KAJIAN STOK KERANG DARAH (Anadara granosa) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI DAERAH KOLONG KABUPATEN KARIMUN
Nuraini Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Andi Zulfikar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Tengku Said Raza’i Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Kerang Darah merupakan salah satu jenis kerang yang berpotensi dan bernilai untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan mengkaji stok kerang darah di daerah Kolong Kabupaten Karimun melalui frekuensi panjang berat, selain itu juga untuk menentukan laju mortalitas dan eksploitasi kerang darah dari bulan April 2014 sampai Juni 2014. Total sampel yang dianalisa selama penelitian yaitu 797 ekor dengan kisaran panjang total cangkang 17,2 -45,7 mm dan menghasilkan empat kelompok umur yang dipisahkan menggunakan metode Bhattacarya dengan bantuan software FISAT II dengan nilai rata-rata panjang total cangkang yaitu: 21.473 mm, 30.745 mm, 40.381 mm, dan 43.007 mm. Parameter pertumbuhan Von Bertalanffy Lt =45(1-e[-0.511(t+1.73]). Pola pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan berat. laju mortalitas total (Z) kerang darah 3,414 per tahun dengan mortalitas alami (M) sebesar 0,821, dan laju mortalitas penangkapan (F) sebesar 2,59 serta laju eksploitasi 0,76. Berdasarkan nilai E dari hasil penelitian kerang darah di tempat pendaratan kerang darah di daerah Kolong Kabupaten Karimun sebesar 0,76. Artinya, laju eksploitasi kerang darah tersebut dikategorikan tingkat eksploitasi tinggi (over fishing).
Kata kunci: Kerang Darah, Daerah Kolong Kabupaten Karimun, pertumbuhan, mortalitas dan eksploitasi
1
KAJIAN STOK KERANG DARAH (Anadara granosa) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI DAERAH KOLONG KABUPATEN KARIMUN Nuraini Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Andi Zulfikar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Tengku Said Raza’i Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT Blood is one of the shells of shellfish and the potential to be developed as a valuable source of protein and minerals to meet the food needs of the people of Indonesia. The purpose of this study was to determine and assess the blood clam stocks in the Karimun Kolong length frequency through the weight, and also to determine the mortality rate and blood shellfish exploitation from April 2014 through June 2014. Total samples analyzed during the study, namely 797 tail with total shell length range of 17.2 -45.7 mm and produces four age groups were separated using methods Bhattacarya with the help of software FISAT II with an average value of the total length of the shell is: 21,473 mm, 30,745 mm, 40,381 mm, and 43 007 mm. Von Bertalanffy growth parameters Lt = 45 (1-e [-0511 (t +1.73]). Negative allometric growth pattern that is faster than the length of the weight gain. Total mortality rate (Z) of blood clams 3,414 per year with natural mortality (M) of 0.821, and the rate of fishing mortality (F) of 2.59 and 0.76 exploitation rate. Based E value of research results in the blood clam shells landing spot of blood in the region of 0.76 Kolong Karimun. means that the rate of exploitation of the blood clam categorized as high exploitation (over-fishing).
Keywords: Shellfish Blood, Regional Kolong Karimun, growth, mortality and exploitation
2
1.
hewani yang memiliki nilai gizi tinggi dan
PENDAHULUAN Wilayah
pesisir
yang
merupakan
berharga
ekonomis,
tentunya
akan
sumberdaya potensial di Indonesia, yang
berimplikasi pada kelangsungan hidupnya di
merupakan suatu wilayah peralihan antara
masa akan datang. Selain hal tersebut
daratan dan lautan. Sumberdaya ini sangat
peralihan
besar yang didukung oleh adanya garis
pemukiman
pantai sepanjang sekitar 81.000 (Dahuri et
aktifitas yang dilakukan masyarakat pesisir
al. 2001). Salah satu Provinsi yang ada di
yang mempengaruhi kebutuhannya di alam.
Indonesia
Terbatasnya ketersediaan informasi tentang
yaitu Provinsi
Riau
dimana
terbagi atas beberapa Kabupaten.
fungsi
lahan
masyarakat
pesisir dan
untuk berbagai
kondisi kerang darah saat ini sebagai
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan
kendala
dalam
memantapkan
langkah
salah satu Kabupaten yang ada di Riau
preventif untuk mengatasi kepunahan kerang
dengan kawasan pantai yang landai dan
darah dimasa mendatang.
bersubstrat
lumpur
dengan
zona
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
intertidal mencapai lebar 600 meter. Salah
Mengetahui dan mengkaji stok kerang darah
satu biota pesisir di Indragiri Hilir yang
di tempat pendaratan kerang darah di Daerah
banyak dieksploitasi adalah kerang darah
Kolong
(Anadara
frekuensi
granosa).
lebar
Kerang
darah
Kabupaten panjang
Karimun dan
melalui
berat
serta
merupakan salah satu andalan hasil laut dari
menentukan laju mortalitas dan eksploitasi
Kabupaten
kerang darah.
Indragiri
Hilir,
disamping
berbagai jenis ikan dan udang yang bernilai
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
ekonomis tinggi. Hasil kerang darah dari
bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai
Indragiri Hilir banyak didaratkan di daerah
rujukan
Kolong Kabupaten Karimun. Kerang darah
terhadapkerang darah dan upaya pelestarian
(Anadara granosa) merupakan salah satu
sumberdaya
sumberdaya hayati laut yang memiliki nilai
khususnya bagi pemerintah daerah setempat
ekonomis tinggi dengan kisaran harga Rp
dan
15.000/kg,- yang dijual oleh pedagang di
Kabupaten Karimun serta dapat bermanfaat
Daerah
Karimun.
bagi mahasiswa guna menambah wawasan
Ibrahim (1994), mengatakan bahwa Anadara
pengetahuan tentang potensi stok kerang
granosa merupakan makanan laut yang
darah di Daerah Kolong. Hasil penelitian
sangat populer di kalangan masyarakat Asia
diharapkan
Tenggara pada umumnya.
pertimbangan dalam penelitian kerang darah
Kolong
Kabupaten
Tingginya eksploitasi yang dilakukan
kebutuhan
perikanan
Perikanan
dapat
penelitian lebih lanjut.
memenuhi permintaan pasar (masyarakat) pemenuhan
Dinas
pengembangan
dan
dan
dijadikan
usaha
kelautan,
Kelautan
bahan
dan dapat menjadi bahan informasi untuk
masyarakat terhadap kerang darah untuk
sebagai
terhadap
protein
3
TINJAUAN PUSTAKA
terpisah yaitu jantan dan betina. Semua
Kerang darah banyak ditemukan pada
kerang adalah jantan ketika muda dan
substrat yang berlumpur di muara sungai
beberapa akan menjadi betina seiring dengan
dengan topografi pantai yang landai sampai
kedewasaan.
II.
kedalaman 20 m. Kerang darah bersifat infauna
yaitu
hidup
dengan
Menurut Sparre dan Venema 1999,
cara
Kajian
stok
perikanan
diartikan
pencarian
tingkat
membenamkan diri di bawah permukaan
sebagai
lumpur di perairan dangkal (PKSPL 2004).
pemanfaatan yang dalam jangka panjang
Komposisi
kimia
kerang
upaya
dapat
darah
memberikan hasil tangkapan maksimum
(Anadara granosa) adalah air 83%, lemak
perikanan dalam bentuk bobot. Maksud dari
0.91%, protein 10.33% dan kadar abu 1.84%
kajian stok perikanan itu sendiri adalah
(Moeljanto dan Heruwati 1975 ; Tridiyani
memberikan saran tentang pemanfaatan
(2012). Kerang darah yang telah dewasa
yang optimum terhadap sumberdaya hayati
yang berukuran diameter 4 cm dapat
perikanan.
memberikan sumbangan energi sebesar 59 III. METODE PENELITIAN
kalori serat mengandung 8 gram protein, 1.1
Penelitian ini dilaksanakan selama dua
gram lemak, 3.6 gram karbohidrat, 133 mg
bulan yaitu dari tanggal 14 April 2014
kalsium, 170 mg phosfor, 300 SI vitamin A
sampai tanggal 2 Juni 2014 yang berlokasi
dan 0.01 mg vitamin B1 (Karnadi 1991
di Perairan Daerah Kolong Kabupaten
dalam Tridiyani 2012).
Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Bahan
ciri-ciri dari kerang darah adalah
atau materi penelitian yang digunakan dalam
mempunyai dua keping cangkang yang
penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
tebal, ellips, dan kedua sisi sama, kurang
Tabel 1. Bahan yang digunakan dalam penelitian No. Bahan Materi Penelitian Untuk pengumpulan Kerang data L – W dan 1 Darah sebagai objek dalam penelitian
lebih 20 rib. Cangkang berwarna putih ditutupi periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman. Ukuran kerang dewasa 6-9 cm (Latifah, 2011). Kerang
darah
cangkang
yang
mempunyai dapat
dua
buah
membuka
2
Data Sheet
Untuk mengolah data kuantitatif dan kualitatif
3
Formulir Kuisioner
Untuk mengajukan pertanyaan kepada responden
4
Literaturliteratur yang mendukung penelitian
Untuk pedoman dalam penulisan
dan
menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Alat
pernapasan
kerang
berupa
insang dan bagian mantel. Insang kerang berbentuk W dengan banyak lamella yang mengandung banyak batang insang. Hewan ini bersifat hermaprodit dan kebanyakan hewan ini mempunyai alat kelamin yang
4
Alat yang Digunakan dalam penelitian
kelas ukuran panjang dilakukan dengan cara
dapat dilihat pada Tabel 2.
1 + 3,3 Log N, sedangkan untuk lebar selang
Tabel 2. Alat yang digunakan dalam penelitian
(Pmaksimum – Pminimun) dibagi dengan
No.
Alat
Instrumen Penelitian
1.
Timbangan Digital ketelitian 1 gr Jangka sorong ketelitian 0,01 mm Camera Digital
Untuk mengukur berat dari objek penelitian
2.
3.
4.
Alat Tulis
jumlah selang kelas yang sudah diperoleh sebelumnya (Sudjana, 1996). B.
Identifikasi Kelompok Ukuran Analisis
Untuk mengukur panjang kerang darah secara akurat
pemisahan
kelompok-
kelompok umur berdasarkan ukuran panjang yang
dipilih
dalam
penelitian
ini
menggunakan metode Bhattacharya. Metode
Untuk mengambil dokumentasi dari objek penelitian Untuk mencatat data penelitian
Bhattacharya merupakan salah satu cara grafis untuk memisahkan data sebaran
Target pengambilan sampel yaitu 800
frekuensi
panjang
distribusi
normal
ke
dalam
(Spare
dan
beberapa Venema
(1999). Pemisahan distribusi normal dengan
individu per minggu sebanyak 100 individu
metode Bhattacharya ini dilakukan dengan
selama dua bulan dengan metode acak
paket program FiSAT II Versi 1.2.2 (Sparre
sampling atau random sampling. Sampel
dan Venema, 1999).
kerang diukur panjang, tinggi dan lebar cangkangnya dengan menggunakan jangka
C.
sorong (0,1 mm). Panjang cangkang diukur
Parameter Pertumbuhan Untuk
mengetahui
parameter
dari sisi anterior sampai posterior. Lebar
pertumbuhan digunakan model pertumbuhan
cangkang diukur dari sisi dorsal sampai
Von Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999)
ventral. Tinggi cangkang (tebal cangkang),
adalah sebagai berikut :
diukur dari ketebalan cangkang dalam posisi
Lt = L∞ ( 1 – e [– K ( t-t0)])
tertutup. (Andy Omar 2009). Pengolahan
Untuk menduga umur teoritis (to) pada
data pada penelitian ini menggunakan
saat
bantuan program microsoft Excel dan secara
granosa) sama dengan 0 (nol), digunakan
manual.
persamaan empiris Pauly, (1983) dalam
A.
panjang
kerang
darah
(Anadara
Sparre dan Venema, (1999) sebagai berikut:
Distribusi Frekuensi Panjang
Log (-t0) = 0,3922 – 0,2752 (Log L∞) –
Data ukuran panjang dikelompokkan
1,038 (Log K)
ke dalam kelas-kelas “range” atau wilayah
L∞ adalah panjang maksimum kerang
kelas, selang kelas dan batas-batas kelas
darah secara teoritis (panjang asimptotik), K
panjang Selanjutnya distribusi frekuensi
adalah Koefisien laju pertumbuhan (per
panjang yang telah ditentukan diplotkan
satuan waktu) dan t0 adalah umur teoritis
dalam sebuah grafik. Pembagian selang
5
kerang darah pada saat panjang total cangkang sama dengan nol. Keterangan: D.
Hubungan Panjang Berat
E = Status eksploitasi;
Hubungan panjang berat memiliki nilai
F = Koefisien kematian penangkapan;
praktis yang memungkinkan mengkonversi
M = Koefisien kematian alami;
nilai panjang kedalam berat atau sebaliknya.
Jika E>0,5 menunjukkan tingkat eksploitasi
Berat kerang darah dapat dianggap sebagai
tinggi (over fishing) ; E<0,5
suatu fungsi dari panjangnya, dan hubungan
b
optimal.(Sparre dan Venema 1999). Laju mortalitas penangkapan (F) atau
Keterangan :
laju eksploitasi optimum menurut Gulland
W =Berat
(1971) adalah :
L = Panjang
Foptimum = M dan Eoptimum = 0.5
a = Intersep (perpotongan kurva hubungan
Laju ekploitasi (E) populasi ikan
panjang-berat dengan sumbu y)
dikatakan sudah mencapai tangkap lebih
= Penduga pola pertumbuhan panjang-
(Overfishing) apabila telah melewati nilai
berat
batas E.
eksplotasi
E=0,5 menunjukkan pemanfaatan
yang dinyatakan dengan rumus :
b
tingkat
rendah (under fishing) ;
panjang berat ini mengikuti hukum kubik
W=aL
menunujukan
hasil
optimum.
populasi berada dalam keadaan seimbang.
Koefisien kematian total diduga dengan kurva
penangkapan
Penangkapan optimum (Eopt = 0.5) jika
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
menggunakan
tingkat
tangkapan
konversi panjang (length-converted catch
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
curve) Pauly (1999) dengan persamaan
A.
Distribusi Frekuensi Panjang Panjang minimum dan maksimum
sebagai berikut:
kerang darah ditempat pendaratan kerang
ln M = -0.0152 – 0.279 * ln L∞ + 0.6543 *
darah di daerah Kolong Kabupaten Karimun
ln K + 0.463 * ln T
secara keseluruhan adalah 1,72-4,57 cm
M = e(ln M)
(17,2-45,7 mm). Sebaran frekuensi panjang
Laju mortalitas penangkapan (F)
kerang darah selama pengamatan telah
ditentukan dengan: F = Z - M.
digabungkan
Selanjutnya laju eksploitasi ditentukan
dalam
beberapa
sebaran
frekuensi panjang kerang darah setiap
dengan cara membandingkan mortalitas
bulannya disajikan pada Gambar berikut 1.
penangkapan (F) terhadap mortalitas total (Z) menurut Pauly (1984) dalam Sparre dan Venema (1999) :
6
ukuran panjang maksimum untuk kerang darah (Anadara granosa) jantan dan betina merupakan pertumbuhan maksimal yang sudah tidak memungkinkan untuk tumbuh atau bertambah panjang lagi, Jika terdapat energi
berlebih
digunakan
maka
untuk
energi
tersebut
reproduksi
maupun
perbaikan sel-sel yang rusak. Pertumbuhan ini
sangat
ditentukan
oleh
koefisien
pertumbuhan (K), karena apabila nilai koefisien rendah maka dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan untuk bisa tumbuh maksimal
Setyobudiandi,
(2004).
Selanjutnya Ricker (1995), menjelaskan
Gambar 1. Sebaran frekuensi panjang kerang darah (Anadara granosa) gabungan sampel
bahwa Proses pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal (keturunan, seks, umur,
Berdasarkan grafik sebaran frekuensi
parasit dan penyakit) dan faktor eksternal
panjang kerang darah (Anadara granosa)
(makanan dan kondisi hidrologi perairan).
secara total mengalami pergeseran setiap
Perbedaan nilai parameter pertumbuhan
bulan. Untuk bulan April diperoleh sample
kerang darah tersebut dapat dipengaruhi
variance 17,15, bulan Mei diperoleh sample
antara lain oleh faktor lingkungan seperti
variance 25,10 dan bulan Juni diperoleh
kesesuian
sample variance 4,41. Bulan Mei merupakan
ketersediaan
bulan yang mempunyai sample variance
mendukung
karena sampel kerang yang didapatkan
Sebagaimana dijelaskan oleh Seed (1976
bnyak untuk diteliti. Panjang minimum dan
dalam
maksimum yaitu pada bulan April berkisar
perbedaan pada panjang maksimum atau L∞
antara 20,2-47 mm, bulan Mei berkisar
lebih disebabkan pengaruh dari perbedaan
antara 17,2-67,1 mm dan bulan Juni berkisar
kondisi lingkungan fisik maupun biologi.
perairan, makanan
salinitas, yang
pertumbuhan
Setyobudiandi,
2004),
dan dapat kerang.
bahwa
antara 26,5-36,8 mm. Dari hasil tersebut B. Parameter Pertumbuhan
diperoleh untuk panjang minimum dan maksimum bulan Mei terdapat keseragaman
Parameter pertumbuhan (L∞) dengan
yang banyak yaitu antara ukuran yang kecil
menggunakan model Von Bertalanffy (K
dan yang paling besar bercampur dengan
dan L∞) diketahui dengan metode Plot Ford-
signifikan. Sedangkan untuk bulan April dan
Walford yaitu metode yang dapat digunakan
Juni tidak terlalu menunjukkan perbedaan
karena data diambil pada interval waktu
panjang yang terlalu signifikan. Nilai pada
yang tetap yaitu seminggu sekali setiap hari
7
senin selama 2 bulan dengan bantuan
nilai rata-rata panjang total cangkang 30,745
software
yang
mm, dengan jumlah populasi 679. Terlihat
menunjukkan bahwa kerang darah terdiri
cukup banyak kerang darah yang berukuran
empat kelompok ukuran seperti ditampilkan
kurang dari 4 cm bahkan 6-9 cm justru
pada Gambar 2 berikut.
sudah ditangkap oleh nelayan kerang darah
FISAT
II
Ver
1.2.2
di Kabupaten Indragiri Hilir tersebut. Hal ini tentunya menyebabkan kerang darah tidak sempat memijah karena masih muda sudah tertangkap oleh nelayan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyobudiandi (2004), bahwa
Gambar 2. Kelompok ukuran panjang kerang darah dari laut Indragiri Hilir
di
wilayah
perairan
sub-tropis
laju
pertumbuhan hewan perairan cenderung Hasil analisis pemisahan kelompok
melambat pada saat suhu air rendah, dengan
ukuran kerang darah yaitu panjang rata-rata,
demikian
jumlah populasi, standar deviasi dan indeks
pada
umur
tersebut
ukuran
pertambahan panjang akan semakin kecil
separasi masing-masing kelompok ukuran
atau dengan kata lain semakin tua umur
disajikan pada Tabel 3.
kerang tersebut
Tabel 3. Hasil pemisahan ukuran kerang darah dari laut Indragiri Hilir
maka
semakin lambat
pertumbuhannya atau sudah tidak dapat lagi tumbuh karena sudah mencapai panjang
No 1 2 3 4
Hasil Pemisahan Ukuran Ikan Jumlah Indeks LN Populasi SN Separasi(I) 21.473 93 1.440 30.745 679 3.131 4.056 40.381 19 0.722 5.001 43.007 6 0.680 3.747
Total REGRESI
Menurut
797 X 21.473 30.745 40.381
Karnadi
maksimal mengikuti model pertumbuhan Von Bertalanffy. Hasil analisis parameter petumbuhan yang tediri dari koefisien pertumbuhan (K) dan panjang infinitif (L∞) serta umur teoritis kerang darah pada saat panjang sama dengan
Y 30.745 40.381 43.007
1991
nol (t0) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Parameter Pertumbuhan Berdasarkan Model Von Bertalanffy (K, L∞, t0) kerang darah dari laut Indragiri Hilir (April 2014-Juni 2014)
dalam
Tridiyani 2012, Kerang darah yang telah dewasa yang berukuran diameter 4 cm,
a 18.01
sedangkan menurut Latifah 2011 Ukuran kerang dewasa 6-9 cm. Jika mengacu pada
b 0.6
K 0.511
L∞ 45
Persamaan
data Karnadi 1991 dalam Tridiyani 2012
LOG(t0) 0.24
-t0 1.738
pertumbuhan
t0 -1.738
Von
Bertalanffy yang terbentuk untuk kerang
dan Latifah 2011 tersebut, menunjukkan
darah
bahwa hasil analisa dari khort kedua dengan
adalah
(Lt
=45(1-e[-0.511(t+1.73])).
Panjang maksimum kerang darah yang
8
tertangkap dari laut Indragiri Hilir dan di
di
daratkan di daerah Kolong Kabupaten
pertumbuhan hewan perairan cenderung
Karimun
melambat pada saat suhu air rendah, dengan
adalah
45,7
mm.
Koefisien
wilayah
perairan
pada
umur
sub-tropis
pertumbuhan (K) kerang darah dari laut
demikian
Indragiri Hilir dan didaratkan di daerah
pertambahan panjang akan semakin kecil
Kolong Kabupaten Karimun adalah 0,511
atau dengan kata lain semakin tua umur
per tahun. Pada Gambar 3 disajikan kurva
kerang tersebut
pertumbuhan kerang darah sebagai berikut.
pertumbuhannya atau sudah tidak dapat lagi
maka
tersebut
laju
ukuran
semakin lambat
tumbuh karena sudah mencapai panjang Panjang (mm)
50.000
maksimal mengikuti model pertumbuhan
40.000 30.000
Von Bertalanffy.
20.000 10.000
C.
0.000 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59
Hubungan Panjang Berat
Bulan
Hasil analisis hubungan panjang berat akan menghasilkan suatu nilai konstanta (b),
Gambar 3. Kurva pertumbuhan kerang darah (Anadara granosa) Berdasarkan
kurva
di
yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan
atas,
ikan.
Analisis
hubungan
menunjukkan pertumbuhan yang spesifik
panjang berat menggunakan data panjang
yaitu kerang darah pada fase awal dari
total dan berat basah kerang darah untuk
hidupnya mengalami pertumbuhan yang
melihat pola pertumbuhan individu kerang
cepat dan diikuti pertumbuhan yang lambat
darah dari laut Indragiri Hilir. Hubungan
pada umur tua, pertambahan panjang kerang
panjang berat kerang darah disajikan pada
darah yang cepat terjadi pada waktu umur
Gambar 4.
muda yaitu pada umur 1-9 bulan dan
6.000
semakin
5.000
bertambahnya
umur
seiring
dengan
sampai
mencapai
4.000 Berat (gram)
lambat
panjang asimtotnya dimana kerang darah tidak bertambah panjang lagi yaitu pada
3.000
2.000
simulasi 11-59 bulan dengan panjang L∞ 45 1.000
mm, kurva yang terbentuk adalah kurva 0.000 0.000
pertumbuhan spesifik (Aziz, 1989).
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Panjang total cangkang (mm)
y = 2.6229x - 6.5851 R² = 0.7566
Kerang yang berumur muda memiliki
Gambar 4. Hubungan panjang berat kerang darah (Anadara granosa)
Pertumbuhan lebih signifikan dan cepat dan ketika mencapai tua laju pertumbuhannya tidak terlalu cepat bahkan cenderung statis.
Dari hasil analisis hubungan panjang
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
berat di atas, diketahui bahwa persamaan
dilakukan oleh Setyobudiandi (2004), bahwa
hubungan panjang berat
9
kerang darah
(Anadara granosa) adalah W=0.0014*L2.622
kerang darah dilakukan dengan kurva hasil
dengan kisaran nilai b sebesar 2,6229.
tangkapan yang dilinierkan berbasis data
Artinya nilai b<3 pertumbuhan dinyatakan
panjang dapat dilihat pada Gambar 5.
sebagai pertumbuhan allometrik negatif
7.00
apabila nilai b<3, ini menandakan bahwa
6.00 5.00
panjang
lebih
cepat
4.00 LN (fl/dt)
pertambahan
dibandingkan pertambahan berat (Ricker 1970 dalam Effendie 1997).
3.00 2.00 1.00 0.00 0.00 -1.00
Effendie (1997) menyebutkan bahwa pada ikan yang memiliki pola pertumbuhan
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
-2.00 t(L1+L2/2)
isometrik (b=3), pertambahan panjangnya seimbang
dengan
Sebaliknya
pertambahan
pada
ikan
Gambar 5. Kurva Hasil Tangkapan yang Dilinearkan Berbasis Data Panjang Total Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa) : titik yang digunakan dalam analisis regresi untuk menduga Z : titik yang belum masuk kawasan penangkapan : titik yang sudah mendekati L∞)
berat.
dengan
pola
pertumbuhan allometrik (b≠3), pertambahan panjang
tidak
seimbang
dengan
pertambahan berat. Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan allometrik positif bila b>3, yang menandakan bahwa pertambahan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan
panjang.
Sedangkan
pertumbuhan
dinyatakan
sebagai
Pendugaan laju mortalitas alami siput
pertumbuhan allometrik negatif apabila nilai
gonggong menggunakan rumus empiris
b<3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang
lebih
cepat
Pauly (Sparre dan Venema, 1999). Hasil
dibandingkan
analisis dugaan laju mortalitas dan laju
pertambahan berat (Ricker 1970 in Effendie
eksploitasi kerang darah dapat dilihat pada
1997). D.
Tabel 5. Tabel 5. Laju mortalitas dan laju eksploitasi kerang darah
Mortalitas dan Laju Eksploitasi Pada suatu stok yang telah dieksploitasi
No.
perlu untuk membedakan mortalitas akibat
Laju
Nilai / tahun
1
Laju Mortalitas Total (Z)
3.414
2
Laju Mortalitas Alami (M)
0.821
King (1995) dalam Syakila (2009), laju
3
Laju Mortalitas Penangkapan (F)
2.59
mortalitas total (Z) adalah penjumlahan laju
4
Laju Eksploitasi (E)
0.76
penangkapan dan mortalitas alami. Menurut
mortalitas
penangkapan
(F)
dan
laju
Dari Tabel 5 di atas, diketahui laju
mortalitas alami (M) sehingga ketiga jenis mortalitas
tersebut
perlu
mortalitas total (Z) kerang darah 3,414 per
dianalisis.
tahun dengan mortalitas alami (M) sebesar
Pendugaan konstanta laju mortalitas total (Z)
0,821, dan laju mortalitas penangkapan (F)
10
sebesar 2,59 serta laju eksploitasi 0,76.
Banyaknya usaha yang bergerak di
Secara teoritis apabila eksploitasi E > 0,5
bidang penangkapan terutama yang
dikategorikan tingkat eksploitasi tinggi (over
menggunakan alat tangkap yang
fishing), eksploitasi E = 0,5 dikategorikan
bergerak
tingkat eksplitasi berimbang, sedangkan
penangkapan ikan.
eksploitasi E < 0,5 di kategorikan tingkat eksploitasi rendah (under fishing) (Sparre
dibidang
usaha
Tidak adanya pembatasan daerah operasional.
dan Venema, 1999). Berdasarkan nilai E
Kurangnya sosialisai dari pihak
dari hasil penelitian kerang darah di tempat
pemerintah setempat atau instansi
pendaratan kerang darah di daerah Kolong
terkait kepada pihak nelayam untuk
Kabupaten Karimun sebesar 0,76. Artinya,
memberi
laju
pentingnya kelestarian sumberdaya
eksploitasi
kerang
darah
tersebut
dikategorikan tingkat eksploitasi tinggi (over ini
disebabkan
karena
Tidak
adanya
boleh
pasaran baik dalam memenuhi kebutuhan
dipasarkan.
lokal maupun daerah di luar Kabupaten
sumberdaya
dan
yang
ditangkap
dan
boleh
Faktor-faktor tersebut mencakup ikan
menyebabkan ekploitasi ini
peraturan
mengatur tetang ukuran ikan yang
meningkatnya permintaan akan kerang di
Indragiri Hilir,
tentang
ikan.
fishing). Hal
pemahaman
dan sejenisnya seperti jenis kerang-kerangan
cenderung
salah satunya. Hal ini sesuai dengan
prinsip-prinsip
pendapat Bahtiar (2005) yang menjelaskan
kelestarian sumberdaya alam. Di samping
bahwa bila upaya penangkapan begitu besar
itu,
aktivitas
atau tepat menyamai ketersediaan populasi
masyarakat di kawasan ini, dapat pula
induk yang tersedia maka populasi ini akan
menambah tekanan terhadap kelestarian
mengalami penurunan secara terus menerus
sumberdaya
dan pada tingkat tertentu organisme ini akan
mengesampingkan
semakin
meningkatnya
kerang
di
pantai
tersebut
(Ibrahim 1994). Bahtiar (2005) menjelaskan
mengalami kepunahan.
bahwa bila upaya penangkapan begitu besar E. Alternatif
atau tepat menyamai ketersediaan populasi
Strategi
Pengelolaan
induk yang tersedia maka populasi ini akan
Sumberdaya Kerang Darah
mengalami penurunan secara terus menerus
Kerang darah yang berasal dari laut
dan pada tingkat tertentu organisme ini akan
Kabupaten Indragiri Hilir dan didaratkan di
mengalami kepunahan.
daerah Kolong Kabupaten Karimun dapat diduga dengan hasil tangkapan kerang darah
Menurut Sparred dan Venema (1999), besarnya
kematian
karena
potensi sumberdayanya serta bagaimana
faktor
penangkapan yang disebabkan oleh:
11
upaya
penangkapan
atau
kerang
darah
ramah
yang
pengambilan lingkungan
sehingga tidak mengakibatkan eksploitasi
ukuran kecil guna menjaga populasi
yang berlebihan.
dan stok di alam.
Alternatif
pengelolaan
Rekomendasi pengelolaan sumberdaya
sumberdaya kerang darah atau rekomendasi
kerang darah yang telah diuraikan di atas
pengelolaan sumberdaya kerang darah yang
akan terwujud apabila adanya kerjasama
dapat dilakukan di laut Kabupaten Indragiri
yang baik antara pemerintah daerah dan
Hilir maupun di tempat pendaratan kerang
masyarakat
darah yaitu di daerah Kolong Kabupaten
Hilir. Peran pemerintah dan masyarakat
Karimun dapat berupa:
sangat penting dalam mengatasi masalah
1.
Kerang darah yang ditangkap harus
kepunahan
dibatasi
perairan tersebut. Oleh karena itu, upaya lain
2.
strategi
penangkapan
atau
pengambilannya.
yang
Ukuran kerang darah yang ditangkap
pengelolaan
harus yang sudah dewasa dengan
masyarakat.
sekitar
Kabupaten Indragiri
sumberdaya
dapat
perikanan
menunjang adalah
di
keberhasilan
penyuluhan
kepada
diameter 6-9 cm (Latifah, 2011) dan 4 cm
(Karnadi 1991 dalam Tridiyani
2012). 3.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Dari hasil penelitian diperoleh
Laju eksploitasi sudah >0,5, artinya
kesimpulan sebagai berikut:
sudah terjadi eksploitasi tinggi (over fishing).
OLeh
karena
itu,
1.
harus
kerang
Sebaran
darah
penangkapan dan ukuran kerang darah ditangkap
mengatur
waktu
panjang
kerang
Kabupaten
Indragiri
didaratkan
di
Hilir
daerah
dan Kolong
Kabupaten Karimun berkisar antara
penangkapan dan ukuran kerang darah
17,2-45,7
yang ditangkap. Penangkapan kerang
mm.
Adapun
pola
pertumbuhan kerang darah bersifat
darah sebaiknya tidak dilakukan pada
allometrik
saat kerang darah telah memasuki
pertambahan
puncak perkembangan gonad dengan
negatif
yang
panjang
artinya
lebih
cepat
dibandingkan pertambahan berat.
ukuran diameter 6-9 cm (Latifah, 2011) dan 4 cm
frekuensi
darah (Anadara granosa) dari laut
(Anadara granosa) mengatur waktu
yang
(Anadara
Von Bertalanffy Lt =45(1-e[-0.511(t+1.73]).
yang masih muda yaitu < 4cm. kelestarian
darah
umur dengan parameter pertumbuhan
agar tidak menangkap kerang darah
Menjaga
kerang
granosa) terdiri dari empat kelompok
dihimbau kepada nelayan kerang darah
4.
Populasi
2.
(Karnadi 1991 dalam
Berdasarkan hasil analisis hubungan panjang berat, mortalitas dan laju
Tridiyani 2012) atau pada saat akan
eksploitasi yang diperoleh, diketahui
bereproduksi serta merilis kembali
bahwa
kerang darah yang tertangkap dengan
12
kerang
darah
dari
laut
Kabupaten
Indragiri
Hilir
sudah
upaya penyuluhan kepada masyarakat
mengalami
kondisi
tangkap
lebih
akan pentingnya menjaga kelestarian
(overfishing) karena adanya aktifitas
sumberdaya perikanan terutama kerang
penangkapan yaitu nilai laju eksploitasi
darah di sekitarnya.
kerang darah sudah melebihi nilai V.
optimum yaitu E > 0,5. Hal ini
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih
menunjukkan bahwa kondisi kerang
kepada semua pihak yang telah memberikan
darah sudah mengalami overfhising
bantuan, dukungan, pengarahan, petunjuk
atau penangkapan yang berlebihan.
bimbingan B.
kepada
penulis
diantaranya
kepada Andi Zulfikar, S.Pi, MP selaku
Saran Berdasarkan
telah
dosen pembimbing I, Tengku Said Raza,I,
dilakukan diperoleh beberapa saran untuk
S.Pi, MP selaku dosen pembimbing II serta
penelitian selanjutnya yaitu:
keluarga tercinta dan teman seperjuangan
1.
Diperlukan
penelitian
penelitian
yang
lebih
lanjut
yang turut serta dalam penyelesaian jurnal
mengenai aspek pertumbuhan kerang
ini.
darah pada waktu dan daerah perairan yang
berbeda
sehingga
DAFTAR PUSTAKA
dapat
dibandingkan dan diketahui waktu
Azis, K, A, 1989, Dinamika Populasi Ikan, Bahan pengajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati, IPB, Bogor.
serta kondisi perairan yang optimum untuk kerang darah dapat tumbuh dengan baik dan sesuai. 2.
Alternatif
pengelolaan
yang
dapat
disarankan adalah pengaturan upaya
Bahtiar, 2005, Kajian Populasi kerang Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) di Sungai Pohara Kendari Sulawesi Tenggara, [Thesis] Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.76 hal.
penangkapan, yaitu pengaturan waktu dan ukuran tangkap, dimana sebaiknya penangkapan tidak dilakukan pada saat ukuran optimum kerang darah agar dapat melakukan reproduksi dan tidak
Dahuri, R, 2001, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.
ditangkap pada selang ukuran panjang 17,2-14,7 mm serta tidak menggunakan alat
tangkap
yang
tidak
ramah Effendie, M, I, 1997, Biologi Perikanan, Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta,163 hal.
lingkungan seperti garok yang dapat merusak dasar perairan. 3.
Upaya tersebut dapat terlaksana jika
Ibrahim, N, 1994, Determination of trace elements in cockle Anadara granosa (L) using INAA, Aplied
adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sehingga diperlukan
13
radiation and isotopes, Vol, 45: 897-898. Latifah, A, 2011, Karakteristik Morfologi Kerang Darah, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tridiyani, A, 2012, Deskripsi dan Klasifikasi Kerang Darah (Anadara sp), www.google.com. Diakses pada 07 Maret 2014 pukul 21.00 WIB www.
Omar, A & S, Bin, 2009, Modul Praktikum Biologi Perikanan, Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, 168 hal.
www. Inhilkab. go. id/index. php/PotensiDaerah/Perikanan-Kelautan.html, 07 Juni 2014
Pauly, D, 1999, On the interrelationships between natural mortality, growth parameters and mean environmental temperature in 175 fish stocks, J, Cons, CIEM, 39(2): 175-192. Profil Kabupaten Inhil "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses 07 Juni 2014. Ricker
Inhilkab. go. id/index. php/Profil/Kondisi-Umum.html, 07 Juni 2014
WE, 1995, Computation and Interpretation of biological of fish populations, Bull, Fish, Res, Board Can, 19:191-382.
Setyobudiandi, I, 2004, Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Kerang Pada Kondisi Perairan Berbeda, Disertasi, sekolah pasca sarjana Institut Pertanian Bogor,169 hal. Sparre, P dan Venema, S, C, 1999, Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis, Kerjasama FAO-Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia, 438 hal. Sparre, P, dan SC, Venema, 1999, Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku: 1 Manual (Edisi Terjemahan), Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta, 438 hal. Sudjana, 1996, Metode Statistika, Tarsito, Bandung,120 hal.
14