ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Oktober 2010 Sudarman A.R : 10504176 Kesepian Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (studi kasus) Pada dasarnya setiap orang membutuhkan kasih sayang, kehangatan dan perhatian seseorang dalam hidupnya seperti anak yang membutuhkan perhatian kasih orang tua. Namun tidak semua anak mendapatkannya, ketika seorang anak harus berpisah dari orang tua orang tua karena meninggal ataupun permasalahan keluarga lainnya yang menyebabkan seorang anak dititipkan di panti asuhan. Kurangnya peran pengasuh panti menggantikan peran orangtua dikarenakan para pengasuh harus berbagi perhatian dengan begitu banyak anak asuh lainnya yang menyebabkan kurang meratanya kasih sayang, kehangatan dan perhatian yang diberikan oleh pihak panti maka hal yang timbul adalah kesepian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesepian remaja yang tinggal di panti asuhan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian pada remaja dan dampak-dampak dari kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus dan jumlah subjek satu orang, yaitu seorang rem aja putri yang berusia 17 tahun dan tinggal di panti asuhan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa gambaran kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan adalah kesepian kognitif, kesepian emosional dan kesepian perilaku, adapun faktorfaktor yang mempengaruhi kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan terdapat dua faktor yang pertama faktor psikologis dan faktor psikologis serta dampak-dampak dari kesepian pada rem aja yang tinggal di panti asuhan Kata kunci : Kesepian, Remaja, panti asuhan.
1
2
BAB I PENDAHULUAN Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan mulus, seorang anak dihadapkan pada pilihan yang sulit ketika harus berpisah dari keluarga karena suatu alasan, menjadi anak yatim, piatu atau yatim-piatu bahkan mungkin menjadi anak terlantar. Hal ini bisa dapat disebabkan oleh faktor ekonomi, ditinggal oleh orang tua karena meninggal ataupun permasalahan keluarga sehingga menyebabkan
anak
mengalami
permasalahan – permasalahan sosial (Meizarra, Mappiare dan Sumunanti, 1999). Oleh kare na itu, sek arang pemerintah
mencoba
berusaha
mengatasi permasalan tersebut dengan menampung anak – anak yang beranjak dewasa kedalam panti asuhan untuk dibina dan diberi kesempatan agar bisa mendapatkan hidup yang lebih baik dan sehat serta pendidikan yang memadai (Meizarra, dkk, 1999). Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2005), panti asuhan adalah suatu lembaga usaha
kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak – anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar yang memberikan pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita – cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional. Dalam hal ini sasaran utama panti asuhan adalah, anak yatim, piatu, yatim – piatu, anak terlantar usia 0 sampai 21 tahun. Gunarsa dan Gunarsa (1993) mengungkapkan bahwa pada usia ini terlihat
perubahan -perubahan
jasmani berkaitan dengan proses kematangan jenis kelamin, terlihat pula adanya perkembangan psikososial berhubungan dengan fungsi seseorang dalam lingkungan
3
sosialnya, Begitupun juga dengan
sebagai keluarga yang wajar.
pendapat Derajat (dalam Wills,
Berdasarkan penelitian Margareth
1994) yang menyatakan bahwa
(dalam Hurlock, 1995) menyatakan
proses dari tahap anak menuju masa
bahwa perawatan anak di yayasan
remaja tergantung kepada keadaan
sangat tidak baik, karena anak
dan tingkat sosial masyarakat dimana
dipandang sebagai makhluk biologis
individu dapat hidup. Selama masa
bukan sebagai makhluk psikologis
remaja ini individu mulai merasakan
dan makhluk sosial..
suatu perasaan tentang identitasnya
Adapun fenomena yang terjadi
sendiri, perasaan bahwa dirinya
pada remaja yatim piatu yang diasuh
adalah manusia unik. Individu mulai
di panti asuhan. Pada kenyataannya
menyadari sifat – sifat yang melekat
peran pengasuh tidak dapat
pada dirinya sendiri, seperti aneka
menggantikan peran orangtua
kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan
se ut u hn ya, di kare na ka n par a
– tujuan yang dikejarnya di masa
pengasuh harus berbagi perhatian
depan serta kekuatan dan hasrat
dengan begitu banyak anak asuh
untuk mengontrol nasibnya sendiri.
lainnya yang menyebabka n
Namun pada kenyataannya tidak
kurangnya kasih sayang, kehangatan
semua remaja yang mempunyai
dan perhatian dari para pengasuh
harapan dan tujuan dapat terpenuhi.
yang sebenarnya diharapkan dapat
Dalam hal ini remaja yang
menggantikan peran dari orang tua
dihadapkan pada pilihan yang sulit
(Febiana, 2005). Hal ini jug a
dimana individu harus berpisah dari
menunjukkan bahwa kasih sayang
keluarga atau menjadi anak yatim -
orang tua merupakan syarat mutlak
piatu yang pada akhirnya mereka
yang diperlukan untuk menjamin
dititipkan di panti asuhan.
suatu perkembangan psikis yang
Tjiptasastra (1996). Digantikannya
sehat bagi anak. Tidak adanya figur
fungsi suatu keluarga oleh panti
kelekatan dalam hubungan intimnya
asuhan apabila anak memang sudah
seperti anak yang tidak ada orang
tidak mempunyai orang tua lagi atau
tuanya atau kurangnya perhatian, dan
mempunyai orang tua tapi tidak mampu atau belum mampu berfungsi
4
pengalaman akan cinta kasih maka
menyembunyikan
hal yang timbul adalah kesepian (dalam Peplau & Perlman 1982).
pribadinya. individu tersebut juga
Kesepian bukan hanya
dirinya sendiri. Malu untuk bergaul
menyangkut tidak adanya orang lain
dan kurang berani menghadapi
disekitarnya, melainkan merupakan
penolakan orang lain terhadap
akibat dari tidak adanya orang lain
dirinya.
yang tepat yang dapat membantu individu untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan tertentu dalam interaksi
k e hi d u p a n
memusatkan perhatian pada prilaku
B. Pertanyaan penelitian
keyakinan bahwa tidak adanya orang
1. Bagaimana gambaran kesepian remaja yang tinggal di panti asuhan ?
tersebut akan berlangsung lama. Jadi
2. Faktor
s o s i a l n y a, d i d u k u n g d e n g a n
–
faktor
yang
bilamana individu merasa tidak
mempengaruhi kesepian remaja
adanya orang yang tepat baginya
di panti asuhan?
untuk mencurahkan perasaannya dan
3. Dampak kesepian apakah yang
ini bisa berlangsung lama, maka
timbul pada remaja yang tinggal
orang tersebut akan merasa kesepian,
di panti asuhan?
walaupun disekitarnya banyak orang (Derlega dan Margul is dala m Nilawati, 2003).
C. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian adalah
Sedangkan menurut Peplau dan
untuk mengetahui gambaran
Perlman (1982), perilaku individu
kesepian remaja yang tinggal di panti
yang mengalami kesepian tampaknya
asuhan, faktor -faktor yang
kurang memadai dan kurang efektif
mempengaruhi kesepian pada remaja
untuk membina dan mengembangkan
dan dampak kesepian yang timbul
pergaulan yang akrab. Individu
pada remaja yang tinggal di panti
tersebut cenderung mengurung diri,
asuhan.
canggung dalam pergaulan dan sangat berlebihan dalam mencurahkan informasi tentang dirinya atau
bahkan sangat
D. Manfaat penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
1. Manfaat Teoritis
A. Kesepian
U nt u k me n a m b a h r ag a m d a n pengetahuan khususnya dalam ilmu
Menurut Deaux dkk (1993) kesepian didifinisikan sebagai suatu
Psik olo gi Perk emba n ga n da n
pengalaman subjektif yang
Psikologi Sosial. Terutama yang
tergantung
pada
berhubungan dengan remaja dan
seseorang
menginterprestasikan
kesepian.
suatu peristiwa, adakalanya
memperkaya khasanan ilmu
2. Manfaat Praktis
bagaimana
seseorang
mengalami
Peneliti berharap pada studi kasus ini
walaupun
berada
dapat menjadi acuan bagi para
keramaian, sementara yang lain tidak
psikolog dalam memberikan saran
mengalami kesepian sekalipun
dan masukan bagi yang mengalami
seorang diri. Menurut Peplau dan
masalah kesepian pada remaja yang
Pe r l ma n ( 1 9 8 2) , me r a n g k u m
tinggal di panti asuhan, serta dapat
kesepian menjadi tiga komponen
menambah informasi dan
yaitu:
pengetahuan kepada para pengurus
- Need
kesepian
dalam
for
suatu
intimacy,
panti asuhan, dan departemen sosial
menekankan
diharapkan
meningkatkan
kedekatan atau keakraban.
kualitas dan kuantitas sumberdaya
Kesepian dipandang sebagai
yang ada dan yang dibutuhkan bagi
suatu perasaan sepi yang
pa nt i a su h a n se b a ga i be nt u k
diakibatkan
peningkatan kualitas hidup para
terpenuhinya
penghuni panti asuhan.
orang lain. Fromm –
dapat
pada
karena
faktor
tidak
kebutuhan
Reinchamann (dalam Peplau & Perlman 1982), mengemukakan
bahwa
kebutuhan akan keakraban ada sepanjang hidup manusia.
6
- Pendekatan Cognitif Process,
dan perasaan – perasaan itu
pendekatan proses Kognitif
membuat seseorang tidak
ini berpendapat bahwa
bahagia.
dari persepsi dan evaluasi
Faktor–faktor Yang Menyebabkan Kesepian
individu terhadap hubungan
1. Faktor–faktor psikologis
kesepian merupakan hasil
sosial yang dianggap tidak memuaskan. Menurut Lopata
a. Keterbatasan hubungan, kesepian ini disebabkan oleh
1982) seseorang akan merasa
kenyataan keterbatasan
kesepian bila tidak adanya
manusia yang disebabkan oleh
kesesuaian antara hubungan
berpisahnya seseorang dengan
s o si a l y a n g d i h a r a p k a n
orang lain sehingga tidaklah
(dalam Peplau & Perlman,
dengan kenyataan. - Pendekatan
adanya keberadaan
mu n g ki n b ag i ny a un t u k Sosial
Reinforcement, pendekatan penguatan Sosial ini berpendapat bahwa hubungan
berbagi perasaan dan pengalaman dengan orang lain. b. Pengalaman
Traumatis
Sosial yan g me muas ka n
hilangnya orang lain secara
dapat dianggap sebagai suatu
tiba –
bentuk reinforcement, dan
seseorang yang sangat dekat
tidak adanya reinforcement
dengan individu secara tiba–
i ni d a p at me n i m b u l k a n
tiba tanpa bisa dihindari
ke se pi a n ( Y a u n g da la m
seringkali dianggap sebagai
Peplau dan perlman, 1982)
penyebab kesepian.
me n u r ut Mc ’c l a sk y da n
tiba,
c. Kurang
Schaan (dalam Schoct, 1970) mendefinisikan
hilangnya
dukungan dari
kesepian
lingkungan, Apabila seseorang
sebagai perasaan tidak puas
merasa tidak sesuai dengan
karena merasa kurang adanya
lingkungannya.
makna dalam sebuah
mendapat penolakan dan
hubungan dengan orang lain
sehingga
7
kurang mendapat dukungan dari lingkungannya.
2. Faktor – faktor Sosiologis a.
Sulit memahami nilai – nilai
d. Adanya masalah krisis dalam
yang berlaku pada lingkungan
diri seseorang dan kegagalan,
masyarakat, timbulnya sistem
bila seseorang merasa harga
nilai baru yang dikembangkan
dirinya tergantung, mengalami
di masyarakat, seperti privacy,
kegagalan, dan tidak dapat
mobilitas dan kesuksesan
memenuhi harapannya
dapat menyebabkan seseorang
e. Kurangnya rasa percaya diri, individu merasa bahwa
merasa kesepian. b.
Sulit beriteraksi
dengan
kurang melibatkan dirinya,
lingkungan. rutinitas kehidupan diluar rumah,
sehingga merasa hanya dapat
seperti
sekolah,
berhubungan
bekerja
dan
lin gku ng an
dis ekitar n ya
sosial
secara
formalitas saja.
kuliah,
sebagainya
menyebab kan seseorang
f. Kepribadian yang tidak sesuai
me r asa kes epian k ar e na
dengan lingkungan, orang –
kurang adanya kehangatan
orang
dengan orang tertentu.
yang
menyenangkan,
tidak seperti
c.
Sulit berinteraksi dengan
pemarah, terlau patuh dan
keluarga disebabkan oleh
tidak mempunyai kemampuan
masal ah w akt u, hal ini
bersosialisasiakan dihindari
berkaitan dengan kesibukan
dari lingkungannya, sehingga
dari masing – masing anggota
cenderung
keluarga, sehingga waktu
mengalami
kesepian.
berkumpul
keluarga dirasakan menjadi
g. Ketakutan menanggung resiko
berkurang.
sosial individu yang takut menanggung resiko seperti takut ditolak oleh orang lain.
bagi anggota
d.
Sulit memahami perubahan pola – pola dalam keluarga, kehadiran orang lain akan menyebabkan terganggunya
8
hubungan dengan anggota
b. Kesepian sosial, diakibatkan
keluarga lain. Perceraian yang
oleh hilangnya rasa integrasi
terjadi dalam keluarga juga
secara sosial, dimana terdapat
menyebabkan terganggunya
segala aktifitas dan
hubungan dalam keluarga.
kepentingan bersama.
e. Sulit
beradaptasi, sering
pindah rumah dari suatu tempat ketempat lain akan menyebabkan
seseorang
me r asa be r be da de n g a n lingkungan dan memiliki hubungan yang dangkal dengan orang sekitar sehingga tidak dapat menjalin hubungan yang
akrab
dengan
Keterasingan,
Nowan (2008) Menyebutkan bahwa orang yang kesepian ada masalah
dalam
memandang
eksistensi dirinya (merasa tidak berguna, merasa gagal, merasa terpuruk, merasa tidak ada yang peduli, dan perasaan negatif lainnya). Menurut Baron & Bryne (2005)
lingkungan. f.
Ciri – Ciri Umum Orang Kesepian
semakin
besarnya populasi atau terlalu banyak orang disekeliling, akan menambah perasaan
orang yang kesepian cenderung untuk menjadi tidak bahagia dan tidak puas dengan diri sendiri, tidak mau mendengar
terisolasi karena bagi individu
keterbukaan intim dari orang lain
sulit untuk mengenal satu
dan cenderung membuka diri
sama lain.
mereka baik terlalu sedikit atau terlau banyak, merasa tersia-
Tipe – tipe Kesepian a. Kesepian emosional, yang disebabkan oleh hilangnya kasih sayang secara intim yang diberikan oleh seseorang.
siakan ( hopelessness), da n merasa putus asa.
9
Sikap Yang Berkaitan Dengan Perasaan Kesepian
merasa gugup bila berada
Menurut Burns (1998), ada beberapa sikap yang berkaitan
percaya diri dan takut
dengan perasaan kesepian, antara
kelompok atau lingkungan
lain :
sekitarnya.
a. Rendah diri, orang yang malu
dalam perasaan tegang, tidak nampak lemah di dalam
e. R as a ti da k me mp u n y ai
dan kesepian menderita
harapan, orang yang merasa
perasaan rendah diri, yang
kesepian
disebabkan oleh seringnya
mempunyai harapan lagi
membandingkan
untuk mengembangkan suatu
dirinya
merasa
tidak
dengan orang lain yang
ling kun ga n te man at au
nanpaknya lebih menarik,
menemukan pasangan yang
lebih mempesona, maupun
dapat disayangi.
lebih cerdas.
f. Rasa terasing dan terkucilkan,
b. Perfeksionisme
romantis,
individu yang mengalami
harapan – harapan yang tidak
kesepian memiliki keyakinan
realistis
bahwa pada dasarnya dirinya
tentang
diri
seseorang dengan pasangan
berbeda dari orang lain dan
dapat menimbulkan kesepian.
tidak mempunyai banyak
c. Perfeksionisme emosional,
persamaan dengan dirinya,
bila perasaan romantis mulai
dan mengira orang lain tidak
memudar dan kegundahan
akan berminat pada dirinya
awal
serta tidak mau menerimanya.
dalam
menjalin
hubungan mulai mero sot,
g. Peka terhadap penolakan,
maka setiap pasangan akan
orang kesepian seringkali
menyimpulkan bahwa cinta
merasa takut ditolak sehingga
telah berkurang.
memilih tidak berusaha
d. Rasa malu dan Kecemasan Sosial, orang yang merasa kesepian merasa canggung,
berkencan dan bergaul akrab dengan orang lain.
10
Dampak Dari Kesepian a. Mengalami rendah diri. b. Menyalahkan diri sendiri.
perwalian anak dan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga
c. Tidak inggin berusaha untuk terlibat pada kegiatan sosial.
memperoleh kesempatan yang
d. Mempunyai kesulitan untuk
perkembangan kepribadiannya
memperlihatkan diri dalam
sesuai dengan yang diharapkan
berkelakuan dan takut untuk
sebagai bagian dari generasi
berkata ya atau tidak untuk
penerus cita – cita bangsa dan
hal yang tidak sesuai.
sebagai insan yang akan turut
e. Mempunyai persepsi negatif tentang diri sendiri. f. Takut bertemu orang lain dan menghindari situasi baru. g. Merasakan
keterasingan,
luas, tepat dan memadai bagi
serta aktif dalam bidang Pembangunan Nasional. Tujuan Panti Asuhan Tujuan
panti
kesendirian dan perasaan
menurut
tidak
Republik Indonesia (2005) ialah
bahagia
terhadap
lingkungan sekitar.
Departemen
asuhan
memberikan
Sosial
pelayanan
berdasarkan profesi pekerja
Panti asuhan
sosial kepada anak terlantar
Menurut Departemen Sosial
dengan cara membantu dan
Republik Indonesia (2005), panti
membimbing mereka ke arah
asuhan adalah suatu lembaga
perkembangan pribadi yang
usaha kesejahteraan sosial yang
wajar serta kemampuan
mempunyai tanggung jawab
ketrampilan kerja, sehingga
untuk memberikan pelayanan
mereka menjadi anggota
kesejahteraan sosial kepada anak
masyarakat yang dapat hidup
terlantar, serta
melaksanakan
layak dan penuh tanggung jawab
penyantunan dan pengentasan
baik terhadap dirinya, keluarga
anak
dan masyarakat.
terlantar,
memberikan
p el a ya n a n pe ng ga nt i at au
11
Sasaran Utama Panti Asuhan Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2005 )
Sistem Asuhan a.
Sistem asuhan berbentuk asrama.
b.
Sistem panti asuhan berbentuk ”Cattage ”.
sasaran garapan panti asuhan meliputi a. Anak yatim, piatu, yatim – piatu terutama usia 0 sampai 21 tahun. b. Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab, anak yang orang tuanya melalaikan
kewajibannya,
sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial yang harmonis. c. Anak yang tidak mampu adalah anak yang karena suatu sebab tidak dapat terpenuhinya kebutuhan – kebutuhannya baik secara rohani, jasmani maupun sosial dengan wajar antara lain salah satu orang tua, dan atau keduanya sakit kronis, terpidana dan meninggal dunia, sehingga anak tidak ada yang merawat.
Jenis Penyelenggara Panti Asuhan Menurut Departemen Sosial Republik
Indonesia
(2005)
penyelenggara dalam panti asuhan terbagi dalam : a. Peyelenggaraan panti asuhan oleh Negara,penyelenggaraan panti asuhan ini berdasarkan atas kesenjangan formal, terorganisasi dan seluruh aktifitas
serta
penyelenggaraanya
di
tanggung secara penuh oleh negara. b. Penyelenggara panti asuhan oleh Swasta,penyelenggaraan panti asuhan oleh swasta dalam
hal
ini
juga berdasarkan atas kesenjangan formal, terorganisasi tetapi seluruh
aktifitas
dan
pengelolaannya ditanggung secara penuh oleh orang atau badan pemerintahan tertentu.
12
Asuhan Didalam Panti Asuhan
Remaja
Dalam Sudharta (1991),
Masa remaja merupakan masa
dijelaskan bahwa pengasuh
peralihan dari masa kanak – kanak
sebagi pengganti peran orang tua
menuju masa dewasa yakni antara
berusaha memberikan perhatian
usia 12 sampai 21 tahun. Masa
y a n g d a p a t d i p a h a m i, d a n
remaja disebut juga masa pubertas
selanjutnya dapat diterima, dan
yang meliputi masa peralihan dari
dilaksanakan oleh anak sebagaimana
ma s a k a n a k – ka n a k me n u j u
mestinya,
tercapainya kematangan fisik, yakni
memberikan dorongan sebesar –
usia 12 sampai 15 tahun. Pada masa
besarnya agar anak dapat
ini terlihat perubahan – perubahan
mencapai hal semaksimal
jasmani berkaitan dengan proses
mungkin.
Memberikan
kematangan jenis kelamin, terlihat
kesempatan yang sama kepada
pula adanya perkembangan
setiap anak agar mereka dapat
psikososial berhubungan dengan
mengamati dan menghayati
fungsi seseorang dalam lingkungan
situasi kehidupan sesamanya, dan
sosialnya, yakni dengan melepaskan
masalah yang mereka alami
diri dari ketergantungan pada orang
masing – masing. Mereka
tua, pembentukan rencana hidup dan
menjadi mandiri dan mampu
pembentukan sitem nilai – nilai
mengembangkan potensi yang
(Gunarsa & Gunarsa, 1993).
dimilikinya
sendiri
dengan
Monks
dkk
(1999)
pengawasan dari pengasuh.
mengklasifikasikan masa remaja
Selain itu didalam panti asuhan,
yang berlangsung antara usia 12
diadakan usaha – usaha yang
sampai 21 tahun, dengan pembagian
bersifat memperluas pergaulan
usia 12 sampai 15 tahun, adalah
anak untuk dapat menghayati,
masa remaja awal, 15 sampai 18
menerima dan melaksanakan hal
tahun adalah masa remaja
– hal yang bersifat normative
pertengahan, 18 sampai 21 tahun
a g ar da pa t d it eri ma d al a m
adalah masa dewasa akhir.
masyarakat.
13
Tugas Perkembangan Remaja Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1983), bahwa harapan masyarakat terhadap remaja dapat di pengaruhi melalui suatu proses berkesinambungan dalam menjalankantugas – tugas perkembangan bagi remaja, yaitu : a. Menerima keadaan fisiknya.
d. Menemukan model untuk Identifikasi. Erikson berpendapat bahwa remaja harus menemukan identitas diri. e. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma. Remaja
sangat mudah
Masa ini remaja mengalami
terpengaruh oleh lingkungan
berbagai macam perubahan
luar dan dalam. Lingkungan
fisik. Berhubungan dengan
luar dan pengaruhnya kadang
pertumbuhannya
– kadang perlu dihambat dan
dan
kematangan seksualnya. b. Memperoleh Emosional.
kebebasan
Agar menjadi orang dewasa y a n g d a p a t me n g a m b i l keputusan yang bijaksana, remaja harus memperoleh latihan dalam mengambil keputusan yang bertahap. c. Mampu bergaul. Dalam mempersiapkan diri untuk masa dewasa, remaja harus belajar bergaul dengan teman sebaya dan tidak sebaya, sejenis maupun tidak sejenis.
dicegah, supaya tidak terlalu besar rangsanganya terutama bila bersikap negatif. dipengaruhi oleh interaksi sosial. f. Meninggalkan reaksi dengan cara penyesuain kekanakkanakan Remaja
diharapkan
bisa
meninggalkan kecendrungan, keinginan
untuk
menang
sendiri (egocentris). METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan tujuan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang
14
suatu kasus, atau studi kasus untuk mendapatkan verstehen bukan sekedar
eklaren.
Serta
Selanjutnya merasa kurang percaya terhadap orang lain,
mampu
Kesepian yang kedua adalah
mengungkap makna dibalik
kesepian perilaku, merasa malu dan
fenomena dengan kondisi apa
minder. Kemudian menarik diri atau
adanya, natural (Heru Basuki, 2006).
enggan mengambil resiko dalam situasi-situasi social.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan, teknik wawancara dan obsevarsi.
Keakuratan Penelitian
Kesepian yang ketiga yaitu kesepian emosional, dimana subjek merasa sedih tidak memiliki orang tua. Selanjutnya merasa iri karena tidak mempunyai orang tua.
Salah satu proses pengumpulan data
remaja yang tinggal di panti asuhan?
yang tepat adalah dengan proses
Berdasarkan penelitian yang
tria ngul asi dat a, trianggul asi pengamat, trianggulasi teori, dan trianggulasi metodologis.
Pembahasan
dilakukan penulis menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan dibagi menjadi dua yaitu, faktor psikologis dan faktor
1. Bagaimana gambaran kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan? Berdasarkan penelitian yang
sosiologis. Faktor psikologis - Terbatasnya hubungan subjek dengan orang lain.
dilakukan penulis, menyimpulkan
- Adanya masalah krisis dalam
gambaran kesepian pada remaja yang
diri seseorang dan kegagalan.
tinggal di panti asuhan yaitu, yang
- Kurangnya rasa percaya diri.
pertama adalah kesepian kognitif.
- Kepribadian yang tidak
Tidak ada teman berbagi pikiran, 2. Faktor-faktor kesepian pada
sesuai dengan lingkungan.
15
- Ketakutan
menanggung
resiko sosial, Sedangkan dari faktor sosial
kognitif, tidak ada teman berbagi pikiran,. dan merasa kurang percaya terhadap orang lain.
- Sulit memahami nilai -nilai
Kesepian yang kedua adalah
yang berlaku dalam
kesepian perilaku, terkadang
lingkungan. - Sulit berinteraksi dengan keluarga. Dampak-dampak kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan? Pada pertanyaan penelitian ketiga mengenai dampak-dampak kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan. a. Rendah diri. b. Menyalahkan diri sendiri.
subjek merasa malu dan minder bila sedang kumpul dengan teman-teman di panti. Kemudian menarik diri atau enggan mengambil resiko dalam situasi-situasi sosial. Kesepian yang
ketiga
yaitu
kesepian
emosional, dimana subjek merasa sedih tidak memiliki orang tua dan merasa iri karena tidak mempunyai orang tua. 2. Faktor-faktor
yang
c. Takut bertemu orang lain dan menghindari situasi yang baru.
mempengaruhi kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan.
d. Merasakan keterasingan dan kesendirian.
Faktor psikologis yang pertama terbatasnya hubungan subjek dengan orang lain, terutama kurangnya
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesepian pada remaja yang ting gal di pa nti as uha n d ap at disimpulkan bahwa : 1. Gambaran kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan :
Pe rt a m a ya i t u ke s e pi a n
kedekatan subjek dengan orang lain baik dalam lingkungan panti maupun disekolah. Faktor psikologis kedua adalah adanya masalah krisis dalam diri seseorang dan kegagalan. Adanya masalah krisis dalam diri seseorang
16
dan kegagalan. Faktor psikologis
baru. Takut bertemu orang lain dan
yang ketiga adalah kurangnya rasa
menghindari situasi yang baru,
percaya diri subjek terhadap dirinya
bahwa subjek merasa malu dengan
sendiri. Faktor psikologis yang
orang yang baru dikenalnya.
keempat adalah kepribadian yang
Dampak dari kesepian yang
tidak sesuai dengan lingkungan.
keempat adalah merasakan
Faktor psikologis yang kelima adalah
keterasingan dan kesendirian. subjek
ketakutan menanggung resiko sosial.
leb i h mer a sa n ya m a n d en ga n
Sedangkan dari faktor sosial,
kesendirian baik dikamar atau di
yang pertama, yaitu sulit memahami
taman daripada sekedar untuk
nilai-nilai
bergaul atau mengumpul dengan
yang
berlaku
dalam
lingkungan. yang kedua yaitu sulit
teman-teman yang lainnya.
berinteraksi dengan keluarga. 3. Dampak-dampak kesepian pada remaja yang tinggal di panti asuhan: Dampak kesepian yang pertama adalah merasa rendah diri, subjek merasakan rendah diri jika berada
Saran 1. Untuk Subjek diharapkan dapat membangun kedekatan dengan cara membina hubungan sosial yang lebih baik dengan keluarga, teman –teman, orang lain dan
dalam situasi ramai, sehingga sering
lingkungan baik di dalam panti
menghindari dan menjauh.
ataupun di luar panti. Subjek juga
Dampak dari kesepian yang kedua adalah menyalahkan diri sendiri, subjek sering menyalahkan diri sendiri karena subjek merasa dilahirkan tanpa ada orang tua yang mampu membimbing dan memberikan perhatian untuk subjek. Dampak dari kesepian yang ketiga adalah takut bertemu orang lain dan menghindari situasi yang
disarankan agar dapat berfikir secara positif sehingga tidak menutup diri dalam bergaul dalam orang lain agar dapat melupakan masa lalunya dan bertinda k dengan langkah-langkah positif agar dapat bangkit dari rasa kesepian.
17
2. Untuk keluarga, hendaknya dapat
lainnya
yang
menyebabkan
memberikan dukungan, perhatian
kesepian. Sehingga dapat dilihat
yang lebih mendalam , kasih
perbedaan kesepian yang dialami
sayang dan dapat membina
dari sudut pandang yang berbeda.
hubungan yang akrab diantara DAFTAR PUSTAKA
masing-masing anggota keluarga dengan subjek. 3. U nt u k p i ha k p e n ga s u h d i harapkan lebih memperhatikan para anak asuhnya agar terjalin hubungan yang lebih akrab dan diharapkan
juga
dapat
memberikan semangat untuk berkarya, serta dapat menyalurkan kegiatan yang bermanfaat bagi remaja yang tinggal di panti asuhan , agar kelak saat keluar dari panti dapat menjadi anak yang berguna bagi dirinya dan juga bagi orang lain. 4. Untuk
peneliti selanjutnya
diharapkan dapat melakukan penelitian dengan melihat faktorfaktor lain, yang mempengaruhi pada remaja yang tinggal di panti asuhan dan lebih mendalam lagi. Selain itu juga dapat meneliti dari sudut pandang yang berbeda misalnya
dengan
melihat
dukungan sosial pada remaja khususnya serta penyebab yang
Anonim.(2007). Effect loneliness. Dalam Psychology Today Magazine. Http://en.wikipedia.org/wiki /loneliness. Diakses tanggal 23 November 2009 Badan penelitian dan pengembangan kesejahteraan Sosial. (1995). Istilah teknis usaha k e s ej a h t e r a a n s o si a l. Jakarta : Departemen Sosial Republik Indonesia. Baron, R.A & Byrne, D.(2005). Sosial psychogy. Jilid II. Edisi kesepuluh. Jakarta : PT. Erlangga P.N
Middlebook.(1980). Loneliness A Sourcebook Of Current Theory Research And Therapy. Amerika: A Wiley Interscience Publication
Bruno, F.J.(2000) Conguer Loneliness. Alih Bahasa : Sitanggang, A.R.H. Jakarta : PT G r a m e d i a Pu st a k a Utama.
18
Basuki, H. A. M. (2006). Pendekatan kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. diktat kuliah. Jakarta : Universitas Gunadarma. Cage.
NL dan Berliner.D.C.( 1979). Educational Psychology: Rand McNally Collegepub.Co.
D e a u x , K , D a n e , F. C , d a n Wrighsman,L.S. (1993). Social psychology: Social psychology in the 90’s (6 ed). California: Brooks/Cole Publishing Company. Departemen Sosial Republik Indonesia.(2005). Petunjuk teknis pelaksanaan penyantunan dan pengentasan anak terlantar melalui panti asuhan anak jakarta. Derlaga, V.J. & Margulis, S.T. (1993). Self disclosure. N e w b u r r y Pa r k : Sa g e Publication Inc. D.M.D. Burns. (1998). Mengapa kesepian (Terjemahan). Jakarta : Erlangga Febiana, Fransiska. (2005). Konsep diri rem aja panti asuhan. Skrpsi (Tidak Diterbitkan) Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya.
Gunarsa & Yulia.G.(1993) Psikologis praktis anak dan re m aj a. Ja ka rta : Bp k Gunung Mulia. Himpunan peraturan dan peru nd an g – un da ng an tentang perlindungan. (2002) Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, Departemen Sosial RI. Lativa.(2008). Jenis dan dinamika loneliness pada masyarakat modern. Jurnal Psikodinamik. Diakses tanggal 10 Maret 2009, Vol.1 No.5.101-113. Moleong, L. J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. B a n dun g : PT. R e maja Rosdakarya. Mudjiwti. (1983) Kehidupan emosi anak –anak 5 – 6 tahun dilihat melalui pemilihan warna dalam lukisan mereka (Suatu Studi pada anak panti asuhan dan non Panti asuhan di Jakarta). Skripsi (Tidak Diterbitkan). Depok Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Nowan. (2008). Jomblo asik gila. Jakarta : PT Gramedia
19
Nugroho, W. dan Muchji, A.(1996). Ilmu Budaya Dasar (Seri Diktat Kuliah). Depok: Universitas Gunadarma. Meizarra,P.D.,Mappiare, A.T.,& Sumunarni, Siti. (1999). Dinamika Motivasional dalam belajar anak – anak panti asuhan. Jurnal Psikodinamik, Vol. 1,No.3.129-134. Pelayanan Sosial bagi anak.(2009). Topik Ketelantaran. [on-line] Informasi Sosial interaktif http:www.infosicieta.com/to day/artikel.html? item id= 1 04&topic=ketelantaran. Diakses tanggal 19 September 2009. Peplau, L.A dan Perlman, D. (1982). Lonelines : A.Saurce Book Of Current Theory, Reseach, AND Therapy. New York : John Willy & Sans. Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Depok : Lembaga Pengembangan Sa r a na Pe ng u k ur a n d an Pendidikan (LPSP3). Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Rice, P.L. (1996). The Adolescent : Development, relotionship and culture (8 ed). Boston : Mc Graw – Hill.
Sears, D.O.,Freedman,Y.L. dan Paplau, L.A. (1999). Psikologi Sosial. Jilid 1. Edisi kelima. Alih Bahasa: Michael Adryanto. Jakarta : Erlangga. Sudharta, I.M. (1991). Pola dan Peranan Panti asuhan dalam pemerataan laporan penelitian. Denpasar. Universitas Udayana. Tjipsastra, T.E.(1996). Hubungan antara konsep diri, motivasi belajar, prestasi belajar anak – anak panti asuhan dan perbedaan dari anak – anak yang diasuh dalam keluarga. Skrpsi (Tidak Diterbitkan). Jakarta: Universitas Indonesia. Willy, SS. (1994). Problem r e m a j a d a n permasalahannya. Bandung : angkasa