup dan pertumbuhan organisme budidaya. Pakan merupakan bahan yang berasal dari jasad hewani dan nabati yang dapat dijadikan sebagai bahan makanan oleh suatu organism, yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup oganisme yang memakannya (Afrianto, 2005). Jumlah pakan yang diberikan sangat penting karna bila terlalu sedikit akan mengakibatkan pertumbuhan lambat dan akan terjadi persaingan pakan dan dihasilkan sebaliknya apabila pakan terlalu banyak akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan tidak esifien. Tingginya biaya produksi akibat mahalnya harga pakan dan kebutuhan pakan yang tinggi mendorong perkembangan metode pemberian pakan yang efisien dan dan efektif. Pemberian pakan yang efisien dan efektif mampu menekan biaya produksi dan mengurangi dampak negatif pakan terhadap lingkungan. Usaha efisien pakan yang telah dilakukan adalah dengan penyusunan kandungan gizi pada pakan ikan, dan mensubtitusi atau menganti sumber protein lain yang lebih mudah didapat dan murah kedalam pakan. Metode lain yang lebih sederhana dan mudah diterapkan oleh petani untuk mengefisienkan kebutuhan pakan adalah metode pemuasaan secara periodik atau Starving. Pemuasaan dilakukan dengan menghentikan pemberian pakan selama satu hari dengan periode yang ditentukan. Saat pemberian pakan dihentikan atau ikan tidak diberi pakan ikan berada dalam kondisi pelaparan. Sehingga saat periode pemuasaan dan ikan diberi pakan kembali, ikan mampu mengonsumsi pakan lebih optimal dan tidak ada pakan yang terbuang. Menurut Roa & Vicente (2009), pemberian pakan kembali setelah dipuasakan umumnya ikan menunjukan konsumsi pakan yang berlebih dan saat dipuasakan ikan menunjukan pengeluaran metabolik yang rendah. Menurut (Rachmawati et al., 2010), pemuasaan secara periodik mampu meningkatkan kecepatan pertumbuhan ikan bahkan lebih tinggi dibandingkan tanpa memuasaan. Ikan yang dipuasakan secara periodik mengalami pertumbuhan kompensasi, yaitu pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pemberian pakan normal yang terjadi setelah ikan melewati periode pembatasan pemberian pakan lalu diberikan pakan kembali sesuai dengan kebutuhannya (Alverez, 2010). Pemuasaan secara periodik diharapkan

2

mampu meningkatkan efisiensi pakan tanpa menurunkan pertumbuhan ikan nila merah pada pendederan tahap II. 2. Tujuan 2.1. Mengetahui pengaruh pemuasaan secara periodik terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan pakan nila merah (Oreochromis sp.) pada tahap pendederan II. 2.2. Mencari periode pemuasaan terbaik untuk terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan pakan nila merah (Oreochromis sp.) pada tahap pendederan II.

3.

Manfaat Pemuasaan secara perodik sebagai upaya meningkatkan efisiensi pakan dan

peetumbuhan nila merah. Periode pemuasaan diharapkan dapat terapkan pembudidaya nila merah sebagai upaya menurunkan kebutuhan pakan dan menurunkan biaya produksi.

3