104 POLA ASUH ORANGTUA, KONSEP DIRI

Download berat seperti berciuman bibir. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan penelitian ini adalah apakah pola asuh orangtua dan peer group berpe...

0 downloads 444 Views 436KB Size
POLA ASUH ORANGTUA, KONSEP DIRI REMAJA DAN PERILAKU SEKSUAL Delfriana Ayu A Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara [email protected] ABSTRACT Unhealthy sexual behavior among the teenagers, especially in those who are still single, tends to be increasing. The factor that can influence the forming of the teenagers’ self-concept on the sexual behavior are parenting patter.The purpose of this quantitative study with cross-sexual approach was to find out the influence of parenting pattern on the self-concept of the teenagers on sexual behavior at SMA Dharma Bakti Medan. The population of this study was all of the 90 students of Class X and XI and all of them were selected to be the samples for this stufy. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The most parenting pattern the teenager had was that of their democratic father and mother (61.1%). The combination of parenting patterns (democratic father and authoritarian mother) had a significant relationship with the self-concept of teenagers on sexual behavior with level of significance = 0.003 and had positive influence on the concept of teenagers. The management of the school is suggested to instill more discipline to generate attitude and disciplined behavior in the students that they can be prevented from any behavior which is not in accordance with the norms practiced in the society. Keywords :Parenting Pattern, Self-Concept, Sexual Behavior, Teenagers, Students PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan periode

Masa remaja adalah masa terjadinya

terjadinya pertumbuhan dan perkembangan

perubahan-perubahan baik perubahan yang

pesat

terjadi

akibat

intelektual. Pola karakteristik pesatnya

perubahan lingkungan seperti perubahan

tumbuh kembang ini menyebabkan remaja

intelektual, perubahan emosi, perubahan

dimanapun ia menetap, mempunyai sifat

moral dan perubahan yang dapat langsung

khas yang sama yaitu mempunyai rasa

diamati adalah perubahan fisik. Sejalan

ingin

dengan perubahan-perubahan yang terjadi

petualangan dan tantangan serta cenderung

dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan

berani

pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas

perbuatannya

pada masa kanak-kanak. Sebagaimana

pertimbangan yang matang. Sifat tersebut

diketahui, dalam setiap fase perkembangan,

dihadapkan pada ketersediaan sarana di

termasuk pada masa remaja, individu

sekitarnya

memiliki tugas-tugas perkembangan yang

keingintahuan tersebut. Keadaan ini sering

harus dipenuhi (Lubis, 2009).

kali mendatangkan konflik batin dalam

pada

dirinya

maupun

baik

tahu

fisik,

psikologis

yang

besar,

menanggung tanpa

yang

maupun

menyukai

risiko didahului

dapat

atas oleh

memenuhi

dirinya. Apabila keputusan yang diambil Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 104

dalam menghadapi konflik tidak tepat

jumlah remaja diperkirakan 1,2 miliar atau

mereka akan jatuh ke dalam perilaku

sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia.

berisiko dan mungkin harus menanggung

Remaja

dan

permasalahannya

akibat lanjutnya dalam bentuk berbagai

menjadi isu penting saat ini. Jumlah yang

masalah kesehatan fisik dan psikososial,

besar, yaitu sekitar 64 juta atau 27,6% dari

yang bahkan mungkin harus ditanggung

jumlah

seumur hidupnya (Depkes, 2008).

Penduduk, 2010) mengakibatkan remaja

Pada

masa

remaja,

seorang

penduduk

memerlukan

Indonesia

perhatian

(Sensus

besar

dalam

individu akan mengalami situasi pubertas

pembinaannya.

Disamping

dimana akan mengalami perubahan yang

sangat

terhadap

mencolok secara fisik maupun emosional/

Kesehatan

psikologis. Secara psikologis masa remaja

(Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS).

merupakan masa persiapan terakhir dan

Perilaku

menentukan untuk memasuki tahapan

dikalangan remaja, khususnya remaja yang

perkembangan kepribadian selanjutnya,

belum menikah cenderung meningkat. Data

yaitu

dari Departemen Kesehatan tahun 2009

biologis

menjadi

dewasa.

resiko

Triad

Reproduksi

seksual

yang

Remaja

tidak

sehat

menunjukkan bahwa 35,9% remaja di

biasanya diikuti dengan perkawinan usia

empat kota besar (Medan, Jakarta Pusat,

belia yang mengantarkan remaja pada

Bandung, dan Surabaya) mempunyai teman

risiko kehamilan dan persalinan, sementara

yang sudah pernah melakukan hubungan

kematangan biologis remaja laki-laki dan

seks pranikah dan 6,9% responden telah

perempuan di perkotaan dibayang-bayangi

melakukan

kemungkinan lebih dininya usia pertama

(BkkbN, 2012).

aktif seksual, kehamilan tak diinginkan,

Remaja

tidak

perempuan

remaja

pedesaan

aborsi

remaja

Kematangan

rentan

itu

aman,

infeksi

hubungan

seks

Indonesia

pranikah

dengan

saluran

jumlahnya yang mencapai 42,2 juta atau

reproduksi termasuk penyakit menular

sekitar 20 % dari populasi mendapat

seksual, dan akibat kecacatan yang dialami

banyak hambatan atau masalah yang

(Lubis, 2013). World Health Organization

biasanya muncul dalam bentuk perilaku

(WHO) dalam Depkes (2008) mengatakan

yang

kelompok remaja, yaitu penduduk dalam

Perilaku berisiko yang mempengaruhi

rentang usia 10-19 tahun, di Indonesia

masalah kesehatan remaja meliputi tumbuh

memiliki proporsi kurang lebih 1/5 dari

kembang (perubahan fisik dan psikososial),

jumlah seluruh penduduk. Hal ini sesuai

gizi,

dengan proporsi remaja di dunia dimana

Psikotropik, dan Zat Adiktif lainnya

berisiko

terhadap

penyalahgunaan

kesehatannya.

Narkotik,

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 105

(NAPZA),

dan

kesehatan

termasuk

Infeksi

reproduksi

terhadap perilaku remaja, yaitu remaja akan

Seksual

bertingkah laku sesuai dengan konsep diri

Menular

(IMS)/Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)

yang dimiliki. Banyak

dan

Virus

kehidupan remaja yang turut membentuk

Deficiency

pola kepribadian melalui pengaruhnya pada

Human

Immuno-deficiency

(HIV)/Aquired

Immune

Syndrome (AIDS) (Depkes, 2008).

kondisi dalam

konsep diri seperti perubahan fisik dan

Menurut Santrock (2007), remaja

psikologis pada masa remaja. Konsep diri

merupakan transisi perkembangan antara

adalah inti dari pola kepribadian atau

masa kanak-kanak dan masa dewasa yang

gambaran yang dimiliki orang tentang

meliputi perubahan secara fisik, kognitif

dirinya (Hurlock, 1973). Definisi lain yang

dan perubahan sosial. Perkembangan itu

dikemukan oleh Mead (dalam Burns, 1993)

dipelajari dan dipengaruhi secara kuat oleh

adalah menjelaskan pandangan, penilaian,

lingkungan. Santrock (2007) juga mengutip

dan perasaan individu mengenai dirinya

pendapat Bandura (2000) menyatakan

yang timbul sebagai hasil dari suatu

bahwa

interaksi sosial sebagai konsep diri.

perilaku,

lingkungan

dan

personal/kognisi merupakan faktor yang penting dalam

perkembangan

Konsep diri bukanlah bawaan lahir,

remaja.

melainkan hasil belajar. Semenjak manusia

Faktor yang memengaruhi perilaku remaja

mengenal lingkungan hidupnya, sejak itu

diantaranya

pula

adalah

faktor

keluarga.

ia

belajar

banyak

tentang

Hubungan orangtua remaja, mempunyai

kehidupan.

pengaruh langsung dan tidak langsung

hidupnya, seseorang akan menetapkan

dengan perilaku seksual pranikah remaja.

konsep dirinya berdasarkan berbagai faktor.

Hasil

dilakukan

Menurut Hurlock (1973), faktor-faktor itu

Soetjiningsih (2009) menunjukkan, makin

adalah bentuk tubuh, cacat tubuh, pakaian,

baik hubungan orangtua dengan anak

nama dan julukan, inteligensi kecerdasan,

remajanya, makin rendah perilaku seksual

taraf aspirasi/ cita-cita, emosi, jenis/gengsi

pranikah

sekolah, status sosial, ekonomi keluarga,

penelitian

remaja.

yang

Faktor-faktor

yang

Berdasarkan

hal

memengaruhi perilaku seksual pranikah

teman-teman,

pada remaja paling tinggi adalah hubungan

berpengaruh. Apabila berbagai faktor itu

antara orangtua dengan remaja.

cenderung menimbulkan perasaan positif

Setiap keputusan yang diambil remaja merupakan cerminan dari konsep diri

remaja

tersebut.

Konsep

diri

mempunyai pengaruh yang cukup besar

dan

pengalaman

tokoh/orang

yang

(bangga, senang), maka muncullah konsep diri yang positif. Konsep

diri

remaja

adalah

gambaran yang dimiliki remaja tentang

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 106

dirinya. Konsep diri remaja merupakan

Keluarga sebagai kelompok sosial

gabungan dari keyakinan yang dimiliki

terkecil dalam masyarakat, mempunyai

remaja tentang diri mereka sendiri, dan

peran

mengenai pendapat orang yang penting

dukungan, curahan kasih sayang, arahan,

dalam kehidupan remaja, yaitu orang tua,

dan pengawasan kepada anak agar ia

guru dan teman sebaya tentang diri mereka.

tumbuh percaya diri. Dalam keluarga orang

Bila remaja yakin bahwa orang-orang yang

pertama yang dikenal anak adalah orang

penting baginya menyenangi mereka, maka

tuanya

remaja akan berpikir secara positif tentang

Keluarga merupakan lingkungan sosial

diri mereka, dan sebaliknya (Hurlock,

pertama dan utama bagi anak.

1973). Menurut Sarwono (2007), perilaku

penting

dalam

kemudian

Penelitian

memberikan

saudara

Maryatun

kandung.

(2013)

seks bebas adalah segala tingkah laku yang

menyimpulkan bahwa pola asuh orang tua

didorong oleh hasrat seksual baik yang

mempunyai peran dengan perilaku seksual

dilakukan sendiri, dengan lawan jenis

remaja. Pada hasil uji statistik ditemukan

maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan

remaja dengan pola asuh autoritarian

pernikahan menurut agama. Menurut Stuart

berpeluang untuk melakukan perilaku

dan Sundeen (1998), perilaku seksual yang

seksual yang wajar sembilan belas kali

sehat dan adaptif dilakukan di tempat

lebih besar dibandingkan dengan remaja

pribadi dalam ikatan yang sah menurut

yang

hukum.

sedangkan pola asuh orang tua dengan tipe

diasuh

dengan

pola

permisif,

Hurlock (1973) menyatakan bahwa

permisif berpeluang untuk melakukan

peran orangtua terhadap anak merupakan

perilaku seksual yang wajar sebesar tiga

hal yang sangat penting dalam proses

kali lebih besar dibandingkan dengan

tumbuh kembang anak. Sunarti (2004)

remaja yang diasuh dengan pola autoritatif.

mengemukakan

asuh

Nursal (2008) menyimpulkan variabel jenis

merupakan perilaku orangtua yang paling

kelamin, usia pubertas, pengetahuan, sikap,

menonjol atau yang paling dominan dalam

status perkawinan orang tua, pola asuh

menangani anaknya sehari-hari, termasuk

orang tua, jumlah pacar, lama pertemuan

pola orangtua dalam mendisiplinkan anak,

dengan pacar dan paparan media elektronik

menanamkan

hidup,

dan media cetak berhubungan bermakna

mengajarkan keterampilan hidup, dan

dengan perilaku seksual remaja. Pada

mengelola emosi sehingga membentuk

analisis multivariat ditemukan bahwa jenis

konsep diri.

kelamin, pengetahuan, pola asuh orang tua

bahwa

nilai-nilai

pola

dan jumlah pacar yang pernah dimiliki Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 107

secara

bersama-sama

memengaruhi

sekarang. Para siswa tersebut mengatakan

perilaku seksual. Menurut Tutwuri Prihatin

bahwa perilaku seksual ringan boleh saja

(2007) hasil analisa menunjukkan bahwa

dilakukan asalkan kedua belah pihak

faktor-faktor yang berhubungan dengan

merasa senang untuk melakukannya, tidak

sikap siswa SMA terhadap hubungan

ada paksaan untuk melakukan dan perilaku

seksual

emosi,

seksual ringan bukan lagi hal yang tabu

pengetahuan kesehatan reproduksi, peran

untuk dilakukan oleh remaja. Mereka

orangtua dan teman sebaya, peran media

beranggapan

massa. Menurut hasil penelitian Pardede

merupakan dua hal yang berhubungan erat,

(2008) ada beberapa faktor pembentuk

bila

konsep diri yaitu faktor orang tua, kawan

dibumbui dengan perilaku seks, dan seks

sebaya dan masyarakat.

yang

adalah

kecerdasan

cinta

bahwa

terhadap

dilakukan

cinta

dan

seseorang

dengan

pacar

seks

harus

harus

Dari berbagai data menunjukkan

berlandaskan cinta. Para siswa tersebut juga

bahwa keluarga melalui pola asuh orangtua,

mengakui ada yang pernah pacaran, ada

telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang

yang sedang pacaran, dan ada pula yang

sangat

pembentukan

telah melakukan perilaku seksual ringan

karakter remaja, termasuk yang berkaitan

(menaksir, pergi berkencan, berpegangan

dengan konsep diri terhadap perilaku

tangan, berciuman ringan (kening dan pipi)

seksual. Proses pola asuh orangtua meliputi

dan saling berpelukan. Beberapa siswa

kedekatan

remaja,

yang diwawancarai juga mengatakan ada

pengawasan orangtua, dan komunikasi

yang telah melakukan perilaku seksual

orangtua dengan remaja. (BkkbN, 2012).

berat seperti berciuman bibir.

penting

dalam

orangtua

dengan

Survei pendahuluan yang dilakukan

Berdasarkan

uraian

diatas,

di SMA Dharma Bakti Medan beberapa

permasalahan penelitian ini adalah apakah

siswa ketika pulang sekolah berboncengan

pola asuh orangtua dan peer group

sambil melingkarkan tangan pada pasangan

berpengaruh terhadap konsep diri remaja

saat mengendarai sepada motor dengan

tentang perilaku seksual di SMA Dharma

pacarnya.

Bakti Medan Tahun 2014”.

Hasil

wawancara

dengan

beberapa orang siswa SMA Dharma Bakti Medan

diperoleh,

remaja

cenderung

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh

menganggap biasa saja tentang perilaku

orangtua dengan konsep

seksual ringan (menaksir, pergi kencan,

tentang perilaku seksual di SMA Dharma

berpegangan

Bakti Medan.

tangan,

berpelukan,

diri remaja

berciuman kening dan pipi) pada remaja Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 108

POLA ASUH ORANG TUA

b) Pola Asuh Permisif, perilaku orangtua

Hurlock (1973) mengatakan bahwa

dalam kehidupan keluarga adalah:

perilaku orangtua terhadap anak sesuai

Tidak pernah ada peraturan dari

dengan tipe pola asuh yang dianutnya

orangtua, anak tidak pernah dihukum,

diantaranya adalah:

tidak ada ganjaran dan pujian karena

a)

Pola Asuh Otoriter, perilaku orangtua

perilaku dari si anak, dan anak bebas

dalam kehidupan keluarga adalah:

menentukan

Orangtua menentukan segala peraturan

kemauannya/keinginannya.

yang berlaku dalam keluarganya, anak harus

menuruti

atau

peraturan-peraturan

Penelitian

mematuhi

(2013)

mengatakan pola asuh orang tua

telah

dengan tipe permisif berpeluang untuk

ditentukan orangtua tanpa kecuali,

melakukan perilaku seksual yang wajar

anak tidak diberi tahu alasan mengapa

sebesar

peraturan tersebut ditentukan, anak

dibandingkan dengan remaja yang

tidak

diasuh

diberi

yang

Maryatun

kesempatan

mengemukakan

untuk

pendapatnya

mengenai peraturan-peraturan yang

tiga

kali

dengan

lebih

pola

besar

autoritatif

(demokratis). c)

Pola

Asuh

Demokratis,

perilaku

telah ditetapkan orangtua, kemauan

orangtua dalam kehidupan keluarga

orangtua dianggap sebagai tugas atau

adalah: Orangtua sebagai penentu

kewajiban bagi anak, dan bila tidak

peraturan, anak berkesempatan untuk

mengikuti peraturan yang berlaku,

menanyakan alasan mengapa peraturan

maka hukuman yang diberikan berupa

dibuat, dan anak boleh ikut andil dalam

hukuman fisik.

mengajukan keberatan atas peraturan

Penelitian

Maryatun

(2013)

yang ada.

menyimpulkan bahwa pola asuh orang tua mempunyai peran dengan perilaku

KONSEP DIRI

seksual remaja. Pada hasil uji statistik

Konsep diri adalah evaluasi yang

ditemukan remaja dengan pola asuh

menyangkut bidang-bidang tertentu dari

autoritarian

untuk

diri (Santrock, 2007). Dalam kamus besar

melakukan perilaku seksual yang wajar

bahasa Indonesia istilah konsep memiliki

sembilan

besar

arti gambaran, proses atau hal-hal yang

dibandingkan dengan remaja yang

digunakan oleh akal budi untuk memahami

diasuh dengan pola permisif.

sesuatu. Istilah diri berarti bagian bagian

berpeluang

belas

kali

lebih

dari individu yang terpisah dari yang lain. Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 109

Konsep

diri

dapat

diartikan

sebagai

biasanya cenderung menganggap benar apa

gambaran seseorang mengenai dirinya

saja yang dikatakan oleh orang lain. Jika

sendiri atau penilaian terhadap dirinya

seorang anak merasa diterima, dihargai,

sendiri (KBBI,2008).

dicintai, maka anak itu akan menerima,

Stuart & Sudenn (1998) dalam

menghargai,

dan

mencintai

dirinya

Keliat (1994) konsep diri adalah semua ide,

(berkonsep diri positif). Sebaliknya, jika

pikiran, keyakinan, kepercayaan yang

orang-orang

membuat seseorang mengetahui tentang

sekelilingnya (orang tua, guru, orang

dirinya dan memengaruhi lingkungannya

dewasa lainnya, atau teman-temannya)

dengan orang lain.

ternyata meremehkan, merendahkannya,

Santrock

(2003)

yang

berpengaruh

di

menyebutkan

mempermalukan, dan menolaknya, maka

bahwa konsep diri remaja merupakan

pengalaman itu akan disikapi dengan

evaluasi terhadap domain yang spesifik dari

negatif (memunculkan konsep diri negatif).

diri. Remaja dapat membuat evaluasi diri

Dalam perkembangannya konsep

terhadap berbagai domain dalam hidupnya,

diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif

baik dalam akademik, atletik, penampilan

dan konsep diri negatif (Calhoun dan

fisik, dan sebagainya. Konsep diri bukanlah

Acocella, 1990) :

bawaan lahir, melainkan hasil belajar.

a)

Konsep diri positif. Lebih kepada

Semenjak manusia mengenal lingkungan

penerimaan diri bukan sebagai suatu

hidupnya, sejak itu pula ia belajar banyak

kebanggan yang besar tentang diri.

hal

Berdasarkan

Konsep diri yang positif bersifat stabil

pengalaman hidupnya, seseorang akan

dan bervariasi. Individu yang memiliki

menetapkan konsep dirinya berdasarkan

konsep diri positif adalah individu

berbagai faktor. Menurut Hurlock (1973),

yang tahu betul tentang dirinya, dapat

faktor-faktor itu adalah bentuk tubuh, cacat

memahami dan menerima sejumlah

tubuh,

julukan,

fakta yang sangat bermacam–macam

inteligensi kecerdasan, taraf aspirasi/ cita-

tentang dirinya sendiri menjadi positif

cita, emosi, jenis/gengsi sekolah, status

dan dapat menerima keberadaan orang

sosial, ekonomi keluarga, teman-teman,

lain. Individu yang memiliki konsep

dan

berpengaruh.

diri positif akan merancang tujuan –

Apabila berbagai faktor itu cenderung

tujuan yang sesuai dengan realitas,

menimbulkan perasaan positif (bangga,

yaitu

senang), maka muncullah konsep diri yang

kemungkinan besar untuk dapat di

positif. Pada masa kanak-kanak, seseorang

capai, mampu menghadapi kehidupan

tentang

kehidupan.

pakaian,

tokoh/orang

nama

yang

dan

tujuan

yang

memiliki

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 110

di depannya serta menganggap bahwa

kering, cium basah, berpelukan, memegang

hidup adalah suatu proses penuaan.

atau meraba bagian sensitif, petting, oral

b) Konsep diri negatif. a). Pandangan

sex, dan bersenggama (sexual intercourse).

individu tentang dirinya sendiri benar-

Sebagian besar dari remaja biasanya sudah

benar tidak teratur, tidak memiliki

mengembangkan

perasaan kestabilan dan keutuhan diri.

dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran

Individu tersebut benar-benar tidak

atau percintaan. Bila ada kesempatan para

tahu siapa dirinya, kekuatan dan

remaja

kelemahannya atau yang di hargai

mengadakan pertemuan untuk bercumbu

dalam kehidupannya. b). Pandangan

bahkan kadang-kadang remaja tersebut

tentang dirinya sendiri terlalu stabil

mencari kesempatan untuk melakukan

dan teratur. Ini bisa terjadi karena

hubungan seksual.

individu dididik dengan cara yang

perilaku

melakukan

Perilaku

seksualnya

sentuhan

dari

aspek

fisik,

biologis

sangat keras, sehingga menciptakan

diartikan sebagai suatu kegiatan atau

citra diri yang tidak mengijinkan

aktivitas organisme atau makhluk hidup

adanya

dari

yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada

dalam

yang dapat diamati secara langsung dan

pikirannya merupakan cara hidup yang

tidak langsung. Menurut Ensiklopedia

tepat.

Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu

seperangkat

penyimpangan hukum

yang

aksi PERILAKU SEKSUAL

atau

reaksi

organisme

terhadap

lingkungannya. Perilaku merupakan hasil

Menurut Sarwono (2007), perilaku

hubungan antara perangsang (stimulus) dan

seksual adalah segala tingkah laku yang

respons (Skinner (1949) dalam Notoatmojo

didorong oleh hasrat seksual baik yang

2010). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam

dilakukan sendiri, dengan lawan jenis

tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan

maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan

psikomotor.

Kognitif

pernikahan menurut agama. Menurut Stuart

pengetahuan,

afektif

dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang

psikomotor dari tindakan (keterampilan).

sehat dan adaptif dilakukan di tempat

Perubahan perilaku dalam diri seseorang

pribadi dalam ikatan yang sah menurut

dapat

hukum.

berbagai

Perilaku manusia merupakan hasil daripada

macam perilaku seksual beresiko yang

segala macam pengalaman serta interaksi

terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu

manusia

dimulai dari berpegangan tangan, cium

terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap,

Remaja

melakukan

terjadi

melalui

dengan

diukur dari

dari

sikap

proses

lingkungannya

dan

belajar.

yang

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 111

dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku

bagian-bagian

juga merupakan respons/reaksi seorang

menimbulkan

individu terhadap stimulus yang berasal

Berciuman

dari luar maupun dari dalam dirinya.

merupakan ciuman yang umum dilakukan.

Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa

Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka,

tindakan

berpendapat,

serta menggunakan lidah itulah yang

(melakukan

disebut french kiss. Kadang ciuman ini juga

bersikap)

yaitu

berfikir,

maupun

aktif

tindakan) (Sarwono, 2007).

sensitif

yang

rangsangan dengan

dapat seksual.

bibir

tertutup

dinamakan ciuman mendalam/ soul kiss. b)

Sarwono (2007) juga mengatakan

Necking, merupakan berciuman di sekitar

bahwa perilaku seksual merupakan segala

leher ke bawah. Necking merupakan istilah

bentuk perilaku yang didorong oleh hasrat

yang digunakan untuk menggambarkan

seksual, baik dengan lawan jenis maupun

ciuman disekitar leher dan pelukan yang

dengan sesama jenis. Bentuk perilaku

lebih mendalam. c) Petting, merupakan

seksual, mulai dari bergandengan tangan

perilaku

(memegang lengan pasangan), berpelukan

tubuh yang sensitif, seperti payudara dan

(seperti

merengkuh

organ kelamin. Merupakan langkah yang

pinggang), bercumbu (seperti cium pipi,

lebih mendalam dari necking. Ini termasuk

cium kening, cium bibir), meraba bagian

merasakan

tubuh yang sensitif, menggesek-gesekkan

pasangan termasuk lengan, dada, buah

alat kelamin sampai dengan memasukkan

dada, kaki, dan kadang-kadang daerah

alat kelamin. Demikian halnya dengan

kemaluan, baik di dalam atau di luar

perilaku seksual pranikah pada remaja akan

pakaian.

muncul

merengkuh

ketika

bahu,

menggesek-gesekkan

dan

d)

mengusap-usap

Intercrouse,

bagian

tubuh

merupakan

remaja

mampu

bersatunya dua orang secara seksual yang

situasi

untuk

dilakukan oleh pasangan pria dan wanita

merealisasikan dorongan emosional dan

yang ditandai dengan penis pria yang ereksi

pemikirannya tentang perilaku seksualnya

masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan

atau sikap terhadap perilaku seksualnya.

kepuasan seksual.

mengkondisikan

Menurut Sarwono (2007) bentuk

Burns (1993) menyebutkan bahwa

tingkah laku seks bermacam-macam mulai

secara garis besar ada lima faktor yang

dari perasaan tertarik, pacaran, kissing,

mempengaruhi perkembangan konsep diri,

kemudian sampai intercourse meliputi: a)

yaitu citra fisik, merupakan evaluasi

Kissing, merupakan ciuman yang dilakukan

terhadap diri secara fisik, bahasa, yaitu

untuk menimbulkan rangsangan seksual,

kemampuan melakukan konseptualisasi

seperti di bibir disertai dengan rabaan pada

dan

verbalisasi,

umpan

balik

dari

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 112

lingkungan, identifikasi dengan model dan peran jenis yang tepat, dan pola asuh orang

METODE PENELITIAN

tua. Konsep diri individu akan terbentuk

Jenis penelitian ini adalah bersifat

baik dan menjadi positif jika faktor-faktor

analitik dengan desain cross sectional,

yang mempengaruhi tersebut berfungsi

dimana seluruh variabel dalam penelitian

secara positif juga.

ini diukur satu kali pada saat yang sama

Pendapat Burns ini sejalan dengan

(Notoatmodjo, 2010), dengan tujuan untuk

Hurlock (1973) yang mengungkapkan

mengetahui hubungan pola asuh orangtua

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

dengan konsep diri remaja tentang perilaku

perkembangan konsep diri di antaranya

seksual Di SMA Dharma Bakti Medan.

adalah ; fisik, pakaian, nama dan nama

Penelitian ini dilakukan di SMA

panggilan, intelegensi, tingkat aspirasi,

Dharma Bakti Medan dimulai dengan

emosi, budaya, sekolah dan perguruan

penelurusan

tinggi, status sosial ekonomi, dan keluarga.

survei awal, konsultasi judul dengan

Pengaruh keluarga sangat besar bagi

pembimbing,

pembentukan konsep diri karena untuk

seminar

beberapa waktu lamanya anak belum

penelitian, pengolahan data, penyusunan

mengenal

hasil

lingkungan

keluarganya.

sosial

Pengaruh

di

luar

kepustakaan,

penyusunan

proposal,

penelitian,

melakukan

proposal,

pengumpulan

serta

seminar

data

hasil

karakteristik

penelitian. Keseluruhan proses penelitian

hubungan orang tua dengan anak sangat

tersebut dilakukan pada bulan April-Juli

penting dalam pembentukan identitas,

Tahun 2014.

ketrampilan persepsi sosial, dan penalaran.

Populasi dalam penelitian ini adalah

Sedangkan pada masa remaja pengaruh

siswa kelas X dan kelas XI, pada SMA

lingkungan sosial justru yang sangat

Dharma Bakti Medan sebanyak 90 orang.

berpengaruh.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

KERANGKA KONSEP

populasi yaitu 90 orang.

Variabel Independen

Variabel Dependen

Analisis dalam penelitian ini meliputi beberapa analisa:

Pola Asuh Orang Tua

1. Analisis univariat dilakukan untuk Konsep Diri Remaja tentang Perilaku Seksual

mengetahui secara deskriptif variabel yang diteliti ke dalam tabel distribusi

Peer Group

frekuensi

untuk

mengetahui

karakteristik dan distribusi data. Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 113

2. Analisis

bivariat

mengetahui

dilakukan

pengaruh

untuk

hubungan

Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Konsep Diri Remaja tentang Perilaku Seksual

masing-masing variabel independen Dari hasil analisis yang dilakukan

dengan variabel dependen.

dengan menggunakan linear berganda dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

responden

dalam

penelitian ini meliputi umur dan jenis kelamin remaja yang berjumlah 90 siswa di

enter

yang berhubungan dengan konsep diri remaja tentang perilaku seksual. Hasil analisisnya sebagai berikut :

SMA Dharma Bakti Medan. Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa berdasarkan umur, sebesar 44,4 % remaja pada kelompok umur 17 tahun dan sebesar 53,3% berjenis kelamin perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel berikut :Distribusi Karakteristik Siswa/i SMA Dharma Bakti Medan Karakteristik

metode

diperoleh kombinasi pola asuh orang tua

Karakteristik Responden Karakteristik

menggunakan

f

%

15 tahun

7

7,8

16 tahun

30

33,4

17 tahun

40

44,4

18 tahun

12

13,3

19 tahun

1

1,1

Jumlah

90

100

Umur

Jenis Kelamin Laki-laki

42

46,7

Perempuan

48

53,3

Jumlah

90

100

Pola Asuh Orang Tua Ayah otoriter dengan Ibu otoriter Ayah permisif dengan Ibu Permisif Ayah demokratif dengan Ibu demokratif Ayah Otoriter dengan Ibu demokratif Ayah demokratif dengan Ibu otoriter Ayah demokratif dengan Ibu permisif Total

Konsep Diri n

p

16

.612

10

.020

55

.706

5

.020

2

.493

2

.573

90

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua kombinasi pola asuh orang tua yang berhubungan signifikan dengan konsep diri remaja tentang perilaku seksual yaitu pola asuh ayah permisif dengan ibu permisif dan

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 114

pola asuh ayah otoriter dengan ibu

asuh orangtua otoriter dengan perilaku yang

demokratif yang memiliki p sebesar 0.020.

kurang baik terhadap kesehatan remaja.

Sedangkan kombinasi pola asuh orang tua

Hasil penelitian ini sejalan dengan

lainnya tidak ada hubungan dengan konsep

hasil penelitian Safa’ah (2009) Di SMA

diri remaja.

PGRI 1 Tuban didapatkan bahwa dari 119

Kemudian ada dua kombinasi pola asuh orang

tua

yang

berhubungan

responden didapatkan pola asuh orangtua

secara

demokratis (76,5%) mempunyai konsep

signifikan terhadap konsep diri remaja yaitu

diri tinggi (81,52%), pola asuh permissive

pola asuh ayah demokratif dengan ibu

(14,3%) mempunyai konsep diri sedang

demokratif

(9,24%),

dimana

memiliki

tingkat

pola

asuh

otoriter

(9,2%)

signifikansi 0,003 dimana p<0,05 dan pola

mempunyai konsep diri rendah (9,24%).

asuh ayah otoriter dan ibu demokratif yang

Hasil uji Chi Square c 2 hitung = 19,152

memiliki tingkat signifikansi 0,005 dimana

berarti Hı ditolak artinya ada hubungan

p<0,05.

pola asuh orang tua dengan konsep diri

Hasil penelitian ini sejalan dengan

pada remaja usia 15 – 18 tahun. Dijelaskan

Maryatun (2013), dimana berdasarkan hasil

bahwa pola asuh orang tua dengan tipe

uji statistik Regresi Logistik, hubungan

demokratis cenderung didapatkan pada

antara pola asuh orang tua dengan perilaku

remaja yang memiliki konsep diri yang

seksual pranikah secara keseluruhan yaitu

tinggi, sedangkan pada remaja

diperoleh signifikansi hitung (ρ value)

mendapat pola asuh otoriter memiliki

sebesar 0,000 dimana taraf signifikansi

konsep diri yang rendah. Hal ini ditunjang

hitung lebih kecil dari taraf signifikansi

dari data sebagian besar (76,5%) remaja

tabel

mendapat pola asuh demokratis dan (9,2 %)

yaitu

5%

(0,05),

maka

dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara

yang

mendapat pola asuh Otoriter.

pola asuh orang tua dengan perilaku seksual

Hasil penelitian sejalan dengan

pranikah pada remaja di SMK Batik 1

hasil penelitian Yudha (2011) dimana

Surakarta.

ditemukan bahwa pola asuh yang permisif

Hasil penelitian ini sejalan dengan

berhubungan

dengan

persepsi

remaja

penelitian Naibaho (2011) menunjukkan

tentang seksual pra nikah. Hal ini terlihat

ada hubungan yang signifikan pola asuh

dari hasil nilai uji kai kuadrat yang mana

orangtua demokratis terhadap perilaku

hasilnya lebih kecil dari dari 0,05 yaitu

kesehatan reproduksi remaja, sementara

0,006 artinya ada hubungan antara pola

ada hubungan yang signifikan antara pola

asuh yang permisif keluarga dengan persepsi remaja tentang seksual pra nikah di

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 115

SMA

Negeri

Gombong.

Dari

190

orangtua terhadap anak merupakan hal

responden yang memiliki persepsi perilaku

yang sangat penting dalam proses tumbuh

seksual pranikah kurang baik ada 85,1 %

kembang anak.

responden yang diasuh dengan pola asuh

Sunarti

permisif.

(2004)

mengemukakan

bahwa pola asuh merupakan perilaku

Konsep diri mempunyai pengaruh

orangtua yang paling menonjol atau yang

yang cukup besar terhadap perilaku remaja,

paling dominan dalam menangani anaknya

yaitu remaja akan bertingkah laku sesuai

sehari-hari, termasuk pola orangtua dalam

dengan

dimiliki.

mendisiplinkan anak, menanamkan nilai-

Banyak kondisi dalam kehidupan remaja

nilai hidup, mengajarkan keterampilan

yang turut membentuk pola kepribadian

hidup, dan mengelola emosi sehingga

melalui pengaruhnya pada konsep diri

membentuk konsep diri.

konsep

diri

yang

seperti perubahan fisik dan psikologis pada

Menurut Hurlock (1973) hubungan

masa remaja (Hurlock, 1973). Menurut

dengan anggota keluarga, menjadi landasan

Santrock

pendapat

sikap terhadap orang, benda dan kehidupan

Bandura (2000) menyatakan faktor yang

secara umum. Remaja juga meletakkan

memengaruhi perilaku remaja diantaranya

landasan bagi pola penyesuaian dan belajar

adalah faktor keluarga. Hubungan orangtua

berpikir tentang diri mereka sebagaimana

remaja, mempunyai hubungan langsung

dilakukan

dan tidak langsung dengan perilaku seksual

Akibatnya, remaja belajar menyesuaikan

pranikah remaja.

pada kehidupan atas dasar landasan yang

(2003),

mengutip

Hasil penelitian yang dilakukan

anggota

diletakkan

ketika

keluarga

mereka.

lingkungan

untuk

Soetjiningsih (2009) menunjukkan, makin

sebagian besar terbatas pada rumah.

baik hubungan orangtua dengan anak

Dengan meluasnya lingkup sosial dan

remajanya, makin rendah perilaku seksual

adanya kontak dengan teman sebaya dan

pranikah remaja. Proses pembentukan

orang dewasa di luar rumah, landasan awal

seorang individu dalam sebuah keluarga

ini yang diletakkan di rumah, mungkin

karena keluarga merupakan tempat pertama

berubah dan dimodifikasi, namun tidak

dan utama seorang individu memperoleh

pernah

pendidikan dan keterampilan untuk bekal

Sebaliknya, landasan ini memengaruhi pola

hidupnya di masa yang akan datang.

sikap dan perilaku di kemudian hari.

Orangtua memberikan pendidikan kepada anaknya

melalui

proses

akan

hilang

sama

sekali.

Sedangkan menurut Ali dan Asrori

pengasuhan.

dalam Humaira (2013), dalam proses

Hurlock (1973) menyatakan bahwa peran

perkembangan sosial, remaja juga dengan

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 116

sendirinya mempelajari proses penyesuaian

yang relevan dengan keempat dimensi dan

diri.

pengembangan manusia seutuhnya itu.

Selain

lingkungan

dilingkungan

sekolah

keluarga,

juga

memberikan

Dalam

tugas

pelayanan

yang

luas,

bantuan bagi remaja untuk memiliki

bimbingan konseling di sekolah adalah

keterampilan mengatasi masalah yang

pelayanan

dihadapi. Para guru dan teman-teman

mengacu pada keseluruhan perkembangan

sekelas membentuk suatu sistem yang

mereka, yang meliputi keempat dimensi

kemudian menjadi semacam norma bagi

kemanusiaannya

diri remaja.

mewujudkan manusia seutuhnya.

Sekolah sekunder

setelah

sebagai

lingkungan

Dengan

semua

murid

dalam

yang

rangka

demikian

dalam

merupakan

pembentukan konsep diri remaja peran

tempat yang efektif untuk perkembangan

orang tua adalah yang utama karena

konsep diri remaja (Depkes RI, 2002).

keluarga adalah lingkup terkecil dalam

Pengaruh sekolah tentunya diharapkan

masyarakat.

positif terhadap perkembangan jiwa remaja

pendidikan khususnya di sekolah peran

karena sekolah adalah lembaga pendidikan.

guru menggantikan peran orang tua.

Sebagai lembaga pendidikan sebagaimana

Pastinya yang diharapkan adalah konsep

halnya dengan keluarga, sekolah juga

diri yang baik apalagi dalam hal perilaku

mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma

seksual. Baiknya dengan didikan dari

yang berlaku dalam masyarakat disamping

keluarga yaitu orang tua dan saudara

mengajarkan keterampilan dan kepandaian

kemudian dari sekolah yaitu guru dapat

kepada para siswanya (Sarwono, 2011).

mengasah perilaku remaja menjadi lebih

Menurut

keluarga

untuk

dalam

dunia

(2004)

baik dan menimbulkan dampak mampu

permasalahan yang dialami para siswa di

bersaing secara positif nantinya baik dalam

sekolah sering kali tidak dapat dihindari,

dunia pendidikan maupun dunia pekerjaan

meski dengan pengajaran sekalipun. Dalam

untuk kedepannya.

memenuhi

Prayitno

Sedangkan

misinya

sekolah

perlu

menyelenggarakan kegiatan pendidikan dalam arti seluas-luasnya. Sekolah dengan sekuat tenaga perlu menciptakan suasana pengajaran

dan

suasana

kelas

yang

menyejukkan, bersemanagat, luwes dan subur. Isi pengajaran dalam arti yang luas itu secara langsung mengait materi-materi

KESIMPULAN Didapat bahwa dua kombinasi pola asuh

orang

tua

yang

berhubungan

signifikan dengan konsep diri remaja tentang perilaku seksual yaitu pola asuh ayah permisif dengan ibu permisif dan pola asuh ayah otoriter dengan ibu demokratif

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 117

yang memiliki p sebesar 0.020 (p<0.05).

merupakan

Sedangkan kombinasi pola asuh orang tua

masalah yang dihadapi baik dari

lainnya tidak ada hubungan yang signifikan

pelajaran di sekolah maupun masalah

dengan konsep diri remaja. Dua kombinasi

pribadi siswa itu sendiri. Pihak sekolah

pola asuh orang tua memiliki hubungan

juga sebaiknya mengarahkan para siswa

yang signifikan terhadap konsep diri remaja

agar mengutamakan belajar dan peka

yaitu pola asuh ayah demokratif dengan ibu

terhadap lingkungan teman sebaya dan

demokratif

tingkat

memiliki pendirian yang tetap untuk

signifikansi 0,003 dimana p<0,05 dan pola

menghindar dari perilaku teman sebaya

asuh ayah otoriter dan ibu demokratif yang

yang dapat mengarah ke hal-hal yang

memiliki tingkat signifikansi 0,005 dimana

negatif. Mengikuti

p<0,05.

yang positif baik di lingkungan sekolah

dimana

memiliki

tempat

memecahkan

kegiatan-kegiatan

maupun di luar lingkungan sekolah dan SARAN 1. Pihak

menjalin komunikasi yang baik kepada sekolah

menanamkan

hendaknya

lebih

kedisiplinan

untuk

guru dan orangtua. 2. Bagi Dinas Pendidikan bekerja sama

membangkitkan sikap dan perilaku

dengan

disiplin pada siswa, meningkatkan

memberikan

minat kebiasaan belajar siswa untuk

bagaimana

berprestasi sehingga terhindar dari

membentuk konsep dirinya tentang

perilaku yang tidak sesuai dengan

perilaku seksual

norma

cenderung positif.

masyarakat.

hendaknya

lebih

Pihak

sekolah

mengefektifkan

Dinas

Kesehatan

dalam

penyuluhan

mengenai

sebaiknya

remaja

yang wajar dan

3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik

bimbingan dan konseling disekolah

untuk

dimana dengan menghadirkan konselor

mencermati faktor-faktor lain yang

yang berkompetensi dalam bidangnya

berhubungan

serta menguasai asas, prinsip, fungsi

orangtua dan konsep diri remaja tentang

dan

dan

perilaku seksual seperti kultur budaya,

konseling sehingga para siswa tidak

sosial ekonomi, lingkungan tempat

hanya

dalam

tinggal, dan status pernikahan orang

memecahkan masalahnya namun tidak

tua, sehingga memperoleh gambaran

lagi

yang lebih detail dan lengkap mengenai

tujuan

dari

dapat

menganggap

bimbingan

terbantu

bimbingan

dan

konseling sebagai tempat siswa-siswa

meneliti

disarankan

dengan

pola

untuk

asuh

topik ini.

nakal atau bermasalah saja namun Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 118

DAFTAR PUSTAKA

Lubis,

BKKBN, 2012. Pedoman Pengelolaan Bina Keluarga Remaja (BKR).Jakarta. Burn, R. B. 1993. Konsep Diri ; Teori Pengukuran

Perkembangan

dan

Perilaku. Jakarta.

Dan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja. Jurnal Psikologi Volume 1, No. 1 Desember 2007.

Penyesuaian

Diri

Kemanusiaan.

dan Alih

Bahasa: Satmoko. Semarang: IKIP Semarang Press.

Reproduksi

Remaja,

Jakarta:Departemen Kesehatan RI. ______, 2008. Pedoman Kesehatan Peduli Remaja

Di

Puskesmas,

Jakarta:Departemen Kesehatan RI. Edwards D C, 2006 Ketika Anak Sulit Diasuh:

Panduan

Orangtua

Mengubah Masalah Perilaku Anak. Bandung: PT Mizan Pustaka. Hurlock,

E.B.

2003.

Psikologi

Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang

Kehidupan.

Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga. Hurlock, E.B. 1973. Perkembangan Anak. Jilid 2. Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga.

Depresi Penerbit

Tinjauan Kencana

Prenada Media Group. Jakarta. Maryatun, 2013. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku

SMK Batik 1 Surakarta. GASTER Vol.10 No.2 Agustus 2013. Notoatmodjo, S. 2010. Pendidikan dan Kesehatan.

Cetakan

Pertama, Jakarta: Rineka Cipta. Santrock, J. W. 2003. Remaja Edisi Kesebelas.Erlangga.Jakarta Sarwono, S.W, 2011. Psikologi Remaja, Edisi Revisi, Cetakan Keempat

Departemen Kesehatan RI, 2010. Modul Kesehatan

Psikologis,

Perilaku

Calhoen, JF. Acocella, J.R. 1990 Psikologi

Hubungan

2009.

Seksual Pranikah Pada Remaja Di

Cynthia, T. 2007. Konformitas Kelompok

tentang

LN.,

belas,

Jakarta:

Raja

Grafindo

Persada Soetjiningsih.2009. Remaja Usia 15-18 Tahun Banyak Lakukan Perilaku Seksual Pranikah.http://www.ugm.ac.id.dia kses kamis, 20 maret 2014. Stuart, G. W & Sudenn, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan) Edisi E, EGC. Jakarta. Sunarti, 2004. Mengasuh Dengan Hati. PT.Elex Media Komputindo, Jakarta. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung. Tjiptaningrum, K. 2009. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Perilaku Hubungan Seksual Pranikah pada Siswa SMA

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 119

di Jakarta. Tesis. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Widiana, dkk. 2006. Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authoritarian, Permissive dan Authoritative. Jurnal Psikologi Vol.4 No.2, Desember 2006. Yudha, Hendri Tamara dan Marsito. 2011. Hubungan Pola Asuh Dalam Keluarga Dengan Persepsi Remaja Tentang Perilaku Seksual Pranikah. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No.3, Oktober 2011.

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 120